Anda di halaman 1dari 20

1.

PENDAHULUAN Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang harus diperhatikan dengan baik, terutama pada periode gigi sulung, pada periode tersebut lebih sering terjadi kerusakan yang diakibatkan oleh adanya karies yang parah, kehilangan gigi akibat trauma dan adanya kelainan kongenital. Kerusakan pada gigi dapat mengakibatkan gangguan dalam pengunyahan dan menimbulkan rasa sakit. Kerusakan yang terjadi pada gigi jika dibiarkan dapat menyebabkan gigi tanggal sebelum waktunya dan diikuti dengan adanya perubahan dari fungsi gigi dan mulut (Gunadi, 1995). Tanggalnya gigi sulung secara dini pada anak, dapat menyebabkan terjadinya migrasi gigi tetangga dan antagonisnya untuk mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh gigi tersebut, sehingga gigi lambat tidak laun akan

mengakibatkan maloklusi

selain itu

lengkung

berkembang

secara optimal, bahkan dapat

menyebabkan

terjadinya gangguan bicara,

mastikasi, dan estetik (Andlaw dan Rock, 1993). Gangguan organ bicara dapat mempengaruhi suara pasien, misalnya kehilangan gigi anterior rahang atas dan bawah. Kehilangan gigi anterior dapat mengakibatkan gangguan bicara yang bersifat sementara, setelah menggunakan gigi tiruan mampu meningkatkan fungsi bicara dengan cara membiasakan menggunakan gigi tiruan (Gunadi, 1995). Gangguan bicara yang disebabkan tanggalnya gigi anterior, akan berdampak dalam pelafalan kata, terutama pada kata yang mengandung huruf konsonan antara lain (s), (z), (v), (f). Udara bebas yang berada di ruang kosong karena tanggalnya gigi yang hilang, akan merubah bunyi s menjadi th. Kelainan dalam pelafalan dapat menyebabkan trauma psikologis pada anak, sehingga anak menjadi kurang percaya diri (Andlaw dan Rock 1993). Ruang kosong dalam lengkung rahang anak, dapat dioptimalkan

fungsinya yaitu dengan menggunakan suatu alat gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) atau gigi tiruan cekat ( fixed partial denture). Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan ditujukan pada keadaan hilangnya gigi, termasuk diastema, dan terjadinya resorpsi tulang.

Pembuatan gigi tiruan cekat hanya dapat digunakan bila hilangnya gigi tiap daerah tak bergigi tidak seluruhnya dan pada ke dua sisi daerah yang tidak begigi masih dibatasi gigi asli sehingga memenuhi syarat sebagai gigi pendukung (Gunadi, 1995). Apabila alat cekat tidak dapat dipakai karena kurangnya retensi (tidak memenuhi syarat sebagai gigi pendukung), maka gigi tiruan sebagian lepasan menjadi pilihan dokter gigi. Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan dapat disesuaikan dengan pertumbuhan gigi. Selama periode pertumbuhan, gigi tiruan memerlukan

penyesuaian secara periodik dan terus-menerus, ketika gigi tiruan sudah tidak sesuai lagi dengan pertumbuhan rahang karena terlalu kecil, maka pemeriksaan dan perawatan harus dihentikan. Pembuatan gigi tiruan baru merupakan perawatan yang dianjurkan dokter gigi untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi dan rahang (Andajani, 1993). Gigi tiruan sebagian lepasan perlu dibuat ulang mengikuti pola pertumbuhan dan erupsi gigi tetap (McDonald dan Avery, 2000). Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan memegang peranan penting dalam perawatan gigi anak, oleh karena perawatan tersebut akan memulihkan fungsi mastikasi, bicara, posisi gigi, estetik wajah, dapat mencegah kebiasaan buruk, serta sekaligus memelihara dan mempertahankan gigi yang tersisa serta jaringan pendukungnya (Dyson, 1988). Glossary of Prosthodontics (1999), gigi tiruan sebagian adalah bagian prostodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi-mukosa yang dipasang dan dilepas oleh pasien. Gigi tiruan dibuat untuk mengganti gigi yang hilang atau rusak, sementara gigi bisa hilang atau rusak apabila terjadi proses destruksi di dalam mulut berkaitan dengan fungsi gigi geligi atau karena trauma.( Tarigan,2005) Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan pergantian gigi yang mengenai sebagian dari lengkung gigi dan jaringan sekitarnya, dapat terjadi pada rahang atas maupun bawah, serta dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri.

Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan dapat memulihkan dan mengembalikan fungsi gigi dengan mempertahankan gigi yang masih ada.

