Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Filariasis atau yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah merupakan pen yakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk (Depkes RI, 2010). Unsur-unsur yang berperan penting dalam penularan filariasis adalah adanya sumber penularan yakni manusia atau ho spes reservoir yang mengandung mikrofilaria dalam darahnya, adanya vector yakni nyamuk yang dapat menularkan filarasis, dan manusia yang rentan terhadap filaria sis (Depkes RI,2008). Pada dasarnya seseorang dapat tertular filariasis jika ora ng tersebut mendapat gigitan nyamuk inefektif (mengandung larva stadium 3) berib u kali (Saiful, 2010). Pada saat nyamuk L3 ini menggigit manusia maka larva L3 a kan keluar dari probosis dan tinggal di kulit sekitar lubang gigitan nyamuk. Pad a saat nyamuk menarik probosisnya, larva L3 akan masuk melalui bekas gigitan dan bergerak menuju ke sistem limfe (Rampengan, 2007). Prevalensi penyakit filariasis di dunia maupun di Indonesia semakin meningkat. D ata WHO tahun 2004 menunjukkan bahwa di dunia, lebih dari 120 juta orang diantar anya sudah terinfeksi filariasis dengan 43 juta orang sudah menunjukkan gejala k linis berupa pembengkakan anggota tubuh di kaki atau lengan dan anggota tubuh la innya. Terdapat 1,3 miliar penduduk yang berada di lebih dari 83 negara berisiko tertular filarias, diantaranya Asia Tenggara, Afrika dan daerah tropis lainnya. Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis, terutama wil ayah Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih tinggi. Sejak tahun 2000 hin gga 2009 di laporkan kasus kronis filariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di 401 Kabupaten/kota. Diperkirakan sampai tahun 2009 penduduk Indonesia beresi ko tertular filariasis lebih dari 125 juta orang yang tersebar di 337 kabupaten/ kota endemis filariasis dan diestimasikan prevalensi microfilaria 19%, kurang le bih penyakit ini akan mengenai 40 juta penduduk (Depkes RI, 2010). Prevalensi filariasis di kota Ambon juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ambon termasuk kriteria kabupaten/kota endemis filarial karena sudah ditemukan M ikrofilaria rate 1% disalah satu atau lebih lokasi survei. Berdasarkan data dari D inas Kesehatan Kota Ambon jumlah kasus penyakit filariasis pada tahun 2009, 2010 , 2011 adalah 58, 59, 67. Khususnya pada kecamatan Sirimau, wilayah kerja Puskes mas Christina Martha Tiahahu atau daerah Batu Gajah, tempat dimana penulis akan melakukan penelitian, dilaporkan bahwa selain dari adanya penderita filariasis y ang kronis juga ditemukan penderita filariasis yang baru terinfeksi setiap tahun nya (meningkat). Dilaporkan pada tahun 2009, 2010 dan 2011 kasus yang ditemukan adalah 18, 19, 20 (Sumber Sekunder: Profil Dinas Kesehatan Ambon, 2011). Dampak dari penyakit filariasis tidak mematikan namun dapat membahayakan penderi ta maupun masyarakat (Depkes RI, 2008). Dikatakan membahayakan penderita dan mas yarakat karena dapat menimbulkan kecacatan yang menetap pada kaki, lengan, payud ara dan alat kelamin baik pada laki-laki maupun perempuan (Kandun, 2006). Dapat menurunkan produktivitas penderita, beban keluarga, karena membawa dampak beban ekonomi yang diderita oleh masyarakat yaitu untuk biaya berobat (termasuk biaya transport), hari produktif yang hilang karena sakit, meninggal dan hari produkti f anggota rumah tangga lain yang hilang karena harus merawat orang yang sakit (N oor, 2006). Dengan demikian, sebagai salah satu Negara yang sudah menyepakati di lakukannya program eliminasi filariasis yang ditentukan oleh WHO, maka dapat men imbulkan kerugian besar (butuh biaya yang besar) bagi Indonesia sendiri karena k ejadian filariasis dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya, maka diperki rakan kerugian ekonomi mencapai 43 trilyun rupiah (Kementerian Kesehatan, 2009). Dengan berbagai akibat tersebut, saat ini penyakit kaki gajah telah menjadi sala h satu penyakit di Indonesia yang diprioritaskan untuk dieliminasi. Di prakarsai oleh WHO sejak 1999, pada tahun 2000 diperkuat dengan keputusan WHO dengan mend eklarasikan The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Heal th Problem by the Year 2020 . Indonesia sepakat untuk memberantas filariasis sebagai bagian dari eliminasi filariasis global (Depkes RI, 2010). Indonesia menerapkan dua pilar/strategi utama yang akan ditempuh dalam estimasi filariasis adalah me mutuskan mata rantai penularan dengan Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasi

s (POMP filariasis) di daerah endemis dengan menggunakan Diethyl Carbamazine Cit rate (DEC) 6 mg/kg berat badan yang dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg dan Paracetamol 500 mg sekali setahun dan dilakukan minimal 5 tahun dan perawatan k asus klinis filariasis baik kasus klinis akut maupun kasus klinis kronis (Kement erian Kesehatan, 2009). Untuk mengatasi permasalahan filariasis di Indonesia, te lah dicanangkan program eliminasi filariasis oleh Menteri Kesehatan Republik Ind onesia pada tahun 2002. Program eliminasi filariasis bertujuan memutuskan mata r antai penularan filariasis melalui pengobatan massal sehingga terjadi penguranga n drastis mikrofilaria dapat mengurangi potensi penularan filariasis oleh vektor nyamuk (Depkes RI, 2005). Berdasarkan hasil laporan pengobatan massal di kota Ambon yang dilaksanakan pada bulan November tahun 2011 dengan jumlah penduduk sekitar 351.429 hasilnya menc apai 63,5 %. Sedangkan target hasil pengobatan yang ingin dicapai pada tahun 20 11 adalah 268.221 orang. Namun kenyataannya penduduk yang mengikuti pengobatan h anya berjumlah 181.036 orang. Untuk wilayah kerja Puskesmas Christina termasuk d aerah Batu Gajah tempat dimana penulis akan melakukan penelitian juga masih ada masyarakat yang tidak mengikuti pengobatan massal, dengan laporan yang didapat d ari jumlah penduduk sekitar 25.123, yang ikut pengobatan hanya 23.166 orang. Dil ihat dari hasil pengobatan yang tidak sesuai target maka terlihat jelas bahwa ad a ketidakpatuhan penduduk dalam mengikuti program pengobatan filariais. Sesuai i nformasi yang penulis dapatkan dari petugas kesehatan pemegang Program Filariasi s pada daerah Batu Gajah, ternyata pendidikan kesehatan juga jarang dilakukan un tuk masyarakat setempat, kemudian pemberian obat filariasis hanya sebatas di tem pat pengobatan tanpa ada pengontrolan atau evaluasi dari kegiatan yang dilakukan (Sumber Sekunder: Profil Dinas Kesehatan Kota Ambon, 2011). Dengan demikian tingkat penularan filariasis di daerah Batu Gajah semakin mening kat karena masih banyak penduduk yang mengandung mikrofilaria di dalam darahnya yang merupakan sumber penularan. Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu d ilakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang filariasis deng an tingkat kepatuhan minum obat penderita filariasis di daerah Batu Gajah Ambon.

B. Rumusan Masalah Berdasarakan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan pe nelitian ini adalah Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan tentang filariasis deng an tingkat kepatuhan minum obat dari penderita filariasis di daerah Batu Gajah A mbon . C. Tujuan Penulisan 1) Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang filariasis dengan tingkat kepatuhan minum obat dari penderita filariasis di daerah Batu Gajah Ambon . 2) Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang filariasis di da erah Batu Gajah Ambon. b. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan minum obat dari penderita filariasis di daerah Batu Gajah Ambon c. Menganalisa korelasi pengetahuan tentang filariasis dengan tingkat kepat uhan minum obat dari penderita filariasis di daerah Batu Gajah Ambon D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu dan pengetahuan bagi pembaca da lam bidang kesehatan komunitas khususnya tentang penyakit filariasis. 2. Manfaat Praktis Sebagai informasi bermanfaat yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan tingk at kepatuhan mengikuti pengobatan dalam mempengaruhi terjadinya kejadian/penular an filariasis sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Kes ehatan kota Ambon untuk dilakukan program penanggulangan filariasis.

Anda mungkin juga menyukai