Anda di halaman 1dari 9

BAB 1 PENDAHULUAN

Sampah elektronik per tahun mencapai 36 juta metrik ton. Jumlah sampah elektronik yang berasal dari komputer bekas juga diketahui akan melonjak empat kali lipat di tahun 2020. UNEP juga mengungkapkan bahwa China memberikan kontribusi sebesar 2,6 juta metrik ton sampah elektronik ke seluruh penjuru dunia. sedangkan Amerika Serikat berada di urutan kedua dengan 3 juta metrik ton sampah elektronik. (foto: co.contra-costa.ca.us) Jangan abaikan limbah barang-barang elektronika Anda. Ponsel misalnya mengandung bahan-bahan logam yang mungkin bisa mencemari lingkungan jika dibuang begitu saja. Kalaupun tak dibuang, paling-paling, ponsel bekas yang tak terpakai dibiarkan teronggok begitu saja di laci atau sudut rumah lainnya. Saat ini memang belum banyak yang menyediakan tempat pengumpulan limbah elektronika di Tanah Air seperti di negara lain yang biasa kita lihat di siaran televisi. Mulai Desember 2010 lalu, Bakrie Telecom menjadi operator telekomunikasi yang memelopori program pengumpulan ponsel bekas. Irfandi Firmansyah, Executive Vice President PT Bakrie Telecom mengatakan "Kita jarang menyadari bahwa materi-materi yang terkandung dalam barang-barang tersebut mengandung bahan-bahan metal dan kimia yang berdampak buruk pada lingkungan maupun diri kita dan keluarga kita,". Dalam program ini, Bakrie Telecom menerima ponsel yang sudah tidak terpakai atau telah menjadi barang rongsokan dalam kondisi apa pun, hidup maupun mati. Tidak saja berupa pengumpulan ponsel bekas atau rongsokan, namun juga meliputi charger, baterei ponsel, cangkang kartu RUIM bekas, kartu perdana bekas maupun kartu isi ulang bekas beserta plastiknya. Kalau di indonesia memang masih jarang tempat pengumpulan limbah elektronik, tapi di luar kota balikpapan, khususnya cina, anda dapat menemukan tempat pengumpulan limbah elektronik. Kota Guiyu di daratan China adalah rumah bagi 5500 industri rumahan yang mengolah bagianbagian dari elektronik bekas, yang dikenal dengan sebutan e-waste (sampah elektronik). Berdasarkan data dari situs lokal, wilayah tersebut setiap tahunnya mengolah sekitar 1.5 juta pon sampah yang terdiri dari sampah komputer, ponsel maupun perangkat elektronik lainnya. Industri tersebut menjadi lapangan pekerjaan yang menggiurkan bagi masayarakat di Guiyu. Kebanyakan ponsel dan perangkat komputer tua dapat dibongkar dan komponen metal di dalamnya didaur ulang, akan tetapi menjalankan proses daur ulang ini secara aman membutuhkan waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu banyak produsen elektronik yang mengirimkan elektronik bekas keluar negeri, di mana alat-alat ini dibakar tanpa mempedulikan linkungan dan kesehatan manusia di sekitarnya.

Hampir 80% dari peralatan elektronik bekas yang diolah berasal dari luar China, terutama sekali dari Amerika, satu-satunya negara industri yang menolak menandatangani perjanjian Basel yang dibuat untuk mengatur ekspor limbah berbahaya ke negara-negara berkembang untuk didaur ulang. Mereka memilih membuang sampah elektronik di Guiyu dan tempat lain yang serupa di India dan wilayah Afrika, karena biayanya yang murah dan mekanismenya yang lebih mudah, di mana perusahaan tidak terikat peraturan daur ulang yang ketat. Dari bisnis pengolahan limbah elektronik ini, situs Guiyu melaporkan pemasukan tahunan sekitar 75 juta dollar. Mereka mengolah sampah elektronik dengan memisah-misahkan tiap bagian dan mengelompokkannya, kemudian mengambil kandungan timah, emas, tembaga dan jenis logam lainnya dari papan sirkuit, kabel, chip dan bagian lain dari perangkat elektronik. pekerja memanaskan papan komputer di atas lapisan besi untuk melucuti timah solderan dari chip komputer. Industri kecil ini mempekerjakan 10.000 orang yang kebanyakan masih di bawah umur. Bisa dibayangkan akibat dari komponen elektronik yang mengandung merkuri dan racun yang berbahaya terhadap mereka. Laporan kesehatan dari wilayah Guiyu menyebutkan banyak anakanak yang menderita karena tingginya tingkat pencemaran lingkungan akibat timah. Kemudian laporan dari universitas Shantou, Guiyu memiliki tingkat penderita penyakit kanker yang disebabkan oleh dioksin paling tinggi di dunia dan peningkatan pada kasus keguguran pada wanita hamil. Industri semacam ini banyak menghasilkan pencemaran lingkungan karena banyak membuang limbah hasil olahan, terutama debu dari pembakaran batu bara yang langsung dibuang ke sungai dan selokan kota, menyebabkan pencemaran terhadap air sumur dan air tanah. Mitra idc, Limbah Elektronik termasuk kedalam ketegori limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun atau b3/hazardous waste), atau lebih dikenal dengan istilah E-waste. Untuk mengolah/memanfaatkan/memusnahkan limbah tersebut, haruslah dilakukan oleh Badan Usaha/Perorangan yang telah mendapatkan ijin dari Kementerian Lingkungan Hidup. Mitra idc , Setiap tahun, sampah elektronik di seluruh dunia mencapai 36 juta metrik ton. Artinya, 36 kali lebih banyak dari jumlah batubara yang diekspor dari Kalimantan Selatan ke Cina setiap tahun. Itu baru catatan tahun lalu dari Badan PBB untuk masalah lingkungan, UNEP. Sampah ini lantas dilimpahkan ke negara berkembang sebagai tempat sampah elektronik. Salah satunya Indonesia. Komputer, telepon genggam dan perangkat elektronik yang sudah rusak mungkin tak lagi berguna untuk Anda. Tapi di tangan David Umboh, seorang pengrajin yg mengumpulkan sampah elektronik. Menurutnya sampah elektronik bisa menghasilkan uang hingga jutaan rupiah. Sambil memegang sebuah main board alias papan sirkuit komputer, laki-laki usia 40 tahunan ini menjelaskan bagian-bagian yang bisa menghasilkan uang. Seperti di komputer ada namanya socket atau slot. Itu kan ada lapisan emas. Jadi itu yang dimanfaatkan. Dikumpulkan untuk diambil emasnya, dan IC atau chips itu ada kandungan emas peraknya.

IC atau Chips adalah komponen elektronik berbentuk kotak persegi panjang berwarna hitam. Di samping kanan kirinya terdapat kaki-kaki berwarna abu-abu yang menempel di papan sirkuit. Setelah dilepaskan dari papan sirkuit, IC tersebut dibakar dengan alat las, dihaluskan, lantas didulang dengan air alias disaring. Proses itu tak melibatkan merkuri, seperti yang biasa dipakai pendulang emas. Setelah pemurnian, berat emas yang diperoleh menyusut hingga separuhnya. Dari proses ini, David bisa mendapatkan rata-rata 4 gram emas, untuk tiap kilogram komponen elektronik yang dia olah. Emas ini biasanya dijual ke toko emas di pasar terdekat, dengan keuntungan sekitar 300 ribu-an rupiah. Proses pembakaran emas dilakukan dengan menggunakan wadah mangkuk dari tanah liat. Selain lebih murah, mangkuk tanah liat digunakan agar emas tidak melekat pada wadah. Mangkuk itu hanya bisa sekali pakai. Karena kalau dipakai berulang kali, sisa kotoran bisa bercampur dengan olahan emas berikutnya. Ujung dari proses pemurnian emas ini menghasilkan air warna hijau dan biru. Di tempat David ini, ada 6 ember ukuran sedang berisi limbah ini. Air limbah ini pun bisa dijual lagi. Dari situ bisa diambil tembaga, kuningan dan logam lain yang tersisa. Masih ada lagi rupiah yang bisa dikais, dari papan sirkuit dan mangkuk bekas pembakaran komponen elektronik. Diolah untuk diambil sisa tembaga dan emasnya. David mengaku tak pernah kekurangan bahan baku. Limbah elektronik biasanya ia dapat dari para pemulung. Jam terbang yang cukup tinggi membuatnya punya hubungan yang cukup baik dengan para pemulung. Limbah elektronik juga kerap didatangkannya dari Sumatera atau Sulawesi. David membutuhkan 70 juta rupiah untuk mendapatkan sampah elektronik sebanyak satu kontainer. Tapi tak semuanya isi kontainer itu limbah elektronik. Ada juga besi-besi tua yang nyantol dikontainer. Mengolah limbah elektronik menjadi tambang emas bukannya tanpa resiko. Pegiat di Jaringan Indonesia Bebas Bahan Beracun, Slamet Daroyni menyebut ada banyak bahan berbahaya yang terkandung dalam komponen elektronik. Mulai dari timbal sampai mercuri. Slamet Daroyni mengatakan Ketika proses pembakaran itu kan akan mengeluarkan asap, dimana asap ini merupakan zat dioxin yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan sekitar. Jika dia melakukan pembakaran itu, ada banyak zat dioxin, bahkan komponen lain seperti mercury, yang terhirup oleh pelaku daur ulang. Dampak zat-zat tersebut tidak bisa langsung terasa, tapi menumpuk di tubuh selama bertahuntahun. Kelak, timbal dan merkuri bisa menyebabkan penurunan fungsi otak, juga berbagai jenis kanker. Ancaman ini lebih besar mengintai para pengolah limbah amatiran, yang mengolah limbah tanpa menggunakan sarung tangan dan masker. Kalau bisa, pakai baju khusus seperti baju dokter yang sedang praktik. Walaupun sang pekerja membentengi dirinya dengan meminum susu, tapi tetap tidak efektif. Penelitian menunjukkan kalau racun bisa bertahan selama beberapa bulan di udara.

Menjauhkan masyarakat dari proses pengolahan limbah elektronik seperti ini kata Slamet memang tidak mudah. Selain keuntungan yang cukup menggiurkan, sampah elektronik juga mudah diperoleh. Agar sampah elektronik tak terus membanjiri Indonesia, mau tak mau aturannya harus dipertegas. Definisi limbah elektronik harus diperjelas, misalnya. Pemerintah juga harus berani memerintahkan produsen alat elektronik untuk mengolah limbah elektronik mereka. dari kasus ini semoga kita bisa semakin arif dan bijak dalam membeli dan menggunakan produkproduk elektronik, belilah yang sesuai dengan kebutuhan dan pertimbangkan juga umur pemakaiannya, sehingga bisa mengurangi volume sampah yang dihasilkan. Beli juga produkproduk hanya dari produsen yang memproduksi produk ramah lingkungan. (berbagai sumber/Ayna/Na)

BAB 2 BAHAYANYA LIMBAH ELEKTRONIK Kota Guiyu di daratan China adalah rumah bagi 5500 industri rumahan yang mengolah bagianbagian dari elektronik bekas, yang dikenal dengan sebutan e-waste (sampah elektronik). Berdasarkan data dari situs lokal, wilayah tersebut setiap tahunnya mengolah sekitar 1.5 juta pon sampah yang terdiri dari sampah komputer, ponsel maupun perangkat elektronik lainnya. Industri tersebut menjadi lapangan pekerjaan yang menggiurkan bagi masayarakat di Guiyu. Kebanyakan ponsel dan perangkat komputer tua dapat dibongkar dan komponen metal di dalamnya didaur ulang, akan tetapi menjalankan proses daur ulang ini secara aman membutuhkan waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu banyak produsen elektronik yang mengirimkan elektronik bekas keluar negeri, di mana alat-alat ini dibakar tanpa mempedulikan linkungan dan kesehatan manusia di sekitarnya.

Hampir 80% dari peralatan elektronik bekas yang diolah berasal dari luar China, terutama sekali dari Amerika, satu-satunya negara industri yang menolak menandatangani perjanjian Basel yang dibuat untuk mengatur ekspor limbah berbahaya ke negara-negara berkembang untuk didaur ulang. Mereka memilih membuang sampah elektronik di Guiyu dan tempat lain yang serupa di India dan wilayah Afrika, karena biayanya yang murah dan mekanismenya yang lebih mudah, di mana perusahaan tidak terikat peraturan daur ulang yang ketat. Dari bisnis pengolahan limbah elektronik ini, situs Guiyu melaporkan pemasukan tahunan sekitar 75 juta dollar.

Mereka mengolah sampah elektronik dengan memisah-misahkan tiap bagian dan mengelompokkannya, kemudian mengambil kandungan timah, emas, tembaga dan jenis logam lainnya dari papan sirkuit, kabel, chip dan bagian lain dari perangkat elektronik. Pada foto di atas seorang pekerja sedang memanaskan papan komputer di atas lapisan besi untuk melucuti timah solderan dari chip komputer.

