Anda di halaman 1dari 62

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Persalinan seksio sesarea merupakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Dewasa ini seksio sesarea jauh lebih aman daripada dahulu, berhubung dengan adanya antibiotika, transfusi darah, teknik operasi yang lebih sempurna dan anastesi yang lebih baik. Menurut statistik tentang 3509 kasus seksio sesarea yang disusun oleh peel dan chamberlain (1968) indikasi seksio sesarea ialah : Dispproporsi janin panggul Gawat janin Plasenta previa Pernah seksio sesarea Kelainan letak Pre eklampsia dan hipertensi 21% 14% 11% 11% 10% 7%

Berdasarkan statistik di atas, maka angka kematian ibu sebelum diteliti 17%, dan sesudah diteliti mencapai 0,38 % sedangkan kematian janin 14,5%, pada 774 persalinan yang kemudian terdapat 1,03% rupture uteri. (Saswono Prowirahardjo, 1997, hlm 863). Adapun data statistik lain menyebutkan bahwa indikasi dilakukan seksio sesarea menyebabkan angka kejadian seksio sesarea dari periode ke periode

2 meningkat, hal ini terlihat dari frekuensi seksio sesarea di rumah sakit Pringadi Medan. Tahun 1968 sebanyak 2,5% Tahun 1971 sebanyak 4,9% Tahun 1974 sebanyak 6,4% Tahun 1981 sebanyak 10% Frekuensi di negara-negara maju sekitar 7-10% Adapun salah satu dilakukan indikasi seksio sesarea adalah pre eklampsia berat, dimana pre eklampsia berat yaitu ditandai dengan adanya oedema, protein uria (+++), dan adanya hipertensi. Beberapa rumah sakit Indonesia mencatat angka kejadian pre aklampsia antara lain : RSU Dokter Pringadi Medan 0.6%. Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung 1,9%, Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusuma selama 5 tahun 0,1% dari 12827 persalinan. (Rustam Muchtar, 1990, hlm 11). Frekuensi pre aklampsia berat untuk tiap-tiap negara berbeda karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, perbedaan kriterium dalam penentuan diagnosis, dan lain-lain. Dalam kepustakaan frekuensi dilaporkan berkisar antara 3-10%. Pada primigravida frekuensi pre eklampsia berat lebih tinggi bila dibandingkan dengan multi gravida, terutama prigravida muda, diabetes mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops petalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre eklampsia berat (Saswono Prowirahardjo, 1997, hlm 287).

3 Berdasarkan data statistik yang penulis peroleh dari Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe, jumlah seksio sesarea dengan indikasi pre eklampsia berat di ruang kebidanan dan penyakit kandungan pada tahun 2001 sebanyak 7 kasus dari 390 klien yang dirawat, dan pada tahun 2011 mulai bulan Januari samapai bulan Oktober ditemukan sebanyak 14 kasus dari 4002 klien yang dirawat. Jadi peserta jumlah seksio sesarea dengan pre eklampsia berat mencapai 4,76% pada tahun 2001 dan meningkat 7,7% pada tahun 2011. (Medical Record, RSUD Cut Meutia, 2011).

1.2. 1.

Tujuan Penulisan Tujuan umum Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien seksio sesarea dengan indikasi pre eklampsia berat di ruang rawat kebidanan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe.

2.

Tujuan khusus a. Dapat melaksanakan pengkajian. b. Dapat menentukan diagnosa keperawatan baik maupun yang bersifat potensial. c. Dapat merumuskan dan melaksanakan rencana tindakan keperawatan berdasarkan masalah dan kebutuhan. d. Dapat mengevaluasi keberhasilan, asuhan keperwatan yang telah dterapkan sesuai kriteria hasil. e. Dapat evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang telah ditetapkan sesuai kriteria hasil. yang bersifat aktual

4 f. Dapat melakukan dokumentasi proses keperawatan.

1.3.

Metode Penulisan Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif

yaitu : sasaran penelitian pada suatu kasus dengan tujuan mendapatkan gambaran tentang perkembangan perawatan secara lengkap, metode ini dilakukan melalui teknik : 1. Study kepustakaan (Library Research) Pendekatan melalui membaca, mempelajari dan memahami dari berdasarkan pendapat para ahli yang ada hubungannya dengan judul seksio sesarea dengan indikasi pre eklampsia berat.

2. Study kasus (Case research). Dalam studi kasus ini penulis langsung melihat dan mempelajari, serta melaksanakan asuhan keperawatan terhadap klien seksio sesarea di ruang rawat kebidanan, dan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe. Pada tanggal 11 November 2011 sampai dengan 14 November 2011 dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara (Anamnese). Wawancara penulis tujukan kepada klien, keluarga, dokter dan perawat. b. Pengamatan Pengamatan terhadap perkembangan klien dengan menerapkan asuhan keperawatan.

5 c. Dokumentasi medis. Mendokumentasikan dan mencatat segala tindakan keperawatan yang telah dilakukan terhadap klien.

1.4.

Sistematika Penulisan Adapun sistematika penyusunan karya tulis ini, penulis susun secara sistematis

dalam 5 bab. Bab I : Pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang, tujuan, metode dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan teoritis, bab ini menjelaskan tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan seksio sesarea dengan indikasi pre eklampsia berat. Bab III : Tinjauan kasus, bab ini menggambarkan kasus yang penulis rawat di ruang kebidanan dan penyakit kandungan Rumah Sakit Umum Lhokseumawe dengan menerapkan proses keperawatan. Bab IV : Pembahasan, bab ini membahas tentang materi dari bab II dan III mengenai kasus yang dirawat di rumah sakit ruang kebidanan. Bab V : Penutup, bab ini mengemukakan kesimpulan dan saran-saran. Daftar pustaka. BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1.

Patofisiologi

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan, pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. Seksio sesarea disebut

6 juga histerotomi melahirkan janin dalam rahim. (Saswono Prowihardjo, 1997, hlm 863). Salah satu indikasi dilakukan seksio sesarea adalah pre eklampsia. Pengertian pre eklampsia yaitu gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan masa nifas yang terdiri dari gejala hipertensi, protein uria, dan oedema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai wanita tersebut menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya. Pre eklampsia berat ditandai apabila tekanan darah 160/100 atau lebih. Penyebab terjadinya pre eklampsia adalah didukung oleh faktor predisposisi antara lain, gravida muda, diabetes mellitus, molahidatidosa kehamilan ganda, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas. Funsi ginjal adalah pengaturan keseimbangan air, pengaturan konstrasi garam dalam darah, dan keseimbangan asam-basa darah dan ekresi bahan buangan dan kelebihan garam. Penanganan pada pre eklampsia berat pada klien yang masuk rumah sakit dengan tanda dan gejala pre eklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang, apabila sesudah 12-24 jam, cara akut dapat diatasi dengan cara kompres dengan pemberian obat. Cara yang terbaika dalah mengakhiri kehamilan dengan induksi persalinan atau seksio sesarea (Rustam Muchtar, 1990, hlm 219). Adapun pengkajian yang dilakukan pada klien pre operasi seksio sesarea 6 dengan indikasi pre eklampsia berat adalah (Marelyn Doengs, 1987, hlm 178-180). 1. Pengkajian dasar data klien 1. Sirkulasi Peningkatan tekanan darah menetap, melebihi nilai dasar setelah 20 minggu kehamilan.

7 Riwayat hipertensi kronis. Nadi mungkin menurun Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama atau efistaksis trombositopenian. 2. Eliminasi Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400 ml / 24 jam) atau tidak ada. 3. Makanan/cairan Mual, muntah Penambahan berat badan 2 + 1b (0,9072 Kg) atau lebih dalam 1 minggu 6 1b (2,72 Kg) atau lebih per bulan (tergantung lamanya gestasi). Mal nutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih besar). Masukan protein/kalori kurang. Oedema mungkin ada, dari ringan sampai berat/umum dan dapat meliputi wajah, ekstremitas dan sistem organ misalnya (hepar, otak). Diabetes mellitus.

4. Nyeri / ketidaknyamanan Nyeri epigastrik region kuadran atas kanan

5. Neurosensori Pusing, sakit kepala frontal Diplopia, penglihatan kabur Hiperefleksia Kacau mental-tonik, diikuti dengan periode kehilangan kesadaran

8 6. Pernafasan Pernafasan mungkin kurang dari 14/menit Krekles mungkin tidak ada.

7. Keamanan Ketidaksesuaian RH mungkin ada

8. Seksualitas Primigravida, gestasi multipel, hidramnion, molahidatidosa,

hidropsvetalis (antigen- anti bodi Rh) Gerakan bayi mungkin berkurang Tanda-tanda abrupsi plasenta mungkin ada.

9. Penyuluhan/pembelajaran Remaja (di bawah usia 15 tahun) dan primigravida lanjut usia (usia 35 tahun atau lebih, beresiko tinggi). Riwayat keluarga hipertensi karena kehamilan (HKK)

10. Pemeriksaan diagnostik Tes presor supirz (tes rolever) dapat digunakan untuk memeriksa klien beresiko hipertensi karena kehamilan, antara gestasi minggu ke 28 - 32. Tekanan arteri terasa (MAP) : 90 mmHg pada trisemeter kedua menandakan hipertensi karena kehamilan. Hemaglobin (rendah bila terjadi hemolisis) Kadar kreatinin serum meningkat

9 Berat jenis urin meningkat, menunjukkan perpindahan cairan dehidrasi vaskuler. Protein uria : dengan menggunakan dipstick pengukuran 1 + Ke 2+ (sedang). Atau lebih besar dari 59/1 dalam 24 jam. Kadar laktogen plasenta manusia : kurang dari 4 meg/ml menunjukkan fungsi plasenta abnormal. Tes stres kontrak CST, mengkaji respon janin terhadap stress, kontraksi uterus

Prioritas Keperawatan : 1. 2. 3. 4. Memantau kondisi ibu, janin dan plasenta. Mencegah atau menurunkan akumulasi atau komplikasi cairan lanjut. Meningkatkan kesejahteraan ibu/janin Memberikan informasi untuk meningkatkan perawatan diri

2.

Diagnosa keperawatan Pre operasi berdasarkan pengkajian adalah : (Marelyn Doengs, 1987, hlm : 180). 1. Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan kehilangan protein plasma dan penurunan tekanan osmotik. Tujuan : - Kekurangan volume cairan tidak terjadi - Kehilangan protein plasma tidak terjadi Kriteria hasil :

10 - Bebas dari tanda-tanda odema. Umum misalnya nyeri epigastrik, dispnea, mual/muntah. Intervensi : A. Timbang berat badan klien secara rutin. Perhatikan tanda odema berlebih atau berlanjut.

Rasional Penambahan berat badan tiba-tiba (misalnya lebih dari 1,5 Kg/bulan dalam trisemester kedua atau lebih dari 0,5 Kg/mg pada trisemester ketiga. B. Pantau masukan dan pengeluaran, perhatikan warna urine. Rasional Haluran urin adalah indiktor sensitif dari sirkulasi volume darah.

C. Pantau tekanan darah dan nadi Rasional Meningkatkan tekanan darah dapat terjadi karena respon terhadap katekolamin vasopresin. D. Ganti cairan baik secara oral atau parentral, melalui pompa infus sesuai indikasi. Rasional Penggantian cairan memperbaiki hipovolemia, yang harus diberikan dengan hati-hati, khususnya

11 bila cairan intertesial mengalir balik ke dalam sirkulasi bila aktivitas dikurangi.

2.

Penurunan curah jantung, berhubungan dengan kehilangan protein plasma dan penurunan tekanan osmotik. Tujuan : - Penurunan curah jantung tidak terjadi - Kejadian dispnue tidak terjadi Kriteria hasil : - Mengubah tingkat aktivitas sesuai kondisi. - Menurunnya kejadian dispnea Intervensi : A. Lakukan tirah baring pada klien dengan posisi miring kiri.

Rasional Untuk meningkatkan aliran vena, curah jantung dan perfusi jaringan. B. Berikan obat antihipertensi, seperti hidrolazim, apresoline. Rasional Bila tekanan darah tidak berespon terhadap tindakan konservatif, mungkin perlu pemberian obat-obatan anti hipertensi. C. Pantau tekanan darah dan efek samping obat anti hipertensy Rasional

12 Efek samping, meliputi sakit kepala, mual dan muntah dan dapat diatasi dengan proponadol.

3.

Cedera, resiko tinggi terhadap ibu, berhubungan dengan oedema hipoksia jaringan kejang, tonik-klonik provil darah abnormal. Tujuan : - Resiko tinggi terhadap ibu tidak terjadi - Bebas dari tanda-tanda sakit kepala.

Kriteria hasil : - Modivikasi lingkungan untuk melindungi diri dan

meningkatkan keamanan. - Bebas dari tanda-tanda gangguan penglihatan, sakit kepala, peruabahan pada mental Intervensi : A. Kaji adanya SSP (misalnya sakit kepala, gangguan penglihatan atau pemeriksaan fundus kopi). Rasional Oedema serebral dan pasokontruksi dapat

dievaluasi dari masa perubahan gejala prilaku atau retina. B. Kaji tanda-tanda eklampsia dari pergelangan kaki,

penurunan nadi dan pernafasan, nyeri epigastrik. Rasional

13 Oedema/vasokontruksi umum, dimanifestasikan oleh masalah SSP berat, dan masalah ginjal, kardiovaskuler kejang,. C. Palpasi nyeri tekan uterus atau periksa perdarahan vagina. Perhatikan riwayat masalah medis. Rasional Tanda-tanda ini dapat menandakan absrupsi plasenta, khususnya bila terdapat masalah medis sebelumnya, seperti diabetes mellitus, atau dan pernafasan mendahului

kelainan ginjal atau jantung yang menyebabkan masalah vaskuler.

4.

Perubahann nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan masukan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, metabolik dan menggantikan kehilangan di dalam tubuh. Tujuan : - Klien mengerti tentang kebutuhan diet. - Kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil : - Mendemonstrasikan pengetahuan diet yang tepat Intervensi : A. Kaji status nutrisi klien, kondisi rambut, kuku dan berat badan serta tinggi badan sebelum hamil.

14 Rasional Membuat pedoman untuk menentukan kebutuhan diet dan pendidikan klien. B. Berikan informasi verbal/tertulis tentang tindakan dan penggunan protein Rasional 1,5/Kg masukan setiap hari cukup untuk

menggantikan kehilangan protein dalam urine dan memungkinkan tekanan onkotik serum normal. C. Berikan informasi mengenai efek titah baring dan penurunan aktifitas pada kebutuhan protein. Rasional Menurunkan laju metabolisme selama tirah baring, dan pembatasan aktifitas menurunkan kebutuhan protein.

5.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, berhubungan dengan tidak mengenal sumber-sumber informasi. Tujuan : - Klien mengerti setelah diberikan informasi - Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan rencana tindakan yang tepat. Kriteria hasil :

15 - Mengidentifikasikan tanda/gejala yang memerlukan evaluai medis. - Melakukan prosedur yang diperlukan dengan benar. Intervensi : A. Kaji pengetahuan klien, berikan informasi tentang

patofisiologi dan rasional intervensi prosedur sesuai kebutuhan. Rasional Membuat data dasar dan memberikan informasi dapat meningkatkan pemahaman dan menurunkan rasa takut, membantu memudahkan rencana tindakan untuk klien. B. Berikan informasi tentang tanda/gejala buruk, yang dan

mengindikasikan

kondisi

yang semakin

mengintruksikan klien kapan memberitahu pemberian keperawatan kesehatan. Rasional Membantu, bahwa klien mencari pada waktu yang tepat dan mencegah memburuknya status kondisi pre eklampsia atau komplikasi tambahan. C. Pertahankan supaya klien tetap mendapat informasi tentang kondisi kesehatan, hasil tes dan kesejahteraan janin. Rasional

16 Rasa takut dan ansietas dapat menyatu bila klien/pasangan tidak mendapat informasi yang adekuat tentang keadaan dari proses penyakit atau dampaknya terhadap klien dan janin. D. Berikan informasi tentang jaminan protein adekuat dalam diet tentang kemungkinan atau pre eklampsia berat.

Rasional Protein perlu untuk regulasi cairan intravaskuler dan ekstravaskuler. E. Tinjau ulang tes sendiri terhadap protein urine, kuatkan rasional dan implikasi tes. Rasional Hasil tes atau lebih besar bermakna dan perlu dilaporkan pada pemberian perawatan kesehatan, spesismen urine terkontaminasi oleh rabas vagina atau dapat menghasilkan hasil tes positif terhadap protein. Asuhan keperawatan seksio sesarea dengan indikasi pre eklampsia berat adalah : A. Perawatan setelah kelahiran sesarea (Marelyn Doenges, 1987, hlm : 474) Pengkajian dasar data klien : 1. Sirkulasi

- Kehilangan darah selama prosedur pembedahan

17 2. Integritas ego Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan marah. Mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru. 3. Eliminasi pucat. 4. Makanan/cairan 5. Neurosensori - Kerusakan gerakan dan disensi di bawah tingkat anestesia spinal epidural 6. Nyeri/ketidaknyamanan - Mungkin mengeluh ketidaknyaman misalnya : trauma bedah/insisi - Mulut mungkin kering 7. Pernafasan - Bunyi paru jelas dan vaskuler 8. Keamanan - Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh 9. Seksualitas - Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus - Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan berlebihan/banyak 10. Pemeriksaan diagnostik - Jumlah darah lengkap, hemaglobin/hematokrit Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal Kateter urinarius indwelling mungkin terpasang, urine jernih

18 - Mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi kehilangan darah pada pembedahan - Urinalisis kedua kultur urine, darah, vaginal dan lokhia, pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan individual

11. Priorotas keperawatan 1. Meningkatkan kesatuan dan ikatan keluarga 2. Mencegah/meminimalkan komplikasi pasca operasi 3. Mencegah terjadinya eklampsia 4. Memantau menghilangkan hipertensi. 12. Tujuan pulang 1. Dimulainya ikatan keluarga 2. Berkurangnya nyeri/ketidaknyamana 3. Terpenuhinya kebutuhan fisik/fiskologi 4. Komplikasi tercegah teratasi

B. Pengkajian Post Operasi dengan Indikasi Pre-Eklampsia Berat ( Marelyn E. Deogeus, 1987, hlm : 360) Pengkajian dasar data klien : 1. Sirkulasi Dapat dipantau selama hipertensi baik di rumah atau

lingkungan rumah 2. Keamanan Dapat menerima infus untuk induksi atau untuk

menghilangkan efek tokolitik 3. Pemeriksaan Diagnostik

19 Pemeriksaan ginjal, hepar dan koagulasi dapat menunjukan

perubahan fungsi (HKK). Diagnosa Keperawatan Post Opreasi ( Marelyn E. Deogeus, 1987, hlm : 360) 1. Ansietas berhubungan dengan transmisi, ancaman dan kematian Tujuan : Kreteria hasil : Melaporankan penurunan tingkat ansietas dan Ansietas tidak terjadi dengan indikasi Pre-Eklampsia Berat

mengungkapkan kesadaran akan perasaan Intervensi A. Rasional : Semua klien mengalami persalinan dan kelahiran dengan derajat Kaji sumber dan tingkat ansietas klien/ pasangan.

tertentu dari ansietas, yang menjadi lebih tinggi pada situasi beresiko tinggi. B. Anjurkan pengungkapan perasaan, berikan dukungan yang tepat. Rasional : Membantu klien / pasangan dalam mengindentifikasi masalah

khusus dan membantu menghilangkan ansietas.. 2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan mekanisme regulasi. Tujuan : Kreteria hasil : Tekanan darah, pengukuran urine, berat badan dalam batas Kelebihan volume cairan tidak terjadi.

normal dan bebas dari sakit kepala. Intervensi

20 A. Rasional : Membantu menentukan derajat retensi cairan dan kemungkinan Kaji lokasi dan luasnya oedema.

perpindahan kejaringan ekstraseluler. B. Kaji tekanan darah dan nadi .

Rasional : Tekanan darah yang meningkat yang sebelumnya mungkin naik

lagi. 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber-sumber informasi. Tujuan : Kreteria hasil : tindakan. Intervensi A. Rasional : Membuat data dasar dan memberikan informasi dapat Kaji pengetahuan klien. Mengungkapkan pemahaman tentang situasi dan rencana Klien mengerti setelah diberikan informasi.

meningkatkan pemahaman. B. Berikan informasi tentang jaminan protein adekuat dalam diet . Rasional : Protein perlu untuk regulasi cairan intravaskuler dan

ekstravaskuler naik lagi.

darah yang meningkat yang sebelumnya mungkin

21

Diagnosa keperawatan seksio sesarea dengan indikasi pre eklampsia berat adalah : 1. Nyeri (Akut) ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma pembedahan. Tujuan : Nyeri berkurang dan teratasi

Kriteria hasil : Klien tampak rileks, mampu tidur dan istirahat dengan tepat

Intervensi : A. Rasional : Klien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan

ketidaknyamanan secara langsung. B. Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab

ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat. Rasional : Meningkatkan pemecahan masalah, membantu

mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas dan ketakutan karena ketidaktahuan dan memberikan rasa kontrol. C. Evaluasi tekanan darah, nadi, perhatikan perubahan prilaku (bedakan antara kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan dan karena nyeri) Rasional : Pada banyak klien, nyeri dapat menyebabkan gelisah

serta tekanan darah dan nadi meningkat, analgesia dapat menurunkan tekanan darah. D. Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya karakteristik nyeri penyerta. Rasional :

22 Kontraksi uterus kuat dan teratur.

2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan hipertensi karena kehamilan dan eklampsia. Tujuan : Resiko tinggi tidak terjadi Bebas dari komplikasi

Kriteria hasil : Menurunkan faktor-faktor resiko dan perlindungan diri

Intervensi : A. Rasional : Tekanan darah yang tinggi dapat menandakan terjadinya Pantau tekanan darah, nadi, suhu

atau berlangsungnya hipertensi. B. Bantu klien pada ambulasi awal berikan supervisi yang adekuat dalam mandi shower dan rendam duduk. Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi pada perubahan dari

posisi terlentang dan berdiri. C. Anjurkan latihan kaki/pergelangan kaki dan ambulasi dini. Rasional : Meningkatkan aliran balik vena mencegah penumpukan

pada ekstremitas bawah. D. Pantau hemaglobin, bandingkan dengan kadar praoperasi Rasional :

23 Klien denga HT 33% atau lebih besar dan peningkatan

plasma berkenaan dengan kehamilan dapat mentoleransi kehilangan darah aktual sampai 1500 ml, tanpa kesulitan.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber-sumber. Tujuan : Memberikan prosedur yang perlu dengan benar yang dibuthkan oleh klien.

Kriteria hasil : Klien mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis dan kebutuhan-kebutuhan individu Intervensi : A. Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar, bantu

klien/pasanga dalam mengdentifikasikan kebutuhan klien. Rasional : bila Periode pascapartum dapat menjadi pengalaman positif, penyuluhan diberikan untuk membantu

kesempatan

mengembangkan pertumbuhan ibu dan kopetensi namun klien membutuhkan waktu untuk bergerak dari fase mengambil sampai fase menahan. B. Kaji keadaan fisik klien, rencanakan sesi kelompok atau individu setelah pemberian obat-obatan atau bila klien merasa nyaman dan istirahat. Rasional : Ketidaknyamanan berkenaan dengan insisi atau nyeri

penyerta atau tidak kenyamanan kandung kemih biasanya berkurang beratnya pada hari ketiga pasca operasi. C. Berikan informasi yang berhubungan degan perubahan fisiologis yang normal berkenaan dengan kelahiran sesarea.

24 Rasional : Membantu klien mengenali perubahan normal dari

respon-respon normal yang mungkin memerlukan tindakan.

4. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan trauma mekanis, efek-efek anestesi. Tujuan : Perubahan pola eliminasi tidak terjadi Mengosongkan kandung kemih pada setiap berkemih

Kriteria hasil : Mendapatkan pola berkemih yang biasa optimal setelah pengangkatan kateter. Intervensi : A. urine. Rasional : Oliguria (keluaran kurang dari 30 ml/jam) mungkin Perhatikan dan catat jumlah, warna dan konsentrasi drainase

disebabkan oleh kelebihan kehilangan cairan. B. Perhatikan tanda dan gejala infeksi saluran kemih misalnya bau, warna setelah pengangkatan kateter. Rasional : Adanya kateter indwelling memperdisposisikan klien

pada masuknya bakteri dan infeksi saluran kemih. C. Gunakan metoda-metoda untuk memudahkan pengangkatan kateter setelah berkemih. Rasional :

25 Klien harus berkemih dalam 6-8 jam setelah

pengangkatan kateter.

