Anda di halaman 1dari 19

NUR AMAL J11106109

Efektivitas Klinis dan Mikrobiologis dari Tiga Metode Perawatan yang Berbeda dalam Menangani Denture Stomatitis (Clinical and Microbiological Efficacy of Three Different Treatment Methods in The Management of Denture Stomatitis)

Tujuan: Penelitian ini mengevaluasi efek obat kumur dan kondisioner jaringan pada temuan klinis dan flora mikroba dari 60 pasien dengan Denture Stomatitis tipe II Newton (N2DS). Latar Belakang: Denture stomatitis adalah masalah umum bagi pemakai gigitiruan lengkap. Bahan dan metode: Enam puluh pasien dengan N2DS dilibatkan dalam penelitian ini dan dibagi menjadi tiga kelompok. Dua kelompok pasien diinstruksikan untuk berkumur dengan obat kumur yang dipilih DioxiDent dan Corsodyl dua kali sehari selama 1 menit dan merendam gigitiruan mereka semalaman dengan larutan ini untuk 15 hari. Untuk kelompok ketiga, kondisioner jaringan ditempatkan pada tiap gigitiruan rahang atas pada 20 pasien. Pasien dievaluasi baik secara klinis dan mikrobiologis pada awal dan setelah 15 hari. Apusan palatal dan smear diambil dari setiap pasien sebelum dan setelah perawatan dan sampel tersebut diperiksa secara mikologikal. Perbedaan antara kolonisasi kandida sebelum dan setelah perawatan dan perbedaan temuan klinis antara pra-perawatan dan pasca perawatan dinilai. Hasil: DioxiDent dan Corsodyl menunjukkan perbaikan inflamasi palatal dan penurunan Kolonisasi Kandida dibandingkan dengan Visco-gel. Kesimpulan: Efektivitas klorin dioksida dan chlorhexidine glukonat topikal dalam penanganan N2DS telah didemonstrasikan.

Pendahuluan Dilaporkan bahwa pada 11-67% dari pemakai gigitiruan lengkap mengalami denture stomatitis dan banyak metode perawatan berbeda yang telah disarankan untuk mengobati gejala ini.1-6 Etiologinya multifaktorial, dengan Kandida albicans menjadi agen penyebab utama7-9 yang dapat berhubungan dengan adanya plak bakteri yang sudah lama, trauma, penggunaan protesa yang terus menerus, reaksi alergi terhadap basis material gigitiruan dan produk pembersih, kurangnya kebersihan mulut, diet yang tidak memadai, atau penggunaan antibiotik.2,5,6 Spesies kandida terjadi dalam bentuk ragi (blastospore) atau bentuk miselium (hifa).3 Bentuk miselium terlihat konsisten dalam denture stomatitis, sedangkan bentuk blastospore mungkin ada pada mukosa palatal klinis yang normal pada pemakai gigitiruan. Dengan demikian, bercak pada langit-langit membentuk miselium merupakan tanda kandida menyebabkan denture stomatitis.3 Meskipun disarankan metode perawatan yang berbeda untuk denture stomatitis, terdapat tiga pendekatan utama: 1. Efektif membersihkan gigitiruan dengan pembersih.7-12 2. Mengutamakan perawatan pada langit-langit menggunakan agen antijamur.13-16 3. Membuat gigitiruan yang baru atau menggunakan lapisan gigitiruan untuk mengurangi trauma.5,17-22 Peneliti mempercayai bahwa trauma menjadi faktor penyebab yang signifikan untuk denture stomatitis menganjurkan membuat gigitiruan baru dan menggunakan kondisioner jaringan.5,17-22 Beberapa peneliti menganggap bahwa lapisan silikon lembut dan kondisioner jaringan digabungkan dengan zink undecylenate dapat menghilangkan pertumbuhan kandida. Hal ini diperlihatkan oleh beberapa peneliti bahwa kondisioner jaringan yang dikombinasikan dengan agen antijamur berhasil dalam menghambat pertumbuhan C. albicans, C. krusei dan C. tropicalis, tetapi terdapat kekurangan daya hambat dari kondisioner jaringan itu sendiri.17, 18 Terdapat hasil bertentangan adheren/kolonisasi untuk lapisan bahan. Beberapa studi in vitro
2