Industri kecil ini mempekerjakan 10.000 orang yang kebanyakan masih di bawah umur. Bisa dibayangkan akibat dari komponen elektronik yang mengandung merkuri dan racun yang berbahaya terhadap mereka. Laporan kesehatan dari wilayah Guiyu menyebutkan banyak anakanak yang menderita karena tingginya tingkat pencemaran lingkungan akibat timah. Kemudian laporan dari universitas Shantou, Guiyu memiliki tingkat penderita penyakit kanker yang disebabkan oleh dioksin paling tinggi di dunia dan peningkatan pada kasus keguguran pada wanita hamil. Industri semacam ini banyak menghasilkan pencemaran lingkungan karena banyak membuang limbah hasil olahan, terutama debu dari pembakaran batu bara yang langsung dibuang ke sungai dan selokan kota, menyebabkan pencemaran terhadap air sumur dan air tanah. Melihat gambar-gambar di atas semoga kita bisa semakin arif dan bijak dalam membeli dan menggunakan produk-produk elektronik, belilah yang sesuai dengan kebutuhan dan pertimbangkan juga umur pemakaiannya, sehingga bisa mengurangi volume sampah yang dihasilkan. Beli juga produk-produk hanya dari produsen yang memproduksi produk ramah lingkungan, bisa dilihat melalui Guide to Greener Electronics.

Dampak dari Limbah Elektronik


Published By ikisuryo under PENDIDIKAN

Ass insinyur, kita harus sadar akan lingkungan dan dampak dari teknologi tinggi di atasnya. Renung Wayne C. Luplow, directore eksekutif pengembangan bisnis digital dan televisi definisi tinggi untuk Zenith Electronics Corp di Glenview, Minois. Secara historis, setidaknya beberapa insinyur telah menyadari bahwa kita harus menjadi pelayan di bumi, karena insinyur adalah orangorang yang harus mencari solusi teknologi. Sebagai contoh, ketika kami menemukan bahwa beberapa jenis isolator mencemari air tanah, kami harus menemukan cara untuk menghilangkan PCB (Polychlorinated Biphenols) dan ozon-depleting senyawa dari komponen Engineers miliki. juga membuat kemajuan dalam merancang proses ramah lingkungan untuk komponen manufaktur.Sekarang didorong oleh penentuan pemerintah federal AS untuk mengganti semua siaran TV yang ada analog dengan siaran TV digital pada frekuensi yang sama sekali berbeda, suatu tantangan yang dihadapi insinyur adalah mencari tahu apa adalah cara yang paling ramah lingkungan untuk membuang satu set televisi, Luplow menjelaskan. Hari ini Anda hanya menempatkan keluar di pinggir jalan dan sampah Elektronik dapat menjadi keuntungan dan hambatan terhadap lingkungan. Item menunggu di sini untuk pickuo tepi jalan-semua dikumpulkan dari satu rumah tangga dan rumah kantor (dengan beberapa item yang tersisa di lemari) - dahulu atas garis elektronik (dengan pengecualian telepon pada jaman dinosaurus). Holly Dolling.

Mengapa pemirsa bahkan mempertimbangkan membayar banyak uang diperintahkan oleh TV digital melalui set analog saat ini? Dalam realisme, kata.Layar resolusi tinggi memungkinkan penonton untuk duduk lebih dekat daripada adat dengan TV konvensional, sehingga menimbulkan ilusi bahwa tindakan tersebut diawasi melalui jendela yang terbuka dan bahwa orang dan benda yang sebenarnya tiga-dimensi. Sekali orang melihat gambar dan mendengar suara, mereka akan membelinya, Luplow percaya diri menegaskan. (Luplow, bagaimanapun, telah kekhawatiran tentang pembuangan semua televisi analog tidak berguna, yang mengudara di kotak nya di atas Apa cara yang paling ramah lingkungan untuk membuang produk elektronik konsumen?).penyiar TV Terestrial sangat ingin menerapkan ATSC karena memungkinkan mereka untuk bersaing dalam dunia digital melawan operetors TV kabel, satelit langsung ke rumah, dan videodisks. Itu sebagian karena kualitas yang menakjubkan dari gambar: di layar kebisingan dan hantu adalah hal-hal dari masa lalu, masalah penerimaan pemelihara kuda multipath dihapuskan oleh equalizer, sald Luplow.Namun motivasi terbesar adalah bahwa sistem TV digital adalah sebuah kendaraan yang luar biasa untuk pengiriman data dengan penyiaran terestrial atau kabel. Jika bahkan 18 dari 19 megabit per detik dalam saluran digunakan untuk video HDTV dan audio, masih ada lebih dari 1 megabit per kedua dari kiri untuk data layanan interaktif seperti web dan akses internet.

Anda mungkin juga menyukai