Anda di halaman 1dari 4

Badan Otonom Economica Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sea Games ke-26 yang diadakan di Jakarta dan Palembang pada 2011 lalu telah menorehkan prestasi pada sejarah olahraga di Indonesia. Tidak hanya berhasil menjadi tuan rumah tetapi Indonesia juga berhasil meraih juara umum dengan perolehan 183 medali emas, 151 medali perak, dan 142 medali perunggu. Ini untuk pertama kalinya semenjak tahun 1997 Indonesia kembali menempati pemuncak pada ajang kompetisi olahraga terbesar se-Asia Tenggara ini. Prestasi Olahraga Indonesia Setelah sebelumnya euforia bangsa Indonesia meledak karena kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh persepakbolaan Indonesia, kini keberhasilan Indonesia menjadi juara umum dalam ajang olahraga bergengsi se-Asia Tenggara yang digelar beberapa waktu lalu, Sea Games 2011, sudah tentu dapat dijadikan titik balik momentum kebangkitan olahraga nasional. Bisa dibayangkan bagaimana besarnya optimisme bangsa Indonesia dalam menyambut Olimpiade 2012 di London serta Sea Games ke-27 pada tahun 2014 mendatang.

Dunia olahraga mendadak menjadi pusat perhatian masyarakat Indonesia. Banyak orang kini menaruh harapan yang besar seiring dengan meningkatnya prestasi Indonesia di bidang olahraga. Tim Economica Papers dan divisi penelitian Badan Otonom Economica telah melakukan penelitian seputar olahraga di Gelora Bung Karno dan Universitas Indonesia pada pertengahan Desember 2011. Responden penelitian sebanyak 82 orang dengan metode convenience sampling. Dari hasil penelitian tersebut kami mendapati bahwa sebanyak 59% persen responden berpendapat bahwa perkembangan prestasi olahraga di Indonesia membaik (Diagram 1). Kami juga melakukan perhitungan satisfaction index untuk mengetahui kepuasan responden terhadap olahraga di Indonesia. Belum Cukup Baik Jika masyarakat awam merasa puas dan mengatakan bahwa olahraga di Indonesia sudah membaik, lalu bagaimana dengan pendapat mereka yang terjun langsung ke lapangan? Luluk Hadiyanto, mantan pebulutangkis Indonesia, justru berpendapat bahwa prestasi kita menurun. Luluk menyoroti cabang olahraga bulutangkis yang kini dinilainya jauh menurun dibanding pada saat keemasan bulutangkis Indonesia. Dahulu piala Uber dan Thomas sudah menjadi langganan Indonesia, sekarang untuk menjuarai ajang yang diadakan oleh Indonesia sendiri saja susah tuturnya. Menurut Luluk, penyebab utama merosotnya prestasi Indonesia di bidang bulutangkis adalah karena sistem PBSI yang tidak jelas. Ia menjelaskan bahwa dahulu bulutangkis Indonesia dikelola oleh pemerintah, namun kini pengelolaannya cenderung buram, apakah pemerintah ataukah lembaga profesional yang bertanggung jawab dalam pengelolaannya. Permasalahan di PBSI hanyalah salah satu di antara permasalahan di banyak lembaga-lembaga yang menaungi cabang-cabang olahraga tertentu di tingkat nasional. Sebut saja PSSI, kisruh dalam tubuh PSSI, yang selama ini menjadi bulan-bulanan media, sudah berlarut-larut. Hal ini

COPYRIGHT BOE FEUI. DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Badan Otonom Economica Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia


sudah tentu memiliki dampak buruk baik secara langsung maupun tidak langsung pada prestasi cabang olahraga yang dinaunginya.