melaporkan bahwa lapisan yang tidak pas pada gigitiruan menghasilkan efek hambat yang signifikan pada C. albicans19, sedangkan banyak studi terbaru menunjukkan bahwa lapisan gigitiruan hanya memiliki batas sifat antijamur dan tidak signifikan dalam mengurangi kolonisasi dan perlekatan kandida.20-22 Davenport1 dan BudtzJorgensen4 menyatakan bahwa dalam kasus denture stomatitis, koloni C. albicans lebih sering membaik dari permukaan jaringan gigitiruan resin akrilik sebagai lawan mukosa palatal yang sesuai. Oleh karena itu, diperlukan untuk menghilangkan ragi dari gigitiruan untuk mencegah kolonisasi oleh C. Albicans. Untuk itu, rutin membersihkan gigitiruan yang tepat diperlukan untuk mencegah denture stomatitis dan menjaga kesehatan jaringan pendukung. Banyak modalitas untuk memberikan perawatan oral yang telah diusulkan dalam literatur. Studi-studi membandingkan efektivitas dari teknik pembersihan gigitiruan yang diusulkan, baik mekanik atau kimia, telah menggunakan berbagai metode untuk mengevaluasi kontrol plak7-12. Sabun dan sikat disarankan pada pasien untuk pembersihan mekanis. Meski telah diterima secara luas sebagai metode yang efektif, metode mekanis untuk kepuasan pembersihan gigitiruan membutuhkan upaya dan perhatian yang cermat oleh pasien23. Webb dkk.6 dan Kulak dkk.11 menunjukkan bahwa mengendalikan biofilm gigitiruan hanya dengan cara menyikat tidak seefektif seperti pembersih kimia dalam mengurangi plak pada gigitiruan untuk mencegah denture stomatitis. Para peneliti menyatakan bahwa perawatan denture stomatitis melibatkan tindakan kebersihan gigitiruan yang ketat dan penggunaan agen antiseptik. Secara khusus, pasien sebaiknya dihindarkan memakai gigitiruan mereka pada malam hari dan gigitiruan harus direndam semalaman dalam antiseptik solution6, 24. Selama lebih dari 30 tahun, kontrol plak secara mekanik dan kimia telah menjadi pencegahan primer terhadap karies, radang gusi, dan penyakit periodontal25. Alat mekanis sendiri memiliki keterbatasan, perhatian yang lebih besar telah ditunjukkan dalam metode kimia. Berkumur dengan menggunakan obat kumur klorin dioksida aktif, klorheksidin (0,12%), obat kumur fenolik, sanguinarine atau obat kumur setil piridium telah terbukti mengurangi beban bakteri mulut 10-fold25. Ada
3

juga beberapa studi melaporkan penggunaan solution antiseptik sebagai obat kumur dan rendaman gigitiruan untuk menghilangkan denture stomatitis26-32. Meskipun upaya bermanfaat saat ini pada efektivitas pembersihan gigitiruan untuk mengurangi Kandida spp. pada gigitiruan telah dilakukan5,7-12, terdapat informasi yang tidak memadai mengenai tujuan yang sama untuk obat kumur. Hal ini jelas dari literatur pemeliharaan jaringan dan obat kumur bahwa saat ini ada perawatan yang dikenal efektif secara keseluruhan untuk mencegah atau mengurangi kejadian denture stomatitis. Oleh karena itu, studi ini meneliti: (1) Efek dari pemeliharaan jaringan dan dua obat kumur dalam mengatasi gejala klinis umum denture stomatitis, (2) Efek metode perawatan ini pada pengurangan C. albicans, dan (3) Efek dari metode perawatan ini dalam menghilangkan hifa yang diidentifikasi sebagai bentuk patogen dari C. albicans. Hipotesis null adalah bahwa kondisioner jaringan dan obat kumur akan efektif dalam menghilangkan inflamasi palatal, kolonisasi kandida dan bentuk hifa C. albicans dalam perawatan denture stomatitis.

Bahan dan Metode Enam puluh pemakai gigitiruan lengkap yang memiliki denture stomatitis Newton tipe II (N2DS) dan tidak memiliki penyakit sistemik berpartisipasi dalam penelitian ini. Rincian demografis dan riwayat medis dan kesehatan gigi lengkap diperoleh dari setiap peserta. Berdasarkan informasi dari riwayat kesehatan dan awal pemeriksaan klinis, 60 pasien, (37 perempuan dan 23 laki-laki, usia rata-rata: 60,8 15) dengan diagnosis positif N2DS dilibatkan dalam penelitian ini. Protokol

eksperimental yang digunakan untuk penelitian ini disetujui komite tinjauan etik Universitas Marmara.

