Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dewasa ini kita sering kali melihat berita-berita mengenai penjualan hewan-hewan langkah dan pemburuan hewan-hewan langkah oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Hal itu menyebabkan kepunahan beberapa spesies hewan-hewan yang ada di Indonesia. Contohnya saja harimau jawa. Punahnya harimau jawa (Panthera tigris sondaica) disebabkan oleh pemburuan liar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan juga karena habitat atau tempat tinggal aslinya yang sudah mulai terkikis akibat pembangunan yang menggunakan lahan sebesar-besarnya. Setelah punahnya harimau jawa (Panthera tigris sondaica), kini yang tersisa hanya macan tutul jawa (Panthera pardus melas) sebagai kucing besar terakhir yang menghuni pulau jawa. Kehidupannya pun kini mulai terancam. Banyak yang memburunya untuk diawetkan karena keindahan hewan tersebut. Sungguh menyedihkan bila satu persatu hewan Indonesia punah begitu saja akibat tidak adanya kesadaran kita mengenai betapa pentingnya melestarikan alam di dunia ini. Keterbatasan dalam melakukan penelitian macan tutul di alam menyebabkan informasi tentang macan tutul jawa belum banyak terungkap. Diperlukan penelitian-penelitian intensif untuk mengetahui berbagai

fenomena satwa pemangsa utama di hutan pulau jawa ini. Sebagai bahan informasi, bahasan tulisan ini menampilkan tentang macan tutul berdasarkan berbagai referensi umum maupun berdasarkan observasi macan tutul di salah satu kawasan kebun binatang di DKI Jakarta, Kebun Binatang Ragunan, Ragunan, Jakarta Selatan.

1.2 Identifikasi Masalah Melihat semua hal yang melatarbelakangi kempunahan hewan-hewan langkah khususnya macan tutul maka, kami menarik beberapa masalah dengan berdasarkan kepada: a) Kurangnya kesadaran manusia untuk melestarikan alam habitat macan tutul. b) Tidak meratanya bahan pembelajaran tentang macan tutul yang diajarkan pada siswa-siswi di Indonesia

1.3 Pembatasan Masalah Karena cangkupan yang begitu luas dan meliputi berbagai aspek kehidupan, maka kami hanya membataskan pembahasan hanya dari segi kehidupan macan tutul jawa saja.

1.4 Perumusan Masalah Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut: a) Apa ciri-ciri karakteristik macan tutul jawa? b) Dimana habitat macan tutul tinggal? c) Kapan saat atau waktu yang subur untuk macan tutul berkembang biak? d) Bagaimana proses pertumbuhan macan tutul kecil menjadi macan tutul dewasa? e) Mengapa macan tutul membawa hasil buruannya ke atas pohoh atau tempat yang sulit dijangkau hewan lain?

1.5 Tujuan Penulisan Penyusunan karya ilmiah ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuantujuan yang dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam pemahaman tentang macan tutul di Indonesia. Secara terperinci tujuan dari penelitian ini adalah: a) Mengetahui bagaimana kehidupan macan tutul jawa di Indonesia b) Mengetahui bagaimana reproduksi pada macan tutul jawa

1.6 Metode Penulisan Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis mempergunakan metode observasi atau teknik pengamatan langsung, dan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka. Tidak hanya itu, kami juga mencari bahan dan sumber-sumber dari media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu, Internet.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ciri Karakteristik Dibandingkan subspesies macan tutul lainnya, Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) mempunyai ukuran relatif kecil. Panjang tubuh berkisar antara 90 150 cm dengan tinggi 60 95 cm. Bobot badannya berkisar 40 60 kg. Subspesies Macan Tutul yang menjadi satwa endemik pulau Jawa ini mempunyai ciri khas warna bertutul-tutul di sekujur tubuhnya. Pada umumnya bulunya berwarna kuning kecoklatan dengan bintik-bintik berwarna hitam. Bintik hitam di kepalanya berukuran lebih kecil. Macan Tutul Jawa betina memiliki ciri serupa, namun berukuran lebih kecil dari macan tutul jantan. Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) sebagaimana macan tutul lainnya adalah binatang nokturnal yang lebih aktif di malam hari. Kucing besar ini termasuk salah satu binatang yang pandai memanjat dan berenang. 2.2 Habitat Habitat aslinya macan tutul hidup di seluruh Afrika dan Asia Selatan. Namun kini sudah banyak subspesies macan tutul, terutamanya di Asia terancam kepunahan dan banyak yang mati. Macan tutul mempunyai lebih dari 30 subspesies yang ditemukan di segala macam habitat, mulai dari hutan tropis, gurun, savanna, pegunungan dan daerah pemukiman.

2.3 Reproduksi Jantan akan mengikuti betina. Jantan akan berkelahi agar dapat bereproduksi dengan betina bergantung pada daerah diman macan tutul itu

berada, Macan tutul dapat berpasangan dengan betina sepanjang tahun (India dan Afrika), atau pada musim tertentu selama januari sampai februari (Manchuria dan Siberia). Masa subur terjadi antara 46 hari sekali dan betina akan menstruasi selama 6-7 hari.