5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan dari ketahanan, ketidak nyamanan fisik Tujuan : Menggunakan perawatan diri Kriteria hasil : Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan perawatan diri. tehnik atau memberikan sumber-sumber mengenai

Intervensi : A. Tentukan tipe-tipe anestesia, perhatikan adanya mengenai

pengubahan posisi. Rasional : Klien yang telah menjalani anestesia spinal dapat

diarahkan untuk berbaring datar dan tanpa bantal. B. Ubah posisi setiap 1-2 jam, bantu dalam latihan ambulasi dan latihan kaki. Rasional : Membantu mencegah komplikasi bedah seperti flebitis

atau pneumonia yang dapat terjadi bila tingkat kenyamanan mempengaruhi perubahan/aktifitas normal klien. C. Berikan bantuan sesuai kebutuhan hygiene. Rasional :

26 Memperbaiki harga diri, meningkatkan perasaan

kesejahteraan. D. Berikan pilihan bila mungkin (pemilihan jus, jadwal mandi, jarak selama ambulasi) Rasional : Mengijinkan beberapa otonomi meskipun klien

tergantung pada bantuan profesional. 6. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan masukan cairan Tujuan : Kelebihan volume cairan tidak terjadi.

Kriteria hasil : Menunjukkan kondisi yang biasanya dari mental, tekanan darah, nadi, berat badan dalam batas normal, dan bebas dari sakit kepala. Intervensi : A. Rasional : Membantu menentukan derajat cairan Kaji lokasi dan luasnya oedema

B. Kaji bagian pergelangan kaki, ketajaman penglihatan adanya nyeri atas hipertensi karena kehamilan. Rasional : Oedema dapat dimanifestasikan oleh pre eklampsia atau

oleh keterlibatan serebral. C. Kaji tekanan darah dan nadi Rasional : Tekanan darah yang meningkat sebelum naik lagi

bahkan lebih tinggi pada periode sebelum melahirkan.

27 D. Evaluasi tekanan darah dan nadi perhatikan perubahan prilaku (bedakan antara kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan dan karena nyeri). Rasional : Pada banyak klien, nyeri dapat menyebabkan gelisah

serta tekanan darah dan nadi meningkat

28 BAB III TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulis menyajikan kasus klien pre dan post seksio sesarea dengan indikasi pre eklampsia berat di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe, tinjauan kasus ini merupakan gambaran asuhan keperawatan yang penulis lakukan mulai tanggal 11 November sampai denga 14 November 2011. Melalui pendekatan proses keperawatan sebagai berikut :

3.1. Pengkajian (tanggal 11 November 2011)


3.1.1 a. Identitas klien.

Nama : Ny. Nh, umur 26 tahun, jenis kelamin perempuan, suku/bangsa : Aceh/Indonesia, agama : Islam. Pekerjaan : ibu rumah tangga, pendidikan : SMP, alamat : Paloh. Tanggal masuk : 8 November 2011, nomor register : 77.69.30, diagnosa medis : pre eklampsia berat. b. Identitas suami Nama : Razali, umur : 37 tahun, jenis kelamin : laki-laki, pekerjaan : wiraswasta, alamat : Paloh, hubungan dengan klien : suami. 3.1.2 Riwayat obsetri kebidanan a. Keluhan utama Klien masuk tanggal 8 Nopember 2011 jam 12.30 Wib, kiriman bidan desa ditandai dengan bengkak seluruh tubuh terutama di bagian tungkai kaki, tangan dan muka. Tekanan darah 160/90 mmHg, his (+), Djj (+), fundus uteri 30

29 3 jari di bawah ousat, HB 8,2 gram, pukul 16.00 Wib klien dibawa ke ruang operasi untuk dilakukan pembedahan seksio sesarea. b. Riwayat kehamilan persalinan sekarang klien baru pertama kali hamil dan pernah melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 3 x pemeriksaan (pada usia kehamilan 2 bulan, kehamilan 6 bulan, dan kehamilan 9 bulan). Klien G1, P1 + Abo dengan pre eklampsia berat, hamil 38 sampai 40 minggu, klien pertama kali menjalani persalinan yang berlangsung dengan tindakan pembedahan seksio sesarea dengan bentuk insisi vertikal (melintang), pada dinding uterus melalui dinding depan abdomen denga anestesi lumbal, bayilahir selamat denga berat badan 3200 gram, panjang 49 cm, jenis kelamin laki-laki, plasenta lahir lengkap, keadaan klien kelihatan lemah. c. Riwayat penyakit keluarga Dari hasil wawancara denga klien dan keluarga tidak didapatkan anggota keluarga dari pihak klien maupun suami yang menderita penyakit menular atau penyakit keturunan, serta tidak ada yang mengalami gangguan dalam persalinan seperti yang dialami oleh klien. d. Status perkawinan Klien menikah saat berumur 22 tahun, dengan suami yang pertama.

e. Riwayat haid

30 Klien pertama kali haid usia 16 tahun, siklus teratur (28 hari) lamanya haid 67 hari, banyaknya darah 2-3 kali ganti doek ( + 200 cc) konsestesi darah merah, kental disminorhoe terjadi pada hari pertama, hari kedua dan ari ketiga, seterusnya berkurang, haid terakhir tanggal 5 Nopember 2011. f. Riwayat KB Klien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.

3.1.3

Pemeriksaan fisik, /tanggal 11 November 2011/, jam 8.30 Wib, hari pertama perawatan. 1. Keadaan umum 2. TB dan BB 3. Tanda-tanda vital : lemah : 149 cm/80 Kg : Tekanan darah : 160/90 mmHg, pols : 80 x/m, temp : 37 0C, respirasi : 80 x/m. 4. Infeksi a. Rambut b. Wajah c. Mata d. Gigi e. Leher f. Dada : : panjang ikal, warna hitam, kurang bersih : bentuk bulat, ekspresi pucat : konjungtiva pucat : rapi tetapi kurang bersih, lidah bersih : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid : simetris kiri/kanan, mamae membesar, puting susu menonjol.

31 g. Perut : adanya luka post operasi dan sayatan melintang, jahitan utuh 11 jahitan, perban bersih dan tidak ada perdarahan. h. Vulva : terpasang kateter (dower kateter) nomor 18, perineum tidak ada luka, luchea warna coklat berbau amis i. Tungkai : terpasang infus RL 5%, 20 tetes/menit pada tungkai atas sebelah kanan, varises tidak ada, oedema ada. Tanggal 8 November 2011 terpasang transfusi darah 2 Fls Golongan AB. 5. Palpasi Adanya nyeri tekan di daerah abdomen bagian bawah, sebelum operasi. 6. Auskultasi Mengukur tekanan darah 160/90 mmHg, 7. Perkusi Adanya reflek patela (rangsangan pada bagian lutut) + 500 cc,

3.1.4

Pengkajian fungsional kesehatan a. Klien mengatakan tidak pernah alergi terhadap makanan maupun obatobatan. b. Riwayat pengobatan.

32 Menurut keterangan dari klien bila sakit (demam, sakit kepala, batuk) klien sering membeli obat misalnya : paracetamol, amoxicillin, GG, tetapi apabila sakit berlanjut klien berobat ke puskesmas. c. Riwayat penyakit Klien tidak pernah menderita penyakit yang serius atau penyakit menular lainnya, hanya sesekali terserang demam, batuk dan pilek dan biasanya sembuh setelah minum obat (paracetamol, amoxicillin, GG) yang dibeli bebas di apotik/depot terdekat. d. Alat pelengkap/bantuan yang digunakan spesial Klien tidak menggunakan alat bantu yang spesial seperti kursi roda, kacamata, tongkat, dan lain-lain e. Riwayat psikologi Klien mengatakan takut dan cemas terhadap keadaan yang dialaminya, karena klien baru pertama kali menjalani persalinan yang berlangsung dengan tindakan pembedahan dan klien menenangkan diri dengan rileks sambil menceritakan hal-hal yang disenanginya dan dengan support dari suami, keluarga dan perawat dengan meyakinkan klien akan kesembuhannya. f. Neurologis Selama dirawat klien mampu mengenal orang, baik keluarganya, perawat maupun orang lain dan mampu mengenal waktu, pupil bereaksi dengan baik, klien berbicara dengan jelas dan mudah dimengerti oleh lawan bicara, klien tidak mengalami gangguan dalam penglihatan, kedua mata klien normal dan dapat melihat dengan jelas dan juga tidak ada

33 gangguan dalam pendengaran, kedua telinga normal dan dapat mendengar dengan jelas. g. Respirasi Nadi radial 80 x/menit tangan kanan, apical rate reguler (teratur) perfusi kulit hangat ada oedema. h. Gastrointentinal Mukosa mulut kering, kemampuan menelan baik, sebelum dirawat BAB 1 x / hari dan selama dua hari perawatan klien tidak BAB, namun pada hari ketiga klien sudah dapat BAB, tidak ada konstipasi. i. Genitorius Sebelum dirawat BAK 4-5 kali/hari, dan sesudah dirawat klien BAK melalui dower kateter nomor 18 400 cc sampai 500 cc kali/hari. j. Self care Sebelum dirawat personal hygiene klien baik, klien mandi 2 x/hari (pagi dan sore), menggosok gigi 2-3 x/hari, dan mengerti tentang kebersihan diri, selama dalam perawatan personal hygiene klien juga baik namun pemenuhan kebutuhan hygiene dibantu oleh keluarga dan perawat. k. Nutrisi Penampilan umum gemuk, pola makan sebelum sakit klien makan 3x/hari dalam porsi sedang dan mengkonsumsi makanan yang terdiri dari nasi, lauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan sesekali dan minum 4-6 gelas/hari, pola makan selama dalam perawatan, klien makan 3 x sehari sesuai anjuran medis yaitu MB
RG

yang terdiri dari : nasi biasa, 1 butir

34 telur, 1 potong tempe goreng, 1 mangkuk sayur, dan 1 potong buahbuahan (pepaya) tidak dihabiskan. l. Kulit Warna kulit noremal, dengan kelembaban kering, temperatur hangat, integritas kulit tidak ada kelainannya. m. Muskuloskeletal Rom/pergerakan ekstremitas normal namun merasa lemah nyeri pada persendian. n. Pendidikan/discharge planning Klien mengatakan menurut keterangan dari bides kampung penyebab saya dilakukan operasi karena adanya hipertensi dan oedema, kemudian saya dirujuk/dikirim oleh bidan ke Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe. Pembedahan yang dilakukan terhadap saya yaitu : operasi, saya sangat merasa takut dan cemas akan dilakukan operasi nanti apakah bayi saya bisa diselamatkan dan apakah saya bisa mengandung kembali setelah operasi, saya akan pulang setelah luka dan keadaan saya membaik dan sembuh.

3.1.5

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan darah Tanggal 8 November 2011 Tanggal 9 November 2011 HB : 8,2 gr % HB : 8,2 gr%

35 Tanggal 10 November 2011 Tanggal 11 November 2011 Tanggal 12 November 2011 Tanggal 13 November 2011 Tanggal 14 November 2011 Protein uria (+ 3) Tanggal 8 November 2011 transfusi darah 2 FLS + 500 cc. Golongan AB HB : 9 gr% HB : 10 gr% HB : 10,5gr% HB : 10,5gr% HB : 10,5gr%

3.1.6

Penatalaksanaan/Terapi Infus RL dextro 5% 20 tts/m Injeksi amficillin 250 mg/8 jam Injeksi pinicillin 1000 mg/8 jam Injeksi hidralazzin 250 mg/8 jam Injeksi apresolline 500 mg/8 jam : antibiotik : antibiotik : antihypertensi : antihypertensi

Injeksi dower kateter (DC) nomor 18

3.1.7

Patofisiologi Salah satu indikasi seksio sesarea adalah pre eklampsia yang artinya kumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin yang terdiri dari gejala hipertensi, protein uria, oedema, penanganan pada pre eklampsia pada klien yang masuk rumah sakit dengan tanda dan gejala pre eklampsia berat harus diberi sedativa berat untuk mencegah timbulnya kejang apabila sesudah 12-24 jam tindakan acut dapat diatasi, cara yang terbaik adalah mengakhiri kehamilan dilakukan pembedahan seksio sesarea.

36 Seksio sesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan anak dari rongga rahim dengan mengiris dinding depan perut.

3.1.8

Analisa Data Tanggal 8 November 2011 Data pre operasi seksio sesarea : Data subjektif, klien mengatakan saya sangat takut dan khawatir akan tindakan operasi dan saya tidak mengerti tentang prosedur pembedahan. Data objektif, ekspresi wajah menunjukkan kecemasan, klien tampak gelisah, kurang bersemangat dan klien tampak bingung, TFU : tiga jari di bawah pusat, DJJ ( + ) Tanggal 11 November 2011 Data post operasi seksio sesarea Klien mengatakan bahwa : saya merasa sangat nyeri daerah perut pada luka operasi saya tidak dapat bergerak seperti biasanya, bila saya bergerak saya merasa nyeri daerah perut dan luka operasi, badan saya lemas dan tidak ada nafsu makan dan saya adanya kaku kuduk, kepala terasa sakit dan saya tidak bisa tidur. Data objektif : adanya luka post operasi, balutan perban belum diganti, klien sering memegang daerah perut pada luka operasi, kontraksi uterus positif, TFU 2 jari di bawah pusat, keadaan umum normal, HB 8,2 gr%, klien bedrest total, pemenuhan kebutuhan klien dibantu oleh perawat dan keluarga, porsi makan yang disajikan tidak dihabiskan karena nafsu makan

37 berkurang, TD 160/90 mmHg, pols 88 x/m, RR 24 x/m, temp. 37 oedema masih ada terutama di kedua tungkai kaki. Berdasarkan data subjektif di atas muncul masalah sebagai berikut : masalah pre operasi yaitu cemas kemungkinan penyebab akan dilakukan tindakan pembedahan, defisit knowledge, kemungkinan penyebab kurang informasi tentang prosedur pembedahan. Sedangkan masalah yang muncul post operasi yaitu nyeri dengan kemungkinan penyebab distensi abdomen, dan adanya luka operasi. Intoleransi aktifitas kemungkinan penyebab mobilisasi dan kelemahan, perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan, kemungkinan penyebab tidak ada nafsu makan (anoreksia), defisit knowledge tentang proses keperawatan dan kemungkinan penyebab kurang informasi, peningkatan pola istirahat tidur, kemungkinan penyebab tekanan intrakranial.
0

C,

3.2. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah Berdasarkan hasil pengkajian analisa data, diagnosa yang timbul adalah sebagai berikut : a. Diagnosa keperawatan pre operasi seksio sesarea :

1. Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan 2. Defisit know ledge berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur pembedahan b. Diagnosa keperawatan post operasi seksio sesarea

38 1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya nyeri jaringan yang terpotong di bagian abdomen. 2. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial 3. Ketergantungan akan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kurangnya pergerakan 4. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan dilakukan tindakan pembedahan seksio sesarea 5. Personal hygiene kurang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kebersihan perawatan diri.

3.3.

Rencana Keperawatan Rencana keperawatan pre operasi (8 November 2011) : a. Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan ditandai dengan klien mengatakan saya sangat takut dan khawatir akan tindakan operasi dan saya tidak mengerti tentang prosedur operasi, ekspresi wajah menunjukkan kecemasan, klien tampak gelisah. Tujuan : cemas berkurang/hilang

Kriteria hasil : - Klien tidak cemas lagi - Klien tampak tenang dan rileks Intervensi/rasional. bagi Anjurkan agar suami memberi dukungan mental / partisipasi klien. Rasional ; klien dapat mengungkapkan segala

keluhan/masalah yang dihadapi.

39 Observas tanda-tanda vital : TD 160/90 mmHg, pols 80

x/m, RR 24x/m dan temp. 37 0C. Rasional ; untuk mengetahui tekanan darah dan denyut nadi meningkat. Jelaskan pada klien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.

Rasional ; dengan dilakukan tindakan operasi seksio sesarea adalah salah satu cara untuk kesembuhan.

b. Defisit know ledge berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur pembedahan, ditandai dengan : klien mengatakan saya tidak mengerti tentang prosedur operasi, saya sangat gelisah dan bingung, Tujuan : klien dapat memahami tentang prosedur pembedahan.

Kriteria hasil : - Klien tidak bingung - Klien tampak tenang Intervensi/rasional. Berikan informasi akurat dengan istilah-istilah sederhana.

Rasional ; dapat mengklasifikasi kesalahan konsep, pengertian tentang tindakan operasi. Ciptakan suasana yang tenang. Rasional ; meningkatkan

kenyamanan dapat mempercepat prosedur operasi. Jelaskan alasan untuk dilakukannya seksio sesarea.

Rasional ; diharapkan klien mengetahui penyebab/alasan pembedahan sehingga klien dapat menerima tindakan operasi yang dilakukan.