Metode Pemeriksaan Pemeriksaan mikologi: pengukuran kuantitatif mikrobiologi dilakukan untuk menetapkan nilai dasar untuk keberadaan C. albicans. Mukosa palatal itu di apus dengan kapas wol polos. Apusan dikultur dalam medium Sabourauds pada suhu 37oC selama 48 jam, dan jumlah unit koloni (CFU / mL)yang terbentuk dicatat. Kandida albicans diidentifikasi oleh tabung pembentukan kuman dan kemampuan untuk tumbuh pada agar tepung jagung. Apusan diambil dari palatum dari semua pasien dengan spatula logam, seperti yang dijelaskan oleh Kulak dkk.5 Konsentrasi sel ragi dicatat menggunakan skala Budtz-Jorgensen3 dan skala serupa digunakan setelah perawatan. Perawatan. Pasien yang menghasilkan 100 atau lebih koloni dan menunjukkan bukti klinis N2DS dibagi rata menjadi tiga kelompok perlakuan. Gigitiruan tersebut kemudian dirawat dengan salah satu cara berikut: protesa pasien kelompok pertama dilapisi dengan bahan kondisioner jaringan Visco gel, DENTSPLY DeTrey GmbH, De Trey-Strae 1, D-78467 Konstanz. Visco-gel dicampur sesuai dengan instruksi pabrik. Setelah dibersihkan, gigitiruan tersebut diletakkan lebih rendah yang diperlukan untuk membebaskan titik-titik tekanan dan undercut, dibilas dengan air dan dikeringkan secara menyeluruh dan sebuah film tipis dari separator Visco-gel diaplikasikan ke permukaan gigitiruan yang longgar. Perawatan harus diambil untuk menghindari separator apapun pada permukaan gigitiruan yang pas karena hal ini akan mencegah adhesi. Kemudian, Visco-gel diaplikasikan untuk menutupi seluruh permukaan gigitiruan yang pas. Setelah bahan campuran mencapai konsistensi yang sesuai, gigitiruan dimasukkan ke mulut, biasanya 2-3 menit dari campuran awal. Pasien diperintahkan untuk menutup mulut dengan hati-hati ke oklusi yang normal dan tetap dalam posisi tersebut tidak kurang dari 2 menit. Pasien kemudian diinstruksikan untuk melaksanakan gerakan rahang fungsional, misalnya mengunyah lembut dan menelan, setidaknya selama 2 menit. Sekitar 7-8 menit dari pencampuran awal, gigitiruan dilepaskan dan diperiksa
5

keadekuatannya, khususnya di perbatasannya. Material tambahan ditambahkan, jika diperlukan, dengan mengulangi prosedur di atas. Setiap material yang berlebihan dihilangkan dengan hati-hati dengan alat yang tajam atau pisau panas untuk menghindari gangguan pada tepi gulungan. Pasien dalam kelompok ini memiliki gigitiruan rahang atas yang telah dilapisi dengan kondisioner jaringan setiap 7 hari dan diinstruksikan untuk melepaskan gigitiruan mereka pada malam hari untuk direndam dalam air. Kelompok kedua menerima obat klorin dioksida (0,8% ClO2 DioxiDent-Frontier Farmasi, Inc, Melville, NY, USA) yang diberikan dalam bentuk dua cairan. Bahan aktif dalam bagian A terdiri dari sodium klorit dan bagian B asam lemah. Kombinasi yang sama dari bagian A dan B menghasilkan klorin dioksida sebagai produk. Pasien diinstruksikan untuk mencampurkan masing-masing sekitar 15 ml dari dua bagian, untuk berkumur dan menjaga cairan tetap kontak dengan jaringan selama 1 menit dan kemudian membuangnya. Pasien mengulang hal ini dua kali sehari, di pagi hari dan pada saat waktu tidur. Selain itu, pasien diperintahkan untuk rendam gigitiruan mereka dalam campuran ClO2 setiap malam selama 15 hari. Kelompok ketiga diperintahkan untuk berkumur dengan obat kumur Corsodyl (0,2% chlorhexidine glukonat, Grup Laboratories SA (Pty) Ltd, Epping Industri 1, Cape Town) dua kali setiap hari selama 1 menit dan merendam gigitiruan mereka tiap malam dalam obat kumur ini selama 15 hari. Pemeriksaan klinis dan mikologi dilakukan untuk subyek baseline dan setelah 15 hari. Budtz-Jorgensen dkk.3, indeks digunakan untuk menilai efek klinis perawatan. Penyembuhan: tidak ada inflamasi, kemajuan: inflamasi menurun, kegagalan: tidak ada perubahan dalam inflamasi.

Analisis Statistik Perbedaan antara kolonisasi kandida sebelum dan setelah perawatan diuji untuk signifikansi statistik dengan uji-t, dan temuan klinis perbedaan antara perawatan pra dan pasca perawatan dievaluasi oleh Wilcoxon rank signed test.
6

Hasil Temuan Klinis Inflamasi Palatal Penilaian oleh peneliti mengungkapkan bahwa 65% dari kelompok pertama yang dirawat dengan Visco-gel merespon perawatan, 40% dari pasien sembuh dan 25% dari pasien menunjukkan perbaikan. Penurunan bermakna secara statistik (p = 0,04) terlihat pada inflamasi palatal. Delapan puluh lima persen dari kelompok kedua yang diobati dengan DioxiDent merespon perawatan, 60% dari pasien telah sembuh, dengan 25% dari pasien menunjukkan perbaikan. Sebuah penurunan yang signifikan secara statistik (p = 0,001) pada inflamasi palatal juga dicatat. Pada kelompok ketiga yang dirawat dengan Corsodyl, 90% dari pasien merespon perawatan, 70% pasien sembuh dan 20% dari pasien menunjukkan perbaikan dan penurunan yang signifikan secara statistik (p = 0,04) terlihat pada inflamasi palatal (Gambar 1). Ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam penurunan inflamasi palatal antara Visco-gel dan kelompok yang lainnya (p = 0,03).

Kolonisasi Kandida Pada kelompok subjek yang dirawat dengan Visco-gel tanpa antiseptik solution, menunjukkan sedikit penurunan pada jumlah rata-rata koloni C. albicans. Namun, penurunan ini secara statistik tidak signifikan dibandingkan dengan tahap sebelum perawatan (p = 0,4). Dalam kelompok subjek yang dirawat dengan DioxiDent, terlihat penurunan rata-rata jumlah koloni C. albicans yang signifikan secara statistik pada akhir perawatan (p = 0,001), hampir sama dengan kelompok yang dirawat dengan Corsodyl (p = 0,001) (Tabel 1, Gambar. 2). Ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada rata-rata jumlah koloni C. albicans antara Visco-gel dan kelompok lain (p = 0,001).

Gambar 1. Hasil inflamasi palatal dari kelompok berbeda. Kelompok 1 diobati dengan Visco-gel. Kelompok 2 diobati dengan DioxiDent. Kelompok 3 diobati dengan Corsodyl.

Tabel 1. Kolonisasi Kandida Albicans CFU/mL Sebelum dan Setelah Perawatan pada Kelompok Berbeda
Kelompok Visco-gel DioxiDent Corsodyl Rata-rata SD Sebelum Perawatan 208.35 17.45 204.75 18.05 202.24 18.47 Setelah Perawatan 196.15 14.95 74.21 15.55 57.81 19.27

*Rods vertikal memperlihatkan tidak ada statistik signifikan Noda Sebelum prosedur perawatan, 35% dari pasien yang dirawat dengan Visco-gel memperlihatkan noda hifa dari palatum, dan blastospora diidentifikasi di semua noda. Setelah perawatan, hifa juga muncul di tujuh noda. Namun, blastospora muncul pada 75% dari pasien tetapi nilai hifa tidak menunjukkan penurunan signifikan secara statistik pada akhir perawatan (p = 0,08). Sebelum prosedur perawatan, 45% dari pasien yang dirawat dengan DioxiDent menghasilkan hifa dalam apusan dari palatal dan blastospores

teridentifikasi di semua noda. Setelah pengobatan, hifa muncul dalam empat dari noda dan blastospora muncul 10 pada noda. Jumlah hifa menunjukkan penurunan yang signifikan secara statistik pada akhir perawatan (p = 0,03). Sebelum perawatan,

45% dari pasien yang diobati dengan Corsodyl menghasilkan hifa dalam apusan dari palatal sedangkan blastospora teridentifikasi di semua noda. Setelah perawatan, hifa yang muncul hanya dua dari noda sementara blastospora muncul di tujuh noda. Jumlah hifa menunjukkan penurunan yang signifikan secara statistik pada akhir perawatan (P> 0,01) (Tabel 2). Ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada jumlah hifa antara Visco-gel dan kelompok yang lain (p = 0,025).

Gambar 2. Kolonisasi candida sebelum dan setelah perawatan dalam kelompok yang berbeda. Kelompok 1 dirawat dengan Visco-gel. Kelompok 2 dirawat dengan DioxiDent. Kelompok 3 dirawat dengan Corsodyl.