2. TUJUAN PEMAKAIAN GIGI TIRUAN Tujuan pembuatan gigi tiruan, baik itu gigi tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan cekat maupun gigi tiruan legkap pada hakekatnya adalah untuk memperbaiki fungsi: pengunyahan, pengucapan, estetis, menjaga kesehatan jaringan serta mencegah kerusakan lebih lanjut dari struktur organ rongga mulut (Tarigan, 2005). Dengan maksud menghindari akibat-akibat yang tidak diinginkan, biasanya dibuat gigi tiruan sebagai pengganti gigi yang sudah hilang yang tujuannya antara lain sebagai berikut: 1. Pemulihan Fungsi Estetik Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan, warna maupun berjejalnya gigi geligi. Nampaknya banyak sekali pasien yang dapat menerima kenyataan hilangnya gigi, dalam jumlah besar sekalipun, sepanjang penampilan wajahnya tidak terganggu. Mereka yang kehilangan gigi depan, biasanya memperlihatkan wajah dengan bibir masuk ke dalam, sehingga wajah menjadi depresi pada dasar hidung dan dagu menjadi tampak lebih ke depan. Selain itu, timbul garis yang berjalan dari lateral sudut bibir dan lipatan-lipatan yang tidak sesuai dengan usia penderita. Akibatnya, sulcus labio- nasalis menjadi lebih dalam. Hilangnya gigi depan dapat disebabkan oleh karies, penyakit periodontal, ruda paksa (trauma) atau gigi yang mengalami malposisi dan karenanya dicabut. Pada anak-anak, kehilangan gigi depan sering terjadi karena kecelakaan, dengan akibat dicabutnya gigi tadi. Kehilangan gigi seperti ini kemudian mengakibatkan migrasi gigi tetangga ke arah gigi yang hilang. Pada usia muda, gigi depan biasanya hilang karena kecelakaan atau karies. Bila karies sebagai penyebab maka penderita itu tidak menjaga kesehatan mulutnnya dengan baik. Gigi depan juga hilang karena perawatan saraf, penambalan atau pembuatan mahkota tiruan. Pada

usia tua, kehilangan gigi depan lebih banyak disebabkan oleh penyakit periodontal. Penderita dengan gigi depan malposisi,pr otr usif atau berjejal dan tak dapat diperbaiki dengan perawatanort odonti k, tetapi tetap ingin memperbaiki penampilan wajahnya, biasanya dibuatkan suatu gigi tiruan mi di at yang dipasang langsung segera setelah pencabutan gigi. (Aryanto, 1991:33) 2. Peningkatan Fungsi Bicara Alat bicara dibagi dalam dua bagian. Pertama, bagian yang bersifat statis, yaitu gigi, palatum dan tulang alveolar. Kedua yang bersifat dinamis, yaitu lidah, bibir, vulva, tali suara dan mandibula. Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat

mempengaruhi suara penderita, misalnya pasien yang kehilangan gigi depan atas dan bawah. Kesulitan bicara dapat timbul, meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini geligi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya ia mampu kembali mengucapkan kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama bagi lawan bicaranya. (Aryanto, 1991:35) 3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan Sudah menjadi pendapat umum bahwa makanan haruslah dikunyah terlebih dahulu, supaya pencernaan berlangsug dengan baik. Sebaliknya, pencernaan yang tidak sempurna dapat menyebabkan kemunduran kesehatan secara keseluruhan. Pola kunyah penderita yang sudah kehilangan sebagian gigi biasanya mengalami perubahan. Jika kehilangan beberapa gigi terjadi pada kedua rahang, tetapi pada sisi sama, maka pengunyahan akan dilakukan semaksimal mungkin oleh geligi asli pada sisi lainnya. Dalam hal ini, tekanan kunyah akan dipikul satu sisi atau bagian saja. Setelah pasien memakai protesa, ternyata ia merasakan perbaikan. Perbaikan ini terjadi karena sekarang tekanan kunyah dapat disalurkan secara lebih merata keseluruh bagian jaringan pendukung. Dengan demikian protesa ini berhasil mempertahankan atau meningkatkan efisiensi kunyah (Aryanto, 1991:37).

4. Pelestarian Jaringan mulut yang masih tinggal Pemakaian geligi tiruan berperan dalam mencegah atau mengurangi efek yang timbul karena kehilangan gigi. (Aryanto, 1991:38) 5. Pencegahan Migrasi Gigi Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya menyebabkan renggangnya gigi lain. Dengan demikian terbukalah kesempatan makanan terjebak disitu, sehingga mudah terjadi akumulasi plak interdental. Hal ini menjurus kepada peradangan jaringan periodontal serta dekalsifikasi permukaan proksimal gigi. Membiarkan ruang bekas gigi begitu saja akan mengakibatkan pula terjadinya overerupsi gigi antagonis dengan akibat serupa. Bila overerupsi ini sudah demikian hebat sehingga menyentuh tulang alveolar pada rahang lawanya, maka akan terjadi kesulitan untuk pembuatan protesa di kemudian hari. (Aryanto, 1991:38) 6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya beban oklusal pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini memperburuk kondisi periodontal, apalagi bila sebelumnya sudah ada penyakit periodontal. Akhirnya gigi jadi goyang dan miring, terutama ke labial untuk gigi depan atas. Bila perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat, beban berlebih tadi akan menyebabkan abrasi berlebih pula pada permukaan oklusal/insisal atau merusak restorasi yang dipakai. Pembuatan restorasi pada kasus seperti ini menjadi rumit dan perlu waktu lama. Overerupsi gigi pada keadaan tertentu dapat pula mengakibatkan terjadinya kontak oklusi premature atau interferensi oklusal. Pola kunyah jdi berubah, karena pasien berusaha menghindari kontak premature ini. Walaupun beban oklusal sekarang berkurang. Perubahan pola ini mungkin saja menyebabkan disfungsi otot kunyah. (Aryanto, 1991:39)

3. PRINSIP DAN TEKNIK PEMBUATAN GIGI TIRUAN Prinsip dan teknik perawatan pembuatan gigi tiruan pada anak sama dengan pembuatan gigi tiruan dewasa. Perbedaan yang harus diperhatikan yaitu mengenai pertumbuhan dan perkembangan terutama gigi dan rahang (Finn, 2003). Pembuatan gigi tiruan anak harus memperhatikan perkembangan alveolar akan berjalan ke arah lateral, maka disain landasan dibuat sampai 1/3 forniks atau kurang lebih sejajar dengan puncak alveolar (alveolar crest), dengan tujuan agar tidak menghambat pertumbuhan. Disain landasan dapat dibuat sampai forniks tetapi dengan menggunakan tissue conditioner atau soft acrylic. Pada pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan dewasa perluasan sayap landasan dibuat sampai forniks dengan tujuan mendapatkan retensi dan stabilisasi (McDonald dan Avery, 2000). Selama periode pertumbuhan, gigi tiruan memerlukan penyesuaian secara periodik dan terus-menerus. Gigi tiruan yang sudah tidak sesuai lagi dengan pertumbuhan rahang karena terlalu kecil, maka perawatan harus dihentikan. Pembuatan gigi tiruan baru merupakan perawatan yang dilakukan dokter gigi untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi dan rahang. Perawatan pada pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan dewasa dilakukan pemeriksaan jika ada keluhan dan tidak dilakukan pemeriksaan secara terusmenerus (Andajani, 1993). Gigi tiruan pada anak terdiri atas landasan gigi tiruan, cangkolan dan elemen gigi tiruan. Landasan pada umumnya dibuat dari resin akrilik karena mudah dimodifikasi mengikuti pertumbuhan dan perkembangan gigi serta erupsi gigi. Landasan sebaiknya dibuat transparan dan cukup kuat saat dipakai makan (Finn, 2003). Gigi tiruan rahang atas didisain dari landasan akrilik, tetapi gigi tiruan sebagian rahang bawah dapat dirancang dari konektor logam untuk menambah retensi yang lebih baik .Landasan gigi tiruan sebagian lepasan dibuat menutupi permukaan palatal/lingual gigi-gigi yang ada dan daerah interdental dengan tujuan mendapatkan stabilitas dan retensi (Goordace dan Brown, 1994). Cangkolan dibuat dari kawat logam tahan karat dan diperlukan untuk mendapatkan retensi serta dukungan dari gigi atau jaringan lunak. Jenis cangkolan

yang digunakan pada gigi tiruan sebagian lepasan antara lain cangkolan Adam, cangkolan bola, dan cangkolan sirkumferensial (Finn, 2003). Cangkolan suatu gigi tiruan perlu dirancang dengan akurat, karena jika tidak akan mempengaruhi terhadap peningkatan aktivitas karies (Lindahl, 1964). Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan dewasa selamanya dan diganti atau dibuat ulang jika terdapat keluhan pada gigi tiruan tersebut, sedangkan gigi tiruan sebagian lepasan pada anak perlu dibuat ulang mengikuti pola pertumbuhan dan erupsi gigi tetap (McDonald dan Avery, 2000). Prosedur ini dilakukan agar pasien lebih nyaman dalam penggunaan gigi tiruan. Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan memegang peranan penting dalam perawatan gigi anak, sebab perawatan tersebut bertujuan untuk memulihkan fungsi mastikasi dan bicara anak, mengembalikan keadaan gigi dan estetik wajah anak serta mencegah kebiasaan buruk (Lindahl, 1964). Gigi tiruan dapat mengembalikan fungsi estetik, sekaligus memelihara dan mempertahankan gigi yang tersisa serta jaringan pendukungnya (McDonald dan Avery, 2000). Pembuatan gigi tiruan ini juga dapat membantu mengatasi masalah-masalah psikologis yang timbul pada pasien (Goodarce dan Brown,1994). Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan pada anak dapat dilihat dari pertimbangan berdasarkan usia, dapat digolongkan sebagai berikut (McDonald dan Avery, 2000): 1. Usia 2,53 tahun Cangkolan pada gigi kaninus sulung tidak boleh memberikan tekanan, hal ini ditujukan untuk memberikan kesempatan rahang bergerak ke anterior. Cangkolan untuk gigi molar sulung harus dibuat dengan tangan cangkolan harus mengelilingi permukaan terluar gigi. Hal ini ditujukan karena mahkota gigi molar sangat pendek. Selain itu pada rahang atas perluasan landasan harus menutupi palatum sampai batas daerah getar atau vibrating line. Perluasan ke arah bukal atau labial pada umumnya pendek tidak melebihi sampai ke forniks. Pada rahang bawah dianjurkan menggunakan lingual bar yang ditempatkan 2 mm dari jaringan lunak.

