Anda di halaman 1dari 212

PROFIL ANAK 2011

ISSN : 2089-3523
Ukuran Buku : 17x24 cm
Naskah : Badan Pusat Statistik (BPS)
Gambar Kulit : Badan Pusat Statistik (BPS)
Dterbitkan oleh : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (KPP dan PA)
Dicetak oleh : CV. Miftahur Rizky
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya.
iii
Profil Anak Indonesia 2011
MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN
Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi
harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai generasi
penerus, anak harus mendapatkan bimbingan agar dapat melaksanakan kewajiban-
kewajibannya dan mendapatkan perlindungan untuk mendapatkan kebutuhan dan
hak-haknya. Bimbingan dan perlindungan terhadap anak menjadi tanggungjawab
orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara.
Perhatian pemerintah terhadap anak telah ditunjukkan dengan ditetapkannya
berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan terkait anak, antara lain
ditetapkannya Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
kebijakan Kota Layak Anak dan ditetapkannya Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli.
Meskipun demikian, sampai saat ini data yang menggambarkan tentang posisi dan
kondisi anak Indonesia masih sangat terbatas. Padahal untuk mengetahui berbagai
permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan dan hak-hak anak, sangat dibutuhkan
ketersediaan data tentang posisi dan kondisi anak di berbagai bidang.
Publikasi ini menyajikan data anak di berbagai bidang untuk dapat menggambar-
kan pemenuhan kebutuhan dan hak sipil anak, pemenuhan hak pengasuhan anak,
pendidikan dan kesehatan anak, serta perlindungan khusus bagi anak. Data yang
disajikan dalam publikasi ini sangat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam
penyusunan berbagai kebijakan, program dan kegiatan yang ramah anak. Melalui
publikasi ini diharapkan juga akan meningkatkan pemahaman tentang permasalahan
dan kebutuhan anak, sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang tepat dalam
penanganannya.
Profil Anak Indonesia 2011
iv
Publikasi ini tidak akan terwujud tanpa adanya kerjasama dan partisipasi
berbagai pihak. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi saya
sampaikan kepada semua pihak, terutama kepada Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)
beserta jajarannya, atas kerjasamanya, sehingga terwujudnya publikasi ini. Semoga
kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat terus ditingkatkan, terutama dalam
upaya peningkatan ketersediaan data anak.
Jakarta, Oktober 2011
Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia
Linda Amalia Sari Gumelar
v
Profil Anak Indonesia 2011
KATA PENGANTAR
Anak merupakan aset penting bagi sebuah keluarga. Dalam lingkup yang lebih
luas yaitu bangsa, anak diharapkan mempunyai andil besar demi kemajuan dan
kemakmuran bangsa pada masa yang akan datang. Untuk itu baik keluarga maupun
negara diharapkan menjadi pendukung utama bagi terwujudnya anak Indonesia yang
sehat dan berkualitas agar kemajuan dan kemakmuran bangsa di masa mendatang
dapat tercapai.
Sensus Penduduk 2010 mencatat, jumlah anak berumur 0-17 tahun di Indonesia
adalah sekitar 81 juta atau lebih dari sepertiga jumlah penduduk Indonesia. Ini
merupakan suatu pekerjaan besar bagi pemerintah dan bangsa Indonesia agar dapat
mewujudkan kehidupan anak yang sejahtera, maju dan dapat bersaing secara global.
Publikasi ini merupakan hasil kerjasama antara Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.
Dengan terbitnya publikasi ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran yang jelas
tentang kondisi anak Indonesia dilihat dari berbagai sudut pandang seperti
pendidikan, kesehatan, kehidupan sosial, pekerjaan, dan perlindungan hukum.
Kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian publikasi ini,
disampaikan penghargaan dan terima kasih. Kritik dan saran dari semua pihak sangat
diharapkan untuk penyempurnaan publikasi ini di masa mendatang.
Jakarta, November 2011
Kepala Badan Pusat Statistik
Dr. Rusman Heriawan
Profil Anak Indonesia 2011
vi
ORGANISASI PENYUSUN BUKU
Penanggung Jawab : Dr. Wendy Hartanto
S. Happy Hardjo, M.Ec
Ir. Lies Rosdianty, M.Si
Editor : Dwi Retno Wilujeng Wahyu Utami, S.Si, M.Si
Gantjang Amanullah, MA
Krismawati, MA
Ir. Meity Trisnowati
Teguh Pramono, MA
Ir. FB. Didiek Santoso
Penulis : Al Huda Yusuf, M.Si
Budi Santoso, M.Si
Eva Yugiana, S.ST
Ir. Hilmiah
Mariet Tetty Nuryetty, MA
Nenny Rianarizkiwati, SH, LL.M
Poetrijanti, S.Si
Rida Agustina, S.ST
Theresia Parwati, S.ST
Tono Iriantono Wirananggapattie, S.Si
Pengolah Data : Al Huda Yusuf, M.Si
Eva Yugiana, S.ST
Fera Hermawati, S.ST
Ferandya Yoedhiandito, SE
Rida Agustina, S.ST
Sapta Hastho Ponco, S.ST
Setting : Al Huda Yusuf, M.Si
Kulit Muka : Al Huda Yusuf, M.Si
Fera Hermawati, S. ST
vii
Profil Anak Indonesia 2011
AKRONIM
ABH Angka Buta Huruf
AKA Angka Kematian Anak
AKABA Angka Kematian Balita
AKB Angka Kematian Bayi
APK Angka Partisipasi Kasar
APM Angka Partisipasi Murni
APS Angka Partisipasi Sekolah
ASEAN Association of South East Asian Nations
ASI Air Susu Ibu
BA Bustanul Athfal
Bappenas Badan Perencana Pembangunan Nasional
BBLR Berat Badan Lahir Rendah
BCG Basillus Calmatto Guenin
BKB Bina Keluarga Balita
BKG Balita Kurang Gizi
BPS Badan Pusat Statistik
DI Daerah Istimewa
Dikdas Pendidikan Dasar
DKI Daerah Khusus Ibukota
DPT Difteri Pertusis Tetanus
EFA Education for All
GNPPBA Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Buta Aksara
HAM Hak Asasi Manusia
HDI Human Development Index
Inpres Instruksi Presiden
IUGR Intra Uterine Growth Retardation
KB Kelompok Bermain
KF Keaksaraan Fungsional
KLA Kota Layak Anak
Kemendiknas Kementerian Pendidikan Nasional
Kemendagri Kementerian Dalam Negeri
Kemenkeu Kementerian Keuangan
Kemenag Kementerian Agama
KPP dan PA Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Profil Anak Indonesia 2011
viii
MDGs Millenium Development Goals
MI Madrasah Ibtidaiyah
MTs Madrasah Tsanawiyah
MA Madrasah Aliyah
Menkokesra Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat
NTB Nusa Tenggara Barat
PAUD Pendidikan Anak Usia Dini
PUS Pendidikan Untuk Semua
PMS Penyakit Menular Seksual
PNBAI Program Nasional Bagi Anak Indonesia
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
PPI Program Pengembangan Imunisasi
PT Perguruan Tinggi
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
Pustu Puskesmas Pembantu
RA Raudatul Athfal
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Sakernas Survei Angkatan Kerja Nasional
SD Sekolah Dasar
SDKI Survei Demograi dan Kesehatan Indonesia
SDLB Sekolah Dasar Luar Biasa
SDM Sumber Daya Manusia
SMP Sekolah Menengah Pertama
SMPLB Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
SMA Sekolah Menengah Atas
SMK Sekolah Menengah Kejuruan
Sisdiknas Sistem Pendidikan Nasional
Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional
Sukma Surat Keterangan Buta Aksara
TBM Taman Bacaan Masyarakat
TK Taman Kanak-kanak
TPA Taman Penitipan Anak
UU Undang Undang
UUD Undang Undang Dasar
Wajar Wajib Belajar
WHO World Health Organization
ix
Profil Anak Indonesia 2011
DAFTAR ISI
Halaman
SAMBUTAN iii
KATA PENGANTAR v
ORGANISASI PENYUSUN BUKU vi
AKRONIM vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 3
1.3 Sumber Data 3
1.4 Sistematika Penyajian 4

BAB II HAK SIPIL DAN KEBEBASAN 7
2.1 Jumlah dan Komposisi Anak 10
2.2 Tren Penduduk 0-17 Tahun 12
2.3 Rasio Jenis Kelamin (RJK) 14
2.4 Kepemilikan Akte Kelahiran 15

BAB III LINGKUNGAN KELUARGA DAN PENGASUHAN
ALTERNATIF 19
3.1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 19
3.2 Anak dan Keluarga yang Tinggal Bersama 23
3.2.1 Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja 23
3.2.2 Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja 25
3.2.3 Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung 26
3.2.4 Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain 28
3.3 Perkawinan Usia Dini 29

BAB IV KESEHATAN DASAR DAN KESEJAHTERAAN 35
4.1 Pelayanan Antenatal 35
4.2 Penolong Persalinan 37
4.3 Angka Kematian Bayi 38
Profil Anak Indonesia 2011
x
4.3.1 Angka Kematian Anak 39
4.3.2 Angka Kematian Balita 41
4.4 Status Gizi 43
4.4.1 Status Gizi Balita 43
4.4.2 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 44
4.4.3 Pemberian Vitamin A Pada Balita 44
4.5 ASI 45
4.6 Imunisasi 47
4.7 Keluhan Kesehatan 49
4.8 Akses ke Pelayanan Kesehatan 51

