Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN PROGRAMA DINAMIS PADA PENJADWALAN FLOW SHOP N JOB M MESIN UNTUK MEMINIMASI TARDINESS DI INDUSTRI SEPATU HERO

BROTHERS Nelfiyanti dan Dedi Dermawan Jurusan T eknik Industri Universitas Muhammadiyah Riau e-mail: nelfhiyanthi@gmail.com Abstract UD. HERO BROTHER'S produces every day to fulfill demands of this company shop and costumer order (Make to order) with time limit of due date. Tardiness finishing of costumer order often happened, and it caused penalty to company. Because of that it needs to make scheduling plan in order minimize tardiness in finishing the costumer order. This research was conducted with a purpose to implement the dynamic programming in scheduling of flow shop problem with n job m machine and also to minimize total tardiness in finishing the costumer order. One of the methods which can used to minimized total tardiness is dynamic programming method. This research conducted for 3 jobs 8 machines and the result showed that job sequence earliest duedate was job1- job2- job3 with total tardiness equal to 6199 minutes and percentage of improvement to 4.82%. Keywords: scheduling, dynamic programming,tardiness,minimize 1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Penjadwalan memiliki tujuan sangat penting dalam proses produksi, diantaranya adalah untuk meningkatkan produktivitas, untuk mengurangi persediaan setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan menunggu, untuk mengurangi keterlambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu penyelesaian berdasarkan due date yang telah ditentukan (minimasi rata- rata) keterlambatan penyelesaian pekerjaan (mean tardiness) dan membantu dalam mengambil keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik (Bedworth, 1982).

Industri sepatu Hero Brothers sering mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan pesanan konsumen hal ini dikarenakan kurangnya tenaga kerja dibagian produksi sedangkan pesanan dari konsumen dengan jumlah permintaan dan jenis yang beraneka ragam. Keterlambatan ini akan mengakibatkan penalty bagi perusahaan. Dimana penalty yang diberikan perusahaan adalah adanya % pengurangan dari total harga produk yang dipesan. Untuk kedepannya perusahaan sangat berharap dapat menyelesaiakan permintaan konsumen tanpa melanggar due date yang telah ditentukan dan mengharapkan tidak adanya tardiness atau waktu keterlambatan dalam penyelesaian hingga saat due date. Sehingga penyelesaian pesanan tepat pada waktunya (ideal). 1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengimplementasikan Program Dinamis pada penyelesaian penjadwalan proses produksi Flowshop. 2. Menentukan urutan penjadwalan job yang mampu meminimasi total tardiness. 1.3 Batasan Masalah

1. Job yang akan dijadwalkan adalah produk yang sedang diproduksi oleh perusahaan pada saat penelitian dilakukan yaitu sebanyak 3 jenis produk. 2. Waktu proses (ti), routing, dan due date (di) diketahui. 3. Jumlah mesin yang digunakan adalah 6 mesin, 1 stasiun pola dan 1 stasiun perkaitan. 4. Selama penjadwalan berlangsung tidak ada penambahan permintaan yang akan merubah penjadwalan produksi. 2. 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Penjadwalan Produksi

Menurut Conway (1967), Penjadwalan adalah suatu proses pengurutan (sequencing) pembuatan produk secara menyeluruh pada beberapa mesin. Sedangkan menurut Baker (1974) penjadwalan produksi adalah proses pengalokasian sumbersumber daya untuk menyeleseikan sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu. Menurut Morton dan Pentico (1993) penjadwalan adalah membuat keputusan untuk menentukan aktivitas dan sumber daya dalam rangka menyelesaikan pekerjaan dan proyek dan memaksimalkan hasil serta meminimasi biaya operasi langsung. Tujuan dilakukannya penjadwalan antara lain :

154

Meningkatkan penggunaan utilitas mesin, yaitu dengan mengurangi waktu menganggur mesin. Mengurangi keterlambatan. Mengurangi WIP, untuk mengurangi rata- rata jumlah pekerjaan yang menunggu untuk diproses pada suatu mesin.

