Anda di halaman 1dari 15

Edisi 32 / 19 April 2012-18 Juni 2012

Buletin

International Relations News


Digital

Human Trafficking di Abad 21


site: komahi.umy.ac.id | e-mail: persmakomahiumy@yahoo.com

diterbitkan oleh:

Divisi Pers Mahasiswa Korps Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Daftar Isi
@ 4

Fokus I
Human Trafficking dan Pergeseran Makna pada Abad ke 21

@ 9

Profil
Elly Anita: Pejuang Para TKI

@ 5

Fokus II
Ratifikasi pemerintah Indonesia terhadap UN Trafficking Protocol

@ 11

Reportase
IR-Art of Challenges

@ 13

Galeri
IR-Art of Challenges

@ 6

Fokus III
Human Trafficking Praktek Jahiliyah di Era Globalisasi
@ 14

Sikap
Tindak Tegas Pelaku Human Trafficking

@ 8

Fokus IV
Perbudakan dalam Islam
@ 15

Komentar Mahasiswa
Bagaimana solusi atau tindakan pencegahan untuk menghentikan Human Trafficking ?!

HIGHLIGHT

REPORTASE International Relations

Art of Challenges
Hal. 11

Beranda Redaksi
Assalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, buletin edisi ke-32 telah terbit atas partisipasi aktif dari tim keredaksian Buletin IRN Digital dan kontribusi mahasiswa Hubungan Internasional UMY dalam tulisan-tulisannya di dalam buletin ini. Namun sebelum berbicara lebih jauh, tentunya hal ini tidak bisa terwujud tanpa ridha dari Allah SWT yang senantiasa memberikan kita nikmat sehat, dan nikmat ilmu sehingga kita bisa menjalani aktivitas kita sehari-hari. Tak lupa juga kita mengirimkan shalawat serta salam kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Buletin IRN kali ini merupakan edisi kedua yang kami terbitkan secara digital, sesuai dengan niat tulus kami bahwa penggunaan kertas harus diminimalisir, semoga niat kami ini tidak mengurangi antusiasme pembaca sekalian. Di samping itu, harapan kami, buletin IRN Digital ini dapat dinikmati oleh penikmat HI dari seluruh Indonesia. Tema Buletin IRN Digital edisi 32 ini adalah Human Trafficking di Abad 21. Tema ini sudah merupakan pembicaraan umum di kalangan intelektual HI, namun secara bahasan di ranah mahasiswa masih sangat tabu untuk dibicarakan. Human Trafficking dahulu dan kini mengalami perluasan definisi, dahulu Human Trafficking hanya terkait dengan perbudakan, namun seiring perkembangan zaman, Human Trafficking sudah tersedia dalam berbagai jenis seperti pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, maupun penjualan organ tubuh. Dalam buletin ini akan dibahas lebih jauh mengenai pergeseran makna yang terjadi, seiring dengan mengarahnya kita ke era Globalisasi. Di samping itu, buletin ini juga mengkaji hal-hal terkait hubungan Human Trafficking dalam perspektif Islam sebagai sebuah kajian yang menarik bagi kaum intelektual HI di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Harapan kami dari penerbitan buletin ini menjadi sarana bagi anda untuk menambah wawasan serta mengembangkan intelektualitasan dalam mengkritisi isu-isu yang terjadi di ranah Hubungan Internasional. Demikian pengantar dari Redaksi, semoga ilmu yang di dapatkan dapat diaplikasikan secara nyata di masyarakat.
Wassalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh

Buletin IRN Digital ini diterbitkan oleh Divisi Pers Mahasiswa Korps Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Penasehat: Ali Muhammad, MA., Ph.D. Penanggung Jawab Umum: Anis Abdillah Pimpinan Umum: Ibda Fikrina Abda Pimpinan Redaksi: Achmad Zulfikar Reporter: Aditya Maulana Hasymi Deansa Sonia Hefranesa M. Nizar Sohyb Novita Permata Aji Novi Rizka A. Indra Jaya Wiranata M. Faldi Baskoro H. Editor: Mira Dewi Layout: Reynita Hutami Adiningsih Sirkulasi dan Iklan: Lutfi Maulana Hakim Sutrisno Triantoro Rahmadani Rahmi Ragil Risky Rachman Alamat Redaksi: Sekretariat KOMAHI UMY Gedung Ki Bagus Hadikusumo Lt. 2 UMY Ringroad Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 55183