40

Rencana Keperawatan Post Operasi (11 November 2011) 1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya nyeri jaringan yang terpotong di bagian abdomen ditandai dengan saya merasa nyeri daerah perut pada luka operasi, saya sangat lemah, TD : 160/90 mmHg, nadi : 80x/m, rr : 24x/m, temp : 37 0C. Tujuan : selama dalam perawatan di rumah sakit nyeri dapat berkurang/hilang dan rasa nyaman dapat terpenuhi. Kriteria hasil : Nyeri berkurang/hilang Ekspresi wajah tenang.

Intervensi / Rasional : Ciptakan suasana yang tenang dan nyaman misalnya dengan

membersihkan ruangan, mengatur ventilasi. Rasional : meningkatkan kenyamanan dapat mengurangi rasa nyeri. Anjurkan banyak istirahat pada klien. Rasional : rasa nyeri

akan berkurang. Lakukan pergantian perban dan pengawasan luka pada

daerah post operasi. Rasional : untuk mengetahui ada tidak terjadinya infeksi.

41 Monitor tanda-tanda vital. Rasional : untuk mengetahui

perubahan yang akan terjadi dan untuk memudahkan tindakan selanjutnya. Anjurkan minum sesuai dosis yang dianjurkan. Rasional :

dengan kolaborasi tentang pemberian obat diharapkan nyeri akan berkurang.

2. Gangguan

pola

istirahat

tidur

berhubungan

dengan

peningkatan

intrakranial ditandai dengan saya susah tidur, dan saya merasa kaku kuduk dan sakit kepala. Tujuan : gangguan pola istirahat tidak terjadi dan klien dengan tenang dapat istirahat. Kriteria hasil : Klien dapat beristirahat Sakit kepala, kaku kuduk hilang

Intervensi / Rasional : Ciptakan lingkungan yang tenang. Rasional : agar klien

dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman dan kebutuhan istirahat terpenuhi. Atur posisi klien senyaman mungkin. Rasional : diharapkan

klien dapat beristirahat dengan nyaman dan rasa sakit peningkatan intrakranial berkurang.

42 Berikan obat-obatan sesuai dengan program dokter.

Rasional : agar dapat membantu mengurangi nyeri kepala.

3. Ketergantungan akan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kurangnya pergerakan. Tujuan : ketergantungan tidak akan terjadi Kriteria hasil : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi oleh klien

Intervensi / Rasional : Anjurkan pada klien mobilisasi. Rasional : melancarkan

peredaran darah dan klien tidak lemah. Anjurkan pada klien mempergunakan dengan saat

melakukan mobilisasi. Rasional : untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Berikan pendidikan tentang pentingnya mobilisasi dalam

proses penyembuhan. Rasional : agar klien mengerti tindakan apa yang harus dilakukan. 4. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan dilakukan tindakan

pembedahan seksio sesarea ditandai dengan saya tidak ada nafsu makan, saya sangat lemah HB : 8,29 % porsi yang disajikan tidak dihabiskan. Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dan dapat dipertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat. Kriteria hasil : Nafsu makan kembali normal

43 Makanan yang disajikan dapat dihabiskan.

Intervensi / Rasional : sering. Berikan makanan secara teratur dalam porsi kecil tapi Rasional : diharapkan dapat membangkitkan/meningkatkan

selera makan klien. Berikan diet tgbrg tktp. Rasional : diharapkan dapat

mempercepat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien serta mempercepat penyembuhan. Jelaskan pada klien tentang pentingnya makan bagi tubuh.

Rasional : diharapkan klien taat pada aturan diet yang disajikan dan dapat memahami pentingnya makanan yang cukup untuk mempercepat proses penyembuhan. Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman saat makan

misalnya : dengan menjaga kebersihan alat-alat makan. Rasional : diharapkan dapat meningkatkan/membangkitkan nafsu makan atau keinginan untuk makan. Timbang/kontrol berat badan klien setiap hari. Rasional :

untuk mengetahui secara pasti berkurang atau bertambahnya berat badan klien agar makanan yang disajikan tetap seimbang.

5. Personal hygiene kurang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kebersihan perawatan diri ditandai dengan saya tidak pernah mandi selama dalam perawatan, dan saya tidak berani mandi, karena takut luka operasinya terbuka.

44 Tujuan : personal hygiene terpenuhi dan trepelihara selama masa perawatan. Kriteria hasil : Klien dan keluarga mampu melakukan personal hygiene secara mandiri Klien tampak bersih Adanya pengetahuan tentang personal hygiene

Intervensi / Rasional : Menjaga tempat tidur agar tetap bersih dan rapi. Rasional :

menciptakan suasana yang nyaman bagi klien selama beristirahat. Berikan pendidikan tentang personal hygiene. Rasional :

untuk menjaga kebersihan dan melakukan tindakan secara mandiri. Anjurkan klien / keluarga untuk melakukan personal

hygiene secara mandiri. Rasional : pendidikan kesehatan akan menambah pengetahuan tentang personal hygiene.

3.4. Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan A. Pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan pre operasi. (1). Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan ditandai dengan : saya sangat takut dan khawatir akan tindakan operasi. Saya tidak mengerti tentang prosedur operasi, ekspresi wajah menunjukkan kecemasan, gelisah dan kurang bersemangat. Implementasi (8 November 2011) :

45 Jam 12.00 Wib : memonitor tanda-tanda vital TD 160/90 mmHg, temp. 370C x/m, pols 80 x/m, rr 24x/m. Jam 12.30 Wib : menyiapkan informan consent dan menyiapkan obatobatan untuk persiapan operasi Jam 12.45 Wib : membersihkan area operasi dan melakukan scerem Jam 1.30 Wib : memberikan dukungan imosional misalnya : memberikan arahan untuk meningkatkan rasa kontrol klien.

Evaluasi (8 November 2011) jam 16.30 Wib : S = - Klien menyatakan saya dapat memahami tindakan yang akan dilakukan dan saya siap dilakukan operasi. O = - Klien tenang dan rileks Tanda-tanda vita : * TD : 160/90 mmHg * Temp : 37 0C * Pols : 80x/m * RR : 24x/m A P = - Masalah teratas = - Intervensi dihentikan.

(2).

Defisit Knowledge berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur pembedahan ditandai dengan saya tidak mengerti tentang prosedur operasi. Dan klien tampak gelisah. Implementasi :

46 Jam 9.00 Wib : menjelaskan pada klien dan keuarga dalam tindakan operasi Jam 10.30 Wib : melakukan persiapan pra operatif yang meliputi : * Menganjurkan klien untuk berpuasa * Pemasangan kateter (dower kateter No. 18) * Pemasangan infus larger laktat 20 tts/m * Menyiapkan dua unit transfusi darah (gol AB) untuk pemberian transfusi. Jam 12.30 Wib : mendorong klien ke ruang operasi dengan menggunakan brancar.

Evaluasi (8 November 2011) jam 1.30 Wib : S = - klien meyatakan, saya memahami tentang indikasi kelahiran sesarea O = - keadaan umum lemah, klien dengan pre eklampsia berat. TFU 3 jari dibawah PX pembukaan 4-5 cm, denyut jantung (+) A = P = masalah teratasi rencana tindakan dihentikan.

B. Pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan post operasi. (1). Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya nyeri jaringan yang terpotong di bagian abdomen ditandai dengan : saya merasa nyeri di bagian perut, saya lemah. Tanda-tanda vital : TD 140/90 mmHg, temp 36 24x/m, pols 58x/m. Implementasi :
0

C, RR

47 - Jam 08.00 Wib : memonitor tanda-tanda vital TD 140/90 mmHg, pols 50x/m, rr 24x/m, temp 36 0C. - Jam 8.30 Wib : menciptakan suasana tenang dan nyaman dengan membersihkan ruangan dan tempat tidur - Jam 9.00 Wib : menjelaskan pada klien bahaya setiap pembedahan akan menimbulkan nyeri. - Jam 9.30 Wib : melakukan manipulasi nyeri dengan mengalihkan perhatian klien dengan tehnik relaksasi sambil bercerita. - Jam 12.00 Wib : berkolaborasi dengan team medis dalam pemberian obat-obatan - Jam 12.30 Wib : memberikan injeksi prilaporan 4 cc secara intra musvular Evaluasi (11 November 2011) 8.30 Wib : S = saya masih merasa nyeri daerah perut pada luka operasi O = ekspresi wajah klien masih susah dan cemas A = masalah belum teratasi P = tindakan diteruskan. Evaluasi (12 November 2011) 09 Wib S = saya masih merasa nyeri di daerah perut pada luka operasi O = ekspresi wajah klien masih susah dan lemas A = masalah belum teratasi P = tindakan dilanjutkan Evaluasi (13 November 2011) 8.30 Wib

48 S = saya merasa nyeri di daerah perut pada luka operasi mulai berkurang O = wajah klien tampak tenang A = masalah teratasi sebagian P = intervensi dilanjutkan Evaluasi (14 November 2011) 09 Wib : S = saya merasa nyeri di daerah perut pada luka operasi sudah tidak ada O = klien tampak tenang dan rileks A = masalah teratasi P = intervensi diteruskan apabila diperlukan.