Menurut Baker (1974), ada tiga informasi dasar yang digunakan dalam penjadwalan, yaitu : Prosessing time ( t j ) : jumlah waktu yang dibutuhkan oleh job j. Read time ( r j ) : titik waktu paling awal mesin dapat memproses pesanan j. Pada waktu kedatangan job, dapat diasumsikan bahwa r j = 0 untuk setiap job. Saat kirim ( d j ) : titik proses pengerjaan job j yang diinginkan oleh konsumen.

Menurut Conway (1967) mengatakan, informasi dasar yang dapat dijadikan variable, yairu read time dan due date. 2.2 Klasifikasi Penjadwalan

Model penjadwlan diklasifikasikan menurut jenis permasalahan yang dihadapi pada sistem produksi. Permasalahan penjadwalan berdasarkan ketersediaan sumber, ada dua kelompok yaitu (Baker, 1974) : 1) Masalah Penjadwalan Mesin Tunggal Masalah penjadwalan mesin tunggal yang palingh sederhana memiliki cirri karakteristik sebagai berikut : Deskripsi pekerjaan sudah diketahui Terdapat n pekerjaan operasi mesin tunggal independent yang akan diproses pada t = 0. Waktu set-up untuk pekerjaan tersebut independent terhadap urutan pekerjaan dan dapat dimasukan kedalam waktu proses. Satu buah mesin tersedia dan tidak dibiarkan menganggur jika ada pekerjaan menunggu. Begitu mulai, pekerjaan akan diproses sampai selesai tanpa dipotong. Untuk permasalahan yang lebih rumit, berbagai model matematis dapat digunakan untuk membantu, diantaranay adalah Programa Dinamis, Algoritma hybrid, Algoritma branch and bound dan Random sampling.

155

2) Masalah Penjadwalan Mesin lebih dari satu (Jamak) Suatu masalah penjadwalan dikategorikan sebagai permasalahan penjadwalan mesin lebih dari satu (jamak) apabila paling sedikit terdapat dua mesin yang tersedia untuk memproses pekerjaan yang ada. 2.3 Programa Dinamis( Dynamic Programming )

Program dinamis pertama kali dikembangkan oleh Richard E. Bellman pada 1957 dan dipergunakan untuk berbagai macam persoalan optimasi. Metode ini adalah suatu teknik untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan sekumpulan keputusan yang saling berhubungan dengan tujuan agar secara keseluruhan mencapai keefektifannya. Program dinamis mengubah masalah yang cukup besar ke dalam submasalah yang lebih kecil sehingga dari rangkaian penyelesaian masalah yang lebih kecil akan ditemukan penyelesaian masalah aslinya. Dalam proses penyelesaian submasalah, digunakan berbagai macam tahapan. Oleh karena itu, setiap masalah diselesaikan berdasarkan penyelesaian submasalah sebelumnya. Metode program dinamis dikelompokan menjadi dua, yaitu program dinamis deterministic dan program dinamis probabilistic. Pada prigram dinamis deterministic, status pada tahap berikutnya sepenuhnya ditentukan oleh status dan keputusan pada saat ini, sedangkan pada metode program dinamis probabilistic tahap berikutnya tidak dapat sepenuhnya ditentukan oleh status dan keputusan saat ini, tetapi ada suatu distribusi kemungkinan mengenai apa ynag akan terjadi (Hillier dan Lieberman, 1994). 2.4 Aplikasi Programa Dinamis untuk Penjadwalan

Pada persoalan penjadwalan produksi, Z didefenisiskan sebagai fungsi total biaya keterlambatan, sedangkan g j (C j ) adalah fungsi keterlambatan pekerjaan j, dan
C j adalah completion time pekerjaan j.

n Z = f g j (C j ) (1) j =i Jika g j merupakan nilai keterlambatan pekerjaan j, dengan W j adalah bobot


pekerjaan j, dan d j adalah due date pekerjaan j, maka :
W j (C j d j ) jikaC j > d j gj = 0 jikaC j d j

(2)

156

Jika Z memiliki bentuk seperti persamaan 2, maka untuk memperoleh urutan pengerjaan yang optimal dapat dicapai dengan menggunakan program dinamis. Urutan pekerjaan diatur sedemikian rupa sehingga J adalah subset dari n pekerjaan. J adalah komplemen dari J, sedangkan seluruh pekerjaan di himpunan J mendahului setiap pekerjaan di himpunan J, dapat dilihat pada gambar 1 :

qJ '
Gambar 1 Struktur dari urutan pekerjaan dalam program dinamis

Jika g j adalah total waktu yang diperlukan untuk memproses pekerjaanpekerjaan di himpunan J dan t j adalah waktu proses pekerjaan j, maka :
gj =

t
j J '

