only faced by poor or developing countries but faced by developed wored. The purpose of this study is to determine and analyze the effect of stock price index, interest rates, inflation and national income on poverty levels in Indonesia. The research result indicated that: Stock price index, Interest Rate, Inflation and National Income have a positive impact on the Poverty Rate in Indonesia. While National Income variables have the opposite effect upon the level of poverty so that if the government would reduce the poverty level. should pay attention on the stock exchange mechanism in which developments in the stock market has also positively impact on the prosperity of people and more beneficial to society at large, pushed interest rates, pressing inflation and increase the national income . Key words : Stock price index, Interest rates, Iinflation, National income, poverty levels.
Pendahuluan Kemiskinan merupakan masalah yang sangat rumit dalam suatu negara, tidak hanya dinegaranegara miskin, berkembang, bahkan negara majupun menghadapi masalah kemiskinan. Kemiskinan tidak memandang suku, agama, maupun ras suatu bangsa, kemiskinan dapat melanda suatu bangsa dimana saja. Banyak faktor sebagai pemicu munculnya kemiskinan dalam masyarakat. Selain itu kemiskinan suatu Negara juga dapat terjadi karena kesalahan dalam pengelolaan perekonomian, dalam hal ini instrumen perekonomian suatu Negara seharusnya berjalan dengan baik terkadang jauh dari harapan. Instrumen perekonomian tentunya tidak lepas dari kebijakan-kebijakan yang diambil oleh lembaga-lembaga pemerintahan. Misal-nya Bank Indonesia sebagai otorisator keuangan negara akan menetapkan tingkat suku bunga serta nilai tukar. Sementara kondisi di pasar modal (bursa efek) sebagai tempat transaksi modal akan menerapkan kebijakan berkaitan dengan perdagangan saham serta obligasi. Dalam penentuan kebijakan tersebut tentunya pemerintah juga harus mempertimbangkan faktor ekonomi secara makro yaitu faktor inflasi dan juga tingkat pendapatan nasional, dan masih banyak lagi kebijakan lainnya. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2009 sebanyak 32,53 juta orang. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. (BPS, 2009). Dari uraian diatas berkaitan antara tingkat kemiskinan dengan IHSG, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, pendapatan nasional dan nilai tukar rupiah, maka kami tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut. Dalam penelitian ini diharapkan akan dilihat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia. Adapun faktor-faktor yang akan diteliti adalah : IHSG, tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan pendapatan nasional. Masalah Penelitian Dalam penelitian ini memunculkan tingkat kemiskinan sebagai variabel independen sedangkan ada beberapa faktor-faktor lain yang mempengaruhi adalah merupakan variabel independen dimana terdiri dari IHSG, tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan, pendapatan nasional. Jadi disini akan nampak betapa tingkat kemiskinan nantinya tidak begitu saja mengalami perubahan tanpa adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut. maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini terdiri dari lima permasalahan yaitu: 1. Apakah IHSG mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan? 2. Apakah Tingkat Suku Bunga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan? 3. Apakah Tingkat Inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan? 4. Apakah Pendapatan Nasional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan? 5. Variabel manakah yang lebih berpengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan, diantara IHSG, Suku bunga, Inflasi dan Pendapatan Nasional? Tinjauan Pustaka
1. Tingkat Kemiskinan Berbagai sudut pandangan tentang pengertian kemiskinan, pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk, yakni kemiskinan struktural, kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Menurut Ginanjar (1997), kemiskinan absolut adalah kondisi kemiskinan yang terburuk yang diukur dari tingkat kemampuan keluarga untuk membiayai kebutuhan yang paling minimal untuk dapat hidup sesuai dengan martabat hidup sesuai dengan martabat kemanusiaan. Menurut Nasikun (1995), kondisi yang sesungguhnya harus dipahami mengenai kemiskinan : Kemiskinan adalah sebuah fenomena multifaset, multi dimensional, dan terpadu. Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang, pangan, dan papan. Hidup dalam kemiskinan seringkali juga berarti akses yang rendah terhadap berbagai ragam sumberdaya dan aset produktif yang sangat diperlukan untuk dapat memperoleh sarana pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling dasar tersebut, antara lain: informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan kapital. Permasalahan kemiskinan tidak hanya berdiri sendiri, sehingga dalam penanggulangan nya menuntut pemahaman, kecermatan dan kehati-hatian. Di dalam diri masyarakat miskin tidak hanya terdapat kelemahan (kondisi serba kekurangan), tetapi dalam diri mereka juga terdapat potensi yang dapat dipergunakan sebagai modal dasar dalam pengembangan dirinya. Kondisi ini mengisyarat kan bahwa program penanggulang an kemiskinan harus mampu mengakomodasikan kedua aspek tersebut. Menurut Koenraad Verhagen, (1996), melebihlebihkan kemiskinan kita cenderung melupakan apa yang mereka miliki. Orang-orang miskin bukanlah orang-orang yang tidak memiliki (havenot). Dari sudut pandang ekonomi mereka adalah orang-orang yang memiliki sedikit (have-little) di sisi lain orang-orang miskin memiliki kekayaan budaya dan sosial. Berkaitan dengan pandangan ini, Gunawan Sumodiningrat (1977) mengemukakan, bahwa strategi untuk memberdayakan masyarakat terdapat tiga hal yang harus dilakukan yaitu: (1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang; (2) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering); dan (3) Pemberian perlindungan, dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi lebih lemah. Penghitungan Garis Kemis-kinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekat-an ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. (BPS, 2009). 2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa, juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang diperlukan tersebut adalah indeks harga saham sebagai cerminan dari pergerakan harga saham. Sekarang ini PT Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik, sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983. Seiring dengan perkembangan dan dinamika pasar, IHSG mengalami periode naik dan turun. Pada tanggal 9 Januari 2008, IHSG mencapai level tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia yaitu ditutup pada level 2.830,263
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Saat ini beberapa emiten tidak dimasukkan dalam perhitungan IHSG, misalnya emiten-emiten eks Bursa Efek Surabaya karena alasan tidak (atau belum ada) aktivitas transaksi sehingga belum tercipta harga di pasar (BEI, 2010). 3. Suku Bunga Bank Pengertian Suku Bunga (Interest rate) Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah investasi di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik maupun dari investor asing, khususnya pada jenis invesatsi portfolio yang umunya berjangka pendek. Apabila dalam suatu negara terjadi peningkatan aliran modal masuk (capital inflows) di luar negeri, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang asing di pasar valuta asing (dalam Madura, 2000). Pengertian suku bunga (interest rate) (dalam Samuelson dan Nordaus, 1989) adalah harga yang harus dibayar karena meminjam uang untuk suatu jangka waktu. Sedangkan teori paritas suku bunga merupakan salah satu teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga dalam sistem devisa bebas. Teori ini pada dasarnya bahwa tingkat bunga di suatu negara akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain, setelah diperhitungkan perkiraan laju depresiasi mata uang suatu negara dengan negara lain. 4. Inflasi Inflasi adalah kenaikan persentase tahuan dalam tingkat harga umum yang diukur berdasar indeks harga konsumen atau indeks harga liannnya. (Samuelson, 1989). Klasifikasi inflasi terdiri dari tiga kategori: inflasi moderat (moderat inflation), inflasi ganas (galloping inflation) dan hiperinflasi. Laju inflasi Indonesia Per tahun berdasarkan presentase perubahan indeks harga konsumen (IHK) dari tahun ke tahun yang dilaporkan secara triwulanan dalam Laporan Tahunan Bank Indonesia dan dinyatakan dalam persen. (BPS, 2009) 5. Pendapatan Nasional Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya (Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara. Produk Domestik Bruto (PDB) / Gross Domestic Pruduct (GDP) Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) adalah total pendapatan yang dihasilkan di dalam suatu negara, termasuk pendapatan orang asing yang bekerja di dalam suatu negara. GDP mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah negara (domestik) tanpa membedakan kepemilikan/kewarganegaraan pada suatu periode tertentu. (Tedy Herlambang, 2001) Dengan demikian warga negara yang bekerja di negara lain, pendapatannya tidak dimasukkan dalam perhitungan PDB. Merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan PDB ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/ orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari PDB dianggap bersifat bruto/kotor.
Sangat banyak variabel yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan suatu negara namun demikian, dalam penelitian ini akan diteliti faktor-faktor antara lain: IHSG, tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan pendapatan nasional. Dalam penelitian ini, kerangka pemikiran digambarkan suatu model penelitian sebagai berikut:
Berdasarkan model penelitian serta telaah pustaka yang diuraikan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1 : IHSG berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. H2 : Suku Bunga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. H3 : Inflasi berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. H4 : Pendapatan Nasional berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Metodologi Penelitian A. Metode Penelitian 1. Sasaran Penelitian Sasaran penelitian adalah tingkat kemiskinan di Indonesia. Dengan mengambil data penelitian dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 2. Populasi dan sampel Populasi yang diteliti adalah data-data berkaitan dengan IHSG, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, pendapatan nasional dan tingkat kemiskinan di Indonesia dengan mengambil sampel data dari mulai tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 yang data dilakukan dengan menghitung rata-rata tiap tahun. 3. Jenis dan sumber data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian. Data ini merupakan data yang dikumpulkan dan dipublikasikan oleh pihak lain secara resmi yaitu dari Bank Indonesia dan Biro Pusat Statistik. B. Teknik analisis Analisis data untuk menguji hipotesis, dengan menggunakan analisis regresi. Model statistik adalah regresi berganda, yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
LnY = b0+b1lnX1+b2lnX2+b3lnX3+b4lnX4 +
Dimana :
Y X1 X2 X3 X4 b1--b4
= = = = = = =
Tingkat Kemiskinan IHSG Suku Bunga Inflasi Pendapatan Nasional koefisien regresi kesalahan
Adapun langkah-langkah (tahapan) analisis adalah : 1. Pengujian Asumsi Klasik : Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t dan uji F. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik. Agar modal regresi yang diajukan menunjukkan persamaan hubungan yang valid atas BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), modal tersebut harus memenuhi asumsi dasar klasik OLS (Ordinary Least Square), yakni diantaranya uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas Hasil dan Pembahasan A. Hasil Analisis Data. Dari data penelitian kemudian dilakukan pengolahan data sebagai berikut: 1. Pengujian Asumsi Klasik Penggunaan model regresi linier berganda dalam menguji hipotesis haruslah menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan kualitas data. Terlebih dahulu dilakukan pengujian Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) agar terbebas dari gejala multikolinieritas, linieritas dan heterokedastisitas . a. Uji Normalitas Dari hasil pengolahan diperoleh grafik histogram menunjukkan pola yang mendekati bentuk bel dan plot linier memperlihatkan data yang bergerak mengikuti garis linier diagonal, serta grafik plot linier memperlihatkan data yang bergerak mengikuti garis linier diagonal dan grafik histogram menunjukkan pola yang mendekati bentuk bel, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas. Dengan menggunakan tabel kolmoborov-smirnov tes ternyata didapat nilai kolmogorov-smirnof (0,452)> Z table dan Asymp Sig (2-tailed) (0,987) > 0,05 maka data berdistribusi normal. b. Uji Otokorelasi Untuk menguji adanya otokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan Durbin Watson statistik. Menurut Ghozali (2002) apabila nilai DW lebih besar dari batas atas (du) maka tidak terdapat otokorelasi pada model regresi. Untuk model penelitian berdasar-kan tabel d-Durbin Watson dengan menggunakan n=10 dengan para-meter k = 5, menunjukkan nilai du = 2,414 dan dL = 0,376. dalam pengolahan data diproleh hasil sebagai berikut : Dari hasil pengujian ternyata nilai Durbin Watson = 1,777 < dU = 2,414 sehingga tidak terjadi oto korelasi c. Uji Heterokedastisitas Dalam pengujian Heteroskedastisi-tas dilakukan dengan melihat nilai t hitung dari nilai residu . Dikatakan tidak terjadi heteroskedasitas apabila : t hitung < t tabel atau Sig t > Dengan melihat nilai sig-t, untuk X1 (0,524), X2 (0,948), X3 (0,210) dan X4 (0,210) > 0,05 sehingga tidak terjadi heteroskedasitas. d. Multikolinieritas
