Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu profesi sebagai seorang perawat adalah profesi yang dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan. Banyak hak-hak yang harus dilakukan seorang perawat agar dapat menjadi tenaga keperawatan yang mempunyai kualitas. Tidak hanya seorang perawat yang mempunyai hak-hak tetapi seorang pasien juga mempunyai hak-hak untuk mendapatkan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien. Ada beberapa jenis hak yang dibutuhkan oleh seorang pasien yaitu Hak untuk memilih/kebebasan, Hak kesejahteraan, Hak legislatif. Ilmu Keperawatan merupakan rangkaian teori dan praktik yang bertujuan dalam peningkatan kualitas pelayanan pada klien Keperawatan dikatakan sebagai profesi memiliki ciri sebagai berikut : a. Body of Knowlodge (tubuh pengetahuan). b. Riset sebagai dasar pengembangan . c. Pendidikan tinggi. 1.2. Tujuan Memahami fungsi perawat dari para pakar keperawatan sehingga bisa sebagai komunikator dan pemberi kenyamanan pada pasien. 1.3. Rumusan Masalah Fungsi perawat sebagai komunikator dan pemberi kenyamanan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Peran Perawat Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21). Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan pengertian dasar seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury dan proses penuaan dan perawat Profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang memberikan pelayanan Keparawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya. (Depkes RI,2002). Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat maupun sakit dimana segala aktifitas yang di lakukan berguna untuk pemulihan Kesehatan berdasarkan pengetahuan yang di miliki, aktifitas ini di lakukan dengan berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian Pasien secepat mungkin dalam bentuk Proses Keperawatan yang terdiri dari tahap Pengkajian, Identifikasi masalah (Diagnosa Keperawatan), Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.

2.2. Pendapat Pakar Keperawatan Callista roy 2.2.1. Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik jika mengetahui filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis dan metode empiris. Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity. Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan sesama dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain. Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah : 1. Tujuan eksistensi manusia. 2. Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia. 3. Aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum. 4. Nilai dan arti kehidupan. Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi dari konsep mayor Callista Roy; a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input, control, proses, output dan umpan balik. b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual dan residual. c. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

d. Stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif. e. Stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal. f. Stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi. g. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural, cemikal dan proses endokrin. h. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar. i. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran, interdependensi dan konsep diri. j. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan. k. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi dilakukan. l. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan m. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam hubungannya di lingkungan sosial. n. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support sistem. 2.2.2. Model Konseptual Callista Roy Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan

pengembangannya. Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan. Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy : 1. Keperawatan.

Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi,

mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan

meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan

lingkungannya, peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan. 2. Manusia. Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input, control, output dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan. 3. Kesehatan Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan

konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia digambarkan sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme koping yang menghasilkan respon adaptif dan inefektif. 4. Lingkungan Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem yang adaptif. 2.2.3. Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga dapat mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih menjadi pegangan bagi para perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek dan Dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat. Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang halhal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan

bagaimana sikap dan perilaku cara merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya. 2.3. Pendapat Pakar Keperawatan Jean Watson 2.3.1. Konsep Dasar dan Model Keperawatan Jean Watson Menurut Watson, caring adalah moral ideal yang lebih dari perilaku yang berorientasi tugas dan meliputi aspek aspek diluar tindakan caring yang aktual sebagai hubungan transpersonal antara perawat dan klien. Tujuannya adalah untuk melestarikan kemuliaan manusia dan kemanusiaan dalam sistem pelayanan kesehatan. Watson percaya keperawatan professional dikembangkan melalui kombinasi kajian ilmu dan kemanusiaan yang dan memuncak pada proses human care antara perawat dan klien yang yang mengutamakan waktu dan ruang serta memiliki dimensi spiritual. Berdasarkan pandangan Watson, tujuan keperawatan adalah untuk memfasilitasi tujuan individu yaitu derajat yang lebih tinggi dari harmoni dalam pikiran, tubuh dan jiiwa yang menciptakan pengetahuan pribadi, arahan sendiri, penyembuhan sendiri dan proses perawatan diri ketika keragaman meningkat. Watson menjembatani perbedaan antara teori dan praktik melalui pengembangan Center for Human Caring dan program ND di universitas Colorado. Kedua hal ini memberi kesempatan untuk mengintegrasikan seni, kemanusiaan, dan sosial serta ilmu perilaku ke dalam human care dan proses penyembuhan. Watson mengakui hasil kerja Leininger dan Gadow sebagai latar belakang dalam bekerja. Dalam kerja selanjutnya, Watson menggunakan hasil kerja Maslow, Heidegger, Erickson, Seyle dan Lazarus. Dalam mengembangkan kerangka kerjanya, Watson menggambarkan dengan tajam ilmu pengerahuan dan kemanusiaan, menyediakan orientasi fenomenologi, eksistensial dan spiritual (Tomey&Alligood, 1998). Watson menambahkan penekanannya pada kualitas interpersonal dan transpersonal yang kongruen, empati dan kehangatan pada pandangan Carl Rogers dan penulis psikologi transpersonal lain. Rogers percaya bahwa dengan memahami klien akan dapat menerima dirinya dan menuju hasil yang positif.

Therapist dapat membantu melalui mengklarifikasi dan menyatakan perasaan tentang apa yang menurut klien kurang jelas. Untuk mencapai tujuan ini, therapist harus dapat memahami maksud, perasaan dan sikap klien. Perhatian yang hangat dapat memfasilitasi pemahaman. Konsep lain dari teori Rogers adalah bahwa hubungan terapeutik antara klien dan perawat lebih penting dalam mencapai tujuan daripada menyatukan metode tradisional. Watson percaya latar belakang seni liberal yang kuat juga penting untuk proses asuhan yang holistik bagi klien. Watson percaya kajian tentang kemanusiaan dapat mengembangkan pikiran dan meningkatkan kemampuan berpikir dan pertumbuhan personal (Tomey&Alligood, 1998). Watson membandingkan status keperawatan saat itu dengan mitos Danaides, yang mengisi panci yang rusak dengan air hanya untuk melihat aliran air di tempat yang rusak. Sampai keperawatan menghubungkan teori dan praktik melalui kombinasi kajian ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, dia percaya kerusakan yang sama dapat diterangkan dalam dasar ilmiah dari ilmu keperawatan. Sebelas faktor kuratif dari Yalom menstimulasi Watson untuk berpikir tentang psikodinamik dan komponen manusia yang dapat diterapkan dalam keperawatan dan caring, dan hasilnya sepuluh karatif faktor. Hasil kerja Watson dinamakan uraian, model konseptual, kerangka kerja dan teori. Pada bab ini penggunaan istilah teori dan kerangka kerja dapat saling menggantikan. Watson mendasarkan teorinya untuk praktik keperawatan dalam sepuluh faktor karatif. Masing masing memilki komponen dinamika fenomena dinamik yang relatif terhadap individu dalam hubungan yang didorong oleh keperawatan. Tiga faktor interdependen pertama menyediakan dasar filosofi untuk ilmu caring. Sepuluh faktor karatif itu adalah : 1. Pembentukan nilai nilai sistem humanistik altruistik. Nilai nilai humanistik altruistik dipelajari sejak awal dalam hidup tapi dapat dipengaruhi oleh perawat pendidik. Faktor ini dapat dijelaskan sebagai kepuasan melalui pemberian dan perluasan rasa diri. Sistem nilai ini dimediasi oleh pengalaman hidup, belajar, dan terpapar dengan kemanusiaan. Watson menduga bahwa caring didasarkan pada nilai