Selain sepakbola dan bulutangkis, masih banyak cabang-cabang olahraga lain yang perlu mendapat perhatian khusus. Terkait dengan cabang olahraga apa yang perlu mendapat perhatian khusus, kami pun turut mengajukan pertanyaan tersebut kepada responden penelitian. Hasilnya dapat dilihat pada Diagram 2, sebanyak 34% responden menyebutkan cabang olahraga sepakbola, diikuti oleh cabang olahraga baseball (22%) dan bulutangkis (18%). Harapan Olahraga di Indonesia Mendatang Berbeda pula dengan apa yang dirasakan oleh mayoritas masyarakat, Fritz Simanjuntak, pengamat olahraga, mengatakan bahwa regenerasi atlet di Indonesia belum sepenuhnya baik. Menurutnya, belum terintegrasinya dunia olahraga dengan institusi pendidikan menjadi faktor utama penghambat kemajuan olahraga nasional. Di Amerika ada kompetisi olahraga nasional antar sekolah menengah dan antar Universitas tambahnya. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang sangat melimpah. Potensi Indonesia dalam menghasilkan atlet-atlet yang berkualitas cukup besar. Tapi bagaimanakah cara yang tepat untuk mengelolanya? Dunia pendidikan bisa menjadi salah satu solusi. Jika kita cermati, kini muncul banyak sekolah-sekolah dan tempat pelatihan olahraga yang berdiri secara independen yang bertujuan untuk mengembangkan bakat dan memaksimalkan potensi yang ada. Sekolah dan tempat pelatihan ini memiliki banyak peminat, di antaranya yang paling sering kita dengar adalah untuk cabang olahraga sepakbola dan renang. Sebenarnya sekolah dan tempat pelatihan olahraga ini turut berkontribusi dalam menggali potensi, namun keberadaannya tidak efektif. Dari segi biaya, ketersediaan fasilitas, dan juga jadwal latihan saja sudah menciptakan seleksi alam tersendiri bagi peminat olahraga. Sangat disayangkan jika sekolah atau universitas hanya memberikan program pelajaran olahraga dan fasilitas olahraga yang ala kadarnya. Selain itu, pemerataan pengembangan atlet dan fasilitas-fasilitasnya di seluruh daerah juga harus diperhatikan. Jangan ada perbedaan yang sangat signifikan antar wilayah, khususnya jawa dan luar jawa atau yang lebih spesifik adalah antara DKI Jakarta dengan non-DKI Jakarta. Ketimpangan pemerataan fasilitas dan pengembangan atlet dapat dilihat dari hasil Sea Games 2011 lalu. 48% dari total keseluruhan perolehan medali untuk Indonesia dipersembahkan oleh atlet dari DKI Jakarta, yaitu sebanyak 67 dari 182 emas, 87 dari 151 medali perak dan 74 dari 143 medali perunggu. Peran dan andil pemerintah dalam olahraga di Indonesia sangat menentukan arah kemajuan perkembangan olahraga di negeri ini ke depan. Dengan ketersediaan infrastuktur yang memadai misalnya. Fasilitas olahraga yang memadai dan lengkap akan mendorong peningkatan

COPYRIGHT BOE FEUI. DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Badan Otonom Economica Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia


kemampuan atlet-atlet. Proses latihan juga harus dilakukan dengan baik, untuk itu diperlukan tenaga pelatih yang mumpuni. Gizi dan gaji para atlet juga harus diperhatikan.

Masyarakat pun kini memiliki optimisme yang besar terhadap kemajuan olahraga di Indonesia sehingga sangat disayangkan jika pemerintah masih terkesan cuek terhadap permasalahan ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan harapan masyarakat pada beberapa cabang olahraga unggulan di Indonesia dalam ajang Olimpiade 2012 mendatang. Diagram 3 menggambarkan harapan masyarakat terhadap cabang bulutangkis (42%), tinju (20%), perahu naga (17%), dan beberapa cabang lainnya untuk berprestasi di Olimpiade 2012. Keberhasilan Indonesia bukan hanya milik para atlet. Tanpa pelatih, tidak akan ada atlet yang mendapat medali. Tanpa pemerintah, tidak akan ada tempat latihan yang memadai. Pemerintah juga tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan dari lembaga-lembaga lain. Tentunya pula tanpa masyarakat yang memberikan berbagai dukungan, tidak akan ada semangat juang yang menggelora dari para atlet. Harapan kita bersama, prestasi demi prestasi terus bisa ditorehkan oleh putra-putri bangsa. Ke depan, masih sangat banyak ajang pertandingan olahraga yang akan dihadapi. Mampukah Indonesia mengulang sukses Sea Games 2011? Kita lihat saja nanti.

COPYRIGHT BOE FEUI. DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Badan Otonom Economica Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

COPYRIGHT BOE FEUI. DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Anda mungkin juga menyukai