Anda di halaman 1dari 18

Senin, 30 Mei 2011

KASUS PELANGGARAN ETIKA DALAM PEMBANGUNAN KEMBALI KAWASAN KOTA Teori Tindakan Berdasar Moral (Deontology Theory)
Teori Deontologi sebenarnya sudah ada sejak priode filsafat Yunani Kuno, tetapi baru diberi perhatian setelah penjelasan dan pendasaran logis oleh filsuf Jerman yaitu Immanuel Kant. Kata deon berdasar dari Yunani yang artinya kewajiban. Sudah jelas keliahatan bahwa teori deontologi menekankan pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban berarti sudah melakukan kebaikan. Deontologi tidak terpasak pada konsekuensi perbuatan, dengan kata lain deontologi melaksanakan terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. Berbeda dengan utilitarisme yang mempertimbangkan hasilnya lalu dilakukan perbuatannya. Contoh kewajiban menurut deontonologi misalnya, tidak boleh menghina, membantu orang tua, membayar hutang, dan tidak berbohong adalah perbuatan yang bisa diterima secara universal. Jika ditanya secara langsung apakah boleh menghina orang? Tidak boleh, apakah boleh membantu membantu orang tua? Tentu itu harus. Semua orang bisa terima bahwa berbohong adalah buruk dan membantu orang tua adalah baik. Nah kira-kira seperti itulah kewajiban yang di maksud. Jika dibandingkan dengan utilitarisme coba perhatikan lagi contoh anjing yang akan dieksekusi karena voting terbanyak mengatakan demikian. Dalam deontologi tidak demikian, jumlah terbanyak bukanlah ukuran yang menentukan kebaikan tetapi prinsiplah yang menentukan yaitu prinsip bahwa pembunuhan adalah perbuatan buruk dan bagaimana pun juga anjing itu tidak boleh di bunuh. Teori Moral adalah teori yang berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar timbul lah kejahatan, yaitu [MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL Page 1

Senin, 30 Mei 2011

perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral. Contoh Etika Moral: - berkata dan berbuat jujur - menghargai hak orang lain - menghormati orang tua dan guru - membela kebenaran dan keadilan - menyantuni anak yatim/piatu. Etika moral ini terwujud dalam bentuk kehendak manusia berdasarkan kesadaran, dan kesadaran adalah suara hati nurani. Dalam kehidupan, manusia selalu dikehendaki dengan baik dan tidak baik, antara benar dan tidak benar. Dengan demikian ia mempertanggung jawabkan pilihan yang telah dipilihnya itu. Kebebasan kehendak mengarahkan manusia untuk berbuat baik dan benar. Apabila manusia melakukan pelanggaran etika moral, berarti dia berkehendak melakukan kejahatan, dengan sendirinya berkehandak untuk di hukum. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, nilai moral dijadikan dasar hukum positif yang dibuat oleh penguasa Teori Tindakan berdasar Moral menyangkut tindakan berdasar kaidah-kaidah moral atau prinsip-prinsip kewajiban yang harus dipenuhi. Kalau pertanyaan-pertanyaan di atas diajukan kepada Kant, dengan tegas ia akan menjawab: belum tentu! Immanuel Kant adalah salah satu filsuf besar yang dilahirkan sejarah. Pemikiran filsuf Jerman kelahiran 22 April 1724 ini masih terus dikaji dan diminati sampai saat ini. Filsuf yang membujang sampai akhir hayatnya di usia 80 tahun ini banyak memberikan pengaruh tidak hanya kepada orang-orang yang seagama dengannya, yakni Protestan, tetapi juga para pemikir dari bermacam dan beragam agama dan kepercayaan serta yang tidak beragama sekalipun. [MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL Page 2

