Anda di halaman 1dari 10

KODE ETIK AUDITOR Etika itu tentang azas akhlak atau moral.

Secara terminology etika itu sendiri menjelaskan, baik atau buruk, benar atau salah untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu. Jadi kode etik itu muncul buat ngejelasin batasan-batasan untuk seorang pekerja professional. Seorang akuntan juga mempunyai kode etik yang di pakai buat menciptakan pribadi akuntan yang professional, kompeten dan berdaya guna. Sejarah etika itu udah ada dari berpuluh-puluh tahun yang lalu. Suseno dalam bukunya Ludigdo 2007 bilang kalau filsafat yang ada saat ini ga lepas dari pengaruh bangsa yunani. Hal ini biasa dilihat dari pemikirannya murid-murid pyhtagoras (570-496 SM) yang bilang kalau badan merupakan kubur jiwa, jadi kalau manusia mau jiwanya bebas dari badan, maka dia harus melakukan pembersihan diri. Maksudnya itu harus bertapa dan bekerja secara rohani dengan berfilsafat dan bermatematika serta menyertakan music dan gymnastic sebagai penertib dan penyelarasnya. Bagi mereka hidup bersama, persaudaraan dan persahabatan itu penting, disambung lagi sama pemikirannya si Democritus ( 460-371 ) yang ngajarin kalau aturan kehidupan itu harus mengusahakan keadilan. Plato juga bilang kalau orang itu baik jika dikuasai oleh akal budi, dan orang yg buruk dikuasai oleh keinginan dan hawa nafsu. Selain itu ada pemikiran dari yunani yang berasal dari Aristoteles (384-322 SM ), dia mengidentifikasikan etika secara kritis, refleksif dan argumentative, serta di anggap juga sebagai filosofi moral dalam arti sebenarnya. walaupun Aristoteles itu murid dari Plato, tetapi dia menolak ajaran si Plato. Ajaran Aristoteles menolak dari realitas nyata inderawi. Hal lain yang menarik dari Aristoteles adalah ga ada pengetahuan yang pasti mengenai tindakan manusia. Sementara itu pemikiran Epikorus (314-270 SM) etika itu terjadi dari perlawanannya terhadap belenggu kebebasan manusia. Karena dunia sendiri telah terbelenggu dari mitosmitos dan takdir. Oleh karena itu kaum Epikorean ingin menyelamatkan dunia dari rasa ketakutan dan budak dari takdir dan mitos-mitos keagamaan. Dari sini maka kaum Epikorean disebut sebagai kaum yang bebas berkehendak. Suatu rumusan kode etik seharusnya merefleksikan standar moral universal. Standar moral universal tersebut menurut Scwhartz (dalam Ludigdo, 2007) meliputi : a. Trustworthiness (meliputi honesty, integrity, reliability, dan loyality) b. Respect (meliputi perlindungan dan perhatian atas hak azasi manusia) c. Responsibility (meliputi juga accountability) d. Fairness (meliputi penghindaran dari sifat tidak memihak, dan mempromosikan persamaan)

e. Caring (meliputi misalnya penghindaran atas tindakan-tindakan yang merugikan dan tidak perlu) f. Citizenship (meliputi penghormatan atas hukum dan perlindungan lingkungan) Ada lagi alasan mengapa kode etik itu harus dibuat, beberapa alasan tersebut menurut (Adams., dkk, dalam Ludigdo, 2007) : a. Kode etik merupakan suatu cara untuk memperbaiki iklim organisasional sehingga individu-individu daoat berperilaku secara etis. b. Kontrol etis diperlukan karena sistem legal dan pasar tidak cukup mampu mengarahkan perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral dalam setiap keputusan bisnisnya. c. Perusahan memerlukan kode etik untuk menentukan status bisnis sebagai sebuah profesi, dimana kode etik merupakan salah satu penandanya. d. Kode etik dapat juga dipandang sebagai upaya menginstitusionalisasikan moral dan nilainilai pendiri perusahaan, sehingga kode etik tersebut menjadi bagian dari budaya perusahaan dan membantu sosialisasi individu baru dalam memasuki budaya tersebut. e. Kode etik merupakan sebuah pesan. Dalam mencapai sasarannya kode etik harus mempunyai empat komponen: (1) Prinsip-prinsip, yaitu standar ideal daari perilaku etis yang dapat dicapai dalam terminologi filosofis. Dalam dunia auditing, prinsip-prinsip tersebut meliputi: tanggungjawab, kepentingan masyarakat, integritas, obyektivitas dan independensi, kemahiran serta lingkup dan sifat jasa. (2) Peraturan perilaku, yakni standar minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai peraturan khusus. (3) Interprestasi (4) Ketetapan etika yaitu penjelasan dan jawaban yang diterbitkan guna menjawab pertanyaan-pertanyaan peraturan perilaku yang terjadi. Historis kode etik yang dikeluarkan oleh IAI adalah sebagai berikut: (1) Kongres tahun 1973: Penetapan kode etik bagi profesi akuntan di Indonesia. (2) Kongres tahun 1981 dan tahun 1986: Penyempurnaan kode etik, nama kode etik sebelum tahun 1986 adalah Kode etik IAI dan kongres tahun 1986 mengubah nama tersebut dengan Kode etik Akuntan Indonesia sampai sekarang. (3) Kongres tahun 1990 dan tahun 1994: Penyempurnaan kode etik.

Brooks menyebutkan dalam suatu pedoman akuntan yang dibuat harusnya ada poinpoin pentingnya. Poin tersebut antara lain : 1. Spesifikasi alasan aturan-aturan umum yang berhubungan dengan : a. Kompetensi teknis b. Kehati-hatian c. Obyektifitas d. Integritas 2. Memberikan respon : a. Untuk berperilaku memenuhi kepentingan berbagai kelompok dalam masyarakat b. Untuk memecahkan konflik antara berbagai pihak yang berkepentingan, dan antara pihak yang berkepentingan dan akuntan. 3. Memberikan dukungan atau perlindungan bagi akuntan yang akan melakukan sesuatu dengan benar (misalnya dengan kode dan laporan masalah etisnya) 4. Menspesifikasikan sanksi secara jelas hingga konsekuensi dari kesalahan akan dipahami . Sementara itu prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu ada delapan pernyataan. (IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007) : 1. Tanggung jawab profesi 2. Kepentingan Publik 3. Integritas 4. Obyektifitas 5. Kompetensi dan kehati-hatian professional 6. Kerahasiaan 7. Perilaku Profesional 8. Standar teknis IAI Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) telah menyusun aturan etika. Aturan etika ini meliputi : 1. Independensi, Integritas, dan Obyektifitas.

2. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi 3. Tanggungjawab kepada Klien 4. Tanggungjawab kepada Rekan Seprofesi 5. Tanggung jawab dan praktik lain

Pengertian Good Corporate Governance Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan suatu sistem (input, Proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang kepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. Good Corporate Gorvernance dimasukkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalaha-kesalahan signifikan dalam strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat di perebaiki dengan segera. Penertian ini dikutip dari buku Good Corporate Governance pada badan usaha manufaktur, perbankan dan jasa keuangan lainnya (2008:36) Rogers W O Okot Uma dari common wealt secertariat london (ndraha 2003:629) mendefinisikan Good Governance sebagai, compressing the prossesing and structure guides political and sosial economic relationship, with patricular reference to commitment to democratic values, norms and honest business atau mempersingkat proses struktur yang mengatur hubungan ekonomi, sosial dan politis dengan acuan tertentu untuk memenuhi nilai-nilai demokratis, norma-norma dan bisnis yang sehat. Tim GCG BPKP mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai suatu komitmen, aturan main serta praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat dan beretika. Dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara nomor: Kep-117/M-Mbu/2002 tentang penerapan praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dijelaskan bahwa, Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka penjang dengan memperhatikan stakeholder lainnya berlandaskan peraturan,perundangan dan etika. Dari pengertian diatas terdapat berapa hal penting yang terkandung dalam Good Corporate Governance, antaralain adalah: 1 Efektivitas yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi perusahaan yang bertujuan untuk mendukung dan mendorong pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efisien, pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya 2 Seperangkat prinsip, kebijakan manajemen perusahaan yang diterapkan bagi terwujudnya operasional perusahaan yang efisien, efektif dan profitable dalam menjalakan organisasi dan bisnis perusahaan untuk mencapai sasaran strategis yang memenuhi prinsip-prinsip praktek

bisnis yang baik dan penerapannya sesuai dengan peraturanyang berlaku, peduli terhadap lingkungan dan dilandasi oleh nila-nilai sosial budaya yang tinggi. 3 Seperangkat peraturan dan sistem yang mengarah kepada pengendalian perusahaan bagi penciptaan pertambahan nilai bagi pihak pemegang kepentingan (pemerintah, pemegang saham, pimpinan perusahaan dan karyawan) dan bagi perusahaan itu sendiri. Menurut Kartiwa (2004:7.8) terdapat dua prespektif tentang Good Corporate Governance yaitu: 1 Prespektif yang memandang Corporate Governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan. 2 Prespektif yang lain Good Corporate Governance menekankan pentingnya pemenuhan tanggung jawab badan usaha sebagai entinitas bisnis dalam masyarakat dan stakeholders.

Pengertian Litigasi Dalam Proses Hukum Litigasi adalah proses dimana seorang individu atau badan membawa sengketa, kasus ke pengadilan atau pengaduan dan penyelesaian tuntutan atau penggantian atas kerusakan. Proses pengadilan juga dikenal sebagai tuntutan hukum dan istilah biasanya mengacu pada persidangan pengadilan sipil. Mereka digunakan terutama ketika sengketa atau keluhan tidak bisa diselesaikan dengan cara lain. Proses pengadilan tidak selalu terjadi dalam gugatan penggugat. Dalam beberapa kasus, tuduhan palsu dan kurangnya fakta-fakta dari orang-orang yang terkait, menyebabkan akan cepat menyalahkan, dan ini menyebabkan litigasi atau tuntutan hukum. Sayangnya, orang juga tidak mau bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri, jadi bukannya menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka, mereka mencoba untuk menyalahkan orang lain dan yang hanya bisa memperburuk keadaan.

SKEPTISISME PROFESIONAL: PERCAYA TAPI MEMERIKSA Apa itu sikap skeptis? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, skep-tis diartikan sebagai percaya, ragu-ragu (terhadap keberhasilan ajaran dsb). Sedangkan skeptis-isme adalah aliran (paham) yang memandang sesuatu selalu tidak pasti (meragukan, mencurigakan). Dalam dunia audit sendiri, para auditor tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah skeptisisme, dan skeptisisme profesional. Dikatakan bahwa Auditor harus menjaga Skeptisisme Profesional kemudian Skeptisisme Profesional adalah Ciri Seorang Auditor, dan lain sebagainya. Lalu, apa itu skeptisisme profesional? Penelitian Shaub dan Lawrence mendefinisikan sikap skeptisisme profesional dengan to seek a balance in client

relationships between trust and suspicion. Jadi, skeptisisme profesional merupakan sikap yang menyeimbangkan antara sikap curiga dan sikap percaya. Skeptisisme profesional menurut SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) dalam Standar Umum juga diartikan sebagai sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Auditor menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh profesi untuk melaksanakan dengan cermat dan seksama, dengan maksud baik dan integritas, pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif. Jadi, auditor tidak menganggap bahwa manajemen adalah tidak jujur, namun juga tidak menganggap bahwa kejujuran manajemen tidak dipertanyakan lagi. Sikap ini dipersyaratkan juga dalam SPAP terkait ketentuan terkait kewajiban auditor dalam menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Lalu mengapa sikap skeptis itu penting bagi seorang auditor? Pertama-tama, kita bertanya terkait apa yang perlu dipertimbangkan perusahaan ketika mempekerjakan seorang atau lebih auditor internal? Baik ynag menjadi karyawan tetap perusahaan, ataupun program guest auditor yang menjalankan fungsi audit internal di perusahaan dalam jangka waktu pendek untuk menyelesaikan permasalahn terkait audit.

Yang pertama, apakah karyawan/ calon karyawan memiliki kemampuan penilaian yang seimbang? Kemudian apakah karyawan/ calon karyawan mempunyai pengalaman terkait fungsi dan operasional perusahaan? Yang ketiga, apakah karyawan/ calon karyawan memiliki latar belakang pendidikan yang mendukung profesinya? Apakah karyawan/ calon karyawan memiliki kemauan dan kemampuan untuk belajar dan mengikuti perkembangan standar IIA? Dan yang terakhir dan tidak kalah penting adalah : apakah karyawan memiliki sikap objektif dan skeptisisme profesional?

Dari uraian di atas bisa dilihat bahwa, sikap skeptisisme profesional merupakan pertimbangan dalam penentuan personel audit internal, sehingga dengan memiliki sikap skeptisisme profesional, maka:

Auditor Internal memiliki tanggung jawab profesional untuk melakukan pemeriksaan dengan sikap skeptisisme profesional, sehingga prosedur audit internal dapat menghasilkan bukti yang menunjukkan kemungkinan kesalahan atau penyimpangan. Auditor harus memelihara sikap skeptisisme profesional selama audit, dalam rangka menemukan kemungkinan adanya salah saji material karena penyimpangan dan tindakan ilegal yang mungkin ada. Auditor internal tidak lagi dilihat sebagai watchdog; melainkan ada peningkatan kesadaran bahwa auditor internal akan bekerja bersama-sama dengan manajemen

untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional, serta nilai tambah perusahaan, dengan menggunakan obyektivitas dan skeptisisme profesional. Menjadi seorang yang memiliki skeptisisme profesional, dapat dianalogikan dengan pernyataan Mantan Presiden AS Ronald Reagan, "trust but verify." Pada saat itu, Reagan membahas hubungan yang berkelanjutan dengan musuh AS, tapi untuk auditor, "percaya tapi memeriksa" harus diyakini dan dihidupkan dalam sikap. Auditor dan auditor internal khususnya harus menunjukkan kepercayaannya terhadap rekan kerja, namun perlu untuk memverifikasi/ memastikan bahwa kepercayaan auditor internal tersebut harus terus ditempatkan secara tepat. Namun, berapa kadar sehingga sikap skeptisisme itu tepat? Jadi skeptisisme tidak menjurus pada kecurigaan, karena seringkali skeptisisme yang berlebih menghambat efektivitas audit. Misalnya, kasus auditor terlalu mencurigai manajemen/ klien bersalah, sehingga auditor menganggap bahwa tugasnya adalah untuk "meniup peluit" atau menjadi orang pertama yang menemukan kesalahan. Hal tersebut mengakibatkan hubungan auditor internal dengan manajemen bisa saja semakin memburuk dari waktu ke waktu, yang akhirnya akhirnya menyebabkan kerusakan komunikasi dan lemahnya hasil audit. Solusinya adalah mempelajari setiap situasi dengan pikiran terbuka dan berkomunikasi dengan cara yang menunjukkan kepercayaan, namun perlu memeriksa dan mengajukan pertanyaan, tapi menggunakan kebijaksanaan dalam memutuskan bagaimana dan kapan untuk mengajukan pertanyaan. Lalu, bagaimana cara menjadi skeptis yang profesional?

Harus berdasarkan pengetahuan dan pengalaman, jangan cepat menerima dengan penjelasan saja, Jangan hanya percaya begitu saja, cari bukti untuk menegaskan keyakinan, Jangan menjadi korban penipuan, percaya bahwa sesuatu adalah benar, karena kita ingin sesuatu tersebut menjadi benar, Jangan terlalu mudah mudah menghubungkan ketidakpercayaan pada suatu situasi.

Unsur-Unsur Struktur Pengendalian Intern Struktur Pengendalian Intern terdiri atas lima (5) unsur atau elemen yaitu: Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalain orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur. Beberapa faktor yang berpengaruh di dalam lingkungan pengendalian antara lain: Integritas dan Nilai Etik

Merupakan etika entitas yang dimiliki dan standar perilaku yang berlaku serta bagaimana mereka mengkomunikasikan dan mengaplikasikan dalam praktik. Komitmen terhadap kompetensi Kompetensi merupakan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Dewan Direksi dan Komite Audit Jajaran direktur yang efektif adalah yang independen terhadap manajemen. Komite audit bertanggung jawab sebagai komunikator, baik bagi internal auditor maupun eksternak auditor. Gaya Manajemen dan Gaya Operasi Pemahaman dan aspek-aspek tentang filosofi manajemen dan gaya operasi memberi auditor suatu pemahaman mengenai sikap manajemen terhadap pengendalian intern. Struktur Organisasi Pemahaman struktur organisasi memberi gambaran bagi auditor mengenai manajemen dan elemen-elemen fungsional dari bisnis dan bagaimana pengendalian diimplementasikan. Pemberian Wewenang dan Tanggung Jawab Memberi pemahaman mengenai pengendalaian dan cara-cara yang digunakan untuk pengendalian, perencanaan formal organisasi dan operasi, penugasan karyawan dan kebijakan yang dimiliki entitas. Praktek dan Kebijakan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan aspek penting dalm pengendalian intern. Pengendalian intern yang dikembangkan entitas berusaha untuk mengatur, menjaga tindakan-tindakan yang dilakukan manusia dalam entitas. Penaksiran Risiko Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Penetuan risiko tujuan laporan keuangan adalah identifikasi organisasi, analisis, dan manajemen risiko yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Perubahan dalam lingkungan operasi Personel baru Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki Teknologi baru Lini produk, produk, atau aktivitas baru Restrukturisasi korporasi Operasi luar negeri Standar akuntansi baru

Semua entitas memiliki risiko tergantung dari ukuran, struktur, sifat, atau jenis dari perusahaan. risiko tersebut dapat berupa risiko eksternal dan internal dan semua harus bisa

dikendalikan. Perubahan ekonomi, industri, regulasi serta kondisi operasi memungkinkan timbulnya risiko berbeda yang harus segera dapat diatasi oleh manajemen. Auditor berkepentingan untuk memahami mengenai pengetahuan tentang penilaian risiko yang dilakukan oleh manajemen, seperti pengidentifikasian risiko terhadap laporan keuangan, pengevaluasian kemungkinan terjadinya, keputusan manajemen atas tindakan yang akan dilakukan. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijkan dan prosedur yang berkaitan dengan berikut ini: 1. 2. 3. 4. Review terhadap kinerja Pengolahan informasi Pengendalian fisik Pemisahan tugas

Aktivitas pengendalian dapat dikategorikan sebagai berikut: Pengendalian Pemrosesan Informasi Hal ini berkaitan dengan proses otorisai, kelengkapan dan keakuratan data keuangan. Pengendalain pemrosesan informasi digolongkan menjadi dua (2), yaitu: Pengendalian umum Pengendalian aplikasi Pengendalian yang ditujukan untuk pemrosesan tipe-tipe transaksi baik di lingkungan komputer maupun manual dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Otorisasi yang tepat (setiap bukti transaksi diotorisasi secara tepat sehingga tidak ada bukti yang melewati prosedur otorisasi) Pencatatan dan dokumentasi (semua bukti transaksi telah dicatat dan didokumentasikan dan bila akan diperiksa, dapat dilacak kembali) Pemeriksaan independen Pemisahan tugas Pengendalian fisik Telaah kinerja Pengembangan atas aktivitas pengendalian berkaitan dengan kebijakan dan prosedur dapat dijabarkan dalam lima (5) aktivitas pengendalian berikut: Pemisahan tugas Otorisasi yang jelas atas transaksi dan aktivitas Pendokumentasian dan pencatatan Pengendalian fisik atas assets dan catatan Pengecekan secara independen atas kinerja

a. b. c. d. e.

Informasi dan Komunikasi Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami: Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan Bagaimana transaksi tersebut dimulai Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan yang tercakupalam pengolahan dan pelaporan transaksi Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik (seperti komputer dan electronic data interchange) yang digunkan untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi Pemantauan (Monitoring) Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus (ongoing activities), evaluasi secara terpisah (separate periodic evaluations), atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Auditor perlu memahami mengenai pemantauan untuk mengetahui aktivitas pemantauan seperti apakah yang digunakan perusahaan dan bagaimana aktivitas tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan pengendalian internal bila dibutuhkan.

a. b. c. d.

Anda mungkin juga menyukai