(2).

Gangguan pola istirahat tidur yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan klien mengeluh susah tidur, kaku kuduk dan sakit kepala dan nadinya bengkak di bagian tangan, tungkai kaki. Implementasi : - Jam 8.30 Wib : memonitor tanda-tanda vital TD 160/90 mmHg, ols 58x/m, rr 24x/m, temp 37 0C. - Jam 9.00 Wib : menciptakan suasana tenang dan nyaman dengan membersihkan ruangan dan tempat tidur. - Jam 9.15 Wib : menjelaskan pada klien bahwa setiap adanya tekanan darah tinggi akan menimbulkan kaku kuduk dan sakit kepala. - Jam 10.30 Wib : berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan. Evaluasi (11 November 2011) 0

49 S = saya masih merasa susah tidur O = klien kelihatan gelisah dan tidak tenang, oedema di tangan dan kedua tungkai kaki masih ada, TD 160/90 mmHg, protein urine (1+1), keadaan umum lemah. A = masalah belum teratasi P = intervensi dilanjutkan Evaluasi (12 November 2011) S = saya masih merasa susah tidur O = klien masih kelihatan gelisah dan tidak tenang, oedema di kedua tangan berkurang, dan kedua tungkai kaki berkurang, keadaan umum lemah TD 150/90 mmHg, temp. 37 0C, rr 28x/m, pols 52x/m A = masalah belum teratasi P = intervensi dilanjutkan

Evaluasi (13 November 2011) S = saya sudah dapat tidur dengan nyaman O = klien kelihatan tenang, oedema di kedua tangan dan kedua tungkai kaki bawah berkurang, keadaan umum lemah berkurang, TD 140/90 mmHg, pols 58x/m, rr 24x/m, temp 37 0C. A = masalah teratasi P = intervensi dilanjutkan.

(3). Ketergantungan akan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kurangnya pergerakan ditandai dengan : saya merasa lemah, saya tidak dapat

50 bergerak seperti biasanya dan saya merasa nyeri pada daerah luka operasi jika saya bergerak.

Implementasi : - Jam 8.30 Wib : membantu klien menggerakkan tubuh miring ke kiri/kanan secara perlahan. - Jam 8.40 Wib : memberikan pujian pada klien atas setiap gerakan/aktivitas yang berhasil dilakukan - Jam 8.60 Wib : menjelaskan pada klien tentang pentingnya mobilisasi dalam proses penyembuhan - Jam 09.30 Wib : menjelaskan pada klien agar mempergunakan pegangan saat melakukan mobilisasi untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Evaluasi : (11 November 2011) jam 8.30 Wib S = saya masih merasa nyeri/sakit di daerah perut pada luka operasi jika saya bergerak. O = klien belum bisa duduk di tempat tidur A = masalah belum teratasi P = intervensi diteruskan. Evaluasi (12 November 2011) jam 8.30 Wib S = saya masih susah untuk bangun dan berjalan ke kamar mandi dibantu oleh perawat dan keluarga. O = klien masih belum bisa duduk di tempat tidur

51 A = masalah belum teratasi P = intervensi dilanjutkan Evaluasi (13 November 2011) jam 8.30 Wib S = saya sudah mulai sanggup bangun, dan berjalan ke kamar mandi masih dibantu oleh perawat dan keluarga. O = klien mulai bisa duduk di tempat tidur A = masalah teratasi sebagian P = intervensi dilanjutkan Evaluasi (14 November 2011) jam 8.30 Wib S = saya sudah sanggup bangun dan berjalan ke kamar mandi tanpa dibantu oleh perawat dan keluarga lagi. O = klien sudah bisa duduk di tempat tidur dan sudah bisa berjalan di dalam ruangan. A = masalah teratasi P = intervensi dihentikan.

(4). Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan dilakukan tindakan pembedahan seksio sesarea ditandai dengan : saya tidak ada nafsu makan, saya merasa sangat lemah, porsi makan yang disediakan tidak dihabiskan. Implementasi : - Jam 9.30 Wib : menjelaskan pada klien tentang pentingnya makanan bagi tubuh untuk mempercepat proses penyembuhan.

52 - Jam 10.00 Wib : menganjurkan kepada keluarga klien untuk memberikan tambahan misal : roti, teh manis. - Jam 10.30 Wib : menemani klien sewaktu makan untuk mengetahui adanya penurunan atau peningkatan nafsu makan dan menganjurkan klien untuk menghabiskan porsi makan yang disajikan. Evaluasi (11 November 2011) jam 9.30 Wib : S = saya tidak ada nafsu makan, saya masih lemah. O = keadaan umum lemah, diet yang disajikan tidak dihabiskan A = masalah belum teratasi P = intervensi dilanjutkan Evaluasi (12 November 2011) 09 Wib S = saya sudah makan / paling menghabiskan sebagian porsi yang disajikan, saya tidak lagi merasa lemah. O = keadaan umum baik, diet yang disajikan dapat dihabiskan porsi dari porsi yang disajikan A = masalah teratasi sebagian P = tindakan dilanjutkan Evaluasi (13 November 2011) jam 09 Wib : S = nafsu makan saya kembali normal, saya sudah tidak lemah lagi. O = diit atau porsi yang disajikan dapat dihabiskan A = masalah belum teratasi P = intervensi dihentikan.

53 (5). Personal hygiene kurang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kebersihan dan perawatan diri ditandai dengan rambut klien kelihatan kotor dan pakaian kelihatan kurang bersih. Implementasi : - Jam 9.00 Wib : menjelaskan pada klien dan keuarga tentang proses kebersihan dan perawatan diri. - Jam 9.30 Wib : memberikan pendidikan tentang kesehatan personal hygiene. - Jam 10.00 Wib : menganjurkan klien dan keluarga klien untuk melakukan personal hygiene secara mandiri - Jam 10.10 Wib : menciptakan rasa percaya terhadap klien dengan memperhatikan / memberi perhatian pada klien, mendengarkan segala keluhan klien, mempertahankan kontak mata saat berbicara dengan klien. Evaluasi (11 November 2011) jam 9.00 Wib : S = saya dan keuarga belum mengerti tentang cara tindakan perawatan diri dan personal hygiene. O = keluarga klien masih (-) mampu melakukan firasat tindakan personal hygiene. A = masalah belum teratasi P = intervensi dilanjutkan

Evaluasi (12 November 2011) 8.30 Wib

54 S = saya dan keuarga mulai mengerti tentang cara tindakan perawatan diri dan personal hygiene. O = keluarga klien mulai mampu melakukan firasat tindakan personal hygiene A = masalah teratasi sebagian P = intervensi dilanjutkan Evaluasi (13 November 2011) jam 09.00 Wib : S = saya dan keluarga sudah mengerti tentang perawatan diri dan personal hygiene O = pakaian sudah bersih, kuku sudah bersih A = masalah teratasi sebagian P = intervensi dilanjutkan. Evaluasi (14 November 2011) jam 8.30 Wib : S = saya dan keluarga sudah mengerti tentang perawatan diri, dan saya sudah bisa mandi. O = pakaian, kuku, rambut keihatan bersih A = masalah teratasi P = intervensi dihentikan.

55 BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang persamaan dan kesenjangankesenjangan yang didapati dalam bab II dan bab III, setelah melihat perbandingan antara tinjauan teoritis dengan kegiatan yang penulis peroleh di lapangan atau tinjauan kasus untuk mendapatkan perubahan yang sistematis maka penulis membahas berdasarkan langkah-langkah proses perawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1.

