Anda di halaman 1dari 7

GANGGUAN KONVERSI A.

PENDAHULUAN Gangguan ini disebut disosiatif karena dahulu di anggap terjadi hilangnya asosiasi antara berbagai proses mental seperti identitas pribadi dan memori, sensori dan fungsi motorik. Ciri utamanya adalah hilangnya fungsi yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Pada penderita didapatkan hilangnya fungsi seperti memori (amnesia psikogenik), berjalan-jalan dalam keadaan trans (fugue), fungsi motorik (paralisis dan pseudoseizure), atau fungi sensorik (anesthesia sarung tangan dn kaus kaki, glove and stocking anaesthesia). Istilah konversi didasarkan pada teori kuno bahwa perasaan dan anxietas dikonversikan manjadi gejala-gejala dengan akibat terselesaikannya konflik mental (keuntungan primer) dan didapatkannya keuntungan praktis seperti perhatian dari orang lain (keuntungan sekunder). Gangguan ini dulunya juga disebut hysteria yang berasal dari istilah dan keyakinan jaman dahulu bahwa penyebabnya adalah uterus yang berkeliaran (wandering uterus). Meskipun didefinisikan sebagai suatu kondisi yang menyajikan perubahan atau kehilangan fungsi fisik sugestif dari gangguan fisik, gangguan konversi dianggap menjadi ekspresi dari konflik psikologis atau kebutuhan dasar. Konflik psikologis kritis atau stres mungkin tidak terlihat pada awalnya, tetapi menjadi jelas dalam perjalanannya. Idealnya, ini adalah faktor psikologis terkait simbolis untuk munculnya gejala. Gejala konversi dianggap hasil dari proses bawah sadar. Hasil yang dari gejala fisik diklasifikasikan sebagai gangguan buatan atau berpura-pura sakit. Gejala konversi dianggap tidak berada di bawah kendali sukarela, dan tidak bisa dijelaskan karena gangguan fisik atau mekanisme patologis yang di ketahui . Gangguan konversi diklasifikasikan sebagai gangguan disosiatif di ICD-10, untuk menjaga keterkaitannya dengan histeria (Gangguan disosiatif pada DSM-IV). Pada abad ke19, Paulus- Briket menggambarkan sebagai gangguan disfungsi SSP. Freud untuk pertama kalinya menggunakan istilah konversi untuk merujuk pada pengembangan suatu gejala somatik untuk membantu mengurangi kegelisahan pada saat terjadi penekanan konflik. B. DEFENISI Gangguan konversi adalah suatu ditandai oleh hilangnya atau ketidakmampuan dalam fungsi fisik, namun tidak ada penyebab organis yang jelas. Gangguan ini dinamakan konversi karena adanya keyakinan psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran, atau konversi dari energi seksual atau agresif yang direpresikan ke gejala fisik.

Dimana gejala konversi menyerupai gejala-gejala neurologis atau medis umum yang melibatkan masalah dengan fungsi motorik yang volunter atau fungsi sensoris. C. ETIOLOGI Etiologi yang sebenarnya belum diketahui, tetapi kebanyakan menganggap gangguan konversi disebabkan sebelumnya oleh stress yang berat, konflik emosional, atau gangguan kejiwaan yang terkait. Beberapa dari pasien gangguan koversi memiliki gangguan kepribadian atau menampilkan sifat-sifat histeris. Penyebab gangguan konversi yang langsung biasanya mengalami peristiwa sangat menegangkan atau peristiwa trauma. Gangguan ini dapat dianggap sebagai usaha atau ekspresi psikologis seseorang dari suatu masalah. Depresi dan gangguan psikologis lain sering terlihat pada pasien dengan gangguan konversi. Pada anak-anak, gangguan konversi sering diamati karena adanya kekerasan fisik atau perilaku seksual. Anak-anak yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat gangguan konversi lebih memungkinkan untuk menderita gangguan konversi. Selain itu, jika ada anggota keluarga yang sakit parah atau sakit kronis, anak-anak cenderung akan terpengaruh. Menurut teori psikodinamik, gejala konversi berkembang mempertahankan impuls yang tidak dapat diterima. Keuntungan utama suatu gejala konversi adalah kecemasan mengikat dan menyimpan konflik internal. Gejala tersebut memiliki nilai simbolis yang merupakan representasi dan solusi sebagian dari konflik psikologis yang mendalam untuk menghindari diri dari rasa ketidakmampuan melalakukan sesuatu. Sedangkan menurut teori belajar, gejala dari gangguan konversi merupakan respon terhadap stres maladaptive yang dipelajari . Pasien mendapat keuntungan sekunder dengan menghindari kegiatan yang terutama menyerang mereka, sehingga mendapatkan dukungan dari keluarga dan temanteman. D. EPIDEMIOLOGI Gangguan konversi yang sebenarnya jarang di dapatkan. Insiden telah dilaporkan 11-300 kasus per 100.000 orang. Faktor budaya mungkin memainkan peran yang sangat penting. Gejala yang mungkin dianggap sebagai gangguan konversi di Amerika Serikat mungkin merupakan ekspresi normal dari kecemasan budaya lain. Sebuah penelitian