Macan tutul betina umumya memiliki anak lebih kurang 2-6 ekor setiap kelahiran dengan masa kehamilan lebih kurang 110 hari. Namun tingkat kematian bayi macan tutul sangat tinggi hingga yang dapat bertahan hidup hanya 1-2 ekor. Anak macan tutul akan menjadi dewasa pada usia 3-4 tahun. Betina yang sedang hamil akan menemukan gua, celah diantara batu besar, rongga pohon, atau diantara semak belukar, sebagai tempat untuk melahirkan dan untuk membuat sarang. Anak macan akan membuka matanya setelah 10 hari sesudah dilahirkan. Bulu dari anak Macan Tutul cenderung lebih panjang dan lebih tebal dari pada bulu Macan Tutul dewasa. Warna bulunya abu-abu dan mempunyai pola bintik-bintik di bulunya yang sedikit. Selama 3 bulan, anak Macan Tutul akan mengikuti induknya untuk berburu. Setelah Macan Tutul yang berumur 1 tahun, maka dia telah dapat berburu untuk dirinya sendiri, tetapi induknya akan melindunginya selama 18-24 bulan. Macan Tutul betina cenderung untuk memelihara anaknya, tetapi berdasarkan laporan terbaru diketahui bahwa macan tutul jantan juga ikut membantu mengasuh betina (pasangannya) dan anaknya, contohnya dengan membawakan hasil buruan sebagai makanan untuk mereka. 2.4 Perilaku Perilaku macan tutul terkenal dengan kemampuannya untuk tidak terdeteksi. Mereka dapat hidup diantara manusia. Mereka ahli dalam memanjat, berenang tetapi tidak seperti harimau, macan tidak akan berbaring di air. Mereka merupakan hewan nokturnal tetapi dapat dilihat pada siang

hari. Macan ini hidup soliter, saling menghindar satu sama lain. Tetapi mereka kadang terlhat bersama sebanyak 3 sampai 4 ekor. Mereka memiliki pendengaran dan penglihatan yang kuat. Ketika melakukan ancaman, macan tutul akan memanjangkan badannya dan menundukan kepalanya (sama seperti pada kucing domestik). Pada siang hari mereka biasanya berbaring di atas batu, atau di atas pohon. Macan tutul dapat dilihat kapan saja di siang hari. Mereka sebenarnya merupakan hewan nokturnal, tetapi macan tutul yang hidup di daerah konservasi mereka lebih diurnal, walaupun sering terlihat berburu di siang hari. Macan tutul baik dalam memanjat, menurunkan kepalanya terlebih dahulu. Macan tutul lebih banyak berburu di atas tanah, dan merupakan pemburu yang handal dengan rata-rata daerah perburuan seluas 275 m. mereka menerkam mangsanya terlebih dahulu sebelum memakannya. Macan tutul akan menyeret mangsanya, dan mengangkatnya ke atas dahan meskipun seringkali mangsanya berukuran lebih besar daripada tubuhnya contohnya antelope. Hal itu dilakukan untuk melindungi hasil buruannya agar tidak di rebut oleh pemangsa lain dan untuk menyimpan hasil buruan tersebut untuk cadangan makanannya. Dua pertiga waktunya dihabiskan untuk beristirahat, sebagian besar waktunya dihabiskan di atas pohon, di atas batu besar atau di dalam sarang burung pemakan bangkai. Macan tutul hidup soliter, persebarannya bergantung pada ketersediaan sumber makanan. Mereka melakukan penandaan teritori dengan mengeluarkan urine dan membuat cakaran pada pohon. Mereka lebih dapat beradaptasi daripada singa dan harimau dan dapat tinggal dalam daerah yang padat. Macan tutul hidup di hutan-hutan yang masih alami dan padang rumput. Keberadaan macan tutul sangat dipengaruhi jumlah makanan dan kondisi alam untuk kamuflase dalam berburu atau melindungi diri.

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Dari pembahasan mengenai macan tutul di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kesadaran untuk menjaga alam sangat penting. Seperti yang sudah dijelaskan bayi macan tutul yang dapat bertahan hidup hanya 1-2 ekor. Selain itu, ketika sedang hamil macan tutul betina akan mencari tempat yang nyaman untuk dia melahirkan anaknya. Dengan keadaan alam di Indonesia yang semakin memburuk saat ini apakah macan tutul dapat meneruskan kelangsungan hidupnya sebagai kucing besar penghuni hutan di Indonesia? Untuk itulah sekarang merupakan tanggung jawab kita sebagai tunas bangsa untuk menjaga kelestarian flora fauna dan lingkungan alam di Indonesia agar nanti anak cucu penerus kita masih dapat melihat langsung macan tutul dan hewan-hewan lain yang sudah hampir punah saat ini bukan hanya dari buku cerita dan buku sejarah.

3.2 Saran Untuk membantu melestarikan kelangsungan hidup dari macan tutul dan hewan-hewan lainnya alangkah baiknya dilakukan beberapa kegiatan atau perubahan sebagai berikut: a) Melakukan reboisasi atau penanaman kembali di hutan-hutan yang gundul b) Mengurangi penebangan hutan untuk tempat-tempat industri c) Memberantas penebangan-penebangan liar d) Penyuluhan di seluruh kebun binatang, cagar alam, dan tempat konservasi agar mereka sadar betapa pentingnya hewan-hewan dan alam sekitar bagi masa depan.

Anda mungkin juga menyukai