Pengkajian Bila ditinjau secara umum, maka hasil pengkajian pada kasus tidak jauh

berbeda dengan pengkajian pada tinjauan teoritis, namun apabila ditinjau lebih khusus maka akan ditemukan kesenjangan-kesenjangan antara keduanya yang membentang pembahasan lebih lanjut. Dari keluhan yang dialami klien adanya perbedaan dimana pada tinjauan teoritis tidak dijumpai adanya ketergantungan aktivitas dan gangguan pola istirahat tidur, tetapi pada tinjauan kasus dijumpai. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakanial, kelemahan dan imobilisasi. Namun menurut teoritis ketergantungan aktivitas dan peningkatan pola istirahat pada ibu pre eklampsia berat atau seksio sesarea harus sangat mendapat perhatian karena akan mempercepat penyembuhan kondisi ibu. Sedangkan pada pengkajian data psikososial klien mengeluh takut dan cemas, terhadap keadaan yang dialaminya belum adanya pengalaman dalam hal persalinan 57

56 berhubung klien baru pertama kali mengalami persalinan dengan seksio sesarea yang merupakan persalinan untuk kelahiran anak pertama. Kemudian dari pengkajian yang penulis lakukan terdapat adanya kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan tekanan darah, adanya oedema terutama di kedua belah tungkai kaki, protein uria, kejang tetapi semuanya ini tidak terdapat pada tinjauan kasus, terutama kejang tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena adanya tindakan operasi seksio sesarea. Hal ini disebabkan oleh karena klien mendapat penanganan yang cepat dan tepat. Pada tinjauan teoritis masalah yang dijumpai pre operasi seksio sesarea adalah kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai prosedur pembedahan, kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein plasma. Sedangkan masalah yang dijumpai post operasi seksio sesarea adalah : nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan HKK dan eklampsia, kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber-sumber, perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan trauma mekanis, kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan dari ketahanan, ketidaknyamanan fisik.

4.2.

Diagnosa Keperawatan Berdasarkan teori diagnosa yang muncul pada pre operasi seksio sesarea

adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein plasma,

57 penurunan curah jantung, berhubungan dengan aliran balik vena, cedera resiko tinggi terhadap ibu berhubungan dengan oedema dan profil darah yang abnormal, perubahan pola nutrisi berhubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh, kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan tidak mengenal sumber-sumber. Sedangkan diagnosa yang muncul pada tinjauan kasus yaitu : cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan, defisit know ledge berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur pembedahan. Berdasarkan teoritis diagnosa yang muncul pada post operasi yaitu : nyeri ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma pembedahan, resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan hipertensi karena kehamilan, kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber-sumber, perubahan eliminasi urine berhubungan mekanis, kurang perawatn diri berhubungan penurunan kekuatan dari ketahanan. Sedangkan masalah keperawatan pada tinjauan kasus post operasi yaitu : nyeri berhubungan dengan adanya luka pada bagian operasi, cemas berhubungan dengan ketidak tahuan tentang luka operasi. Pada diagnosa keperawatan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus dijumpai adanya perbedaan antara lain yaitu : personal hygiene kurang berhubung dengan kurangnya pengetahuan tentang kebersihan perawatan diri, masalah ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena pada hari ketiga perawatan klien sudah dapat membersihkan diri walaupun klien tidak mandi seperti biasanya.

4.3.

Intervensi Keperawatan

58 Pada tahap intervensi tindakan perawatan yang penulis rencanakan maka tindakan yang dilakukan adalah : usaha untuk menghilangkan nyeri, usaha ini direncanakan pada kedua masalah yang timbul baik di tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus menghilangkan gangguan mobilits fisik dan ketahanan tubuh klien dilakukan pada tinjauan teoritis karena pada masalah post seksio sesarea mobilisasi dapat dilakukan beberapa hari rawatan yaitu pada hari kedua rawatan.

4.4.

Implementasi Keperawatan Berdasarkan rencana asuhan keperawatan terhadap Ny. Nh. Pre dan post

operasi seksio sesarea telah menunjukkan adanya perubahan yaitu : rasa nyeri klien berkurang, cemas berkurang, klien dapat bergerak dan beraktifitas seperti biasanya, kebutuhan nutrisi dapat trepenuhi, dan nafsu makan kembali normal, pengetahuan klien dapat bertambah, oedema kedua tungkai kaki berkurang dan tekanan darah kembai normal, kaku kuduk berkurang. Di dalam pelaksanaan tindakan perawatan diperlukan kerjasama antara klien, keluarga dan team kesehatan lainnya. maka sesuai dengan rencana, tindakan klien pada post seksio sesarea maka penulis perlu melibatkan keluarganya serta memberikan informasi tentang pendidikan kesehatan mengenai pentingnya personal hygiene untuk kesembuhan. 4.5. Evaluasi Hasil akhir selama dalam proses perawatan yang penulis lakukan pada Ny. Nh pre dan post operasi seksio sesarea, perawatan hari ke-13 November 2011 telah terpenuhi ditandai : klien dapat bergerak seperti biasanya, nafsu makan kembali normal, pengetahuan klien bertambah dan infeksi pada luka post operasi tidak trejadi,

59 oedema di kedua tungkai kaki hilang, tekanan darah kembali normal, kaku kuduk hilang. Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan, penulis menyadari tidak semua masalah teratasi dengan baik dalam waktu singkat walaupun semua masalah sudah dapat teratasi sebagian, hal ini tidak terlepas dari kerjasama klien untuk menjalankan semua program perawatan dan pengobatan serta besarnya bantuan dari keluarga dan team kesehatan yang terkait. Setelah proses perawatan maka penulis mendokumentasikan pada lembaran dokumentasi yang disediakan di ruangan yaitu berupa catatan perkembangan rawatan, sebagai bukti pelaksanaan asuhan keperawatan.

60 BAB V PENUTUP

Setelah membahas kasus klien dengan pre dan post operasi seksio sesarea, dilihat dari tinjauan teoritis dan tinjauan kasus maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

5.1. Kesimpulan 1. Seksio sesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk

mengeluarkan anak dari rongga rahim dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding dalam perut. 2. Dalam melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada klien

pre dan post operasi seksio sesarea dilakukan secara komprehensif. 3. Permasalahan yang timbul pada waktu melakukan asuhan

keperawatan pada klien pre dan post operasi seksio sesarea diantaranya, masalah keperawatan pre operasi yaitu : cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi, defisit knowledge berhubungan kurang informasi tentang prosedur pembedahan. Sedangkan masalah keperawatan post operasi yaitu : gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya nyeri jaringan yang terpotong di bagiam abdomen, gangguan pola istirahat tidur berhubungan pemenuhan dengan kebutuhan peningkatan sehari-hari intrakranial, berhubungan ketergantungan dengan akan

kurangnya

pergerakan, perubahan pola nutrisi berhubungan dengan dilakukan tindakan

61

61 pembedahan, personal hygiene kurang berhubungan kurang pengetahuan tentang kebersihan perawatan diri. 4. Dalam merumuskan perencanaan asuhan keperawatan

disesuaikan dengan permasalahan yang dialami klien dan prioritas masalah, sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi. 5. Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien pre dan

post operasi seksio sesarea tidak lepas dari kerjasama team yaitu : dokter, perawat, kepala ruangan dan ahli gizi serta adanya kerjasama yang baik antara penulis dengan klien dan keluarganya. 6. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap

tindakan keperawatan pada klien pre dan post operasi seksio sesarea, insya Allah semua masalah dapat teratasi sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. 7. Dokumentasi proses keperawatan sangat penting sebagai bukti

dari pelaksanaan asuhan keperawatan.

5.2. Saran-saran 1. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan hendaknya memandang klien secara menyeluruh sebagai makhluk bio, psiko sosio dan spiritual serta membuat perencanaan sekaligus menerapkan proses keperawatan sehingga kebutuhan klien terpenuhi. 2. Untuk menunjang asuhan keperawatan pada klien post seksio sesarea peran keluarga sangat besar manfaatnya, oleh karena itu keluarga harus diikutsertakan dalam proses keperawatan.

62 3. Sebagai perawat haruslah bekerja sesuai dengan peran dan fungsinya, hindari sifat pilih kasih terhadap klien dan hendaknya bekerja dengan dasar ingin membantu sesama demi peningkatan derajat kesehatan manusia 4. Sebagai perawat hendaknya mempunyai dedikasi yang tinggi pada perawat, sehingga hari perawatan dapat dipersingkat tanpa mengalami komplikasi sehingga perawat mampu berperan dalam menurunkan biaya perawatan dan angka morbilitas, dokumentasi meningkatkan kemampuan dalam standar dokumentasi dalam proses keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai