Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS 2012
PENDAHULUAN Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang ditandai dengan meningkatnya tekanan intraokular yang disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Glaukoma yang penyebabnya tidak di ketahui disebut glaucoma primer, sedangkan glaucoma yang penyebabnya diketahui disebut glaucoma sekunder. Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran keluar aqueous humor akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses
aqueous humor ke sistem drainase (glaukoma sudut tertutup). Beberapa
gejala umum glaukoma adalah penglihatan kabur, hilangnya lapang pandang perifer, terlihat halo dan sakit kepala. Pada glaukoma sekunder, gejala spesifik tergantung pada keadaan atau penyakit yang menyebabkannya. Disamping anamnesa yang cermat dan teliti, perlu dilakukan
pemeriksaan guna dapat mendiagnosis suatu glaukoma, antara lain pemeriksaan tajam penglihatan, lapang pandang, tekanan bola mata, gonioskopi. Tonografi dan tes provokasi dilakukan bila memungkinkan.
Pengobatan pada glaucoma hanya ditujukan untuk mempertahankan visus dan lapang pandang yang ada dengan menurunkan tekanan intraokular dan apabila mungkin, memperbaiki patogenesis yang mendasarinya.
penyempitan lapang pandang khas glaucomatosa dan ekskavasio diskus optikus, dimana peningkatan tekanan intra okuler merupakan salah satu faktor resikonya.
KLASIFIKASI Glaukoma diklasifikasikan sebagai glaukoma sudut terbuka dan tertutup. Jika penyebab glaukoma diketahui, disebut sebagai glaukoma sekunder, tapi jika penyebabnya tidak diketahui disebut sebagai glaukoma primer. Lebih jelasnya glaukoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut : A. Glaukoma Primer 1. Glaukoma simpleks (sudut terbuka) i. Peningkatan TIO. ii. Perubahan lapangan pandang iii. Mata terasa sakit oada pagi hari
2. Glaukoma sudut tertutup
i. Peningkatan TIO. ii. Bilik mata depan dangkal. iii. Edema kornea
iv. Dilatasi pupil v. Kemerahan di badan silier. 3. Glaukoma Congenital i. Primer atau infantile : epifora, fotofobia, mata besar, kornea buram. ii. Menyertai penyakit kongenital lainnya 4. Glaukoma Sekunder i. Perubahan lensa ii. Kelainan uvea iii. Trauma iv. Bedah v. Rubeosis vi. Steroid, dll 5. Glaukoma Absolut Glaucoma absolut merupakan stadium akhir glaucoma (sempit atau terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata. Kornea terlihat keruh, bilik mata depan dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.
PATOFISIOLOGI Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada keadaan fisiologis pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm,sclera spur, garis Schwalbe dan jonjot iris. Dalam keadaan
normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior oleh badan siliar, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui trabekula meshwork ke canalis schlemm.
Pada glaucoma
pada jaringan
trabekular, sedangkan sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intra okuler meningkat karena adanya hambatan outflow humor akuos akibat kelainan pada jaringan trabekular. Pada glaucoma sudut tertutup, jaringan trabekular normal sedangkan tekanan intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata, sehingga outflow humor akuos
terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yan sempit (tertutup).
GEJALA DAN TANDA Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena berkembang tanpa ditandai dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya diketahui disaat penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan. Pada fase lanjut glaukoma, gejala-gejala berikut mungkin timbul: Hilangnya lapang pandang perifer Sakit kepala Penglihatan kabur Melihat pelangi bila melihat sumber cahaya.
Pada glaukoma sudut terbuka akan terjadi penglihatan yang kabur dan penurunan persepsi warna dan cahaya. Terjadi penurunan luas lapang pandang yang progresif. Yang pertama hilang adalah lapang pandang perifer yang pada akhirnya hanya akan menyisakan penglihatan yang seperti terowongan (tunnel vision). Penderita biasanya tidak memperhatikan kehilangan lapang pandang perifer ini karena lapang pandang sentralnya masih utuh. Pada glaukoma sudut tertutup dapat terjadi gejala nyeri, sakit kepala, nausea, mata merah, penglihatan kabur dan kehilangan penglihatan. DIAGNOSIS 1. Funduskopi. Untuk melihat gambaran dan menilai keadaan bagian dalam bola mata terutama saraf optik. 2. Tonometri.
Pemeriksaan untuk mengukur tekanan bola mata, baik dengan alat kontak menyentuh bola mata ) maupun non kontak. 3. Gonioskopi Adalah pemeriksaan untuk menilai keadaan sudut bilik mata, adakah hambatan pengaliran humor aquos. 4. Perimetri Pemeriksaan mendeteksi lapang pandangan dengan komputer, untuk atau menilai hilangnya lapang pandang akibat
kerusakan saraf penglihatan. Pemeriksaan lengkap ini hanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita glaukoma saja.
PENATALAKSANAAN 1. Terapi obat-obatan Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Terapi awal yang diberikan adalah penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol) atau simpatomimetik (adrenalin dan depriverin). Untuk mencegah efek samping obat diberikan dengan dosis terendah dan frekuensi pemberiannya tidak boleh terlalu sering. Miotikum (pilocarpine dan carbachol) meski merupakan antiglaukoma yang baik tidak boleh digunakan karena efek sampingnya. Jika pengobatan belum efektif maka dapat dilakukan peningkatan konsentrasi obat, mengganti jenis obat atau menambah dengan obat lain. 2. Terapi bedah Trabekuloplasti jika TIO tetap tidak bisa terkontrol
dengan pengobatan medikamentosa yang maksimal. Iridectomy ataupun Trabekulotomi (bedah drainase) jika gagal, atau kontraindikasi dengan
trabekuloplasti
PROGNOSIS
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, tablet, operasi laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata.
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
I.
Identitas Pasien
a. Nama b. Alamat c. Usia d. Jenis kelamin
41 tahun : Perempuan
e. Suku f. Agama
g. Pekerjaan
Jawa : Islam
h. Status i. RM :
493214
II.
Anamnesis a. Anamnesis secara Autoanamnesis pasien pada tanggal 03 Agustus 2012 , dan Alloanamnesa dari CM
c. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan mata kiri terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu. Awalnya pasien merasa gatal di mata,
dan kepala sering terasa cekot cekot. Selain itu, pasien juga kadang melihat pelangi saat memandang lampu. Sekarang, pasien merasa penglihatannya menyempit sehingga untuk berjalan menjadi kesusahan dan harus berhati hati. Keluhan serupa pernah dialami pasien pada mata kanannya. Mata kanan sudah tidak bisa melihat sejak 6 tahun yang lalu. Awalnya, mata kanan juga terasa gatal, cekot cekot, kabur dan kadang terlihat pelangi saat melihat lampu. lalu lama kelamaan, mata kanan hilang pandangan penglihatan yang terasa semakin lama semakin mengecil lalu tidak bisa melihat sampai sekarang. Pasien sudah sering ke dokter dan di beri obat tetes, namun keluhan dirasa pasien tidak berkurang.
d. Riwayat penyakit dahulu Operasi mata: disangkal DM: disangkal HT: disangkal Riwayat memakai kacamata (-)
ekonomi : Kurang
III.
compos mentis
iv. Suhu :
OD
OS
OCULI DEXTRA(OD)
PEMERIKSAAN
OCULI SINISTRA(OS)
1/ Ragu - ragu Tidak dikoreksi Gerak bola mata normal, enoftalmus (-), eksoftalmus (-), strabismus (-) Edema (-), hiperemis(-), nyeri tekan (-), blefarospasme (-), lagoftalmus (-), ektropion (-), entropion (-) Edema (-), injeksi konjungtiva (-), injeksi siliar (-), infiltrat (-), hiperemis (-) Warna putih dan tidak ikterik Bulat, edema (-), keratik presipitat (-) infiltrat (-), sikatriks (-) Jernih, kedalaman dangkal, hipopion (-), hifema (-) Kripta (-), Warna coklat, edema ( -), sinekia anterior (+)
6/24 Bisa Tidak dikoreksi Gerak bola mata normal, enoftalmus (-), eksoftalmus (-), strabismus (-) Edema (-), hiperemis(-), nyeri
Palpebra
tekan (-), blefarospasme (-), lagoftalmus (-) ektropion (-), entropion (-) Edema (-), injeksi konjungtiva (-), injeksi siliar (-),
Konjungtiva
Sklera
Kornea
keratik presipitat (-), infiltrat (-), sikatriks (-) Jernih, kedalaman dangkal, hipopion (-), hifema (-), Kripta (-), warna coklat, edema (-), sinekia anterior (+),
ireguler, letak sentral, diameter : 5mm, refleks pupil L/TL: -/+ Keruh sebagian Bentuk bulat, warna pucat, batas tegas, CDR 0,9, Excavasio (+) (+) suram 21,1 mmHg Epifora (-), lakrimasi (-) IV. Resume SUBYEKTIF
Pupil
ireguler, letak sentral, diameter: 3mm, refleks pupil L/TL: +/Keruh sebagian Bentuk bulat, warna orange, batas tegas, CDR 0,8, Excavasio (+) (+) suram 20 mmHg Epifora (-), lakrimasi (-)
Pasien datang dengan keluhan mata kiri terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu. Awalnya pasien merasa gatal di mata, dan kepala sering terasa cekot cekot. Selain itu, pasien juga kadang melihat pelangi saat memandang lampu. Sekarang, pasien merasa penglihatannya menyempit sehingga untuk berjalan menjadi kesusahan dan harus berhati hati. Keluhan serupa pernah dialami pasien pada mata kanannya. Mata kanan sudah tidak bisa melihat sejak 6 tahun yang lalu. Awalnya, mata kanan juga terasa gatal, cekot cekot, kabur dan kadang terlihat pelangi saat melihat lampu. lalu lama kelamaan, mata kanan hilang pandangan penglihatan yang terasa semakin lama semakin mengecil lalu tidak bisa melihat sampai sekarang. Pasien sudah sering ke dokter dan di beri obat tetes, namun keluhan dirasa pasien tidak berkurang.
OBYEKTIF
OCULI DEXTRA(OD) 1/ Ragu - ragu Tidak dikoreksi Kripta (-), Warna coklat, edema ( -), sinekia anterior (+) ireguler, letak sentral, diameter : 5mm, refleks pupil L/TL: -/+ Keruh sebagian Bentuk bulat, warna pucat, batas tegas, CDR 0,9, Excavasio (+) (+) suram 21,1 mmHg
OCULI SINISTRA(OS) 6/24 Bisa Tidak dikoreksi Kripta (-), warna coklat, edema (-), sinekia anterior (+), ireguler, letak sentral, diameter: 3mm, refleks pupil L/TL: +/Keruh sebagian Bentuk bulat, warna orange, batas tegas, CDR 0,8, Excavasio (+) (+) suram 20 mmHg
Pupil
V.
Diferential Diagnosis
OS Glaukoma Primer sudut tertutup OS Glaukoma Primer sudut terbuka OS Glaukoma sekunder sudut terbuka
OD Glaukoma Absolut OD Glaukoma Primer sudut tertutup OD Glaukoma Primer sudut terbuka OD Glaukoma sekunder sudut terbuka OD Glaukoma sekunder sudut tertutup
VI.
Dasar Diagnosis
Riw Halo ( + ) ODS saat melihat sinar Kehilangan lapang pandang Visus OD : 1/ ( dengan Proyeksi sinar ragu ragu ) dan OS : 6/24 ( PS bisa )
Mata tenang COA ODS dangkal Sinekia Anterior Menunjukkan Stadium Kronik OS CDR 0,8. OD CDR 0.9, Excavasio ODS (+)
VII.
Medikamentosa ODS Timolol 0,5% 2 x 1 tetes Glucon 1 x tab KCl 2 x 1 tab Rehabilitasi Menjelaskan kepada pasien untuk mata kanan sudah tidak dapat di gunakan untuk melihat.
-
alcohol pada retrobulber/ Enukleasi ( pengangkatan bola mata ) VIII. Prognosis Oculi Dextra (OD) Ad malam Ad malam Dubia ad bonam Ad bonam Oculi Sinistra (OS) Dubia ad malam Ad malam Dubia ad bonam Ad bonam
IX.
SARAN - Kontrol secara teratur - Memakai obat tetes secara teratur - Konsumsi obat secara teratur
X.
PEMBAHASAN Pasien di diagnosa OS Glaukoma sudut tertutup kronik, berdasarkan anamnesa mata
kiri ada riwayat Halo saat memandang lampu, dan kehilangan lapang pandang.. Selain itu, pada pemeriksaan fisik di mata kiri didapatkan COA dangkal, , CD Ratio 0.8 mmHg , Excavasio (+). Adanya sinekia anterior menunjukkan Perjalanan penyakit sudah berlangsung lama. Sedangkan OD diagnosa kerja Glaukoma Absolut, dikarenakan dari anamnesa mata kanan sudah tidak bisa melihat lagi, dengan ada riwayat halo sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik di dapat mata kanan COA Dangkal, Sinekia anterior (+), CD Ratio 0.9mmHg, Excavasio (+). Pada mata kiri disarankan untuk di lakukan pemeriksaan lapang pandang, OCT, dan dilakukan Iridektomi atau trabekulektomi untuk memperlancar pengeluaran akuous humor. Untuk mata kanan, jika menyebabkan sakit, sebaiknya dilakukan Cryotherapi / injeksi
alcohol pada retrobulber untuk mematikan corpus ciliaris atau Enukleasi ( pengangkatan bola mata ). Terapi yang diberikan adalah timolol 0.5% 2x1 tetes, Glucon 1 x1/2 tab dan KCL.Timolol dan glucon untuk menurunkan tekanan intraokuler dan KCL untuk pengganti kalium. Prognosa pasien untuk mata kiri untuk Quo ad Vitam dinyatakan ad bonam karena tidak mengancam jiwa os terbukti dari tanda vital dan hasil pemeriksaan fisik tidak didapati keluhan berat . Quo ad Visam dinyatakan ad malam karena fungsi penglihatan mata yang sudah rusak akibat glaukoma, tidak dapat di koreksi kembali. Quo ad Sanam dinyatakan ad malam karena terapi yang di berikan hanya untuk menjaga stabil TIO, bukan menyembuhkan. Prognosa pasien untuk mata kanan untuk Quo ad Vitam dinyatakan ad bonam karena tidak mengancam jiwa os terbukti dari tanda vital dan hasil pemeriksaan fisik tidak didapati keluhan berat . Quo ad Visam dinyatakan ad malam karena fungsi penglihatan mata yang sudah rusak akibat glaukoma, tidak dapat di koreksi kembali. Quo ad Sanam ad malam.
Daftar Pustaka
Ilyas, S, Prof, Dr. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2003. Ilyas, S, Prof, Dr. Penuntun Ilmu penyakit Mata Edisi Kedua. Sagung Seto. Jakarta : 2003.
Sherwood, Laurglee. Fisiologi Manusia edisi 2. EGC : 2001 Tanu, lan. Farmakologi dan Terapi edisi 5. FKUI : 2007 Ilyas, S, Prof, Dr. Atlas Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto. Jakarta : 2001 www.scrib.com www.medline.com www.medscape.com www.emedicine.com