2. Usia 5,5 6 tahun Cangkolan yang digunakan adalah cangkolan Adam dan cangkolan C. Cangkolan C harus dilepas dari landasan pada saat erupsi gigi incisivus tetap dan gigi molar pertama dan dilakukan perbaikan. Gigi molar pertama yang telah bererupsi seluruhnya dapat dijadikan gigi sandaran untuk perawatan selanjutnya. Landasan yang digunakan berupa tissue conditioner pada bagian labial dan bukal dengan tujuan agar pertumbuhan rahang tidak terhambat. 3. Usia 7 8 tahun Usia 78 tahun terjadi pertumbuhan pada daerah anteroposterior, sehingga panjang landasan harus pendek dan sesuai dengan warna jaringan lunak, selain itu digunakan tissue conditioner pada daerah pertumbuhan. Cangkolan C digunakan untuk gigi molar pertama tetap. 4. Usia 12 tahun Erupsi gigi telah lengkap, kecuali gigi molar ketiga, selain itu

pertumbuhan rahang berjalan lambat, sehingga untuk penyesuaian gigi tiruan sebagian lepasan dapat lebih mudah.

4. SYARAT PEMBUATAN GIGI TIRUAN Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan memerlukan beberapa syarat antara lain : 1. Alat yang dipakai dapat mengembalikan dan memperbaiki fungsi mastikasi, estetik dan bentuk muka pasien. 2. Alat memiliki kekuatan yang baik untuk mengunyah dan stabil bila digunakan. 3. Tidak mengganggu fungsi bicara. 4. Tidak menghambat pertumbuhan normal lengkung rahang. 5. Dapat mencegah erupsi berlebihan gigi antagonis, migrasi dan kemungkinan terjadinya kebiasaan buruk. 6. Mudah untuk dibersihkan. 7. Disain harus disesuaikan, agar mudah dipasang dan dikeluarkan oleh pasien. 8. Disain harus seimbang, agar dapat diperbaiki untuk penyesuaian erupsi gigi tetap.

9. Alat tidak menyebabkan karies dan tidak mengiritasi jaringan pendukungnya.

5. FUNGSI GIGI TIRUAN Fungsi gigi tiruan sebagian lepasan, antara lain (Gunadi,1995) : 1. Pemulihan fungsi estetik. Masalah estetik menjadi salah satu alasan utama pasien dalam perawatan pembuatan gigi tiruan. Pasien yang kehilangan gigi anterior, akan memperlihatkan wajah dengan bentuk bibir masuk ke dalam, sehingga pada dasar hidung tampak lebih ke dalam dan dagu menjadi lebih ke depan. Pada anak-anak kehilangan gigi anterior sering terjadi karena

kecelakaan, sehingga tidak sedikit perawatannya dengan cara mencabut gigi yang terkena trauma akibat kegoyangan yang sangat besar.

Tanggalnya gigi tersebut akan mengakibatkan migrasi ke gigi tetangga ke arah gigi yang hilang. 2. Peningkatan fungsi bicara. Organ bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat mempengaruhi suara pasien, misalnya pasien kehilangan gigi anterior rahang atas dan rahang bawah. Kehilangan gigi anterior dapat mengakibatkan gangguan bicara yang bersifat sementara, setelah menggunakan gigi tiruan mampu meningkatkan fungsi bicara dengan cara membiasakan menggunakan gigi tiruan. Terbentuknya suara berawal dari laring, lidah, palatum dan dibantu gigi-gigi. Rongga mulut dan sinus maksilaris dalam hal ini berfungsi sebagai ruang resonansi. Menurut tempat terjadinya suara yang dihasilkan dapat dibedakan sebagai berikut : 1) Labial Merupakan huruf yang diucapkan oleh bibir, antara lain huruf (b), (p), (m). 2) Labiodental Merupakan huruf yang diucapkan antara bibir bawah dengan tepi insisal gigi anterior rahang atas, antara lain huruf (f), (v), (ph).

3) Linguodental Merupakan huruf yang diucapkan antara lidah dengan gigi anterior rahang atas, antara lain huruf (th). 4) Linguopalatal Merupakan huruf yang diucapkan antara lidah dengan palatum, antara lain huruf (d), (s), (c), (j). 5) Nasal Merupakan huruf yang akan terdengar seperti huruf (n), (ng). 3. Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan. Salah satu bagian terpenting dalam proses pencernaan makanan adalah mulut. Makanan akan diproses di dalam rongga mulut dengan gigi, agar proses tersebut dapat berjalan dengan baik harus disertai dengan perawatan dan pemeliharaan yang optimal dari gigi dan mulut tersebut. Penelitian Farrel (1962) menunjukkan bahwa jenis makanan tertentu dapat dicernakan dengan sempurna tanpa perlu dikunyah sama sekali. Penderita yang sudah kehilangan gigi biasanya mengalami perubahan pada mastikasi. Tekanan kunyah akan terpusat pada satu sisi atau satu bagian saja. Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan akan memperbaiki penyaluran tekanan kunyah secara merata ke seluruh bagian jaringan pendukung. 4. Mempertahankan jaringan mulut yang ada. Jaringan mulut yang ada akan dipertahankan dengan pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan, karena dengan gigi tiruan dapat mencegah atau mengurangi efek yang timbul karena hilangnya gigi. 5. Pencegahan migrasi gigi. Tanggalnya gigi sulung yang terlalu dini pada anak, dapat mengakibatkan migrasi gigi tetangga dan antagonisnya untuk mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh gigi tersebut, sehingga lambat laun akan mengakibatkan maloklusi dan lengkung gigi tidak berkembang secara optimal, bahkan akan menyebabkan terjadinya gangguan bicara, mastikasi, dan estetis (Andlaw dan Rock, 1993).

10

6. MACAM DARI GIGI TIRUAN Didalam bidang kedokteran gigi istilah gigi tiruan atau dental prostetik, meliputi : 1. Gigi tiruan sebagian lepasan atau partial denture Pembagian gigi tiruan sebagian lepasan 1. Berdasarkan bahan yang dipakai : a.Vulcanite denture, gigi tiruan yang dibuat dari vukanit b.Acrylic denture, gigi tiruan yang dibuat dari akrilik c.Frame denture, gigi tiruan yang dibuat dari logam 2. Berdasarkan lepasan : a.Removable partil denture, gigi tiruan sebagian lepasan b.Fixen denture/bridge, gigi tiruan jembatan 3. Berdasarkan saat pemasangan : a.Convesional, gigi tiruan yang dipasang setelah gigi hilang b.Immediate, gigi tiruan yang dipasang segera setelah gigi hilang atau dicabut 4. Berdasarkan jaringan pendukung : a.Tooth borne, didukung oleh gigi b.Mucosa/tissue borne, didukung oleh mukosa c.Mucosa and tooth, didukung oleh gigi dan mukosa 5. Berdasarkan letak daerah tak bergigi : a.Anterior tooth supported case b.All tooth supported case c.Free and supported case 6. Berdasarkan pemakaianwing bagian bukal/labial atau tidak : a.Open face, gigi tiruan sebagian yang dibuat tanpa gusi tiruan labial, gigi tiruan tersebut dibuat apabila : a. Keadaan prosessus alveolaris masih baik b. Biasanya pada gigi anterior c. Pasien mempunyai lebar mulut terlalu lebar b.Close face, gigi tiruan sebagian yang dibuat dengan gusi tiruan bagian labial, gigi tiruan tersebut dibuat apabila :

11

a. Prosessus alveolaris telah mengalami absorbsi b. Perbaikan profil

2. Gigi tiruan cekat atau fixed denture Pembagian gigi tiruan cekat/pemanen, antara lain : a. Mahkota jaket(crown), gigi tiruan untuk merestorasi struktur gigi yang rusak dengan cara membungkusnya. b. Mahkota jembatan(bridge), gigi tiruan untuk mengganti gigi yang hilang dengan membungkus gigi tetangga. c. Veneer non-direct, untuk merestorasi sebagian permukaan gigi yang rusak. Bahan gigi tiruan permanen meliputi : a. Logam dan emas Gigi tiruan permanen yang terbuat dari logam atau emas mempunyai kekuatan yang sangat bagus bahkan dapat bertahan sampai bertahun-tahun, keuntungan yang lain adalah logam dan emas tidak korosif dan tidak berkarat. Tetapi gigi tiruan dari bahan logam dan emas tampilan warnanya sangat berbeda dengan gigi asli. b. Akrilik Bahan akrilik biasanya digunakan untuk pembuatan mahkota jaket sementara (menunggu mahkota jaket permanen). Bahan akrilik biasanya dikombinasikan dengan logam karena sifat bahan akrilik tidak kuat menahan beban kunyah. Kelebihan dari bahan akrilik warnanya dapat disesuaikan dengan gigi asli, namun mudah berubah warnanya. c. Porselen Bahan porselen adalah bahan yang paling popular saat ini. Kelebihannya adalah pilihan gradasi warna yang sangat estetis dan permukaannya mengkilap. Bahan porselen sulit dibedakan dengan gigi asli. Kekuatannya lebih tinggi daripada bahan akrilik, tetapi tidak sekuat logam. Kekurangan dari bahan porselen bersifat rapuhsehingga tidak dapat diasah dan tidak dapatdiletakkan pada permukaan kunyah gigi belakang. ( drg. Donna pratiwi, Sp. Prosto; 2007)