FOKUS I
Human Trafficking dan Pergeseran Makna pada Abad ke 21
Wawancara bersama: Adde Marup Wirasenjaya, S.IP., M.A. (Dosen HI UMY) Seperti yang kita ketahui bersama bahwa dalam ranah Hubungan Internasional, masalah Human Trafficking menjadi masalah yang mendapatkan perhatian khusus. Peristiwa ini menjadi semakin aktual karena kejadianya yang melibatkan banyak pihak. Perlu di garis bawahi juga bahwa masalah ini, Human Trafficking, terjadi melewati batas-batas negara tau dalam istilah HI di sebut dengan across border. Transaksi yang terjadi antar negara yang membuat masalah ini menjadi perhatian bersama. Dewasa ini memasuki abad 21 ternyata banyak di bahas bahwa makna dari Human Trafficking itu sendiri mulai bergeser seiring zaman yang memasuki era globalisasi. Untuk mengetahui lebih dalam tentang pergeseran makna dari Human Trafficking di abad 21 ini, Pers Mahasiswa Korps Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berkesempatan untuk mengupas lebih dalam bersama salah satu dosen Jurusan Hubungan Internasional Univ Muhammadiyah Yogyakarta Bapak Ade Marup Wirasenjaya, S.IP, MA. Berikut hasil penuturan beliau menanggapi tentang adanya pergeseran makna dari Human Trafficking pada Abad 21. Bapak Ade Marup Wirasenjaya, S.IP, MA menuturkan bahwa Human Trafficking pada dasarnya adalah sebuah fenomena yang berfokus pada perdagangan manusia. Perdagangan di sini bukan hanya fisik manusia saja tapi juga meliputi tenaga, identitas bahkan organ tubuh. Sebelum beranjak pada abad 21, Human Traffcking berada pada istilah purba, yaitu adanya manusia belian pada masa Romawi kuno. Human Trafficking pada prakteknya melibatkan banyak korporasi sehingga melewati batas -batas atau across border. Istilah Human Trafficking sebenarnya hanya membuat istilah human trafficking menjadi lebih kompleks. Pada zaman Romawi Kuno istilah Human Trafficking lebih dikenal sebagai perbudakan atau Slavery. Globalisasi yang membuat cara pandang manusia terhadap hal yang menyangkut Human Trafficking berubah pada dewasa ini. Fenomena globalisasi meciptakan sebuah New Social Habitus atau lebih dikenal dengan perilaku yang ingin meniru sesama manusia yang di bentuk oleh mode. Sehingga bisa dikatakan bahwa Human Trafficking adalah tragedi paling mengerikan dalam era globalisasi Buletin IRN Digital Edisi 32 | 4 seperti saat ini. Karena kemiskinan, globalisasi melahirkan bentuk-bentuk baru perbudakan serta ada korporasi yang ingin mencari keuntungan dengan cara mengorbankan aspek-aspek kemanusiaan yang mejadi faktor Human Trafficking bisa berkembang serta mencuat menjadi permasalahan bersama di abad 21. Human Trafficking mengkombinasikan globalisasi dan kapitalis yang kembali pada zaman purba yang bermain pada tatanan yang lebih canggih. Maka dalam perkembanganya timbul sebuah istilah baru Sophisticated Slavery yang berarti perbudakan yang mengalami pencanggihan. Menurut beliau problem Human Trafficking adalah masalah utama yang menjangkiti negara berkembang termasuk Indonesia. di Indonesia sendiri banyak LSM yang sangat fokus untuk terus menyuarakan isu Human Trafficking seperti: Migrant Care. Kenapa masalah Human Trafficking tumbuh di negara berkembang?. Hal ini dikarenakan adanya krisis ekonomi yang menjadi pemicu maka Human Trafficking bisa timbul. Apabila Human Trafficking diuraikan maka akan terbagi menjadi 3 hal. Yang pertama yaitu Industri yang membutuhkan buruh murah. Global tourism juga terkait akan hal Human Traffcking dan yang ketiga yang amat penting adalah terkait dengan Human Security, adanya manusia yang di jadikan komoditas baru oleh berbagai pihak. Di akhir wawancara, bapak Adde mengatakan bahwa kita sebagai mahasiswa HI beruntung karena lebih dahulu mengenal masalah Human Trafficking ini lebih dulu dibandingkan dengan jurusan lain. Masalah Human Trafficking ini sudah melampaui keilmuan Hubungan Internasional tetapi sudah menjadi masalah bersama. Di perlukan adanya kepekaan dari kita sebagai mahasiswa Hubungan internasional bahwa globalisasi sendiri memiliki sisi gelap pada perjalanannya di abad ke 21 yaitu Human Trafficking. (Reporter: Aditya Maulana Hasymi)

FOKUS II
Ratifikasi pemerintah Indonesia terhadap UN Trafficking Protocol
Oleh: Anis Abdillah (Mahasiswa HI UMY 2009, Ketua Umum KOMAHI 2011-2012) Perdagangan anak yang terjadi selama periode 2007 sampai 2011 mencapai 1000 jiwa. Pernyataan ini disampaikan oleh Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Alm. Endang Rahayu Sedyaningsih. Fakta tersebut menunjukan bahwa perdagangan anak masih menjadi mimpi buruk bagi Indonesia. Menteri kesehatan menambahkan, kejahatan dalam perdagangan anak tidak hanya terjadi padda perempuan, bahkan laki-laki pun menjadi korban. Ada 10 daerah yang rawan terhadap kasus trafficking, baik sebagai kota pengirim, transit , maupun tujuan, yakni Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, NTB, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Utara diduga kejahatan semacam ini adalah kejahatan terstruktur yang melibatkan banyak pihak. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa perdagangan manusia khususnya perdagangan anak di Indonesia bisa terjadi. Pertama adalah segi ekonomi, kondisi perekonomian yang tidak stabil menuntut seseorang untuk mencari penghasilan yang lebih baik khususnya bagi yang bertempat didaerah tertinggal. Banyak anak yang tidak mendapatkan perlindungan orang tuanya akibat ditinggal bekerja. Hal ini jelas memicu terjadinya kejahatan terhadap anak. Kedua adalah faktor sosial, di zaman globalisasi seperti sekarang ini, banyak orang yang melihat bahwa gaya hidup orang barat adalahh gaya hidup yang mapan. Muncullah gengsi yang menyebabkan munculnya keinginan untuk mendapatkan uang dalam jumlah yang banyak dengan cara cepat, bahkan rela untuk menjual anak. Ketiga adalah faktor ekologis. Indonesia adalah negara yang padat penduduknya. Ketika satu daerah telah padat penduduknya, keadaan tersebut menuntut terjadinya migrasi untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, apapun mereka lakukan meskipun harus bekerja secara illegal yaitu dengan memperkerjakan anak atau menjual anak sendiri. Melihat kenyataan seperti itu, pemerintah dituntut untuk segera menuntaskan kejahatan perdagangan manusia, salah satunya adalah meratifikasi UN Trafficking Protocol. Sebelumnya Indonseia sudah mempunyai beberapa undang-undang tentang perlindungan anak dan pemberantasan tindak kejahatan perdagangan manusia yaitu : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720); Namun, yuridiksi hukum undang-undang tersebut hanya tingkat nasional. Karena itu, diperlukan juga ratifikasi UN Trafficking Protocol agar Indonesia bisa menyelesaikan kasus semacam itu dalam tingkat internasional. Dengan aturan baru berbentuk undangundang, maka negara penerima trafficking sesuai protocol PBB memiliki kewajiban mengembalikan korban trafficking. Ratifikasi menurut konsepsi hukum perjanjian internasional, diartikan sebagai tindakan konfirmasi dari suatu negara terhadap perbuatan hukum dari pejabatnya yang telah menandatangani suatu perjanjian sebagai tanda persetujuan untuk terlibat pada perjanjian tersebut. Beberapa pertimbangan betapa pentingnya meratifikasi UN Trafficking Protocol. Pertama, bahwa manusia memiliki hak untuk hidup terbebas dari bentuk kejahatan apapun. Kedua, perlu adanya tindakan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana perdagangan orang serta perlindungan dan rehabilitasi korban perlu dilakukan dalam tingkat nasional, regional dan internasional. Ketiga, dengan meratifikasi protocol tersebut, Indonesia telah ikut dalam ketertiban dunia. Indonesia, sebagai negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, turut menandatangani instrumen hukum internasional yang secara khusus mengatur upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana transnasional, yakni: United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisasi) pada tanggal 15 Desember 2000 di Palermo, Italia beserta dua protokolnya, Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially Women and Children (Protokol untuk Mencegah, Menindak, dan Menghukum Perdagangan Orang, Terutama Perempuan dan Anak-Anak) dan ....