Tabel 2. Hasil Jumlah Sel Ragi Pasien pada Noda Palatal Sebelum dan Setelah Perawatan
Sel ragi Sebelum Perawatan Blastospora 20 20 20 Setelah Perawatan Blastospora 15 10 7

Visco-gel DioxiDent Corsodyl

Hifa 7 9 10

Hifa 7 4 2

Diskusi Dalam studi ini, DioxiDent (klorin dioksida) dan Corsodyl (chlorhexidine glukonat) adalah solution yang digunakan baik untuk antiseptik topikal dan sebagai obat kumur dibandingkan dengan bahan kondisioner jaringan Visco-gel untuk perawatan N2DS. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara Visco-gel dan kelompok obat kumur lain dalam mengurangi inflamasi palatal (p = 0,03). Selain itu, ada perbedaan yang signifikan dalam penurunan kolonisasi kandida dan hifa antara Visco-gel dan kelompok obat kumur lain (p = 0,001 dan p = 0,025, masing-masing). De Paula dkk.26 mengevaluasi efek dari obat kumur antimikroba dan lapisan gigitiruan halus pada temuan klinis dan flora mikroba dari 78 pasien dengan denture stomatitis. Mereka menunjukkan bahwa ketiadaan prosedur kebersihan mekanik gigitiruan lain, kumur antiseptik dan relines yang sama-sama efektif dalam mengurangi denture gigitiruan dan flora patogen plak gigitiruan. Hasil penelitian kami tidak sesuai dengan hasil studi De Paola dkk.26. Perbedaan dapat terjadi akibat bahan yang digunakan dan waktu aplikasi. Hal ini diterima bahwa dalam fase miselium C. albicans adalah parasit namun saprophytic di fase blastospora. Oleh karena itu isolasi struktur hifa dalam noda merupakan indikasi infeksi kandida, sedangkan isolasi C. albicans oleh kultivasi dianggap dapat membuktikan adanya infeksi kandida3, 5. Noda langsung dari daerah inflamasi adalah cara untuk menetapkan patogenesis kandida5. Penerapan Corsodyl dan DioxiDent sebagai obat kumur dan agen rendaman untuk permukaan bagian dalam dari gigitiruan rahang atas menyebabkan perbaikan yang signifikan dari jaringan yang meradang di bawah gigitiruan. Sebagai hasilnya, sebagian besar bentuk hifa C. albicans dihilangkan dari noda. Blastospora, diasumsikan non-patogen pada kandidiasis superficial3, 5, masih ada setelah perawatan di sebagian besar noda palatal. Penerapan Visco-gel tidak berpengaruh pada pemberantasan bentuk hifa C. albicans dan blastospora di semua noda palatal yang diambil setelah perawatan. Jadi bagian pertama dari hipotesis null menolak bahwa kondisioner jaringan tidak efektif dalam menghilangkan kolonisasi candida dan hifa. Namun, skenario klinis
10

membaik diamati pada mukosa mulut pasien tanpa pengurangan signifikan C. albicans pada kelompok Visco-gel. Hal ini diyakini murni karena penghilangan trauma yang disebabkan oleh gigitiruan tua pada bantalan mukosa gigitiruan. Pelapisan sangat diperlukan pada banyak situasi klinis di mana pasien memiliki gigitiruan tipis, tajam, atau resorpsi residu ridge alveolar yang buruk atau jaringan iritasi kronis dari gigitiruan mereka21, 22. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa perawatan denture stomatitis dengan Visco-gel saja tidak cukup untuk mengontrol patogenitas kandida. Temuan dalam penelitian kami mendukung penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa bahan kondisioner jaringan hanya terbatas pada sifat antijamur dan tidak signifikan pada penurunan perlekatan dan kolonisasi kandida20-22. Dalam kelompok kedua Corsodyl dan DioxiDent, diamati sebuah penekanan terhadap konsentrasi sel-sel ragi di mukosa palatal dan penurunan inflamasi dan hilangnya hifa. Dengan demikian, bagian kedua dari hipotesis nul diterima bahwa obat kumur efektif dalam menghilangkan inflamasi palatal, kolonisasi kandida dan hifa. Sebagai obat kumur Corsodyl digunakan untuk pertama kali dalam perjalanan perawatan untuk denture gigitiruan, tidak mungkin untuk membuat perbandingan langsung dengan penelitian lain. Tidak ada efek samping dari seluruh penggunaan obat kumur selama 2 minggu ini. Penelitian ini mengkonfirmasikan hasil dari Epstein29 dan Lal dkk.31. Ini akan diperlukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang terdiri dari periode perawatan lagi dan mengendalikan rekurensi C. albicans karena kurangnya hasil konsensus di kalangan albicans dan rekurensi C. albicans pada topik ini setelah perawatan. Efek antiseptik klorin dioksida telah dibuktikan dalam studi sebelumnya dan ClO2 telah terbukti efektif sebagai agen topikal. Efek dari obat kumur klorin dioksida pada mulut baik streptokokus, laktobasilus dan C. albicans diteliti dalam literature31. Efektivitas klinis dan mikrobiologi klorin dioksida (ClO2) sebagai antiseptik topikal dan agen desinfektan digunakan untuk pengobatan denture stomatitis pada pasien geriatri juga telah dinilai. Efektivitas klorin dioksida topikal (0,8%) dalam penanganan atrofik kandidiasis kronis
11