melaporkan bahwa gangguan konversi mencapai 1,2-11,5% dari konsultasi kepada psikiatris untuk pasien rawat inap medis dan bedah sedangkan pada rumah sakit nasional di London hanya terdapat 1% dari pasien rawat inap, untuk insiden di Islandia dilaporkan gangguan konversi mencapai 15 kasus per 100.000 orang. Gangguan Konversi dapat muncul pada umur berapapun tetapi jarang pada anakanak muda umumnya pada sekitar 10 tahun atau orang tua usia 35 tahunn. Dalam studi University of Iowa dari 32 pasien dengan gangguan konversi, ditemukan rata-rata usia 41 tahun dengan rentang 23-58 tahun. Pada pasien anak, kejadian konversi meningkat setelah kekerasan fisik atau seksual. Insiden juga peningkatan orang anak yang orang tuanya adalah baik sakit parah atau sakit kronis.

E. GAMBARAN KLINIK Seseorang dengan gangguan konversi sering memiliki tanda-tanda fisik tetapi tidak memiliki tanda-tanda neurologis untuk mendukung gejala mereka.

Kelemahan Kelemahan biasanya melibatkan seluruh gerakan daripada kelompok otot tertentu. Kelemahan pada kaki lebih sering di bandingkan pada mata, wajah atau gerakan servikal. Dengan menggunakan berbagai teknik klinis, kelemahan satu anggota tubuh dapat diperlihatkan untuk menyebabkan kontraksi yang berlawanan dengan beberapa otot tertentu .

Gangguan fungsi sensorik Kehilangan sensorik atau distorsi sering tidak sesuai ketika di uji lebih dari satu kali dan bertentangan dengan saraf perifer dan distribusi asal

Gangguan fungsi visual Gejala visual dapat meliputi diplopia, triplopia, cacat bidang, dan kebutaan bilateral terkait dengan refleks pupil yang masih utuh.

Gangguan gaya berjalan

Astasia-abasia ketidakmampuan

adalah untuk

gangguan berdiri

koordinasi

motorik

ditandai normal

dengan untuk

walaupun

kemampuannya

menggerakkan kaki ketika berbaring atau sedang duduk. o Pasien dapat berjalan dengan normal jika mereka berpikir mereka tidak sedang diamati. o Terkadang bila sedang di amati, pasien secara aktif berusaha untuk jatuh. Hal ini bertentangan dengan pasien dengan penyakit organik yang akan berusaha untuk melindungi diri sendiri. o Pseudoseizures o Selama serangan, ditandai keterlibatan otot-otot truncal dengan opistotonos dan kepala atau badan berputar ke arah lateral. Semua 4 tungkai mungkin menunjukkan gerakan meronta-ronta , yang mungkin akan meningkatkan intensitas jika pengekangan diterapkan. o Sianosis jarang terjadi kecuali pasien dengan sengaja menahan nafas mereka. o Menggigit lidah atau inkontinensia jarang terjadi kecuali pasien memiliki beberapa tingkat pengetahuan medis tentang penyakit. o Ini Berbeda dengan kejang yang sebenarnya, pseudoseizures terutama terjadi di hadapan orang lain dan bukan ketika pasien sendirian atau tidur. F. DIAGNOSIS Mungkin agak sulit mendiagnosis gangguan ini. Kemungkinan penyebab organik harus disingkirkan lebih dahulu dan hal ini dapat berakibat pemeriksaan yang lebih ekstensif. Hal-hal yang perlu di pertimbangkan adalah kemungkinan dibuat-buatnya gejala tersebut. Disini ada dua kemungkinan, gangguan buatan ( factitious disorder) atau berpurapura (malingering) . Pada gangguan buatan, gejala-gejala dibuat dengan sengaja untuk mendapatkan perawatan medis, sedangkan pada berpura-pura untuk mendapatkan keuntungan pribadi.menentukan hal ini tidaklah mudah dan mungkin memerlukan bukti bahwa ada inkonsistensi dalam gejalanya. Dilakukan pula pemeriksaan Laboratorium untuk menyingkirkan hipoglikemia atau hiperglikemia, gagal ginjal , atau obat-obat yang terkait dengan penyebab , foto dada x-ray atau CT scan , elektrokardiogram (ECG, EKG) yaitu untuk merekam aktivitas jantung dengan mengukur arus listrik melalui otot jantung dan dapat juga dilakukan pemeriksaan cairan tulang belakang untuk memeriksa penyebab neurologis .