Senin, 30 Mei 2011

Menurut Kant, ada tiga patokan untuk menentukan apakah perbuatan seseorang dikategorikan sebagai tindakan bermoral atau tidak. Tiga hal ini dalam pemikiran etika Kant masuk dalam syarat-syarat imperatif kategoris, yaitu perintah mutlak yang wajib kita patuhi. Ketiga patokan tersebut adalah prinsip hukum umum, prinsip hormat terhadap person, dan prinsip otonomi. 1. Prinsip Hukum Umum Sebuah tindakan dapat disebut sebagai tindakan yang bermoral apabila tindakan tersebut berdasarkan pada prinsip hukum umum. Prinsip hukum umum itu berbunyi sebagai berikut: Bertindaklah selalu berdasarkan maksim yang bisa sekaligus kamu kehendaki sebagai hukum umum. Yang dimaksud dengan maksim adalah prinsip yang berlaku secara subjektif, yang merupakan patokan individu dan personal. Maksim dibedakan dari hukum, yang adalah prinsip objektif yang berlaku bagi semua orang tanpa kecuali. Maksud Kant dengan prinsip hukum umum tersebut sebenarnya begini: untuk mengetahui apakah tindakanku itu wajib aku lakukan atau tidak, maka aku harus bertanya apakah maksimku dapat diuniversalisasikan atau tidak. Jika prinsip atau maksimku itu dapat diuniversalisasikan alias dapat diterapkan untuk semua orang, maka tindakanku itu wajib aku lakukan. Tapi jika tidak dapat diuniversalisasikan, maka aku tidak wajib melakukan tindakan tersebut. Sebagai contoh adalah sebuah kasus di awal tulisan ini, yaitu seorang anggota dewan yang menonton video porno di waktu sidang paripurna DPR karena merasa tidak ada yang memperhatikannya. Bagi anggota dewan ini, maksim/prinsip yang ia pakai adalah sbb: Jika saya sedang mengikuti sidang paripurna, dimana masing-masing anggota dewan sibuk dengan perhatiannya masing-masing, maka saya akan menggunakannya untuk menonton video porno. Nah untuk mengetahui apakah tindakannya ini wajib

[MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL

Page 3

Senin, 30 Mei 2011

dilakukan atau tidak, maka ia harus bertanya apakah prinsip/maksim yang ia gunakan itu dapat diterapkan secara universal kepada semua orang atau tidak. Untuk contoh kasus di atas, tentu saja jawabannya tidak bisa. Sebab andai saja maksim yang ia pakai tersebut digunakan oleh semua anggota dewan, maka tujuan sidang tidak akan tercapai. Hal ini karena setiap anggota dewan, lantaran merasa tidak ada yang memperhatikannya, akan menonton video porno di setiap sidang paripurna. Dan kalau ini yang terjadi, tentu sidang paripurna DPR tidak akan terlaksana dan justru kekacauan yang muncul. Karena maksim tersebut tidak dapat diuniversalisasikan, maka tindakan tersebut tidak boleh dilakukan. 2. Prinsip Hormat Terhadap person Syarat kedua agar tindakan kita bisa dikategorikan sebagai tindakan bermoral adalah penghormatan terhadap person. Prinsip ini berbunyi: Bertindaklah sedemikian rupa sehingga engkau selalu memperlakukan umat manusia, entah itu di dalam personmu atau di dalam person orang lain, sebagai tujuan pada dirinya sendiri, bukan sebagai sarana. Prinsip ini mau mengatakan dua hal. Pertama, aku tidak boleh menjadikan diriku sendiri ataupun diri sesamaku sebagai sarana belaka. Kedua, dalam mengambil pertimbangan-pertimbangan moral, kita wajib memperhatikan pihak lain. Contoh dari prinsip kedua ini adalah tindakan orang yang akan bunuh diri karena beratnya beban yang ia tanggung. Menurut Kant, sebelum orang tersebut melakukan bunuh diri, ia harus bertanya dulu: apakah tindakan bunuh diri ini sesuai dengan prinsip hormat kepada manusia atau tidak

Apabila ia bunuh diri untuk lepas dari penderitaan, maka mungkin saja ia tidak merugikan orang lain. Tetapi tidak dengan dirinya sendiri. Sebab melakukan bunuh diri berarti ia tidak menghormati personnya sendiri, dan hanya memperlakukannya sebagai

[MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL

Page 4

Senin, 30 Mei 2011

sarana untuk melepaskan penderitaan. Karenanya jelas tindakan ini tidak boleh dilakukan. 3. Prinsip otonomi Prinsip ketiga yang membuat sebuah tindakan disebut sebagai tindakan bermoral adalah prinsip otonomi. Prinsip ini mengatakan: Bertindaklah sedemikian rupa dimana kehendak dari dirimu sendirilah yang menentukan tindakan tersebut. Maksud dari prinsip ini adalah semua tindakan yang kita lakukan harus murni karena kehendak dan keinginan kita sendiri, bukan karena pengaruh apalagi paksaan dari orang lain. Kant menyebut prinsip ini dengan kehendak otonom, yaitu kehendak yang mau melakukan sesuatu berdasarkan hukum yang ditentukannya sendiri. Lawan dari kehendak otonom adalah kehendak heteronom, yaitu melakukan sesuatu bukan karena kehendak kita sendiri, tetapi demi hukum di luar hukum orang tersebut, seperti karena ikut-ikutan orang lain. Seurut dengan prinsip ketiga ini, Kant membedakan antara legalitas dan moralitas. Legalitas adalah tindakan yang sesuai dengan kewajiban/hukum. Legalitas merupakan tindakan yang dilakukan bukan karena kecenderungan langsung, melainkan demi kepentingan tertentu yang terpuji atau menguntungkan. Misalkan saja ada seorang penjual yang tidak mau menipu pembelinya. Menurut Kant, tindakan penjual tersebut belum tentu bermoral. Karena bisa jadi ia melakukan itu bukan karena tindakan itu baik, tetapi agar pembelinya terus menjadi pelanggannya. Kalau demikian adanya, maka tindakan penjual tersebut tidak masuk kategori bermoral, tetapi hanya legal saja. Sedangkan moralitas adalah tindakan yang dilakukan demi untuk kewajiban. Tindakan ini mengesampingkan unsur-unsur subjektif seperti kepentingan sendiri, melainkan berpedoman pada kaidah objektif yang menuntut ketaatan kita begitu saja, yaitu hukum yang diberikan oleh rasio dalam batin kita. [MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL Page 5

Senin, 30 Mei 2011

Korelasi
Itulah tiga syarat imperatif kategori yang dijadikan sebagai patokan moral. Jika sebuah tindakan tidak memenuhi satu dari ketiga prinsip tersebut, maka otomatis tindakan tersebut tidak bisa dikatakan sebagai tindakan yang bermoral. Tindakan yang tidak bermoral berarti tindakan yang tidak memiliki nilai moral di dalamnya, yang dalam bahasa agama berarti tindakan yang tidak berpahala. Umat Kristiani sangat berhutang besar kepada Emmanuel Kant dalam merumuskan etika. Karena dari prinsip ketiga, yaitu prinsip otonomi, berkembanglah apa yang disebut dengan suara hati, yaitu kesadaran moral dalam situasi konkret. Konsep suara hati ini memiliki posisi penting dalam etika Kristiani. Suara hati adalah kesadaran dalam batin saya bahwa saya berkewajiban mutlak untuk selalu menghendaki apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab saya. Dan dari kehendak itulah tergantung kebaikan saya sebagai manusia. Dan hanya saya sendirilah yang dapat dan berhak untuk mengetahui apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab saya. Suara hati menegaskan bahwa hanya saya, bukan orang lain, yang memutuskan tindakan saya, meskipun dipengaruhi oleh banyak pertimbangan luar. Saya lah penentu dan penanggungjawabnya. Meski demikian, suara hati juga dapat ditemukan dalam kazanah keilmuan Islam, yang lazim kita sebut dengan hati nurani [nur aini], kendati belum dikembangkan secara maksimal oleh para sarjana Muslim. Sabda Nabi, Istafti nafsaka, mintalah nasehat pada hati nuranimu. Di sini Nabi menegaskan, dalam menentukan sebuah tindakan, kita diperintah agar bertanya pada hati nurani kita yang terdalam, apakah tindakan tersebut baik atau tidak. Dalam bahasa agama, konsep moralitas dan legalitas dari Emmanual Kant dapat kita sebut sebagai ikhlas dan tidak ikhlas. Moralitas yang berarti melakukan sebuah tindakan [MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL Page 6

Senin, 30 Mei 2011

murni demi sebuah kewajiban dan nilai kebaikan dari tindakan itu, tidak jauh berbeda dengan konsep ikhlas. Sedangkan lawannya, legalitas, berarti tidak ikhlas yang bisa jadi riya/pamer atau lainnya. Dan dari konsep moralitas dan legalitas ini pula menjadi jelas bahwa yang menentukan suatu tindakan menjadi bermoral atau tidak adalah maksud/niat pelakunya. Sebuah tindakan bisa kelihatan baik, tetapi sebenarnya tidak memiliki bobot moral karena pelakunya memiliki niat yang lain. Konsekuensi dari ajaran etika Kant ini adalah kita tidak bisa menilai sebuah tindakan yang dilakukan oleh orang lain. Kita tidak akan bisa mengetahui apa maksud dan niat seseorang melakukan sebuah tindakan tertentu. Karena itu, setiap penilaian bahwa orang lain adalah seorang pendosa, terkutuk, pantas masuk neraka, dsb, adalah sebuah kemunafikan yang justru menunjukkan sifat-sifat tersebut kembali kepada pengucapnya. Hanya pelakunya sendiri dan Tuhan saja yang tahu apa motif dan tujuan dari sebuah tindakan. Karenanya, memberikan penilaianpenilaian tersebut kepada sesama manusia sama saja artinya dengan merebut hak preogratif Tuhan. Sebuah tindakan yang dalam Islam disebut dengan syiri. DESKRIPSI PERMASALAHAN PELANGGARAN ETIKA DALAM PEMBANGUNAN KEMBALI KAWASAN KOTA Pembangunan kembali salah satu kawasan kota berlokasi di daerah pusat kota lama bersejarah yang akan merusak cagar budaya. Tidak melakukan Public Hearing kepada masyarakat secara luas tentang rencana proyek pembangunan kembali kawasan tersebut, baik melalui media tulis maupun elektronik. Terlebih lagi dihadapan masyarakat yang dapat dipandang mewakili mereka (tokoh-tokoh masyarakat, perguruan tingggi, dan lain-lain).

[MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL

Page 7

Senin, 30 Mei 2011

Melakukan sayembara secara tertutup sehingga masyarakat tidak mengetahui adanya sayembara tersebut.

Proses penilaian/penjurian juga hanya melibatkan orang-orang tertentu sehingga pemenangnyapun tidak di publikasikan ke masyarakat, jadi masyarakat tidak bisa mengikuti sayembara dan menyalurkan aspirasi kembali kawasan tersebut. dalam proses pembangunan

Para arsitek profesional sebagai peserta tidak pernah atau sama sekali tidak melibatkan masyarakat atau warga.

Ketidak terlibatan masyarakat pada proses penyusunan rancangan berdampak adanya protes, saling menuntut dan bahkan sering disertai konflik kekerasan antar pihak-pihak yang bertikai, akibatnya situasi kawasan tidak kondusif. Masyarakat rukun menjadi saling bermusuhan, kehidupan kawasan menjadi tidak aman dan mencekam.

BAGIAN III ANALISIS PERMASALAHAN 1. Pembangunan kembali salah satu kawasan kota berlokasi di daerah pusat kota lama bersejarah yang akan merusak cagar budaya. Pemerintah kota suatu kota besar di bagian Selatan pulau Jawa berencana membangun kembali salah satu kawasan bagian kota. Kawasan tersebut berlokasi di daerah pusat kota lama bersejarah dan sebagian besar masyarakat warga kawasan telah bertahun-tahun tinggal secara turun temurun, tetapi terkesan kondisinya terbengkalai, tidak terurus dan kumuh. Demikian sepenggal alinea yang dapat menjelasakan bahwa kawasan yang akan dibangun kembali memiliki nilai historis.

[MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL

Page 8

Senin, 30 Mei 2011

Berdasarkan salah satu isi diktum pertimbangan UU No 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. : "Benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jatidiri bangsa dan kepentingan nasional". Pentingnya perlindungan dan pelestarian warisan budaya dan sejarah ini juga menjadi kebutuhan dan tuntutan masyarakat internasional. Hal ini dapat dilihat dalam Laporan Kongres PBB ke-VII tentang Pencegahan Kejahatan dan Pembinaan Narapidana di Navana, Cuba, tanggal 27 Agustus s/d 7 September 1990, yang antara lain menyangkut :

1. Pencurian/penyelundupan barang-barang kebudayaan berharga; 2. Kelengkapan peraturan perundang-undangan dalam rangka memberikan perlindungan dengan barang-barang peninggalan budaya; dan 3. Perlawanan terhadap lalu lintas internasional atas barang-barang.

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan budaya. Menurut Arsin Nalam, tujuan pelestarian benda-benda kuno adalah agar masyarakat dapat memahami sejarah, sekaligus juga menghargai karya cipta yang melekat pada benda kuno, sedangkan kecintaan nasional terhadap benda-benda kuno akan menumbuhkan harga diri bangsa. Pemahaman sejarah tanpa bentuk nyata akan sulit menumbuhkan kebanggaan nasional.

Berdasarkan fakta yang ada maka akan timbul beberapa kata kunci yang dapat kita jadikan patokan, yaitu : Kota lama bersejarah, warga tinggal secara turun temurun, terbengkalai, tidak terurus, dan kumuh. [MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL Page 9

Senin, 30 Mei 2011

Melalui kata kunci itulah kita mengetahui bahwa kota ini memiliki unsur historis yang dalam, akan tetapi hal tersebut tidak menjadikan kawasan lebih baik melainkan terbengkalai, tidak terurus, kumuh, yang menjadi point minus bagi sebuah kota yang memiliki unsur historis. Diperlukan pelestarian dengan paham konservasi bangunan untuk menjaga nilai historis yang ada. Apa dasar dari pembangunan kembali kawasan yang dilakukan pemerintah? Sebuah kawasan baru? Konservasi kawasan? Tujuan dasar pembangunan kembali? ANALISA PERMASALAHAN BERDASAR TEORI ETIKA Prinsip hukum umum Peninggalan sejarah harus dijaga, demikanlah aturan umum yang perlu kita pahami. Akan tetapi dengan tidak terawatnya kawasan historis ini sudah menyalahi prinsip hukum umum untuk menjaga artefak. Dalam hal ini masyarakat salah dan tujuan dari pembangunan kembali masih belum jelas sehingga tidak dapat dijadikan acuan. Prinsip hormat terhadap person seperti permasalahan di atas, yang menjadi dasar pembangunan kembali masih belum jelas sehingga kita tidak dapat mengetahui apakah hal ini menyalahi aturan moral. Prinsip otonomi dalam permasalahan ini kita belum bisa menyimpulkan apakah opsi pembangunan kembali kawasan kota lama ini merupakan kebijakan otonom ataukah terdapat interfensi dari pihak tertentu.

[MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL

Page 10

Senin, 30 Mei 2011

2. Tidak melakukan Public Hearing kepada masyarakat secara luas tentang rencana
proyek pembangunan kembali kawasan tersebut, baik melalui media tulis maupun elektronik. Terlebih lagi dihadapan masyarakat yang dapat dipandang mewakili mereka (tokoh-tokoh masyarakat, perguruan tingggi, dan lain-lain). o Setiap individu memiliki hak-hak kewajiban sepadan pada keseluruhan komunitas dan sebaliknya o Keseimbangan kepentingan sosial ekonomi, artinya prioritas pada benefitnya baru profitnya. o Kesepakatan yang setara dan fair.

Analisa Permasalahan Berdasarkan Teori Etika prinsip hukum umum secara hukum seharusnya public hearing perlu dilaksanakan. Sehingga dengan tidak melakukannya sudah merupakan pelanggaran etika. prinsip hormat terhadap person dengan tidak adanya public hearing maka prinsip ini sudah dilanggar. prinsip otonomi masih belum ada kejelasan apakah pilihan untuk tidak mengadakan public hearing ini adalah pilihan secara otonom atau terdapat interfrensi pihak lain. 3. Melakukan sayembara secara tertutup sehingga masyarakat tidak mengetahui adanya sayembara tersebut.

[MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL

Page 11

Senin, 30 Mei 2011

Pada dasarnya hubungan antar keahlian professional dan dengan kesanggupan untuk melayani orang lain (klien) meletakkan pada asas kepercayaan sebagai isu sentralnya. Hubungan antara klien dan kaum profesional pada dasarnya dibangun atas harapan untuk saling membantu dan mempercayai, masing-masing mempunyai peran sendirisendiri dan atas dasar kepercayaan. Dengan kasus di atas masyarakat tidak mengetahui tentang adanya sayembara tersebut, maka antara professional dan klien tidak terjadi hubungan kesepakatan dalam proses perancangan dan pembangunan. Jadi masyarakat tidak mempunyai kepercayaan kepada pihak professional tersebut. Analisa Permasalahan Berdasarkan Teori Etika Prinsip Hukum Umum sayembara dapat dilakukan secara terbuka maupun tertutup, namun pada kasus kali ini sudah sepatutnya dilakukan secara terbuka sebab hal ini menyangkut orang banyak. Prinsip Hormat Terhadap Person dengan tidak dilakukannya sayembara terbuka maka hal tersebut sudah menyalahi prinsip ini. Prinsip Otonomi Sama seperti permasalahan-permasalahan sebelumnya, tidak jelas apakah ini kebijakan otonom atau ada interfrensi.

[MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL

Page 12

Senin, 30 Mei 2011

4. Proses penilaian/penjurian juga hanya melibatkan orang-orang tertentu sehingga pemenangnyapun tidak di publikasikan ke masyarakat, jadi masyarakat tidak bisa mengikuti sayembara dan menyalurkan aspirasi kembali kawasan tersebut. Juri adalah sebuah dewan untuk menilai atau menghakimi sesuatu atau seseorang. Sebuah dewan juri seringkali disusun dalam sebuah pengadilan di dalam proses pembangunan

beberapa negara tertentu. Dalam sebuah pertandingan sebuah tim juri juga bisa disusun untuk menilai prestasi para peserta.Dalam kasus ini melibatkan masyarakat dalam pembangunan kawasan, sehingga penjurian sayembara ini harus transparant atau melibatkan masyarakat juga, agar fair dan saling percaya. Prinsip hukum umum Penjurian yang benar adalah penjuraian yang dapat diterima oleh semua pihak, karena penjurian ini tertutup maka para peserta dan masyarakat tidak dapat mengetahui siapa jurinya, bagaimana penjurian itu berjalan, tolok ukur apa yang dipakai, dan mengapa orang tersebut dapat menang. Prinsip hormat terhadap person Dalam mengambil pertimbangan-pertimbangan moral, kita wajib memperhatikan pihak lain. Penjurian harus memerhatikan pihak lain dalam hal ini masyarakat, apakah hasil penjurian itu dapat diterima oleh masyarakat atau tidak, karena mayarakat tidak dilibatkan dan tidak tau menahu tentang adanya proyek ini maka, dikhawatirkan hasil dari penjurian akan tidak diterima oleh masyarakat dan akan jadi masalah dikemudian hari. Prinsip otonomi

[MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL

Page 13

Senin, 30 Mei 2011

Penjurian tertutup yang jurinya ditunjuk oleh pihak pemerintah dan tidak diketahui oleh masyarakat, dikhawatirkan masyarakat tidak tahu apakah juri tersebut dikendalikan oleh pihak pemerintah yang ingin membangun kawasan tersebut demi hukum di luar hukum orang tersebut, seperti karena ingin menguntungkan pihak pemerintah. 5. Para arsitek profesional sebagai peserta tidak pernah atau sama sekali tidak melibatkan masyarakat atau warga. Seorang Professional juga bertanggungjawab atas dampak profesinya tersebut terhadap kehidupan dan kepentingan orang lain, terutama kepentingan orang-orang yang dilayaninya. Dalam hal ini sayembara harus terbuka dan diketahui masyarakat luas sehingga tidak terjadi konflik yang tidak diinginkan. Prinsip Hukum Umum Arsitek yang baik adalah arsitek yang melibatkan pihak masyarakat, hal ini dinamakan participatory of architecture. Karena bila melibatkan masyarakat, Arsitek bisa tahu kebiasaan atau desain apa yang cocok bagi masyarakat tersebut, dan dapat menampung aspirasi masyarakat apa yang mungkin diperlukan. Sehingga desain yang dihasilkan tidak merugikan masyarakat tetapi malah menguntungkan masyarakat luas. Prinsip Hormat Terhadap Person Dalam mengambil pertimbangan-pertimbangan moral, kita wajib memperhatikan pihak lain. pihak arsitek profesional sebagai peserta tidak pernah atau sama sekali melibatkan masyarakat atau warga, hal ini dinamakan arogancy of architecture. Karena tidak melibatkan pihak masyarakat yang disini dinamakan stake holder dikhawatirkan desain yang dihasilkan tidak menguntungkan bagi [MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL Page 14

Senin, 30 Mei 2011

masyarakat tetapi malah merugikan pihak luas, dan akan menjadi masalah di kemudian hari. Prinsip Otonom

6. Ketidak terlibatan masyarakat pada proses penyusunan rancangan berdampak

adanya protes, saling menuntut dan bahkan sering disertai konflik kekerasan antar pihak-pihak yang bertikai, akibatnya situasi kawasan tidak kondusif. Masyarakat rukun menjadi saling bermusuhan, kehidupan kawasan menjadi tidak aman dan mencekam.
Akibat pelanggaran-pelanggaran dari proses proyek pembangunan kawasan yang telah ditinggali oleh masyarakat bertahun-tahun secara turun-temurun dan juga lokasi pusat kota lama yang bersejarah. Yang pembangunan hanya mementingkan pihak tertentu karena letaknya yang strategis. Dan sering kali menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan Prinsip Hukum Umum Masyarakat yang dari awal tidak dilibatkan oleh pihak pememerintah pasti merasa bingung dan dibohongi. Masyarakat merasa hak miliknya telah diambil secara paksa tanpa pemberitahuan oleh pemerintah. Tidak salah bila masyarakat menuntut dan berakhir pada konflik kekerasan. Prinsip Hormat Terhadap Person

[MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL

Page 15

Senin, 30 Mei 2011

Dalam memulai proyek pemerintah dari awal seharusnya melibatkan masyarakat. Apalagi pembangunan tersebut melibatkan kawasan dan masyarakt luas. Pemerintah dari awal tidak memedulikan masyarakat dan mengesampingkan kepentingan masyarakat, padahal pemerintah dibuat untuk memerhatikan dan mementingakan kepentingan masyarakat. Prinsip Otonom Pemerintah melakukan tindakan berdasarkan kehendaknya sendiri tanpa

mementingkan kepentingan masyarakat. Pemerintah telah menyalahgunakan prinsip otonom dengan melakukan tindakan berdasar hukumnya sendiri, sehingga masyarakat dirugikan dan terjadi konflik kekerasan antar pihak-pihak yang bertikai, akibatnya situasi kawasan tidak kondusif. Masyarakat rukun

menjadi saling bermusuhan, kehidupan kawasan menjadi tidak aman dan mencekam.

BAGIAN IV DESKRIPSI PERMASALAHAN PELANGGARAN ETIKA KESIMPULAN Dengan menggunakan Deontology Theory dari Immanuel Kant maka pada kasus ini terdapat berbagai pelanggaran etika, meskipun masih ada beberapa hal yang belum memiliki kejelasan. Pelanggaran yang ditemukan dengan teori ini antara lain : Pembangunan kembali salah satu kawasan kota berlokasi di daerah pusat kota lama bersejarah yang akan merusak cagar budaya.

Tidak melakukan Public Hearing kepada masyarakat secara luas tentang rencana proyek pembangunan kembali kawasan tersebut, baik melalui media tulis maupun

[MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL

Page 16

Senin, 30 Mei 2011

elektronik. Terlebih lagi dihadapan masyarakat yang dapat dipandang mewakili mereka (tokoh-tokoh masyarakat, perguruan tingggi, dan lain-lain). Melakukan sayembara secara tertutup sehingga masyarakat tidak mengetahui adanya sayembara tersebut. Proses penilaian/penjurian juga hanya melibatkan orang-orang tertentu sehingga pemenangnyapun tidak di publikasikan ke masyarakat, jadi masyarakat tidak bisa mengikuti sayembara dan menyalurkan aspirasi kembali kawasan tersebut. Para arsitek profesional sebagai peserta tidak pernah atau sama sekali tidak melibatkan masyarakat atau warga. Ketidak terlibatan masyarakat pada proses penyusunan rancangan berdampak dalam proses pembangunan

adanya protes, saling menuntut dan bahkan sering disertai konflik kekerasan antar pihak-pihak yang bertikai, akibatnya situasi kawasan tidak kondusif. Masyarakat rukun menjadi saling bermusuhan, kehidupan kawasan menjadi tidak aman dan mencekam.
Dari permasalahan-permasalahan yang ada tersebut hampir sebagian besar merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh pihak Pemda dkk., namun bukan berarti masyarakat tidak melanggar etika yang ada. pelanggaran yang dilakukan masyarakat adalah membiarkan kawasan terlihat kumuh dan tak terurus. Hal yang masih belum terdapat kejelasan adalah alasan dibalik pembangunan kembali kawasan kota lama yang memiliki nilai historis ini, apakah untuk masyarakat ataukah demi kepentingan pihak tertentu.

[MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL

Page 17

Senin, 30 Mei 2011

REKOMENDASI Terdapat beberapa kata kunci yang penting dalam kasus ini yaitu, pembangunan kembali, Kota lama bersejarah, warga tinggal secara turun temurun, terbengkalai, tidak terurus, dan kumuh, pemda, masyarakat. Melalui pembelajaran yang telah dilakukan pada sesi-sesi sebelumnya maka kami memiliki beberapa rekomendasi dalam menyelesaikan masalah ini, yaitu : 1. Menghentikan tahap pelaksanaan proyek untuk sementara agar terdapat kesempatan untuk kedua kubu berdialog. 2. Mencari tahu alasan Pemda tentang keputusannya untuk membangun kembali kawasan kota. 3. Jika alasan Pemda adalah untuk mengkonservasi kawasan, maka perlu mengadakan pendekatan pada masyarakat, karena langkah ini juga merupakan tahap dalam menjaga nilai sejarah kota. 4. Jika alasan Pemda hanya demi pihak tertentu maka alasan tersebut tidak dapat diterima karena dapat menghilangkan nilai historis yang dimiliki kota. Kita juga harus memberi arahan pada Pemda agar sebisa mungkin menjaga nilai sejarah yang dimiliki kota dengan adanya kawasan tersebut, salah satu caranya adalah konservasi kawasan. Edikismanto@gmail.com

[MK.ETIKA PROFESI ARSITEKTUR]TINDAKAN BERDASARKAN MORAL

Page 18

Anda mungkin juga menyukai