Anda di halaman 1dari 50

Fungsi saluran transmisi : Menyalurkan energi listrik dari pusat pembangkitan ke pusat beban listrik dalam tegangan tinggi.

Keuntungan penggunaan tegangan tinggi : 1. Dengan daya yang sama, semakin tinggi tegangan maka arus yang dialirkan pada saluran akan semakin kecil sehingga ukuran penampang penghantar dapat lebih kecil, demikian juga dengan konstruksi menara.
2. Semakin kecil arus drop tegangan (V=I.R) dan rugi daya (P= .R) menurun. -

Drop voltage (jatuh tegangan) V P losses (rugi daya) P

semakin kecil

Jenis saluran transmisi :


1. Saluran udara (overhead line), kawat terbuka digantung pada menara transmisi melalui

isolator gantung.
2. Saluran bawah tanah (under ground), lebih aman terhadap gangguan eksternal tapi mahal

dan sulit dalam perbaikan gangguan. Dibanding penyaluran 1, penyaluran 3 memiliki kelebihan :
1. Dapat dibangkitkan oleh mesin sinkron.

2. Dapat menghasilkan medan magnet putar 3. Daya yang disalurkan lebih besar.

Hilang daya :
1. Tahanan saluran : 3I2.R (efek panas pada transmisi)

2. Korona, misal secara fisik timbul cahaya dalam kondisi lembab. 3. Isolator, arus bocor karena permukaan isolator berdebu.

Jenis penghantar :
1. Solid wire

: kawat tunggal, padat.

2. Stranded wire

: kawat berlilit.

3. Holow conductor

: kawat berongga.

Klasifikasi bahan penghantar :


1. Kawat logam biasa 2. Kawat logam campuran

: tembaga, aluminium. : tembaga atau aluminium dicampur logam lain untuk menghasilkan kekuatan mekanik.

3. Kawat lilit campuran

: ACSR (aluminium cable steel reinforcement), AAAC

Karakteristik :
1. Tembaga

: konduktifitas tinggi, kuat tarik kurang.

2. Alumunnium : konduktifitas lebih kecil dari tembaga, kuat tarik lebih kecil dari tembaga

dengan resistansi sama, memiliki penampang yang lebih besar dari tembaga dan lebih ringan.
3. ACSR

: konduktifitas lebih kecil dari tembaga, kekuatan mekanik lebih besar dari tembaga.

Perlengkapan pengahantar :
1. Sambungan (jointing) :

- kompresi untuk jenis penghantar yang sama. - kompresi dengan selongsong khusus untuk penghantar yang berbeda.

2. Perentang (spacer)

: untuk kawat bundle.

3.

Batang pelindung (armor rod) : penguatan pada penghantar yang digantung pada isolator untuk mengurangi kelelahan.

4. Peredam (damper winding) : untuk mengiurangi kelelahan kawat karena vibrasi

Isolator gantung

Gambar Saluran Transmisi

Suatu saluran transmisi mempunyai empat parameter yang mempengaruhi kemampuannya untuk berfungsi sebagai bagian dari suatu sistem tenaga, yaitu : resistansi, induktansi, kapasitansi, dan konduktansi. Yang akan dibahas dalam makalah ini adalah resistansi dan induktansi.

I. RESISTANSI

Dalam suatu rangkaian listrik, resistansi dapat dipahami melalui sebuah hukum yang dinamakan hukum Ohm yang menyatakan bahwa tegangan pada terminalterminal material penghantar berbanding lurus terhadap arus yang mengalir melalui material ini, secara matematika hal ini dirumuskan sebagai : v = iR (1)

di mana konstanta proporsionalitas atau kesebandingan R disebut sebagai resistansi. Satuan dari resistansi adalah ohm, yaitu 1 V/A, dan biasa disingkat dengan huruf besar omega, . Sedangkan didalam saluran transmisi, resistansi merupakan penyebab

terpenting dari adanya rugi daya (power loss) pada saluran transmisi. Semakin besar nilai resistansi, maka semakin besar rugi- rugi daya yang dihasilkan. Resistansi dari suatu penghantar saluran transmisi, dapat dirumuskan sebagai : R = rugi daya penghantar dibagi | I |2 . (2)

di mana daya dinyatakan dalam watt dan I adalah arus rms pada penghantar dalam ampere. Resistansi yang dimaksud di atas adalah resistansi arus searah (dc) dari saluran, jika terdapat distribusi arus yang merata (uniform) di seluruh penghantar. Nilai resistansi ditentukan oleh resistivitas inheren material, yang

direpresentasikan dengan . Hal ini merupakan ukuran dari mudah tidaknya electron

bergerak di dalam suatu material tertentu. Setiap material memiliki resistivitas inheren yang berbeda, tergantung dari temperaturnya. Resistivitas bahan ditentukan saat memilih tipe atau jenkis material yang akan digunakan untuk mempabrikasi kawat, dan mengukur temperatur dari lingkungan aplikasinya. Pada kenyataannya, sejumlah tertentu daya akan diserap oleh kawat sebagai akibat dari nilai resitansi yang dimilikinya, aliran arus yang akan terjadi akan mengakibatkan dibangkitkannya panas. Kawat yang lebih tebal, memiliki resistansi yang lebih rendah dan dapat menyalurkan panas dengan lebih mudah, tetapi jenis kawat ini lebih berat, memiliki volume yang lebih besar, dan harganyapun lebih mahal. American Wire Gange (AWG) merupakan sistem standar untuk

menspesifikasikan ukuran kawat. Dalam memilih ukuran kawat, AWG yang lebih kecil, akan berkorespondensi dengan diameter kawat yang lebih besar. Tabel 1. Tabel tentang beberapa ukuran kawat yang umum digunakan dan resistansi dari kawat tembaga padat Ukuran Konduktor (AWG) 28 24 22 18 14 12 6 4 2 Luas Penampang melintang (mm2) 0,0804 0,205 0,324 0,823 2,08 3,31 13,3 12,1 33,6 Ohm per 1000 kaki pada suhu 20 C 65,3 25,7 16,2 6,39 2,25 1,59 0,3952 0,2485 0,1563

Resistansi dari suatu objek tertentu atau dalam transmisi dinamakan resistansi DC, dapat diperoleh dengan mengalikan resistivitasnya dengan panjang resistor (l) dan membaginya dengan luas penampang (A) dari resistor. Secara matematika dapat dirumuskan sebagai:

R = . l A Dimana = resistivitas penghantar l = panjang A = luas penampang

(......3)

Persamaan diatas dapat diilustrasikan dengan gambar dibawah, dimana resistivitas material diasumsikan tersebar secara merata didalam suatu ruang.
l

resistivitas =

Luas penampang melintang = A

Gambar 1. Definisi parameter-parameter yang digunakan untuk menghitung resitansi Dalam tabel- tabel yang tersedia, biasanya luas penampang kawat diberikan dalam satuan circular mil (cmils). Definisi dari CM adalah penampang kawat yang memiliki diameter 1 mil (=1/1000 inch). Jika luas penampang diinginkan dalam satuan milimeter persegi, maka luas penampang dalam circular mil dikalikan 5,067 10-4 . Hal ini dapat dirumuskan : mm2 = 5,067 10-4 penampang dalam cmils atau cmils = 1973 penampang dalam mm2 Jika satuan penampang kawat dalam cmils, maka satuan resistivitas dalam ohm-cmils per foot, dan satuan panjang kawat adalah feet. Sedangkan dalam unitunit SI, satuan untuk resitivitas adalah ohm-meter, satuan penampang kawat adalah meter persegi, dan satuan panjang kawat dalam meter. (.......4)