12

3. Gigi tiruan lengkap atau full denture 4. Implant

7. KLASIFIKASI GIGI TIRUAN Klasifikasi gigi tiruan pada periode gigi campuran adalah sebagai berikut (Lindahl, 1964): Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI Kelas VII Kelas VIII : Kehilangan gigi posterior rahang atas satu sisi : Kehilangan gigi posterior rahang bawah satu sisi : Kehilangan gigi posterior rahang atas dua sisi : Kehilangan gigi posterior rahang bawah dua sisi : Kehilangan gigi anterior-posterior rahang atas : Kehilangan gigi anterior-posterior rahang bawah : Kehilangan satu atau lebih gigi susu/ gigi tetap anterior : Kehilangan semua gigi susu

8. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI Kasus tanggalnya gigi secara dini pada anak memerlukan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, oleh karena itu perlu indikasi yang tepat dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan. Gigi tiruan sebagian lepasan anak dibuat pada keadaan antara lain sebagai berikut (Lindahl, 1964; Finn, 2003; McDonald dan Avery,2000). 1. Secara radiografis, mempunyai gambaran gigi tetap pengganti yang diperkirakan akan erupsi lebih dari enam bulan. 2. Tanggalnya gigi molar sulung secara dini, sehingga memerlukan penahan ruang untuk perbaikan fungsi mastikasi. 3. Gigi penyangga tidak mampu mendukung alat prostodonti cekat, akibat adanya resorpsi akar, trauma atau karies luas yang melibatkan pulpa. 4. Tanggalnya gigi anterior sulung akibat trauma.

13

5.

Pada kasus tidak adanya gigi secara kongenital, misalnya oligodonsia sebagian. Oligodonsia dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi tetap.

6. 7. 8. 9.

Adanya celah pada palatum yang harus ditutup dengan protesa. Kehilangan gigi tetap muda akibat trauma. Pasien kooperatif, tidak ada keluhan jika dilakukan perawatan. Usia di atas 2,5 tahun merupakan anjuran dan prasyarat untuk menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan.

Indikasi yang tepat diperlukan dalam membuat gigi tiruan sebagian lepasan, selain itu ada beberapa hal yang menjadi kontraindikasi dalam pembuatan gigi tiruan diantaranya (Gunadi, 1995; Andlaw dan Rock 1993): 1. Pasien yang tidak kooperatif, dapat dikatakan termasuk dalam kelompok hysterical mind. 2. Faktor kesehatan secara umum yang tidak mendukung untuk dilakukan perawatan. 3. Keadaan sosial ekonomi dapat menjadi pertimbangan dalam melanjutkan rencana perawatan. 4. Kasus hilangnya semua gigi yang memerlukan pembuatan gigi tiruan penuh. 5. Dalam foto rontgen terlihat gigi pengganti yang akan erupsi. 6. Pasien yang mengalami keterbelakangan mental akan sulit untuk memberikan penjelasan dalam perawatan penggunaan gigi tiruan.

9. TAHAP PEMBUATAN GIGI TIRUAN Pembuatan tahap(Gunadi, 1995): 1. Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi. Daerah tak bergigi pada suatu lengkung gigi dapat bervariasi, anatara lain dalam hal panjang, macam, jumlah dan letaknya. Semua ini akan mempengaruhi rencana pembuatan disain gigi tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor maupun pendukungnya. 2. Menentukan macam dukungan dari setiap sadel. gigi tiruan sebagian lepasan memerlukan beberapa

14

Bentuk daerah tidak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup (paradental) dan daerah berujung bebas (free end). Bentuk sadel dibagi menjadi dua yaitu sadel tertutup dan berujung bebas. Terdapat tiga pilihan untuk dukungan sadel tertutup, yaitu dukungan gigi, mukosa, atau kombinasi. Sebaliknya untuk sadel berujung bebas dukungan pada umumnya berasal dari mukosa. Dukungan terbaik untuk gigi tiruan sebagian lepasan diperoleh dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut antara lain keadaan jaringan pendukung, panjang dan jumlah sadel serta keadaan rahang. 3. Menentukan jenis penahan. Penahan yang akan dipilih dapat ditentukan dengan memperhatikan faktorfaktor berikut: 1) Dukungan sadel Dukungan sadel berkaitan dengan indikasi macam cangkolan yang akan dipakai dan gigi penyangga yang diperlukan. 2) Stabilitas gigi tiruan Berhubungan dengan jumlah dan macam gigi pendukung yang ada dan yang akan dipakai. 3) Estetika Berhubungan dengan bentuk dan tipe cangkolan dan lokasi gigi penyangga. 4. Menentukan jenis konektor. Konektor yang dipakai biasanya berbentuk pelat, yaitu pada gigi tiruan dari resin.

10. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN Keuntungan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan antara lain (Finn, 2003; Gunadi, 1995): 1. Mengembalikan fungsi mastikasi dan estetik. 2. Mudah dalam membersihkan. 3. Pasien serta orang tua pasien dapat memasang dan mengeluarkan gigi tiruan. 4. Perawatan gigi tiruan lebih mudah, karena dapat diperbaiki mengikuti perkembangan rahang anak.

15

Dampak yang merugikan pada pemakaian gigi tiruan lepasan adalah (1,4,15): 1. Perawatan tergantung pada pasien dan orang tua yang kooperatif. 2. Peningkatan akumulasi plak. 3. Penyaluran daya kunyah yang tidak seimbang. 4. Terjadi peradangan mukosa. 5. Resorpsi tulang alveolar, jika terjadi kontak prematur. 6. Halitosis pada pasien yang kurang memperhatikan oral higiene yang baik. 7. Kelainan gigi penyangga dapat berupa gingivitis dan periodontitis. 8. Karies dan kegoyangan pada gigi sandaran.

11. PERAWATAN DAN PENGGUNAAN GIGI TIRUAN YANG BAIK 1 Perawatan gigi tiruan Belajar menggunakan geligi tiruan baru membutuhkan waktu dan kesabaran, terutama bagi pemakai pemula. Untuk pasien yang pernah dan bisa memakai protesa sekalipun, sebuah geligi tiruan baru juga terasa asing. Ia harus menyadari bahwa geligi tiruan barunya berlainan dan karenanya harus mengubah beberapa kebiasaan lama dan membiasakan dirinya dengan protesa baru ini. (Aryanto, 1993:407) Beberapa hari sampai beberapa minggu merupakan periode penyesuaian, baik bagi si pemakai maupun geligi tiruannya. Geligi tiruan harus dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan secara berkala dan disikat sekurang-kurangnya dua kali sehari, dengan sikat yang halus dan deterjen cair sebagai pembersih. Dalam hal ini, deterjen lebih baik daripada pasta gigi, karena kurang abrasive, sehinga dapat mencegah terjadinya goresan pada resin. Pembersihan tadi sebaiknya dilakukan diatas sebuah basin yang sebagian berisi air atau handuk basah, untuk memperkecil kemungkinan pecahnya geligi tiruan, andaikata jatuh pada saat dibersihkan. (Aryanto, 1993:407). Penggunaan bubuk-bubuk untuk geligi tiruan atau jenis adhesif biasanya tidak dianjurkan untuk geligi tiruan baru. Adhesif sering kali menyebabkan retensi berlebihan dan gaya-gaya yang ditimbulkannya dapat merusak jaringan

16

pendukung. Bila pasien benar-benar membuthkannya, pertimbangkanlah masakmasak. (Aryanto, 1993:408). Gigi tiruan sebaiknya secara teratur direndam oleh pasien dalam larutan disinfektan. Dua macam cairan telah terbukti efektif dalam mengendalikan plak gigi tiruan; alkalin hipoklorit dan cairan klorheksidin glukonat. Alkalin hipoklorit terbukti efektif dalam pembersihan plak gigi tiruan, sedang yang satunya efektif efektif dalam menghambat pembentukannya. Bila digunakan larutan hipoklorit yang mengandung 0,08% klorin atau cairan klorheksidin glukonat 0,1% gigi tiruan harus direndam selama satu malam. Jika tidak mungkin menyarankan kepada pasien untuk menanggalkan gigi tiruannya sepanjang malam, dapat dipakai cara lain yaitu merendam dalam larutan hipoklorit yang mengandung 0,16% klorin selama 20 menit setiap hari atau merendam dalam cairan klorheksidin 2% selama kurang lebih 5 menit setiap hari. Sebelum direndam gigi tiruan harus disikat dengan cermat untuk menghilangkan sebagian plaknya, dan bila larutan klorheksidin yang digunakan, dibilas untuk membersihkan sisa-sisa sabunnya karena sabun ini bisa menetralkan klorheksidin. Bercak-bercak coklat biasa terlihat pada gigi tiruan yang direndam dalam larutan klorheksidin. Biasanya noda-noda itu tidak berat dan dapat dibersihkan dengan merendamnya dalam larutan pembersih hipoklorit. (Basker RM, 2003:110) Kehadiran basis kerangka logam mempersulit keadaan ini karena penggunaan hipoklorit menimbulkan korosi pada basisnya. (Basker RM, 2003:110)

2 Kesehatan Mulut dan Pemakaian Geligi Tiruan Protesa sebaiknya dilepas dari mulut pada malam hari untuk memberi kesempatan istirahat yang memadai kepada jaringan mulut pendukungnya. Dengan demikian selama delapan selama delapan dalam tiap dua puluh empat jamnya, jaringan mulut yang ditutupi geligi tiruan sempat beristirahat. Salah satu faktor berperan yang dapat mengakibatkan perubahanperubahan pada jaringan mulut, adalah lamanya suatu protesa dipakai dalam mulut. Karena itu, banyak ahli yang menganjurkan supaya geligi tiruan tidak dipakai sepanjang siang dan malam hari secara terus menerus. Dengan demikian,

17

selain bisa beristirahat, lidah maupun otot-otot disekitar mulut, denagn bantuan saliva sempat melakukan pembersihan dan stimulasi terhadap jaringan yang berada dibawah protesa. (Basker RM, 2003:111) Cukup banyak kepustakaan yang menyatakan bahwa pemakaian geligi tiruan siang malam secara terus-menerus tidaklah menguntungkan bagi kesehatan mulut si pemakai. Memang ada kekecualian, dimana beberapa pasien dapat dan memang menggunakan terus-menerus, tetapi tidak membawa akibat buruk yang nyata. Sulitnya tak ada satu metodepun yang dapat meramalkan hal ini. Karena meramalkan hal ini tidak mungkin dilakukan sebelumnya, maka lebih bijaksana bagi kita untuk menganjurkan hal yang lebih pasti alih-alih menyarankan perkara yang mungkin suatu kebetulan saja. Jadi, pemakaian protesa secara terus-menerus tanpa akibat buruk, tampaknya hannya merupakan suatu keBetulan saja (Aryanto, 1993:411). 3. Kontrol Seperti halnya pasien dokter gigi biasa, kontrol periodik bagi pemakai geligi tiruan juga sama pentingnya. Sudah dikemukakan bahwa jaringan mulut maupun geligi tiruan selalu mengalami perubahan. Setelah pemakaian beberapa waktu, geligi tiruan pasti mengalami perubahan, begitu pula bagian tertentu dari jaringan mulut si pemakai. Cengkeram sudah mulai tidak pas lagi letaknya, terjadinya peradangan gingival, gigi pendukung mengalami karies, resorpsi linger sisa, adalah beberapa contoh yang perlu mendapatkan perhatian. Hal seperti ini mengakibatkan geligi tiruan menjadi tidak pas lagi. Protesa dalam keadaan seperti ini dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan pendukung tanpa penderita tahu bahwa telah terjadi sesuatu yang salah. Mengingat hal ini, pasien wajib diberitahu mengenai pemeriksaan berkala bagi mulut dan geligi tiruan yang dipakainya. Pemeriksaan berkala minimal dua kali dalam setahun perlu dilakukan. Cara ini akan mencegah terjadinya keruskan lanjut yang mungkin timbul (Aryanto, 1993:412).

18

DAFTAR PUSTAKA

Andajani, T. 1993. Penanggulangan Kerusakan Gigi yang Parah dengan Gigi Tiruan Tumpang. Volume 2. Hal 571-580. Jakarta: Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Usakti. Andlaw, R.J. and W.P. Rock. 1993. A Manual of Paedodontics. 3rd ed. London: Churchill Livingstone. Dyson, J.E. 1988. Prosthodontic for Children. Hal: 259-68. Philadelphia: Lea and Febriger Finn, S.B. 2003. Clinical Pedodontics. 4th ed. Hal 309-31, 360-3. Philadelphia: W.B Saunders Company inc. Gunadi, H.A. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid 1. Hal 12, 30-50, 108-111 Jakarta: Hipokrates Lindahl, R.L. 1964. Removable Denture Prosthetis. 4th ed. Hal: 271-285. McGraw-Hill Book Company Inc. McDonald, R.E. and D.R. Avery, 2000. Dentistry forThe Child and Adolescent. 7th ed. Saint Louis: Mosby.

19

PERTANYAAN Darra Ayu N. (07-067) Pemakaian gigi tiruan pada anak adalah sekitar usia 2-5 tahun, apakah tidak mengganggu pertumbuhan gigi? JAWABAN Shofwatul Ummah (07-010) Tidak, karena setelah gigi tiruan sebagian lepasan digunakan anak untuk tahap berikutnya dilakukan pengontrolan secara berkala setiap 4-6 minggu sekali. Seiring bertambahnya usia anak, maka suatu gigi tiruan sebagian memerlukan penyesuaian secara periodik untuk mengikuti pola pertumbuhan dan

perkembangan rahang, serta erupsi gigi tetap. Selama periode pertumbuhan, gigi tiruan memerlukan penyesuaian secara periodik dan terus-menerus. Gigi tiruan yang sudah tidak sesuai lagi dengan pertumbuhan rahang karena terlalu kecil, maka perawatan harus dihentikan. Pembuatan gigi tiruan baru merupakan perawatan yang dilakukan dokter gigi untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi dan rahang. Perawatan pada pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan dewasa dilakukan pemeriksaan jika ada keluhan dan tidak dilakukan pemeriksaan secara terus-menerus.

20

Anda mungkin juga menyukai