Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN MEDIA VCD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA PERKULIAHAN ATLETIK I

I Gusti Lanang Agung Parwata Jurusan Penjaskesrek FOK Undiksha Singaraja Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa dengan penerapan model pembelajaran langsung (Direct instruction/DI) berbantuan Video Compact Disc (VCD) pada pembelajaran atletik I. Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester I kelas C jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Pendidikan Ilmu Keolahragaan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja tahun akademik 2006/2007 yang berjumlah 44 orang, sedangkan obyeknya adalah aktivitas, hasil belajar, dan respon mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran langsung berbantuan VCD. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalan tiga siklus, di mana tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Materi yang diberikan setiap siklus adalah siklus I nomor tolak peluru, siklus II nomor lompat jauh, dan siklus III nomor lompat tinggi gaya flop. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas belajar mahasiswa tergolong cukup aktif dengan skor rata-rata sebesar 8,4 dan hasil belajar mahasiswa dengan persentase yang memperoleh nilai B ke atas sebesar 27% (12 orang). Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus II meningkat dibandingkan dengan siklus I, di mana aktivitas mahasiswa tergolong aktif dengan skor rata-rata sebesar 9,9 dan hasil belajar mahasiswa dengan persentase yang memperoleh nilai B ke atas sebesar 47% (21 orang). Sedangkan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus III juga meningkat dibandingkan dengan siklus I dan siklus II. Aktivitas belajar mahasiswa tergolong aktif dengan skor rata-rata sebesar 10,4 dan hasil belajar mahasiswa dengan persentase yang memperoleh nilai B ke atas sebesar 77% (34 orang), serta respon mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran langsung berbantuan VCD tergolong sangat positif. Jadi sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan dalam penelitian ini, maka

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

35

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung berbantuan VCD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada perkuliahan atletik I. Mahasiswa memberikan respon yang positif terhadap penerapan model pembelajaran langsung berbantuan VCD. Berdasarkan simpulan di atas maka kepada dosen yang mengajar di jurusan Penjaskesrek khususnya yang mengajar matakuliah praktek disarankan untuk menerapkan model pembelajaran langsung (Direct Instruction/DI) berbantuan video cassette disk (VCD). Kata-kata kunci: Model Pembelajaran, VCD Abstract This classroom action research aimed at improving of learning activity and achievement of class C first semester students of Physical Education by utilizing direct instructional model mediated by VCD of Health and Recreation Departement of Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja in academic year 2006/2007 who consisted of 44 students. This classroom action research was conducted in three cycles with each cycle consisting of planning, action, observation/evaluation, and reflection. The materials given in cycle were shotput in cycle I, long jump in cycle II, and high jump of flop style in cycle III. The result of the study in cycle I shows that the student learning activity fell into category active enough with the everage score of 8,4 and the student learning result with the percentage for those obtaining grade B and above of 27% (12 people). The study result in cycle II increased when compared to that in cycle I, in which the student activity fell into category active with the average score of 9,9 and the student learning result with the percentage for those obtaining grade B and above of 47% (21 people). Where as the result obstained in cycle III also increased compared to those obtained in cycle I and cycle II. The student learning activity fell into category active with the average score of 10,4 and the student learning result with the percentage of those who obtained grade B and above of 77% (34 people), and the student response to the implementation of the VCD aided direct instruction model fell into category very positive. Therefore, according to the criterion of success established in this study, it can be concluded that the implementation of the VCD aided direct instruction model could improve learning activity and learning result of the
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

36

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

students who took Athletics 1 course. The students responded very positively to the implementation of the VCD aided direct instruction model. In the light of the conclusion aboved it is suggested to the teaching staff who teach at the Physical Education, Health and Recreation Departement, particularly those who teach skills to use the video cassette disc (VCD) aided direct instruction model. Key words: Learning model, VCD Pendahuluan Matakuliah atletik merupakan matakuliah bidang studi yang diprogram oleh seluruh mahasiswa jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi (Penjaskesrek) dengan tujuan memberikan berbagai keahlian dan keterampilan atletik kepada mahasiswa. Proses pembelajarannya lebih banyak menekankan pada keterampilan sehingga mahasiswa menjadi lebih mahir atau trampil dalam matakuliah atletik. Dengan ciri matakuliah seperti itu, banyak mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengikuti perkuliahan terutama mahasiswa yang sama sekali tidak memiliki dasar keterampilan atletik. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam pembelajaran yang bersifat klasikal akan menghadapi permasalahan heterogenitas kemampuan mahasiswa. Mahasiswa Jurusan Penjaskesrek, Fakultas Pendidikan Ilmu Keolahragaan IKIP Negeri Singaraja umumnya hanya sebagaian kecil yang memepunyai keahlian atau keterampilan dalam olahraga dan kemampuan akademik yang baik. Sehingga mahasiswa kesulitan dalam mengikuti perkuliahan yang lebih banyak menekankan pada pengetahuan ketrampilan. Begitu juga dalam matakuliah atletik, berdasarkan hasil pengamatan terhadap perkuliahan atletik I pada semester ganjil angkatan tahun 2005/2006 di Jurusan Penjaskesrek bahwa hasil belajar/nilai yang diperoleh mahasiswa adalah 5 orang mendapatkan nilai A (12%), 9 orang nilai B (22%), 22 orang nilai C (56%), dan 4 orang nilai D (10%) dari 40 orang mahasiswa . Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mahasiswa yang mengambil matakuliah atletik sebagian besar nilainya cukup dan masih mungkin untuk ditingkatkan. Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran mahasiswa dalam beberapa matakuliah telah banyak peneliti mencobakan model-model pembelajaran, namun tidak untuk

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

37

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

matakuliah atletik. Di samping itu hasil-hasil penelitian tersebut jarang diimplementasikan dalam perkuliahan, padahal secara umum hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran yang diteliti efektif dalam memperbaiki kualitas pembelajaran mahasiswa. Hasil wawancara dengan beberapa orang mahasiswa yang telah pernah memprogram dan mengikuti perkuliah atletik menunjukkan bahwa mereka menyadari akan pentingnya untuk menguasai keahlian dan keterampilan matakuliah tersebut dengan baik karena matakuliah ini merupakan dasar dari beberapa matakuliah bidang studi seperti; senam, permainan, beladiri dan yang lainnya. Menurut mereka bahwa perkuliahan atletik sebenarnya tidak lebih sulit dari perkuliahan yang lainnya, namun karena dosen kurang memvariasikan model-model pembelajaran dan kurang tersetrukturnya materi yang diajarkan sehingga terasa monotun dan membosankan. Apalagi perkuliahan atletik menuntut adanya ketrampilan gerak yang dilakukan secara tahap demi tahap dari seluruh rangkaian gerakan yang ditampilkan. Di samping itu juga dosen dalam pemberian contoh atau mendemontrasikan keterampilan yang diajarkan masih kurang sehingga pemahaman mahasiswa kurang terhadap model gerakan dari keterampilan tersebut. Untuk itu dituntut seorang dosen mampu mengembangkan berbagai macam model pembelajaran dengan berbantuan media yang diterapkan pada matakuliah praktek. Sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan berkualitas. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah DI berbantuan Media VCD. DI adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah (Soeparman dan Nur, 2000). Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang tersetruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Landasan teoritik model pembelajaran langsung adalah teori belajar sosial, yang juga disebut belajar melalui observasi, atau yang dalam buku Arends disebut teori pemodelan tingkah laku (Soeparman & Nur, 2000). Melalui pembelajaran langsung siswa dapat mengembangkan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu) dan pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu) secara tersetruktur dengan baik. Karakteristik DI, adalah (1) adanya tujuan

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

38

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

pembelajaran dan pengaruh model pada mahasiswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar, (2) adanya sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran, dan (3) sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil. Sedangkan media VCD adalah alat bantu dengan memperlihatkan gambar yang bergerak dan suara secara bersama-sama saat menyampaikan informasi atau pesan. VCD merupakan media yang efektif dalam penyampaikan informasi yang mencakup unsur gerak karena dapat memperlihatkan suatu peristiwa secara berkesinambungan dan yang menjadi model dalam penyampaian informasi tersebut adalah orang yang memiliki keterampilan sesuai dengan gerak yang diinformasikan. Dengan penggunaan media VCD akan dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari gerak secara teliti dan benar sehingga dapat membantu pelaksanaan proses pembelajaran secara baik dan berkualitas. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan sebagaimana telah diuraikan di atas dipandang perlu untuk melakukan tindakan dengan penerapan model di berbantuan vcd untuk meningkatkan kualitas perkuliahan atletik I. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa melalui penerapan model DI berbantuan media VCD pada perkuliahan atletik I, serta mendeskripsikan respon mahasiswa terhadap penerapan model DI berbantuan media VCD pada perkuliahan atletik I. Metode Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester I kelas C di Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi FPIK Undiksha Singaraja tahun akademik 2006/2007 yang berjumlah 44 orang. Penelitian ini dirancang sebanyak tiga siklus. Siklus pertama dengan kompetensi dasar teknik nomor tolak peluru dengan alokasi waktu 6 50 menit atau dua kali pertemuan. Siklus kedua dengan kompetensi teknik nomor lompat jauh dengan alokasi waktu 6 50 menit atau dua kali pertemuan. Siklus ketiga dengan kompetensi dasar teknik nomor lompat tinggi gaya flop dengan alokasi waktu 6 50 menit atau dua kali pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini mengikuti jadwal perkuliahan yang telah ditetapkan oleh

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

39

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

jurusan yaitu 3 jam pelajaran per minggu atau satu kali pertemuan per minggu setiap hari Rabu. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa orang mahasiswa yang telah pernah memprogramkan serta mengikuti perkuliah atletik terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran atletik seperti berikut 1) Dosen kurang memvariasikan model-model pembelajaran dan kurang tersetrukturnya materi yang diajarkan sehingga terasa monotun dan membosankan, 2) Dosen dalam pemberian contoh atau mendemontrasikan keterampilan yang diajarkan masih kurang sehingga pemahaman mahasiswa kurang terhadap model gerakan dari keterampilan tersebut, 3) Aktivitas dan kreativitas mahasiswa dalam proses pembelajaran sngat kurang, 4) Minat dan motivasi belajar mahasiswa sangat rendah, dan 5) Hasil belajar mahasiswa sebagaian besar cukup. Untuk memecahkan masalah ini diterapkan model DI berbantuan media VCD pada perkuliahan atletik I. Langkah-langkah dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut: (a) mensosialisasikan model DI berbantuan media VCD kepada mahasiswa, (b) menyiapkan rancangan pembelajaran Atletik I dengan pokok bahasan tolak peluru, (c) menyiapkan media pembelajaran/alat pembelajaran Atletik I dengan pokok bahasan tolak peluru, (d) menyiapkan instrumen observasi/evaluasi yang berupa asesmen tentang pokok bahasan tolah peluru dan aktivitas mahasiswa. Pelaksanaan tindakan meliputi langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: (a) pendahuluan (mahasiswa dibariskan, berdoa, pemanasan statis dan dinamis); (b) inti (melaksanakan program pembelajaran dengan model DI berbantuan media VCD, yang secara operasional langkah-langkah pelaksanaannya adalah: (b1) pada awal pertemuan dosen memberikan informasi tentang strategi pembelajaran yang akan diterapkan, yaitu model pembelajaran langsung berbantuan media VCD, (b2) dosen menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan mahasiswa untuk pembelajaran Atletik I nomor Tolak Peluru, (b3) dosen memutarkan media VCD dengan materi teknik tolak peluru, (b4) dosen menjelaskan dan mendemontrasikan keterampilan (teknik tolak peluru), (b5) mahasiswa ditugaskan untuk memperagakan teknik tolak peluru sesuai dengan penjelasan dan demontrasi dosen, serta hasil pemuteran VCD, kemudian dosen memberikan bimbingan kepada mahasiswa dalam melakukan pelatihan/ peragaan, (b6) dosen mengecek pemahaman dan keterampilan mahasiswa tentang teknik

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

40

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

tolak peluru dan memberikan umpan balik serta tanya jawab, dan (b7) dosen memberikan kesempatan kembali kepada mahasiswa untuk melakukan pelatihan/peragaan lanjutan sesuai dengan hasil balikan dosen dan diskusi; (c) penutup (penenangan statis dan dinamis, menyimpulkan materi dan pengarahan, dan berdoa). Kegiatan observasi/evaluasi adalah mengevaluasi hasil pembelajaran di akhir siklus dengan lembar evaluasi (asesmen). Refleksi dilakukan pada akhir siklus I. sebagai acuan dalam refleksi ini adalah hasil observasi/evaluasi kepada mahasiswa terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami dalam mengikuti perkuliahan pada siklus I. Refleksi ini dipakai sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Rancangan siklus II dan siklus III sama seperti pada rancangan siklus I namun tindakan yang diberikan adalah perbaikan dari kekurangan-kekurangan yang diberikan pada tindakan sebelumnya. Sedangkan refleksi yang dilakukan pada akhir siklus II dipakai sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pada siklus III. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data mengenai aktivitas mahasiswa, data hasil belajar mahasiswa dalam proses pembelajaran, dan data tentang respon mahasiswa terhadap pembelajaran. Data tentang aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran dikumpulkan dengan lembar observasi, data mengenai hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar dengan menggunakan assesmen, dan data respon mahasiswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan dikumpulkan dengan angket. Analisis terhadap data aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran dilakukan secara deskriptif. Aktivitas mahasiswa ditentukan dengan menghitung rata-rata persentase mahasiswa yang memenuhi indikator aktivitas mahasiswa. Penggolongan katagori aktivitas mahasiswa sebagai berikut. 12,7 M Sangat Aktif 9,9 M < 12,7 Aktif 7,1 M < 9,9 Cukup Aktif 4,3 M < 7,1 Kurang Aktif M < 4,3 Sangat Kurang Aktif

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

41

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

Hasil belajar mahasiswa dianalisis secara deskriptif dengan kriteria keberhasilan adalah presentase mahasiswa yang memperoleh nilai 3 (B) dan 4 (A) lebih besar dari persentase yang memperoleh nilai 2 (C) atau kurang. Data tentang respon mahasiswa secara klasikal pada akhir pembelajaran (akhir siklus III) dianalisis secara deskriptif. Penggolongan respon mahasiswa menggunakan kriteria berikut. MI + 1,5 SDI M Sangat Positif MI + 0,5 SDI M < MI + 1,5 SDI Positif MI + 0,5 SDI M < MI + 0,5 SDI Cukup Positif MI + 1,5 SDI M < MI + 0,5 SDI Kurang Positif M < MI + 0,5 SDI Sangat Kurang Positif Jadi secara keseluruhan pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil belajar mahasiswa dalam katagori baik dan aktivitas mahasiswa minimal dalam katagori aktif serta respon mahasiswa minimal tergolong positif. Hasil Aktivitas belajar mahasiswa yang diamati dengan menggunakan lembar observasi seperti pada lampiran 2, diperoleh hasil bahwa skor rata-rata aktivitas belajar mahasiswa adalah 8,4. Sesuai dengan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan, maka aktivitas belajar mahasiswa pada siklus I tergolong cukup aktif. Dari deskriptor aktivitas belajar mahasiswa yang diamati, terlihat bahwa mahasiswa antusias mengikuti pembelajaran, terutama pada saat dosen mendemontrasikan materi dan pemuteran VCD, mahasiswa dengan seksama memperhatikan proses teknik tolak peluru yang diperagakan oleh dosen dan model pada VCD tersebut dan terjadi interaksi antara mahasiwa dengan dosen. Begitu pula pada saat penugasan mahasiswa dan pemberian umpan balik oleh dosen terjadi interaksi/diskusi antara mahasiswa dengan dosen dan antar mahasiswa. Namun demikian, untuk aktivitas diskusi terutama pada saat umpan balik oleh dosen hanya beberapa mahasiswa yang berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Begitu pula pada saat menyimpulkan materi belum ada mahasiswa yang berani menyampaikan pendapatnya. Dengan demikian aktivitas mahasiswa dalam diskusi dan menyimpulkan materi belum memenuhi harapan sehingga perlu ditingkatkan.

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

42

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

Hasil belajar mahasiswa dapat diketahui dari tes hasil belajar keterampilan tolak peluru menggunakan asesmen. Hasil tes hasil belajar keterampilan tolak peluru diperoleh bahwa nilai A sebanyak 1 orang (2%), nilai B sebanyak 11 orang (25%), nilai C sebanyak 17 orang (39%), dan nilai D sebanyak 15 orang (34%). Jadi persentase hasil belajar mahasiswa pada siklus I yang memperoleh nilai B ke atas sebesar 27% (12 orang) sedangkan yang mendapatkan nilai C ke bawah sebesar 73% (32 orang) (data selengkapnya tertera pada lampiran 6), sehingga hasil belajar mahasiswa pada siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan karena persentase yang memperoleh nilai B ke atas lebih kecil dari pada yang memperoleh nilai C ke bawah (persentase nilai B ke atas sebesar 27% dan nilai C ke bawah 73%). Hal ini disebabkan mahasiswa sebagaian besar belum memiliki keterampilan gerak yang baik sehingga kesulitan dalam mempraktekkan gerakan-gerakan sesuai dengan teknik dalam nomor tolak peluru. Disamping itu mahasiswa belum memahami secara jelas tentang teknik yang diperagakan dalam VCD sehingga perlu diberikan penjelasan setiap tahapan teknik yang diperagakan dalamVCD, serta memberikan kesempatan lebih banyak kepada mahasiswa untuk memperaktekkan teknik yang dipelajari. Siklus II. Model pembelajaran yang diterapkan pada siklus II sama dengan siklus I namun ada beberapa perbaikan sesuai dengan kekurangan yang terjadi pada siklus I, yaitu pada saat pemuteran VCD setiap tahapan gerak diberikan penjelas dan memberikan kesempatan lebih banyak kepada mahsiswa untuk memperaktekkan teknik yang dipelajari. Materi yang diberikan pada siklus II adalah atletik nomor lompat jauh. Dengan penerapan pembelajaran tersebut diperoleh hasil sebagai berikut. Pada siklus II ini diperoleh hasil bahwa skor rata-rata aktivitas belajar mahasiswa adalah 9,9. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan skor rata-rata aktivitas belajar mahasiswa dibandingkan pada siklus I, yaitu sebesar 1,5 (dari 8,4 menjadi 9,9), Sesuai dengan kriteria penggolongan, maka aktivitas belajar mahasiswa pada siklus II tergolong aktif. Kondisi aktivitas belajar mahasiswa ada peningkatan dari siklus I, peningkatannya pada beberapa aspek seperti antusias mahasiswa mengikuti pembelajaran, interaksi antara mahasiswa dengan dosen. Begitu pula pada saat penugasan mahasiswa dan pemberian umpan balik oleh dosen terjadi interaksi/diskusi antara mahasiswa

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

43

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

dengan dosen dan antar mahasiswa. Tetapi aktivitas diskusi terutama pada saat umpan balik oleh dosen dan menyimpulkan materi kondisinya hampir sama seperti pada siklus I, yaitu hanya beberapa mahasiswa yang berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Aktivitas belajar mahasiswa pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan, yaitu minimal aktif, namun masih perlu untuk ditingkatkan. Hasil belajar mahasiswa pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut: nilai A sebanyak 1 orang (2%), nilai B sebanyak 20 orang (45%), nilai C sebanyak 17 orang (39%), dan nilai D sebanyak 6 orang (14%). Jadi hasil belajar mahasiswa pada siklus II persentase yang memperoleh nilai B ke atas sebanyak 47% (21 orang) sedangkan yang mendapatkan nilai C ke bawah sebesar 53% (23 orang) (data selengkapnya tertera pada lampiran 6), sehingga hasil belajar mahasiswa pada siklus II masih belum memenuhi kriteria keberhasilan karena yang memperoleh nilai B ke atas lebih kecil dari pada yang memperoleh nilai C ke bawah, untuk itu perlu ditingkatkan. Mahasiswa umumnya masih sulit memahami teknik yang diperagakan baik oleh dosen maupun dalam VCD, sehingga perlu diberikan pengulanganpengulangan demontrasi baik oleh dosen maupun mahasiswa yang sudah mahir dan pemuteran VCD dari satu kali menjadi dua kali yaitu saat mengawali pelajaran dan pada saat setelah umpan balik oleh dosen, dan setiap tahapan gerak dalam VCD diberikan penjelasan oleh dosen. Siklus III. Pada siklus III model pembelajaran yang diterapkan sama dengan siklus I dan siklus II, namun ada beberapa penambahan metode sesuai dengan kekurangan yang terjadi pada siklus II, yaitu dengan memberikan pengulangan-pengulangan demontrasi baik oleh dosen maupun mahasiswa yang sudah mahir dan pemuteran VCD dari satu kali menjadi dua kali yaitu saat mengawali pelajaran dan pada saat setelah umpan balik oleh dosen dan setiap tahapan gerak dalam VCD diberikan penjelasan oleh dosen. Materi yang diberikan pada siklus III adalah atletik nomor lompat tinggi gaya flop. Dengan penerapan pembelajaran tersebut diperoleh hasil sebagai berikut. a. Aktivitas Belajar Mahasiswa Dengan penerapan model pembelajaran tersebut, maka pada siklus III skor rata-rata aktivitas belajar mahasiswa adalah 10,4. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan skor rata-rata aktivitas belajar

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

44

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

mahasiswa dibandingkan pada siklus I dan siklus II, yaitu sebesar 2.0 dari siklus I dan 0,5 dari siklus II (dari 8,4 menjadi 9,9 dan menjadi 10,4). Sesuai dengan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan, maka aktivitas belajar mahasiswa pada siklus III tergolong sangat aktif. Pada siklus III terjadi peningkatan pada beberapa aspek seperti antusias mahasiswa mengikuti pembelajaran, interaksi antara mahasiwa dengan dosen. Begitu pula pada saat penugasan mahasiswa dan pemberian umpan balik oleh dosen terjadi interaksi/diskusi antara mahasiswa dengan dosen dan antar mahasiswa. Tetapi mahasiswa masih malu atau takut mengungkapkan pendapatnya saat aktivitas diskusi terutama pada saat umpan balik oleh dosen dan menyimpulkan materi. Aktivitas belajar mahasiswa pada siklus III sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan, yaitu minimal aktif. b. Hasil Belajar Mahasiswa Hasil belajar mahasiswa pada siklus III diperoleh hasil sebagai berikut: nilai A sebanyak 8 orang (18%), nilai B sebanyak 26 orang (59%), nilai C sebanyak 8 orang (18%), dan nilai D sebanyak 2 orang (5%). Jadi persentase hasil belajar mahasiswa pada siklus III yang memperoleh nilai B ke atas sebesar 77% (34 orang) sedangkan yang mendapatkan nilai C ke bawah sebesar 23% (10 orang) (data selengkapnya tertera pada lampiran 6), sehingga hasil belajar mahasiswa pada siklus III sudah memenuhi kriteria keberhasilan karena yang memperoleh nilai B ke atas lebih banyak dari pada yang memperoleh nilai C ke bawah. Pada akhir siklus III mahasiswa diberikan kuesioner tentang respon mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran langsung berbantuan VCD diperoleh hasil bahwa skor rata-rata kelas untuk respon mahasiswa adalah sebesar 40,2. Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, maka respon mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran langsung berbantuan VCD tergolong positif. Pada umumnya mahasiswa setuju dan memberikan respon yang sangat positif terhadap penerapan model pembelajaran tersebut. Namun umumnya mahasiswa menyatakan tidak pernah mempersiapkan diri atau belajar di rumah mengenai materi yang akan diajarkan. Ringkasan hasil penelitian ini digambarkan pada Tabel 1.

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

45

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

Tabel 1 Rangkuman Hasil Penelitian tentang Aktivitas dan Respon Mahasiswa Siklus I II III Aktivitas Belajar 8,4 Cukup Aktif 9,9 Aktif 10,4 Aktif Respon 40,2 Sangat Positif

Tabel 2 Rangkuman Hasil Penelitian tentang Hasil Belajar Mahasiswa Hasil Belajar Kriteria Keberhasil Siklus Nilai B Ke Persentase Nilai C ke Persentase an atas Bawah I 12 27% 32 73% Belum II 21 47% 23 53% Belum III 34 77% 10 23% Berhasil Pembahasan Aktivitas belajar mahasiswa pada siklus I termasuk dalam katagori cukup aktif. Kondisi ini tercapai karena dengan penerapan model pembelajaran langsung dengan berbantuan VCD menyebabkan suasana pembelajaran menjadi kondusif. Perhatian mahasiswa terhadap materi yang disajikan dalan VCD menjadi terpusat sehingga mahasiswa dapat mengamati secara teliti dan cermat setiap tahapan gerakan yang diperagakan dalam video (Robert Henich, dkk dalam Tastra, 1996). Antusiasme mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran cukup tinggi, mahasiswa memperhatikan setiap tahapan gerakan yang diperagakan dalam VCD, kemudian mahasiswa memperagakan materi yang diajarkan secara bertahap. Interaksi mahasiswa dengan dosen dan antar mahasiswa berlangsung cukup baik, ada beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan kepada dosen dan ada beberapa mahasiswa memberikan tanggapan dan bahkan memberikan contoh gerakan. Namun partisipasi mahasiswa dalam menyimpulkan materi belum optimal, hanya beberapa mahasiswa yang terlibat dalam menyimpulkan materi pelajaran. Berkenaan dengan hasil belajar pada siklus I diperoleh hasil bahwa persentase nilai mahasiswa yang memperoleh B ke atas hanya
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

46

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

27% (12 orang dari 44 orang mahasiswa), ini artinya belum mencapai kriteria keberhasilan sesuai dengan yang ditentukan dalam penelitian ini, yaitu persentase nilai B ke atas lebih besar dari persentase nilai C ke bawah. Faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah belum optimalmya pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung berbantuan VCD, mahasiswa sebagaian besar belum memiliki keterampilan gerak, jumlah mahasiswa terlalu banyak, waktu untuk melalukan peragaaan sesuai dengan tahapan pembelajaran langsung, yaitu penugasan mahasiswa untuk pelatihan tidak maksimal. Mahasiswa pada umumnya kurang memiliki keterampilan gerak sehingga agak sulit memperagakan tahapan-tahapan gerak yang dituntut dalam materi yang diajarkan, walaupun dengan model pembelajaran ini mahasiswa telah memiliki konsep dan pemahaman tentang teknik dari materi yang diajarkan, namun mahasiswa agak kesulitan memperagakan teknik-teknik yang dituntut dalam materi tersebut sehingga hasilnya belum maksimal, untuk itu perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I , tampak bahwa tahap-tahap model pembelajaran langsung dengan berbantuan VCD belum dapat berlangsung secara optimal, terutama pada tahap pemuteran VCD, membimbing pelatihan, memberikan umpan balik dan pemberian penugasan lanjutan. Pada tahap pemuteran VCD mahasiswa hanya menonton saja, sehingga terkesan hanya menikmati tontonan yang diperagakan dalam VCD. Pada tahap membimbing pelatihan mahasiswa tidak optimal dapat melakukan peragaan karena waktunya yang terbatas. Padahal dalam belajar gerak keterampilan dituntut adanya pengulangan-pengulangan. Tahap umpan balik, dosen yang lebih banyak memberikan balikan terutama pada saat diskusi, mahasiswa hanya beberapa saja yang berani mengungkapkan pendapatnya. Sedangkan pada tahap pemberian penugasan lanjutan, kondisinya sama seperti pada tahap pembimbingan pelatihan, mahasiswa tidak optimal dapat melakukan peragaaan. Berdasarkan refleksi pada siklus I, penelitian dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus II untuk melanjutkan model pembelajaran yang telah diterapkan dengan mengadakan perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang masih dijumpai. Tindakan perbaikan yang diterapkan pada siklus II ditekankan pada kekurangan-kekurangan yang ditemui pada siklus I dengan tetap mempertahankan tindakan-

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

47

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

tindakan yang sudah baik. Tindakan perbaikan yang dipandang relevan untuk diterapkan adalah sebagai berikut. 1) Dalam pemuteran VCD setiap tahapan gerakan diberikan penjelasan mengenai teknik gerakan oleh dosen, 2) setiap mahasiswa diberikan lebih banyak kesempatan untuk melakukan peragaan dan bimbingan, 3) mahasiswa dipacu untuk berani mengungkapkan pendapatnya pada saat diskusi terutama pemberian umpan balik, dan 4) dalam penjelasannya dosen agar selalu memberikan contoh gerakan sesuai dengan tahap-tahap gerakan yang dituntut dalam materi tersebut. Pembelajaran pada siklus II berlangsung secara kondusif, mahasiswa sudah beradaptasi dengan model pembelajaran langsung berbantuan VCD. Hal ini terlihat dari antusiasme mahasiswa mengikuti pembelajaran, saat pemuteran VCD mahasiswa tidak lagi hanya menonton tetapi aktif dalam memberikan komentar terhadap penjelasan dosen di setiap tahap gerakan yang diperagakan dalam VCD. Skor ratarata aktivitas belajar mahasiswa pada siklus II meningkat dari siklus I, yaitu dari katagori cukup aktif menjadi aktif (dari 8,4 menjadi 9,9). Mahasiswa mulai memahami prinsip-prinsip gerak pada setiap teknik yang diajarkan, sehingga mahasiswa lebih aktif dalam mengikuti setiap tahapan pembelajaran. Hasil yang diperoleh pada siklus II ini telah memenuhi kriteria keberhasilan tentang aktivitas belajar mahasiswa yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Hasil belajar mahasiswa pada siklus II menunjukkan peningkatan dibandingkan pada siklus I, dimana persentase nilai mahasiswa yang mendapatkan nilai B ke atas pada siklus II sebesar 47% (21 orang dari 44 mahasiswa), meningkat sebesar 20%, dari 27% menjadi 47% (dari 12 orang menjadi 21 orang). Namun belum mencapai kriteria keberhasilan sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya. Faktor utama yang menyebabkan adalah mahasiswa kurang memiliki keterampilan gerak sehingga agak kesulitan dalam mempraktekkan teknik gerakan yang dituntut dalam materi tersebut. Berdasarkan refleksi siklus II, penelitian dilanjutkan dengan siklus III dimana pemberian tindakan dengan mengacu pada kekurangan-kekurangan yang dijumpai pada tindakan pada siklus II. Pada prinsipnya tindakan yang diberikan pada siklus III masih melanjutkan tindakan pada siklus II sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan dengan penekanan pada perbaikan kekurangankekurangannya. Adapun tindakan yang diberikan adalah sebagai

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

48

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

berikut. 1) Mahasiswa dipacu untuk mempelajari di rumah terlebih dahulu materi yang akan diajarkan, 2) Pemuteran VCD ditingkatkan menjadi dua kali, yaitu sebelumnya hanya pada awal pembelajaran selanjutnya ditambah pemuteran VCD pada saat tahap pemberian umpan balik dan diskusi. Pembelajaran pada siklus III berlangsung sangat kondusif, di samping mahasiswa sudah beradaptasi dengan model pembelajaran langsung berbantuan VCD mahasiswa sudah memiliki kesiapan dalam mengikuti pembelajaran karena mahasiswa sudah mempersiapkan diri di rumah. Hal ini terlihat dari antusiasme mahasiswa mengikuti pembelajaran, mahasiswa telah berani mengungkapkan pendapatnya. Skor rata-rata aktivitas belajar mahasiswa pada siklus III meningkat dari siklus I dan siklus II, yaitu dari katagori cukup aktif menjadi aktif (dari 8,4 dari siklus I menjadi 9,9 pada siklus II dan 10,4 pada siklus III). Mahasiswa mulai memahami prinsip-prinsip gerak pada setiap teknik yang diajarkan, sehingga mahasiswa lebih aktif dalam mengikuti setiap tahapan pembelajaran. Hasil yang diperoleh pada siklus III ini telah memenuhi kriteria keberhasilan tentang aktivitas belajar mahasiswa yang telah ditetapkan. Hasil belajar mahasiswa pada siklus III menunjukkan peningkatan dibandingkan pada siklus I dan siklus II, dimana persentase nilai mahasiswa yang mendapatkan nilai B ke atas pada siklus III sebesar 77% (34 orang dari 44 mahasiswa), meningkat sebesar 50% dari siklus I dan 30% dari siklus II, dari 27% pada siklus I menjadi 47% pada siklus II dan 77% pada siklus III (dari 12 orang pada siklus I menjadi 21 orang pada siklus II dan 34 orang pada siklus III). Berdasarkan kriteria keberhasilan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, maka hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran atletik memenuhi kriteria keberhasilan, yaitu persentase mahasiswa yang mendapatkan nilai B ke atas lebih banyak dari persentase mahasiswa yang memperoleh nilai C ke bawah. Peningkatan ini tidak terlepas dari penerapan model pembelajaran langsung berbantuan VCD berlangsung secara optimal dengan perbaikan-perbaikan pembelajaran sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus-siklus sebelumnya. Respon mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran langsung berbantuan VCD tergolong sangat positif, dengan skor ratarata sebesar 40,2. Secara keseluruhan mahasiswa sangat setuju terhadap