Pada umumnya kawat- kawat penghantar terdiri dari kawat pilin (stranded conductors), resisten DC dari penghantar dengan lilitan (stranded) memiliki nilai yang lebih besar dari nilai resisten DC yang dihitung dengan menggunakan persamaan 3, karena pembentukan lilitan-lilitan membuatnya menjadi lebih panjang dari konduktor itu sendiri. Untuk setiap mil penghantar, arus di semua serat (terkecuali yang tepat di tengah) mengalir lebih dari satu mil kawat. Kenaikan resistansi karena pembentukan lilitan seperti ini diperkirakan mencapai 1% untuk penghantar dengan tiga- serat dan 2% untuk penghantar dengan lilitan konsentris. Perubahan resistansi penghantar logam dengan berubahnya suhu boleh dikatakan linier pada batas-batas pengoperasian yang normal. Tahanan kawat berubah karena dipengaruhi oleh suhu yang berubah-ubah. Dalam batas temperatur 10C - 100C, untuk kawat tembaga dan aluminium berlaku rumus : Rt2 = Rt1 [1 + t1 (t2 - t1)] Di mana : Rt2 = tahanan pada temperatur t2 Rt1 = tahanan pada temperatur t1 t1 = koefisien temperatur dari tahanan pada temperatur t1 C jadi, (....6) (.....7) Di mana : (......8) atau (....9) (.....5)

Jelas terlihat bahwa To ialah temperatur dimana tahanan kawat akan menjadi nol, bila persamaan linier yang sama berlaku untuk daerah temperatur itu, maka nilai To adalah sama dengan temperatur absolut -273C. Untuk tembaga (Cu) yang mempunyai konduktivitas 100%, koefisien temperatur dari tahanan pada 20C adalah : (....10) atau (.....11) Untuk konduktivitas yang lain dari tembaga, berubah langsung dengan konduktivitasnya. Jadi untuk konduktivitas 97,5%, dan Untuk aluminium (Al) dengan konduktivitas 61%, dan (....13) (....12)

Tabel 2. harga-harga To dan untuk bahan-bahan konduktor standar Material Cu 100% Cu 97% Al 61% T0 0C 234,5 241,0 228,1 Koefisien temperatur dari tahanan x 10-7 0 20 25 50 75 80 100 4,2 3,9 3,85 3,52 3,25 3,18 2,99 7 4,1 5 3 3,8 3 3,76 3,95 3,44 3,60 3,16 3,30 3,12 3,25 2,93 3,05

4,3 4,0 8 3 Tabel 3. Resistivitas dari bahan-bahan konduktor standar untuk berbagai temperatur Material Cu 100% Cu 97% Al 61% Koefisien temperatur dari tahanan x 10-7 0 20 25 50 75 80 100 1,5 1,7 1,75 1,92 2,09 2,12 2,26 2 8 1,80 1,97 2,14 2,18 2,31 1,6 1,7 7 2,89 3,17 3,46 3,51 3,74

3 2,6 0 2,8 3

II. INDUKTANSI

Jika arus mengalir pada suatu rangkaian listrik, beberapa sifat rangkaian itu dapat dijelaskan menurut medan magnet dan medan listrik yang timbul di sekitarnya. Gambar di bawah ini, memperlihatkan suatu saluran fasa tunggal serta medan magnet dan listriknya. Garis fluks magnetiknya membentuk lingkaran tertutup (closed loops) yang meliputi rangkaian, dan garis-garis fluks listriknya bermula dari muatan positif pada salah satu penghantar, dan berakhir pada muatan negatif pada penghantar yang lain. Suatu perubahan arus di dalam penghantar akan menyebabkan suatu perubahan pada banyaknya garis fluks yang meliputi rangkaian. Dan setiap perubahan pada fluks yang meliputi rangkaian mengimbaskan (menginduksikan) suatu tegangan pada rangakaian tersebut yang besranya sebanding dengan kecepatan perubahan fluks (rate of change of flux). Induktansi adalah sifat rangkaian yang menghubungkan tegangan yang diimbaskan pada perubahan fluks dengan kecepatan perubahan arus (rate of change of current).

Gambar 2. Medan-medan magnet dan listrik dari suatu saluran dua kawat Dalam penurunan rumus-rumus untuk induktansi dari suatu konduktor biasanya diabaikan dua faktor, yaitu : a. Efek kulit (skin effect). b. Efek sekitar (proximity effect).

Efek kulit adalah gejala pada arus bolak-balik, bahwa kerapatan arus dalam penampang konduktor tersebut makin besar ke arah permukaan kawat. Tetapi bila ditinjau dari segi frekuensi kerja (50 Hertz atau 60 Hertz)maka pengaruh efek kulit itu sangat kecil, dan dapat diabaikan. Distribusi arus yang merata di seluruh penampang suatu penghantar hanya terdapat pada arus searah (direct current). Dengan meningkatnya frekuensi arus bolak-balik, distribusi arus makin tidak merata (nonuniform). Meningkatnya frekuensi menyebabkan tidak meratanya kerapatan arus (current density). Fenomena inilah yang disebut sebagai efek kulit (skin effect). Pada suatu penghantar berpenampang bundar, kerapatan arus biasanya meningkat dari dalam penghantar ke arah permukaannya. Tetapi untuk penghantar dengan jari-jari yang cukup besar mungkin terjadi kerapatan arus yang berisolasi terhadap jarak radial dari titik tengah penampang penghantar. Efek sekitar adalah pengaruh dari kawat lain yang berada di samping kawat penghantar pertama, sehingga menyebabkan distribusi fluks tidak lagi simetris, tetapi bila radius konduktor kecil terhadap jarak antara kedua kawat maka efek sekitar ini sangat kecil, dan dapat diabaikan. Terdapat dua persamaan dasar yang dapat dipakai untuk menjelaskan dan merumuskan induktansi. Persamaan yang pertama adalah persamaan yang

menghubungkan tegangan imbas dengan kecepatan perubahan fluks yang meliputi suatu rangkaian. Tegangan imbas adalah : (....14) di mana adalah tegangan imbas dalam volt dan adalah banyaknya fluks gandeng (flux linkage) rangkaian dalam weber-turns (=Wbt, di mana turns berarti banyaknya lilitan).

Banyaknya weber-turns adalah hasil perkalian yang digandengkannya. Untuk saluran dua kawat seperti gambar 2, masing-masing fluks yang berada di luar penghantar, menggandeng rangkaian sekali saja. Jika yang dibicarakan adalah suatu kumparan (coil), sebagian besar dari garis-garis fluks yang ditimbulkan akan menggandeng lebih dari satu lilitan kumparan, maka jumlah fluks gandeng akan berkurang. Sesuai dengan banyaknya garis fluks, masing-masing garis dikalikan dengan jumlah lilitan yang digandengkannya, dan hasil-hasil perkalian ini seluruhnya dijumlahkan untuk mendapatkan fluks gandeng total (total flux lingkages). Jika arus pada rangkaian berubah-ubah, medan magnet yang

ditimbulkannyapasti juga bereubah-ubah. Jika dimisalkan bahwa media dimana medan magnet ditimbulkan mempunyai permeabilitas yang konstan, banyaknya fluks gandeng berbanding lurus dengan arus, dan karena itu tegangan imbasnya sebanding dengan kecepatan perubahan arus. Jadi persamaan dasar yang kedua adalah :

(.....15) Dimana L = konstanta kesebandingan L = induktansi rangkaian, H E = tegangan imbas, V di/dt = kecepatan perubahan arus, A/s Persamaan 15 diatas juga dapat dipakai jika permeabilitasnya tidak konstan, tetapi dalam hal semacam itu induktansinya juga menjadi tidak konstan. Jika persamaanpersamaan 14 dan 15 diselesaikan untuk mendapat L, hasilnya adalah : (.....16)

Jika fluks gandeng dari rangkaian berubah secara linier sesuai dengan arus, yang berarti bahwa rangkaian magnetis itu mempunyai permeabilitas konstan, maka : (.....17) Dari persamaan diatas timbul definisi induktansi sendiri (self inductance) dari suatu rangkaian listrik, yaitu fluks gandeng dari rangkaian per satuan arus. Dengan induktansi sebagai faktornya, fluks gandeng menjadi : (....18) Pada persamaan 18 karena i adalah arus sesaat, maka manyatakan fluks gandeng sesaat. Untuk arus bolak-balik berbentuk sinusoida, fluks gandengnya juga berbentuk sinusoida. Jika adalah lambang fasor untuk fluks gandeng, maka : (...19) Karena dan I berfasa sama, L adalah nyata (real). Fasor jatuh-tegangan )voltage drop) karena fluks gandeng adalah : (...20) (...21) Induktansi timbal balik (mutual inductance) antara dua rangkaian didefinisikan sebagai fluks gandeng pada rangkaian pertama yang disebabkan oleh arus pada rangkaian kedua per ampere arus yang mengalir di rangkaian kedua. Jika arus I2 menghasilkan fluks gandeng dengan rangkaian I sebanyak 12, maka induktansi timbal-baliknya adalah : (...22) Fasor jatuh-tegangan pada rangkaian I yang disebabkan oleh fluks gandeng dari rangkaian 2 adalah :

(....23) Induktansi timbal-balik penting untuk membahas pengaruh saluran tenaga listrik terhadap saluran telpon dan gandengan (coupling) antara saluran listrik yang sejajar. II.1 Induktansi penghantar akibat fluks internal Gambar 2 di atas hanya memperlihatkan garis fluks yang berada di luar penghantar (external), tetapi sebenarnya sebagian dari medan magnet juga berada di dalam penghantar (internal). Jadi di bagian dalam penghantar juga terdapat fluks magnetis. Berubahnya garis fluks di dalam penghantar, juga berpengaruh terhadap tegangan imbas pada rangkainan dan karena itu juga terhadap induktansi. Nilai induktansi sesungguhnya yang disebabkan oleh fluks internal, dapat dihitung sebagai perbandingan fluks gandeng terhadap arus, dan memperhitungkan juga fakta bahwa setiap garis fluks internal, hanya menggandengkan sebagian kecil dari arus total. Untuk mendapatkan nilai induktansi yang teliti dari suatu saluran transmisi, baik fluks internal masing-masing penghantar maupun fluks eksternal perlu diperhitungkan.

ds
x r
fluks

dx

Gambar 3. Penampang suatu penghantar berbentuk silinder

Jalan kembali arus pada penghantar diatas adalah demikian jauhnya sehingga tidak berpengaruh besar terhadap medan magnet penghantar yang digambarkan. Maka garis-garis fluksnya konsentris dengan penghantar. Magnetomotiv force (mmf) atau gaya gerak magnet dalam ampere-turns sepanjang jalur tertutup yang sama dengan arus dalam ampere yang dikelilingi oleh jalur tersebut. mmf juga sama dengan integral komponen garis singgung (tangensial) dari kuat (intensitas) medan magnet di sepanjang jalur yang sama. Jadi : (...24) Dimana H = kuat (intensitas) medan magnet, At/m s = jarak sepanjang jalur, m I = arus A, yang dikelilingi (enclosed) Titik diantara H dan ds menunjukan bahwa nilai H adalah komponen kuat medan magnet kearah garis singgung di ds. Misalkan bahwa kuat medan pada jarak x meter dari titik tengah penghantar adalah sebesar Hx. Karena medan itu simetris, Hx konstan untuk semua titik yang terletak pada jarak yang sama dari titik tengah penghantar. Jika integrasi dalam persamaan 24 dilakuykan di sepanjang jalur berbentuk lingkaran yang konsentris dengan penghantar pada jarak x meter dari titik tengah, Hx konstan disepanjang jalur tersebut dan merupakan garis singgung. Persamaan 24 menjadi : (....25) Dan (....26) Dimana Ix adalah arus yang dikelilingi oleh jalur. Kemudian, dengan memisalkan bahwa kerapatan arusnya merata, maka : (...27)

Dimana I adalah arus total pada penghantar. Dengan mensubstitusikan persamaan 26 kedalam persamaan 27 dan memecahkan untuk Hx, kita peroleh :

(...28) Dimana Hx = intensitas medan magnet, A t/m dS = keliling lingkaran, m Kerapatan fluks (flux density) pada jarak x meter dari titik tengah penghantar adalah : (...29)

Dimana adalah permeabilitas penghantar. Dalam elemen berbentuk pipa dengan tebal dx, fluks d adalah Bx kali luas penampang elemen yang tegak lurus terhadap garis fluks, dimana luas tersebut adalah dx kali panjang aksialnya. Fluks per meter panjang adalah : (...30)

Fluks gandeng d per meter panjang, yang disebabkan oleh fluks pada elemen berbentuk pipa tersebut, adalah hasil perkalian fluks per meter panjang dan bagian dari arus yang digandengkannya. Jadi :

(...31)

Dengan mengintegrasi dari titik tengah penghantar sampai ke tepi luarnya untuk mendapatkan int yaitu fluks gandeng total di dalam penghantar, maka kita peroleh : (...32)

Untuk permeabilitas relatif sama dengan 1, = 4 x 10-7 H/m dan, Asumsi (...33)

Jadi II.2 Fluks Gandeng Antara Dua Titik Diluar Penghantar Yang Tersendiri Sebagai langkah untuk menghitungf induktansi yang disebabkan oleh fluks yang berada diluar konduktor, maka diperlukan penurunan suatu rumus untuk fluks gandeng pada sebuah penghantar yang tersendiri (isolated) yang disebabkan oleh

bagian fluks eksternal yang terletak diantara dua titik pada jarak D1 dan D2 meter dari titik tengah penghantar.

P1
D1 d x

x
D2

P2
ks Flu

Gambar 4. suatu penghantar dan titik eksternal P1 dan P2

Dari gambar penghantar di atas, dapat dilihat bahwa P1 dan P2 adalah du buah titik. Pada penghantar mengalir arus sebesar I ampere. Karena jalur-jalur fluks merupakan lingkaran-lingkaran konsentris disekitar penghantar, seluruh fluks antara P1 dan P2 terletak pada permukaan-permukaan berbentuk silinder yang konsentris (digambarkan dengan garis-garis lingkaran penuh) yang melalui P1 dan P2. pada elemen berbentuk tabung pada jarak x meter dari titik tengah penghantar, kuat medan adalah Hx. mmf di sepanjang elemen ini, adalah : (...34) Dengan mendapatkan Hx dan mengalikannya dengan , diperoleh kerapatan fluks Bx pada elemen itu, sehingga (...35) Fluks d pada elemen berbentuk pipa dengan tebal dx adalah (....36)

Fluks gandeng d per meter dalam angka sama dengan fluks d karena fluks yang berada diluar penghantar menggandengkan seluruh arus penghantar hanya sekali saja. Fluks gandeng total di antara P1 dan P2 diperoleh dengan menghitung integral d dari x = D1 sampai x = D2. maka diperoleh : (....37) Atau untuk permeabilitas relatif sama dengan 1, maka diperoleh : (....38) Induktansi yang disebabkan fluks yang berada di antara P1 dan P2 adalah : (...39)

DAFTAR PUSTAKA Stevenson, William D. 1996, Analisa Sistem Tenaga. Erlangga : Jakarta. Hayt, William H, Jack E Kemmerly, Steven M Durbin . 2005. Rangkaian Listrik Edisi ke6. Erlangga : Jakarta.

Induktansi Saluran Dua-Kawat Berfasa Tunggal Seperti pada saluran penghantar majemuk (multikonduktor) dan tiga fasa, ditinjau dari saluran dua-kawat yang sederhana dan terdiri dari penghantar padat dengan penempang bundar. r1 1 D Gambar 1. Penghantar dengan jari-jari yang berbeda dan medan magnet yang ditimbulkan oleh arus pada penghantar 1 saja. Gambar tersebut memperlihatkan rangkaian yang mempunyai dua penghantar masingmasing dengan jari-jari r1 dan r2. Penghantar yang satu merupakan rangkaian-kembali untuk penghantar yang lain. Suatu garis fluks yang dibangkitkan oleh arus pada penghantar 1 pada jarak yang sama dengan atau lebih besar dari D + r2 dari titik tengah penghantar 1 tidak menggandengkan rangkaian itu dan karenanya tidak dapat mengimbas tegangan pada rangkaian. Dengan kata lain, garis fluks semacam itu menggandengkan arus neto (total) yang sama dengan 2 r2

nol, karena arus pada penghantar 2 sama besarnya tapi berlawananarah dengan arus pada penghantar 1. Bagian dari arus total yang digandengkan oleh suatu garis fluks di luar penghantar 1 pada jarak yang sama dengan atau kurang dari D r2 adalah 1. Diantara D r2 dan D + r2 (jadi pada permukaan penghantar 2), bagian dari arus total pada rangkaian yang digandengkan oleh garis fluks yang ditimbulkan oleh arus pada penghantar 1 bervariasi di antara 1 dan 0. Karena itu, memang masuk akal untuk menyederhanakan masalah ini, jika D jauh lebih besar dari r1 dan r2 dan kerapatan fluks melalui penghantar hamper merata, dengan memisalkan bahwa seluruh fluks eksternal yang dibangkitkan oleh arus pada penghantar 1 sampai pada titik-tengah penghantar 2 menggandengkan seluruh arus I dan bahwa fluks di luar titik-tengah penghantar tidak menggandengkan arus apapun. Dalam kenyataan, dapat dibuktikan bahwa perhitungan yang dibuat dengan asumsi tersebut di atas adalah benar bahkan juga untuk nilai D yang kecil. Induktansi rangkaian yang disebabkan oleh arus pada penghantar 1 diberikan oleh persamaan berikut, dengan jarak D antara penghantar 1 dan 2 menggantikan D2 dan jari-jari r1 penghantar 1 menggantikan D1. Untuk fluks eksternal saja berlaku L1,ext = 2 x 10-7 ln H/m (1.1)

Untuk fluk internal saja L1,int = x 10-7 H/m (1.2)

Induktansi total rangkaian yang disebabkan oleh arus pada penghantar 1 saja adalah L1 = ( + 2 ln ) x 10-7 H/m (1.3)

Rumus induktansi dapat diubah ke dalam bentuk yang lebih singkat dengan menguraikan persamaan dan mengingat kembali bahwa ln e = 1/4 , sehingga L1 = 2 x 10-7 (ln 1/4 + ln ) (1.4)

Dengan menyatukan suku-suku, didapat L1 = 2 x 10-7 ln Jika disubstitusikan r1 untuk r1 -1/4, L1 = 2 x 10-7 ln
H/m (1.6)

(1.5)

Jari-jari r1 adalah jari-jari suatu penghantar fiktif yang diumpamakan tidak mempunyai fluks internal tetapi dengan induktansi yang sama dengan induktansi penghantar sebenarnya dengan jari-jari r1. Kuantitas -1/4 sama dengan 0,7788. Persamaan (1.6) memberikan nilai induktansi yang sama dengan

yang diberikan persamaan (1.3).

bedanya bahwa pada persamaan (1.6) menghilangkan suku yang

menunjukan adanya fluks internal tetapi mengkompensasinya dengan menggunakansuatu jari-jari yang disesuaikan. Kita harus ingat bahwa persamaan (1.3) diturunkan untuk penghantar berpenampang bundar dan bahwa persamaan (1.6) didapatkan dengan hitungan-hitungan secara aljabar dari persamaan (1.3). karena itu, factor perkalian 0,7788 untuk menyesuaikan jari-jari agar fluks internal juga diperhitungkan, hanya berlaku untuk penghantar padat berpenampang bundar. Karena arus pada penghantar 2 mengalir dengan arah yang berlawanan dengan arus pada penghantar 1 (atau berselisih fasa 180o dengannya), fluks gandeng yang dihasilkan oleh arus pada penghantar 2 saja mempunyai arah yang sama melalui rangkaian seperti yang dihasilkan oleh arus pada penghantar 1. Hasil akhir fluks kedua penghantar itu ditentukan oleh jumlah mmf keduanya. Tetapi untuk permeabilitas yang konstan, fluks gandeng (dan demikian pula induktansi) kedua penghantar tersebut yang telah dihitung sendiri-sendiri dapat ditambahkan. Dengan membandingkan dengan persamaan (1.6), induktansi yang disebabkan oleh arus pada penghantar 2 adalah L2 = 2 x 10-7 ln H/m (1.7)

Dan untuk keseluruhan rangkaian, L = L1 + L2 = 4 x 10-7 ln H/m (1.8)

Jika r1 = r2 = r, induktansi keseluruhan menjadi L = 4 x 10-7 ln H/m (1.9)

Persamaan (1.9) adalah induktansi saluran dua kawat yang telah memperhitungkan juga fluks gandeng yang disebabkan oleh arus di kedua penghantar, dimana penghantar yang satu merupakan jalur kembali arus pada penghantar yang lain. Nilai induktansi ini kadang-kadang disebut juga induktansi per loop meter atau per loop mile, untuk membedakannya dari komponen induktansi rangkaian yang disebabkan oleh arus pada satu penghantar saja. Yang disebut terakhir ini, seperti diberikan dalam persamaan (1.6), adalah setengah dari induktansi total suatu saluran berfasa tunggal dan dinamakan induktansi per penghantar. Fluks Gandeng Sbuah Penghantar Dalam Suatu Kelompok Masalah yang lebih umum daripada saluran dua kawat kita dapatkan pada kasus dimana sebuah penghantar berada dalam suatu kelompok penghantar, dimana jumlah arus di seluruh penghantar adalah nol. Kelompok semacam ini diperlihatkan dalam gambar 2 berikut. P

2 1 n

Gambar 2. Penampang kelompok yang terdiri dari n penghantar dengan arus-arus di dalamnya yang berjumlah nol. Titik P terletak jauh dari penghantar-penghantar. Penghantar-penghantar 1, 2, 3, , n dialiri oleh arus-arus phasor I1, I2, I3, , In. jarak penghantarpenghantar ini dari suatu titik P yang jauh dinyatakan sebgai D1P, D2P, D3P, , DnP. sekarang ditentukan 1P1, yaitu fluks gandeng penghantar 1 yang disebabkan oleh I1 yang meliputi fluks gandeng internal tetapi tidak termasuk fluks yang berada di luar titik P. 1P1 = ( + 2I1 ln 1P1 = 2 x 10-7 I1 ln ) 10-7 Wbt/m (1.10) (1.11)

fluks gandeng 1P2 dengan penghantar 1 yang disebkan oleh I2, tetapi tidak termasuk fluks di luar titik P, sama dengan fluks yang dihasilkan oleh I2 di antara titik P dan penghantar 1 (yaitu di dalam jarak-jarak limit D2p dan D12 dari penghantar 2), dank arena itu 1P = 2 x 10-7 I2 ln fluks gandeng 1P (1.12) dengan penghantar 1 yang disebabkan oleh seluruh penghantar dalam

kelompok, tetapi tidak termasuk fluks yang beraada di luar titik P, adalah 1P = 2 x 10-7 (I1 ln + I2 ln + I3 ln + + In ln ) (1.13)

dengan menguraikan suku-suku logaritmik dan mengelompokkanya kembali, 1P = 2 x 10-7 (I1 ln + In ln Dnp) karena jumlah seluruh arus dalam kelompok adalah nol, maka I1 + I2 + I3 + + In = Dan karena itu In = - (I1 + I2 + I3 + + In-1) (1.15) Dengan memasukkan persamaan (1.15) ke dalam suku kedua yang mengandung In dari persamaan (1.14) dan mengelompokkan kembali beberapa suku logaritmik, kita dapatkan + I2 ln + I3 ln + + In ln + I1 ln D1p + I2 ln D2p + I3 ln D3p + (1.14)

1p = 2 x 10-7 (I1 ln + In-1 ln )

+ I2 ln

+ I3 ln

+ + In ln (1.16)

+ I1 ln

+ I2 ln

+ I3 ln

Kemudian dengan memindahkan titk P sampai tak terhingga jauhnya, suku-suku yang berisi logaritma perbandingan jarak dari P menjadi kecil tak terhingga, karena nilai angka-angka perbandingan itu mendekati satu. Dengan demikian diperoleh 1p = 2 x 10-7 (I1 ln + I2 ln + I3 ln + + In ln ) Wbt/m (1.17)

Dengan memindahkan titik P sampai tak terhingga jauhnya kita sudah memasukkan seluruh fluks gandeng penghantar 1 ke dalam perhitungan kita. Karena itu, persamaan (1.17) menyatakan seluruh fluks gandeng penghantar 1 di dalam kelompok pengahantar, asal saja jumlah seluruh arusnya nol. Jika arusnya bolak-balik, arus tersebut harus dinyatakan sebagai arus sesaat untuk mendapatkan fluks gandeng sesaat atau sebagai nilai rms kompleks untuk mendapatkan nilai rms fluks gandeng sebagai suatu bilangan kompleks. Induktansi Saluran Dengan Penghantar Terpadu Penghantar lilitan termasuk ke dalam klasifikasi umum untuk penghantar terpadu (composite), yaitu terbuat dari dua elemen atau serat atau lebih, yang secara elektris terhubung parallel.

b a

c n
Penghantar X

b a

c m
Penghantar Y

Gambar 3. Saluran berfasa tunggal yang terdiri dari dua penghantar terpadu. Gambar tersebut memperlihatkan sebuah saluran berfasa tunggal yang terdiri dari dua penghanta. Untuk memberikan gambaran yang lebih umum, masing-masing penghantar yang merupakan satu sisi dari saluran digambarkan sebagai suatu kumpulan yang sembarang dari penghantar-penghantar yang tak terhingga banyaknya. merata. Satu-satunya pembatasan yang ada hanyalah bahwa serat-serat parallel tersebut berbentuk silinder dan memberikan arus dengan Penghantar X terdiri dari n serat yang identik dan parallel, yang masing-masing mengalirkan arus sebesar I/n. penghantar Y, yang merupakan rangkaian kembali bagi arus pada

penghantar X, terdiri dari m serat yang identik dan parallel, yang masing-masing mengalirkan arus sebesar I/m. jarak antara elemen-elemen akan dinyatakan dengan huruf D dengan subskrip yang sesuai. Dengan menerapkan persamaan pada serat adari penghantar X, a = 2 x 10-7 (I1 ln I3 ln Dari itu a = 2 x 10-7 I ln Wbt/m (1.19) + + In ln + I2 ln ) + I3 ln + + In ln ) - 2 x 10-7 (I1 ln (1.18) + I2 ln +

Dengan membagi persamaan (1.19 ) dengan arus I/n, didapatkan bahwa induktansi serat a adalah La = = 2n x 10-7 I ln H/m (1.20)

Demikian pula, induktansi serat b adalah Lb = = 2n x 10-7 I ln H/m (1.21)

Induktansi rata-rata dari serat-serat penghantar X adalah Lav = (1.22) Penghantar X tersusun dari n serat yang terhubung parallel. Jika semua serat mempunyai induktansi yang sama, induktansi penghantar akan menjadi 1/n kali induktansi satu serat. Semua serat di sini mempunyai induktansi yang berbeda-beda, tetapi induktansi keseluruhannya dalam hubungan parallel adalah 1/n kali induktansi rata-rata. Jadi induktansi penghantar X adalah Lx = (1.23)

Dengan menggantikan umus logaritmik untuk induktansi masing-masing serat pada persamaan ( ) dan menyatukan beberapa suku, diperoleh Lx = 2 x 10-7 x ln H/m (1.24)

Dimana ra, rb, dan rn berturut-turut sudah digantikan dengan Daa, Dbb, dan Dnn, untuk membuat rumusnya terlihat lebih simetris. Unutk setiap serat pada penghantar X, ada m jarak ke serat-serat pada penghantar Y, dan seluruhnya ada n serat pada penghantar X. perkalian m jarak untuk masing-masing n serat

menghasilkan suku mn. Akar pangkat mn dari perkalian mn jarak dinamakan jarak rata-rata geometris antara penghantar X dan penghantar Y.

INDUKTANSI SALURAN KOMPOSIT

b a

c n
Penghantar X

b a

c m
Penghantar Y

Konduktor x tersusun dari n buah konduktor yang identik dan masing-masing membawa arus 1/n satu fasa. Konduktor merupakan saluran yang tersusun dari m buah konduktor yang identik dan masing-masing membawa arus -1/m.

a = 2 10 7

i 1 1 1 1 + ln + ln + ...... + ln ln + n ra' Dab Dac Dan i 1 1 1 1 + ln + ln + ....... + ln ln watt m n Daa' Dab' Dac' Dam

2 10 7

i 1 = 2 10 7 i ln n .m ra '.Dab.Dac......Dan Daa'.Dab'.Dac'....Dam

= 2 10 7 ln
Dengan :

Daa '.Dab'.Dac'....Dam
n

ra '.Dab.Dac....Dan

ra ' = Daa rb' = Dbb


rc' = Dcc

La =

a ( i n)
m n

= 2n 10 7 ln

Daa'.Dab'.Dac'......Dan ra '.Dab.Dac........Dan

Lb = 2n 10 7 ln

m n

Dba '.Dbb'.Dbc"....Dbm Dba..rb'..Dbc......Dbn

Lav = Rata-rata induktansi elemen konduktor x Lav = Lx = La + Lb + Lc + ..... + Ln n Lav La + Lb + Lc + ..... + Ln = n n2


m ( Daa '.Dab'.Dac '...Dam').( Dba '.Dbb'.Dbc '....Dbm ) .( Dna '.Dnb'...Dnm ) 2n 10 7 ln n2 ( Daa'.Dab'.Dac'....Dam').( Dba.rb'.Dbc.....Dbn ) .( Dna.Dnb.Dnc....rn')

Pembilang : Angka dalam akar merupakan perkalian jarak antar konduktor x(n) dengan seluruh elemen konduktor y(m). Jumlah elemen D adalah m x n, sehingga akar pangkat mn. Seluruh pembilang dalam fungsi ln disebut Geometric Mean Distance Dm (GMD).

Penyebut : Angka dalam akar merupakan perkalian jarak antar konduktor x. Jadi jumlah elemen D=n x n, sehingga akar pangkat n 2 . Seluruh penyebut dalam fungsi ln disebut Geometric Mean Radius Dn (GMR).

Jadi,

L x = 2 x10 7 ln = 2 x10 7 ln

Dm Dr GMD GMR

L y ; Dihitung dengan prosedur yang sama. L = Lx + L y


Contoh soal: Saluran transimisi 1fasa terdiri dari tiga kawat solid dengan jari-jari 0,25 cm. Circuit balik terdiri dari dua kawat solid dengan jari-jari 0,5 cm. Hitun konduktansi: a. karena arus masing-masing saluran. b. Semua saluran. a b
6 cm 9 cm 6 cm 6 cm

d e

GMD = 6 Dad Dac Dbd Dbc Dcd D ce Dad = Dbe = 9 cm Dac = Dbd = Dce = 9 2 + 6 2 = 117 cm Dcd = 9 2 + 6 2 = 15 cm

3 6 GMD = 9 2.117 2 .15 = 10,743 m

GMR X = 9 Daa Dab Dac Dba Dbb Dbc Dca Dcb Dcc Daa = Dbb = Dcc = r ' = 0,25 x0,7788 x10 2 Dab = Dba = Dbc = Dca = 6 m GMR X = 0,481 m GMR y = Ddd Dde Dee Ded Dde = Ded = 6 m Ddd = Dee = r ' = 0,25 x 0,7788 x10 2 GMR y = 0,153 m Lx = 2 x10 7 ln L y = 2 x10 7 ln 10,743 = 6,22 x10 7 H m 0,481 10,743 = 8,503 x10 7 H m 0,153 m

L = L x + L y = 14,715 x10 7 H

INDUKTANSI DAN REAKTANSI INDUKTIP DARI RANGKAIAN FASA-TIGA


1. Jarak antara ketiga kawat sama

Analisa rangkaian tiga fasa sama dengan analisa rangkaian fasa tunggal terdiri dari dua kawat parallel. Pandanglah kawat pertama saja dengan arus terhingga. Fluks-lingkup pada kawat 1 karena arus saja dan jalan balik arus terletak di tak , lilitan-weber Bila arus pada kawat 2 = arus pada kawat 2, lilitan-weber , dan , maka fluks-lingkup pada kawat 1 karena

Demikian juga bila hanya ada arus pada kawat 3, , lilitan-weber

Bila arus-arus , , dan

ada bersama-sama maka jumlah fluks-lingkup pada kawat 1 :

atau

..(1) Bila arus-arus fungsi sinus dan simetris sebagaimana umumnya,

maka

Jadi arus total pada jalan balik yang terletak di tak terhingga itu sama dengan nol. Substitusi , dan dalam persamaan (1) diperoleh :

.(2) Dan karena mendekati 1 maka persamaan (2) menjadi:

Dan .(3) 2. Jarak antara ketiga kawat tidak sama Bila jarak-jarak antara kawat-kawat itu tidak sama (tidak simetris) maka fluks-lingkup pada kawat 1 tergantung dari arus-arus Jadi induktansi , dan dan , demikian juga halnya dengan kawat 2 dan 3. , dan tidak sama.

