Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
REFERAT
Pembimbing : Dr. K. Maria Poluan, SpKJ Disusun Oleh : 1. 2. Mulani Setyaningrum Suci Lucyana 0920221178 0920221179
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SUBROTO JAKARTA 2011
Kata Pengantar
FK UPN Veteran Jakarta 1
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul Faktor Penyebab dan Psikopatologi Skizofrenia. Referat ini kami susun untuk menambah ilmu pengetahuan yang kami miliki dan untuk melengkapi tugas di Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa di RSPAD Gatot Soebroto. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian referat ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format referat ini, oleh karea itu, kami menerima kritik dan saran dengan tangan terbuka terhadap referat yang kami buat ini.
BAB I
FK UPN Veteran Jakarta 2
A.
LATAR BELAKANG Skizofrenia menurut Eugen Bleuler merupakan istilah yang menandakan
adanya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku pada pasien yang terkena. Meyer berpendapat bahwa skizofrenia dan gangguan mental lainnya adalah reaksi terhadap berbagai stress kehidupan, yang dinamakan sindrom suatu reaksi skizofrenik.1 Skizofrenia adalah penyakit mental yang diderita oleh 7/1.000 dari populasi orang dewasa, terutama kelompok usia 15-35 tahun. Insidensi ini meskipun rendah namun prevalensinya tinggi karena sifatnya yang kronik.2 Prevalensi skizofrenia sekitar 1% di seluruh dunia. 10 % orang dengan skizofrenia memiliki risiko untuk bunuh diri. Kematian juga meningkat karena penyakit medis, gaya hidup yang tidak sehat, efek samping obat dan sedikitnya perawatan terhadap kesehatan.3 Lebih dari 50 % pasien skizofrenia tidak menerima perawatan yang tepat. 90% pasien skizofrenia di negara berkembang tidak diobati. Pengobatan efektif dari skizofrenia yang kronis sekitar 2 dollar per bulan dimana semakin cepat pengobatan dimulai akan lebih efektif. Akan tetapi kebanyakkan dari penderita skizofrenia tidak mendapatkan pengobatan tersebut yang dapat berkontibusi baik terhadap penyakitnya.2 Di Indonesia sendiri penderita skizofrenia dikucilkan oleh lingkungan hingga menjadi tuna wisma bahkan hidup dalam pemasungan dikarenakan keterbatasan akses masyarakat terhadap informasi dan layanan kesehatan jiwa. Dari 9000 Puskesmas di Indonesia hanya 70 puskesmas yang mampu melayani penderita gangguan kejiwaan.4
B.
TUJUAN
A.
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik, sosial dan budaya.5 Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pemikiran dan persepsi, serta oleh efek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear conciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.5 B. Faktor Penyebab Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etilogi) yang pasti mengapa seseorang menderita skizofrenia, padahal orang lain tidak. Ternyata dari penelitianpenelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal.6 Untuk mengetahui penyebab yang asli dan yang bukan perlu diketahui dua istilah:
1. Sebab yang memberikan predisposisi adalah faktor yang menyebabkan
seseorang menjadi rentan atau peka terhadap suatu gangguan jiwa (genetik, fisik atau latar belakang keluarga atau sosial).
2. Sebab yang menimbulkan langsung atau pencetus adalah faktor traumatis
langsung menyebabkan gangguan jiwa (kehilangan harta pekerjaan atau kematian, cedera berat, perceraian dan lain-lain). Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa dibedakan atas :
1. Sebab biologik
2. Sebab psikologik
3. Sebab sosiogenik
4. Metode Diatesis-Stress
kecenderungan 14-17 %. Faktor genetik tersebut sangat ditunjang dengan pola asuh yang diwariskan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.5,7 2. Neurobiologikal Menurut Konsep Neurobiologikal gangguan jiwa sangat berkaitan dengan keadaan struktur otak sebagai berikut abnormalitas sruktur dari otak atau aktivitas di lokasi spesifik dapat menyebabkan atau berkontribusi dalam gangguan jiwa. Sebagai contoh masalah komunikasi adalah salah satu bagian dari disfungsi secara luas. Hal ini juga diketahui bahwa hubungan antara
a.
nukleus
yang
mengontrol
kognitif,
perilaku, dan
emosi terutama terlibat dalam gangguan psikiatrik :1,5 Serebral korteks, yang sangat Sistem limbik, yang penting dalam membuat keputusan dalam mengatur perilaku dan berpikir tingkat tinggi, seperti pemikiran abstrak.
b.
terlibat
Hipotalamus, meregulasi hormon di tubuh sepeti kebutuhan makan, minum dan seks. Locus ceruleus, yang membuat sel saraf dapat meregulasi tidur dan terlibat dalam perilaku dan mood. Substantia nigra, sel yang memproduksi dopamin dan terlibat dalam mengontrol pergerakkan yang kompleks, berfikir dan respon emosi. Gambar 1. Area otak yang terlibat pada skizofrenia
e.
f.
Sumber : www.smithwebdesign.com/schizophrenia Menurut Candel, pada klien yang mengalami gangguan jiwa dengan gejala takut serta paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah amigdala sedangkan pada klien Skizofrenia yang memiliki lesi pada area wernicks dan area broca biasanya disertai dengan afasia serta disorganisasi dalam proses berbicara (Word salad).6 Sebagai contoh, satu penelitian tentang kembar yang tidak sama-sama menderita skizofrenia dengan menggunakan pencitraan resonansi magnetik dan pengukuran aliran darah serebral. Peneliti telah menentukan sebelumnya bahwa daerah hipokampus dari hampir setiap kembar yang terkena adalah lebih kecil daripada kembar yang tidak terkena dan bahwa kembar yang terkena juga memiliki peningkatan aliran darah yang lebih kecil ke korteks frontalis dorsolateral saat melakukan prosedur aktivasi
FK UPN Veteran Jakarta 7
Sumber : www.smithwebdesign.com/schizophrenia Waktu suatu lesi neuropatologis tampak di otak dan interaksi lesi dengan lingkungan dan stresor sosial masih merupakan bidang penelitian yang aktif. Dasar untuk timbulnya abnormalitas mungkin terletak pada perkembangan abnormal (sebagai contoh migrasi abnormal neuron disepanjang sel glia radial selama perkembangan) atau dalam degenerasi neuron setelah perkembangan (sebagai contoh, kematian sel terprogam yang awal secara abnormal, seperti yang tampak pada penyakit Huntington). Tetapi, ahli teori masih memegang kenyataan bahwa kembar monozigotik mempunyai angka ketidaksesuaian 50 persen, jadi menyatakan bahwa terdapat interaksi yang tidak dimengerti antara lingkungan dan perkembangan skizofrenia. Suatu penjelasan lain adalah, walaupun kembar monozigotik mempunyai informasi genetika yang sama, pengaturan ekspresi gen saat mereka menjalani kehidupan yang terpisah adalah berbeda.1
3. Hipotesis Dopamin
FK UPN Veteran Jakarta 8
Sumber : http://aboutschizophrenia.wordpress.com
Sumber : www.cnsspectrums.com Suatu peran penting bagi dopamin dalam patofisiologi skizofrenia adalah konsisten dengan penelitian yang telah mengukur konsentrasi plasma metabolit dopamin utama, yaitu homovanillic acid. Suatu penelitian melaporkan suatu hubungan positif antara kadar homovanillic acid praterapi yang tinggi dan dua faktor yaitu keparahan gejala psikotik dan respon terapi terhadap obat antipsikotik. Penelitian homovanillic acid plasma juga telah melaporkan bahwa setelah peningkatan sementara konsentrasi homovanillic acid plasma, konsentrasi menurun secara mantap. 4. Neurotransmiter Lainnya Serotonin telah mendapatkan banyak perhatian dalam penelitian skizofrenia sejak pengamatan bahwa antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas berhubungan dengan serotonin yang kuat (sebagai contoh clozapine, risperidone, ritanserin). Secara spesifik, antagonis pada reseptor
FK UPN Veteran Jakarta 10
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/ Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa pemberian antipikotik jangka panjang menurunkan kativitas neuron noradrenegik di lokus sereleus dan bahwa efek terapeutik dari beberapa antipsikotik mungkin melibatkan aktivitasnya pada reseptor adrenergik-1 dan adrenergik-2. Sistem noradrenergik memodulasi system dopaminergik dalam cara tertentu sehingga kelainan system noradrenergik mempredisposisikan pasien untuk sering relaps.1 Neurotransmiter asam amino inhibitor gamma-aminobutyric acid (GABA) juga telah terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Beberapa pasien dengan skizofrenia mengalami kehilangan neuron GABA-ergik di dalam hipokampus. Hilangnya neuron inhibitor GABA-ergik secara teoritis dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron dopaminergik dan noradrenergik.1 5. Neuropatologi