Buletin IRN Digital Edisi 32 | 5

.... Protocol against the Smuggling of Migrants by Land, Sea and Air, Supplementing the United Nations Convention against Transnational Organized Crime (Protokol Menentang Penyelundupan Migran melalui Darat, Laut, dan Udara, Melengkapi Konvensi Perserikatan BangsaBangsa Menentang Tindak Pidana UN Trafficking Protocol Transnasional yang (source: ec.europa.eu) Terorganisasi) sebagai perwujudan komitmen Indonesia dalam mencegah dan memberantas tindak pidana transnasional yang terorganisasi, termasuk tindak pidana penyelundupan migran. Meskipun demikian, Indonesia perlu melakukan

deklarasi terhadap suatu undang-undang dengan mempertimbangkan ketentuan hukum nasional dan prinsip kedaulatan dan keutuhan Negara. Pada tahun 2009, Indonesia telah Mengesahkan Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially Women and Children, Supplementing the United Nations Convention against Transnational Organized Crime (Protokol untuk Mencegah, Menindak, dan Menghukum Perdagangan Orang, Terutama Perempuan dan Anak-Anak, Melengkapi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisasi). Protokol ini berlaku mulai tanggal 5 Maret 2009 yang disahkan langsung oleh presiden Indonesia, DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Sangat diharapkan setelah meratifikasi protocol tersebut, Indonesia bisa terbebas dari tindak kejahatan perdagangan manusia. Dengan meningkatnya kerjasama internasional, regional, dan bilateral juga sangat diharapkan cepatnya penyelesaian kasus tersebut. Pemerintah dituntut untuk benar-benar memberantas kejahatan perdagangan manusia. Manusia memiliki harkat dan martabat yang tinggi. Sangat tidak pantas jika manusia menjadi objek perdagangan. (*)

FOKUS III
Human Trafficking Praktek Jahiliyah di Era Globalisasi
Oleh: Lalu Fahmy Aditia (Mahasiswa HI UMY 2009) Pada masa ini penduduk dunia sudah mencapai angka 7 miliar yang menggambarkan tingginya angka pertumbuhan masyarakat dunia, hal tersebut tidak selalu memberikan dampak yang positif bagi kemanusiaan. Tentunya pertumbuhan penduduk tersebut tidak secara merata terjadi di semua negara di dunia, dimana ada Negara yang jumlah penduduknya tinggi dan sebaliknya. Adanya ketimpangan jumlah penduduk negara-negara di dunia tentu hal ini menyisakan permasalahan kemanusiaan yang menjadi isu serius di dunia saat ini. Fenomena globalisasi yang sudah tidak bisa di hindari lagi saat ini memungkinkan setiap orang dapat melakukan migrasi dari satu negara ke negara yang lain dengan mudah, setiap orang bisa melancong dan bekerja di manapun mereka mau namun hal tersebut tidak selalu berjalan dengan mulus dan menimbulkan suatu ironi sosial dan kemanusiaan seperti human trafficking. Human Trafficking merupakan sebuah istilah Buletin IRN Digital Edisi 32 | 6 yang digunakan untuk menyebut perdagangan manusia dengan berbagai tujuan dan hampir tidak ada perbedaannya dengan perbudakan yang telah ada sejak zaman jahiliyah, kejahatan human trafficking cenderung dialami oleh perempuan dan anak-anak. Mereka menjadi sasaran empuk kejahatan ini karena mereka cenderung lemah sehingga mudah untuk di perdaya. Kebanyakan modus human trafficking dilakukan antar negara, lebih jelasnya ialah korban kejahatan ini dijual ke luar negeri untuk berbagai kepentingan mulai dari buruh hingga di ekploitasi secara seksual oleh karena itu kejahatan ini dapat digolongkan ke dalam transnational crime karena telah terjadi dengan melintasi batas-batas Negara dalam pelaksanaannya. Kejahatan ini Banyak ditemukan di negara-negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi, tidak bisa dipungkiri negara berkembang selalu menjadi pemasok manusia untuk di perdagangkan ke negara lain yang lebih menjanjikan dalam aspek pemenuhan kebutuhan manusia karena adaanya hukum ekonomi yang berlaku ....