Beberapa faktor resiko gangguan konversi diantaranya adalah : Adanya stress yang bermakna atau trauma emosional Perempuan lebih mungkin untuk mendapatkan gangguan konversi dibandingkan lakilaki Menjadi remaja atau dewasa muda . Gangguan konversi dapat terjadi pada umur berapapun, tetapi paling umum pada usia remaja atau awal masa dewasa Memiliki kondisi kesehatan mental seperti suasana hati dan gangguan kecemasan, gangguan disosiatif dan gangguan kepribadian tertentu Memiliki anggota keluarga dengan gangguan konversi Sejarah kekerasan fisik atau seksual

G. PENATALAKSANAAN Yang terpenting dalam penatalaksanaannya yaitu bisa menerima gejala pasien sebagai hal yang nyata, tetapi dapat menjelaskan bahwa itu hal itu bersifat reversible. Dan diupayakan untuk dapat kembali ke fungsi semula secara bertahap. Dalam beberapa kasus, pasien mungkin mulai sembuh secara spontan. Setelah penyebab fisik untuk gejala telah dikesampingkan, pasien dapat mulai merasa lebih baik dan gejala mungkin mulai memudar. Dalam beberapa kasus, pasien mungkin membutuhkan bantuan dalam pemulihan dari gejala mereka. Pilihan pengobatan dapat mencakup hal berikut: Konseling dan psikoterapi Membahas permasalahan dengan seorang konselor dapat membantu mengatasi penyebab yang mendasari gejala fisik. Di lanjutan dengan belajar cara menangani stres sepanjang hidup juga penting, karena sekitar 25% dari pasien dengan gangguan ini sering mengalami episode masa depan. Terapi farmakologi Digunakan dalam beberapa kasus, antidepresan juga dapat digunakan untuk mempercepat pemulihan. Penelitian telah menunjukkan bahwa antidepresan dapat membantu pasien dengan gangguan konversi. Pasien mungkin membutuhkan terapi untuk mengatasi tidak digunakannya anggota badan, misalnya, dan untuk mempelajari kembali perilaku normal. H. DIAGNOSIS BANDING

Kondisi medis yang mungkin meniru gejala konversi adalah sebagai berikut:

Multiple sclerosis (dengan kebutaan sekunder untuk neuritis optik) Myasthenia gravis (dengan kelemahan otot) Kelumpuhan periodik (dengan kelemahan otot) Miopati ) Polimiositis Guillain-Barr Syndrome

Kondisi Psikiatris yang harus dibedakan antara lain:


Gangguan psikotik Gangguan mood Gangguan buatan atau berpura-pura sakit Gangguan somatisasi Di bedakan dengan gangguan somatoform

I.

PROGNOSIS Umumnya prognosisnya baik. Faktor yang terkait dengan prognosis yang baik adalah sebagai berikut:

Serangan yang akut Penyebab tekanan pada saat terjadi serangan jelas Jarak antara serangan dengan memulai pengobatan tidak terlalu jauh Daya kognitif dan kecerdasan baik Gejala aphonia, kelumpuhan, dan atau kebutaan (yang bertentangan dengan kejang dan gemetaran, yang berhubungan dengan prognosis buruk)

J. KESIMPULAN Gangguan konversi adalah suatu ditandai oleh hilangnya atau ketidakmampuan dalam fungsi fisik, namun tidak ada penyebab organis yang jelas. Gangguan ini dinamakan konversi karena adanya keyakinan psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran, atau konversi dari energi seksual atau agresif yang direpresikan ke gejala fisik. Etiologi yang sebenarnya belum diketahui, tetapi kebanyakan menganggap gangguan

konversi disebabkan sebelumnya oleh stress yang berat, konflik emosional, atau gangguan kejiwaan yang terkait. Gangguan konversi yang sebenarnya jarang di dapatkan. Seseorang dengan gangguan konversi sering memiliki tanda-tanda fisik tetapi tidak memiliki tandatanda neurologis untuk mendukung gejala mereka seperti kelemahan otot, gangguan fungsi sensorik maupun motorik. Kemungkinan penyebab organik harus disingkirkan lebih dahulu dan hal ini dapat berakibat pemeriksaan yang ekstensif. Hal-hal yang perlu di pertimbangkan adalah kemungkinan dibuat-buatnya gejala terrsebut. Yang terpenting dalam penatalaksanaannya yaitu setelah penyebab fisik untuk gejala telah dikesampingkan, pasien dapat mulai merasa lebih baik dan gejala mungkin mulai memudar. Pilihan pengobatan dapat mencakup konseling dan terapi farmakologi biasanya digunakan anti depresan. Prognosis umumnya baik.

Anda mungkin juga menyukai