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas berupa hubung-an eksak linier antar variabel bebas dalam model regresi, dilakukan dengan melihat nilai VIF. Berdasarkan tebel diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa : Nilai VIF untuk variabel X1 (8,693) dan X2 (1,632), X3 (2,982) dan X4 (8,743) < 10, maka tidak terjadi gejala multikolineaeritas. e. Linearitas Pengujian linearitas perlu dilakukan, untuk mengetahui model yang dibuktikan merupakan model linier atau tidak. Pengujian linieritas dengan melihat grafik scatterpot dan dengan menggunakan MDW test (Gujarati, 1995). Pengujian linearitas dalam penelitian ini adalah dengan dengan uji MWD, dari hasil MWD test diperoleh hasil : Model dikatakan linear jika t hitung untuk variable Z1 < t tabel dan Sig Z1 > , Dari hasil ternyata t hitung = 1,498 < t tabel = 1.81 dan Sig Z1 =0,208 > =0,05 maka model linear. Model dikatakan linear jika t hitung untuk variable Z2 > t tabel dan Sig Z2 < Dari hasil ternyata t hitung = 1,352 < t tabel = 1.81 dan Sig Z2 =0,248 > 0,05 maka model tidak linear. Dengan melihat hasil perhitungan MWD test diperoleh bahwa Model 1 linear dan Model 2 tidak linear, dengan demikian dalam penelitian ini dapat menggunakan persamaan linear maupun persamaan non linear. 2. Pengujian Hipotesis 1) Analisis regresi Linier Berganda. Untuk menguji pengaruh IHSG (X1), INFLASI (X2), BUNGA (X3) dan PDB (X4) secara parsial terhadap terhadap Nilai Perusahaan digunakan model regresi linier berganda, dan hasil perhitungan yang dilakukan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut. Tabel 1: Coefficient untuk uji t
Berdasarkan pengolahan data diperoleh persamaan regresi yang dapat diperoleh adalah : lnY = 3,242 + 0,648 ln X1+ 0,069 lnX2 + 1,439 lnX3 - 1,439 lnX4 + e Dari persamaan regresi diatas dapat disimpulkan bahwa IHSG (X1), INFLASI (X2), BUNGA (X3) mempunyai hubungan yang tidak berlawanan dengan Tingkat Kemiskinan (Y), sedangkan untuk variabel PDB (X4) mempunyai hubungan yang berlawanan dengan Tingkat Kemiskinan (Y). Artinya, jika tidak berlawanan setiap kenaikan 1 satuan dari X1,X2, dan X3 akan mengakibatkan kenaikan Tingkat Kemiskinan sebesar koefisiennya masing-masing, sebaliknya jika berlawanan setiap kenaikan 1 satuan X4 akan mengakibatkan penurunan Tingkat Kemiskinan sebesar koefisiennya masing-masing. 2) Koefisien Determinasi (R 2)
Koefisien determinasi menunjukkan besarnya pengaruh variabel IHSG, BUNGA, INFLASI dan PDB terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia. Nilai Koefisien deter-minasi ditunjukan dalam tabel R2 = 0.901 artinya, bahwa 90,1% pengaruh IHSG, BUNGA, INFLASI dan PDB terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia. dapat dijelaskan sedangkan sisanya dijelas-kan oleh variabel lain sebesar 9,995%. 3) Uji F Uji F disini akan digunakan tabel ANOVA dari perhitungan statistik, dan dilihat nilai F hitungnya. Untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan F-test. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung = 5,395 > nilai F tabel = 3,48 maka Ho ditolak, dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh yang berarti secara bersama-sama dari seluruh variabel independen (IHSG, BUNGA, INFLASI dan PDB) terhadap variabel dependen (Tingkat Kemiskin-an di Indonesia ). 4) Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel artinya variabel IHSG, BUNGA, INFLASI dan PDB terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil berikut : Tabel 3. Tabel Uji t
Kreteria pengujian : Jiika t hitung t tabel, maka Ho diterima atau Ha ditolak Jika t hitung t tabel, maka Ho ditolak atau Ha diterima Dengan melihat kriteria itu dapat diperoleh kesimpulan : Untuk variabel IHSG (X1), t hitung =0,684 < t tabel = 1,81 maka Ho diterima dan Ha ditolak, maka hipotesis 1 ditolak berarti ada pengaruh IHSG(X1) terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia. . Untuk variabel INFLASI (X2), t hitung =0,069 < t tabel = 1,81 maka Ho diterima dan Ha ditolak, maka hipotesis 2 diterima berarti ada pengaruh INFLASI (X2) terhadap Tingkat Kemiskinan (Y).
Untuk variabel BUNGA (X3), t hitung = 1,439 < t tabel = 1,81 maka Ho diterima dan Ha ditolak, maka hipotesis 3 diterima berarti BUNGA (X3) berpengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan (Y). Untuk variabel PDB (X4), t hitung = -1,439 < t tabel = 1,81 maka maka Ho diterima dan Ha ditolak, maka hipotesis 4 diterima berarti PDB (X4) berpengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan (Y). 5) Uji Elastisitas Untuk mengetahui variabel yang mempunyai pengaruh lebih besar terhadap Tingkat Kemiskinan digunakan uji elastisitas. Dari perhitungan diperoleh nilai elastisitas sebagai berikut : E1 = 0,3299 ; E2 = 0,0322; E3 = 0,1547 dan E4 = -0.9775 Jadi E1 > E3 > E2 >E4 dengan demikian variabel IHSG mempunyai penguh terbesar terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia.
Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai adanya pengaruh IHSG, Suku bunga, Inflasi dan Pendapatan Nasional terhadap Tingkat Kemiskinan. Dari hasi penelitian diperoleh kesimpulan bahwa : 1. IHSG, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi dan Pendapatan Nasional mempunyai pengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia. 2. Variabel IHSG Mempunyai pengaruh terbesar diantara variabel-variabel lain terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia.
Implikasi
Berdasarkan penelitian, selanjutnya dapat mempertimbangkan hal-hal berikut ini : Karena IHSG, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi dan Pendapatan Nasional mempunyai pengaruh positif terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia, sedangkan variabel pendapatan nasional mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan tingkat kemiskinan, sehingga kalau pemerintah akan mengurangi tingkat kemiskinan harus memperhatikan mekanisme di bursa saham dimana perkembangan di pasar saham juga mempunyai imbas positif terhadap kemakmuran rakyat dan lebih bermanfaat bagi masyarakat secara luas, menekan tingkat suku bunga, menekan tingkat inflasi dan meningkatkan pendapatan nasional. Penelitian dilakukan dalam mas tahun 2000 sampai dengan 2009, dengan demikian kondisi adalah kondisi setelah krisis ekonomi, dimungkinkan penelitian selanjutnya dilakukan dalam masa krisis dan tidak krisis ekonomi dan rentang waktu yang lebih panjang. DAFTAR PUSTAKA Algifari, 2000, Analisis Regresi Teori, kasus dan solusi Edisi 2, BPFE, Yogyakarta
Badan Pusat Statistik (BPS), 2009, Berita Resmi Statistik, Jakarta.
Gunawan Sumodiningrat (1997), Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, Bina Rena Pariwara, Jakarta. Cet.2 Indonesia Stock Exchange, Buku Panduan Indeks harga Saham, Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 2010 Jeff Madura, Manajemen Keuangan Internasional, Jilid 4, Erlangga, Surabaya, 2000 Kartasasmita G., 1997, Kemiskinan, Balai Pustaka. Jakarta. Nasikun, 1995, Kemiskinan di Indonesia Menurun, dalam Perangkap Kemiskinan, Problem, dan Strategi Pengentasannya, (Bagong Suyanto, ed), Airlangga Univercity Press. Suhariyanto, 2003, Memantau Tingkat Kemiskinan di Perdesaan dengan Indikator dari Data Sensus Pertanian Samuelson, Nordaus, 1989, Ekonomi, Jilid2, Erlangga, Jakarta, Tedy Herlambang, dkk, 2001, Ekonomi Makro, Gramedia Pustaka Utama, jakarta. Verhagen, K. 1997. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, cet2, Bina Rena Pariwara, Jakarta.