Numan bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi (bahasa Arab: ,) lebih dikenal dengan nama Ab anfah, (bahasa Arab: ( ) lahir di Kufah, Irak pada 80 H / 699 M meninggal di Baghdad, Irak, 148 H / 767 M) merupakan pendiri dari Madzhab Yurisprudensi Islam Hanafi. Abu Hanifah juga merupakan seorang Tabi'in, generasi setelah Sahabat nabi, karena dia pernah bertemu dengan salah seorang sahabat bernama Anas bin Malik, dan meriwayatkan hadis darinya serta sahabat lainnya.[3] Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-kelompok yang berawal dari kesucian (taharah), salat dan seterusnya, yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam Syafi'i, Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan lainnya. Abu Hanifah
Yuris Muslim Masa keemasan Islam
Nama: Abu Hanifah Lahir: {{{birth_date}}} Meninggal: 767 Aliran/tradisi: Hanafi Minat utama: Hukum Islam Gagasan penting: Evolusi Yurisprudensi Islam Dipengaruhi: Qatada bin al-Nu'man,[1] Alqama bin Qays,[2] Memengaruhi: Yurisprudensi Islam, Muhammad bin al-Hasan, Abu Yusuf
Nama: Mlik bin Anas bin Malik bin 'mr al-Asbahi Lahir: 711 Meninggal: 795 Aliran/tradisi: Sunni Maliki Minat utama: Fiqh Gagasan penting: Evolusi Fiqh Dipengaruhi: Abu Hanifah, Abu Suhail an-Nafi, Ibnu Syihab al-Zuhri, Jafar as-Sadiq, dan Hisyam bin Urwah.[1] Memengaruhi: Abu Yusuf, Al-Syafi'i, Sufyan al-Thawri, Abdurrahman al-Awza'i[2], Qadi Iyad, Ibnu Rusyd, al-Qurtubi, Syihab al-Din al-Qarafi, Yusuf bin Tasyfin, Ibnu Khaldun, Usman dan Fodio
Biografi
Abu abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amirbin Amr bin al-Haris bin Ghaiman bin Jutsail binAmr bin al-Haris Dzi Ashbah. Imama malik dilahirkan di Madinah al Munawwaroh. sedangkan mengenai masalah tahun kelahiranya terdapat perbedaaan riwayat. al-Yafii dalam kitabnya Thabaqat fuqoha meriwayatkan bahwa imam malik dilahirkan pada 94 H. ibn Khalikan dan yang lain berpendapat bahawa imam malik dilahirkan pada 95 H. sedangkan. imam al-Dzahabi meriwayatkan imam malik dilahirkan 90 H. Imam yahya bin bakir meriwayatkan bahwa ia mendengar malik berkata :"aku dilahirkan pada 93 H". dan inilah riwayat yang paling benar (menurut al-Sam'ani dan ibn farhun)[3]. Ia menyusun kitab Al Muwaththa', dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun, selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah. Kitab tersebut menghimpun 100.000 hadits, dan yang meriwayatkan Al Muwaththa lebih dari seribu orang, karena itu naskahnya berbeda beda dan seluruhnya berjumlah 30 naskah, tetapi yang terkenal hanya 20 buah. Dan yang paling masyur adalah riwayat dari Yahya bin Yahyah al Laitsi al Andalusi al Mashmudi. Sejumlah Ulama berpendapat bahwa sumber sumber hadits itu ada tujuh, yaitu Al Kutub as Sittah ditambah Al Muwaththa. Ada pula ulama yang menetapkan Sunan ad Darimi sebagai ganti Al Muwaththa. Ketika melukiskan kitab besar ini, Ibn Hazm berkata, Al Muwaththa adalah kitab tentang fiqh dan hadits, aku belum mnegetahui bandingannya. Hadits-hadits yang terdapat dalam Al Muwaththa tidak semuanya Musnad, ada yang Mursal, mudlal dan munqathi. Sebagian Ulama menghitungnya berjumlah 600 hadits musnad, 222 hadits mursal, 613 hadits mauquf, 285 perkataan tabiin, disamping itu ada 61 hadits tanpa penyandara, hanya dikatakan telah sampai kepadaku dan dari orang kepercayaan, tetapi hadits hadits tersebut bersanad dari jalur jalur lain yang bukan jalur dari Imam Malik sendiri, karena itu Ibn Abdil Bar an Namiri menentang penyusunan kitab yang berusaha memuttashilkan hadits hadits mursal , munqathi dan mudhal yang terdapat dalam Al Muwaththa Malik. Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan Tabiin dan 600 dari tabiin tabiin, ia meriwayatkan hadits bersumber dari Numain al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi, Syarik bin Abdullah, az Zuhry, Abi az Ziyad, Said al Maqburi dan Humaid ath Thawil, muridnya yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari. Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak sekali diantaranya ada yang lebih tua darinya seperti az Zuhry dan Yahya bin Said. Ada yang sebaya seperti al Auzai., Ats Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Al Laits bin Saad, Ibnu Juraij dan Syubah bin Hajjaj. Adapula yang belajar darinya seperti Asy Safii, Ibnu Wahb, Ibnu Mahdi, al Qaththan dan Abi Ishaq.