,demikian juga reaktansi

Untuk mengatasi kesulitan ini, kawat-kawat dari rangkaian fasa-tiga sering di-tranposisi pada jarak tertentu, sehingga tiap-tiap fasa menduduki tiap kedudukan kawat untuk dari

panjang kawat. Transposisi menghasilkan induktansi rata-rata yang sama pada masing-masing penghantar untuk seluruh siklus. Keadaan ini membutuhkan paling sedikit dua titik transposisi, sehingga membagi jarak itu dalam tiga daerah, seperti gambar berikut:

Gambar 1. Transposisi saluran transmisi fasa-tiga yang tidak simetris Transposisi ini gunanya untuk mengatasi ketidak-simetrisan yang disebabkan oleh kedudukan kawat yang tidak simetri. Dengan kata lain impedansi per fasa dari rangkaian fasatiga yang tidak simetris menjadi simetris oleh karena transposisi tersebut.

Dalam gambar 1, angka 1, 2 dan 3 menyatakan posisi kawat, dan huruf a, b, dan c menyatakan fasa. Juga kelihatan bahwa tiap fasa menduduki ketiga posisi untuk kawat. Saluran-saluran daya modern biasanya tidak ditransposisikan pada selang jarak yang teratur, meskipun hal ini dapat dilakukan pada stasiun-stasiun penghubung (switching stations) untuk membuat induktansi fasa-fasanya lebih seimbang. Untunglah bahwa ketidaksimetrian antara fasa-fasa suatu saluran yang tidak ditransposisikan adalah kecil saja sehingga dapat diabaikan pada kebanyakan perhitungan induktansi. Dengan diabaikannya ketidaksimetrian tersebut, induktansi saluran yang tidak ditransposisikan menjadi sama dengan nilai rata-rata induktansi reaktif satu fasa dari saluran yang sama tetapi ditransposisikan dengan cara yang benar. Untuk menemukan induktansi rata-rata satu penghantar pada suatu saluran yang ditransposisikan, perlu dicari fluks gandeng suatu penghantar untuk masing-masing posisi yang didudukinya pada siklus tranposisinya, dan kemudian fluks gandeng rata-ratanya dapat ditentukan. panjang

Dengan a pada posisi 2, b pada posisi 3, dan c pada posisi 1,

dan, dengan a pada posisi 3, b pada posisi 1, dan c pada posisi 2,

Nilai rata-rata fluks gandeng a adalah

Dengan pembatasan bahwa Ia = -(Ib+Ic),

Dan induktansi rata-rata per fasa adalah

Di mana

Dan Ds adalah GMR penghantar. Deq, yaitu rata-rata geometri dari ketiga jarak pada saluran tidak simetris, adalah jarak pemisah ekivalen sama sisi. Kita harus perhaitkan juga adanya kemiripan di antara semua persamaan untuk induktansi suatu penghantar. Jika induktansi dinyatakan dalam Henry per meter, faktor 2x10-7 akan selalu muncul di semua persamaan , dan penyebut suku logaritmik selalu merupakan GMR penghantar. Pembilangnya adalah jarak antar kawat suatu saluran dua kawat , GMD bersama antara sisi-sisi suatu saluran fasa tunggal dengan penghantar terpadu, jarak antar penghantar suatu saluran dengan jarak pemisah yang sama, atau jarak pemisah ekivalen sama sisi suatu saluran yang tidak simetris. Misalkanlah ketiga kawat itu terdiri dari bahan yang sama dan mempunyai radius yang sama pula. Jadi Daerah I : , untuk tiap kawat sama.

Maka,

Daerah II :

Maka,

Daerah III :

Maka,

Jumlah fluks lingkup fasa-a untuk seluruh panjang kawat h

Tetapi,

Jadi,

Dan

atau

Di mana :

Dari persamaan diatas didapat

Di mana,

Reaktansi X1,

Dan,

= 0,14467 log GMD Ohm/km

Perhitungan Induktansi Kawat Bundle Susunan bundle

= =

Contoh soal induktansi saluran 3 fase seimbang :

20

20

38

single circuit saluran 3 fase beroperasi pada frekuensi 60 Hz menggunakan kawat ACSR dengan Ds = 0,0373 ft. Hitung induktansi per fase per mile jika susunan saluran fasanya seperti pada gambar di atas, hitung juga reaktansi per milenya.

Jawab : Xa= 0,399 DS = 0,0373 ft Deq = L= XL = Untuk 24,8 kaki Xa= 0,399 Xd = 0,389 XL = 0,399 + 0,389 = 0,788 /mile per fase = 24,8 ft H/m /mile per fase

Contoh soal induktansi saluran 3 fase tidak seimbang : d d d

Saluran transmisi 3 fase dengan susunan diatas dengan kawat ACSR pheasent dengan Ds = 0,0466 ft (1ft = 0,3048). Hitung reaktansi dalam ohm/km dan ohm/mile, hitung pula reaktansi seri saluran sepanjang 160 km. jika dipilih base dengan 100 MVA dan base tegangan 345 KV pada frekuensi 60 Hz.

Jawab: perhitungan induktansi kawat bundle Dsb = Dm = XL = XL2 = Base impedansi = XLseri = = 0.049 per fasa = 0,587 /fase per mile = 10,08 m fase per km = 0,08 m

KAPASITANSI SALURAN TRANSMISI

Kapasitansi suatu saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara penghantar (konduktor); kapasitansi menyebabkan penghantar tersebut bermuatan seperti yang terjadi pada pelat kapasitor bila terjadi beda potensial di antaranya. Kapasitansi antara penghantar adalah muatan per unit beda potensial. Kapasitansi antar penghantar sejajar adalah suatu konstanta yang tergantung pada ukuran dan jarak pemisah antara penghantar. Untuk saluran daya yang panjangnya kurang dari 80 km (50 mil), pengaruh kapasitansinya kecil dan biasanya dapat diabaikan. Untuk saluran-saluran yang lebih panjang dengan tegangan yang lebih tinggi, kapasitansi menjadi bertambah penting. Suatu tegangan bolak-balik yang terpasang pada saluran transmisi akan menyebabkan muatan pada penghantar-penghantarnya di setiap titik bertambah atau berkurang sesuai dengan kenaikan dan penurunan nilai sesaat tegangan antara penghantar pada titik tersebut. Aliran muatan adalah arus, dan arus yang disebabkan oleh pengisian bolak-balik (alternate charging dan discharging) saluran karena tegangan bolak-balik disebut arus pengisian saluran. Arus pengisian mengalir dalam saluran transmisi meskipun saluran itu dalam keadaan terbuka. Hal ini mempengaruhi jatuh tegangan sepanjang saluran, efisiensi dan faktor daya saluran serta kestabilan sistem di mana saluran tersebut merupakan salah satu bagiannya.

MEDAN LISTRIK SUATU PENGHANTAR YANG LURUS DAN PANJANG Jika medan magnet penting dalam pembahasan induktansi, maka untuk mempelajari kapasitansi yang penting adalah medan listrik. Garis fluks listrik berasal dari muatan positif pada saluran satu penghantar dan berakhir pada muatan negatif pada penghantar yang lain. Fluks listrik keseluruhan yang memancar keluar dari suatu penghantar dalam angka yang sama dengan banyaknya coulomb muatan pada penghantar itu. Kerapatan fluks listrik adalah fluks listrik per meter persegi dan diukur dalam coulomb per meter persegi (meter pangkat dua).
Jika suatu penghantar lurus berbentuk silinder berada dalam media yang seragam (uniform) seperti udara, mempunyai muatan seragam di seluruh panjangnya, dan terisolasi dari muatan-muatan lain sehingga muatan itu terbagi secara merata di seluruh permukaannya, maka fluks akan berbentuk radial. Semua titik yang terletak pada jarak yang sama dari penghantar semacam itu adalah titik-titik ekipotensial (equipotential = berpotensial sama) dan mempunyai kerapatan fluks yang sama. Gambar 1 memperlihatkan penghantar terisolasi semacam itu yang membawa muatan yang terbagi secara merata. Kerapatan fluks listrik pada jarak x meter dari penghantar dapat dihitung dengan membayangkan suatu permukaan silinder yang konsenris dengan penghantar dan berjari-jari x meter. Karena semua bagian permukaan itu sama dengan banyaknya fluks yang meninggalkan penghantar per meter panjang dibagi dengan luas permukaan sepanjang sumbu 1 m. Kerapatan fluks listrik adalah

D=

q C/m2 2x

(1)

Di mana q adalah muatan pada penghantar dalam coulomb per meter panjang dan x adalah jarak dalam meter dari penghantar ke titik di mana kerapatan fluks listrik dihitung. Kuat medan listrik, atau negatif dari gradien potensial, sama dengan kerapatan fluks listrik dibagi dengan permitivitas (permitivity) medium. Karena itu, kuat medan listrik adalah

Gambar 1. Garis-garis fluks listrik yang berasal dari muatan-muatan positif yang tersebar merata pada permukaan penghantar silinder yang diisolasi.

Fluks listrik dibagi dengan permitivitas medium. Karena itu, kuat medan listrik adalah

=
Intensitas Medan Listrik E=

q V/m 2xk

(2)

q D V/m atau E = V/m 2x

BEDA POTENSIAL ANTAR DUA TITIK KARENA SUATU MUATAN


Beda potensial antara dua titik dalam volt menurut angkanya sama dengan kerja dalam joule per coulomb yang diperlukan untuk memindahkan satu coulomb muatan antara kedua titik tersebut. Kuat medan listrik adalah suatu ukuran gaya pada suatu muatan yang berada dalam medan. Kuat medan listrik dalam volt per meter sama dengan gaya dalam Newton per coulomb pada satu coulomb muatan di titik yang sedang ditinjau. Integral garis antara dua titik dari gaya dalam newton yang bekerja pada satu coulomb muatan positif adalah kerja yang dilakukan untuk memindahkan muatan dari titik dengan potensial yang lebih rendah ke titik dengan potensial yang lebih tinggi dan dalam angka sama dengan beda potensial antara kedua titik tersebut. Kita tinjau sebuah kawat lurus panjang yang membawa muatan positif q C/m, seperti diperlihatkan dalam gambar 2. Titik-titik P1 dan P2 terletak pada jarak D1 dan D2 meter dari pusat kawat. Muatan positif pada kawat menggunakan suatu gaya tolak pada muatan positif yang diletakkan dalam medan. Untuk alasan ini dan karena dalam hal ini D2 lebih besar dari D1, harus ada kerja yang dilakukan pada suatu muatan positif untuk memindahkannya dari P2 ke P1, dan P1 berada pada potensial yang lebih tinggi dari P2. beda potensial adalah banyaknya kerja yang dilakukan per coulomb muatan yang dipindahkan. Sebaliknya, jika coulomb itu bergerak dari P1 ke P2, muatan itu melepaskan tenaga, dan banyaknya kerja atau tenaga dalam newton-meter adalah jatuh tegangan (voltage drop) dari P1 ke P2. Beda potensial ini tidak tergantung pada jalur yang dilalui. Cara yang paling sederhana untuk menghitung jatuh tegangan antara dua titik adalah dengan menghitung tegangan antara permukaan ekipotensial yang melewati P1 dan P2 dengan mengintegrasikan kuat medannya sepanjang jalur radial antara kedua permukaan ekipotensial itu. Jadi, jatuh tegangan sesaat antar P1 dan P2 adalah

v12 = dx =
D1

D2

D2

D1

D q q dx = ln 2 V 2kx 2k D1

(3)

Di mana q adalah muatan sesaat pada kawat dalam coulomb per meter panjang. Perhatikan bahwa jatuh tegangan antara dua titik, seperti yang diberikan oleh persamaan (3), dapat positif atau negatif tergantung dari apakah muatan yang menimbulkan beda potensial itu positif atau negatif dan apakah jatuh tegangan dihitung dari suatu titik dekat penghantar ke titik yang lebih jauh, atau sebaliknya. Tanda q dapat juga positif atau negatif. Dan suku algoritmik dapat positif atau negatif tergantung apakah D2 lebih besar atau lebih kecil dari D1.

Gambar 2. Jalur integrasi antara dua titik di luar suatu penghantar silinder yang mempunyai muatan positif yang terbagi.

KAPASITANSI SALURAN DUA KAWAT


Kapasitansi antara dua penghantar pada saluran dua kawat didefinisikan sebagai muatan pada penghantar itu per unit beda potensial diantara keduanya. Dalam bentuk persamaan, kapasitansi per saluran panjang saluran adalah C= q F/m v
(4)

Di mana q adalah muatan pada saluran dalam coulomb per meter dan v adalah beda potensial antara kedua penghantar dalam volt. Mulai saat ini, untuk memudahkan, kapasitansi per satuan panjang akan kita sebut saja kapasitansi dan menunjukkan dimensi-dimensi yang benar untuk persamaan yang diturunkan. Kapasitansi antara dua penghantar dapat diperoleh dengan memasukkan dalam persamaan (4) rumus untuk v dengan q sebagai suku-sukunya dari persamaan

(3). Tegangan vab antara kedua penghantar pada saluran dua kawat yang diperlihatkan pada gambar 3 dapat diperoleh dengan menentukan beda potensial antara kedua penghantar saluran itu, pertamatama dengan menghitung jatuh tegangan karena muatan qa pada penghantar a dan kemudian dengan menghitung jatuh tegangan karena muatan qb pada penghantar b. menurut prinsip superposisi jatuh tegangan dari penghantar a ke penghantar b karena muatan-muatan pada kedua penghantar itu adalah jumlah jatuh tegangan karena masing-masing muatan itu sendiri.

Gambar 3. Penampang saluran kawat sejajar.

Kita tinjau muatan qa pada penghantar a, dan misalkan bahwa penghantar b tidak bermuatan dan hanyalah merupakan permukaan ekipotensial pada medan listrik yang ditimbulkan oleh muatan pada a. Permukaan ekipotensial pada penghantar b dan permukaan ekipotensial karena muatan pada a. Cacat (distortion) pada permukaan ekipotensial dekat penghantar b adalah karena sebenarnya penghantar b juga merupakan suatu permukaan ekipotensial. Persamaan (3) diturunkan dengan asumsi bahwa semua permukaan ekipotensial disebabkan oleh muatan yang merata pada penghantar berpenampang bulat adalah berbentuk silinder dan konsentris dengan penghantar. Hal ini memang benar kecuali di daerah dekat penghantar b. Potensial penghantar b adalah potensial permukaan ekipotensial yang memotong b. sehingga dalam menentukan vab dapat ditempuh suatu jalur dari penghantar a melalui bagian permukaan yang ekipotensialnya tidak cacat ke permukaan ekipotensial yang memotong penghantar b. Kemudian dengan bergerak sepanjang permukaan ekipotensial itu ke b tidak terjadi lagi perubahan tegangan. Sudah tentu beda potensial selalu sama tanpa memandang jalur mana pun yang ditempuh untuk mengambil integrasi kuat medan tersebut. Dengan memilih jalur melalui jalur yang tidak cacat, terlihat bahwa jarak yang sesuai dengan D2 dan D1 dari persamaan (3) adalah berturut-turut D dan ra, dalam menentukan vab karena qa. Demikian pula dalam menentukan vab karena qb, jarak-jarak yang sesuai dengan

D2 dan D1 dalam persamaan (3) adalah beturut-turut rb dan D. dengan mengubahnya ke dalam notasi fasor (qa dan qb menjadi bilangan kompleks), kita peroleh

Vab =

qa D q D ln b ln 2k ra 2k rb

q r D q Vab = a ln + b ln b 2k ra 2k D
Dan karena qa = -qb untuk saluran dua kawat,

(5)

Vab =

qa D r ln ln b V 2k ra D

(6)

