Anda di halaman 1dari 22

CARSINOMA COLON

A. Definisi Carsinoma colorectal adalah keganasan yang terjadi didaerah colon dan rectum. Insiden carsinoma colon dan rectum di Indonesia cukup tinggi juga dengan angka kematiannya. Sekitar 75 % ditemukan didaerah rectosigmoid. (Wim de Jong, 1997). B. Etiologi dan factor resiko. Penyebab kanker kolon dan rectal tidak diketahui secara pasti, tetapi factor resiko tinggi telah teridentifikasi, termasuk : 1. Usia lebih dari 40 tahun. 2. Darah dalam feses. 3. Riwayat polip rectal atau polip colon. 4. Adanya polip adematosa atau adenoma villus. 5. Riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga (100%) 6. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis/colitis ulceratif selama 20 th (50%) 7. Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat. (Smeltzer & Bare, 2002) C. Klasifikasi Histologi 1. Adenocarcinoma (berdifferensiasi baik, sedang, buruk). 2. Adenocarcinoma musinosum (berlendir) 3. Signet Ring Cell Carcinoma. 4. Carcinoma sel skuamosa. (Diktat Kuliah, Debbi D)

D. Pengelompokkan Stadium Stadium (Dukes) O I(A) T Tis T1 T2 II(B) T3 T4 III(C) Setiap T Setiap T Setiap T IV(D) Setiap T (Black & Jacob, 1997) N No No No No No N1 N2 N3 Setiap N M Mo Mo Mo Mo Mo Mo Mo Mo M1

E. Klasifikasi Ca Colorectum menurut sistem TNM (Tumor, Node, Metastasis). T ( Tumor Primer ) Tx : Tumor primer tdk dpt dinilai. To : Tdk ada tumor primer. Tis : Tumor in situ. T1 : Invasi mukosa di lap sub mukosa. T2 : Invasi tumor di lap otot propia. T3 : Invasi tumor melewati otot propia ke sub serosa atau nonperitoneal pericolik atau ke jaringan perirectal. T4 : Tumor mengalami perforasi visceral atau mengalami invasi ke organ lain/struktur lain.

N (Nodes Lymph Regional) Nx : Kelenjar limfe regional tidak dapat dibagi. No : Tdk tjd metastasis dinodes lymph regional. N1 : Metastasis di 1-3 pericolik atau nodus lymph perirectal. N2 : Metastasis di 4 atau lebih ke kelenjar pericolik atau nodus lymph perirectal. N3 : Metastasis pada kelenjar limfe isi nama pembuluh darah dan atau pada kelenjar apical.

M (Metastasis jauh) Mx : Metastasis jauh tidak dpt dinilai. Mo : Tdk ada metastasis jauh. M1 : Terdapat metastasis jauh F. Penentu stadium menurut sistem Dukes A : Terbatas pada dinding usus. B : Menembus lapisan muskolaris mukosa. C : Metastase kelenjar limfe. C1 : Berapa kelenjar limfe dekat tumor primer. C2 : Dalam kelenjar limfe jauh. D : Metastasis jauh. (Wim de Jong, 1997). G. Pathofisiologi Sebagiab besar tumor malignat (minimal 50%) terjadi pada area rectal. 20 30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending. (Black & Jacob, 1997). Kanker colon dan rectum terutama adalah adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. `1Tumor pada asending lebih banyak ditemukan daripada pada transversum (dua kali lebih banyak). Tumor bowel maligna menyebar dengan : 1. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung misalnya ke abdomen dari colon transversum. Penyebaran secara langsung juga dapat mengenai bladder, ureter dan organ reproduksi

2. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa mengenai paru-paru, ginjal dan tulang 3. beranak atau berakar (tertanam)ke cavum rongga abdomen Dimulai sebagai Polip jinak Polip ganas Menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke hati) H. Manifestasi klinis Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi dan dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan. Gejala yang ditimbulkan menurut lokasi : Colon kanan Nyeri dangkal abdomen. anemia melena (feses hitam, seperti ter) dyspepsia nyeri diatas umbilicus anorexia, nausea, vomiting rasa tdk nyaman diperut kanan bawah teraba masa pada palpasi (Smeltzer & Bare, 2002) (Black & Jacob, 1997) Colon kiri Obstruksi (Nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi ). Adanya darah segar dalam feses. Tenesmus Rectal/ rectosigmoid Evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi. Konstipasi dan diare bergantian. Feses berdarah. Perubahan kebiasaan defekasi. Perubahan BB

Gejala carsinoma colon. Nyeri biasanya menyebah di area umbilicus atau area perianal

Colon kanan Penurunan BB Anorexia Nausea Vomit Anemia Teraba massa Gambaran klinik karsinoma kolorektal lanjut. Kolon kanan Kolitis Karena penyusupan Diare /diare berkala Jarang Okul Normal/diare Sering Hampir selalu Hampir selalu Kolon kiri Obstruksi

Colon kiri Perdarahan rectal Perubahan pola BAB Tenesmus Obstruksi intestine

Aspek klinis Nyeri Defekasi Obstruksi Darah pada feses Feses Dispepsi Memburuknya keadaan umum anemia

Rektum Proktitis Tenesmi Tenesmi terusmenerus Tidak jarang Makroskopik Perub bentuk Jarang lambat lambat

Karena obstruksi Konstipasi progresif Hampir selalu Okul /makroskopik Normal Jarang Lambat Lambat

3 tipe Carcinoma kolon dan rectum ( makroskopik): A. Tipe polipoid atau vegetatif. (Tumbuh menonjol kedalam lumen usus dan berbentuk bunga kol) terutama di seikum dan kolon asendens. B. Tipe skirus. (Mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi) kolon desendens, sigmoid dan rectum. C. Ulceratif (Terjadi karena nekrosis dibagian sentral) rectum. (Wim de Jong, 1997).

I. Komplikasi Obstruksi usus partial atau lengkap. Hemoragi. Perforasi usus. Peritonitis/sepsis. (Smeltzer & Bare, 2002) J. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan diagnostik. a. Rectal touch atau colok dubur Untuk mengetahui letak, luas dan mobilitas tumor b. Tes laboratorium

Tes Guaiak Carcinoma embryonic antigen (CEA).

Melihat darah samar atau mengetahui adanya perdarahan di gastrointestinal.

Hasilnya dapat meningkat pada tumor kolon. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan. c. Pemeriksaan radiologis
Foto

colon dengan barium enema.

Melihat kerusakan atau adanya lesi-lesi kecil. d. Ultrasonografi Mengetahui ukuran tumor dan metastasisnya. Terutama metastasis ke hati f. Endoskopi saluran cerna (colonoskopi) dan biopsy Endoskopi dapat dilakukan dengan rigid endoskop untuk melihat kelainan sampai 20-30 cm dg fiberscope unt melihat semua kelainan dari rectum sampai sekum Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis tumor secara patologis anatomis K. Pencegahan Ada 3 pencegahan ca colon : 1. Pencegahan Primer Anjurkan klien untuk mempertahanakan makanan yang rendah lemak dan tinggi serat

Anjurkan klien untuk membatasi makanan yang disuling Anjurkan klien untuk banyak minum

2. Pencegahan sekunder Promosikan deteksi dini dg rectal tuse untuk mereka yang berusia lebih dari 40 tahun

Monitor klien yg berusia lebih dari 50 th dg guaiak test dan rectal tuse setiap tahun Evaluasi klien dg sigmoiddoscopy fleksibel setiap 3 5 th pada orang dg resiko rata-rata, bagi yg beresiko di atas rata-rata evaluasi dengan colonoscopy dg barium enema setiap 23 tahun

3. Pencegahan terseir Anjurkan penggunaan bulk laksative (Metamucil) untuk klien dg resiko tinggi

Promosikan skrening scara regular pada orang dengan 1 atau 2 resiko ca colon Anjurkan klein untuk mengikuti diet tinggi serat, rendah lemak, dan kurangi makanan yang disuling

L. Penatalaksanaan 1. Medis Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan. Pengobatan medis untuk kanker kolorectal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi anjuran. Terapi anjuran biasanya diberikan selain pengobatan bedah, mencakup kemoterapi, terapi radiasi, dan imunoterapi. 2. Bedah Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebayakan kanker kolon dan rectal. Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut : a. Pada tumor sekum dan kolon asenden Dilakukan hemikolektomi kanan, lalu anastomosis ujung ke ujung. Pada tumor di fleksura hepatica dilakukan juga hemikolektomi, yg tdd reseksi bag kolonyg diperdarahi oleh a. iliokolika, a. kolika ka, a. kolika media termasuk kelenjar limfe dipangkal arteri mesentrika superior

b.

Pada tumor tranversum

Dilakukan reseksi kolon transversum kemudian dilakukan anastomosis ujung ke ujung. Kedua fleksura hepatica danmesentrium daerah arteria kolika media termasuk kelenjar limfe

c.

Pada colon desenden dan fleksura lienalis

Dilakukan hemikolektomi kiri yg meliputi daerah arteri kolika kiri dg kelenjar limfe sampai dg dipangkal a. mesentrika inferior

d.

Tumor rectum

Pada tumor rectum 1/3 proximal dilakukan reseksi anterior tinggi (12-18 cmdari garis anokutan) dg atau tanpa stapler. Pada tumor rectum 1/3 tengah dilakukan resesksi dengan mempertahankan spingter anus, sedangkan pada tumor 1/3 distal dilakukan amputasi rectum melalui abdominal perineal. Reseksi abdoperineal dg kel retroperitoneal menurut geenu-mies. Alat stapler untmembuat anastomisis di dlm panggul antara ujung rectum yg pendek dan kolon dg mempertahankan anus dan unt menghindari anus pneternaturalis. Reseksi anterior rendah pada rectum dilakukan melalui laparatomi dg menggunakan alat stapler unt membuat anastomisis kolorektal/ koloanal rendah

e.

Tumor sigmoid

Dilakukan reseksi sigmoid termasuk kelenjar di pangkal a. mesentrika inferior

Kolostomi a. definisi adalah Pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dpt berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen. Ini untuk memungkinkan drainage atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar. Keadaan yang diperbolehkan pembedahan (kolostomi) dilakukan yaitu : 1. Peradangan dibagian usus halus 2. cacat/ kelainan bawaan 3. kecel;akaan atau trauma yg mengenai bagian perut 4. adanya sumbatan di anus 5. Kanker Menurut prosedur pembedahan, ostomi ada 2 yaitu : 1. Kontinen Dapat dikendalikan , misal pada ileoanal peservoir 2. Inkontinen Tidak dapat dikendalikan , jadi harus menggunakan kantuing ostomy Kolostomy inkontinen terdiri dari beberapa tipe yaitu : 1. Loop colostomy Lokasi di colon transversum, bersifat sementara, dilakukan pada kondisi darurat medis dengan membuat 2 lubang usus yang dihubungkan 2. End ostomy Terdiri dari satu hubungan dimana bagian usus berikutnya dibuang/ dijahit tetapi masih ada/ tetap dlm rongga abdomen. Dilakukan untuk klien dg terapi colorectal 3. Double barrel colostomy Terdapat 2 hubungan dibagian proximal dan distal. Bagian proximal untuk drain feses dan distal untdrain mucus

Stoma dasar ada 3 tipe yaitu :


1. stoma pada colon colostomy 2. stoma pada ileum ileustomy 3. stoma pada saluran kemih uretrostomy

Pengkajian Stoma (Black & Jacobs, 1997) : 1. Warna Stoma Permukaan stoma terlihat merah sama dengan warna mukosa mulut, jika terlalu pucat/ gelap menandakan adanya gangguan sirkulasi darah ke area stoma. Stoma baru terlihat membengkak, pembengkakan akan berkurang setelah 2 3 minggu, kemungkinan masalah yang timbul adalah penyumbatan 2. Perdarahan Stoma Perdarahan ringan normal terjadi, saat stoma disentuh tapi perdarahan lein perlu dilaporkan 3. Kondisi kulit sekitar stoma Adanya kemerahan dan iritasi sekitar stoma (5-13cm) harus dilaporkan, kemerahan yg sementara setelah penggantian kantung adalah normal 4. jumlah dan jenis feces Pengeluaran feses, kaji jumlah, warna, bau, konsistensi, adanya pus/ darah 5. Keluhan Adanya rasa terbakar di kulit bawah kantong kolostomy menandakan adanya kerusakan kulit, kaji adanya ketidaknyamanan dan distensi abdomen Letak anastomy colostomy: 1. Ileustomy Lubang pd ileum untuk tujuan pengobatan ulseratif regional dan pengalihan isi pada ca colon, polip, dan trauma yg biasanya berbentuk permanen. Cairan yg keluar cenderung konstan & tidak dapat diatur, mengandung enzim-enzim percernaan yg dpt mengiritasi permukaan kulit 2. Colostomy asenden Drainage yg keluar berbentuk cairan & tdk teratur serta lebih bau 3. Colostomy transversum Drainage yg keluar berbentuk padat krn cairan sudag direabsorbsi dan biasanya pengeluaran tdk terkontrol 4. Colostomy desenden

Produksinya lebih padat. Feses yang keluar dari sigmoid normal dan frekuensinya dpt diatur shg klien tdk hrs menggantinya setiap saat & baunya tergantung diet Hambatan & Masalah yg mungkin timbul : 1. Bau Bau yg timbul pd waktu penggantian kantung (pouch) adalah hal yg biasa seperti dialami seseorang ketika BAB. Bila bau menetap ketika peralatan sedang dipakai, periksa terhadap adanya kebocoran disekitarnya. Bau dpt ditimbulkan oleh makanan yg dimakan, untuk menghindari bau, hindari makanan penyebab. 2. Diare Makanan tertentu dapat menyebabkan diare, oleh karena itu penyesuaian makanan perlu dilakukan agar diare tidak terjadi 3. Konstipasi Cara termudah untuk mengatasi konstipasi adalah dg memakan makanan extra yg mengandung banyak serat (buah, sayur) dan menambah intake cairan 4. Iritasi (luka pada kulit) Kemungkinan disebabkan oleh adanya kebocoran pada seal stoma, sehingga dapat menyebabkan iritasi pada kulit Menangani Colostomy Fungsi kolostomy mulai tampak pada hari ke 3 6 pasca operasi. Penangan colostomy adalah : 1. Perawatan kulit Kolostomy transversal Feces lunak dan berlendir shg dpt mengiritasi kulit dianjurkan mencuci daerah periostoma dengan air dan sabun ringan Bila terdapat iritasi taburi bedak nystatin (Mycostatin) Kolostomy desenden/ kolostomi sigmoid Feses agak padat dan sedikit mengiritasi kulit Cuci daerah peristoma dg air dan sabun ringan sesering mungkin dg waslap, selama dibersihkan, lobang stomaditutup dg kassa/ tampon unt mengabsorbsi kelebihan drainase Keringkan dg kassa jangan digosok Berikan bedak disekitar stoma 2. Memasang kantung drainage

Ukur stoma dengan lubang kantong 0,3 cm besar dr stoma Barier kulit peristoma di pasang Pasang kantong dg cara membuka kertas perekat dan menekan di atas stoma selama

30 detik 3. Menangani kantung drainase Kantung kolostomi digunakan setelah diganti dg balutan yg lebih sederhana Kantong sekali pakai dan kedap bau Diganti setelah isinya - 1/3 Tekan kulit menjauh dari permukaan piringan secara perlahan sambil menarik Tekan perlahan agar kulit tidak trauma dan mencegah isi fekal cair keluar

4. Mengangkat alat

kantong ke atas menjauhi stoma L. Pengkajian Keperawatan 1. Aktifitas Kelelahan 2. Eliminasi Warna, bau, konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mucus riwayat penyakit inflamasi kronis atau polip rectal, darah dalam feses 3. Makanan/minuman Kebiasaan diit, masukan lemak dan atau serat, penurunan BB, konsumsi alkohol, bising usus, nyeri tekan, distensi dan massa padat 4. Nyeri/kenyamanan Nyeri abdominal atau rectal, lokasi, frekuensi, durasi M. Masalah Keperawatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit Nyeri (Akut) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan Resiko Tinggi Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Gangguan citra tubuh Gangguan pola tidur Resiko tinggi terhadap konstipasi/diare Resiko tinggi terhadap Disfungsi seksual

9.

Kurang pengetahuan Resiko tinggi terhadap

DAFTAR PUSTAKA

Black and Jacobs. (1997). Medical surgical nursing: Clinical management for continuity of care. (Edisi V). Philadelphia: Wb Sounders Company. Doenges Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. (Edisi III). Jakarta: EGC Jong & Sjamsuhidajat. (1997). Buku ajar ilmu bedah. (Edisi Revisi). Jakarta : EGC Smeltzer and Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi VIII). akarta: EGC. Soeparman. (1994). Ilmu penyakit dalam. (Jilid I). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

NO

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

Kriteria Evaluasi : 1 Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan : 1. Kehilangan yang berlebihan mis., muntah, diare, 2. Gangguan absorpsi cairan mis., Kehilangan fungsi kolon. 3. Status hipermetabolik mis inflamasi Ditandai dengan : Mempertahankan hidrasi adekuat dengan bukti membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil, dan mengeluarkan urine dengan tepat. Observasi tanda vital, catat hipotensi postural, takikardi. Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa. Kolaborasi : Mendeteksi homeostasis atau ketidakseimbangan dan membantu menentukan kebutuhan penggantian. Dapat dipergunakan untuk Ds : Awasi hasil laboratorium, mis., Ht dan elektrolit. Berikan cairan IV dan elektrolit mempertahankan perfusi jaringan adekuat/fungsi organ. Catat pemasukan dan pengeluran cairan dengan cermat, ukur faeses cairan, Timbang berat badan tiap hari. Menunjukkan status hidrasi/kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan. Mandiri : Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan.

sesuai indikasi

Do :

Kriteria Evaluasi : Mempertahankan berat badan/menunjukkan peningkatan berat badan bertahap sesuai tujuan 2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nilai laboratorium normal. Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama. Mandiri :

dengan : 1. Anoreksia lama/gangguan masukan saat praoperasi. 2. Adanya diare/gangguan absorpsi. 3. Status hipermetabolik (penyakit inflamasi praoperasi) Ditandai dengan : Identifikasi bau yang ditimbulkan oleh makanan (mis., kol, ikan, kacang-kacangan) dan sementara batasi diet. Anjurkan pasien meningkatkan Ds : penggunaan yogurt dan mentega susu. Diskusikan mekanisme menelan udara sebagai factor pembentukan flatus. Merencanakan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Mulai dengan makan cairan perlahan. Auskultasi Bising usus.

Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan untuk membantu memilih intervensi. Kembalinya fungsi usus menunjukkan kesiapan untuk memulai makan lagi. Menurunkan insiden kram abdomen, mual. Sensitivitas terhadap makanan tertentu tidak umum setelah bedah usus. Pasien dapat mencoba berbagai makanan sebelum menentukan apakah ini membuat masalah. Dapat menurunkan pembentukan bau. Minum melalui sedotan, mengorok, ansietas, merokok, sakit gigi, dan meneguk makanan meningkatkan produksi flatus. Terlalu banyak flatus Kolaborasi : dapat menjadi factor penyebab

Do : Konsult dengan ahli diet.

kebocoran dari banyaknya tekanan dalam kantong. Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan Tingkatkan diet dari cairan sampai makanan rendah residu bila masukan oral dimulai. Diet rendah sisa dapat dipertahankan selama 6-8 minggu pertama untuk memberikan waktu yang adekuat Kriteria Evaluasi : Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol. Menunjukkan nyeri hilang, mampu tidur/istirahat dengan Mandiri ; Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10). Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan kenyamanan umum sesuai indikasi situasi pasien. Berikan tindakan kenyamanan, mis., perawtan mulut, pijatan punggung, ubah posisi. Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik. Berikan makanan enteral/ parenteral bila diindikasikan. Pada kelemahan/tidak toleran terhadap makanan per oral. Hiperalimetasi digunakan untuk menanbah kebutuhan komponen pada penyembuhan dan mencegah status katabolisme. untuk penyembuhan usus. dan fungsi usus.

Nyeri (Akut) berhubungan dgn : 1. Faktor fisik;kerusakan kulit/jaringan. 2. Biologis;aktivitas proses penyakit (kanker,trauma) 3. Faktor psikologis, mis.,

tepat.

takut, ansietas. Ditandai dengan : Dorong penggunaan tehnik relaksasi, mis., bimbingan imajinasi,visualisasi. Ds : Keluhan nyeri Bantu melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini. Hindari posisi duduk lama. Do : Distraksi; focus pada diri sendiri/ focus menyempit; wajah menunjukkan nyeri Prilaku berhati-hati, melindungi Respon otonomik, mis: perubahan tanda-tanda vital Berikan obat sesuai indikasi, mis., narkotik, analgesik. Berikan rendam duduk. Lakukan/pantau efek unit TENS. Diduga inflamasi peritoneal, yang memerlukan intervensi medik cepat. Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan. Menurunkan ketidaknyamanan lokal. Kolaborasi : Selidiki dan laporkan adanya kekakuan otot abdominal dan nyeri tekan Menurunkan kekakuan otot atau sendi. Ambulasi mengembalikan organ ke posisi normal dan meningkatkan kembalinya fungsi ketingkat normal. Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian, sehingga menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan. Mencegah pengeringan mukosa oral dan ketidaknyamanan. Menurunkan tegangan otot dan meningkatkan relaksasi.

Menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan luka perineal. Perangsang kutaneus dapat digunakan untuk menghambat transmisi rangsangan nyeri.

Anda mungkin juga menyukai