ditunjukkan oleh Mohammad dkk.32 mereka menyatakan bahwa ClO2 memberikan keamanan dan pilihan keefektivan klinis dalam menangani atrofik kandidiasis kronis. Hasil studi ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mohammad dkk.32. Sejak ClO2 tampaknya menjadi agen antiseptik yang efektif untuk perawatan denture stomatitis dan tidak memiliki efek samping yang merugikan yang dilaporkan dalam literatur, akan menjadi alternatif yang layak untuk antiseptik derivatif klorheksidin. Karena klorin dioksida belum dimasukkan dalam banyak laporan, diperlukan penelitian in vitro dan in vivo lebih lanjut.

Kesimpulan Perawatan N2DS dengan klorin dioksida 0,8% (DioxiDent), 0,2% klorhexidin glukonat (Corsodyl) menghasilkan peningkatan yang lebih besar dari inflamasi palatal daripada dengan pelapisan ulang gigitiruan dengan kondisioner jaringan. Penggunaan kondisioner jaringan untuk perawatan N2DS tidak berpengaruh pada penghilangan bentuk hifa C. albicans yang teridentifikasi dalam noda dan efeknya dalam menghilangkan sel ragi tidak signifikan, namun hal tersebut membantu penurunan inflamasi palatal.

12

Telaah Artikel

Sistematika penulisan dari artikel ini sudah cukup mengikuti ketentuan yang benar. Ditinjau dari judul artikel yang jelas, ringkas, dan tidak lebih dari 15 kata serta memberi gambaran yang dapat mewakili isi dari artikel. Penulis dan institusinya juga ditulis dengan jelas sehingga dapat dipertanggungjawabkan apabila terdapat kekeliruan di dalamnya. Abstrak disajikan dengan singkat, padat, jelas, dan cukup informatif serta isi abstrak tidak melebihi 250 kata. Secara umum, artikel ini sudah cukup baik dan berikut akan dibahas mengenai hal-hal yang kurang informatif dari isi artikel dan selanjutnya akan ditelaah lebih lanjut. Denture stomatitis merupakan bentuk dari oral candidiasis yang

bermanifestasi seperti inflamasi yang difus pada daerah yang berkontak dengan gigitiruan. Setidaknya 70% individu dengan tanda klinis denture stomatitis memperlihatkan pertumbuhan jamur, dan kondisi ini sering menghasilkan kolonisasi ragi pada mukosa mulut, berkombinasi dengan kolonisasi bakteri.1 Tahap klinis perkembangan dari denture stomatitis. Tahap pertama terdiri dari banyaknya palatal petechiae. Tahap kedua memperlihatkan eritema yang lebih menyebar melibatkan paling banyak dari mukosa yang ditutup gigitiruan. Tahap ketiga termasuk perkembangan granulasi jaringan atau nodular (hyperplasia papila), sering melibatkan daerah sentral dari palatum keras dan ridge alveolar.1 Sebagian peneliti percaya bahwa penyebab denture stomatitis adalah multifaktorial. Ada tiga faktor yang menyebabkan denture stomatitis yaitu, trauma, infeksi dan alergi.2

13

Tingkatan dari denture stomatitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :3,4 Tipe I hiperemia yang jelas atau inflamasi lokal.

Tipe II eritema difus terbatas pada mukosa yang kontak dengan basis gigi tiruan.

Tipe III permukaan granular atau inflamasi papilla hiperplasia dari palatum.

Denture stomatitis tipe III melibatkan respon epitel terhadap rangsangan inflamasi kronis sekunder untuk kolonisasi ragi dan, mungkin, trauma lokal yang dihasilkan dari gigitiruan yang tidak pas. Cara pembersihan gigitiruan lepasan ada dua, yaitu:5 1. Mekanis atau getaran ultrasonic 2. Dengan menggunakan bahan-bahan kimia

14

1.

Cara Mekanis5 1.1. Penyikatan Alat yang digunakan adalah sikat khusus untuk menyikat gigitiruan lepasan

hingga semua bagian dari gigitiruan dapat dicapai. Penderita kebanyakan membersihkan gigitiruan lepasan dengan sabun atau pasta gigi dan sikat gigi. Cara ini efektif dalam menghilangkan plak dan debris makanan pada gigitiruan lepasan, sehingga gigitiruan lepasan menjadi bersih, tetapi pada gigitiruan sebagian lepasan cara tersebut tidak efektif karena pada gigitiruan sebagian lepasan terdapat daerah yang sukar dibersihkan. Cara lain adalah, gigitiruan lepasan direndam lebih dulu dalam bahan khusus yang membentuk oksigen, kemudian dilakukan penyikatan. Untuk mendapatkan hasil yang efektif, penyikatan dilakukandengan arah yang berbeda dan dilakukan setiap kali setelah makan dan sebelum tidur. 1.2. Getaran Ultrasonik Akhir-akhir ini dikembangkan penggunaan energi sonic dan ultrasonik untuk membersihkan gigitiruan lepasan. Energi alat sonik sebagai pembersih gigitiruan lepasan, berbeda dengan energi vibrator dan bukan energy ultrasonik. The American Dental Association (ADA) Council on Dental Material and Devices merekomendasikan alat mekanis sonik untuk membersihkan gigitiruan lepasan dengan memakai larutan deterjen untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai pembersih, tetapi ADA menyatidakan bahwa alat ultrasonik lebih efektif dibandingkan dengan alat sonik dalam hal membersihkan gigitiruan lepasan. 2. Bahan kimia5,6 Beberapa persyaratan bahan yang digunakan untuk membersihkan gigituruan yaitu; mudah dipergunakan untuk membersihkan gigitiruan, efektif untuk membersihkan deposit pada gigitiruan baik organik maupun non organik, mempunyai efek bakterisidal dan fungisidal, serta tidak merusak bahan gigitiruan.

15

Sabun dan pasta gigi dapat digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan lepasan. Selain Dioxident dan Corsodyl, bahan pembersih gigitiruan lepasan yang lain adalah alkalin peroxide, alkalin hipoklorit, dilute acid, desinfektan dan enzime. 2.1. Sabun Sabun untuk wajah yang mengandung sodium bicarbonat dapat digunakan untuk membersihkan gigitiruan lepasan akrilik dan tidak menyebabkan perubahan permukaan akrilik. 2.2. Pasta gigi Hampir semua pasta gigi yang terdapat di pasaran mengandung bahan abrasive. Pemakaian pasta gigi tidak dianjurkan untuk membersihkan gigitiruan lepasan akrilik karena dapat menimbulkan goresan pada permukaannya, sehingga pemakaian bahan ini dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan retensi plak dan stain. Tetapi pasta gigi dapat digunakan untuk membersihkan gigitiruan lepasan dengan basis kromium-kobalt tanpa merusak. Cara membersihkannya yaitu dengan mengoleskan pasta gigi pada basis gigitiruan dan permukaan dalam dari lengan klamer. Kemudian dengan secarik kain katun yang telah dibasahi air basis tersebut digosok, untuk lengan klamer digosok dengan hati-hati kearah atas dan bawah sepanjang lengan klamer tersebut. 2.3. Alkalin peroxide Bubuk alkalin peroxide biasa mengandung deterjen alkalin dan juga mengandung sodium perborat atau percarbonat. Bahan ini bila dicampur dengan air akan melepaskan oksigen. Mekanisme inilah yang melepaskan debris dan stain derajat ringan. Bahan ini dapat dipakai untuk membersihkan gigitiruan lapasan basis akrilik maupun logam, tetapi pemakaian dalam jangka waktu yang lama dilaorkan mempunyai efek yang merugikan komponen logam pada gigitiruan sebagian lepasan. Bahan ini mempunyai bau yang enak dan cara pemakaiannya mudah tetapi bahan ini tidak dapat melepaskan karang gigi dan stain derajat berat. Cara menggunakan bahan ini untuk membersihkan gigitiruan lepasan yaitu dengan
16