humanistik dan perilaku altruistik yang dapat dikembangkan melalui latihan melihat pandangan diri seseorang, keyakinan, interaksi dengan berbagai budaya, dan pengalaman tumbuh seseorang. Semuanya penting untuk kedewasaan perawat sendiri, yang akan meningkatkan perilaku altruistik kepada yang lain. 2. Pemantapan harapan kepercayaan. Faktor ini bersama nilai humanistik altruistik memfasilitasi peningkatan asuhan keperawatan yang holistik dan kesehatan positif dalam populasi klien. Ini juga menjelaskan tentang peran perawat dalam pengembangan hubungan perawat klien yang efektif dan dalam peningkatan kesejahteraan dengan membantu klien mengadopsi perilaku mencari kesehatan. 3. Penanaman sensitifitas terhadap diri sesorang dan terhadap orang lain. Pengakuan terhadap perasaan mengarahkan ke aktualisasi diri melalui penerimaan diri untuk klien dan perawat. Jika perawat mengakui sensitifitas dan perasaannya, mereka menjadi lebih sejati, autentik dan sensitif terhadap orang lain. 4. Pengembangan hubungan percaya-membantu. Perkembangan hubungan percaya - membantu antara perawat dan klien penting untuk caring transpersonal. Hubungan saling percaya dapat meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Ini melibatkan kongruen, empati, kehangatan yang tidak posesif, dan komunikasi efektif. Kongruen melibatkan kenyataan, jujur, sejati dan autentik. Empati adalah kemampuan menunjukkan dan sehingga memahami persepsi dan perasaan orang lain dan mengkomunikasikan semua pemahamannya. Kehangatan yang tidak posesif ditunjukkan dengan volume bicara yang sedang, rileks, mimik terbuka, ekspresi wajah yang kongruen dengan komunikasi. Komunikasi efektif adalah komponen kognitif, afektif, dan respon perilaku. 5. Peningkatan dan penerimaan ekspresi perasaan positif dan negatif. Berbagi perasaan adalah pengalaman mengambil risiko untuk klien dan perawat. Perawat harus mempersiapkan diri untuk perasaan positif dan negatif.

10

Perawat harus mengakui bahwa pemahaman intelektual dan emosional terhadap situasi berbeda beda. 6. Penggunaan secara sistematik metode penyelesaian masalah ilmiah dalam pengambilan keputusan. Penggunaan proses keperawatan membawa penyelesaian masalah secara ilmiah ke dalam asuhan keperawatan, menghapus kesan tradisional bahwa perawat sebagai pembantu dokter. Proses keperawatan sama untuk proses riset yang sistematik dan terorganisir. Tanpa menggunakan metode penyelesaian masalah secara sistematik, praktik yang efektif adalah kecelakaan jika baik dan bahaya jika buruk. Metode penyelesaian masalah yang ilmiah hanya satu-satunya cara yang mengijinkan untuk mengontrol dan memprediksi serta melakukan koreksi diri sendiri. 7. Peningkatan belajar mengajar interpersonal. Faktor ini adalah konsep penting untuk keperawatan yang memisahkan caring dan curing. Hal ini mengijinkan klien diinformasikan dan memindahkan tanggung jawab untuk kesejahteraan seseorang dan kesehatan klien. Perawat memfasilitasi proses ini dengan teknik belajar mengajar yang didesain untuk membantu klien memberi perawatan diri sendiri, menentukan kebutuhan personal, dan memberi kesempatan untuk pertumbuhan personal mereka. 8. Menyediakan dukungan, perlindungan, dan atau korektif mental, fisik, sosiokultural, dan lingkungan spiritual. Perawat harus mengakui pengaruh lingkungan internal dan eksternal pada kesehatan penyakit individual. Konsep relevan dengan lingkungan internal meliputi kesehatan mental dan spiritual, dan keyakinan sosiokultural individu. Tambahan individual variabel epidemiologi meliputi kenyamanan, privasi, keamanan, dan kebersihan serta lingkungan yang estetik. 9. Membantu dengan pemuasan kebutuhan manusia. Perawat mengakui kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial, dan intrapersonal dirinya dan klien. Klien harus memuaskan kebutuhan yang lebih rendah sebelum berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Adapun urutan derajat kebutuhan menurut Watson yaitu:

11

Kebutuhan derajat lebih rendah (kebutuhan biofisik) kebutuhan bertahan hidup. 1. kebutuhan makan dan minum 2. kebutuhan eliminasi 3. kebutuhan ventilasi

Kebutuhan derajat lebih rendah (kebutuhan psikofisik)kebutuhan fungsional hidup. 1. kebutuhan aktifitas inaktifitas 2. kebutuhan seksualitas

Kebutuhan derajat lebih tinggi (kebutuhan psikososial) kebutuhan integratif. 1. kebutuhan pencapaian 2. kebutuhan afiliasi

Kebutuhan

derajat

lebih

tinggi

(kebutuhan

intrapersonal-

interpersonal)kebutuhan mencari pertumbuhan. 2.3.2. Kelebihan dan Kelemahan Teori Jean Watson Teori Watson lebih menekankan caring dalam praktik keperawatan. Watson percaya caring adalah inti dari praktik keperawatan. Selain itu Watson juga menekankan bahwa praktik perawat yang professional adalah praktik yang menggabungkan ilmu, seni, nilai kemanusiaan dan human care. Pada penerapan teori Watson pada kasus diatas semua faktor ini berusaha untuk digabungkan dan diselaraskan dalam bentuk proses keperawatan yang holistik. Pada pengkajian terdapat empat derajat kebutuhan yang digunakan dalam teori Watson. Pada kasus diatas, untuk kebutuhan derajat lebih rendah berupa kebutuhan biofisik yang perlu dikaji dari klien adalah yang berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan yang berkaitan dengan makan, minum, eliminasi dan ventilasi. Untuk itu perlu dikaji bagaimana klien memandang kondisi badannya, berapa berat badan, tinggi badan, apakah seimbang keduanya. Perawat perlu melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh pada tubuh klien ,meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada berbagai sistem tubuh. Pemeriksaan fisik head to toe perlu dituntaskan. Selain itu perawat

12

perlu mengkaji pola makan dan minum klien, apakah asupan makan klien cukup gizi, apakah asupan cairan klien cukup dan sesuai untuk berat badan dan usianya. Perlu juga diketahui pola eliminasi dan respirasi klien, keluhan-keluhan terhadap sistem-sistem tubuh klien perlu diketahui perawat. Perawat juga perlu mendapat informasi yang cukup tentang kondisi di rumah dan lingkungan yang terkait dan mempengaruhi fungsi fisiologis atau biofisik dari semua unsur tubuh klien. Perawat memerlukan ilmu yang memadai untuk menilai apakah hasil pemeriksaan yang telah dilakukannya terhadap klien menunjukkan hasil normal atau tidak. Disinilah pentingnya perawat memiliki ilmu keperawatan yang tinggi dan analisis yang tajam. Perawat harus memahami bahwa hubungan perawat-klien yang saling percaya dan membantu perlu dikembangkan sejak kontak awal dengan klien. Perawat harus menujukkan sikap caring sedini mungkin kepada klien. pada kasus diatas klien adalah lansia, sehingga perawat perlu memahami konsep dasar tentang lansia dan kondisinya supaya dapat melakukan pengkajan dengan lancar dan tepat. Pengkajian selanjutnya berupa pengkajian kebutuhan derajat lebih rendah berupa kebutuhan psikofisik. Kebutuhan ini menggambarkan kebutuhan fungsional dari diri klien meliputi kebutuhan aktifitas-inaktifitas dan kebutuhan seksualitas. Pengkajian yang perlu dilakukan pada bagian ini meliputi pandangan klien terhadap citra dirinya, apakah klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai dengan usianya dan apakah hasil laboratorium menunjukkan hasil yang normal atau tidak. Bagaimana pandangan dan kondisi kehidupan seksualitas klien. Juga perlu dikaji keterbatasan klien dalam melakukan aktifitas sesuai usianya, apa yang telah dan dapat dilakukannya dan apa yang belum atau tidak dapat dilakukannya. Pada pengkajian kebutuhan derajat lebih tinggi yaitu kebutuhan psikososial, yang perlu dikaji perawat berdasarkan teori Watson adalah yang terkait dengan kebutuhan fungsional. Perawat yang bertugas merawat klien diatas perlu mengkaji apakah hubungan klien dengan rekan seusianya memuaskan, apakah sesak nafas yang dialami menghambat hidupnya. Selain itu apakah lingkungan sekitarnya memfasilitasi dirinya untuk menjalani hidup dan mencapai tujuan serta dapat