Malik bin Anas menyusun kompilasi hadits dan ucapan para sahabat dalam buku yang terkenal hingga kini, Al Muwatta. Di antara guru beliau adalah Nafi bin Abi Nuaim, Nafi al Muqbiri, Naimul Majmar, Az Zuhri, Amir bin Abdullah bin Az Zubair, Ibnul Munkadir, Abdullah bin Dinar, dan lainlain. Di antara murid beliau adalah Ibnul Mubarak, Al Qoththon, Ibnu Mahdi, Ibnu Wahb, Ibnu Qosim, Al Qonabi, Abdullah bin Yusuf, Said bin Manshur, Yahya bin Yahya al Andalusi, Yahya bin Bakir, Qutaibah Abu Mushab, Al Auzai, Sufyan Ats Tsaury, Sufyan bin Uyainah, Imam Syafii, Abu Hudzafah as Sahmi, Az Aubairi, dan lain-lain.
Kitab Al-Muwaththa
Al-Muwaththa bererti yang disepakati atau tunjang atau panduan yang membahas tentang ilmu dan hukum-hukum agama Islam. Al-Muwaththa merupakan sebuah kitab yang berisikan hadits-hadits yang dikumpulkan oleh Imam Malik serta pendapat para sahabat dan ulama-ulama tabiin. Kitab ini lengkap dengan berbagai problem agama yang merangkum ilmu hadits, ilmu fiqh dan sebagainya. Semua hadits yang ditulis adalah sahih kerana Imam Malik terkenal dengan sifatnya yang tegas dalam penerimaan sebuah hadits. Dia sangat berhati-hati ketika menapis, mengasingkan, dan membahas serta menolak riwayat yang meragukan. Dari 100.000 hadits yang dihafal beliau, hanya 10.000 saja diakui sah dan dari 10.000 hadits itu, hanya 5.000 saja yang disahkan sahih olehnya setelah diteliti dan dibandingkan dengan al-Quran. Menurut sebuah riwayat, Imam Malik menghabiskan 40 tahun untuk mengumpul dan menapis hadits-hadits yang diterima dari guru-gurunya. Imam Syafi pernah berkata, Tiada sebuah kitab di muka bumi ini setelah al qur`an yang lebih banyak mengandungi kebenaran selain dari kitab Al-Muwaththa karangan Imam Malik. inilah karangan para ulama muaqoddimin
Imam Asy-Syafi'i
Ab Abdullh Muhammad bin Idrs al-Shafi atau Muhammad bin Idris asy Syafi`i (bahasa Arab: ) yang akrab dipanggil Imam Syafi'i (Gaza, Palestina, 150 H / 767 - Fusthat, Mesir 204H / 819M) adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi'i. Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad. Saat usia 20 tahun, Imam Syafi'i pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu, Imam Malik. Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada muridmurid Imam Hanafi di sana.
[sunting] Nasab
Imam Syafi'i merupakan keturunan dari al-Muththalib, jadi dia termasuk ke dalam Bani Muththalib. Nasab Beliau adalah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi bin As-Saib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Al-Mutthalib bin Abdulmanaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin AnNadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Maad bin Adnan. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah di Abdul-Manaf. Dari nasab tersebut, Al-Mutthalib bin Abdi Manaf, kakek Muhammad bin Idris AsySyafi`ie, adalah saudara kandung Hasyim bin Abdi Manaf kakek Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam . Kemudian juga saudara kandung Abdul Mutthalib bin Hasyim, kakek Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam , bernama Syifa, dinikahi oleh Ubaid bin Abdi Yazid, sehingga melahirkan anak bernama As-Saib, ayahnya Syafi. Kepada Syafi bin As-Saib radliyallahu `anhuma inilah bayi yatim tersebut dinisbahkan nasabnya sehingga terkenal dengan nama Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie Al-Mutthalibi. Dengan demikian nasab yatim ini sangat dekat dengan Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam . Bahkan karena Hasyim bin Abdi Manaf, yang kemudian melahirkan Bani Hasyim, adalah saudara kandung dengan Mutthalib bin Abdi manaf, yang melahirkan Bani Mutthalib, maka Rasulullah bersabda:
Hanyalah kami (yakni Bani Hasyim) dengan mereka (yakni Bani Mutthalib) berasal dari satu nasab. Sambil beliau menyilang-nyilangkan jari jemari kedua tangan beliau.