.... disini yaitu supply and demand. Begitu mengerikannya tindak kejahatan ini manusia yang sejatinya dilindungi oleh hak-hak yang dimilikinya dengan mudahnya hak-hak itu dihilangkan ketika sudah berurusan dengan human trafficking ini. Di negara berkembang , berbagai macam alasan muncul sebagai penyebab terjadinya fenomena yang kian mengancam rasa kemanusiaan ini diantaranya alasan ekonomi, ekonomi selalu menjadi alasan yang sulit di bantah karena tentu setiap manusia ingin mampu memenuhi segala macam kebutuhannya. Negara berkembang memiliki kecenderungan jumlah penduduk yang relatif tinggi tanpa diikuti dengan lapangan pekerjaan yang tersedia sehingga hal ini merupakan celah yang mudah di tembus oleh para pedagang manusia yang selalu mengintai. Jika mengambil konteks Indonesia hal ini sering terjadi dengan kedok adanya pihak yang menawarkan pekerjaan di luar negeri tanpa adanya jaminan dan syarat yang jelas karena pekerjaan di Indonesia sudah di rasa sulit untuk di temukan terlebih bagi masyarakat yang tidak memeiliki kualifikasi pendidikan yang tinggi, tawaran semacam itu sangat berpotensi sebagai bentuk human trafficking. Selain karena alasan ekonomi, permasalahan ini juga tidak dapat dilepaskan dengan masalah pendidikan dimana masyarakat yang tidak mendapatkan akses pendidikan yang cukup akan cenderung mencari cara instant agar dapat memiliki penghasilan yang layak, mengingat sulitnya mendapatkan pekerjaan di Negara berkembang macam Indonesia maka akan ada keinginan bagi kelompok masyarakat tersebut untuk mencari penghidupan yang lebih layak di luar negeri dan tidak terlepas dari hasutan para calo berkedok PJTKI yang memberikan janji-janji manis apabila masyarakat bekerja di luar negeri seperti dijanjikan upah yang besar dan lainnya, namun hal itu tidak pernah ada. Pada tahun 2010, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menerbitkan peringkat negara di dunia dalah hal human trafficking dan sudah bisa di tebak Indonesia menjadi salah satu negara pemasok manusia yang menjanjikan. Dalam rilis tersebut Departemen Amerika Serikat menempatkan Indonesia

dalam tier 3 pada tahun 2001 dan pada tahun 2011 Indonesia naik peringkat menjadi tier 2. Yang dimaksud dengan tier 2 ialah negara-negara dengan pemerintah yang tidak sepenuhnya memenuhi standar minimum TVPA (Trafficking Victims Protection Acts), akan tetapi telah berupaya dengan signifikan untuk mmencapai standar-standar minimum yang telah di tetapkan. Melihat human trafficking dengan berbagai perspektif Tidak ada satupun perpektif yang membenarkan tindakan ini, sebagai seorang mahasiswa muslim hendaknya kita berpegang pada sabda Baginda Rasulullah. Imam al-Bukhri dan Imam Ahmad meriwayatkan dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu yang berbunyi: Tiga golongan yang Aku akan menjadi musuh mereka di hari Kiamat; pertama: seorang yang bersumpah atas nama-Ku lalu ia tidak menepatinya, kedua: seseorang yang menjual manusia merdeka dan memakan hasil penjualannya, dan ketiga: seseorang yang menyewa tenaga seorang pekerja yang telah menyelesaikan pekerjaan itu akan tetapi dia tidak membayar upahnya. Dengan sangat tegas Rasulullah SAW akan mengganjar mereka yang melakukan penjualan manusia dengan menjadikannya musuh. Yang menjadi pertanyaan dan harus kita renungi bersama ialah dimanakah adab dan moral manusia zaman ini apabila masalah kemanusiaan yang besar ini masih saja menjamur? Apa bedanya zaman ini dengan zaman jahiliyah? Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Human Trafficking merupakan isu kemanusiaan di dunia, dan tentunya masalah ini menjadi tanggung jawab kita semua untuk dapat segera menghentikan kejahatan ini sesuai dengan bidang yang kita miliki masing-masing. Sebagai mahasiswa dan khususnya mahasiswa Hubungan Internasional yang memiliki objek kajian fenomena semacam ini hendaknya kita senantiasa mengingatkan kerabat kita akan bahaya human trafficking yang terus mengintai. (*)

source: salmanitb.com

Buletin IRN Digital Edisi 32 | 7

FOKUS IV
Perbudakan dalam Islam
Oleh: Syamsu Wijaya (Mahasiswa HI UMY 2009) Masih hangat dalam benak kita, kisah miris Ruyati seorang buruh migran atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang disiksa majikannya di Arab Saudi hingga berujung kepada hukuman mati yang menimpanya. Kisah Ruyati mungkin hanya puncak gunung es ditengah samudera persoalan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri khususnya Arab Saudi. Tidak terhitung jumlah para Tenaga Kerja Indonesia yang telah mengalami penyiksaan baik fisik, mental maupun seksual. Yang lebih membuat kita terenyuh lagi tenaga-tenaga kerja tersebut kebanyakan mengalami penyiksaan disebuah negara yang katanya adalah negara yang berasaskan Islam. Timbul berbagai persepsi mengenai penyebab disiksanya para tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi. Ada yang mengatakan bahwa mereka disiksa karena kesalahan mereka sendiri yaitu ketidak terampilan dalam bekerja, ketidakmampuan berkomunikasi dengan baik atau ada yang mengatakan bahwa budaya bangsa Arab yang keras menyebabkan masyarakat disana menganggap tindak kekerasan terhadap bawahan adalah hal yang biasa. Namun ada persepsi yang lebih menyesakkan dada kita sebagai seorang muslim yaitu bahwa masih ada sebagian dari masyarakat Arab yang menganggap pembantu mereka sebagai budak sehingga apapun boleh mereka perbuat terhadap pembantu mereka. Persepsi ini konon didasari dari syariat islam yang belum menghapus hukum budak dan perbudakan. Tapi apakah benar islam memperbolehkan perbudakan? dan jikapun memperbolehkan, apakah pemilik budak berhak melakukan apapun terhadap budaknya? Permasalahan perbudakan terkadang masih menjadi menjadi perdebatan dikalangan umat Islam. Ini disebabkan oleh tidak adanya dalil shahih atau dalil yang jelas mengatakan bahwa Islam melarang atau mengharamkan perbudakan. Masalah ini juga dijadikan senjata oleh musuh Islam untuk menjatuhkan islam dan menjustifikasi bahwa agama islam adalah agama yang melanggengkan perbudakan. Mayoritas ulama menyatakan bahwa Islam sangat menentang perbudakan dan bahkan telah mengharamkannya. Itu terbukti dengan banyaknya ayat -ayat Al-Quran dan hadist Rasul yang menjurus kepada upaya penghapusan perbudakan. Prof. DR. Ahmad Syalaby mengatakan bahwa Islam menghapus Buletin IRN Digital Edisi 32 | 8 perbudakan secara tidak langsung (ghair mubasyir). Mungkin yang akan menjadi pertanyaan banyak orang, mengapa Islam tidak menghapus perbudakan secara langsung sebagaimana menghapus hukum bolehnya minum khamr (minuman keras) dan riba?. Ahmad Syalaby dalam bukunya Al-Islam mengemukakan setidaknya dua alasan mengenai hal tersebut. Pertama, untuk menyesuaikan dengan kondisi masyarakat pada saat Islam diturunkan, dimana banyak terjadi peperangan antara orang Islam dan orang kafir. Pada saat itu orang kafir menjadikan tawanan perang mereka sebagai budak, maka orang Islam-pun melakukan hal yang sama namun dengan perlakuan yang berbeda. Kedua, dalam menetapkan peraturan, Islam selalu mengedepankan kelembutan dan memperhatikan kondisi manusianya. Karena itu Islam menetapkannya secara perlahan dan bertahap, hal ini dimaksudkan agar peraturan Islam mudah diterima dan dilaksanakan. Termasuk didalamnya adalah tentang perbudakan. Menyangkut tentang peraturan-peraturan yang secara tidak langsung berupaya menghapus perbudakan dapat dilihat dari beberapa contoh berikut: 1. Sebelum datangnya Islam banyak cara untuk mendapatkan budak seperti jual beli, membayar hutang, undian, hadiah, peperangan dan lain sebagainya. Setelah Islam datang, semua cara tersebut dihapuskan kecuali hanya satu cara yang masih dibenarkan yaitu peperangan. Namun cara terakhir inipun diperbolehkan jika memenuhi dua syarat. Pertama, jika tawanan tersebut bukan seorang muslim. Jika dia seorang muslim, sekalipun berada di pihak musuh, maka tidak dibenarkan dijadikan sebagai budak. Kedua, apabila pemimpin kaum muslimin atau Imam menetapkan orang tersebut sebagai budak, jadi apabila imam tidak menetapkannya sebagai budak maka hukum orang tersebut masih sebagai orang merdeka. Itulah salah satu bentuk perhatian Islam dalam upaya mempersempit perbudakan 2. Terdapat banyak ayat Al-Quran dan hadist yang melarang perbudakan secara tidak langsung. Misalnya, dalam Al-quran Allah berfirman yang artinya: Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir (Q.S. Muhammad: 4). Dalam ayat ini, secara tidak langsung Allah menegaskan tidak ada perbudakan dalam Islam. Karena Allah SWT dalam ayat ini justru mengatakan ...

bahwa para tawanan itu dapat bebas dengan dibebaskan begitu saja atau dibebaskan dengan tebusan, dan tidak dikatakan atau dijadikan budak. Ini sekali lagi, menegaskan tidak adanya perbudakan dalam Islam. Ini dikuatkan juga dengan sabda Rasulullah: Sejahatjahat manusia adalah orang yang menjual manusia. 3. Dalam ajaran Islam, membebaskan budak adalah perbuatan yang sangat sangat dianjurkan dan sangat terpuji. Allah berfirman yang artinya: Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan (QS. Al-Balad: 8-13). Juga sangat banyak pelanggaran-pelanggaran hukum dalam Islam yang dendanya berupa membebaskan budak misalnya, bersumpah palsu, menzhihar istri, membunuh dan lain sebagainya. Dalil-dalil diatas merupakan sebagian bukti bahwa Islam sangat menentang perbudakan. Dan

meskipun apabila masih ada sebagian kecil orang yang beranggapan bahwa Islam memperbolehkan perbudakan, maka bukan berarti Islam membolehkan perbuatan sewenang-wenang terhadap budak, karena Rasulullah pernah bersabda: Maukah aku kabarkan kepada kalian, sejahat-jahat manusia di antara kalian? Para sahabat menjawab: Tentu Ya Rasulullah. Rasul bersabda kembali: Yaitu orang yang memukul budaknya. Jadi tidak ada alasan lagi untuk mengatakan bahwa islam adalah agama yang menyukai kekerasan atau agama yang melanggengkan perbudakan. Untuk persoalan TKI di luar negeri, kita sangat berharap pemerintah bertindak tegas dalam membuat aturan kerjasama yang jelas dengan pihak Negara tempat TKI bekerja dan benar-benar memperhatikan nasib mereka disana. Jangan sampai pengiriman TKI ke luar negeri menjadi modus baru untuk melegalkan perdagangan manusia (human traficking). (*) Wallahu alam

