Anda di halaman 1dari 9

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

SURVEY PENGELOLAAN BENDA TAJAM DI UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

OLEH Nurdila Sahab C11104035 Gabriella Dwiputri C11107117

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Limbah rumah sakit mengandung bahan beracun berbahaya. Rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan beracun berbahaya. Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai 15 persen di antaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg). Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang berasal dari makanan dan sisa makanan. Slanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik. Temuan ini merupakan hasil penelitian Bapedalda Jabar bekerja sama dengan Depkes RI, serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998 sampai 1999.1 Berdasarkan sebuah survey yang dilakukan terhadap sebuah rumah sakit di Kroasia, didapatkan kenyataan bahwa daro 10.664 ton limbah padat per tahun, 86& berupa limbah domestik dan 14% adalah limbah B3. Sementara di Indonesia telah dilakukan penelitian yang menyebutkan bahwa sebanyak 648 rumah sakit dari 1467 rumah sakit yang ada, yang memiliki insinerator baru 49%. Padahal menurut Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1999 setiap orang yang menghasilkan limbah B3 harus mengolah limbahnya mulai dari sumber penghasil hingga pemusnahannya. 1 Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus memberikan pelayanan pada pasien dengan keadaan yang memerlukan tindakan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakhir fatal bagi penderita. Karena itu, salah satu penghasil limbah B3 dari suatu rumah sakit adalah UGD.1 Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo merupakan rumah sakit rujukan di bagian Indonesia timur sehingga perlu dilakukan survey tentang pengelolaan limbah benda tajam yang telah sesuai dengan Kepmenkes 1204.

II. TUJUAN a. Tujuan Umum Untuk mendapatkan informasi tentang pengelolaan limbah benda tajam di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar. b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengidentifikasi limbah benda tajam yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar. 2. Untuk mendapatkan informasi tentang penampungan limbah benda tajam yang digunakan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar. 3. Untuk mendapatkan informasi tentang pengolahan limbah benda tajam yang digunakan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar. 4. Untuk mendapatkan informasi tentang pengangkutan limbah benda tajam yang digunakan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar. 5. Untuk mendapatkan informasi tentang pembuangan akhir limbah benda tajam yang digunakan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan di rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis, baik padat maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan didasarkan potensi yang terkandung di dalamnya.3,4 Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.5 Pengelolaan Limbah Benda Tajam di Rumah Sakit Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbedabeda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.6 a. Penimbulan ( Pemisahan Dan Pengurangan ) Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.7,8

Menurut

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkunagan Rumah Sakit, pengelolaan limbah padat di rumah sakit adalah sebagai berikut: Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah mulai dari sumber. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya. Jarum dan syringes harus dipisahkan hingga tidak dapat digunakan kembali. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.

Benda tajam harus diolah dengan incinerator bila memungkinkan, dan dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. b. Penampungan Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan domestik. Syringe, jarum, dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup. Sampah jenis ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bila telah penih diikat dan ditampung dalam bak sampah medis sebelum diangkut dan dimusnahkan dengan incinerator. c. Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus. Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.9 Kereta atau troli yang digunakan harus didesain sedemikian rupa sehingga : 1. Permukaan licin, rata, dan tidak mudah ditembus 2. Tidak menjadi sarang serangga 3. Mudah dibersihkan dan dikeringkan 4. Sampah tidak menempel pada alat angkut 5. Sampah muda diisikan, diikat, dan dituang kembali. Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut, dan harus dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi sampah lain yang dibawa. Juga harus dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi kebocoran atau tumpah.6

d. Pengolahan dan Pembuangan Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan

peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah6 : Incinerasi C)Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu 121 Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau formaldehyde) Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan) Inaktivasi suhu tinggi Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60 Microwave treatment Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah) Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk

Incinerator Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit antara lain : ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran. Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume sampah,

dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah. Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapt dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu). Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai.9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN I. Bahan dan Cara I.I. Peralatan yang diperlukan

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk-through survey ini antara lain: - Alat tulis menulis. Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey jalan sepintas. - Kamera digital. Berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan selama survey jalan sepintas. - Check List. Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer mengenai survey jalan sepintas I.II. Cara Pemantauan Kami memantau dan mengidentifikasi benda tajam dan pengelolaannya pada Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan metode walk through survey dengan menggunakan check list. II. Lokasi Lokasi survey ini adalah di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar. III. Biaya Biaya yang digunakan pada survey ini adalah swadaya. IV. Jadwal Survey ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 1 minggu : 02 Juli 2012 : Melapor ke bagian K3 di RS Ibnu Sina dan diberikan pengarahan. 03 Juli 2012 : Membuat makalah mengenai Biologi menurut Pengelolaan Benda Tajam di Rumah Sakit. 04 Juli 2012 : Membuat proposal penelitian 05 Juli 2012 : Melakukan survey di lokasi penelitian 06 Juli 2012 : Membuat laporan hasil penelitian

Anda mungkin juga menyukai