HR. Abu Nuaim Al-Asfahani dalam Hilyah nya juz 9 hal. 65 - 66
Ashmai berkata,Saya mentashih syair-syair bani Hudzail dari seorang pemuda dari Quraisy yang disebut Muhammad bin Idris, Imam Syafii adalah imam bahasa Arab.
Ad-Darawardi. Ia banyak pula menghafal ilmu di majelisnya Ibrahim bin Abi Yahya. Tetapi sayang, guru beliau yang disebutkan terakhir ini adalah pendusta dalam meriwayatkan hadits, memiliki pandangan yang sama dengan madzhab Qadariyah yang menolak untuk beriman kepada taqdir dan berbagai kelemahan fatal lainnya. Sehingga ketika pemuda Quraisy ini telah terkenal dengan gelar sebagai Imam Syafi`ie, khususnya di akhir hayat beliau, beliau tidak mau lagi menyebut nama Ibrahim bin Abi Yahya ini dalam berbagai periwayatan ilmu.
[sunting] Di Yaman
Imam Syafii kemudian pergi ke Yaman dan bekerja sebentar di sana. Disebutkanlah sederet Ulama Yaman yang didatangi oleh beliau ini seperti: Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan banyak lagi yang lainnya. Dari Yaman, beliau melanjutkan tour ilmiahnya ke kota Baghdad di Iraq dan di kota ini beliau banyak mengambil ilmu dari Muhammad bin Al-Hasan, seorang ahli fiqih di negeri Iraq. Juga beliau mengambil ilmu dari Ismail bin Ulaiyyah dan Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dan masih banyak lagi yang lainnya.
[sunting] Di Mesir
Imam Syafii bertemu dengan Ahmad bin Hanbal di Mekah tahun 187 H dan di Baghdad tahun 195 H. Dari Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Syafii menimba ilmu fiqhnya, ushul madzhabnya, penjelasan nasikh dan mansukhnya. Di Baghdad, Imam Syafii menulis madzhab lamanya (madzhab qodim). Kemudian beliu pindah ke Mesir tahun 200 H dan menuliskan madzhab baru (madzhab jadid). Di sana beliau wafat sebagai syuhadaul ilm di akhir bulan Rajab 204 H.
[sunting] Al-Hujjah
Kitab Al Hujjah yang merupakan madzhab lama diriwayatkan oleh empat imam Irak; Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur, Zafarani, Al Karabisyi dari Imam Syafii.
[sunting] Al-Umm
Sementara kitab Al Umm sebagai madzhab yang baru Imam Syafii diriwayatkan oleh pengikutnya di Mesir; Al Muzani, Al Buwaithi, Ar Rabi Jizii bin Sulaiman. Imam Syafii mengatakan tentang madzhabnya,Jika sebuah hadits shahih bertentangan dengan perkataanku, maka ia (hadis) adalah madzhabku, dan buanglah perkataanku di belakang tembok,
Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi'i. Yang pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid. Imam Asy-Syafi'i
Ahli hukum Islam Zaman keemasan Islam
Nama: Ab Abdullh Muhammad bin Idrs al-Shafi Lahir: 767 Meninggal: 820 Aliran/tradisi: Sunni Syafi'i Minat utama: Fiqh Gagasan penting: Evolusi Fiqh Dipengaruhi: Imam Malik[1]
Biografi
[sunting] Awal mula Menuntut Ilmu
Ilmu yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur'an hingga ia hafal pada usia 15 tahun, ia juga mahir baca-tulis dengan sempurna hingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. Lalu, ia mulai konsentrasi belajar ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu pula. Ia telah mempelajari Hadits sejak kecil dan untuk mempelajari Hadits ini ia pernah pindah atau merantau ke Syam (Syiria), Hijaz, Yaman dan negara-negara lainnya sehingga ia akhirnya menjadi tokoh ulama yang bertakwa, saleh, dan zuhud. Abu Zur'ah mengatakan bahwa kitabnya yang sebanyak 12 buah sudah dihafalnya di luar kepala. Ia menghafal sampai sejuta hadits. Imam Syafi'i mengatakan tetang diri Imam Ahmad sebagai berikut: "Setelah saya keluar dari Baghdad, tidak ada orang yang saya tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shaleh dan yang lebih berilmu daripada Ahmad bin Hambal" Abdur Rozzaq Bin Hammam yang juga salah seorang guru beliau pernah berkata, "Saya tidak pernah melihat orang se-faqih dan se-wara' Ahmad Bin Hanbal"[2]
[sunting] Keluarga
Beliau menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Ia melahirkan dari istri-istrinya anak-anak yang shalih, yang mewarisi ilmunya, seperti Abdullah dan Shalih. Bahkan keduanya sangat banyak meriwayatkan ilmu dari bapaknya.
