Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, persoalan waris sering kali menjadi krusial yang terkadang memicu pertikaian dan menimbulkan keretakan hubungan keluarga, bahkan bisa sampai akibat waris ini terjadi tindakan kriminal seperti pembunuhan. sifat alamiah manusia yang selalu ingin mendapatkan sesuatu hal yang lebih banyak dalam hal duniawi dalam hal ini harta, disamping karena kekurang tahuan pihak-pihak yang terkait mengenai hukum pembagian waris, keterbatasannya pakar atau orang-orang yang mengetahui pengetahuan dan keahlian khusus yang dapat memberikan solusi atau berkonsultasi dengan orangorang yang membutuhkan informasi pembagian waris Islam. Banyak orang yang mengetahui hukum waris tetapi tidak mengetahui cara pembagian waris, dalam hal ini bagi orang muslim khususnya baik yang menggunakan hukum Islam di negaranya ataupun tidak. Hukum waris yang berlaku di Indonesia terdiri dari tiga hukum, yaitu hukum waris Barat, hukum waris Islam, dan hukum waris Adat. Pada perinsipnya hukum Islam memberikan kemudahan bagi manusia karena hukum tersebut bersumber dari sang pencipta yang tertuang dalam kitab suci Al-Quran. Dalam kitab suci Al-Quran dijelaskan mengenai hak masing-masing ahli waris, sebagian besar diterangkan dalam beberapa ayat yang jelas, hal tersebut dikarenakan harta dan pembagiannya merupakan sumber ketamakan bagi manusia, sebagian besar dari harta warisan adalah untuk pria dan wanita, besar dan kecil, mereka yang lemah dan kuat, sehingga tidak terdapat padanya kesempatan untuk berpendapat atau berbicara dengan hawa nafsu. Ilmu faraid (waris Islam) memberikan penjelasan tentang cara-cara pembagian harta waris dari semua ahli dengan sangat jelas. Kekurangpedulian umat Islam terhadap disiplin ilmu ini memang tidak kita pungkiri, bahkan Imam Qurtubi telah mengisyaratkannya : Betapa banyak manusia sekarang mengabaikan ilmu faraid., selain itu terbatasnya jumlah orang yang menguasai ilmu waris (pakar).

Dengan adanya kemajuan teknologi saat ini, permasalahan di atas tentunya dapat diatasi. Teknologi mampu mengadopsi proses dan cara berpikir manusia yaitu teknologi kecerdasan buatan yang mampu memberikan solusi berupa keputusan kepada pemakainya. Sistem pakar adalah salah satu bagian dari kecerdasan buatan yang mengandung pengetahuan dan pengalaman yang dimasukan oleh satu atau banyak pakar ke dalam satu area pengetahuan tertentu sehingga setiap orang dapat menggunakannya untuk memecahkan berbagai masalah yang spesifik. Tujuan pengembangan sistem pakar sebenarnya bukan untuk

menggantikan peran manusia, tetapi untuk mensubstitusikan pengetahuan manusia kedalam bentuk sistem, sehingga dapat digunakan oleh orang banyak. Untuk membangun sebuah sistem pakar harus didukung oleh komponen-komponen sistem pakar yang mempunyai ciri dan karakteristik tertentu, misalnya kemungkinan suatu solusi sistem pakar terhadap suatu permasalahan adalah berfariasi dan mempunyai banyak pilihan jawaban yang dapat diterima semua faktor yang ditelusuri memiliki ruang masalah yang luas dan tidak pasti (Jogiyanto, 2003). Komponen sistem pakar dapat digambarkan pada struktur bagan yang dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Struktur Bagan Sistem Pakar (Jogianto, 2003) Berdasarkan pemaparan di atas, dirasakan perlu dibangun sebuah aplikasi yang mampu memberikan informasi dan membuat keputusan mengenai waris.

Dimana dengan aplikasi ini diharapkan dapat memperkenalkan, membantu masyarakat khususnya umat Islam untuk mendapatkan informasi dan menjalankan kewajiban melaksanakan hukum waris (faraid). Bertolak dari latar belakang di atas, penelitian ini akan diarahkan pada implementasi sistem pakar hukum waris Islam (faraid), dengan mengambil judul Perancangan Sistem Pakar untuk Pembagian Waris Menurut Hukum Islam (Faraid).