11
itu
juga
terdapat
pengaruh
saat
di
kandungan
seperti
pengaruh gizi ibu, infeksi, insufisiensi plasenta, anoksia, perdarahan, dan trauma sebelum persalinan menjadi kemungkinan penyebab skizofrenia.5 8. Jasmaniah Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan gangguan jika tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk (endoform) cenderung menderita psikosa manik defresif, sedang yang kurus (ectoform) cenderung menjadi skizofrenia.5 9. Tempramen Orang yang terlalu peka atau sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa.5
10. Penyakit dan cedera tubuh
12
13
14
15
Kekurangan
Masa ini dimulai dari masa pacaran, menikah dan menjadi orang tua
Perasaan takut untuk berperan sebagai orang tua ketidaksanggupan mempunyai anak Perbedaan harapan akan berperan masing-masing (tak ada penyesuaian baru dalam tingkah laku atau berpikir)
Masalah-masalah keuangan Gangguan-gangguan dari keluarga Pemilihan dan penyesuaian pekerjaan Pekerjaan sebaiknya dipilih berdasar bakat dan minat sendiri pemilihan yang semata-mata dipaksa atau disuruh, kompensasi atau karena kesempatan dan kemudahan sering mempermudah gangguan penyesuaian dalam pekerjaan. Gangguan berupa rasa malas, sering bolos, timbul bermacam keluhan jasmani (sering sakit) sering mengalami kecelakaan dalam pekerjaan dan terlihat keteganganketegangan dalam keluarga karena jadi pemarah dan mudah tersinggung.
6. Masa dewasa tua Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul :6 -
Menurunnya keadaan jasmaniah Perubahan susunan keluarga (berumah tangga, bekerjan) maka orang tua sering kesepian Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan yang baru dalam bidang pekerjaan atau perbaikan kesalahan yang lalu. Penurunan fungsi seksual dan reproduksi,
17
Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan seperti rendah diri. pesimis. Keluhan psikomatik sampai berat seperti murung, kesedihan yang mendalam disertai kegelisahan hebat dan mungkin usaha bunuh diri.
7. Masa Tua Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalahpahaman orang tua terhadap orang dilingkungannya. Perasaan terasing karena kehilangan teman sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan emosional yang cukup hebat. Faktor sosio kultural Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan warna gejala-gejala. Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut :6,8 1. Cara-cara membesarkan anak Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter , hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan. 2. Sistem Nilai Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalahmasalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan dirumah atau sekolah dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari. Model Diatesis-Stress
18
Stress psikososial dan stress perkembangan yang terjadi secara terus menerus akan mendukung timbulnya gejala psikotik dengan manifestasi; kemiskinan, kebodohan, pengangguran, isolasi sosial, dan perasaan kehilangan. Menurut Singgih (1989), beberapa penyebab gangguan mental dapat ditimbulkan sebagai berikut :6 -
Prasangka orang tua yang menetap, penolakan atau shock yang dialami pada masa anak. Ketidaksanggupan memuasakan keinginan dasar dalam pengertian kelakuan yang dapat diterima umum. Kelelahan yang luar biasa, kecemasan, anxietas, kejemuan Masa-masa perubahan fisiologis yang hebat : Pubertas dan menopause Tekanan-tekanan yang timbul karena keadaan ekonomi, politik dan sosial yang terganggu Keadaan iklim yang mempengaruhi Exhaustion dan Toxema Penyakit kronis misalnya : sifilis, AIDS Trauma kepala dan vertebra Kontaminasi zat toksik Shock emosional yang hebat : ketakutan, kematian tiba-tiba orang yang dicintai.