13

bergabung dengan lingkungan itu. Perlu juga dikaji apakah klien merasa dapat mencintai dan dicintai. Pada pengkajian kebutuhan derajat yang tertinggi menurut Watson yaitu kebutuhan aktualisasi diri perawat perlu mengkaji bagaimana perasaan klien terhadap dirinya, apakah klien menyukai dunia yang dijalaninya, dan apakah klien telah merasa mencapai tujuan dirinya. Pada intinya pengkajian bagian ini ingin melihat sejauh mana klien memandang dirinya telah atau belum mencapai aktualisasi diri dalam hidupnya. Pada kasus diatas klien termasuk usia lansia yang mungkin memiliki pandangan aktualisasi diri yang berbeda dengan klien yang lebih muda. Sekali lagi, diperlukan pengetahuan perawat yang memadai dalam memandang dan menghadapi berbagai keragaman klien sebagai makhluk yang unik. Menurut Watson, setelah dilakukan pengkajian kemudian dibuat perencanaan dan dilakukan implementasi dari rencana yang telah dibuat. Hasil pengkajian dianalisa untuk kemudian dibuat perencanaan yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dari hasil pengkajian menyeluruh terhadap klien pada kasus diatas yaitu Ny. S dapat dirumuskan salah satu diagnosa keperawatan yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang tebal dan kental, usaha, batuk efektif lemah. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, kemudian disusun rencana asuhan keperawatan. Pada kasus ini, rencana asuhan keperawatan dikombinasikan antara rencana tindakan berdasarkan teori Watson yang lebih menekankan pada aspek psikologis dan rencana tindakan yang lebih menekankan pada biofisik yang diambil dari buku rencana asuhan keperawatan Doenges dkk (1993). Untuk dapat menerapkan teori Watson dengan efektif dan tepat, sepuluh faktor karatif dan asumsi Watson terhadap caring perlu menjadi landasan yang kuat dalam impelementasi rencana asuhan keperawatan tersebut. Rincian rencana keperawatan seperti yang telah dijabarkan pada proses keperawatan pada kasus tersebut. Setelah rencana tindakan diimplementasikan kemudian dilakukan evaluasi terhadap hasil implementasi yang dilakukan perawat tersebut. Untuk

mengevaluasi ditetapkan kriteria evalusi dan hal-hal apa saja yang akan dievalusi.

14

Hasil evalusi selanjutnya akan dijadikan masukan untuk membuat perencanaan berikutnya. Dari hasil evaluasi ini bisa saja timbul rencana baru atau melanjutkan rencana sebelumnya. Ini tergantung hasil evaluasi yang dilakukan perawat. Hal penting yang perlu dipahamai dalam menerapkan teori Watson dalam praktik keperawatan di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lain adalah perlunya kerjasama dari berbagai unsur dalam insitusi tersebut. Misalnya dalam membuat formulir pengkajian, perencanaan dan implementasi dan evaluasi harus disesuaikan dengan yang dipaparkan dalam teori Watson. Untuk itu perlu diskusi dan persamaan persepsi tentang cara mengaplikasikan teori ini. Selain itu, seperti yang telah disampaikan sebelumnya, sebaiknya penerapan teori ini juga dikombinasikan atau dimodifikasi dengan teori lain sehingga akan menghasilkan bentuk aplikasi teori dalam praktik keperawatan yang lebih komprehensif dan saling mengisi dan melengkapi kekurangan dari teori yang digunakan. Perlu diketahui bahwa setiap ahli keperawatan yang menghasilkan teori keperawatan, memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman serta kecenderungan yang berbeda-beda sehingga teori yang dihasilkan juga akan cenderung pada latar belakang para ahli itu masing-masing. Seperti teori Watson ini lebih menekankan pada aspek psikologis karena Watson memiliki latar belakang pendidikan yang lebih kuat pada bidang keperawatan psikologis-mental sehingga jika teorinya lebih menekankan pada aspek psikologis keperawatan. Oleh karena itu perawat harus membiasakan diri untuk berdiskusi bersama rekan sejawat dan bila perlu melibatkan para pakar untuk menentukan teori apa yang baik dan sesuai untuk diterapkan, sesuai dengan kondisi dan situasi institusi pelayanan tempat perawat tersebut bekerja. 2.4. Pendapat Pakar Keperawatan Neuman 2.4.1. Perkembangan Sistem Model Neuman Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara keseluruhan) meliputi aspek (variable) fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis seiring dengan

15

adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap stress. Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input, proses, output dan feedback sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan perspektif sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin keilmuan Tujuan ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara optimal. Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai sistem terbuka maka klien selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam maupun diluar sistem yang berupaya untuk mengusahakannya. Neuman menyebut gangguan-gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki dampak negatif atau positif. Reaksi terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan gejala yang dapat diidentifikasi. Neuman menyajikan aspek-aspek model sistemnya dalam suatu diagram lingkaran konsentris, yang meliputi variabel fisiologi, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual, basic structure dan energy resources, line of resistance, normal line of defense, fixible line of defense, stressor, reaksi, pencegahan primer, sekunder, tertier, faktor intra, inter dan ekstra personal, serta rekonstitusi. Adapun faktor lingkungan, kesehatan, keperawatan dan manusia merupakan bagian yang melekat pada model ini yang saling berhubungan dan mendukung ke arah stabilitas sistem. 2.4.2. Keperawatan menurut Neuman Neuman menyatakan bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh dan keperawatan adalah sebuah profesi yang unik yang mempertahankan semua variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stressor. Melalui penggunaan model keperawatan dapat membantu individu, keluarga dan kelompok untuk mencapai dan mempertahankan level maksimum dari total wellness. Keunikan keperawatan adalah berhubungan dengan integrasi dari semua

16

variabel yang mana mendapat perhatian dari keperawatan. Neuman (1981) menyatakan bahwa dia memandang model sebagai sesuatu yang berguna untuk semua profesi kesehatan dimana mereka dan keperawatan mungkin berbagi bahasa umum dari suatu pengertian. Neuman juga percaya bahwa keperawatan dengan perspektif yang luas dapat dan seharusnya mengkoordinasi pelayanan kesehatan untuk pasien supaya fragmentasi pelayanan dapat dicegah. 2.4.3. Aktivitas Keperawatan Perawat dalam model Neuman dipandang sebagai aktor atau pemberi intervensi yang mempunyai tujuan mengurangi pertemuan individu dengan stressor yang jelas atau meminimalkan efeknya. Perawat mungkin memilih untuk mengintervensi dengan cara menguatkan kemampuan klien untuk berespon terhadap stressor. Jadi tanpa memperhatikan apakah pertemuan dengan stressor itu menghasilkan hasil yang positif atau negatif, perawat memberikan pelayanan sebagai peserta yang aktif dalam mendukung pertahanan klien dengan membantu klien berespon yang sesuai terhadap stressor yang datang. Partisipasi aktif dari klien membenarkan arti dari pengalamannya dengan perawat. Selanjutnya pembuatan tujuan kolaborasi dan kemajuannya adalah istilah yang digunakan Neuman untuk menjelaskan aktivitas antara perawat dank lien. Neuman menyatakan bahwa sekali masalah utama telah didefinisikan dan diklasifikasikan satu keputusan harus dibuat sebagai bentuk intervensi apa yang harus diambil sebagai prioritas.Yang membuat keputusan adalah proses kolaborasi antara perawat dan klien terlibat dalam merundingkan tujuan kolaborasi yang sesuai. Perawat membantu klien berbeda tergantung pencegahan primer, sekunder atau tersier yang diperlukan. Dalam situasi perawatan tiap klien perawat mengkaji dan mengintervensi secara berbeda. Contoh jika stressor ada di lingkungan klien tapi tidak merusak garis pertahanan normal (tingkat pencegahan primer), perawat mungkin mengkaji faktor-faktor resiko dan mencari kemungkinan untuk mengajari atau membantu klien sesuai dengan kebutuhannya. Jika stressor telah menembus garis pertahanan normal (tingkat pencegahan sekunder perawat mungkin bertindak untuk menentukan sifat dari proses penyakit dan mulai berurusan dengan respon maladaptive. Jika stressor dihasilkan dalam gejala-gejala

17

sisa (tingkat pencegahan tertier) perawat berusaha untuk membatasi atau mengurangi efek, barangkali dengan menggunakan sumber-sumber rehabilitasi. Ringkasnya perawat atau profesi kesehatan lain menggunakan model Neuman adalah pengevaluasi aktif dan pemberi intervensi aktif. Klien dipandang sebagai aktif tetapi lebih rendah disbanding perawat berhubungan beberapa perubahan status kesehatan. Keperawatan digambarkan sebagai profesi yang unik, keunikannya dihubungkan dengan sifat holistic manusia dan pengaruh dari variable yang berinteraksi dalam lingkungan internal maupun eksternal. Perawat mengkaji semua factor yang berpengaruh pada klien..Contoh Neuman menyatakan bahwa lapang persepsi pemberi pelayanan professional dan klien harus dikaji karena persepsi klien dan caregiver mungkin bervariasi. Dengan demikian hal ini akan mempengaruhi tindakan caregiver. Pengkajian persepsi berarti bahwa perawat mengkaji prasangka, kebutuhan dan nilai-nilai yang dimiliki klien yang berhubungan dengan kondisi klien sebelum membuat keputusan. Hal ini penting bahwa pengkajian persepsi harus menjadi aspek yang dimuat karena ini akan sangat berguna pada format proses perawatan yang selanjutnya dibuat oleh Neuman. 2.4.4. Kelemahan dan Kekuatan Konsep Neuman 1. Kekuatan a. Neuman menggunakan diagram yang jelas , diagram ini digunakan dalam semua penjelasan tentang teori sehingga membuat teori terlihat menarik. Diagram ini mempertinggi kejelasan dan menyediakan perawat dengan tantangan tantangan untuk pertimbangan b. Model system Neuman lebih flexible bias digunakan pada area keperawatan, pendidikan dan pelatihan keperawatan 2. Kelemahan a. Model Sistem Neuman dapat digunakan oleh semua profesi kesehatan, sehingga untuk profesi keperawatan menjadi tidak spesifik b. Penjelasan tentang perbedaan stressor interpersonal dan ekstrapersonal masih dirasakan belum ada perbedaan yang jelas

18

c. Model system Neuman tidak membahas secara detail tentang perawat klien, padahal hubungan perawat klien merupakan domain penting dalam Asuhan Keperawatan

19

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Fungsi Perawat Sebagai Komunikator Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam memberikan perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan komunitas. Peran perawat sebagai komunikator juga sangat berpengaruh terhadap citra perawat di mata masyarakat. Masyarakat sangat mengharapkan perawat dapat menjadi komunikator yang baik. Klien juga manusia yang membutuhkan interaksi pada saat ia menjalani asuhan keperawatan. Interaksi verbal yang dilakukan dengan perawat sedikit banyak akan berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan klien. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antarsesama perawat dan profesi kesehatan lainnya, serta sumber informasi dan komunitas. Kualitas komunikasi yang dimiliki oleh seorang perawat merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan komunitas. Sudah seharusnya seorang perawat profesional memiliki kualitas komunikasi yang baik saat berhadapan dengan klien, keluarga maupun dengan siapa saja yang membutuhkan informasi mengenai masalah keperawatan terkait kesehatan klien.

3.2. Fungsi Perawat Sebagai Pemberi Kenyamanan Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik.

20

Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya. Kenyamanan merupakan suatu perasaan subjektif dalam diri manusia. Masyarakat yang menjadi klien dalam asuhan keperawatan akan memiliki kebutuhan yang relatif terhadap rasa nyaman. Mereka mengharapkan perawat dapat memenuhi kebutuhan rasa nyaman mereka. Oleh karena itu, peran perawat sebagai pemberi kenyamanan, merupakan suatu peran yang cukup penting bagi terciptanya suatu citra keperawatan yang baik. Seorang perawat profesional diharapkan mampu menciptakan kenyamanan bagi klien saat klien menjalani perawatan. Perawat profesional juga seharusnya mampu mengidentifikasi kebutuhan yang berbeda-beda dalam diri klien akan rasa nyaman. Kenyamanan yang tercipta akan membantu klien dalam proses penyembuhan, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat. Pemberian rasa nyaman yang diberikan perawat kepada klien dapat berupa sikap atau perilaku yang ditunjukkan dengan sikap peduli, sikap ramah, sikap sopan, dan sikap empati yang ditunjukkan perawat kepada klien pada saat memberikan asuhan keperawatan. Memanggil klien dengan namanya merupakan salah satu bentuk interaksi yang dapat menciptakan kenyamanan bagi klien dalam menjalani perawatan. Klien akan merasa nyaman dan tidak merasa asing di rumah sakit. Perilaku itu juga dapat menciptakan citra perawat yang ideal di mata klien itu sendiri karena klien mendapatkan rasa nyaman seperti apa yang diharapkannya.

21

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Dari pembahasan tersebut di atas merupakan sebagian kecil gambaran mengenai peran yang dapat dilakukan oleh seorang perawat profesional dalam membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Masih banyak lagi hal lain yang dapat dilakukan oleh seorang perawat profesional untuk menciptakan citra perawat ideal yang lebih baik lagi di mata masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu, tentu saja diperlukan kompetensi yang memadai, kemauan yang besar, dan keseriusan dari dalam diri perawat sendiri untuk membangun citra keperawatan menjadi lebih baik. Perawat yang terampil, cerdas, baik, komunikatif, dan dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik sesuai dengan kode etik, tampaknya memang merupakan sosok perawat ideal di mata masyarakat. Semoga kita dapat menjadi perawat profesional yang mampu menjadi role model bagi perawat-perawat lain dalam membawa citra perawat ideal di mata masyarakat. Hidup perawat Indonesia! 4.2. Saran Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis. Hal ini tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Untuk itu diharapkan bagi calon perawat agar dapat meningkatkan pelayanan pemenuhan kebutuhan manusia dikemudian hari.

21

22

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. E. (2002). Nursing care plane: Guidelines for planning & documenting patient care, 3rd edition, FA. Davis. George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth Edition. USA : Appleton & Lange. Hidayat AA. (2004). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba PPNI (2000) Standar Praktik Keperawatan. Jakarta : PPNI. Tomey Ann Marriner, Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists and Their work. 6 Ed. USA : Mosby Inc. http://woalexcont.blogspot.com/2011/02/teori-keperawatan-menurut-sister.html http://anangrachyudi-indokuwaitnurse-gate.blogspot.com/2008/12/teorikeperawatan-menurut-jean-watson.html http://jatiarsoeko.blogspot.com/2012/01/makalah-model-konsep-florence.html http://www.sandiego.edu/acamics/nursing/theory/Orlando http://afiyahhidayati.wordpress.com/2009/02/14/teori-dan-model-konseptualkeperawatan/ http://mhs.blog.ui.ac.id/rani.setiani/2009/05/04/peran-perawat-profesional-dalammembangun-citra-perawat-ideal-di-mata-masyarakat/

Anda mungkin juga menyukai