PROFIL

Elly Anita: Pejuang Para TKI


Elly Anita merupakan seorang warga negara Indonesia yang pernah menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Irak. Pada tahun 2009, ia menerima penghargaan Pahlawan Anti-Perdagangan Manusia dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Elly merupakan satu dari sembilan orang dari seluruh dunia yang dimasukkan dalam laporan tahunan Trafficking-in-Person (TIP) di Departemen Luar Negeri AS . Elly adalah korban perdagangan manusia dan dia pernah dijual seharga US$ 4.500 di Irak. Perempuan yang hanya lulusan SD ini mengaku bersyukur mendapat penghargaan dari Amerika Serikat. Kalau perasaan hanya bersyukur saja, tapi kebanggaan tidak ada. Apa untungnya saya gembira? Teman-teman saya di Irak saja masih ketakutan, kata Elly. Elly awalnya menjadi TKI di Irak melalui jasa satu Perusahaan Penyalur Tenaga Kerja Indonesia dan dijanjikan dia akan menjadi seorang sekretaris di salah satu perusahaan pada 2006 lalu. Setiba wanita asal Jawa timur itu di Dubai, Uni Emirat Arab, sebagai negara transit, dia kemudian dioper begitu saja ke Kurdistan, yang dikatakan sebagai negara baru. Oleh agennya di Dubai, ia berkali-kali dijadikan percobaan pelecehan secara seksual. Setelah dioper dengan cara ditipu seperti itu, dia akhirnya tahu bahwa negara baru itu bukan di mana-mana Awarding kepada Elly Anita dari melainkan masih Departemen Luar Negeri AS wilayah Irak. Dia juga akhirnya tahu bahwa dia dijual seharga 4.500 dolar AS oleh agennya, dengan harapan dia bisa dipekerjakan sebagai wanita penghibur. Agen kerja memukulinya dan dia juga kelaparan, dia juga dibatasi gerak-geriknya dan bahkan hingga ditodongkan pistol ke kepalanya. Meskipun ia hampir mati, Anita menolak untuk bekerja untuk agen tersebut selain dalam kapasitas seorang sekretaris. Ketika kantor itu kosong, Anita menemukan kesempatan untuk merencanakan pelariannya. Dia menggunakan Internet untuk menghubungi seorang teman, yang pada gilirannya mengantarkan Anita ke Kedutaan Indonesia di Amman, Yordania, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Migrant Care juga ikut membantunya. Akhirnya dengan bantuan Organisasi Internasional untuk Migrasi, Anita berhasil lolos dari Irak dan kembali ke Indonesia. Sejak kembali ke negara asalnya, Elly telah menggunakan pengalamannya untuk membantu menyelamatkan orang lain. Dia mulai bekerja untuk Migrant Care, membantu menyelamatkan enam perempuan yang juga diperdagangkan. (Nizar) Buletin IRN Digital Edisi 32 | 9

Buletin IRN Digital Edisi 32 | 10

REPORTASE

IR-Art of Challenges

Sobat HI tercinta, dalam waktu dekat KOMAHI akan mengadakan serangkaian agenda besar yang sudah ditunggu-tunggu. Pada tahun ini, agenda tersebut disebut sebagai IRAC atau International Relation Art of Challenges. Apa itu IRAC, selengkapnya berikut keterangannya. IRAC adalah tiga rangkaian agenda besar KOMAHI yang terdiri dari Diplomatic Course (DC), International Relation Research Workshop (IRRW), dan School of Journalism (SoJ). Maksud dan tujuan diselenggarakannya IRAC, salah satunya adalah sebagai wadah berkumpul, komunikasi, serta penyampaian informasi dan aspirasi khususnya bagi Mahasiswa HI, terutama mahasiswa HI UMY, serta mahasiswa pada umumnya, dan juga sebagai wadah pembekalan bagi mahasiswa HI khususnya, terutama untuk memenuhi tuntutan kebutuhan atas akademisi HI. Untuk sub-Agenda IRAC 2012 antara lain adalah sebagai berikut : Diplomatic Course (DC) - 19, 21 dan 22 Mei 2012. Diplomatic Course merupakan acara KOMAHI UMY sebagai realisasi dari minat Mahasiswa HI terhadap kemampuan teknik berdiplomasi pada tataran Internasional menjadi hal yang sangat penting bagi mahasiswa HI dan kemampuan serta pengetahuan akan hal-hal yang mendukung dalam bernegosiasi. Acara ini terdiri dari beberapa sub-acara, yakni diantaranya adalah sebagai berikut: a. Seminar Internasional b. Simulasi Sidang Internasional (MUN Conference) c. Table Manner Course

International Relation Research Workshop (IRRW) -Tanggal 28 Mei 2012. Sebagai media aspirasi mahasiswa HI, Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) menyelenggarakan International Relations Research Workshop dengan tema Curious ? Do Research sebagai agenda yang diharapkan mampu merangsang dan mewadahi pemikiran kritis mahasiswa yang dituangkan dalam bentuk karya tulis dan menumbuhkan kembali minat mahasiswa terhadap dunia penulisan karya ilmiah dan penelitian. School of Journalism (SoJ), Jumat, 8 Juni 2012. School of Journalism 2012 kali ini membawakan tema Sketch Your Idea Through Journalism. Tujuan acara ini adalah menyajikan pelatihan sehari tentang dunia jurnalistik sebagai salah satu sumber referensi yang bernilai edukatif bagi para peserta. Acara ini akan dikemas sederhana dan semenarik mungkin agar mudah dicerna dan tidak membosankan. Tema tersebut menjelaskan urgensi dibutuhkannya peran generasi muda, terutama mahasiswa agar dapat mengembangkan pengetahuannya seputar dunia Internasional tentunya dengan Ilmu Hubungan Internasional dengan cabang jurnalistik. Bagaimana kawan, tertarik untuk mengikuti tiga agenda besar KOMAHI tesebut?? Bagi teman-teman yang berminat, dapat mebaca keterangan selengkapnya dengan mengakses http://irac2012.blogspot.com/. Salam KOMAHI!! (Deansa)

Buletin IRN Digital Edisi 32 | 11

REPORTASE

IR-Art of Challenges
akan membantu Palestina untuk pengakuannya sebagai Negara anggota United Nation, tutur Fakher Nabeel selaku orang Palestina sendiri. (Novi Rizka Amalia)

Seminar Internasional "Layakkah Palestina menjadi Anggota PBB"

MUN Conference: The Debate of Palestine become Permanent UN Member

Sabtu 19 Mei 2012 adalah hari yang sangat penting untuk panitia dan peserta Diplomatic Course Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Karena ini adalah hari dimana pengetahuan kita akan di tambah dengan menyimak penuturan dari salah satu Dosen AnNajah National University Palestina, Syekh Fakher Nabeel Mohammad Khalili dan Ronny P. Yulianto salah satu anggota dari staff kementrian luar negeri. Penjelasan yang pertama oleh Ronny P. Yulianto tentang Bagaimana Indonesia menempatkan Palestina untuk menjadi anggota UN. Pada dasarnya UN adalah sumber internasional dimana disana terdapat bebrapa Negara yang suka tidak suka UN adalah salah satu organisasi yang mengampu atau menghimpun Negaranegara tersebut, dan UN menjadi patokannya, tutur bapak Ronny P. Yulianto. Oleh karena itu anggtoa PBB akan memiliki Hak dan Kewajiban yang telah di tetapkan di organisasi tersebut dan akan mendapat bantuan. Jika dewan keamanan PBB merekomendasikan satu Negara maka Majelis Umum akan melihat, apakah Negara tersebut adalah Negara damai dan bisa menjalankan Role of United Nation. Bahkan ada anggota UN yang bukan Negara atau non-member state, mereka selalu mendapatkan tempat atau kursi di UN, yaitu Vatikan. Sementara itu, dosen An-Najah University juga menjelaskan bahwa Palestina harus menjadi anggota PBB, karena melihat fenomena sekarang bahwa tanah Palestina telah dijajah oleh Israel sejak tahun 1948 hingga sekarang, terdapat beberapa foto yang menggambarkan orang-orang Palestina yang terjajah di negerinya sendiri, bahkan ada lahan-lahan kosong milik Palestina yang juga dijajah oleh Israel, mereka tidak mengijinkan warga Palestina menempati lahan mereka sendiri. Tetapi Presiden Amerika Obama telah berjanji Buletin IRN Digital Edisi 32 | 12

Korps Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta melalui agenda-agenda besarnya berusaha untuk menaungi segala aspirasi para mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, diantaranya adalah Diplomatic Course hari ke-2, yang telah dilaksanakan pada hari Senin, 21 Mei 2012 bertempat di Gedung AR Fakhruddin B lantai 5. Tujuan dari pelaksanaan Diplomatic Course sendiri adalah meningkatkan kemampuan mahasiswa HI UMY, salah satunya melalui simulasi sidang. Masing-masing peserta terlibat di dalam simulasi sidang tersebut sebagai delegasi negara-negara di dunia. Tiap simulasi sidang yang dilaksanakan, membahas isu-isu mutakhir dalam konteks Hubungan Internasional. Simulasi sidang General Assembly PBB mengambil tema The Debate of Palestine become Permanent UN Member. Dengan dua kubu yang saling bertentangan, yaitu kubu yang mendukung Palestina sebagai anggota tetap PBB dan kubu yang menolak Palestina sebagai anggota tetap PBB. Simulasi sidang berakhir dengan penerimaan Palestina sebagai anggota tetap PBB. Acara yang berlangsung hingga pukul 17.00 WIB ini ditutup dengan pembagian award kepada delegasi, penentuan best position paper, best speaker, dan best delegate. Harapan semua pihak tentunya agar tingkat partisipasi mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang tinggi dalam acara ini agar tetap dipertahankan. Mengingat kegiatan ini memberi manfaat positif bagi mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, baik dari segi ilmu, pengalaman, maupun motivasi. (Ragil Risky Rachman)

GALERI

IR-Art of Challenges

Buletin IRN Digital Edisi 32 | 13

SIKAP
Tindak Tegas Pelaku Human Trafficking
Oleh: Wahyu Dono (Mahasiswa HI UMY 2011) Akhir-akhir ini di berbagai media massa beramai-ramai membahas tentang perdangan sejumlah organ tubuh manusia atau TKI yang tewas di Malaysia. Menjadi perbincangan hangat setiap harinya. Seoalah-olah pemerintah hanya tinggal diam dalam masalah ini. Sehingga masyarakat-pun geram akan kebijakan pemerintah Indonesia yang tidak menindak lanjuti masalah ini lebih jauh. Human Trafficking yang dikenal dengan perdagangan manusia menjadi tindakan kriminal tingkat internasional yang memerlukan kerjasama tingkat tinggi dan peran negara-negara secara aktif, melintasi negara-negara bahkan benua. Dikutip dari Wikipedia, perdagangan manusia adalah perdagangan dalam gerakan atau migrasi masyarakat, hukum dan ilegal, termasuk tenaga kerja baik sah kegiatan serta kerja paksa. Kasus perdagangan manusia meningkat setiap tahunnya, bukan hanya di Indonesia tetapi juga dari berbagai belahan bumi lainnya. Hal ini terjadi meliputi berbagai faktor, mulai dari permalahan dari negara, bos atau mafia maupun dari korban sendiri. Faktor paling utama yaitu dari aspek ekonomi, hal ini dipicu dengan meningkatnya angka kemiskinan mengakibatkan para korban mudah sekali terjerat dalam kejahatan ini. Berdasarkan data dari International Organization for Migration (IOM), hingga April 2006 kasus perdagangan manusia di Indonesia mencapai 1.022 kasus, dengan 88,6 persen korbannya adalah perempuan. Kasus human trafficking-pun semakin meningkat dan beragam. Berbagai latar belakang dan faktor yang menjadikan perempuan menjadi prioritas dalam kasus human trafficking. Sebagian besar korban perempuan menjadi PSK (pekerja seks komersil), kemudian disusul oleh anak-anak. Dalam bidang kerja pun tak luput dari perdagangan manusia. Manusia atau pekerja seolah-olah menjadi budak di negeri orang, diperlakukan tidak selayaknya manusia. Seperti yang terjadi yang menimpa TKI di Timur Tengah dan Malaysia. Korban sesungguhnya membutuhkan pertolongan untuk bisa keluar dari keadaan tersebut. Dalam hal ini kewajiban kita untuk ikut serta, untuk membantu para korban dari jerat kejahatan ini. Yang menjadi pokok permasalahan yakni sulitnya untuk mengidentifikasi secara langsung korban human trafficking. Hal ini disebabkan karena korban berasal dari berbagai penjuru dunia bukan hanya wilayah domestik, sehingga sulit untuk memahami budaya, bahasa dan cara untuk mendekati korban tersebut. OSCE (Organization for Security and Co-operation in Europe), adalah salah satu organisasi yang berada di bawah naungan PBB yang bertugas untuk memerangi masalah perdagangan manusia. Akan tetapi OSCE pun mambutuhkan masyarakat dunia untuk turut ikut serta dalam hal ini. Pemerintah Indonesia hingga saat ini belum membuat undang-undang yang secara khusus membahas permasalahan perdagangan manusia. Pada tahun 2005, UU mengenai perdagangan manusia masih sangat minim sementara kasusnya semakin hari semakin bertambah. Pada Timbangan Pasal (c) dan (d) Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 2004, tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri terdapat bagan yang menjelaskan mengenai WNI yang menjadi korban perdagangan manusia di luar negeri. Namun sayangnya, tidak terdapat mengenai perdagangan manusia Indonesia di dalam negeri atau bahkan WNA yang didagangkan di Indonesia. Sebagai masyarakat umum dan mahasiswa, kita harus ikut serta dalam penanggulangan kejahatan yang tidak berperikemanusiaan ini, kejahatan ini bukan hanya permasalahan dari pemerintah saja tetapi juga masyarakat luas. Kesempatan saling menjaga keluarga, kerabat, tetangga dan lingkungan sekitar sangat dibutuhkan sebagai langkah awal untuk mencegah terjadinya human trafficking dalam ranah yang dapat kita jangkau saat ini. (*)

Buletin IRN Digital Edisi 32 | 14

KoMa : Komentar Mahasiswa

Bagaimana solusi atau tindakan


pencegahan untuk menghentikan Human Trafficking ?!
Pendidikan untuk rakyat Indonesia harus benarbenar merata agar rakyat Indonesia tidak mudah dibodohi. Pengangguran merupakan salah satu penyebab human trafficking. Pemerintah harus membuka dan menambah lapangan pekerjaan untuk rakyat menengah ke bawah. Hukum harus ditegakkan. Aparat negara harus serius untuk menindak tegas pelakunya. Sanksi buat pelaku harus dibuat seberat mungkin agar pelaku jera Shony Marida Angriawan Mahasiswa HI UMY 2010 Menurutku cara mencegah human trafficking itu dengan cara memberitahu orang orang awam tentang apa itu human trafficking dan bahayanya. Soalnya orang -orang yang berada di negara berkembang itu banyak yang tidak tahu apa itu human trafficking, mereka cuma tau kalau salah satu dari keluarga mereka udah hilang. Negara seharusnya membuat badan keamanan sendiri untuk urusan human trafficking agar bisa dicegah dan dihentikan serta diberikan sanksi yang sangat keras agar para pelaku human trafficking jera Ditto Reyza Irawan Mahasiswa HI UMY 2011
Buletin IRN Digital Edisi 32 | 15

Korban Human Trafficking lebih banyak perempuan dan anakanak, karena mereka lebih lemah. Solusinya adalah mulai dari hal yang kecil, yaitu sosialisasi dan penyuluhan perlu diperkuat lagi, terutama ke daerah-daerah terpencil. Di samping itu, Pemerintah harus lebih preventif lagi, untuk mencari jaringan pelaku utama Human Trafficking, serta memotong jaringannya hingga ke akar-akarnya. Lalu korespondensi dengan pemerintah, masyarakat dan pihak keamanan. Misalnya TKI, harus lapor langsung jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan Arlita Widyastuti Mahasiswi HI UMY 2011 Hukum harus dipertegas, karena pemicu Human Trafficking pada dasarnya bukan karena faktor ekonomi, tapi ada banyak faktor lain, salah satunya yaitu hukum Negara dan pendidikan. Intinya, Human Trafficking harus dilarang Heni Iswanti Mahasiswi HI UMY 2010

Anda mungkin juga menyukai