19
C. Proses Perjalanan Penyakit Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain :6 1. Fase Prodomal
-
Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.
2. Fase Aktif
-
Berlangsung kurang lebih 1 bulan. Gangguan dapat berupa gejala psikotik ; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi.
3. Fase Residual
-
Mengalami minimal 2 gejala Gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.
D. Tahapan Halusinasi Dan Delusi Menurut Janice Clack,1962 klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai Halusinasi dan Delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain :6
FK UPN Veteran Jakarta 20
21
Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimiawi di atas, dalam penelitian dengan menggunakan CT Scan otak, ternyata ditemukan pula perubahan pada anatomi otak pasien, terutama pada penderita kronis. Perubahannya ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian depan, dan atrofi otak kecil (cerebellum).
Biologik Psikososial
Defek Leng panjang krom 5, 11, dan 18, leng pendek an an krom19 dan krom X dopaminergik kadar reseptor dopamin D2 di otak.
Diatesis S tress
S kizofrenia
-Kortexcerebri sulit m buat keputusan em & berfikir abstrak -S istemlim bik ggn em osional , m ori,& em pem belajaran -Basal g anglia koordinasi gerakan -S ubstantia nigra sulit m engontrol pergerakkan kom pleks, berfikir & respon em osi.
Teori Psikososial pada skizofrenia: 1. Teori tentang pasien individual a. Teori psikoanalitik
Freud mengatakan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi perkembangan yang muncul lebih awal dari gangguan neurosis. Jika neurosis merupakan konflik antara id dan ego, maka psikosis adalah konflik antara ego dengan dunia luar.Menurut freud,kerusakan ego memberikan konstribusi terhadap munculnya simptom skizofrenia.
22
Harry stuck sullivan mengatakan bahwa gangguan skizofrenia disebabkan oleh adanya kesulitan interpersonal awal, khususnya berhubungan dengan pengasuhan anak yang salah dan terlalu mencemaskan. Psikoanalitik umum : terdapatnya defek dalam fungsi ego yang belum sempurna menggunakan permusuhan dan agresi yang hebat sehingga mengganggu hubungan ibu-bayi, yang menyebabkan seseorang memiliki kepribadian yang rentan terhadap stress.
b.Teori psikodinamik Teori Freud menyatakan bahwa skizofren sebagai suatu respon regresif terhadap frustasi dan konflik yang melanda seseorang di dalam lingkungan c,Teori belajar Menurut teori ini orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanakkanaknya ia belajar pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara pikir yang tidak rasional dengan meniru dari orang tuanya yang juga sebenarnya memiliki masalah emosional. 2. Teori tentang keluarga a. Ikatan ganda Anak-anak mendapat pesan yang bertentangan dengan keluarga sampai menarik diri sehingga meloloskan dari kebingunganikatan ganda
b. Keretakan dan Kecondongan keluarga
Adanya kecaman,permusuhan dan keterlibatan yang berlebihan yang dapat menandai perilaku orang tua terhadap skizofren sehingga angka relaps skizofren tinggi F. Diagnosis
23
bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala(atau kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi criteria A ( yaitu gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodomal atau residual. Selama periode prodomal atau residual tanda gangguan mungkin di manefestasikan hanya oleh gejala negative atau dua atau lebih gejala yang dituliskan lazim)
D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood. Gangguan
dalam
kriteria
dalam
bentuk
yang
dengan oleh
gejala timbulnya
residual kembali
Episodik tanpa gejala residual interepisodik Episode tunggal dalam remisi parsial; juga sebutkan dengan gejala negatif yang menonjol Episode tunggal dalam remisi penuh
Paola lain atau tidak ditentukan Tabel dari DSM-IV.Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders Subtipe DSM-IV DSM-IV menggunakan subtipe skizofrenia yang sama digunakan di dalam DSMIII-R : tipe paranoid, terdisorganisasi(kacau), katatonik, tidak tergolongkan(undifferentiated) dan tipe residual. 1. Tipe paranoid DSM IV menyebutkan bahwa tipe paranoid ditandai oleh keasikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering dan tidak ada perilaku spesifiklain yang mengarahkan pada tipe terdisorganisasi atau
FK UPN Veteran Jakarta 25
8. Subtipe Lain Nama dari beberapa subtipe tersebut adalah menjelaskan katanya sendiri (self-explanatory) sebagai contoh:onset akhir (late-onset), masa anak-anak dan proses. Skizofrenia onset akhir bisanya didefinisikan sebagai skizofrenia yang mempunyai onset setelah usia 45 tahun. Skizofrenia dengan onset masa anakanak(childhood schizophrenia). Skizofrenia proses berarti skizofrenia dengan perjalanan yang menimbulkan kecacatan dan keruntuhan. Bouffee delirante (psikosis delusional akut). Konsep diagnostik Prancis ini dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis gangguan skizofreniform di dalam DSM-IV. Klinisi Prancis melaporkan bahwa kira-kira 40 persen diagnosis boufee delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai menderita skizofrenia.
28
Skizofrenia menurut Eugeun Bleuler merupakan istilah yang menandakan adanya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku pada pasien yang terkena. Skizofrenia adalah penyakit mental yang diderita oleh 7/1.000 dari populasi orang dewasa, terutama kelompok usia 15-35 tahun. Insidensi ini meskipun rendah namun prevalensinya tinggi karena sifatnya yang kronik.2 Prevalensi skizofrenia sekitar 1% di seluruh dunia. 10 % orang dengan skizofrenia memiliki risiko untuk bunuh diri. Faktor penyebab skizofrenia terdiri dari:sebab biologik,Sebab psikologik,sebab sosiogenik dan Model diathesis-stress. Faktor biologik meliputi keturunan, neurobiologikal, hipotesis dopamin, neuropatologi, psikoneuroendokrin, jasmaniah, tempramen, penyakit dan cedera tubuh, irama sirkardian tubuh. Faktor psikogenik meliputi: masa bayi, masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun), masa anak sekolah,masa remaja, masa dewasa muda, masa dewasa tua dan masa tua. Faktor sosiogenik meliputi : cara membesarkan anak dan sistem nilai. Model diatesis-stress meliputi : stress ,penyalahgunaan obat-obatan dan psikodinamik. Proses perjalanan penyakit skizofrenia memiliki gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain : fase prodomal, fase aktif dan fase residual. Menurut Janice Clack, 1962 klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai halusinasi dan delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain : tahap comforting ,tahap condeming ,tahap controling dan tahap conquering. Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa perubahan-perubahan pada neurotransmiter dan resptor di sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia dopamin dan serotonin, ternyata mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif dan negatif skizofrenia.
FK UPN Veteran Jakarta 29
1.
2.
Harold l. Kaplan, Benjamin J. Sadock, Jack A. Grebb. Sinopsis Psikiatri jilid satu. Jakarta : Binarupa Aksara, 2010. Hal : 699-744. Schizophrenia. Available at : http://www.who.int/mental_health/management/schizophrenia/en/. 2011. Frances R. Frankenburg. Schizophrenia. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/288259-overview. 17 Oktober 2011. Aritha U Subakti. Indonesia Masih Pasung Orang Gila. Available at: www.tempo.co/hg/kesehatan. 2011. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. PT.Nuh Jaya. Jakarta. 2003. Iyus Yosep. Faktor Penyebab dan Proses Terjadinya Gangguan Jiwa. Available at : http://resources.unpad.ac.id/unpad Schizophrenia. www1.lf1.cuni.cz/~zfisar/bpen/schizophrenia.htm. 2010. Roxanne D Edward. Schizophrenia facts. http://www.medicinenet.com/schizophrenia/article.htm. 2011
3.
4.
5.
6.
7.
8.
30