BAB V PENDIDIKAN, PEMANFAATAN WAKTU LUANG DAN
KEGIATAN SENI BUDAYA 55
5.1 Status Sekolah 56
5.2 APS, APM dan APK 59
5.2.1 Putus Sekolah 64
5.3 Alasan Tidak Sekolah 67
5.4 Angka Buta Huruf 69
5.5 Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Seni Budaya 71
BAB VI PERLINDUNGAN KHUSUS 77
6.1 Perlindungan Anak 77
6.2 Anak Bermasalah Hukum 78
6.3 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja 84
6.3.1 Umur Anak yang Bekerja 85
6.3.2 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi 86
6.3.3 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendidikan 89
6.3.4 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan
Pekerjaan Utama 90
6.3.5 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status
Pekerjaan Utama 91
6.3.6 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status
Pekerjaan dan Lapangan Pekerjaan Utama 92
6.3.7 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja di Kegiatan Informal 93
6.3.8 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jam Kerja
pada Pekerjaan Utama 95
6.3.9 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendapatan/
Upah/Gaji 97
xi
Profil Anak Indonesia 2011
6.4 Anak Cacat 99
6.4.1 Distribusi Anak Cacat 99
6.4.2 Jenis dan Penyebab Kecacatan 100
6.4.3 Pendidikan Anak Cacat 102
6.4.4 Interaksi Anak Cacat dalam Keluarga 103
LAMPIRAN 107
Profil Anak Indonesia 2011
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jumlah Anak (000) menurut Umur, Tipe Daerah dan Jenis
Kelamin, 2010 11
Tabel 2.2 Persentase Penduduk Berumur kurang dari 18 Tahun menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2000 dan 2010 13
Tabel 2.3 Rasio Jenis Kelamin menurut Umur Tunggal dan Tipe Daerah,
2000 dan 2010 14
Tabel 2.4 Persentase Anak menurut Tipe Daerah dan Status Kepemilikan
Akte Kelahiran, 2010 16
Tabel 3.1 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD
menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2010 21
Tabel 3.2 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Jenis Pendidikan Pra Sekolah, 2010 22
Tabel 4.1 Persentase Balita menurut Kelompok Umur dan
Kategori Berat Badan Lahir, 2010 44
Tabel 4.2 Persentase Anak yang Berobat Jalan ke Fasilitas Kesehatan
menurut Tipe Daerah, 2010 51
Tabel 5.1 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun ke Atas menurut Tipe
Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 58
Tabel 5.2 Persentase Penduduk Berumur 5-17 Tahun
menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2010 59
Tabel 5.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Kelompok Umur (tahun), 2010 60
Tabel 5.4 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2010 62
Tabel 5.5 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Tipe Daerah, Jenis
Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2010 63
Tabel 5.6 Angka Putus Sekolah Usia 7-17 Tahun menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Status Sekolah, 2010 65
Tabel 5.7 Angka Putus Sekolah menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur Sekolah, 2010 66
Tabel 5.8 Angka Putus Sekolah Penduduk 7-17 Tahun menurut Tipe
Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2010 67
xiii
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 5.9 Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun yang Tidak/
Belum Pernah Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi menurut
Alasan Tidak Melanjutkan Sekolah, Tipe Daerah dan
Jenis Kelamin, 2010 68
Tabel 5.10 Angka Buta Huruf Anak Usia 5-17 Tahun menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Sekolah, 2010 70
Tabel 5.11 Persentase Anak Usia 5-17 Tahun menurut Kegiatan Sosial
Budaya yaitu Membaca, Menonton TV, Mendengarkan Radio,
Menonton/Melakukan Kesenian, Tipe Daerah dan Jenis
Kelamin, 2009 74
Tabel 6.1 Jumlah Anak Pelaku Tindak Pidana menurut Jenis Kelamin,
2007-2009 79
Tabel 6.2 Jumlah Pelaku Tindak Pidana menurut Kepolisian Daerah dan
Kelompok Umur, 2007-2009 80
Tabel 6.3 Jumlah dan Persentase Remaja Pelaku Tindak Pidana/Anak
Nakal menurut Jenis Tindak Pidana/Kriminalitas
yang Dilakukan, 2010 82
Tabel 6.4 Jumlah Anak Pelaku Tindak Pidana/Anak Nakal menurut Jenis
Tindak Pidana/ Kriminalitas yang Dilakukan dan
Umur Anak, 2010 83
Tabel 6.5 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2010 85
Tabel 6.6 Jumlah, Persentase, Rasio Jenis Kelamin dan Proporsi
Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, 2010 88
Tabel 6.7 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jenis Kelamin,
Status Pekerjaan Utama dan Sektor, 2010 92
Tabel 6.8 Rata-Rata Jam Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu
pada Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Umur dan
Jenis Kelamin, 2010 95
Tabel 6.9 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jam
Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu dan
Status Sekolah, 2010 96
Tabel 6.10 Rata-Rata Pendapatan/Upah/Gaji (000 rupiah) pada Pekerjaan
Utama Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Umur dan
Jenis Kelamin, 2010 98
Tabel 6.11 Persentase Anak 0-17 tahun menurut Kecacatan dan Tipe
Daerah, 2009 99
Profil Anak Indonesia 2011
xiv
Tabel 6.12 Persentase Penduduk 0-17 Tahun Penyandang Cacat menurut
Tipe Daerah dan Kelompok Umur, 2009 100
Tabel 6.13 Persentase Anak Cacat 0-17 tahun menurut Jenis Kecacatan
dan Jenis Kelamin, 2009 100
Tabel 6.14 Persentase Anak Cacat 0-17 tahun menurut Jenis Kecacatan
dan Tipe Daerah, 2009 101
Tabel 6.15 Persentase Anak Cacat 0-17 tahun menurut Penyebab
Kecacatan dan Tipe Daerah, 2009 102
Tabel 6.16 Persentase Anak (7-17 tahun) Cacat menurut Jenis Kelamin
dan Partisipasi Sekolah, 2009 102
Tabel 6.17 Proporsi Penyandang Cacat 5-17 Tahun menurut Tipe Daerah
dan Aktivitas Bersama Orangtua/Wali, 2009 104
xv
Profil Anak Indonesia 2011
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti
PAUD menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010 22
Gambar 3.2 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja
menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 24
Gambar 3.3 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja
menurut Provinsi, 2009 24
Gambar 3.4 Persentase Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja
menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 25
Gambar 3.5 Persentase Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja
menurut Provinsi, 2009 26
Gambar 3.6 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu
Kandung menurut Jenis kelamin dan Tipe Daerah, 2009 27
Gambar 3.7 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu
Kandung menurut Provinsi, 2009 27
Gambar 3.8 Persentase Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain
menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 28
Gambar 3.9 Persentase Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain
menurut Provinsi, 2009 29
Gambar 3.10 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan
Pernah Kawin menurut Provinsi, 2010 30
Gambar 3.11 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan
Pernah Kawin menurut Status Perkawinan, 2010 31
Gambar 3.12 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan
Pernah Kawin menurut Umur Kawin Pertama, 2010 32
Gambar 4.1 Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4
menurut Tipe Daerah, 2010 36
Gambar 4.2 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran dan Tipe
Daerah, 2010 37
Gambar 4.3 Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup, 1997-2007 38
Gambar 4.4 Angka Kematian Bayi menurut Provinsi, 2007 39
Gambar 4.5 Angka Kematian Anak, 1997-2007 40
Gambar 4.6 Angka Kematian Anak menurut Provinsi, 2007 40
Gambar 4.7 Angka Kematian Balita, 1997-2007 41
Gambar 4.8 Angka Kematian Balita menurut Provinsi, 2007 42
Gambar 4.9 Persentase Balita menurut Status Gizi dan Jenis Kelamin, 2010 43
Profil Anak Indonesia 2011
xvi
Gambar 4.10 Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima Kapsul
Vitamin A Selama Enam Bulan Terakhir menurut Kelompok
Umur, 2010 45
Gambar 4.11 Persentase Balita yang Pernah Diberi ASI menurut Jenis
Kelamin dan Tipe Daerah, 2010 46
Gambar 4.12 Rata-rata Lama Pemberian ASI Bagi Balita menurut Tipe
Daerah dan Jenis Kelamin, 2010 46
Gambar 4.13 Rata-rata Lama Pemberian ASI tanpa Makanan Tambahan
dan ASI dengan Makanan Tambahan Bagi Balita menurut
Tipe Daerah, 2010 47
Gambar 4.14 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut
Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010 48
Gambar 4.15 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut
Jenis Imunisasi dan Jenis Kelamin, 2010 49
Gambar 4.16 Persentase Anak yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan
Terganggu Aktivitas Sehari-hari menurut Tipe Daerah dan
Jenis Kelamin, 2010 49
Gambar 4.17 Persentase Anak yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan
Mengobati Sendiri menurut Tipe Daerah dan
Jenis Kelamin, 2010 50
Gambar 6.1 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut
Status Sekolah dan Jenis Kelamin, 2010 89
Gambar 6.2 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut
Ijazah Tertinggi dan Jenis Kelamin, 2010 90
Gambar 6.3 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut
Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2010 90
Gambar 6.4 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut
Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, 2010 91
Gambar 6.5 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut
Kegiatan Formal/Informal dan Jenis Kelamin, 2010 94
Gambar 6.6 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut
Jam Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu dan
Jenis Kelamin, 2010 96
xvii
Profil Anak Indonesia 2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Profil Anak Indonesia 2011
1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1989 dan diratiikasi
Indonesia pada tahun 1990, Bab 1 Pasal 1 yang dimaksud dengan anak adalah setiap
orang yang berusia di bawah 18 tahun. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dalam Pasal 1 juga menyebutkan bahwa anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan dari 237.641.326 orang di Indonesia,
sekitar 34,26 persen adalah anak-anak usia 0-17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
berinvestasi untuk anak adalah berinvestasi untuk sepertiga lebih penduduk Indonesia.
Gambaran kondisi anak saat ini menjadi dasar yang penting bagi pengambilan
kebijakan yang tepat bagi anak. Anak-anak merupakan kelompok penduduk usia muda
yang mempunyai potensi untuk dikembangkan agar dapat berpartisipasi aktif dalam
pembangunan di masa mendatang. Mereka adalah kelompok yang perlu disiapkan
untuk kelangsungan bangsa dan negara di masa depan.
Perwujudan anak-anak sebagai generasi muda yang berkualitas, berimplikasi
pada perlunya pemberian perlindungan khusus terhadap anak-anak dan hak-hak yang
dimilikinya sehingga anak-anak bebas berinteraksi dalam kehidupan di lingkungan
masyarakat. Sesuai dengan isi Pasal 4 UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak, bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Undang-undang tersebut
merupakan bentuk dari hasil ratiikasi Convention on the Rights of the Child (CRC).
Konvensi ini merupakan instrumen internasional di bidang Hak Asasi Manusia dengan
cakupan hak yang paling komprehensif. CRC terdiri dari 54 pasal yang hingga saat ini
dikenal sebagai satu-satunya konvensi di bidang Hak Asasi Manusia khususnya bagi
anak-anak yang mencakup baik hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi,
Profil Anak Indonesia 2011
2
sosial dan budaya. Berbagai kebijakan untuk anak juga telah dibuat oleh pemerintah
diantaranya adalah Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) yang didalamnya
mencakup empat program besar yaitu bidang kesehatan, pendidikan, perlindungan
anak dan penanggulangan HIV/AIDS.
Salah satu aspek penting untuk melihat kualitas anak adalah dari sisi pendidikan.
Hasil Susenas 2010 menunjukkan bahwa anak usia 5-17 tahun yang berstatus sekolah
sebesar 82,58 persen dan masih terdapat 8,12 persen yang tidak bersekolah lagi dan
yang belum pernah sekolah sebesar 9,30 persen. Meskipun persentase anak usia
sekolah yang masih bersekolah cukup tinggi, namun kualitas dari anak tersebut juga
harus ditingkatkan demi terciptanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas bagi
bangsa dan negara di masa depan. Hal ini dikarenakan masih adanya permasalahan
terbatasnya akses pendidikan berkualitas bagi anak, terutama bagi anak keluarga
miskin dan di masyarakat terpencil. Dampaknya dapat terlihat dari semakin
meningkatnya kasus-kasus kekerasan, jumlah anak yang bermasalah dengan hukum,
eksploitasi (termasuk traficking) dan diskriminasi terhadap anak.
Dilihat dari sisi kesehatan, Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 (2004)
sebesar 34 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut jauh dari target
MDGs (23 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup) yang ingin dicapai pada tahun
2015. Sementara pada tahun yang sama, Angka Kematian Balita adalah sebesar 44 per
1.000 kelahiran hidup, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 32 kematian
balita per 1.000 kelahiran hidup. Indikator lainnya adalah status gizi anak, dimana
berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, prevalensi Balita Kurang
Gizi (BKG) pada tahun 2010 adalah sebesar 17,9 persen yang terdiri dari 4,9 persen
gizi buruk dan 13 persen gizi kurang.
Secara sosial, masalah anak diantaranya adalah diskriminasi, kekerasan,
eksploitasi dan penelantaran anak. Hasil survei Kekerasan Terhadap Perempuan
dan Anak (2006) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA) menunjukkan sebesar 3 persen anak-
anak mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga dalam berbagai bentuk. Hal tersebut
menunjukkan bahwa keluarga yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak dan
memberikan perlindungan bagi anak justru menjadi tempat anak mendapatkan tindak
kekerasan. Maraknya kasus kekerasan terhadap anak, baik di lingkungan keluarga atau
lingkungan umum menunjukkan masih minimnya perlindungan terhadap anak. Hal ini
menunjukkan pula masih jauhnya lingkungan yang ramah dan aman bagi anak.
Di samping itu, perlindungan anak dari berbagai tindak kekerasan, perdagangan
anak, eksploitasi dan diskriminasi masih belum optimal. Hal ini terlihat dari
3
Profil Anak Indonesia 2011
jumlah anak bekerja yang masih relatif tinggi. Hasil Survei Pekerja Anak (SPA) yang
merupakan kerjasama antara BPS dan ILO (International Labour Organization) pada
tahun 2009 menunjukkan bahwa terdapat sekitar 4,1 juta anak usia 5-17 tahun yang
bekerja. Sedangkan berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2010, terdapat 3,2 juta anak
berumur 10-17 tahun pada 33 provinsi di Indonesia yang bekerja.
Disisi lain, belum terpenuhinya hak sipil anak yaitu kepemilikan akte kelahiran
hanya sekitar 54,79 persen (Susenas 2010), namun 14,57 persen di antaranya tidak
dapat menunjukkan akte kelahirannya. Hal ini mencerminkan masih lemahnya sistem
pendataan atau registrasi kelahiran serta menunjukkan belum terpenuhinya hak anak
terhadap identitasnya. Tidak dimilikinya akte kelahiran menyebabkan ketidak jelasan
identitas anak, yang akan membawa sejumlah implikasi seperti diskriminasi, tidak
memiliki akses terhadap pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan, rawan menjadi
korban perdagangan manusia, mudah dijadikan pekerja anak, rawan menjadi korban
kejahatan seksual dan lain-lain.
Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka diperlukan adanya data proil anak
sebagai gambaran keadaan anak-anak di Indonesia secara menyeluruh diberbagai
bidang. Oleh karena itu KPP&PA bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik melakukan
suatu kajian analisis deskriptif mengenai situasi dan kondisi anak-anak di Indonesia.
Penyusunan proil dalam jangka pendek menjadi sangat penting untuk disusun dan
dikembangkan sebagai basis data dan masukan dalam upaya pemenuhan hak-hak anak.
1.2 TUJUAN
Publikasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi tentang
kondisi anak-anak Indonesia yang diamati dari aspek lingkungan keluarga, pendidikan,
kesehatan, dan perlindungan anak baik terhadap masalah sosial, hukum, kekerasan,
anak bekerja dan anak cacat.
1.3 SUMBER DATA
Publikasi ini menggunakan berbagai macam sumber data, dari hasil survei dan
sensus sebagai berikut:
a. Survei Demograi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007
b. Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010
c. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
d. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010
e. Sensus Penduduk 2010
Profil Anak Indonesia 2011
4
1.4 Sistematika Penyajian
Publikasi ini disajikan dalam enam bab. Pemilihan bab dalam penyusunan Proil
Anak disesuaikan dengan lima kluster hak anak pada Konvensi Hak Anak (KHA)
yakni: hak sipil dan kebebasan; lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif;
kesehatan dasar dan kesejahteraan; pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan
kegiatan seni budaya, dan perlindungan khusus. Pengelompokan tentang isi KHA
ke dalam lima kluster oleh Komisi Hak Anak PBB dilakukan dengan pertimbangan
mempermudah pemahaman publik serta mempermudah dalam penyusunan laporan
implementasinya kepada PBB. Dalam setiap kluster telah ditentukan indikator
rinci, meskipun demikian karena keterbatasan data, tidak semua indikator tersebut
disajikan dalam publikasi ini.
Bab pertama menyajikan pendahuluan yang berisi latar belakang penyusunan
publikasi, tujuan, sumber data serta sistematika penyajian. Bab kedua menyajikan
tentang Hak Sipil dan Kebebasan. Bab ketiga tentang Lingkungan Keluarga dan
Pengasuhan Alternatif, bab keempat Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan, Bab
kelima Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Seni budaya, sedangkan
bab keenam Perlindungan Khusus yang berisi tentang perlindungan anak, anak
bermasalah hukum, anak yang bekerja dan anak cacat.
5
Profil Anak Indonesia 2011
BAB 2
HAK SIPIL DAN
KEBEBASAN
7
Profil Anak Indonesia 2011
2
HAK SIPIL DAN KEBEBASAN
Salah satu kluster dalam Konvensi Hak Anak adalah Kluster Hak Sipil dan
Kebebasan bagi Anak. Berbagai permasalahan anak di Indonesia terjadi karena masih
rendahnya penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan hak sipil dan kebebasan
terhadap anak. Hak sipil dan kebebasan anak terdiri dari beberapa hak yang diatur
dalam pasal-pasal terpisah, yakni:
1. Nama dan kewarganegaraan
2. Mempertahankan identitas
3. Kebebasan berpendapat
4. Kebebasan berpikir, berkesadaran (berhati nurani) dan beragama
5. Kebebasan berserikat dan berkumpul secara damai
6. Perlindungan terhadap kehidupan pribadi (privasi)
7. Akses kepada informasi yang layak
8. Perlindungan dari penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman yang
kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat.
Hak pertama adalah hak atas nama dan kewarganegaraan. Makna penting dari
hak atas nama dan kewarganegaraan merupakan hak mendasar dan pertama yang
dimiliki oleh seorang anak. Nama dan kewarganegaraan menunjukkan identitas
yang dimiliki setiap orang dan statusnya sebagai warga dari suatu negara yang
akan menjamin pemenuhan hak-haknya. Dari sisi negara, hak tersebut merupakan
kewajiban bagi negara untuk memenuhinya dan menjadi bukti pengakuan hukum
dari negara terhadap warganya.
Hak kedua adalah hak mempertahankan identitas. Seorang anak berhak
untuk mempertahankan identitasnya dan negara menghormati hak warganya
dalam mempertahankan identitasnya tersebut, termasuk kaitannya dengan
hubungan keluarga. Apabila ada pihak-pihak yang hendak melakukan perampasan
atau pemalsuan identitas seorang anak, maka negara akan memberi bantuan dan
perlindungan yang layak dengan tujuan menetapkan kembali dengan cepat jati dirinya.
Profil Anak Indonesia 2011
8
Hal ini sebagai langkah awal bagi anak dalam mengembangkan jati dirinya untuk
tumbuh kembang secara wajar. Implementasi dari kedua hak tersebut diwujudkan
dalam bentuk pemberian akte kelahiran dan pencatatan yang harus dilakukan untuk
diregistrasi oleh negara dalam catatan sipil kependudukan seorang anak sebagai
salah satu warga negaranya.
Hak ketiga adalah hak anak untuk menyatakan pendapat. Arti penting dari
hak tersebut bagi negara dan pemerintah adalah sebagai elemen penting bagi
terwujudnya negara dan pemerintahan yang demokratis, dimana setiap warga negara
termasuk anak memiliki hak yang sama untuk menyatakan pendapatnya. Pemerintah
juga bisa memperoleh gambaran permasalahan, kebutuhan dan aspirasi yang murni
dari kelompok anak itu sendiri, yang sebelumnya lebih sering disuarakan oleh orang
dewasa. Bagi anak sendiri, arti penting dari hak untuk menyatakan pendapat tersebut
adalah sebagai berikut:
- merupakan perwujudan dari hak anak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut diri mereka
- meningkatkan harga diri dan percaya diri anak
- mengembangkan bakat dan keterampilan
- memperbesar akses pada berbagai peluang
Hak keempat adalah kebebasan berpikir, berkesadaran berhati nurani, dan
beragama. Arti penting dari hak tersebut bagi negara atau pemerintah adalah
memudahkan terwujudnya sebuah negara atau pemerintahan yang maju yang
menghargai pluralitas warganya dan tidak diskriminatif. Bagi anak, arti penting dari
hak tersebut adalah agar anak dapat mengembangkan kecerdasan jamak (logika
matematika, linguistik verbal, body kinestetik, visual spasial, naturalis, interpersonal,
intrapersonal, kecerdasan musikal dan kecerdasan spiritual). Bagi masyarakat, arti
penting dari hak tersebut bisa menciptakan masyarakat yang kreatif, toleran dan
saling menghargai terhadap berbagai perbedaan yang dimiliki warganya, serta tidak
ada dominasi satu kelompok terhadap kelompok lainnya.
Hak kelima adalah kebebasan berorganisasi atau berserikat dan berkumpul
secara damai. Arti penting dari hak tersebut bagi negara atau pemerintah serta
masyarakat adalah terbukanya proses sosial yang demokratis sejak dini bagi
reproduksi kepemimpinan bangsa dan masyarakat, karena kebebasan berorganisasi
tersebut bisa melahirkan calon-calon pemimpin bangsa yang mempunyai basis
pengalaman berorganisasi yang baik dan bukan berdasarkan pada basis keturunan.
Bagi anak arti penting dari hak kelima ini adalah untuk mengenal, memahami dan
melatih bagaimana cara berorganisasi sejak dini, melatih kepemimpinan anak dan
melatih anak dalam bermasyarakat.
9
Profil Anak Indonesia 2011
Hak keenam adalah perlindungan terhadap kehidupan pribadi (privasi).
Arti penting dari hak tersebut bagi negara atau pemerintah adalah negara atau
pemerintah akan dipandang mampu melindungi warganya, khususnya kelompok
anak dari campur tangan pihak-pihak lain yang bisa merugikan kepentingan anak.
Arti penting bagi anak adalah terjaganya kehidupan pribadi atau privasinya sehingga
bisa terhindar dari segala bentuk pemaksaan dan diskriminasi yang dalam jangka
panjang bisa menumbuhkan kepercayaan diri anak. Sedangkan bagi masyarakat, arti
pentingnya adalah adanya instrumen sosial dan hukum yang membuat warganya
merasa lebih tenteram dan bebas dari ancaman terhadap kehidupan pribadinya.
Hak ketujuh adalah akses kepada informasi yang layak. Bagi negara atau
pemerintah, selain menjadi dasar bagi perlunya disusun instrumen peraturan
atau kelembagaan yang bisa menjamin akses informasi kepada warga negara juga
memberikan perlindungan khususnya kepada kelompok anak dari informasi-
informasi yang berdampak negatif pada anak. Arti penting bagi anak adalah menambah
pengetahuan umum, memperluas wawasan dan juga terhindar dari dampak negatif
yang bisa ditimbulkan dari keterbukaan informasi. Sedangkan bagi masyarakat,
keterbukaan akses tersebut selain di satu sisi akan mempercepat kemajuan suatu
masyarakat tapi disisi lain juga menumbuhkan kekawatiran akan dampak negatif,
sehingga mendorong ditumbuhkan dan diperkuatnya kembali norma-norma dan
nilai-nilai sosial yang dapat membendung dampak negatif keterbukaan informasi.
Hak kedelapan atau terakhir dari rumpun hak sipil dan kebebasan anak adalah
perlindungan dari penyiksaan dan penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi
atau merendahkan martabat manusia. Arti penting dari hak tersebut bagi negara
atau pemerintah adalah bisa mendorong peningkatan perhatian dan kepekaan
pemerintah terhadap hak anak-anak yang berhadapan dengan hukum sejak awal
proses penangkapan anak sebagai tersangka pelaku tindak pidana hingga selama anak
menjalani proses hukuman. Hal tersebut perlu ditegaskan karena selama ini terdapat
pemahaman yang terbatas dari para aparat penegak hukum tentang hak anak serta
keterbatasan penyediaan fasilitas rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan
membuka peluang terjadinya pelanggaran terhadap hak anak pelaku tindak kriminal.
Bagi anak arti pentingnya adalah supaya anak tidak terhambat proses tumbuh
kembangnya serta supaya hak-hak dasar lainnya tetap terjamin meskipun anak
dalam proses hukum. Bagi masyarakat sendiri, pola-pola penghukuman terhadap
anak yang melakukan kesalahan yang terjadi di masyarakat, seperti yang terdapat
dalam keluarga atau sekolah bisa diarahkan pada hukuman-hukuman yang sifatnya
mendidik dan bukan menyiksa anak.
Profil Anak Indonesia 2011
10
2.1 JUMLAH DAN KOMPOSISI ANAK
Anak merupakan salah satu modal sumber daya manusia yang jika dipenuhi
semua kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan dan kebutuhan sosial ekonomi
lainnya akan tumbuh menjadi manusia yang berkualitas. Sebaliknya jika kebutuhan
anak tidak terpenuhi, dikhawatirkan akan menurunkan kualitas hidup anak atau
sebagian dari mereka akan menjadi beban baik bagi keluarga, masyarakat maupun
negara.
Hasil Sensus Penduduk 2010 (SP 2010), seperti yang disajikan pada Tabel 2.1
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 237,641 juta jiwa, yang terdiri
dari 119,631 juta laki-laki dan 118,010 juta perempuan. Dari jumlah tersebut, sekitar
81,4 juta orang atau sekitar 34,26 persen diantaranya anak berumur dibawah 18
tahun.
Berdasarkan tipe daerah, sekitar 39 juta atau 48 persen anak berumur 0-17
tahun berada di perkotaan dan 42 juta atau 52 persen lainnya tinggal di perdesaan.
Persebaran jumlah anak hampir seimbang antara daerah perkotaan dan perdesaan.
Dari kondisi tersebut, diharapkan tidak ada perbedaan akses pendidikan dan
kesehatan, antara anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan dengan mereka yang
tinggal di daerah perdesaan.
11
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 2.1 Jumlah Anak (000) menurut Umur, Tipe Daerah dan
Jenis Kelamin, 2010
0mui
Peikotaan Peiuesaan PeikotaanPeiuesaan
Lakilaki Peiempuan
LakiLaki
Peiempuan
Lakilaki Peiempuan
LakiLaki
Peiempuan
Lakilaki Peiempuan
LakiLaki
Peiempuan











Jumlah
Anak
19.954 19.036 38.990 21.878 20.534 42.412 41.833 39.569 81.402
Total
Penduduk
59.560 58.761 18.320 60.071 59.250 19.321 19.631 118.010 37.641
Sumber : Sensus Penduduk 2010, BPS
Dari sudut pandang pendidikan, menurut kelompok umur sekolah ada 27,8
juta anak berumur 7-12 tahun, 12,9 juta diantaranya tinggal di perkotaan dan 14,9
juta sisanya tinggal di perdesaan. Ada 13,4 juta anak berumur 13-15 tahun terdiri
atas 6,4 juta yang tinggal di perkotaan dan 7 juta di perdesaan. Sedangkan 8,4 juta
anak berumur 16-17 tahun yang tinggal di daerah perkotaan dan perdesaan masing-
masing 4,3 juta dan 4,1 juta orang.
Dari sudut pandang kesehatan, ada sekurang-kurangnya 4,4 juta bayi di Indonesia
yang membutuhkan layanan kesehatan yang baik, sehingga mereka bisa melewati
tahun-tahun kritis diawal kehidupannya. Bayi sangat rentan terhadap berbagai jenis
penyakit. Usaha pemerintah meningkatkan kesehatan anak melalui layanan imunisasi
berperan penting dalam menurunkan kematian bayi, terutama di daerah-daerah
terpencil.
Profil Anak Indonesia 2011
12
Berdasarkan jenis kelamin, penduduk berumur 0-17 tahun yang berjenis kelamin
laki-laki tercatat sebesar 51 persen, sedangkan sisanya penduduk perempuan. Dari
sudut pandang kesetaraan gender, baik anak laki-laki maupun perempuan mempunyai
hak yang setara untuk memperoleh pendidikan yang baik dan layanan kesehatan
yang baik pula. Selisih antara jumlah anak laki-laki dan perempuan berumur 0-17
tahun baik di perkotaan dan perdesaan tidak terlalu berbeda seperti terdapat pada
Tabel 2.1.
2.2 TREN PENDUDUK 0-17 TAHUN
Dengan jumlah penduduk 237,6 juta jiwa berdasarkan hasil SP 2010, Indonesia
merupakan negara terbesar keempat di dunia setelah China, India dan Amerika
Serikat. Pada Tabel 2.2 proporsi penduduk berusia 0-17 tahun telah mengalami
penurunan. Komposisinya terhadap total penduduk mengalami perubahan sekitar
2,5 persen lebih rendah dalam waktu sepuluh tahun terakhir. Perubahan tersebut
adalah dari 36,76 persen pada tahun 2000 menjadi 34,25 persen pada 2010.
Sekitar satu diantara tiga penduduk Indonesia adalah anak berusia 0-17 tahun.
Ini terlihat dari proporsinya terhadap total penduduk Indonesia yaitu sekitar 34
persen. Yang menarik untuk diamati adalah adanya peningkatan proporsi penduduk
berumur 0 tahun dari 4,72 persen pada tahun 2000 menjadi 5,4 persen pada tahun
2010. Meningkatnya proporsi bayi merupakan suatu kondisi yang memerlukan
perhatian khusus dari pemerintah.
Komposisi penduduk berumur 0-2 tahun (batita) seperti terlihat pada Tabel
2.2, menunjukkan bahwa proporsi batita terhadap total anak berumur 0-17 tahun
pada tahun 2010 lebih besar daripada proporsi batita pada tahun 2000. Pada tahun
2010 proporsinya adalah 16,48 persen atau naik sekitar 1,05 persen dari tahun 2000
(15,43 persen)
13
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 2.2 Persentase Penduduk Berumur kurang dari 18 Tahun menurut Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin, 2000 dan 2010
0mui

Lakilaki Peiempuan
LakiLaki
Peiempuan
Lakilaki Peiempuan
LakiLaki
Peiempuan











Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Proporsi 0-17 Tahun
terhadap Total
Penduduk
37,30 36,22 36,76 34,96 33,53 34,25
Total Anak (000) 37.651 36.335 73.986 41.821 39.569 81.390
Sumber : Sensus Penduduk 2000 & 2010, BPS
Jika diamati menurut jenis kelamin, pada tahun 2000 proporsi penduduk laki-laki
berumur 0-17 tahun terhadap total penduduk laki-laki adalah 37,3 persen sedangkan
proporsi penduduk perempuan berumur 0-17 tahun terhadap total penduduk
perempuan adalah 36,22 persen. Pada tahun 2010, untuk kelompok umur yang sama,
sekitar 34,96 persen merupakan penduduk laki-laki dan 33,53 persen merupakan
penduduk perempuan.
Tabel 2.2 juga memperlihatkan bahwa pada tahun 2010, tidak ada perbedaan
berarti antara proporsi penduduk berumur 0-2 tahun menurut jenis kelamin terhadap
total penduduk berusia 0-17 tahun. Proporsi penduduk laki-laki berumur 0-17 tahun
terhadap penduduk laki-laki tercatat lebih rendah daripada proporsi penduduk
perempuan pada kelompok umur yang sama masing-masing yaitu 33,53 dan 34,96
persen.
Profil Anak Indonesia 2011
14
2.3 RASIO JENIS KELAMIN (RJK)
Dari Tabel 2.3, secara umum dapat dikatakan bahwa penduduk berumur 0-17
lebih banyak berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Pada tahun 2010, pada
setiap umur, penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan, RJK berkisar
antara 103,9 dan 106,7.
Jika diamati menurut tipe daerah, ada kondisi yang menarik. Pada tahun 2010,
RJK pada umur 16-17 tahun di perkotaan menunjukan laki-laki lebih sedikit yaitu
98,9 dan 99,2, sedangkan di perdesaan RJK-nya adalah 109,3 dan 109,1. Disini seolah-
olah ada substitusi dari kelompok umur sebelumnya (0-15 tahun). Dimana pada
kelompok umur 0-15 tahun RJK menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak daripada
perempuan. Diduga ini karena adanya migrasi perempuan pada kelompok umur 16-
17 yang umumnya lulusan SMP ke daerah perkotaan untuk mencari kerja. Perempuan
di daerah perkotaan lebih dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja, yaitu sebagai pekerja
domestik dalam rumah tangga.
Tabel 2.3 Rasio Jenis Kelamin menurut Umur Tunggal dan Tipe Daerah,
2000 dan 2010
0mui

Peikotaan Peiuesaan Peikotaan Peiuesaan Peikotaan Peiuesaan Peikotaan Peiuesaan



















Jumlah
Sumber : Sensus Penduduk 2010, BPS
15
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 2.3 juga menunjukkan bahwa pada tahun 2000, RJK berubah drastis dari
anak berumur 0 tahun ke anak berumur 1 tahun. Pada tahun 2000, RJK penduduk 0
tahun adalah 106,3 dan RJK penduduk berumur satu tahun adalah 101,9. Pola yang
sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan pada tahun yang sama.
Diduga ini berkaitan dengan angka harapan hidup waktu lahir. Jumlah bayi laki- laki
yang dilahirkan memang lebih banyak, namun kematian bayi laki-laki diduga lebih
tinggi daripada bayi perempuan. Hal ini sudah diteliti oleh banyak ilmuwan.
Berbeda pada tahun 2000, sepuluh tahun berikutnya, yaitu tahun 2010, RJK
untuk anak berumur 0 dan 1 tahun sama, sekitar 105,7. Bahkan seperti pada Tabel
2.3 jika dilihat menurut tipe daerah, baik di perdesaan maupun perkotaan RJK anak 0
dan 1 tahun tidak terlalu berbeda. Di perkotaan, RJK anak 0 tahun dan 1 tahun adalah
106,1. Sedangkan di perdesaan masing-masing adalah 105,3 dan 105,1.
2.4 KEPEMILIKAN AKTE KELAHIRAN
Kepemilikan akte kelahiran juga merupakan salah satu bukti telah terpenuhinya
hak memiliki identitas sebagai anak. Jumlah anak yang memiliki akte kelahiran
sekitar 54,79 persen, dari jumlah tersebut ternyata 14,57 persen diantaranya tidak
dapat menunjukkan akte kelahirannya. Persentase jumlah anak yang tidak memiliki
akte kelahiran terlihat masih cukup banyak yaitu sekitar 44,09 persen. Secara
persentase anak yang tidak memiliki akte kelahiran di daerah perkotaan lebih
banyak dibandingkan daerah perdesaan. Persentase anak yang tinggal di daerah
perkotaan yang memiliki akte kelahiran cukup banyak yaitu sekitar 48,50 persen.
Hal ini dikarenakan setiap anak di perkotaan yang akan masuk sekolah diharuskan
melampirkan akte kelahiran sebagai data murid.
Profil Anak Indonesia 2011
16
Tabel 2.4 Persentase Anak menurut Tipe Daerah dan
Status Kepemilikan Akte Kelahiran, 2010
Tipe Baeiah
Nempunyai Akte Kelahiian uaii Kantoi Catatan Sipil
}umlah
Ya Bapat
Bitunjukkan
Ya Tiuak Bapat
Bitunjukkan
Tiuak Punya Tiuak Tahu

Peikotaan
Peiuesaan
Peikotaan Peiuesaan
Sumber : Susenas 2010, BPS
17
Profil Anak Indonesia 2011
BAB 3
LINGKUNGAN
KELUARGA DAN
PENGASUHAN
ALTERNATIF
19
Profil Anak Indonesia 2011
3
LINGKUNGAN KELUARGA DAN
PENGASUHAN ALTERNATIF
Anak merupakan tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan
bangsa. Anak juga memiliki peran strategis dan mempunyai ciri serta sifat khusus
yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Agar
setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat
kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik
isik, mental maupun sosial dan berakhlak mulia.
Proses tumbuh dan berkembang anak memerlukan perhatian khusus, demi
terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Proses
tersebut tidak terlepas dari pembelajaran yang diperoleh anak dari lingkungannya.
Adapun lingkungan terdekat yang paling memberikan pengaruh pada tumbuh
kembang anak adalah lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatifnya.

3.1 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Usia dini terutama balita merupakan masa emas perkembangan anak (golden
age). Pada masa ini, perkembangan isik, motorik, intelektual, emosional, bahasa
dan sosial berlangsung dengan sangat cepat. Oleh karenanya pada usia emas
tersebut, selayaknya anak mendapat pendidikan yang berkualitas untuk membentuk
kepribadian sedini mungkin. PAUD merupakan jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan. PAUD ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
PAUD diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
PAUD di Indonesia mulai diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah
sejak tahun 2002. Kemudian dituangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Profil Anak Indonesia 2011
20
Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 28 ayat (1) dinyatakan bahwa pendidikan
anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pada pasal 28
ayat (2) dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui
jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan
formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA) atau bentuk lain
yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain
(KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan PAUD
pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan seperti Bina Keluarga Balita (BKB).
Tujuan utama PAUD adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas,
yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya
sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta
mengarungi kehidupan di masa dewasa. Sedangkan tujuan tambahannya adalah untuk
membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Didalam RPJM Nasional 2010-2014 disebutkan bahwa sasaran pembangunan
pendidikan adalah meningkatnya mutu pendidikan termasuk PAUD yang antara lain
ditandai dengan meningkatnya proporsi anak yang terlayani PAUD. Untuk keperluan
menganalisis partisipasi anak dalam PAUD digunakan data Susenas tahun 2010. Pada
tahun 2010, Susenas mengumpulkan data partisipasi PAUD di seluruh Indonesia.
Tabel 3.1 menyajikan persentase anak usia 0-6 tahun yang sedang mengikuti PAUD
menurut tipe daerah, jenis kelamin dan kelompok umur. Persentase yang sedang
mengikuti PAUD dihitung terhadap masing-masing kelompok umur. Dari semua
kelompok umur, partisipasi tertinggi dalam kegiatan PAUD adalah anak usia 5-6 tahun
yaitu sebanyak 27,18 persen, artinya dari semua anak usia 5-6 tahun 27,18 persen di
antaranya sedang mengikuti PAUD. Kemudian pada urutan kedua adalah kelompok
umur 3-6 tahun dengan angka pastisipasi 23,22 persen.
21
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 3.1 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD
menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2010
Tipe Daerah Kelompok 0mui Tahun
}enis Kelamin

Perkotaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perdesaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Sumber : Susenas 2010, BPS
Dari Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa partisipasi anak usia dini dalam kegiatan
PAUD di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di daerah perdesaan. Disamping
itu juga tampak bahwa partisipasi PAUD anak perempuan sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan anak laki-laki. Secara nasional, angka partisipasi PAUD untuk
anak perempuan sebesar 14,23 persen sedangkan anak laki-laki sebesar 13,47 persen.
Di daerah perkotaan, partisipasi PAUD untuk anak perempuan sebesar 16,92 persen,
lebih tinggi daripada angka partisipasi PAUD anak laki-laki yang sebesar 15,81 persen.
Sedangkan di daerah perdesaan, partisipasi PAUD anak perempuan dan anak laki-laki
hampir sama yaitu 11,60 persen berbanding 11,25 persen.
Tiga provinsi tertinggi angka partisipasi PAUD adalah D.I Yogyakarta sebesar
36,09 persen, Jawa Timur sebesar 22,77 persen dan Gorontalo sebesar 19,51 persen.
Sedangkan dua provinsi dengan angka partisipasi PAUD terkecil adalah Kalimantan
Barat yaitu sebesar 6,31 persen dan Papua sebesar 5,07 persen seperti terlihat pada
Lampiran 1.
Profil Anak Indonesia 2011
22
Profil Anak Indonesia 2011
22
Gambar 3.1 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD
menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010
15,81
11,25
13,47
16,92
11,60
14,23
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki Perempuan
Sumber : Susenas 2010, BPS
Ada beberapa macam jenis PAUD diantaranya TK/RA/BA, kelompok bermain,
taman penitipan anak, pos PAUD, PAUD terintegrasi BKB, Posyandu, dan satuan PAUD
sejenis lainnya, seperti PAUD-TAAM, PAUD-PAK, PAUD-BIA, TKQ dan PAUD lembaga
lainnya. Dari berbagai jenis pendidikan tersebut, yang paling banyak diikuti oleh anak
usia 0-6 tahun adalah TK/RA/BA yaitu sebanyak 71,16 persen. Kemudian Pos PAUD/
PAUD terintegrasi BKB/Posyandu diikuti sebanyak 15,51 persen. Taman penitipan
anak merupakan jenis PAUD yang paling sedikit diikuti, hanya 1,47 persen.
Tabel 3.2 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Jenis Pendidikan Pra Sekolah, 2010
Tipe daerah
}enis Kelamin
}enis Penuiuikan Pia Sekolah
Total
TKRABA
Kelompok
Beimain
Taman
Penitipan
Anak
Pos PA0B
PA0B
teiintegiasi
BKB Posyanuu
Satuan
PA0B
sejenis
lainnya

Perkotaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perdesaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perkotaan+Perdesaan:
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Sumber : Susenas 2010, BPS
22
23
Profil Anak Indonesia 2011
3.2 ANAK DAN KELUARGA YANG TINGGAL BERSAMA
Lingkungan yang paling berpengaruh dalam perkembangan anak adalah
lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga harus memberikan pendidikan yang
baik untuk tumbuh kembang anak. Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau
suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga
sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.
Peran keluarga memberikan andil sangat besar dalam tumbuh kembang anak
terutama peran orang tua. Sebelum menempuh jalur pendidikan sekolah maupun pra
sekolah, anak pastinya mendapatkan pendidikan dari orang tuanya. Oleh karena itu,
keberadaan kedua orang tua dalam hal ini bapak dan ibu kandung sangatlah penting.
Sub bab ini akan mengulas mengenai anak yang tinggal dengan bapak kandung saja,
anak yang tinggal dengan ibu kandung saja, anak yang tinggal dengan bapak/ibu
kandung dan anak yang tinggal dengan keluarga lain.
3.2.1 Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja
Peran bapak dan ibu kandung sangatlah penting dalam tumbuh kembang anak.
Akan tetapi tidak semua anak dapat tumbuh dan berkembang dalam asuhan kedua
orang tuanya. Seringkali seorang anak hanya tinggal dengan bapak kandung saja atau
dengan ibu kandung saja.
Secara nasional, anak yang tinggal dengan bapak kandung saja sebanyak 2,17
persen. Menurut jenis kelamin, persentase anak yang tinggal dengan bapak kandung
saja hampir sama antara anak laki-laki dan anak perempuan baik di perkotaan
maupun perdesaan. Secara nasional, persentase anak laki-laki yang tinggal dengan
bapak kandung saja sebesar 2,24 persen sedangkan untuk anak perempuan sebesar
2,09 persen.
Profil Anak Indonesia 2011
24
Profil Anak Indonesia 2011
24
Gambar 3.2 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja
menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009
2,11
2,36
2,24
1,93
2,23
2,09
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki Perempuan
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
Provinsi dengan persentase anak yang tinggal dengan bapak kandung saja
terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 3,93 persen. Sedangkan
provinsi dengan persentase anak yang tinggal dengan bapak kandung saja terendah
adalah Provinsi Riau yaitu sebesar 0,88 persen.
Gambar 3.3 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja
menurut Provinsi, 2009
, 2,17 ,
0,88
1,11
1 1 1,111
1,22
1,42
1,48
1,49
1,58
1 6 1,600
1,60
1,65
1,74
1,74
1,77
1,84
1,84
1,93
1 9 1,955
1,96
1,97
1,98
2,05
2,08
2,10
2,16
2,27
2,31
2,32
2,40
2,67
2,81
2,84
3,93
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00
INDONESIA
Riau
Kalimantan Barat
Jamb Jambii
Sumatera Barat
Kalimantan Timur
DI Yogyakarta
Sumatera Utara
DKI Jakarta
SSumattera S l Sel t atan
Bali
Kalimantan Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Gorontalo
Kep. Bangka Belitung
Sulawesi Tenggara
Bengkulu
Kali Kalimant mantan S an Selat elatan an
Nusa Tenggara Timur
Lampung
Sulawesi Utara
Maluku Utara
Maluku
Aceh
Sulawesi Tengah
Jawa Timur
Banten
Kep. Riau
Papua
Jawa Tengah
Papua Barat
Jawa Barat
Nusa Tenggara Barat
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
24
25
Profil Anak Indonesia 2011
25
Profil Anak Indonesia 2011
3.2.2 Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja
Jika sebelumnya telah diulas mengenai anak yang tinggal dengan bapak kandung
saja, dalam sub bab ini akan diulas mengenai anak yang tinggal dengan ibu kandung
saja. Secara nasional, persentase anak yang tinggal dengan ibu kandung saja sebesar
5,61 persen. Angka ini dua kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan persentase
anak yang tinggal dengan bapak kandung saja. Fenomena ini tentunya berkaitan
dengan peran bapak dan ibu dalam rumah tangga. Peran bapak sebagai kepala rumah
tangga mewajibkannya untuk mencari nakah untuk keluarga. Seringkali seorang
bapak harus mencari nakah di tempat lain sehingga anak hanya tinggal dengan ibu
kandungnya saja.
Jika diamati menurut jenis kelamin, persentase anak yang tinggal dengan
ibu kandung saja antara laki-laki dan perempuan hampir sama. Secara nasional,
persentase anak laki-laki dan anak perempuan yang tinggal dengan ibu kandung saja
masing-masing sebesar 5,63 persen dan 5,58 persen. Sementara itu, persentase di
daerah perdesaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini
dikarenakan banyak orang tua, dalam hal ini bapak-bapak di perdesaan yang bekerja
di perkotaan. Sehingga anak-anak di daerah perdesaan lebih banyak yang tinggal
dengan ibu kandung saja jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah
perkotaan.
Gambar 3.4 Persentase Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja
menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009
5,39
5,83
5,63
5,33
5,81
5,58
Pe erkot o aan Perde desaan Pe erkot o aan+Pe erd desaan
Laki-laki Perempuan
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
Sama halnya dengan anak yang tinggal dengan bapak kandung saja, provinsi
dengan persentase terbesar anak yang tinggal dengan ibu kandung saja juga terdapat
di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 13,48 persen. Sedangkan persentase
terkecil terdapat di Provinsi Bali yaitu sebesar 2,81 persen.
25
Profil Anak Indonesia 2011
26
Profil Anak Indonesia 2011
26
Gambar 3.5 Persentase Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja
menurut Provinsi, 2009
5,61 ,
2,81
3,11
3,37
3,38
3,51
3,61
4,18
4,27
4,30
4,31
4,71
4,83
4,86
4,90
5,13
5,16
5,17
5,23
5,62
5,63
5,98
6,28
6,29
6,30
6,37
6,39
6,51
6,59
6,82
7,02
7,15
8,93
13,48
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00
INDONESIA
Bali
Kalimantan Timur
Lampung
Ti Ti
Kalimantan Tengah
L
Kalimantan Barat
Riau
Papua Barat
Ri
Bengkulu
B t B
Sumatera Selatan
Papua
S l
Sulawesi Utara
Banten
Sulawesi Tengah
B
Jawa Barat
Gorontalo
Maluku Utara
Jambi
Sumatera Utara
DKI Jakarta
Kep. Bangka Belitung
DKI J k t D
Kep. Riau
B li B
Maluku
Sulawesi Barat
Sumatera Barat
Jawa Tengah
t B t
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Aceh
DI Yogyakarta
A h
Nusa Tenggara Timur
DI Y k t Y
Kalimantan Selatan
Sulawesi Tenggara
K li t S l t l
Nusa Tenggara Barat
S l i T i
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
3.2.3 Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung
Yang dimaksud dengan anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandung adalah
anak yang tinggal dengan kedua orang tua kandungnya, baik bapak maupun ibu. Anak
yang tinggal dengan kedua orang tuanya tentunya akan mendapatkan pendidikan
dan pengasuhan yang lengkap. Secara nasional, persentase anak yang tinggal dengan
bapak dan ibu kandung sebesar 87,15 persen. Hal ini berarti sebagian besar anak di
Indonesia masih mendapatkan pengasuhan dari kedua orang tuanya. Sementara itu
jika dilihat dari tipe daerahnya, anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandungnya
lebih banyak di daerah perkotaan daripada di daerah perdesaan seperti terlihat
pada Gambar 3.6. Banyaknya orang tua di daerah perdesaan merantau ke kota untuk
bekerja, membuat banyak anak di perdesaan yang hanya tinggal dengan bapak atau
ibu kandung saja atau bahkan dengan keluarga lain.
26
27
Profil Anak Indonesia 2011
27
Profil Anak Indonesia 2011
Gambar 3.6 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung
menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009
88,29
86,89
87,54
87,70
85,90
86,74
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki Perempuan
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
Jika dilihat dari sebaran provinsinya, provinsi dengan persentase anak yang
tinggal dengan bapak dan ibu kandung tertinggi terdapat di Provinsi Bali yaitu 92,36
persen. Persentase terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu 73,46
persen. Secara garis besar, persentase anak yang tinggal dengan bapak dan ibu
kandung di semua provinsi sudah cukup tinggi.
Gambar 3.7 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak dan
Ibu Kandung menurut Provinsi, 2009
87,15 ,
73,46
81,66
83 83,39 39
83,86
83 39
83,91
83 86
84,46
83 91
85,02
86,07
8 02
86,10
86 0
86,,14
86,53
86 14
87,16
86 3
87,35
87,40
8 3
87,57
8 40
87,73
8
88,49
88,61
88 49
88 88,63 63
88 61
88,87
88,87
88 8
88,99
88 8
89,39
89,74
89 39
89,77
89 4
90,17
90,26
90 1
90,42
90 26
91,83
90 42
91,93
91,99
91 93
92,34
91 99
92,36
0 70,00 80,00 90,00 100,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00
INDONESIA
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
N T B t
Sul Sulawe awesi si Ten Tengga ggara ra
T Ti Ti
Sulawesi Selatan
Maluku
Jawa Timur
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Jawa Tengah
M l k Utt
Gorontalo
Kalimantan Selatan
DI Yogyakarta
t S l t S
Sulawesi Tengah
DI Y k t
Jawa Barat
Sulawesi Utara
Papua Barat
l i Ut
DKI Jakarta
Sumatera Barat
Kep Kep R . Riau iau
t B t
Aceh
Banten
Kep. Bangka Belitung
B t
PPapua
lit
Sumatera Utara
Lampung
Ut Ut
Bengkulu
L
Sumatera Selatan
Jambi
Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
K li t Ti
Kalimantan Barat
Riau
Bali
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
27
Profil Anak Indonesia 2011
28
Profil Anak Indonesia 2011
28
3.2.4 Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain
Yang dimaksud dengan anak yang tinggal dengan keluarga lain adalah anak yang
tidak tinggal dengan kedua orang tua baik bapak maupun ibu kandungnya, baik orang
tuanya masih hidup maupun meninggal dunia. Hal ini perlu diperhatikan, karena
anak yang tidak tinggal dengan orang tua kandungnya akan mendapatkan pendidikan
dari keluarga lain bukan dari orang tua kandungnya, dimana keluarga akan sangat
memengaruhi tumbuh kembang anak.
Jika diamati menurut jenis kelamin, persentase anak laki-laki yang tinggal dengan
keluarga lain lebih rendah daripada anak perempuan. Secara nasional, persentase
anak laki-laki yang tinggal dengan keluarga lain sebesar 10,07 persen, lebih rendah
dari persentase anak perempuan yang sebesar 10,45 persen. Jika dilihat dari tipe
daerahnya, persentase anak yang tinggal dengan keluarga lain di daerah perdesaan
lebih tinggi daripada di daerah perkotaan.
Gambar 3.8 Persentase Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain
menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009
Perkotaan
9,48
Perde
Laki-laki
saan Perkota
Perempuan
aan + Perdesaan
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
Dari Gambar 3.9 dapat dilihat bahwa persentase anak yang tinggal dengan
keluarga lain di Indonesia sebesar 10,25 persen. Selaras dengan anak yang tinggal
dengan bapak atau ibu kandung saja, provinsi dengan persentase anak yang tinggal
dengan keluarga lain terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar
22,13 persen. Sedangkan provinsi dengan persentase terkecil adalah Provinsi Bali
yaitu sebesar 5,78 persen.
28
29
Profil Anak Indonesia 2011
29
Profil Anak Indonesia 2011
Gambar 3.9 Persentase Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain
menurut Provinsi, 2009
10,25 ,
5,78
5,78
6,32
6,38
6,57
7,55
7,56
7,61
7,83
7,99
8,47
8,58
8,66
8,80
8,89
8,97
9,34
9,72
10,02
10,02
10,08
10,87
10,93
11,01
11,50
11,53
12,50
12,82
13,73
13,76
14,19
16,19
22,13
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00
INDONESIA
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
Riau
Papua
Bengkulu
Sumatera Selatan
Lampung
Jambi
Banten
Kep. Bangka Belitung
Sumatera Utara
Aceh
Papua Barat
Kep. Riau
Jawa Barat
DKI Jakarta
Sulawesi Tengah
Sumatera Barat
Sulawesi Utara
Kalimantan Selatan
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Maluku Utara
Gorontalo
Jawa Timur
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Maluku
Sulawesi Tenggara
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
3.3 PERKAWINAN USIA DINI
Dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dijelaskan bahwa perkawinan
hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah
mencapai umur 16 tahun. Sangat jelas tertulis dalam Undang-Undang perkawinan
tersebut bahwa umur menjadi salah satu syarat mutlak untuk melaksanakan
perkawinan. Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak perkawinan yang
dilakukan sebelum mencapai batas umur yang ditentukan tersebut atau yang lebih
sering dikenal dengan istilah perkawinan usia dini.
Perkawinan usia dini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak, baik
isik maupun psikologi. Ibu yang menikah di usia muda, organ reproduksinya belum
berfungsi secara optimal. Selain itu, secara psikologi ibu yang menikah di usia muda
pada umumnya belum siap untuk menjadi ibu dalam arti kemampuan mengasuh anak
serta dalam pengendalian emosi dan tindakannya. Hal ini tentunya akan berpengaruh
terhadap perkembangan jiwa dan mental anaknya. Sehingga dengan perkawinan usia
29
Profil Anak Indonesia 2011
30
Profil Anak Indonesia 2011
30
dini, akan sulit memperoleh keturunan yang berkualitas. Pada proil anak ini, yang
dimaksud dengan perkawinan usia dini adalah jika anak wanita berumur 10-17 tahun
yang berstatus kawin dan pernah kawin dengan umur kawin pertamanya 15 tahun ke
bawah.
Dari Gambar 3.10 dapat dilihat bahwa secara nasional, sebesar 1,59 persen anak
perempuan berumur 10-17 tahun di Indonesia berstatus kawin dan pernah kawin.
Persentase terbesar terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu sebesar 3,32 persen
dan persentase terkecil ada pada Provinsi Sumatera Barat yaitu sebesar 0,33 persen.

Gambar 3.10 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan
Pernah Kawin menurut Provinsi, 2010
1,59 ,
0,33
0,36
0,50
0,52
0 6 0,666
0,71
0,71
0,83
0,83
0,99
1,01
1,13
1,15
1,21
1,27
1,38
1,52
1,52
1,83
1,86
1,96
2,02
2,07
2,12
2,15
2,23
2,36
2,41
2,42
2,45
2,72
3,09
3,32
0,00 0,50 1,00 1,50 3,00 3,50 2,00 2,50
INDONESIA
Sumatera Barat
Kepulauan Riau
Aceh
Sumatera Utara
DKI DKI J k Jaka t rta
Nusa Tenggara Timur
Maluku
Maluku Utara
Riau
DI Yogyakarta
Sumatera Selatan
Lampung
Banten
Papua
Jawa Tengah
Bali
Sulawesi Utara
Papua Barat
Kalimantan Barat
Jawa Barat
Jambi
Kalimantan Timur
Sulawesi Selatan
Bangka Belitung
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Nusa Tenggara Barat
Bengkulu
Gorontalo
Jawa Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Sumber : Susenas 2010, BPS
Sementara itu jika dilihat dari tipe daerahnya, persentase anak perempuan
berumur 10-17 tahun yang kawin dan pernah kawin di daerah perdesaan lebih banyak
daripada di daerah perkotaan. Di daerah perdesaan, persentase anak perempuan 10-
30
31
Profil Anak Indonesia 2011
31
Profil Anak Indonesia 2011
17 tahun yang kawin dan pernah kawin sebesar 2,17 persen, sedangkan di perkotaan
sebesar 0,98 persen. Kecenderungan anak perdesaan yang menikah di usia muda ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Di
perdesaan, banyak orang tua menikahkan anaknya karena alasan ekonomi dalam hal
ini anak diharapkan dapat membantu perekonomian keluarganya setelah menikah.
Selain itu, budaya di perdesaan yang mana anak perempuan akan dianggap sebagai
perawan tua jika tidak segera menikah mengakibatkan persentase anak perempuan
berumur 10-17 tahun yang berstatus kawin dan pernah kawin di perdesaan lebih
besar daripada di perkotaan. Rincian persentase anak perempuan berumur 10-17
tahun yang kawin dan pernah kawin menurut provinsi dan tipe daerah dapat dilihat
di Lampiran 3.
Dari 1,59 persen anak perempuan di Indonesia berumur 10-17 tahun yang kawin
dan pernah kawin tersebut, 96,28 persen diantaranya berstatus kawin, 3,49 persen
berstatus cerai hidup dan 0,22 persen berstatus cerai mati seperti terlihat pada
Gambar 3.11. Untuk daerah perkotaan, dari 0,89 persen anak perempuan berumur
10-17 tahun yang kawin dan pernah kawin tersebut, 95,57 persen diantaranya
berstatus kawin dan sisanya 4,43 persen berstatus cerai hidup. Sementara untuk
daerah perdesaan, dari 2,18 persen anak perempuan berumur 10-17 tahun yang
kawin dan pernah kawin tersebut, 96,59 persen diantaranya berstatus kawin, 3,09
persen berstatus cerai hidup dan sisanya 0,32 persen berstatus cerai mati.
Gambar 3.11 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan
Pernah Kawin menurut Status Perkawinan, 2010
33,49 0,222
Kaw
Ce
Ce
win
rai hidup
rai mati
Sumber : Susenas 2010, BPS
Jika dilihat lebih khusus dari umur kawin pertamanya, anak perempuan berumur
10-17 tahun yang berstatus kawin dan pernah kawin dikelompokkan ke dalam tiga
kategori yaitu yang umur kawin pertamanya 15 tahun ke bawah, 16 tahun dan 17-18
31
Profil Anak Indonesia 2011
32
Profil Anak Indonesia 2011
32
tahun. Untuk anak perempuan berumur 10-17 tahun yang umur kawin pertamanya
15 tahun ke bawah sebesar 35,78 persen. Sedangkan yang umur kawin pertamanya 16
tahun sebesar 37,03 persen dan yang umur kawin pertamanya 17-18 tahun sebesar
27,19 persen seperti yang terlihat pada Gambar 3.12. Dari ketiga kategori tersebut,
ternyata sebagian besar anak yang berstatus kawin dan pernah kawin adalah yang
umur kawin pertamanya 16 tahun (37,03 persen). Dan dapat disimpulkan pula bahwa
35,78 persen dari anak perempuan berumur 10-17 tahun yang berstatus kawin dan
pernah kawin melakukan perkawinan usia dini.
Gambar 3.12 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan
Pernah Kawin menurut Umur Kawin Pertama, 2010
<= 15 tahun
16 tahun
17-18 tahun
Sumber : Susenas 2010, BPS
Sementara itu jika dilihat berdasarkan sebaran provinsi, provinsi dengan
persentase perkawinan usia dini terbesar adalah Provinsi Maluku Utara yaitu
sebesar 66,27 persen dan Provinsi Banten dengan persentase sebesar 64,39 persen.
Sedangkan provinsi dengan persentase perkawinan usia dini terkecil adalah Provinsi
Papua Barat dengan persentase sebesar 12,67 persen seperti terlihat pada Lampiran
5.
Perkawinan usia dini terjadi di usia sekolah. Hal ini tentunya akan mengakibatkan
terjadinya putus sekolah pada anak. Oleh karena itu, masih banyaknya perkawinan
usia dini yang terjadi di Indonesia sudah seharusnya menjadi perhatian banyak pihak,
tidak hanya dari pemerintah saja. Hal ini guna terciptanya generasi penerus bangsa
yang berkualitas, untuk membentuk negara Indonesia yang semakin baik dan dapat
bersaing dengan negara lainnya.
32
33
Profil Anak Indonesia 2011
BAB 4
KESEHATAN
DASAR DAN
KESEJAHTERAAN
35
Profil Anak Indonesia 2011
4
KESEHATAN DASAR DAN
KESEJAHTERAAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun
1992. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang lebih baik. Berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat sudah banyak dilakukan pemerintah melalui program kesehatannya,
diantaranya seperti memberikan penyuluhan kesehatan pada masyarakat untuk
berperilaku hidup sehat dan menyediakan fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh
masyarakat. Dengan melihat kondisi kesehatan masyarakat secara umum dan kondisi
kesehatan anak secara khusus, diharapkan program-program kesehatan tersebut
dapat diaplikasikan semaksimal mungkin sehingga seluruh lapisan masyarakat
khususnya anak-anak di Indonesia mendapatkan manfaatnya secara merata dan tepat
sasaran.
4.1 PELAYANAN ANTENATAL
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi
pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran
tinggi fundus, pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT), serta pemberian tablet
tambah darah (tablet Fe) selama kehamilan. Pelayanan ini hanya dapat diberikan oleh
tenaga kesehatan dan tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi (Balitbangkes, 2010).
Indikator pelayanan antenatal diantaranya adalah K1 dan K4. Indikator K1
(kontak pertama pada trimester pertama) adalah akses ibu hamil untuk mendapat
pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan. Sedangkan indikator K4 adalah akses/
Profil Anak Indonesia 2011
36
Profil Anak Indonesia 2011
36
kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan dengan syarat minimal satu kali kontak
pada triwulan I (usia kehamilan 0-3 bulan), minimal satu kali kontak pada triwulan
II (usia kehamilan 4-6 bulan), dan minimal dua kali kontak pada triwulan III (usia
kehamilan 7-9 bulan).
Data hasil Riskesdas 2010 (Gambar 4.1), menunjukkan bahwa cakupan pelayanan
kesehatan ibu hamil K1 di Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar 72,30 persen
dan K4 sebesar 61,40 persen. Jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, baik
cakupan K1 maupun K4 persentase tertinggi berada di perkotaan dimana persentase
K1 sebesar 82,10 persen dan K4 sebesar 76,90 persen. Sedangkan di daerah perdesaan,
cakupan K1 hanya sebesar 61,90 persen dan K4 sebesar 55,70 persen.
Gambar 4.1 Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan
K4 menurut Tipe Daerah, 2010
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
(
%
)

p
a
n

K
1

d
a
n

K
4

C
a
k
u
82 10 82,10
Perkotaan
72,30
Perdesaa
76,90
an Perkootaan+Perdesaan
0
Sumber: Riskesdas 2010, Kemenkes
Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 sangat berpengaruh terhadap tingkat
kesehatan serta tingkat kematian ibu dan bayi. Tingkat kematian (mortalitas) bayi dan
ibu selain dipengaruhi oleh faktor kondisi isik ibu hamil dan bayi, juga dipengaruhi
oleh penolong pada saat proses persalinan.
36
37
Profil Anak Indonesia 2011
37
Profil Anak Indonesia 2011
4.2 PENOLONG PERSALINAN
Proses persalinan akan lebih aman jika yang melakukan adalah tenaga kesehatan
(dokter atau bidan atau tenaga paramedis lainnya) atau tenaga nonkesehatan yang
sudah terlatih dibandingkan dengan tenaga non kesehatan yang sifatnya masih
tradisional seperti dukun (BPS, 2007).
Gambar 4.2 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran dan
Tipe Daerah, 2010
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
B
a
l
i
t
a
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

B
Dokter Bi
Perkot
dan Tenaga
Paramedis
Lainnya
5
9
,
7
111111111111111
6
1
,
9
3
999999999999999
taan Pedesa
s
Dukun
2
7
,
6
6

2222222222222222
aan Perkotaan
Famili/
Keluarga
Lai
0
,
2
6

2
,
3
8

8888888888888888
1
,
3
2

n+Pedesaan
nnya
Sumber: Susenas 2010, BPS
Berdasarkan data Susenas 2010 seperti yang disajikan pada Gambar 4.2,
sebagian besar kelahiran di Indonesia masih ditolong oleh bidan yaitu sebesar 61,93
persen, sedangkan kelahiran yang ditolong oleh dokter hanya mencapai 17,03 persen.
Baik di daerah perkotaan maupun di perdesaan, penolong kelahiran terbanyak adalah
bidan yaitu sekitar 64,18 persen di daerah perkotaan dan 59,71 persen di daerah
perdesaan. Selain oleh bidan, di perkotaan sebagian besar kelahiran ditolong dokter
(25,10 persen), sedangkan di daerah perdesaan ditolong oleh dukun (27,66 persen).
37
Profil Anak Indonesia 2011
38
Profil Anak Indonesia 2011
38
4.3 ANGKA KEMATIAN BAYI
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi sebelum saat setelah bayi lahir
sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah
banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1.000 kelahiran hidup
pada satu tahun tertentu. AKB sangat peka terhadap perubahan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada
penurunan AKB. Oleh karena itu AKB biasa digunakan sebagai salah satu indikator
untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat (BPS, 2011).
Berdasarkan data hasil SDKI tahun 2007 (Gambar 4.3), pada tahun 1997, AKB
di Indonesia adalah sebesar 46 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup dan turun
menjadi 35 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2002-2003. Angka
tersebut mengalami penurunan kembali pada tahun 2007 yaitu menjadi 34 kematian
bayi per 1.000 kelahiran hidup. Menurunnya AKB mencerminkan adanya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.
Gambar 4.3 Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup, 1997-2007
00
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
K
e
A
K
B

p
e
r

1
.
0
0
0

K
l
a
h
i
r
a
n

H
i
d
u
p
1997 2002-20003 2007
Sumber : Survei Demograi dan Kesehatan Indonesia 2007, BPS
Estimasi AKB menurut provinsi dapat dilihat berdasarkan hasil SDKI 2007
(Gambar 4.4). Dari gambar tersebut, terlihat bahwa pada tahun 2007 AKB tertinggi
berada di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebesar 74 kematian per 1.000 kelahiran
hidup. Angka ini dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan estimasi AKB nasional (34
kematian per 1.000 kelahiran hidup), sedangkan AKB terendah berada di Provinsi DI
Yogyakarta yaitu hanya sebesar 19 kematian per 1000 kelahiran hidup. AKB nasional
38
39
Profil Anak Indonesia 2011
39
Profil Anak Indonesia 2011
masih harus diturunkan kembali agar pada tahun 2015 dapat memenuhi target dari
MDGs 2015 yaitu sebesar 23 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
Gambar 4.4 Angka Kematian Bayi menurut Provinsi, 2007
N
N
0
INDONESIA
DI Yogyakarta
Aceh
Jawa Tengah
Kalimantan Timur
DKI Jakarta
Kalimantan Tengah
Bali
Jawa Timur
Sulawesi Utara
Papua
Riau
Jambi
Bangka Belitung
Jawa Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Papua Barat
Sumatera Selatan
Lampung
Kepulauan Riau
Sumatera Utara
Bengkulu
Banten
Kalimantan Barat
Sumatera Barat
Maluku Utara
Gorontalo
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Selatan
Maluku
Sulawesi Tengah
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Barat
10 20
34
26
26
37
39
39
39 3333333333333333333333333333333333
30 40
47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47
57
58
59
50 60
72 777777777777777777777777777777777
74
70 80
Sumber : Survei Demograi dan Kesehatan Indonesia 2007, BPS
4.3.1 Angka Kematian Anak
Yang dimaksud dengan anak disini adalah penduduk yang berusia satu sampai
menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun. Angka Kematian Anak
(AKA) adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per
1.000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Jadi AKA tidak termasuk kematian
bayi (BPS, 2011).
AKA mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan dimana anak tersebut
bertempat tinggal. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi
atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi
penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar
rumah (Budi Utomo, 1985).
39
Profil Anak Indonesia 2011
40
Profil Anak Indonesia 2011
40
Gambar 4.5 Angka Kematian Anak, 1997-2007
S
1
1
1
A
K
A


p
e
r

1
.
0
0
0

K
e
l
a
h
i
r
a
n

H
i
d
u
p

umber : Survei Demog
13
0
2
4
6
8
0
2
4
1997
g
grafi dan Kesehatan In
7
,
donesia 1997, 2002-2
11
2002-2003
003, 2007; BPS
10
2007
Sumber : Survei Demograi dan Kesehatan Indonesia 1997, 2002-2003, 2007; BPS
Hasil SDKI tahun 2007 (Gambar 4.5) menunjukkan bahwa AKA di Indonesia
pada tahun 2002-2003 adalah sebesar 11 kematian anak per 1.000 kelahiran hidup
lebih kecil dibandingkan tahun 1997 yang besarnya mencapai 13 kematian anak per
1.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2007, AKA di Indonesia diestimasikan
sebesar 10 kematian anak per 1.000 kelahiran hidup. AKA yang semakin menurun
mencerminkan bahwa tingkat kesehatan anak di Indonesia semakin membaik.
Gambar 4.6 Angka Kematian Anak menurut Provinsi, 2007
INDO INDONNEE
DI Yogyak
Kalimantan Ten
Jawa Ten
Bangka Beli
Ja
DKI Jak
Sulawesi U
Jawa B
Jawa T
Sula Sulawesi wesi Te Tenn
Sumatera Sel
Kalimantan T
Sulawesi Sel
Lamp
Ba
Kalimantan B
Sumatera B
Kepulauan
Goron
Kalimantan Sel
Beng
A
Nusa Tenggara B
Sulawesi Teng
Sumatera U
Nusa Tenggara T
Maluku U
Sulawesi B
Papua B
Pa
Ma
- 5
EESI SI
karta
Bali
ngah
ngah
itung
ambi
karta
Utara
Barat
Timu
nngah gah
Riau
latan
Timu
latan
pung
anten
Barat
Barat
Riau
ntalo
latan
gkulu
Aceh
Barat
gara
Utara
Timu
Utara
Barat
Barat
apua
aluku
10 10 10
9
9
9 99999999999999999999999999999
10
10 15
20
21
21
21 222222222222222222222222
22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
20 25
37
30 35 40
Sumber : Survei Demograi dan Kesehatan Indonesia 2007, BPS
40
41
Profil Anak Indonesia 2011
41
Profil Anak Indonesia 2011
AKA menurut provinsi dapat dilihat berdasarkan hasil SDKI 2007 (Gambar
4.6). Dari gambar tersebut, terlihat bahwa pada tahun 2007 AKA tertinggi berada di
Provinsi Maluku yaitu sebesar 37 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh
lebih tinggi dibandingkan estimasi AKA nasional (10 kematian per 1.000 kelahiran
hidup). Sedangkan AKA terendah berada di Provinsi DI Yogyakarta yaitu hanya
sebesar 3 kematian per 1000 kelahiran hidup.
4.3.2 Angka Kematian Balita
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir,
yang berusia 0 sampai tepat 5 tahun (BPS, 2011). Pada umumnya ditulis dengan notasi
0-4 tahun. Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak berusia 0-4
tahun selama satu tahun tertentu per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu
(termasuk kematian bayi).
Angka Kematian Balita terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak
dan mereleksikan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan tempat tinggal anak-
anak termasuk pemeliharaannya. AKABA biasa digunakan untuk mengidentiikasi
kesulitan ekonomi penduduk (BPS, 2008). AKABA dihitung berdasarkan estimasi
tidak langsung dari berbagai survei yang salah satunya adalah SDKI.
Gambar 4.7 Angka Kematian Balita, 1997-2007
A
K
B
A
B
A


p
d
u
0
0
0

K
e
l
a
h
i
r
i
a
n

H
i
d
e
r

1
.
0
p
0
10 10
20
30
40
50
60
70
19997 2002-2003 2007
Sumber : Survei Demograi dan Kesehatan Indonesia 2007, BPS
41
Profil Anak Indonesia 2011
42
Profil Anak Indonesia 2011
42
Berdasarkan data SDKI (Gambar 4.7), terlihat bahwa AKABA di Indonesia selama
tahun 1997 sampai dengan 2007 mengalami penurunan yang cukup signiikan. Pada
tahun 1997, AKABA di Indonesia adalah sebesar 58 kematian balita per 1.000 kelahiran
hidup dan turun menjadi 46 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2002-
2003. Angka tersebut mengalami penurunan kembali pada tahun 2007 yaitu menjadi
44 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. Dengan adanya penurunan tersebut
maka diharapkan AKABA di Indonesia akan mencapai target MDGs pada tahun 2015
yaitu menjadi sebesar 32 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup.
Gambar 4.8 menunjukkan AKABA menurut provinsi pada tahun 2007 berdasarkan
hasil SDKI. Dari 33 provinsi yang ada di Indonesia, provinsi dengan AKABA tertinggi
berada di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebesar 96 kematian balita per 1.000 kelahiran
hidup. Sedangkan AKABA terendah berada di Provinsi DI Yogyakarta (22 kematian
balita per 1.000 kelahiran hidup). AKABA dari seluruh provinsi di Indonesia sangat
bervariasi, namun baru 2 provinsi (Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah)
yang memiliki AKABA sudah mencapai target MDGs 2015 (32 kematian balita per
1.000 kelahiran hidup).
Gambar 4.8 Angka Kematian Balita menurut Provinsi, 2007
INDO
DI Yogy
Jawa T
Kalimantan T
DKI J
Kalimantan
Sulawes
Jawa
Bangka B
Jaw
Sumatera S
Sulawesi S
La
Kepulaua
Kalimanta
Sumater
Sulawesi Te
Papu
Be
Sumatera
Sulawesi T
Go
Maluku
Kalimantan S
Nusa Tenggara
Nusa Tenggar
Sulawes
- 2
ONESIA
yakarta
Tengah
Tengah
Jakarta
Bali
n Timur
si Utara
Aceh
a Timur
Belitung
Riau
Jambi
a Barat
Selatan
Selatan
ampung
an Riau
Bant Banten en
n Barat
a Barat
enggara
Papua
a Barat
engkulu
a Utara
Tengah
orontalo
u Utara
Selatan
a Timur
a Barat
Maluku
si Barat
44
32
43
4
0 40
32
4444
3
45
58
58 58
59
62
62
62
64
65
60
75
92
93
96
33
80 100 120
Sumber : Survei Demograi dan Kesehatan Indonesia 2007, BPS
42
43
Profil Anak Indonesia 2011
43
Profil Anak Indonesia 2011
4.4 STATUS GIZI
Status gizi balita yang akan dibahas adalah yang berkaitan dengan masalah
gizi makro khususnya kurang energi dan protein serta gizi mikro khususnya kurang
vitamin A.
4.4.1 Status Gizi Balita
Pemenuhan gizi balita salah satunya dipengaruhi oleh asupan energi dan protein
yang dapat mempengaruhi perkembangan berat badan dan tinggi badan balita. Gizi
kurang pada balita dapat diukur berdasarkan berat badan dan umur, tinggi badan
dan umur, dan juga berat badan dan tinggi badan. Namun indikator yang lebih sering
digunakan adalah indikator berat badan dan umur. Indikator ini tidak memberikan
indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan
berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan (Balitbangkes, 2010).
Secara nasional, berdasarkan data hasil Riskesdas 2010 (Gambar 4.9) prevalensi
BKG (Balita Kurang Gizi) pada tahun 2010 adalah 17,9 persen yang terdiri dari 4,9
persen gizi buruk dan 13 persen gizi kurang. Mengingat target MDGs tahun 2015
yaitu 15,5 persen (gizi buruk 3,6 persen dan gizi kurang 11,9 persen) maka prevalensi
BKG secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4 persen dalam periode
2011 sampai 2015. Membandingkan status gizi antara balita laki-laki dan perempuan
terlihat bahwa prevalensi BKG yang paling tinggi terlihat pada balita laki-laki yaitu
sebesar 19,1 persen yang terdiri dari 5,2 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi
kurang.
Gambar 4.9 Persentase Balita menurut Status Gizi dan Jenis Kelamin, 2010
80,0
Gizi Buruk
Laki-Laki
Gizi Kurang
13,9 13 9 13 9 13 9 13 9 13 9 13 9 13 9 13 9 13 9 13 9 13 9 13 9 13 9 13 9
12,1 111111111111
Per
Gizi Baik
75,0 75 0 75 0 75 0 75 0 75 0 75 0 75 0 75 0 75 0 75 0 75 0 75 0 75 0 75 0
rempuan
Gizi Lebih
Jumlah
Sumber : Riskesdas 2010, Kemenkes
43
Profil Anak Indonesia 2011
44
Dari 33 provinsi di Indonesia (Tabel 10 pada Lampiran), provinsi yang memiliki
prevalensi gizi kurang yang paling tinggi adalah Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar
30,5 persen dengan persentase gizi buruk sebesar 10,6 persen dan gizi kurang 19,9
persen. Sedangkan provinsi yang memiliki prevalensi gizi baik yang paling tinggi
adalah Sulawesi Utara yaitu sebesar 89,4 persen dengan persentase gizi baik sebesar
84,3 persen dan gizi lebih sebesar 5,1 persen.
4.4.2 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang
dari 2.500 gram dan merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap
kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR
karena prematur atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi
yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak
BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita
penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat kehamilan.
Tabel 4.1 Persentase Balita menurut Kelompok Umur dan
Kategori Berat Badan Lahir, 2010
Kelompok 0mui
Bulan
Kategoii Beiat Bauan Lahii
}umlah
gi gi gi

Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Sumber: Riskesdas 2010, Kemenkes
4.4.3 Pemberian Vitamin A Pada Balita
Kapsul Vitamin A akan diberikan kepada balita sejak umur 6 bulan sebanyak
dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Bayi umur 6-11 bulan
akan diberikan kapsul merah (dosis 100.000 IU), sedangkan anak umur 12-59 bulan
akan diberikan kapsul biru (dosis 200.000 IU). Dengan diberikannya asupan Vitamin
A, diharapkan balita di Indonesia akan terpenuhi gizinya.
44
45
Profil Anak Indonesia 2011
45
Profil Anak Indonesia 2011
Berdasarkan data Riskesdas 2010, dari seluruh balita umur 6-59 bulan di
Indonesia ada sekitar 69,8 persen yang menerima asupan Vitamin A (Gambar 4.10). Jika
diamati berdasarkan kelompok umurnya, maka kelompok umur yang mendapatkan
asupan Vitamin A terbanyak adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu sekitar 74,8
persen. Kelompok umur yang yang mendapatkan asupan Vitamin A terkecil adalah
kelompok umur 6-11 bulan yaitu hanya sekitar 61,4 persennya saja.
Gambar 4.10 Persentase Anak Umur 6-59 Bulan
yang Menerima Kapsul Vitamin A Selama Enam Bulan Terakhir
Menurut Kelompok Umur, 2010
s
e
B
a
l
i
t
a
P
e
r
s
e
n
t
a
s
10
20
30
40
50
60
70
80
6-11 B
s
e
P
e
r
s
e
n
t
a
s
B
a
l
i
t
a
74 8 74,8
Bulan 12-23 Bu
71 7 71,7
ulan 24-35 Bula
p
70,2
n 36-47 Bulan 48-59 Bulan
p ,
Sumber: Riskesdas 2010, Kemenkes
4.5 ASI
Kesehatan anak berumur dibawah lima tahun (balita) merupakan salah satu
indikator yang mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Balita yang sehat
merupakan aset yang besar dalam kelangsungan masa depan bangsa. Tingkat
kecerdasan anak dipengaruhi oleh kualitas makanan yang diberikan pada saat anak
berusia balita dan pemberian Air Susu Ibu (ASI).
Pemberian ASI bagi balita di Indonesia sudah sangat baik, hal ini ditunjukkan
dengan banyaknya persentase balita yang pernah diberi ASI yaitu sebesar 94,53
persen dari seluruh balita di Indonesia dimana persentase balita perempuan
sebanyak 95,01 persen dan laki-laki sebanyak 94,08 persen. Jika dilihat berdasarkan
daerah tempat tinggalnya, balita di daerah perdesaan lebih banyak menerima ASI
dibandingkan balita yang ada di daerah perkotaan dengan perbedaan yang cukup
signiikan dimana persentase balita di daerah perdesaan yang pernah diberi ASI ada
sekitar 95,95 persen (Gambar 4.11).
45
Profil Anak Indonesia 2011
46
Profil Anak Indonesia 2011
46
Gambar 4.11 Persentase Balita yang Pernah Diberi ASI
menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010
90,0
91,0
92,0
93,0
94,0
95,0
96,0
97,0
e
n
t
a
s
e

P
e
r
s
e
00
00
00
00
00
00
00
00
Perkota
Laki-laki
aan P
93,09
Perempua
Perdesaan P
96,20
95,95
n L
Perkotaan + Perdesaa
94,08
95,01
94
Laki-laki + Perempuan
an
4,53
Sumber: Susenas 2010, BPS
Pola dan lama pemberian ASI memberikan pengaruh yang sangat positif pada
kondisi kesehatan dan proses tumbuh kembang anak balita secara optimal. Enzim
dalam ASI membantu pertumbuhan otak, pembentukan tulang serta mencegah
penyakit dan infeksi pada bayi. ASI eksklusif dianjurkan oleh para ahli kesehatan
karena dipercaya mempunyai manfaat yang sangat besar baik bagi ibu sebagai suatu
bentuk perwujudan kasih sayang maupun bagi bayi untuk kesehatan bayinya kelak.
Gambar 4.12 Rata-rata Lama Pemberian ASI Bagi Balita
menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010
17,00
B
u
l
a
n

Perkotaa
15,19
L k Laki l i-l ki aki
an
15,32
PPerempua
Perdesaan
16,70
16,71
n
Perkotaan + Perde
L k Laki l i-l ki aki+P +Perempua
esaan
16,03 ,,,,,,,,,,,,,,
an
Sumber: Susenas 2010, BPS
46
47
Profil Anak Indonesia 2011
47
Profil Anak Indonesia 2011
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2010, terlihat bahwa di Indonesia rata-rata
lama pemberian ASI adalah sekitar 16 bulan (Gambar 4.12). Untuk daerah perkotaan
rata-rata lama pemberian ASI adalah 15 bulan sedikit lebih rendah dibandingkan
di daerah perdesaan yaitu sekitar 16 bulan. Menurut jenis kelamin tidak terlihat
perbedaan dalam hal lamanya pemberian ASI, bayi laki-laki menerima ASI sekitar
15,99 bulan dan bayi perempuan 16,09 bulan. Lama pemberian ASI yang lebih dari
setahun tersebut mengindikasikan bahwa kesadaran ibu-ibu akan pentingnya manfaat
ASI masih cukup tinggi di Indonesia. Namun pola pemberian ASI tanpa makanan
tambahan masih belum memenuhi target 6 bulan karena secara rata-rata pemberian
ASI tanpa makanan tambahan di Indonesia hanya sampai 4 bulan saja, baik di daerah
perkotaan maupun di perdesaan (Gambar 4.13).
Gambar 4.13 Rata-rata Lama Pemberian ASI tanpa Makanan Tambahan dan
ASI dengan Makanan Tambahan Bagi Balita menurut Tipe Daerah, 2010
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
Perk
B
u
l
a
n
ASI tanpa Makan
kotaan
4,16
n Tambahan
Perdesaan
11,20
SI dengan Maka
Perkotaan + P
11,87
anan Tambahan
Perdesaan
Sumber: Susenas 2010, BPS
4.6 IMUNISASI
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) menganjurkan agar semua anak
mendapatkan imunisasi terhadap enam penyakit utama anak yang dapat dicegah
dengan imunisasi tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus dan campak. Sesuai dengan
pedoman WHO, anak dinyatakan telah di imunisasi lengkap bila telah mendapatkan
satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT, tiga kali imunisasi polio, dan satu kali
imunisasi campak (BPS, 2007).
47
Profil Anak Indonesia 2011
48
Profil Anak Indonesia 2011
48
Berdasarkan hasil Susenas 2010, balita yang pernah diberi imunisasi pada
tahun 2010 ada sekitar 94,76 persen; dengan pemberian imunisasi yang hampir
sama antara balita laki-laki (94,84 persen) dan balita perempuan (94,68 persen). Jika
diamati berdasarkan daerah tempat tinggal, persentase balita di daerah perkotaan
yang pernah diberi imunisasi lebih banyak dibandingkan dengan balita di daerah
perdesaan. Di daerah perkotaan ada sebanyak 96,81 persen balita yang pernah diberi
imunisasi lebih tinggi dibandingkan dengan balita di daerah perdesaan yaitu 92,75
persen (Gambar 4.14).
Gambar 4.14 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi
menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010
90
91
92
93
94
95
96
97
a
s
e

P
e
r
s
e
n
t
a
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
Perko
Laki-laki
otaan P
6,79 96,81
Perempuan
Perdesaan P
92,59
92,75
n Lak
Perkotaan+Perdesaan
94,68 94
ki-laki + Perempuan
76
Sumber: Susenas 2010, BPS
Persentase balita yang pernah diberikan imunisasi BCG pada tahun 2010 ada
sekitar 92,73 persen; balita laki-laki 92,76 persen dan balita perempuan 92,71 persen.
Untuk imunisasi DPT, sebesar 89,79 persen balita yang pernah mendapat imunisasi
tersebut; 89,81 persen balita perempuan dan balita laki-laki 89,77 persen. Sedangkan
persentase balita yang pernah diberi imunisasi polio ada sekitar 90,56 persen dan
yang diberi imunisasi campak persentasenya paling kecil yaitu hanya sekitar 77,67
persen. Pemberian imunisasi polio dan campak untuk balita laki-laki dan perempuan
relatif sama (Gambar 4.15).
48
49
Profil Anak Indonesia 2011
49
Profil Anak Indonesia 2011
Gambar 4.15 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut
Jenis Imunisasi dan Jenis Kelamin, 2010

65
70
75
80
85
90
95
Laki-laki
8
9
,
7
7

8
9
,
8
1
9
2
,
7
3
8
9
7
9
Perempuan
9
0
,
5
5

9
0
,
5
8
8
9
,
7
9
9
0
5
6
n Laki-
7
7
,
5
5

9
0
,
5
6
7
7
,
6
7
laki + Perempuan
,
Sumber : Susenas 2010, BPS
4.7 KELUHAN KESEHATAN
Status kesehatan anak yang baik akan berpengaruh terhadap aktiitas hariannya
yang pada gilirannya akan berdampak terhadap prestasi seorang anak. Salah satu
indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan penduduk khususnya
anak-anak adalah Angka Kesakitan yang bisa dilihat dari besarnya penduduk dibawah
18 tahun yang mengalami gangguan kesehatan dan terganggu aktiitasnya sehari-hari.
Gambar 4.16 Persentase Anak yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan
Terganggu Aktiitas Sehari-hari menurut Tipe Daerah dan
Jenis Kelamin, 2010
4
0
L
1
6
,
7
6
7
Laki-laki Perempu
Perdesaan
1
7
,
9
4
1
7
,
8
1
1
7
,
8
8
an Laki-laki+Pere
Perkotaan+Perd
1
7
,
5
4
empuan
Sumber : Susenas 2010, BPS
49
Profil Anak Indonesia 2011
50
Profil Anak Indonesia 2011
50
Berdasarkan hasil pengolahan data Susenas 2010 (Gambar 4.16), anak yang
mempunyai keluhan kesehatan dan terganggu aktiitasnya sehari-hari ada sekitar
17,34 persen dengan persentase laki-laki sekitar 17,54 persen dan perempuan
17,13 persen. Jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, persentase di daerah
perdesaan (17,88 persen) lebih tinggi dibandingkan perkotaan (16,76 persen).
Pada Susenas 2010, dari berbagai macam keluhan yang ditanyakan, Tabel 22
lampiran menampilkan 3 jenis keluhan terbanyak, yaitu batuk, pilek, dan panas. Dari
tabel tersebut tampak bahwa keluhan yang biasa dialami oleh anak-anak adalah pilek
60,45 persen, batuk 57,66 persen, dan panas 54,44 persen (Tabel 19 pada Lampiran).
Persentase anak laki-laki dan anak perempuan mempunyai keluhan kesehatan dan
terganggu aktiitasnya untuk ketiga macam keluhan tersebut hampir sama. Persentase
keluhan batuk untuk laki-laki dan perempuan masing-masing 57,99 persen dan 57,31
persen. Persentase keluhan pilek baik untuk laki-laki dan perempuan dikisaran 60,0
persen. Sekitar 55,18 persen anak laki-laki mengeluh panas dibandingkan perempuan
53,65 persen.
Gambar 4.17 Persentase Anak yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan
Mengobati Sendiri menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010
59,00
60,0 , 0
61,00
62,00
63,00
64,00
65,00
66,00
67,00
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

