Anda di halaman 1dari 28

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan No. 23 th 1992). Rumah Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum Gambut Kabupaten Banjar sebagai tempat pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang secara spesifik menangani pasien dengan gangguan kesehatan jiwa (M.Baihaki, 2012. . Sumber data Ruang Perawatan Akut Wanita Nusa Indah RSJD Sambang Lihum Gambut). Berdasarkan laporan data periode Januari-Maret 2012 di Ruang Nusa Indah RSJD Sambang Lihum jumlah pasien yang mengalami gangguan proses pikir: waham sebagai berikut : Tabel 1 Jumlah Pasien yang Mengalami Gangguan Proses Pikir : Waham yang di Rawat di Ruang Nusa Indah RSJD Sambang Lihum Periode Januari Maret 2012 No 1 2 3 Bulan Januari Februari Maret Jumlah Sumber : Data Ruang Nusa Indah tahun 2012 Jumlah pasien 1 1 1 3

Dengan melihat tabel di atas dapat kita ketahui bahwa pasien yang menderita gangguan proses piker: waham pada periode Januari-Maret 2012 berjumlah 3 orang, sehingga diperlukan suatu penanganan dalam upaya - upaya untuk penyembuhan penyakit melalui pemeliharaan kesehatan dengan perawatan dan pengobatan. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengungkap masalah ini ke dalam seminar keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan dengan judul Asuhan Keperawatan Jiwa Pada klien Ny. S Dengan Diagnosa Gangguan Proses Pikir: Waham Di Ruang Perawatan Akut Wanita Nusa Indah RSJD Sambang Lihum Gambut. Asuhan keperawatan ini membahas tentang konsep kesehatan dan keperawatan kesehatan jiwa dengan penekanannya pada upaya pencegahan primer, sekunder, dan tertier kesehatan jiwa, yang ditujukan pada pasien dengan masalah gangguan proses pikir : waham yang menggunakan pendekatan proses keperawatan melalui komunikasi terapeutik serta menggunakan beberapa terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa. Hal yang melatarbelakangi penyusun memilih Ny. S menjadi klien kelolaan pada asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut: 1. Kasus gangguan proses pikir: waham sangat jarang ditemukan 2. Klien mempunyai masalah gangguan proses pikir: waham, 3. Klien bukan merupakan kelolaan Dinas Sosial, dan 4. Klien berdomisili di wilayah yang mampu dijangkau (wilayah Gambut) sehingga memudahkan dalam hal pengakajian pada keluarga maupun home visite.

B. Masalah Utama Perubahan Proses Pikir : Waham.

C. Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998 dalam Nita Fitria : 75) Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Depkes RI, 2000 dalam Nita Fitria: 75). Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon srimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi atau informasi secara akurat (Keliat, 1999 dalam Nita Fitria :76).

2. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir : waham adalah sebagai berikut (Nita Fitria, 2010 : 76) : Menolak makan Tidak ada perhatian pada perawatan diri Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan Gerakan tidak terkontrol Mudah tersinggung Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan Menghindar dari orang lain

Mendominasi pembicaraan Berbicara kasar Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan

3. Rentang Respons

Respons Adaptif

Respons Maladaptif

Pikiran logis Persepsi akurat Emosi konsisten dengan pengalaman

Kadang proses pikir terganggu Ilusi Emosi berlebihan

Gangguan isi pikir halusinasi Perubahan proses emosi

Hubungan sosial

Berperilaku yang
tidak biasa Menarik diri

Perilaku tidak
terorganisasi Isolasi sosial

Gambar 5.1 Rentang Respons Perubahan Proses Pikir Waham Sumber : Keliat ,1999 dalam Nita Fitria: 76

4. Faktor Predisposisi (Nita Fitria, 2010: 77) Faktor Perkembangan Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif. Faktor Sosial Budaya

Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham. Faktor Psikologis Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan. Faktor Biologis Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbik. Faktor Genetik

5. Faktor Presipitasi (Nita Fitria, 2010: 77) Faktor Sosial Budaya Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau diasingkan dari kelompok. Faktor Biokimia Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi penyebab waham pada seseorang. Faktor Psikologis Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang menyenangkan.

6. Macam-macam Waham (Nita Fitria, 2010: 78) Waham Agama Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari, atau klien mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan yang dapat mengendalikan makhluknya.

Waham Kebesaran Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : Saya ini pejabat di Departemen Kesehatan lho saya punya tambang emas! Waham Curiga Keyakinan bahwa seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : Saya tahu semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang dialami saya. Waham Somatik Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya tertanggu atau terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : Klien selalu mengatakan bahwa dirinya sakit kanker, namun setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya sel kanker pada tubuhnya. Waham Nihilistik Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan berulangulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.

7. Status Mental Berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mungkin terlihat eksentrik dan aneh. Tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang

lain. Klien biasanya cerdik ketika dilakukan pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data. Selain itu perasaan hatinya konsisten dengan isi waham (Nita Fitria, 2010: 79). 8. Sensori dan Kognisi Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik terhadap orang, tempat, dan waktu. Daya ingat atau kognisi lainnya biasanya akurat. Pengendalian impuls pada klien waham perlu diperhatikan bila terlihat adanya rencana untuk bunuh diri, membunuh, atau melakukan kekerasan pada orang lain. Gangguan proses pikir : waham biasanya diawali dengan adanya riwayat penyakit berupa kerusakan pada bagian korteks dan limbik otak. Bisa dikarenakan terjatuh atau didapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadinya perubahan emosional seseorang yang tidak stabil. Bila berkepanjangan akan menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan. Waham kebesaran akan timbul sebagai manifestasi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Bila respons lingkungan kurang mendukung terhadap perilakunya dimungkinkan akan timbul risiko perilaku kekerasan pada orang lain (Nita Fitria, 2010: 79).

BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan. Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik. Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya meliputi: a. Identifikasi klien Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan. b. Keluhan utama / alasan masuk

Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai. c. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan: 1) Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien. 2) Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak. 3) Sosial Budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk. d. Aspek fisik / biologis Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.

e. Aspek psikososial 1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh. 2) Konsep diri a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai. b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai lakilaki / perempuan. c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut. d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya. e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi

pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah. 3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat. 4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah. f. Status mental

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri. g. Proses pikir. Proses pikir dalam berbicara jawaban klien kadang meloncat-loncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan (flight of ideas) kadang-kadang klien mengulang pembicaraan yang sama (persevere) Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir. h. Isi Pikir Contoh isi pikir klien saat diwawancara: Klien mengatakan bahwa dirinya banyak mempunyai pacar, dan pacarnya orang kaya dan bos batu bara. Masalah keperawatan: waham kebesaran. Klien mengatakan alasan masuk RSJ karena sakit liver. Masalah keperawatan: waham somatik. i. Kebutuhan Persiapan Pulang 1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.

2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian. 3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien. 4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah. 5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat. j. Masalah psikososial dan lingkungan Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien. k. Pengetahuan Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah. l. Aspek medik Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan

perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Pohon Masalah Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem

Perubahan Sensori Waham

Gambar Pohon M

Gambar Pohon Masalah Perubahan Proses Pikir : Waham (Nita Fitria, 2010: 80)

C. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Resiko tinggi perilaku kekerasan 2. Perubahan proses pikir : waham 3. Isolasi sosial 4. Harga diri rendah (Nita Fitria, 2010: 80)

D. Diagnosis Keperawatan Diagnosa Keperawatan Deskripsi Data Mayor Data Minor

Gangguan pikir : Waham

proses

Gangguan

proses Subjektif : keyakinan Merasa cemburu

Subjektif : Merasa orang lain menjauh Merasa tidak ada yang mengerti sebagai Objektif : Marah-marah karena spele Menyendiri alas an mau

pikir yang ditandai Merasa curiga dengan tentang diri dan Merasa yang diancam/digunaguna Merasa

lingkungan menyimpang, depertahankan secara kuat.

orang hebat Merasa memiliki kekuatan biasa Merasa sakit/rusak organ tubuh Merasa mati Objektif : Marah-marah tanpa sebab Banyak (longorrhoe) Menyendiri Sirkumstansial Inkoheren kata sudah luar

E. Rencana Tindakan Keperawatan Dx. Keperawata Tujuan Perencanaan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

n Perubahan TUM : 1. Setelah x interaksi, klien : o Mau menerima kehadiran perawat disampingnya; o Mengatakan mau menerima bantuan perawat; o Tidak menunjukkan tanda-tanda mencurigakan o Mengizinkan perawat duduk di sampingnya Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi tarapeutik : o Beri salam; o Perkenalkan diri, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai klien; o Jelaskan tujuan interaksi; o Yakinkan klien dalam keadaan aman, serta perawat siap untuk menolong dan mendampingin ya o Yakinkan bahwa Kepercayaa n dari klien merupakan hal yang mutlak serta akan memudahk an dalam melakukan pendekatan dan tindakan keperawata n kepada klien

Proses Pikir Klien dapat : Waham mengontrol atau mengendalikan wahamnya. Tuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

kerahasiaan klien akan tetap terjaga; o Tunjukkan sikap terbuka dan jujur o Perhatikan kebutuhan dasar dan beri bantuan untuk memenuhinya. Tuk 2 : Klien dapat mengidentifikasi pikiran dan perasaan yang sering muncul secara berulangulang. 2. Setelahx interaksi, klien : Menceritakan ideide (pikiran) dan perasaan yang sering muncul secara berulangulang Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya : o Diskusikan dengan klien pengalaman yang dialaminya selama ini, termasuk hubungan dengan orang yang penting untuk klien, lingkungan pekerjaan, Ungkapan perasaan menunjuk kan apa yang dibutuhka n dan dirasakan oleh klien.

sekolah, dan lain-lain. o Dengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa mendukung/ menentang pernyataan wahamnya. Tuk 3 : Klien dapat mengidentifikasi stressor/pencetus wahamnya. 3. Setelah x interaksi, klien : o Dapat menyebutkan kejadiankejadian sesuai urutan waktu, serta harapan/kebutu han dasar yang tidak terpenuhi. o Dapat menyebutkan hubungan antara kejadiankejadian traumatis/kebut uhan yang tidak terpenuhi dan Bantu klien untuk mengidentifikas i kebutuhan yang tidak terpenuhi, serta kejadian yang menjadi faktor pencetus wahamnya: o Diskusikan dengan klien tentang kejadiankejadian traumatis yang menimbulkan perasaan Dengan mengetah ui penyebab waham klien dapat ditemukan mekanism e koping klien dalam memprose s sesuatu dalam pikiranny a serta strategi apa yang

wahamnya.

takut, ansietas, atau perasaan tidak dihargai. o Diskusikan kebutuhan/har apan yang belum terpenuhi. o Diskusikan dengan klien cara-cara mengatasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kejadiankejadian yang traumatis. o Diskusikan dengan klien apakah ada halusinasi yang meningkatkan pikiran/perasa an yang terkait dengan

akan diterapkan kepada klien.

Tuk 4 : Klien

wahamnya.

dapat mengidentifikasi wahamnya.

4. Setelah x interaksi, klien menyebutkan perbedaan antara pengalaman nyata dan pengalaman wahamnya.

o Diskusikan dengan klien tentang kejadian tersebut dengan wahamnya. Bantu klien mengidentifikas i keyakinan yang salah tentang situasi yang nyata (bila klien sudah siap): o Diskusikan dengan klien tentang pengalaman wahamnya tanpa berargumentas i. o Katakanlah kepada klien akan keraguan perawat terhadap Jika wahamny a sudah teridentifi kasi, mekanism e koping klien dalam menyelesa ikan masalah yang dihadapin ya akan terlihat.

pernyataan klien. o Diskusikan dengan klien tentang respon perasaan terhadap wahamnya. o Diskusikan frekuensi, intensitas dan durasi terjadinya waham. o Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang dipersepsikan Tuk 5 : Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnya. 5. Setelahx interaksi, klien menjelaskan gangguan fungsi hidup sehari-hari yang diakibatkan ide-ide (pikiran)/perasaan salah oleh klien. o Motivasi klien untuk menceritakan perasaan setelah tindakan tersebut. Membant u klien melihat dampak yang

yang tidak sesuai dengan kenyataan, seperti : o Hubungan dengan keluarga; o Hubungan dengan orang lain; o Aktivitas sehari-hari o Pekerjaan; o Sekolah; o Dan lain-lain.

o Diskusikan apakah dengan tindakan tersebut masalah yang dialami dapat teratasi. Diskusikan dengan klien pengalamanpengalaman yang tidak menguntungkan sebagai akibat dari wahamnya, seperti: o Hambatan dalam berinteraksi dengan keluarga; o Hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain; o Hambatan

ditimbulk an akibat pikiran yang dipersepsi kan salah oleh klien, serta mencari cara sehat klien agar klien dapat kembali pada orientasi yang nyata.

berinteraksi dalam melakukan aktivitas sehari-hari; o Perubahan dalam prestasi kerja/sekolah Ajak klien melihat bahwa waham tersebut merupakan masalah yang membutuhkan bantuan dari orang lain. Diskusikan dengan klien tentang orang/tempat yang dimintakan bantuan (oleh klien) jika wahamnya timbul/sulit dikendalikan. Tuk 6 : Klien 6. Setelahx Diskusikan Aktivitas

dapat melakukan teknik distraksi sebagai cara untuk menghentikan pikiran yang terpusat pada wahamnya.

interaksi, klien melakukan aktivitas yang konstruktif sesuai dengan minatnya dan mampu untuk mengalihkan fokus klien dari wahamnya.

hobi/aktivitas yang disukai klien. Anjurkan klien memilih dan melakukan aktivitas yang membutuhkan perhatian dan keterampilan fisik. Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan perhatian sebagai pengisi waktu luang. Libatkan klien dalan TAK (terapi aktivitas kelompok) orientasi balita. Diskusikan dengan klien topik-topik yang nyata. Anjurkan klien

yang sibuk, berorienta si pada kenyataan , serta menarik minat klien akan mengalihk an perhatian dan pikiran klien dari wahamny a.

untuk bertanggung jawab secara personal dalam mempertahanka n/meningkatkan kesehatan dan pemulihannya. Beri penghargaan bagi setiap upaya klien yang positif. Tuk 7 : Klien mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengontrol wahamnya. 7.1 Setelahx interaksi keluarga dapat menjelaskan tentang: o Pengertian waham o Tanda dan gejala waham Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi waham. Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang dapat membantu klien agar dapat kembali pada orientasi yang nyata.

o Penyebab dan Diskusikan akibat waham o Cara merawat klien waham 7.2 Setelahx interaksi, keluarga dapat potensi keluarga untuk klien mengatasi waham. Jelaskan kepada keluarga tentang

mempraktikkan cara merawat klien waham.

: o Pengertian waham; o Tanda dan gejala waham; o Penyebab dan akibat waham; o Cara merawat klien waham Latih keluarga cara merawat klien waham. Tanyakan perasaan keluarga setelah dilatihkan. Beri pujian kepada setelah peragaan

Tuk 8 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

8.1 Setelah.x interaksi, klien menyebutkan o Manfaat minum obat; o Kerugian tidak minum

Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, dosis yang

Membantu menyukses kan program pengobatan dengan benar.

obat; o Nama obat; o Warna obat; o Dosis yang diberikan; o Efek terapi; o Efek samping; 8.2 Setelahx interaksi, klien mendemonstrasi kan penggunaan obat dengan benar 8.3 Setelahx interaksi, klien menyebutkan akibat yang terjadi jika klien minum obat tanpa konsultasi.

diberikan, efek terapi, dan efek samping. Pantau klien saat menggunakan obat. o Beri pujian jika klien menggunaka n obat dengan benar. Diskusikan akibat yang terjadi jika klien berhenti menggunaan obat tanpa konsultasi o Anjurkan klien untuk berkonsultasi kepada dokter/peraw at jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA Azis R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo. Balitban. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor . Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi S- Keperawatan. Jakarta : Salemba medika. Keliat, Budi Anna. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. Stuart, G.W. dan Sundeen S.J. 1995. Principles and Practice Psychiatric Nursing. 5th ed. St. louis Mosby Year Book. Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai