Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

Anestesi spinal dengan anestesi lokal telah digunakan secara luas untuk operasi perut dan ekstremitas bagian bawah. Total spinal anestesi adalah

komplikasi yang disebabkan oleh masuknya anestesi lokal yang tidak sengaja kedalam ruang subarakhnoid. Penggunanaan kata total atau komplit

mengimplikasikan blok anestesi yang melibatkan saraf servikal dan lebih ke atas ( seperti batang otak dan saraf cranialis ).1,2 Telah dilaporkan terjadi saat usaha melakukan blok epidural, spinal, dan interscalene. Dalam beberapa kasus, tanda dari total spinal anestesi terjadi selama blok neuraxial, namun mekanismenya masih belum jelas.3 Gejala dan tanda biasanya muncul dalam hitungan menit setelah pemberian obat ke ruang subarakhnoid, walaupun pernah dilaporkan

perpanjangan hingga 30 menit. Muntah dan blok tinggi sensoris ( >T1) dapat menjadi indikator awal.2 Penanganan bersifat suportif tergantung pada gejala dan tanda yang muncul. Penemuan gejala secara dini akan sangat membantu dalam penanganan total spinal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. EPIDEMIOLOGI Insidensi dari total spinal blok masih belum diketahui. Terdapat beberapa laporan kasus dan seri kasus dari komplikasi yang mengikuti anestesi spinal ini. Sebuah penelitian studi kohort terbaru mereview total 636 anestesi spinal untuk seksio sesarea dan tidak ditemukan total spinal anestesi yang memerlukan general anestesi. 2 Sebuah penelitian di Thailand yang meneliti komplikasi setelah anestesi spinal, dari 40.271 anestesi spinal oleh spesialis anestesi. Insidensi total spinal per 10000 spinal anestesi adalah 1,49. Komplikasi lainnya yang ditemukan adalah komplikasi neurologis, suspek infark myokard atau infak, dan desaturasi oksigen.4

B. MEKANISME DAN FAKTOR RESIKO Total spinal blok disebabkan oleh anestesi lokal yang mengganggu fungsi sel saraf normal di korda spinalis servikal atau batang otak. Mekanismenya masih belum diketahui. Beberapa laporan kasus dan studi belum memberikan gambaran pola yang jelas. Secara umum, faktor berikut ini dapat dijadikan

perhatian untuk mengurangi resiko terjadinya total spinal 2

1. Faktor obat 2 a. Ketinggian blok tergantung pada dosis dibandingkan volume ( lebih tinggi dosis lebih tinggi resiko ) b. Barisitas.-penyebaran dapat dikontrol dengan menggunakan larutan hiperbarik. c. Pemberian obat sebelumnya- seperti pemberian anestesi epidural difusi. 2. Faktor pasien 2 a. Morfologi tubuh-BMI tinggi atau besarnya abdomen ( termasuk kehamilan ) dapat mengurangi volume tecal dan meningkatkan resiko blok tinggi. b. Faktor anatomi atau patologi-penekanan ruang thecal ( cairan epidural dan dilatasi pembuluh darah ), kanalis spinal yang abnormal dapat menjadikan resiko lebih tinggi. 3. Faktor tekhnik 2 a. Insersi lumbal yang tinggi dapat meningkatkan resiko blok tinggi b. Posisi saat dan setelah injeksi- duduk dapat mengurangi penyebaran ke cephal. c. Jarum spinal. Jarum yang lebih kecil dan lubang jarum mengarah ke cranial/sefal meningkatkan resiko terjadinya block yang lebih tinggi.

Pada sebuah laporan kasus dilaporkan adanya total spinal pada sebuah anesthesi epidural dimana masuknya kateter epidural ke intratekal pada anak perempuan berusia 14 tahun yang menggunakan kombinasi dari anestesi epidural dan general anestesi untuk bedah ortopedi. Pada kasus ini 200 mg lidokain dan 61 mg buvipakain diinjeksikan ke dalam intratekal dan menghasilkan apneu, dilatasi menetap pupil pada akhir dari pembedahan. 20 mililiter cairan serebrospinal digantikan dengan 10 mililiter normal saline dan 10 mililiter Ringer laktat dari kateter epidural. Respirasi spontan kembali setelah 5 menit kemudian, pasien di ekstubasi setelah 30 menit.5

C. MANIFESTASI KLINIS Pada sistem kardiorespiratory: -Hipotensi. Hipotensi muncul akibat penurunan pada tahan vaskular sistemik dan tekanan vena sentral dari blok simpatis dengan vasodilatasi dan redistribusi dari volume darah sentral ke ekstremitas bawah dan usus.6 -Bradikardi. Faktor resiko untuk terjadinya bradikardia pada populasi non obstetrik adalah rata-rata detak jantung 60x/menit, status fisik ASA I, penggunaan beta blocker, memanjangnya PR interval pada EKG, dan blok tinggi ada T5 atau lebih tinggi.6 -Respiratory kompromis -Apneu

-Turunnya saturasi oksigen -Kesulitan berbicara/batuk -Cardiac arrest/asistol Pada sistem neurologis:2 -Nausea dan kecemasan -Disestesi pada tangan atau paralisis -Blok tinggi sensoris -Gejala pada saraf kranialis -Kehilangan kesadaran

D. PENANGANAN Penanganan secara suportif dan tergantung pada derajat dan tinggi dari blok. Penemuan gejala secara dini karena progresi dari blok mungkin dapat dikurangi ( head raised ) atau gejala kardio respiratory dapat dihindari. 2 Kelainan Bradikardia Penanganan Vagolitik seperti atropin Simpatomimetik adrenalin seperti efedrin,

Hipotensi

Vasopresor fenilefrin Bolus cairan Elevasi kaki

seperti

metaraminol,

Disfungsi respiratorik

Oksigenasi Intubasi dan ventilasi

Kehilangan kesadaran

Menjaga Airway suportif

BAB III PENUTUP Anestesi spinal digunakan secara luas karena prosedurnya yang mudah, efektif, dan pasien yang tetap terjaga selama operasi. Total spinal merupakan komplikasi yang walaupun belum diketahui insidensinya secara pasti, namun sangat berbahaya. Pengetahuan tentang faktor resiko, pengenalan gejala dan tanda awal dari total spinal, serta penanganan suportifnya sangat penting dalam pengawasan selama operasi dengan anestesi spinal.

DAFTAR PUSTAKA 1. Shadangi BK, Garg R, Pandey R, Das T. Effects of intratechal midazolam in sinal anaesthesia: a prospective randomised case control study. Singapore J Med J 2011;52(6):423 2.Newman B. Complete spinal block following spinal anaesthesia. Anaesthesia Tutorial of The Week 180. 2010. 1-4. 3. Park PC, Berry PD, Larson MD. Total spinal anesthesia following epidural saline injection after prolonged epidural anesthesia. Anesthesiology 1998;89:1267-70. 4. Charuluxananan S, Thienthong S, Rungreungvanich M et al. The Thai anesthesia study ( THAI study ) of morbidity after spinal anesthesia: a multi centered registry of 40,271 anesthetics. J Med Assoc Thai 2007;90(6):1150-9. 5. Tsui BCH, Malherbe S, Koller J, Aronyk K. Reversal of an unintentional spinal anesthethic by cerebrospinal lavage. Anesth Analg 2004;98:434-6. 6. Warltier D. Current issues in spinal anesthesia. Anesthesiology 2001;94:888906.

Anda mungkin juga menyukai