merendam gigitiruan dalam bahan ini yang dicampur dengan air selama 6-8 jam. Bahan ini efektif menghilangkan plak atau stain yang immature dari gigitiruan lepasan. 2.4. Alkalin hipoklorit Unsure pokok bahan ini adalah sodium hipoklorit atau pemutih. Sebagai bahan pembersih gigi tiruan lepasan, bahan ini sangat efektif karena mempunyai kemampuan untuk melarutkan mucin atau organik lain yang membentuk plak pada gigitiruan lepasan, selain itu bahan ini juga mampu melarutkan matrix organik yang melekat pada gigitiruan lepasan. Oleh sebab itu bahan ini dapat melepas stain dan karang gigi pada gigitiruan lepasan. Hipoklorit mempunyai sifat bakterisidal dan fungisidal. Dalam penggunaannya sebagai pembersih gigitiruan adalah dengan merendam gigitiruan lepasan dalam air dan hipoklorit selama 6-8 jam pada malam hari. Sebaiknya bahan ini digunakan sekali seminggu pada penderita yang cenderung mengakumulasi stain dan karang gigi pada gigitiruan lepasan. Hipoklorit mempunyai kerugian yaitu menyebabkan tarnis dan korosi pada gigitiruan lepasan basis logam kromium dan pin gold plated nickel dari gigi anterior yang terbuat dari porselen. 2.5. Diluted acid Unsure pokok bahan ini adalah 3-4% asam hidrochlorit atau asam sulphanic. Bahan ini direkomendasikan bagi penderita yang mengakumulasi stain dan karang gigi pada gigitiruan lepasan. Diluted acid bersifat tak merusak matrix organik yang mengikat stain drngan karang gigi pada gigitiruan lepasan, tetapi hanya melarutkan inorganic phosphate dan stain, sehingga dengan penyikatan mudah dihilangkan. 2.6. Desinfektan Bahan desinfektan klorhexidin dapat digunakan sebagai pembersih gigitiruan lepasan, karena mempunyai kapasitas menghambat pembentukan plak, bersifat bakterisidal atau bakteriostatik terhadap bakteri Gram positif dan Gram negative. Selain itu klorhexidin juga menghambat virus dan aktif melawan jamur, tetapi tidak aktif melawan spora bakteri pada suhu kamar. Penggunaannya yaitu gigitiruan
17

lepasan disikat lebih dahulu kemudian direndam dalam larutan yang mengandung klorhexidin selama 6-8 jam. Klorhexidin mempunyai efek samping yaitu meninggalkan warna coklat pada gigitiruan lepasan bila digunakan dalam jangka waktu yang lama. Sodium hipoklorit merupakan desinfektan yang biasa digunakan sebagai pembersih gigitiruan lepasan, larutan ini merupakan desinfektan derajat tinggi karena sangat aktif pada semua bakteri, virus, jamur, parasit, dan beberapa spora. Pemakaian sodium hipoklorit sebagai desinfektan dengan konsentrasi 0,5% untuk merendam gigitiruan lepasan dianjurkan 10 menit tiap hari. 2.7. Enzim Unsur utama bahan pembersih gigitiruan lepasan yang mengandung enzim adalah enzim proteolytic. Enzim yang digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan lepasan bereaksi memutuskan rantai molekul susunan glikoprotein, mukoprotein, dan extracellular polysaccharide menjadi molekul-molekul yang kecil sehingga daya adhesinya menjadi berkurang. Pemakaian bahan pembersih gigitiruan lepasan yang mengandung enzim ini sama dengan pembersih gigitiruan lepasan yang lain yaitu diencerkan dengan air dan gigitiruan lepasan direndam dalam larutan ini selama 6-8 jam untuk mendapatkan hasil yang efektif. Bahan pembersih gigitiruan lepasan yang mengandung enzim lebih efektif dibandingkan dengan bahan pembersih gigitiruan lepasan yang lain dalam menghilangkan plak. Bahan pembersih gigitiruan lepasan yang mangandung enzim bersifat bakterisidal, fungisidal, tidak toksik dan pemakaian yang terus menerus tak menimbulkan kerusakan pada gigitiruan lepasan.

18

DAFTAR PUSTAKA 1. Martin SG, Michael G. Burkets oral medicine diagnosis & treatment. 4th Ed. Canada: BC Decker Inc; 2003. P. 96-7. 2. I Gede W. Denture plaque control. The indonesian journal of dental health 1995; 1(4): 4-6. 3. James JS. Denture stomatitis workup. 2009 Feb [dikutip 2011 Oktober 13]; Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/1075994-

workup#showall. 4. Dental asia. Candida and clinical manifestations of oral candidiasis. [dikutip 2011 Oktober 13]; available from URL: http://www.dentalasia.net/?id=285. 5. Rostiny. Pemeliharaan gigitiruan lepasan. The indonesian journal of dental health 1994; 1(2): 9-16. 6. David, Elly M. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit dan klorhexidin. Maj. Ked. Gigi (Dent. J.) 2005; 1(38): 36-40.

19

Anda mungkin juga menyukai