[sunting] Kecerdasan
Putranya yang bernama Shalih mengatakan, Ayahku pernah bercerita, Husyaim meninggal dunia saat saya berusia dua puluh tahun, kala itu saya telah hafal apa yang kudengar darinya. Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah menyuruhku, Ambillah kitab mushannaf Waki mana saja yang kamu kehendaki, lalu tanyakanlah yang kamu mau tentang matan nanti kuberitahu sanadnya, atau sebaliknya, kamu tanya tentang sanadnya nanti kuberitahu matannya. Abu Zurah pernah ditanya, Wahai Abu Zurah, siapakah yang lebih kuat hafalannya? Anda atau Imam Ahmad bin Hambal? Beliau menjawab, Ahmad. Ia masih ditanya,
Bagaimana Anda tahu? beliau menjawab, Saya mendapati di bagian depan kitabnya tidak tercantum nama-nama perawi, karena beliau hafal nama-nama perawi tersebut, sedangkan saya tidak mampu melakukannya. Abu Zurah mengatakan, Imam Ahmad bin Hambal hafal satu juta hadits.
[sunting] Kezuhudannya
Beliau memakai peci yang dijahit sendiri. Dan kadang beliau keluar ke tempat kerja membawa kampak untuk bekerja dengan tangannya. Kadang juga beliau pergi ke warung membeli seikat kayu bakar dan barang lainnya lalu membawa dengan tangannya sendiri. Al Maimuni pernah berujar, Rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil.
dengan kebaikan atas jasamu kepada Islam? beliau mengatakan, Jangan begitu tetapi katakanlah, semoga Allah membalas kebaikan terhadap Islam atas jasanya kepadaku, siapa saya dan apa (jasa) saya?!
membuatnya berpaling dari agamanya. HR. Bukhari 12/281. lalu beliau menegaskan, Saya tidak peduli dengan kurungan penjara, penjara dan rumahku sama saja. Ketegaran dan ketabahan beliau dalam menghadapi cobaan yang menderanya digambarkan oleh Ishaq bin Ibrahim, Saya belum pernah melihat seorang yang masuk ke penguasa lebih tegar dari Imam Ahmad bin Hambal, kami saat itu di mata penguasa hanya seperti lalat. Di saat menghadapi terpaan fitnah yang sangat dahsyat dan deraan siksaan yang luar biasa, beliau masih berpikir jernih dan tidak emosi, tetap mengambil pelajaran meski datang dari orang yang lebih rendah ilmunya. Ia mengatakan, Semenjak terjadinya fitnah saya belum pernah mendengar suatu kalimat yang lebih mengesankan dari kalimat yang diucapkan oleh seorang Arab Badui kepadaku, Wahai Ahmad, jika anda terbunuh karena kebenaran maka anda mati syahid, dan jika anda selamat maka anda hidup mulia. Maka hatiku bertambah kuat.
[sunting] Guru
Imam Ahmad bin Hambal berguru kepada banyak ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya. Di antara mereka adalah: 1. Ismail bin Jafar 2. Abbad bin Abbad Al-Ataky 3. Umari bin Abdillah bin Khalid 4. Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami 5. Imam Syafi'i 6. Waki bin Jarrah 7. Ismail bin Ulayyah 8. Sufyan bin Uyainah 9. Abdurrazaq 10. Ibrahim bin Maqil
[sunting] Menurut Imam Nadim, kitab berikut ini juga merupakan tulisan Imam Ahmad bin Hanbal
1. Kitab al-'Ilal 2. Kitab al-Manasik 3. Kitab az-Zuhd 4. Kitab al-Iman 5. Kitab al-Masa'il 6. Kitab al-Asyribah 7. Kitab al-Fadha'il 8. Kitab Tha'ah ar-Rasul 9. Kitab al-Fara'idh 10. Kitab ar-Radd ala al-Jahmiyyah