(3)

Pada program dinamis tidak dipersoalkan bagaimana pekerjaan pada himpunan J diurutkan, tetapi lebih ditekankan pada pekerjaan dihimpunan J, yang harus diurutkkan secara optimal. Apabila K didefenisikan sebagai himpunan dari semua pekerjaan, maka K=J+J dan fungsi G(K) didefenisikan sebagai fungsi keterlambatan dari pekerjaan yang ada di K. Sehingga, fungsi biaya keterlambatan minimum G(K) adalah : G(K)= f min g j (t j ) + G ( K { j} (4)

jk

]}

Total nilai keterlambatan yaitu G(J) dengan q j adalah total waktu proses semua pekerjaan yang ada di himpunan J, t j adalah waktu proses untuk pekerjaan j, J adalah subset dar n pekerjaan dan

{ j} adalah himpunan pekerjaan j, dirumuskan

sebagai berikut : G(K) = min g j (q j + t j ) + G ( J { j}


jJ

(5) (6)

Sedangkan nilai G untuk semua subset yang berukuran nol dirumuskan : G( ) = 0

Pada sistem produksi yang beraliran flow shop, semua pekerjaan mengalami urutan pengerjaan yang sama, identik dari satu mesin menuju mesin berikutnya, seperti terlihat pada gambar 2.4 secara umum dikenal dengan penjadwalan n pekerjaan m mesin :

157

Input

Mesin1

Mesin2

Mesinm

Output

Gambar 2 skema proses produksi untuk tipe flow shop

Operasi perhitungan pada setiap tahap dengan algoritma program dinamis pada mesin adalah sebagai berikut : 1) P operasi penentuan J J merupakan himpunan dari susunan pekerjaan yang mungkin dibentuk pada setiap subset, dengan formulasi sebagai berikut : n n! = (7) P P!(n P)! dengan : n = jumlah pekerjaan yang harus dilakukan P = P ukuran subset (P = 1,2,3,.........,n) 2) P operasi penentuan nilai q j '
q j ' yaitu total waktu yang diperlukan untuk memproses pekerjaan dihimpunan J,

maka diperoleh formulasi sebagai berikut : g j = t j


j J '

(8)

Dengan : t j = total waktu proses pekerjaan j pada himpunan J


j J '

3) 2P operasi penentuan nilai g j Apabila


gj

merupakan waktu keterlambatan pekerjaan j, maka dapat (9) = bobot pekerjaan j

diformulasikan sebagai berikut : g j = W j (C j d j ) dimana : gj


Cj

= nilai keterlambatan pekerjaan j , W j = completion time pekerjaan j , d j

= due date pekerjaan j

Dan, nilai C j diperoleh dari :


Cj = qj + tj

(10)

dimana : gj

= total waktu proses semua pekerjaan yang ada di himpunan J.

158

tj
Mesin k

= waktu proses pekerjaan j.

t J , K 1

Me sin k 1

t J 1, K C j , I 1

tJ ,K

C j I ,1

C j,I

Completion time untuk pekerjaan j pada mesin k diperoleh dengan formulasi sebagai berikut : (11) C jk = S jk + t jk dengan S jk adalah waktu mulai penegrjaan pekerjaan j pada mesin k , t jk adalah waktu proses pekerjaan j pada mesin k dan diperoleh dari : S jk = max(C j , k 1 ; C j 1, k ) completion time pekerjaan (j- 1) pada mesin k. 4) P operasi penentuan nilai G {J ( j )} (12)

dengan C j , k 1 completion time pekerjaan j pada mesin (k -1) dan C j 1, k adalah

{G {J ( j )} merupakan total nilai keterlambatan dari pekerjaan- pekerjaan pada

posisi pengerjaan sesudah pengerjaan j pada tahap perhitungan sebelumnya. 5) P operasi penentuan nilai G(J) G(J) merupakan total nilai keterlambatan yang paling minimum untuk tiap- tiap subset, maka diformulasikan sebagai berikut : (13) G ( J ) = g j + G ( J { j}) dimana : G (J ) = total nilai keterlambatan = nilai keterlambatan pekerjaan j

gj

G{J ( j )}= total nilai keterlambatan dari pekerjaan- pekerjaan pada posisi pengerjaan setelah pekerjaan j pada tahap perhitungan sebelumnya.
1 operasi penentuan min G ( J ) = min ( g j + G ( J { j}) j J

159

3.