1.2. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Sebagian besar orang Islam kurang memahami hukum waris dan diperlukannya bantuan seorang pakar dalam melakukan perhitungan waris Islam; 2. Adanya kesulitan dalam mencari pakar yang ahli pada bidang waris Islam.

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah membangun sebuah sistem pakar untuk menentukan hak ahli waris dari proporsi yang didapat dan jumlah harta warisan yang diterimanya.

1.4. Batasan Masalah Dalam pembuatan sistem pakar waris Islam ini akan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Sistem pakar untuk pembagian hukum waris Islam ini terdiri dari 23 ahli waris, berdasarkan perkembangan zaman. 2. Sumber pengetahuan diambil dari buku Al-Asas Fil ilmu Faraid karangan Ust. A. Zakariya Bin Ahmad, Fiqih Mawaris karangan A. Sarwat, Lc, dan hasil konsultasi dengan seorang pakar yang mengajar ilmu faraid. 3. Untuk perancangan basis pengetahuan menggunakan metodologi

pengembangan sistem pakar (Durkin), sedangkan metodologi Rational Unified Proccess (RUP) digunakan dalam pengembangan sistem.

4. Dalam pengembangan sistem menggunakan metodologi RUP, hanya dilakukan langkah inception, elaboration dan construction. 5. Aplikasi sistem pakar pembagian waris ini berbasis Web dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan My SQL.

1.5. Kerangka Pemikiran Pembagian Waris Islam (Faraid) merupakan sebuah dasar ilmu yang mengatur pembagian harta warisan, baik itu persentase, bagian-bagian perorang secara adil, karena pembagiannya diatur langsung oleh Alloh dalam kitab AlQuran. Banyak masyarakat yang beragama Islam khususnya mengetahui akan adanya hukum pembagian waris ini akan tetapi sangat sedikit yang menggunakan hukum pembagian waris Islam ini, padahal hukum ini wajib utuk dilaksanakan dan akan mendapat siksa jika tidak dilaksanakan, keterbatasan orang yang ahli (pakar) dalam pembagian waris Islam menjadi salah satu faktor jarangnya hukum pembagian waris Islam dilaksanakan. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka dirasakan perlu dibuat aplikasi, dimana aplikasi yang dimaksud adalah sistem pakar yang merupakan sistem berbasis komputer yang didisain untuk memodelkan/mengemulasi kemampuan seorang pakar dalam memecahkan suatu masalah (Durkin, 1994). Dengan adanya sistem pakar pembagian waris menurut hukum Islam ini diharapkan dapat dijadikan alternatif pilihan yang dapat menggantikan peran seorang pakar dalam memberikan keputusan siapa saja yang berhak menerima waris dan berapa bagian persentase serta jumlah harta yang diterima. Pada kerangka pemikiran yang ada pada gambar 1.2 merupakan langkahlangkah dalam melakukan perancangan sistem pakar waris Islam, dimulai dengan assessment untuk menilai kelayakan proyek, dilanjutkan dengan observasi lapangan untuk menganilisa mengenai waris Islam dengan mencari referensi dan konsultasi dengan pakar yang ada dan hasilnya dirumuskan untuk dijadikan akuisisi pengetahuan dengan merepresentasikannya untuk dikembangkan menjadi mesin inverensi, setelah itu dicompiler menjadi aturan-aturan (rule) yang dapat dimengerti oleh komputer, selanjutnya dilanjutkan dengan perancangan system dan peng-implementasiannya.

Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dari dari perancangan sistem pakar untuk pendukung keputusan pembagian waris menurut hukum Islam dapat dilihat pada Gambar 1.2 :
Penilaian (Assessment)

Konsultasi dengan pakar

Studi Pustaka

Analisis mengenai pembagian waris menurut hukum Islam

- Akuisisi Pengetahuan - Representasi pengetahuan - Pengembangan Mesin Inverensi - Implementasi (Decompiler kedalam bahasa komputer)

- Menentukan persyaratan sistem - Mendeskripsikan perangkat lunak - Analisis kebutuhan perangkat lunak

- Membuat Busisnes Case - Membuat rancangan aplikasi - Membuat rancangan database

Dataset

Pembuatan coding : - Implementasi aturan-aturan waris

Rational Unified Process (RUP)

Pengujian perangkat lunak menggunakan black box

Sistem Pakar Pembagian Waris Menurut Hukum Islam

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Perancangan Sistem Pakar Pembagian Waris Menurut Hukum Islam (Faraid)

1.6. Metodologi Penelitian Untuk memperjelas pembahasan tugas akhir ini, maka dilakukan penelitian dengan metode-metode yang diterapkan tahap demi tahap, meliputi :

1.6.1

Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengumpulkan data primer menggunakan teknik : a. Teknik Wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung atau lisan dengan berpedoman pada instrumen penelitian dalam bentuk pedoman wawancara untuk mendapatkan jawaban langsung dari bagian-bagian yang terlibat dalam lingkup penelitian ini. b. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari beberapa dokumen, file, literatur-literatur yang ada hubungannya dengan masalah penelitian, terutama dokumen-dokumen tentang ketentuan yang berlaku yang sifatnya mengikat. 2. Untuk mengumpulkan data sekunder menggunakan teknik studi

kepustakaan, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara membaca, mempelajari dan menganalisis beberapa buku yang berkaitan dengan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.6.2

Metode Pengembangan Sistem Pakar Metode yang dilakukan dalam mengembangkan sistem pakar,

diantaranya (Durkin, 1994): 1. Penilaian (Assesment) Merupakan proses untuk menentukan kelayakan dan justifikasi atas permasalahan yang akan diambil. Setelah itu masalah diperiksa lebih lanjut untuk menentukan tujuan keseluruhan dari proyek. Upaya ini dilakukan untuk menentuka fitur-fitur penting dan ruang lingkup dari proyek, dan juga untuk menetapkan sumber daya yang diperlukan termasuk proyek personal. Sumber pengetahuan yang diperlukan, termasuk diantaranya para pakar dan juga berbagai laporan harus diidentifikasi. Setelah tahap inisialisasi dilakukan persyaratan-persyaratan proyek harus ditetapkan. 2. Akuisisi Pengetahuan

Merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan tentang permasalahan yang dibahas dan akan digunakan sebagai panduan dalam upaya pengembangan. Pengetahuan ini digunakan untuk memberikan informasi tentang permasalahan yang menjadi bahan dalam mendeain sistem pakar. Tahap ini meliputi studi dengan diadakannya pertemuan dengan pakar untuk membahas aspek dari permasalahan 3. Desain Pengetahuan yang diperoleh selama tahap akuisisi pengetahuan digunakan sebagai pendekatan dalam merepresentasikan pengetahuan pakar dan strategi pemecahan masalah kedalam sistem pakar. Selama tahap desain, keseluruhan struktur dan organisasi dari sistem pengetahuan harus ditetapkan. Pada tahap desain, sebuah sistem prototype di bangun. Tujuan dari pembangunan prototype tersebut adalah untuk memberikan

pemahaman yang lebih baik atas masalah. 4. Pengujian Merupakan tahap dimana dilakukan pengujian terhadap sistem pakar yang telah dibangun. 5. Dokumentasi Tahap dokumentasi diperlukan untuk mengkompilasi seluruh informasi proyek kedalam bentuk dokumen yang dapat memenuhi persyaratan pengguna dan pengembang dari sistem pakar. Dokumentasi dibutuhka untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna yang memenuhi persyaratan yang ditemukan pada sebagian proyek perangka lunak. Dokumentasi tersebut menjelaskan bagaimana mengoperasikan sistem dan menyediakan tutorial dalam mengoperasikan fitur utama dari sistem. Dokumentasi juga harus mendukung pengetahuan pengembang selama proses pengembangan sistem. Secara khusus, dokumentasi harus berisikan kamus pengetahuan yang memberikan persentasi secara teratur dari pengetahuan sistem dan prosedur pemecahan masalah. Hal tersebut ditambahkan pada proyek sebagai pengetahuan yang baru diperoleh. 6. Pemeliharaan

Setelah sistem digunakan dalam lingkungan kerja, maka selanjutnya diperlukan pemeliharaan secara bekala. Pengetahua itu sifatnya tidak statis melainkan terus tumbuh dan berkembang. Pengetahuan dari sistem perlu diperbaharui atau disempurnakan untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Metode pengembangan sistem pakar yang sudah diutarakan sebelumnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Tahap 1 Penilaian (Assessment) Formulasi Ulang

Persyaratan

Tahap 2 Akuisisi Pengetahuan

Eksplorasi

Pengetahuan

Tahap 3 Desain

Perbaikan

Struktur

Tahap 4 Pengujian

Evaluasi

Tahap 5 Dokumentasi

Produk

Tahap 6 Pemeliharaan

Gambar 1.3 Tahap Pengembangan Sistem Pakar (Durkin, 1994) 1.6.3 Metode Pengembangan Perangkat Lunak Metode pendekatan perangkat lunak yang digunakan untuk

mengembangkan perangkat lunak adalah Rational Unified Process (RUP). Rational Unified Process (RUP) merupakan suatu metode rekayasa perangkat lunak yang dikembangkan dengan mengumpulkan berbagai best practises yang terdapat dalam industri pengembangan perangkat lunak. Ciri utama metode ini

adalah menggunakan use-case driven dan pendekatan iteratif untuk siklus pengembangan perankat lunak. RUP menggunakan konsep object oriented, dengan aktifitas yang berfokus pada pengembangan model dengan menggunakan Unified Model Language (UML).

Gambar 1.4 Arsitektur Rational Unified Process (IBM : 2007) Melalui gambar 1.4 dapat dilihat bahwa RUP memiliki dua dimensi, yaitu: a. Dimensi pertama digambarkan secara horizontal. Dimensi ini mewakili aspek-aspek dinamis dari pengembangan perangkat lunak. Aspek ini dijabarkan dalam tahapan pengembangan atau fase. Setiap fase akan memiliki suatu major milestone yang menandakan akhir dari awal dari fase selanjutnya. Setiap fase dapat berdiri dari satu beberapa iterasi. Dimensi ini terdiri atas: 1. Inception

Menentukan ruang lingkup proyek, membuat business case, menjawab pertanyaan apakah yang dikerjakan dapat menciptakan good business sense sehingga proyek dapat dilanjutkan. 2. Elaboration Menganalisa berbagai persyaratan dan resiko, menetapkan base line, merencanakan fase berikutnya yaitu construction. 3. Construction Melakukan sederetan iterasi, pada setiap iterasi akan melibatkan proses berikut: analisa desain, implementasi dan testing. 4. Transition Membuat apa yang sudah dimodelkan menjadi suatu produk jadi. Dalam fase ini dilakukan: Beta dan performance testing, Membuat dokumentasi tambahan seperti training, user guides dan sales kit, Membuat rencana peluncuran produk ke komunitas pengguna b. Dimensi kedua digambarkan secara vertikal. Dimensi ini mewakili aspekaspek statis dari proses pengembangan perangkat lunak yang

dikelompokkan ke dalam beberapa disiplin. Proses pengembangan perangkat lunak yang dijelaskan kedalam beberapa disiplin terdiri dari empat elemen penting, yakni who is doing, what, how dan when. Dimensi ini terdiri atas Business Modeling, Requirement, Analysis and Design, Implementation, Test, Deployment, Configuration dan Change

Manegement, Project Management, dan Environtment.

1.7.Sistematika Penulisan Untuk menghasilkan laporan tugas akhir yang mudah dipahami dan dicermati maka perlu adanya suatu sistematika penulisan yang baik dan jelas. Berikut dijelaskan sistematika yang dipakai dalam penyusunan laporan ini: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan, pembatasan masalah, metodologi

pengembangan sistem, dan sistematika penulisan laporan tugas akhir. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang istilah-istilah, konsep sistem pakar, definisis perangkat lunak, keuntungan sistem pakar dan tahapan pengembangan sistem pakar, selain itu juga membahas mengenai pengertian waris dan apa-apa yang ada didalam hukum waris. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai perencanaan mengenai tahapantahapan dalam pembangunan sistem. BAB IV : IMPLEMENTASI RANCANG BANGUN Bab ini membahas tentang pengimplementasian dari kegiatankegiatan yang telah digambarkan pada bab sebelumnya. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini menjelaskan hasil akhir dari pembahasan yang dijabarkan dalam laporan tugas akhir berikut saran yang diharapkan dapat membantu kearah konstruktif untuk kemajuan penelitian yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai