Anda di halaman 1dari 4

Jenis-jenis Ventilator 1. Ventilasi umum Ventilasi umum secara umum diartikan pergantian udara.

Udara terkontaminasi dari suatu ruang kerja dikeluarkan melalui bukaan atau lubang pada dinding dan memasukkan udara segar melalui bukaan pada dinding lain. Ventilasi umum dapat juga diartikan dengan pengenceran, yaitu penurunan konsentrasi kontaminan udara dalam ruang kerja sampai pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan (NAB) dan keselamatan tenaga kerja. berlangsung dengan baik bila : 1. Kadar kontaminan udara dalam ruang tidak terlalu tinggi agar volume udara pengencer tidak terlalu besar. 2. Pekerja berada cukup jauh dari sumber pengencer agar tidak terpengaruh pencemaran, kadar kontaminan udara masih dibawah nilai ambang batas. 3. Toksisitas kontaminan masih rendah 4. Pencemaran terjadi merata. 2. Ventilasi alamiah Pemasukan dan pengeluaran udara dalam ruang terjadi disebabkan adanya perbedaan tekanan udara luar dan dalam. Udara akan mengalir dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan rendah. Perbedaan tekanan dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu udara dan mengakibatkan terjadinya perbedaan kerapatan udara atau berat jenis udara. Udara panas dengan berat jenis rendah mengalir keatas, sedang udara dingin dengan berat jenis tinggi akan mengalir kebawah. Pada ventilasi alamiah udara mengalir secara alamiah. 1. Ventilasi horizontal (ventilasi silang) Arus angin datang dari luar ruang secara horizontal, dapat terjadi bila terdapat perbedaan suhu udara luar dan dalam ruang atau antar ruang dalam bangunan. Agar ventilasi silang berfungsi dengan baik maka pada dinding harus ada bukaan atau lubang seperti pintu, Ventilasi umum dapat

jendela atau lubang angin. Aliran udara masuk kedalam ruangan tidak terlalu kuat dan tidak terhambat, dan harus diarahkan ke bagian-bagian ruang yang ditempati atau dipakai. Kemungkinan penempatan lubang ventilasi Penempatan lubang ventilasi adalah penting untuk (outlet). Keadaan 1 Tidak ada lubang keluar tidak ada aliran udara keluar, ventilasi tidak efektif, menimbulkan ketidaknyamanan. Keadaan 2 Pada dinding yang berhadapan terdapat masing-masing satu lubang masuk dan satu lubang keluar yang sama luasnya. Lubang masuk letaknya keluar, terletak dalam batas daerah hunian atau kerja (living zone) : 0.30m 1.80m diatas lantai. Luas lubang keluar lebih besar dari lubang masuk adalah lebih baik. Keadaan 3 Lubang masuk terletak tinggi, lubang keluar rendah. Terjadi kantung udara dibawah lubang masuk, tidak ada aliran udara dalam daerah hunian. Ventilasi kurang efektif. Keadaan 4 Lubang masuk dan keluar sama tinggi dan sama luas. Ventilasi baik sekali. Pemasangan kisikisi, jalusi, sungkup (kanopi) pada lubang masukan dapat memperbaiki pola aliran udara masuk kedalam ruang : Penampatan lubang keluar. Penempatan lubang keluar hampir tidak merubah pola aliran udara dalam ruang. Aliran udara dalam ruang hanya tergantung pada ukuran, bentuk dan letak lubang angin masuk. Ventilasi lebih baik lagi bila dibuat dua lubang masuk dengan lubang besar pada bagian bawah dna lubang kecil atau jalusi dbagian atas. Kecepatan aliran udara masuk dapat diperbesar bila lubang keluar dibuat lebih besar. Perbandingan ukuran lubang keluar dengan lubang masuk mempengaruhi kecepatan aliran udara dalam ruang. Makin besar perbandingan lubang, makin tinggi kecepatan pengarahan aliran udara dari lubang masuk (inlet) ke lubang keluar

aliran udara. Dalam gambar ditunjukkan besar kecepatan aliran udara dalam ruang dinyatakan dalam persen kecepatan udara luar. 2. Ventilasi vertikal Aliran udara terjadi karena perbedaan berat jenis lapisan-lapisan udara luar dan dalam

bangunan. Berat jenis kecil udara mengalir keatas, berat jenis besar udara mengalir kebawah (efek cerobong). a. Lubang-lubang ventilasi ditempatkan pada dinding-dinging yang saling berhadapan agar terjadi aliran udara yang baik dalam ruang. b. Lubang-lubang ventilasi ditempatkan tidak sama tinggi dari lantai agar terjadi aliran udara yang baik dalam ruang. c. Cerobong udara keluar dibuat setinggi mungkin agar terjadi aliran udara yang baik dalam ruang (efek cerobong). d. Tinggi letak lubang ventilasi masuk sedemikian sehingga aliran udara masuk mengenai daerah hunian (living zone) pada batas ketinggian 0.30 m-1.80m diatas lantai. e. Lubang-lubang ventilasi sebaiknya dibuat dengan kombinasi ventilasi horizontal dan vertikal. f. Untuk kenyamanan ruang, kecepatan aliran udara dibuat berkisar antara 0.10-0.15 m/detik. Untuk kesehatan tidak melebihi 0.5 m/det, atau kurang dari 0.10 m/det. Suhu udara yang mengalir mempengaruhi kenyamanan, udara yang 0 C tidak terasa jelek, mengalir dengan kecepatan 0.6 m/det pada suhu 300 tetapi aliran udara dengan kecepatan 0.15 m/det. Pada suhu 12C terasa tidak enak. Udara yang mengalir diatas lantai yang dingin terasa tidak enak. Udara yang mengalir dengan kecepatan 0.10 m/det didaerah pegunungan terasa sangat dingin pada kaki. Pada tempat-tempat dengan kecepatan udara tinggi, dikendalikan dengan memasang

penahan atau pembelok arah angin (deflektor) pada bukaan, yang dapat digerakkan untuk mengatur arah angin, dan kecepatan angin masuk. 2. Ventilasi buatan (mekanis)

Penggantian udara terjadi dengan bantuan alat mekanik seperti kipas angin (fan), penyedot udara (blower), exhauster. Cara ini digunakan bila cara alamiah tidak mencukupi, misalnya ukuran ruang luas. Ada dua jenis kipas angin yaitu sistem baling-baling dan sistem sedot pompa sentrifugal. Kipas angin yang digunakan garis tengah besar dengan putar per menit sekecil mungkin untuk

memberikan kenyamanan. Aliran udara dibuat merata dalam seluruh ruang, diletakkan dekat sumber kontaminan. Bila sumber kontaminan dekat dinding kipas angin berfungsi sebagai pengisap kontaminan keluar (exhauster). Bila berat jenis kontaminan lebih besar dari berat jenis udara, maka kipas dipasang dekat lantai. Bila dipasang pada langit-langit, tinggi ruang harus lebih dari 3 m Kapasitas kipas ditentukan oleh volume ruang, jumlah pergantian udara dalam ruang yang diperlukan.

3. Ventilasi lokal Pembuangan udara dilakukan langsung dari sumber kontaminan melalui corong (hood) pengisap yang dipasang dan ditempatkan dekat sumber kontaminan. Dari corong pengisap kontaminan disalurkan dalam pipa (duct) menggunakan penyedot udara (blower) kemudian kontaminan dipisahkan oleh sistem pembersih udara. Udara bersih selanjutnya dibuang ke atmosfir.

Anda mungkin juga menyukai