IMPLEMENTASI METODE DAN PEMBAHASAN

Metode yang digunakan adalah metode Dynamic Programming (Program Dinamis). Sebelum dilakukan pengujian metode Dynamic Programming maka terlebih dahulu dilakukan inisialisasi terhadap data yang akan diuji. Hal ini dilakukan agar mempermudah dalam melakukan proses perhitungan. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1 Data Jenis Produk No Nama Data 1 Model Sendal Spith Pria, Coklat 2 Model Sepatu boot Wanita, Coklat plus Putih 3 Mode sepatu Boot (Lars) Pria, Hitam Sumber : Pengolahan Data, 2007 Demand 20 20 18 Duedate 1920 2400 2880

Pada Tabel 2 memperlihatkan inisialisasi data yang dalam pembuatan sepatu Tabel 3.2 Inisialisasi Data
No Nama Data 1 Model Sendal Spith, Coklat 2 Model Sepatu Boot, gabungan Coklat dan putih 3 Model Sepatu Boot ( Lars ), Hitam 4 Pola 5 Mesin Seset (S1 ) 6 Mesin Jahit Kasar (Cenglong) (JK1) 7 Mesin Jahit Halus (Canglong) (JH1) 8 Perakitan 9 Mesin Press (P1) 10 Mesin Gerinda (G1) 11 Mesin Pencetak Logo (PL1) Sumber : Pengolahan Data, 2007 Inisialisasi Job1 (J1) Job2 (J2) Job3 (J3) Mesin1 (M1) Mesin2 (M2) Mesin3 (M3) Mesin4 (M4) Mesin5 (M5) Mesin6 (M6) Mesin7 (M7) Mesin8 (M8)

Berdasarkan tabel 1 dan 2 maka dapat dibuat waktu proses (ti) yang terjadi pada tiaptiap job dan mesin. Pada Tabel 3 memperlihatkan waktu proses ditiap- tiap job dan mesin (dalam satuan menit).

160

Tabel 3 Processing Time dalam satuan menit J1 J2 J3 Total M1 1645 1959 2588 6192 M2 36 57 66 159 M3 38 34 48 120 M4 24 50 60 134 M5 270 250 344 954 M6 57 69 90 216 M7 43 50 51 144 M8 49 50 45 144

Sumber : Pengolahan Data, 2007

3.1

Tahapan Programa Dinamis

Metode Programa dinamis terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilakukan dengan tujuan agar lebih memperjelas proses pengolahannya. Hal ini dapat dilihat pada langkah- langkah sebagai berikut : Langkah I : Menentukan himpunan J yaitu himpunan dari susunan pekerjaan yang mungkin dibentuk pada setiap subset, dengan menggunakan formulasi : n n! = P P!(n P)! Dengan : n = jumlah pekerjaan yang harus dilakukan P = P ukuran subset (P = 1,2,3,.........,n) Untuk n = 3 dan P = 1 n n! = P P!(n P)! 3 3! 3 x 2 x1 = 1 1!(3 1)! = 1x1x 2 = 3 Untuk n = 3 dan P = 2 n n! = P P!(n P)! 3 3! 3 x 2 x1 = 1 21!(3 2)! = 2 x1x1 = 3

161

Untuk n = 3 dan P = 3 n n! = P P!(n P)! 3 3! 3 x 2 x1 = 1 3!(3 3)! = 3 x 2 x1x1 = 1 Untuk langkah- langkah pengerjaan 2, 3, ,4,5 dan 6 dapat dilihat dari contoh perhitungan Programa Dinamis sebagai berikut dengan satuan menit : Tahap 1 (subset ukuran 1 yang dapat dibentuk adalah {11}, {12}, {13})
Tabel 4 Langkah tahap 1

1. Mesin 1 (Pola) Tahap 1 J {11} {21} {31} qj 4547 4233 3604 jeJ 11 21 31 gj 4272 3792 3312 G(J-{j}) 0 0 0 G(J) 4272 3792 3312 Dari tabel 1 dapat dijelaskkan bahwa untuk menetukan nilai dari tiap- tiap tahap adalah : q j adalah total waktu yang diperlukan untuk memproses pekerjaan- pekerjaan di
himpunan J1 dan tj adalah waktu proses pekerjaan j. q j = ( t j ) t j
jEJ

g j = 1645 + 1959 + 2588 = 6192

q1 = 6192 1645 = 4547 , q2 = 6192 1959 = 4233 , q3 = 6192 2588 = 3604


jEJ merupakan himpunan J gj adalah waktu keterlambatan pekerjaan j gj = Cj d j

g1 = (4547 + 1645) 1920 = 4272 g 2 = (4233 + 1959) 2400 = 3792


g 3 = (3604 + 2588) 2880 = 3312

162

G(J-{j}) adalah total nilai keterlambatan dari pekerjaan- pekerjaan pada posisi pengerjaan sesudah pekerjaan j pada tahap perhitungan sebelumnya. Karena tahap sebelumnya tidak ada maka nilai G(J-{j}) untuk semua subset adalah nol. G(J) adalah total nilai keterlambatan yang paling minimum untuk tiap- tiap subset. G ( J ) = min ( g j + (G ( J { j})
jEJ

G ( J )1 = 4272 + 0 = 4272 , G ( J ) 2 = 3792 + 0 = 3792


G ( J )3 = 3312 + 0 = 3312 terpilihsebagainilaiG ( J )terkecil Sehingga urutan pengerjaan untuk pengolahan mesin berukutnya dari tahap awal sampai tahap akhir sama. Dan didapat hasil perhitungan dari mesin 1 hingga mesin 8 dengan tiga kali proses dengan menggunakan metoda Programa Dinamis (Dynamic Programming) :
Tabel 5.4 Pengolahan Data Programa Dinamis (Dynamic Programming )

1. Mesin 1 (Pola) Tahap 1 J {11} qj 4547 jeJ 11 gj 4272 G(J-{j}) 0 G(J) 4272 Tahap 2 J {11.21} qj 2588 jeJ 11 gj 2313 G(J-{j}) 3792 G(J) 6105 Tahap 3 J qj jeJ gj G(J-{j}) G(J)

{21} 4233 21 3792 0 3792

{31} 3604 31 3312 0 3312

2. Mesin 2 (Mesin seset) Tahap 1 J {12} {22} qj 123 102 jeJ 12 22 gj 0 0 G(J-{j}) 6105 5939 G(J) 6105 5939 Tahap 2 J {12.22} qj 66 jeJ 12 gj 0 G(J-{j}) 5939 G(J) 5939 Tahap 3 J qj jeJ gj G(J-{j}) G(J)

{32} 93 32 0 4516 4516

21 2147 4272 6419

{11,31} 1959 11 1684 3312 4996

31 1667 4272 5939

{21,31} 1645 21 1204 3312 4516

31 1353 4272 5625

22 0 6105 6105

{12,32} 57 12 0 4516 4516

32 0 6105 6105

{22,32} 36 22 0 4516 4516

32 0 5939 5939

{11,21,31} 0 11 21 31 0 0 0 4516 5939 6105 4516 5939 6105

{12,22,32} 0 12 22 32 123 102 93 4516 6105 5939 4639 6207 6032

163

3. Mesin 3 (Jahit kasar) Tahap 1 J {13} {23} qj 82 86 jeJ 13 23 gj 0 0 G(J-{j}) 6032 6207 G(J) 6032 6207 Tahap 2 J {13.23} qj 48 jeJ 13 gj 0 G(J-{j}) 6207 G(J) 6207 Tahap 3 J qj jeJ gj G(J-{j}) G(J)

{33} 72 33 0 4639 4639

4. Mesin 4 (Mesin jahit halus) Tahap 1 J {14} {24} qj 110 84 jeJ 14 24 gj 0 0 G(J-{j}) 6289 6118 G(J) 6289 6118 Tahap 2 J {14.24} qj 60 jeJ 14 gj 0 G(J-{j}) 6118 G(J) 6118 Tahap 3 J qj jeJ gj G(J-{j}) G(J)

{34} 74 34 0 4721 4721

23 0 6032 6032

{13,33} 34 13 0 4639 4639

33 0 6032 6032

{22,33} 38 23 0 4639 4639

33 0 6207 6207

24 0 6289 6289

{14,34} 50 14 0 4721 4721

34 0 6289 6289

{24,34} 24 24 0 4721 4721

34 0 6118 6118

{13,23,33} 0 13 23 33 82 86 82 4639 6032 6207 4721 6118 6289

{14,24,34} 0 14 24 34 110 84 74 4721 6289 6118 4831 6373 6192

5. Mesin 5 (Perakitan) Tahap 1 J {15} qj 594 jeJ 15 gj 0 G(J-{j}) 6192 G(J) 6192 Tahap 2 J {15.25} qj 344 jeJ 15 gj 0 G(J-{j}) 6373 G(J) 6373 Tahap 3 J qj jeJ gj G(J-{j}) G(J)

{25} 614 25 0 6373 6373

{35} 520 35 0 4831 4831

6. Mesin 6 (Mesin Press) Tahap 1 J {16} {26} qj 159 147 jeJ 16 26 gj 0 0 G(J-{j}) 7237 7056 G(J) 7237 7056 Tahap 2 J {16.26} qj 90 jeJ 16 gj 0 G(J-{j}) 7056 G(J) 7056 Tahap 3 J qj jeJ gj G(J-{j}) G(J)

{36} 126 36 0 5695 5695

25 0 6192 6192

{15,35} 250 15 0 4831 4831

35 0 6192 6192

{25,35} 270 25 0 4831 4831

35 0 6373 6373

26 0 7237 7237

{16,36} 69 16 0 5695 5695

36 0 7237 7237

{26,36} 57 26 0 5695 5695

36 0 7056 7056

{15,25,35} 0 15 25 35 864 864 864 4831 6192 6373 5695 7056 7237

{16,26,36} 0 12 22 32 216 216 216 5695 7237 7056 5911 7453 7272

164

7. Mesin 7 (Mesin Gerinda) Tahap 1 J {17} {27} qj 101 94 jeJ 17 27 gj 0 0 G(J-{j}) 7272 7453 G(J) 7272 7453 Tahap 2 J {17.27} qj 51 jeJ 17 gj 0 G(J-{j}) 7453 G(J) 7453 Tahap 3 J qj jeJ gj G(J-{j}) G(J)

{37} 93 37 0 5911 5911

8. Mesin 8 (Mesin Pecetak logo) Tahap 1 J {18} {28} qj 95 94 jeJ 18 28 gj 0 0 G(J-{j}) 7597 7416 G(J) 7597 7416 Tahap 2 J {18.28} qj 45 jeJ 18 gj 0 G(J-{j}) 7416 G(J) 7416 Tahap 3 J qj jeJ gj G(J-{j}) G(J)

{38} 99 38 0 6055 6055

27 0 7272 7272

{17,37} 50 17 0 5911 5911

37 0 7272 7272

{27,37} 43 27 0 5911 5911

37 0 7453 7453

28 0 7597 7597

{18,38} 50 18 0 6055 6055

38 0 7597 7597

{24,34} 49 28 0 6055 6055

38 0 7416 7416

17 144 5911 6055

{17,27,37} 0 27 144 7272 7416

37 144 7453 7597

18 144 6055 6199

{18,28,38} 0 28 144 7597 7741

38 144 7416 7560

3.2 3.2.1

Pembahasan Analisa Inisialisasi Data

Inisialisasi data merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum melakukan pengolahan data dengan menggunakan metode yang akan diterapkan pada pengolahan data yang akan dilakukan . Dimana inisialisasi data ini berguna untuk memberikan informasi tentang semua data yang dibutuhkan dalam pengolahan data, seperti job yang akan dibuat, permintaan konsumen terhadap job yang dipesan serta jenis mesin yang digunakan.