Atau dengan menggabungkan suku logaritmik,

Vab =

qa D2 ln V 2k ra rb

(7)

Kapasitansi antar penghantar-penghantar adalah

C ab =
Jika ra = rb = r,

qa 2k = F/m Vab ln D 2 ra rb

(8)

C ab =

k F/m ln ( D r )

(9)

Persamaan (9) memberikan kapasitansi antara saluran dua kawat. Kadang-kadang perlu juga diketahui kapasitansi antara salah satu penghantar dan titik netral di antaranya. Misalnya, jika saluran itu dicatu (supplied) oleh suatu transformator yang mempunyai sadapan tengah yang ditanahkan (grounded center tap), beda potensial antara kedua penghantar tersebut dan kapasitansi ke tanah, atau kapasitansi ke netral, adalah muatan pada penghantar per satuan beda potensial antara penghantar itu dengan tanah. Jadi kapasitansi ke netral untuk saluran dan kawat adalah dua kali kapasitansi antar saluran (kapasitansi antara penghantar). Jika kapasitansi antar saluran dianggap terdiri dari dua kapasitansi yang sama dalam hubungan seri, maka tegangan antara saluran terbagi dua sama besar di antar kedua kapasitansi tersebut

dan titik hubung antara keduanya berada pada potensial tanah. Jadi, kapasitansi ke netral adalah satu dari dua kapasitansi seri yang sama itu, atau dua kali kapasitansi antar saluran. Karena itu,

C n = C an = C ab =

2k F/m ke netral ln ( D r )

(10)

Konsep kapasitansi ke netral dilukiskan dalam gambar 4. Persamaan (10) adalah sesuai dengan persamaan untuk induktansi. Ada satu perbedaan antara persamaan-persamaan untuk kapasitansi dan induktansi yang perlu diperhatikan dengan baik. Jari-jari dalam persamaan untuk kapasitansi adalah jari-jari luar yang sebenarnya dari penghantar dan bukannya GMR penghantar, seperti pada rumus induktansi. Persamaan (3), dari mana persamaan-persamaan (5) sampai (10) diturunkan, didasarkan pada asumsi bahwa distribusi muatan di seluruh permukaan penghantar adalah seragam. Jika ada muatanmuatan lain, distribusi muatan pada permukaan penghantar tidak akan seragam dan persamaan-persamaan yang diturunkan dari persamaan (3) tidak sepenuhnya benar. Tetapi ketidakseragaman distribusi muatan dapat sama sekali diabaikan dalam saluran atas-tiang, karena kesalahan dalam persamaan (10) hanya sebesar 0,01 % saja bahkan untuk jarak pemisah yang demikian kecilnya seperti dalam keadaan di mana perbandingan D/r = 50.

Suatu pernyataan akan timbul mengenai nilai yang harus digunakan pada penyebut dalam argumen logaritma dalam persamaan (10) jika penghantarnya berupa kabel lilitan, karena persamaan itu diturunkan untuk penghantar silinder padat. Karena fluks listrik tersebut tegak lurus pada permukaan penghantar sempurna, medan listrik pada permukaan penghantar lilitan tidak akan sama dengan medan pada permukaan penghantar silinder. Karena itu, kapasitansi yang dihitung untuk penghantar lilitan dengan menggantikan jari-jari luar penghantar itu untuk r dalam persamaan (10) akan sedikit mengandung kesalahan karena beda antara medan di sekitar penghantar semacam itu dengan medan dekat penghantar padat yang padanya telah diturunkan persamaan (10). Tetapi, kesalahan tersebut adalah sangat kecil karena hanya medan yang sangat dekat letaknya dengan permukaan penghantar saja yang terpengaruh. Jari-jari luar penghantar lilitan tetap digunakan untuk menghitung kapasitansinya.

(a) Representasi kapasitansi antar saluran

(b) Representasi kapasitansi saluran ke netral Gambar 4. Hubungan antara konsep kapasitansi antar saluran dan kapasitansi saluran ke netral

Sesudah kapasitansi ke netral didapatkan, reaktansi kapasitif yang ada di antara salah satu penghantar dan netral untuk permitivitas relatif kr = 1 dihitung dengan menggunakan rumusan untuk C yang diberikan dalam persamaan (10) untuk menghasilkan

Xc =

1 2.862 D = 10 9 ln .m ke netral 2fC f r

(11)

Karena C pada persamaan (11) adalah dalam farad per meter, satuan yang sesuai untuk Xc haruslah ohm-meter. Kita juga harus perhatikan bahwa persamaan (11) menyatakan reaktansi dari asluran ke netral untuk 1 m saluran. Karena reaktansi kapasitif terhubung paralel di sepanjang saluran, Xc dalam ohm-meter harus dibagi dengan panjang saluran dalam meter untuk mendapatkan reaktansi kapasitif dalam ohm terhadap netral untuk seluruh panjang saluran. Jika persamaan (11) dibagi dengan 1609 untuk mengubahnya ke dalam ohm-mil, kita dapatkan

Xc =

1.779 D 10 6 ln .mi ke netral f r

(12)

Tabel A.1 memberikan diameter-diameter luar dari penghantar ACSR dengan ukuran yang paling banyak digunakan. Jika D dan r pada persamaan (12) diberikan dalam feet, reaktansi kapasitif dengan jarak pemisah 1-kaki Xa adalah suku pertama dan faktor pemisah reaktansi kapasitif Xd adalah suku kedua jika persamaan itu diuraikan sebagai berikut :

Xc =

1.779 1 1.779 10 6 ln + 10 6 ln D.mi ke netral f r f

(13)

Dalam Tabel A.1 termasuk nilai-nilai Xa untuk ukuran-ukuran ACSR yang umum, dan tabeltabel yang serupa tersedia juga untuk jenis dan ukuran penghantar yang lain. Tabel A.3 memberikan nilainilai Xd.

Contoh 1
Carilah suseptansi kapasitif (capasitive susceptance) per mil saluran fase tunggal yang bekerja pada 60 Hz. Penghantarnya adalah Partridge, dan jarak pemisahnya adalah 20 kaki antara pusatnya. Jawaban : Untuk penghantar ini Tabel A.1 memberikan suatu diameter luar sebesar 0,642 in, sehingga

r=

0.642 = 0.0268 kaki 2 12

Dan dari persamaan (12)

Xc =

1.779 20 10 6 ln = 0.1961 10 6 m ke netral 60 0.0268 1 = 5.10 10 6 / mi ke netral Xc

Bc =

Atau dengan reaktansi kapasitif pada jarak pemisah 1-kaki dan faktor pemisah reaktansi kapasitif dari Tabel A.1 dan A.3 sebagai suku-sukunya Xa = 0,1074 M mi

Xd = 0,0889 M mi Xc = 0,1074 + 0.0889 = 0.1963 M mi per penghantar Reaktansi kapasitif antar saluran dan suseptansi kapasitif antar saluran adalah Xc = 2 x 0.1963 x 106 = 0,3926 x 106 mi

Bc =

1 = 2.55 10 6 mi ke netral Xc

Contoh 2 Saluran transmisi satu fase beroperasi pada frekuensi 60 Hz menggunakan konduktor ACSR Partridge berjari-jari 8,17 x 10-3 m dengan jarak antar kawat 20 ft. jika saluran pada free-space dengan = 8,85 x 10-12 F/m. Hitung Xcab per km dan Xcan per km jika trafo ditanahkan! Jawab : r = 8,17.10 3 m 1 =26,8.10-3 ft 0.3048 ft

Cab =

q a 8.85 10 12 27.789 10 12 = = F / m = 4.2 10 9 20 Vab 6.61 ln 26.8 10 3

Cab untuk 1Km adalah 4.2x10-9 F/Km

X cab = C an

1 1 1 = = = 6.32 10 5 C ab 2fC ab 2 60 4.2 10 9 qa 2 = = = 2C ab = 2 4.2 10 12 F / m = 8.4 10 12 F / m (Vab 2) ln D r

Can untuk 1 Km adalah 8.4x10-9 F/Km

X can =

1 1 1 = = = 3.16 10 5 C an 2fC an 2 60 8.4 10 9

Anda mungkin juga menyukai