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

49

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

beberapa pernyataan yang diajukan, tetapi ada beberapa mahasiswa menjawab tidak setuju dengan pernyataan Saya berani berpendapat pada saat diskusi. Renspon mahasiswa yang diperoleh ini sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan, yaitu minimal dalam katagori positif. Pada akhir penelitian semua kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan telah terpenuhi. Aktivitas dan hasil belajar mahasiswa meningkat dari pelaksanaan siklus I ke siklus II dan siklus III. Aktivitas balajar mahasiswa tergolong aktif, persentasi hasil belajar mahsiswa yang memperoleh nilai B ke atas sebesar 77%, dan respon mahasiswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan tergolong sangat positif. Meskipun penelitian ini dapat dikatakan berhasil, namun ada beberapa kendala yang masih ditemukan dalam pelaksanaannya. Kendala-kendala yang dihadapai adalah Mahasiswa terlalu banyak sehingga kesempatan memperagakan setiap mahasiswa terbatas, dasar keterampilan gerak mahasiswa masih kurang sehingga agak kesulitan dalam mempraktekkan teknik-teknik gerakan setiap materi yang diajarkan, mahasiswa masih malu atau takut mengungkapkan pendapatnya. Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1) Penerapan model pembelajaran langsung DI berbantuan VCD dapat meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran atletik I pada mahasiswa semester I kelas C Jurusan Penjaskesrek tahun akademik 2006/2007. Skor rata-rata aktivitas belajar mahasiswa meningkat dari 8,4 pada siklus I menjadi 9,9 pada siklus II dan 10,4 pada siklus III dengan katagori cukup aktif pada siklus I, menjadi aktif pada siklus II dan siklus III. (2) Penerapan model pembelajaran langsung DI berbantuan VCD dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran atletik I pada mahasiswa semester I kelas C Jurusan Penjaskesrek tahun akademik 2006/2007. Hasil yang diperoleh mengalami peningkatan, pada siklus I persentase nilai B ke atas sebesar 27% (12 orang) dan nilai C ke bawah sebesar73% (32 orang), pada siklus II persentase nilai B ke atas sebesar 47% (21 orang) dan nilai C ke bawah sebesar 53% (23 orang), dan pada siklus III persentase nilai B ke atas sebesar 77% (34 orang) dan nilai C ke bawah sebesar 23% (10 orang). (3) Respon mahasiswa terhadap penerapan

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

50

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

model pembelajaran langsung DI berbantuan VCD tergolong sangat positif. Sesuai dengan temuan bahwa penerapan model pembelajaran langsung DI berbantuan VCD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa, maka kepada dosen yang mengajar di jurusan Penjaskesrek khususnya yang mengajar matakuliah praktek disarankan untuk menerapkan model pembelajaran langsung DI berbantuan VCD. Daftar Rujukan Asmawi, Z. & Nasoetion. 1993. Penilaian hasil relajar. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud. Budi, J. 2004. Model-model pembelajaran (DI, Kooperatif, dan PBI). Makalah. Disampaikan pada seminar dan Lokakarya bagi Dosen, Mahasiswa, Guru-guru SD, SMP dan SMA se Bali di FPMIPA IKIP Negeri Singaraja. Harald, M. & Wolfgang, R. 2000. Run, jump, and throw: The IAAF guide to teaching athletics. Publisher ISBN. Kemmis, W. C. & Taggart, R. M. 1998. The action research planner. Geelong Victoria: Deakin University Press. Nur, M. & Wikandri, R. 1998. Pendekatan-pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran, Surabaya: IKIP Pres. PB. PASI. 1993. Pedoman dasar melatih atletik. Jakarta: Program Pendidikan dan Sistem Sertifikasi Pelatih Atletik PASI. PB. PASI. 1994. IAAF level I tekniktTeknik atletik dan tahap-tahap mengajar, Jakarta: Program Pendidikan dan Sistem Sertifikasi Pelatih Atletik PASI. Pujawan. I G. N. 2004. Implementasi model pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP. Laporan penelitian. (Tidak diterbitkan). Lembaga Penelitian IKIP Negeri Singaraja. Sarna, K. 1998. Pembelajaran partisipatif. Makalah. Disampaikan dalam Pelatihan PBM dan PTK Kemitraan Internasional STKIP

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

51

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

2(1), 35-52

dan La Trobe University. 23-24 September 1998 di STKIP Singaraja. Soegito, B. W. & Ismaryati. 1991. Pendidikan atletik. Depdiknas, P2PGSD. Jakarta:

Soeparman, K. & Nur, M. 2000. Pengajaran langsung. Pusat sains dan matematika Sekolah Program Pascasarjana Unesa. Jakarta: University Press. Suparta, I N. 2001. Pembelajaran matematika SD melalui penerapan modul bermetode SQ3R. Laporan penelitian. (Tidak diterbitkan). Lembaga Penelitian IKIP Negeri Singaraja. Suyono, D. S. 1991. Perwasitan dan penjurian atletik. Jakarta: PB. PASI. Suyono, D. S. 1991. Peraturan perlombaan atletik dan AD/ART. Jakarta: PB. PASI. Tastra, I D. K. 1996. Pengembangan media instruksional. IKIP Negeri Singaraja. Yoyo, B., Ucup, Y., & Adang, S. 2000. Atletik. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D-3.

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008

52

Anda mungkin juga menyukai