3.2.2

Analisa Penerapan Programa Dinamis (Dynamic Programming)

Hasil pengolahan yang didapat dengan menggunakan metoda Programa Dinamis (Dynamic Programming) didapat melalui beberapa tahap : Tahapan pertama yaitu tahapan yang dilakukan untuk menentukan pekerjaan pada posisi 3.

165

Tahapan kedua yaitu tahapan yang dilakukan untuk menentukan pekerjaan pada posisi 2. Tahapan ketiga yaitu tahapan yang dilakukan untuk menentukan pekerjaan pada posisi 1. Untuk tiap- tiap tahapan, nilai tardiness yang didapat berdasarkan dari penentuan nilai total waktu yang dibutuhkan untuk memproses pekerjaan- pekerjaan di himpunan J (qj), penetuan waktu keterlambatan pekerjaan j (gj), penentuan total nilai keterlambatan (G{J-9j0} serta penetuan nilai keterlambatan yang paling minimum untuk tiap subset (G(J)). Dari data peneletian di UD. Hero BrotherS, didapat nilai tardiness akhirnya (G(J)) sebesar 103.42 jam (6205.2 menit). Dari tahap pertama untuk mesin pertama didapat bahwa nilai G(J) nya sebesar 6199 menit dan didapat urutan pengerjaan job yang akan dikerjakan sebagai berikut : job 1- job2- job3. Tahapan pertama ini merupakan penentuan awal untuk job yang mana dikerjakan terlebih dahulu hingga job terakhir yang dikerjakan. Tardiness yang didapat sebesar 6199 menit didapat jika penerapan penjadwalan terhadap pembuatan sepatu sesuai dengan urutan pengerjaan job teresebut. 3.2.3 Analisa Perbandingan Metode Heuristic dengan Metode Programa Dinamis Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan metode Programa Dinamis untuk penjadwalan dan dibandingkan dengan metode Heuristic, dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 5 Rekapitulasi Pengolahan data tardiness No Urutan Job Tardiness (Menit) 1 Job 3- Job2- Job1 8085 2 Job 3- Job1- Job2 7699 3 Job 2- Job3- Job1 7456 4 Job 2- Job1- Job3 6513 5 Job 1- Job2- Job3 6199 6 Job 1- Job3- Job2 6828
Sumber : Pengolahan data, 2007

Dari tabel 5 rekapitukasi pengolahan data tardiness, terpilih pengerjaan urutan yang ke lima (job1- job 2- job3). Karena nilai tardiness yang didapatkan pada urutan pengerjaan ke lima mempunyai nilai tardinessnya paling minimum yaitu sebesar 6199 menit.

166

4.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian yang dilakukan didapat bahawa Metode programa dinamis dapat diterapkan untuk 3 job 8 mesin pada penjadwalan dan Programa dinamis menentukan urutan pengerjaan job (job 1 job 2 job 3) berdasarkan EDD. Sementara untuk saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1. Dengan hasil penelitian ini, dapat dilakukan penelitian yang lebih luas untuk job dan mesin yang tak terbatas (N job M mesin) pada lantai produksi yang menggunakan jumlah mesin yang lebih dari 1. 2. Data penelitan ini dapat diolah dengan menggunakan program yang ada. Hasil yang didapat berdasarkan program yang digunakan dapat dibandingkan dengan hasil dari hasil pengolahan dengan metode Programa Dinamis.

DAFTAR PUSTAKA Baker, K.R., 1974, Introduction to Sequencing and Schedulling, Jhon Willey & Son, New York. Baroto, Teguh, 2002, Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta, Ghalia Indonesia. Conway, R., Maxwell, W.L., and Miller., 1967, Theory of Scedulling, AddisonWesley Publishing Company, USA. Dimyati, Tjutju Tarliah, 1992, Operations Research Model-model Pengambilan Keputuan, Bandung, CV. Sinar Ofset. Hillier, Frederick S and Gerald J. Lieberman, 1992, Pengantar Riset Operasi. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. Morton, T. And Pentico, D., 1993. Heuristic Schedulling System With Application To Production System And Project Management, Jhon Willey & Son, New York. Susy Sumartini., 2003. Penyederhanaan Perhitungan Programa Dinamis dan Aplikasinya untuk Penjadwalan Flow Shop, Jurnal Seminar Produksi Vol. VI.

167

Anda mungkin juga menyukai