62,51
Laki-laki
66
Perempuan
aan Perk
6,36
Laki-laki ++ Perempuan
Sumber : Susenas 2010, BPS
Persentase anak yang mengobati sendiri saat mengalami keluhan kesehatan
ada sekitar 63,92 persen. Yang dimaksud dengan berobat sendiri atau mengobati
sendiri adalah upaya oleh art/keluarga dengan melakukan pengobatan tanpa datang
ke fasilitas kesehatan atau memanggil dokter/petugas kesehatan ke rumahnya
50
51
Profil Anak Indonesia 2011
(misal minum obat modern, jamu, kerokan, kompres, kop, pijat) agar sembuh atau
menjadi lebih ringan keluhan kesehatannya. Jika dilihat berdasarkan daerah tempat
tinggal, persentase anak di perdesaan (65,72 persen) lebih besar dibandingkan
anak di perkotaan (61,99 persen). Ini menunjukkan bahwa saat mengalami keluhan
kesehatan anak-anak di perdesaan yang mengobati sendiri lebih tinggi dibandingkan
persentase anak-anak di perkotaan.
4.8 AKSES KE PELAYANAN KESEHATAN
Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan bagi masyarakat diharapkan
akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat disekitarnya. Dengan adanya
fasilitas kesehatan yang lengkap dan memadai, maka masyarakat akan mudah untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan cepat.
Tabel 4.2 Persentase Anak yang Berobat Jalan ke Fasilitas Kesehatan
menurut Tipe Daerah, 2010
Tempat Fasilitas
Kesehatan
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
(1)
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Sakit Swasta
Praktek Doker/Poliklinik
Puskesmas/Pustu
Praktek Nakes
Praktek Batra
Dukun Bersalin
Lainnya
Sumber : Susenas 2010, BPS
Tabel 4.2 menggambarkan persentase anak yang berobat jalan ke fasilitas
kesehatan. Berdasarkan hasil Susenas 2010, persentase fasilitas kesehatan yang
dikunjungi oleh anak-anak berturut-turut sebagai berikut: puskesmas/pustu (40,45
persen), praktek dokter/poliklinik (27,83 persen), dan praktek tenaga kesehatan
(27,11 persen). Jika dilihat berdasarkan tipe daerah, persentase anak yang tinggal di
perdesaan paling banyak berobat jalan ke puskesmas (43,40 persen), kemudian ke
Profil Anak Indonesia 2011
52
praktek tenaga kesehatan (37,14 persen), dan ke praktek dokter/poliklinik (17,11
persen). Sedangkan anak yang tinggal di perkotaan paling banyak berobat jalan ke
praktek dokter/poliklinik (37,80 persen), kemudian ke puskesmas/ pustu (37,69
persen), dan ke praktek tenaga kesehatan (17,77 persen).
53
Profil Anak Indonesia 2011
BAB 5
PENDIDIKAN,
PEMANFAATAN
WAKTU LUANG
DAN KEGIATAN
SENI BUDAYA
55
Profil Anak Indonesia 2011
5
PENDIDIKAN, PEMANFAATAN WAKTU
LUANG DAN KEGIATAN SENI BUDAYA
Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
merupakan proses untuk mendapatkan masyarakat cerdas. Oleh sebab itu pemerintah
secara terus menerus berupaya meningkatkan mutu pendidikan dimulai dengan
pemberian kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengenyam
pendidikan terutama pada tingkat dasar hingga pada peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana maupun prasarana pendidikan. Indonesia telah menandatangani
Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on The Rights of the Child) pada tahun 1990.
Dalam Konvensi Hak-Hak Anak tersebut dinyatakan bahwa setiap negara di dunia
melindungi dan melaksanakan hak-hak anak tentang pendidikan dengan mewujudkan
wajib belajar pendidikan dasar bagi semua secara bebas (Artikel 28) dan konvensi
mengenai HAM yang menyatakan "Setiap orang berhak atas pendidikan. UUD 1945
juga mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara
Indonesia, karenanya setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan
sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial,
status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender.
Pendidikan harus bebas biaya, terutama bagi peserta didik yang orang tuanya
tidak mampu setidaknya pada pendidikan dasar. Pendidikan dasar harus bersifat wajib,
untuk itu pemerintah telah mencanangkan gerakan wajib belajar dari 6 tahun (1984)
menjadi 9 tahun (1994). Hal ini sejalan dengan pencapaian sasaran pembangunan
yang disepakati dalam Kerangka Aksi Dakar Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau
Education for All (EFA). Dalam sasaran Konvensi Hak-Hak Anak dan PUS, pemerintah
telah menetapkan kebijakan dasar dan Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI)
tahun 2015, yaitu mewujudkan anak yang cerdas/ceria dan berakhlak mulia melalui
upaya perluasan aksesibilitas, peningkatan kualitas dan eisiensi pendidikan, serta
partisipasi masyarakat. Karena itu, kebijakan pendidikan perlu mengakomodasikan
Profil Anak Indonesia 2011
56
hak-hak anak dan kebutuhan anak termasuk juga mempertimbangkan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Gelar peta jalan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) yang
diprakarsai oleh Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) di akhir tahun
2010 ke seluruh Indonesia juga dilakukan. Salah satu tujuan MDGs yaitu tujuan 2:
mewujudkan pendidikan dasar, target 3: memastikan pada tahun 2015 semua anak
dimanapun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar.
Indikator monitoring yang digunakan antara lain APM di sekolah dasar (SD) dan
APM di sekolah lanjutan pertama dengan target pencapaian 95 persen pada tahun
2015. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014 berkaitan dengan
pendidikan dinyatakan bahwa hingga tahun 2014 diharapkan meningkatnya Angka
Partisipasi Murni (APM) SD/SDLB/MI/Paket A sebesar 96,0 persen, APM SMP/
SMPLB/MTs/Paket B meningkat hingga 76,0 persen, APK SMA/SMK/MA/Paket C
meningkat hingga 85,0 persen dan Angka Partisipasi Kasar (APK) PT usia 19-23 tahun
meningkat hingga 30,0 persen.
Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mencerdaskan bangsa tidak
hanya diperoleh di bangku sekolah tetapi juga melalui media massa (cetak maupun
elektronik) terkait dengan pemberitaan/informasi. Salah satu pemanfaatan waktu
luang bersifat positif dengan mengakses media massa. Partisipasi anak dalam kegiatan
seni budaya dapat meningkatkan semangat pembangunan sekaligus menunjukkan
kepedulian seni budaya. Karenanya anak sejak dini perlu dikenalkan dengan seni
budaya.
Berikut akan diuraikan gambaran pendidikan, pemanfaatan waktu luang
dan kegiatan seni budaya anak berdasarkan hasil Susenas 2009-2010. Indikator
pendidikan menyajikan status sekolah, partisipasi pendidikan, putus sekolah, alasan
tidak bersekolah, angka melek huruf, dan indikator pemanfaatan waktu luang dan
seni budaya yang dicermati antara lain kegiatan menonton televisi, mendengarkan
radio, membaca surat kabar/majalah dan lain-lain serta partisipasi terhadap seni
budaya.
5.1. STATUS SEKOLAH
Salah satu faktor keberhasilan pembangunan adalah tersedianya sumber daya
manusia berkualitas. Sumber daya manusia berkualitas salah satunya dilakukan
dengan peningkatan pendidikan. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyatakan bahwa wajib belajar adalah
57
Profil Anak Indonesia 2011
program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh semua warga negara Indonesia,
pemerintah pusat dan daerah bertanggung jawab terhadap program tersebut; Pasal 6
ayat (1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs). Pada Pasal 34 ayat (1) Setiap
warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar. Ayat (2)
Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal
pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Pernyataan ini sekaligus
menunjukkan bahwa adanya upaya melakukan program sekolah gratis minimal pada
tingkat dasar di seluruh wilayah di Indonesia sehingga tidak ada hambatan dalam
upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bidang pendidikan.
Dari Tabel 5.1 terlihat bahwa anak usia 5-17 tahun yang berstatus sekolah
sebesar 82,58 persen. Pada kelompok usia ini terdapat anak yang berstatus tidak
sekolah lagi sebesar 8,12 persen dan yang belum pernah mengecap pendidikan
sebesar 9,30 persen. Dilihat menurut jenis kelamin, anak perempuan usia 7-15 tahun
yang bersekolah (83,26 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki usia
5-17 tahun (81,94 persen). Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun
daerah perdesaan.
Dilihat menurut tipe daerah, persentase anak usia 5-17 tahun yang masih
bersekolah di daerah perkotaan (84,81 persen) lebih besar dibandingkan perdesaan
yang hanya sebesar 80,56 persen. Hal ini salah satunya karena akses pendidikan
penduduk perkotaan jauh lebih baik dibandingkan dengan penduduk di perdesaan,
dan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di perkotaan yang lebih lengkap
dan lebih memadai dibandingkan dengan di perdesaan.
Profil Anak Indonesia 2011
58
Tabel 5.1 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun ke Atas
menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Tipe Daerah/
Jenis Kelamin
Tdk/ Blm
Sekolah
Masih Sekolah
Tdk Sekolah
lagi
Total

Perkotaan :

Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perdesaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
K erkotaan+Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
Pada Tabel 5.2 terlihat bahwa anak usia 5-6 tahun (meskipun di usia ini bukan
merupakan usia wajib sekolah) yang saat ini bersekolah sudah mencapai 43,01 persen.
Persentase anak yang tidak/belum sekolah umur 7-12 tahun sebesar 1,18 persen,
kelompok umur 1315 tahun sebesar 0,86 persen dan kelompok umur 1617 tahun
sebesar 0,90 persen. Adapun anak yang tidak sekolah lagi pada kelompok umur 7-12
tahun sebesar 0,80 persen, 13-15 tahun sebesar 12,89 persen dan kelompok umur
16-17 tahun mencapai sepertiganya (33,93 persen). Kondisi ini memprihatinkan dan
perlu menjadi perhatian khusus.
59
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 5.2 Persentase Penduduk Berumur 5-17 Tahun
menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2010
Kelompok Umur
Tdk/ Blm
Sekolah
Masih
Sekolah
Tdk Sekolah
lagi
Total

5 6
7 12
13 15
16 17
5 17 9,30 82,58 8,12 100,00
7 17 1,05 89,44 9,51 100,00
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
Dilihat sebaran menurut provinsi (Lampiran Tabel 21-38), persentase terbesar
penduduk 7-17 tahun yang tidak bersekolah terdapat di Provinsi Papua (27,37
persen), kemudian Sulawesi Barat (15,12 persen), Bangka Belitung (14,51 persen)
dan Gorontalo (14,48 persen).
5.2 APS, APM DAN APK
Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap
penduduk usia sekolah dan sebagai indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses
pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Kegiatan bersekolah tidak saja
bersekolah dijalur formal akan tetapi juga termasuk bersekolah dijalur nonformal seperti
paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SM/MA.
Dari Tabel 5.3 terlihat bahwa semakin tinggi kelompok usia sekolah semakin
rendah persentase anak yang bersekolah. Hal ini antara lain disebabkan biaya
pendidikan yang semakin mahal dan jumlah sekolah yang semakin sedikit yang
berdampak pada jarak ke sekolah yang relatif jauh.
APS adalah gambaran penduduk yang bersekolah menurut kelompok umur. APS
7-12 tahun sebesar 98,02 persen (artinya dari 100 anak usia 7-12 tahun sebanyak
98 anak bersekolah dan sisanya 2 anak berstatus tidak sekolah (tidak pernah sekolah
dan tidak sekolah lagi), APS 13-15 tahun sebesar 86,24 persen sedang pada usia
pendidikan menengah yaitu APS 16-17 tahun sebesar 65,17 persen. APS perempuan
sedikit lebih tinggi dibandingkan APS laki-laki. Kondisi ini terjadi pada kelompok
umur 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-17 tahun.
Profil Anak Indonesia 2011
60
APS di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan.
Semakin tinggi kelompok umur semakin besar perbedaannya (gap). Pola tersebut
memberikan gambaran bahwa penduduk di daerah perkotaan memiliki kesempatan
memperoleh pendidikan yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tinggal
di daerah perdesaan. Hal ini terkait dengan jumlah sekolah yang lebih banyak dan
akses ke sekolah yang lebih mudah di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan.
Tabel 5.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Kelompok Umur (Tahun), 2010
Tipe Daerah/
Jenis Kelamin
7 12 13-15 16 17 7 17

Perkotaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perdesaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Sumber: Susenas kor 2010, BPS

Tabel Lampiran 39-41 menunjukkan bahwa APS penduduk usia 7-12 tahun
tertinggi terdapat di Provinsi Kepulauan Riau (99,35 persen), Aceh (99,19 persen) dan
DKI Jakarta (99,16 persen) dan terendah terdapat di Provinsi Papua (76.22 persen),
Papua Barat (94,04 persen) dan Sulawesi Barat (95.93 persen). APS 13-15 tahun
tertinggi berada di Provinsi DI Yogyakarta (94,02 persen), Maluku (92,85 persen) dan
Kalimantan Timur (92,49 persen), sebaliknya APS 13-15 tahun terendah terdapat
di Provinsi Papua (74,35 persen), Sulawesi Barat (77,92 persen) dan Kalimantan
Selatan sebesar 80,59 persen). Adapun APS anak usia 17-18 tahun tertinggi terdapat
di Provinsi Aceh (82,17 persen), Maluku (80,91 persen) dan DI Yogyakarta (80,70
persen), sementara APS 16-17 tahun terendah terdapat di Provinsi Sulawesi Barat
(50,56 persen), Papua (53,69 persen) dan Gorontalo (54,56 persen).
61
Profil Anak Indonesia 2011
Selain APS indikator lain terkait partisipasi sekolah adalah Angka Partisipasi
Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Meskipun konsep anak dalam
publikasi ini sampai dengan umur 17 tahun, khusus untuk APK SM/MA/Paket C
dan APM SM/MA/Paket C mengacu pada konsep Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas) yaitu menggunakan kelompok usia 16-18 tahun. Hal ini dilakukan
agar interpretasi yang digunakan dalam publilkasi ini sama dengan yang dikeluarkan
oleh Kemendiknas.
Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka Partisipasi Kasar mengindikasikan partisipasi penduduk yang sedang
mengenyam pendidikan menurut jenjang pendidikan tanpa melihat umur. APK
digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan
yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk
untuk mengenyam pendidikan. APK SD/MI/Paket A merupakan persentase jumlah
penduduk yang sedang sekolah di SD/MI/Paket A terhadap jumlah penduduk usia
7-12 tahun. Nilai APK bisa lebih dari 100 persen apabila jumlah murid yang bersekolah
pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak di luar batas usia sekolah pada jenjang
pendidikan yang bersangkutan (misal anak bersekolah di SD/MI/paket A berumur
kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun).
Semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin rendah APK. Dari Tabel 5.4
APK SD/MI/Paket A sebesar 111,68 persen, SMP/MTs/Paket B sebesar 80,59 persen
dan SM/MA/Paket C sebesar 62,85 persen. Penurunan APK pada jenjang pendidikan
yang semakin tinggi sejalan dengan kecenderungan penurunan APS pada usia yang
semakin tinggi.
APK SD/MI/Paket A sebesar 111,68 persen (lebih dari 100 persen), artinya ada
11,68 persen anak yang bersekolah di SD/MI/paket A berusia kurang dari 7 tahun
dan lebih dari 12 tahun atau dengan kata lain kondisi ini menunjukkan bahwa murid
SD/MI/Paket A selain mencakup anak yang berusia 7 12 tahun, juga mencakup anak
yang berusia kurang dari 7 tahun dan lebih dari 12 tahun. Kenyataan ini menunjukkan
bahwa banyak anak yang terlambat masuk SD/MI atau sebaliknya sangat dini untuk
bersekolah SD/MI.
Dilihat menurut jenis kelamin, APK perempuan dan APK laki-laki relatif tidak
berbeda. Dilihat menurut daerah tempat tinggal, APK di daerah perkotaan lebih tinggi
dari daerah perdesaan, kecuali untuk APK SD/MI/Paket A relatif sama. Di daerah
perkotaan APK SMP/MTs/Paket B sebesar 82,48 persen dan SM/MA/Paket C sebesar
Profil Anak Indonesia 2011
62
72,67 persen dan untuk daerah perdesaan APK SMP/MTs/paket B sebesar 78,92
persen dan SM/MA/paket C sebesar 52,33 persen.
Tabel 5.4 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2010
Tipe Daerah/
Jenis Kelamin
SD/MI/Paket A SMP/MTs/Paket B SM/MA/Paket C

Perkotaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perdesaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
Jika dilihat sebarannya menurut provinsi, seperti yang disajikan pada Tabel
Lampiran 42-44, terlihat bahwa APK SD/MI/Paket A umumnya lebih dari 100 persen
kecuali Provinsi Papua yang hanya 93,27 persen. Dari tabel lampiran tersebut juga
terlihat, bahwa APK SMP/MTs/Paket B berada di atas 70 persen kecuali Provinsi
Papua (60,05 persen), Sulawesi Barat (65,09 persen), Papua Barat (66,68 persen),
Nusa Tenggara Timur (68,52 persen), Bangka Belitung (68,75 persen) dan Kalimantan
Barat (69,65 persen). APK SM/MA/paket C tertinggi terdapat di Provinsi Maluku
(86,92 persen), Bali (82,36 persen) dan Aceh (80,96 persen).
Angka Partisipasi Murni
Angka partisipasi murni digunakan untuk melihat penduduk usia sekolah yang
dapat bersekolah tepat waktu. APM merupakan proporsi jumlah anak kelompok
usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai
dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang
bersangkutan. Sebagai gambaran misalnya APM SD/MI/Paket A adalah proporsi
63
Profil Anak Indonesia 2011
jumlah murid SD/MI/Paket A yang berusia 7 12 tahun terhadap jumlah seluruh
anak yang berusia 7 12 tahun. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat
waktu, maka APM akan mencapai 100 persen.
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan maka
semakin rendah APM. APM SD/MI/Paket A sebesar 94,76 persen, APM SMP/MTs/
Paket B sebesar 67,73 persen dan APM SM/MA/Paket C sebesar 45,59 persen.
Kecenderungan penurunan APM pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi sejalan
dengan kecenderungan pada APS dan APK.
APM daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan
untuk setiap jenjang pendidikan. Dari Tabel 5.5 terlihat bahwa kesenjangan
APM antara penduduk perkotaan dan perdesaan semakin tinggi sejalan dengan
semakin meningkatnya jenjang pendidikan. Komposisi APM menurut jenis kelamin
menunjukkan bahwa APM antara laki-laki dan perempuan di tingkat SD/MI/Paket A
relatif sama, pada jenjang SMP/MTs/Paket B, APM perempuan lebih tinggi daripada
APM laki-laki. Berbeda dengan APM di tingkat SMP, APM laki-laki lebih tinggi daripada
APM perempuan pada jenjang SM/MA/Paket C.
Tabel 5.5 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2010
Tipe Daerah/
Jenis Kelamin
SD/MI/Paket A SMP/MTs/Paket B SM/MAPaket C

Perkotaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perdesaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
64
Dilihat menurut sebaran per provinsi seperti yang terlihat pada Lampiran Tabel
45-47, bahwa APM SD/MI/Paket A lebih dari 90 persen kecuali Provinsi Papua yang
hanya 76,22 persen. APM SMP/MTs/Paket B umumnya berada di atas 50 persen
kecuali Provinsi Papua (49,62 persen) dan Papua Barat (49,65 persen) kemudian
untuk APM SM/MA/Paket C tertinggi terdapat di Provinsi Aceh (62,42 persen),
Maluku (59,80) dan DI Yogyakarta (59,35 persen).
5.2.1 Putus Sekolah
Manusia dapat memperoleh pendidikan di berbagai wahana pendidikan
seperti keluarga, pendidikan formal (sekolah) dan pendidikan nonformal/
informal (pendidikan luar sekolah). Pendidikan formal memiliki keunggulan untuk
mengembangkan individu dibanding lainnya karena di sekolah mampu diciptakan
suasana yang merangsang aspek kognitif, afektif dan motorik individu. Melalui
pendidikan di sekolah, individu tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi
juga mengembangkan kepribadian (Curtis dan Boultwood dalam Guritnaningsih,
1993). Untuk itu, idealnya setiap individu pada usia sekolah mengikuti pendidikan
di sekolah, sehingga mereka menjadi lebih matang secara kognitif, afektif maupun
motorik. Namun kenyataannya tidak semua individu pada usia sekolah mempunyai
kesempatan untuk berpartisipasi dalam pendidikan.
Di tingkat pendidikan dasar, putus sekolah masih merupakan persoalan
tersendiri dalam upaya penuntasan wajib belajar sembilan tahun. Putus sekolah
dideinisikan sebagai seseorang yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan atau
berhenti bersekolah dalam suatu jenjang pendidikan sehingga belum memiliki ijazah
pada jenjang pendidikan tersebut.
65
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 5.6 Angka Putus Sekolah Usia 7-17 Tahun menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Status Sekolah, 2010
Tipe Daerah/
Jenis Kelamin
Status
Total
Masih Sekolah
Putus
Sekolah
Tamat Sekolah

Perkotaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perdesaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
Tabel 5.6 memperlihatkan angka putus sekolah anak berumur 7-17 tahun di
seluruh jenjang pendidikan di Indonesia sebesar 2,91 persen, artinya setiap 1000
orang penduduk berumur 7-17 tahun ada sebanyak 29 orang yang putus sekolah.
Menurut tipe daerah, anak yang mengalami putus sekolah di perdesaan lebih banyak
(3,64 persen) dibandingkan perkotaan (2,10 persen). Jika diamati menurut jenis
kelamin, anak laki-laki lebih banyak yang mengalami putus sekolah dibanding anak
perempuan yaitu 3,47 persen banding 2,30 persen.
Provinsi Gorontalo merupakan wilayah yang memiliki persentase anak putus
sekolah tertinggi yaitu sebanyak 9,13 persen, kemudian Provinsi Nusa Tenggara Timur
sebesar 7,66 persen serta Provinsi Bangka Belitung sebesar 7,25 persen. Sementara
itu Provinsi DI Yogyakarta memiliki persentase anak putus sekolah paling sedikit
sebesar 1,23 persen disusul DKI Jakarta sebesar 1,37 persen (Lampiran Tabel 50-52).
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA)
mengembangkan indikator Kota Layak Anak (KLA) melalui 5 kluster. Dalam kluster 5
tersebut disebutkan bahwa semua anak berhak untuk memperoleh akses pendidikan
dengan indikator rinci yaitu tidak ada anak yang mengalami drop out atau putus
sekolah pada semua jenjang pendidikan. Mengingat masih ditemuinya anak yang
mengalami putus sekolah, peran aktif dari berbagai kepentingan (stakeholder) sangat
diperlukan agar tidak ditemukan lagi adanya anak yang mengalami putus sekolah di
semua jenjang pendidikan.
Profil Anak Indonesia 2011
66
Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa anak putus sekolah cenderung meningkat
seiring bertambahnya kelompok umur. Pada kelompok umur 7-12 tahun terdapat
anak yang putus sekolah sebesar 0,60 persen, kemudian anak berumur 13-15 tahun
yang putus sekolah sebesar 2,48 persen dan terdapat sebesar 3,92 persen anak pada
kelompok umur 16-17 yang putus sekolah. Menurut tipe daerah, anak putus sekolah
banyak ditemukan di daerah perdesaan untuk semua kelompok umur yang berbeda
dibandingkan anak yang berada di daerah perkotaan. Jika dilihat berdasarkan jenis
kelamin, anak laki-laki lebih banyak yang putus sekolah pada kelompok umur 7-12
tahun dan 13-15 tahun, sedangkan pada kelompok 16-17 tahun banyak ditemukan
anak putus sekolah pada kelompok perempuan.
Tabel 5.7 Angka Putus Sekolah menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Sekolah, 2010
Tipe Daerah/
Jenis Kelamin
Kelompok Umur
7-12 13-15 16-17

Perkotaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perdesaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa jumlah anak putus sekolah menurut jenjang
pendidikan masih didominasi pada jenjang pendidikan SD/sederajat yaitu sebesar
1,51 persen, disusul jenjang SMP sebesar 0,93 persen dan SM sebesar 0,46 persen.
Menurut tipe daerah, anak putus sekolah yang berada di daerah perdesaan lebih
banyak dibandingkan dengan perkotaan untuk semua jenjang pendidikan. Dilihat
menurut jenis kelamin, anak laki-laki memiliki kecenderungan putus sekolah lebih
besar dibandingkan perempuan. Angka putus sekolah laki-laki pada jenjang SD/
sederajat sebesar 1,93 persen lebih tinggi dibanding perempuan sebesar 1,07 persen.
Pada jenjang SMP/sederajat, anak laki-laki yang putus sekolah sebesar 1,11 persen
67
Profil Anak Indonesia 2011
lebih tinggi dibanding anak perempuan sebesar 0,73 persen. Kondisi berbeda terjadi
pada jenjang pendidikan SM/sederajat. Anak perempuan yang putus sekolah sedikit
lebih tinggi dibanding anak laki-laki yaitu 0,49 persen banding 0,46 persen.
Tabel 5.8 Angka Putus Sekolah Penduduk 7-17 Tahun menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2010
Tipe Daerah/
Jenis Kelamin
Jenjang Pendidikan
SD SMP SM

Perkotaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perdesaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
5.3 ALASAN TIDAK SEKOLAH
Banyak alasan yang melatarbelakangi seseorang untuk tidak/belum pernah
sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Beberapa
alasan tidak/belum pernah sekolah atau tidak bersekolah lagi diantaranya adalah
karena biaya, menikah/mengurus rumah tangga, sekolah jauh, tidak suka/malu, tidak
diterima, cacat dsb. Alasan karena biaya biasanya berkaitan erat dengan kemiskinan
(kesulitan ekonomi). Alasan sekolah jauh berkaitan dengan ketersediaan jumlah
sekolah yang minim ataupun kondisi geograis suatu daerah menyebabkan akses
sulit. Alasan tidak suka/malu diantaranya berkaitan erat dengan tidak naik kelas dan
kurangnya peran orang tua memotivasi anak.
Pada Tabel 5.9, berdasarkan hasil Susenas tahun 2010, diketahui bahwa
sebagian besar anak berumur 7-17 tahun belum bersekolah atau tidak sekolah lagi
dikarenakan tidak ada biaya yaitu sebesar 56,18 persen. Anak yang tidak bersekolah
karena bekerja/mencari nakah sebesar 7,97 persen, merasa pendidikan cukup
Profil Anak Indonesia 2011
68
sebesar 3,94 persen, alasan sekolah jauh sebesar 3,72 persen, alasan cacat sebesar
3,41 persen, alasan menikah sebesar 2,20 persen, malu alasan ekonomi sebesar 1,54
persen, menunggu pengumuman sebesar 1,01 persen dan tidak diterima sebesar 0,47
persen.
Masih tingginya anak berumur 7-17 tahun yang tidak bersekolah dengan alasan
biaya mencerminkan bahwa program pendidikan yang murah dan terjangkau masih
belum dinikmati oleh masyarakat luas. Kondisi ini tidak sesuai dengan program
pemerintah dalam penyediaan akses pendidikan bagi seluruh penduduk. Selain itu,
masih ditemukannya alasan sekolah jauh mengindikasikan belum meratanya fasilitas
sekolah yang dapat diakses oleh penduduk sehingga menyebabkan anak tidak dapat
bersekolah.
Tabel 5.9 Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun yang Tidak/Belum Pernah
Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi menurut Alasan Tidak Melanjutkan Sekolah,
Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010
Alasan tidak/belum
pernah sekolah/tidak
bersekolah lagi
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
L P L + P L P L + P L P L + P

Tidak ada biaya
Bekerja/ Mencari nafkah
Menikah/ Mengurus RT
Merasa pendidikan cukup
Malu karena Ekonomi
Sekolah Jauh
Cacat
Tidak diterima
Lainnya
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
Tabel 5.9 juga memperlihatkan bahwa secara umum persentase tidak sekolah
lagi antara anak laki-laki dan perempuan hampir sama. Proporsi perempuan yang
tidak bersekolah dengan alasan menikah lebih tinggi sebesar empat kali dibanding
anak laki-laki. Selain alasan menikah, anak perempuan yang tidak bersekolah karena
alasan tidak ada biaya, sekolah jauh dan alasan menunggu pengumuman memiliki
69
Profil Anak Indonesia 2011
persentase lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Sedangkan anak laki-laki yang tidak
bersekolah dengan alasan bekerja, merasa pendidikan cukup, malu karena alasan
ekonomi, cacat, tidak diterima dan lainnya memiliki persentase yang lebih besar
dibanding anak perempuan.
Jika dilihat menurut tipe daerah, anak yang tidak bersekolah di perkotaan
karena alasan tidak ada biaya, bekerja, merasa pendidikan cukup, cacat dan alasan
tidak diterima memiliki persentase lebih tinggi dibanding perdesaan. Anak yang tidak
bersekolah dengan alasan menikah, malu alasan ekonomi, sekolah jauh dan lainnya
banyak dijumpai pada anak yang berada di perdesaan.
5.4 ANGKA BUTA HURUF
Upaya pemberantasan buta huruf sudah dilakukan semenjak awal
kemerdekaan tahun 1945. Namun, masih banyak penduduk yang tidak dapat
membaca dan menulis terutama membaca dan menulis huruf latin. Peran kemelekan
huruf dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara sangatlah penting. Dalam
kehidupan bermasyarakat, melek huruf merupakan salah satu alat komunikasi yang
sangat penting, sedangkan dalam kehidupan bernegara, kemampuan membaca dan
menulis merupakan salah satu penyumbang dalam Indeks Pembangunan Manusia
(Human Development Index/HDI). Faktor melek huruf ini merupakan salah satu faktor
penilai ketertinggalan pencapaian pembangunan manusia di Indonesia dibandingkan
dengan negara lain khususnya di ASEAN seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Dalam Laporan Pembangunan Manusia tahun 2009, Indonesia berada pada tingkat
menengah Pembangunan Manusia Global (Medium Human Development), dengan
peringkat ke-108 dari 169 negara.
Presiden telah mengeluarkan Inpres No. 5/2006 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Pemberantasan Buta Aksara (GN-PPBA) yang isinya antara lain meminta
pemerintah provinsi untuk mengalokasikan anggaran bagi pemerintah kabupaten/
kota. Keseriusan pemerintah dalam memberantas buta huruf diimplementasikan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dengan menargetkan penduduk
yang buta huruf paling banyak hanya 5 persen atau sekitar 7,7 juta orang pada tahun
2009.
Berbagai program pemberantasan buta huruf telah dilakukan oleh pemerintah
seperti program Keaksaraan Fungsional (KF) dan program penyediaan Taman Bacaan
Masyarakat (TBM). Pemerintah telah menyusun program KF sejak tahun 2007.
Dalam program ini masyarakat yang sudah memenuhi kriteria dapat membaca dan
Profil Anak Indonesia 2011
70
menulis akan diberikan sertiikat SUKMA (Surat Keterangan Melek Aksara) yang
dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk mengikuti program Paket A setara SD/
MI. Sementara itu, program TBM merupakan sarana yang cukup efektif dalam upaya
pemberantasan buta huruf. Sebagai bagian dari perpustakaan, TBM secara umum
memberikan pelayanan kebutuhan membaca di kalangan masyarakat. Pendirian
TBM selain diharapkan dapat mempercepat pemberantasan buta huruf, juga dapat
menciptakan masyarakat yang gemar membaca.
Tabel 5.10 memperlihatkan angka buta huruf (ABH) anak usia 5-17 tahun
sebesar 7,96 persen atau sekitar 4,73 juta orang di tahun 2010. Relatif tingginya ABH
anak ini disebabkan sumbangan ABH yang cukup tinggi di kelompok usia 5-6 tahun
yang sebesar 48,51 persen atau sekitar 4,26 juta orang. Hal ini dapat dipahami karena
pada kelompok umur tersebut pada umumnya belum duduk di bangku sekolah.
ABH semakin menurun dengan meningkatnya usia sekolah. Hal ini mengindikasikan
program pelaksanaan wajib belajar berjalan dengan baik, yang salah satu hasilnya
adalah pemberantasan buta huruf. Namun terlihat adanya perbedaan ABH yang
cukup signiikan antara daerah perkotaan dan perdesaan. ABH anak usia 7-17 tahun
di perkotaan sebesar 0,42 persen atau sekitar 101 ribu orang, sementara ABH di
perdesaan sebesar 1,39 persen atau sekitar 369 ribu orang, lebih dari 3 kali persentase
buta huruf di perkotaan.
Tabel 5.10 Angka Buta Huruf Anak Usia 5-17 Tahun menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Sekolah, 2010
Tipe Daerah/
Jenis Kelamin
5-6 7-12 13-15 16-17 5-17

Perkotaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perdesaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Perkotaan+Perdesaan:
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
71
Profil Anak Indonesia 2011
Menurut jenis kelamin, ABH anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan ABH anak
perempuan terutama pada kelompok usia 7-12 tahun dimana ABH anak laki-laki
sebesar 1,35 persen dan ABH anak perempuan sebesar 0,98 persen. Pada kelompok
usia yang lebih tinggi, 13-15 dan 16-17 tahun, ABH anak laki-laki dan perempuan
relatif sama. Pola ini terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan.
Di daerah perkotaan, ABH anak laki-laki terlihat lebih tinggi dibandingkan anak
perempuan, ABH anak laki-laki sebesar 0,52 persen sedangkan anak perempuan
sebesar 0,32 persen. Perbedaan tertinggi terjadi pada kelompok usia 7-12 tahun
yaitu ABH anak laki-laki sebesar 0,71 persen sedangkan anak perempuan sebesar
0,37 persen. Pada kelompok usia 13-15 dan 16-17 tahun relatif tidak ada perbedaan
antara ABH anak laki-laki dan perempuan. Di daerah perdesaan, ABH anak laki-laki
usia 7-12 tahun (1,90 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan
(1,53 persen). Pada kelompok usia di atasnya yaitu 13-15 tahun dan 16-17 tahun,
ABH anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki.

5.5 Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Seni Budaya
Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia berinteraksi dengan manusia
lain di dalam kehidupan bermasyarakat, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam berinteraksi, manusia berhadapan dengan kaidah atau aturan dalam masyarakat
yang harus diikuti sebagai bagian dari sosial budaya. Hidup bermasyarakat perlu
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya bahkan sejak masa kanak-kanak agar individu
dalam masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi kehidupannya.
Sosial mengacu pada hubungan antar individu, antar masyarakat dan individu
dengan masyarakat yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Perubahan sosial
budaya ini memberi dampak negatif maupun positif. Dampak positif terjadi bila
masyarakat mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dan tidak berpengaruh
terhadap keberadaan atau pelaksanaan norma. Sebaliknya bila masyarakat tidak
mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan maka dampak negatif yang akan
terjadi.
Dalam kehidupan, kepentingan individu yang satu tidak sama dengan
kepentingan individu yang lain. Para individu memiliki kepentingan dan tujuan
hidup masing-masing, serta memiliki cara dan jalan hidup sendiri-sendiri. Sehingga
diperlukan kehati-hatian agar tidak bertabrakan satu dengan lainnya. Demikian
juga masyarakat akan mengalami perkembangan atau perubahan sebagai dampak
hubungan antar individu, masyarakat, dan lingkungan. Dengan demikian, individu
Profil Anak Indonesia 2011
72
yang memiliki kematangan dalam nilai-nilai sosial akan memiliki juga dasar yang kuat
dalam membentuk dirinya menjadi manusia cerdas. Semua ini dipercepat dengan
kemajuan sains dan tekhnologi yang turut mempengaruhi perubahan individu dan
masyarakat.
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial yang didasari oleh faktor imitasi
yang dapat bersifat positif ataupun negatif. Bila anak meniru orang tua, guru, atau
masyarakat yang lingkungan pergaulannya berpakaian sopan, dan bertutur kata yang
terpuji, maka anak sudah mensosialisasikan dirinya secara positif. Tetapi bila anak
meniru perilaku jelek dan negatif yang dilakukan orang tua, guru, atau masyarakat,
maka anak berada pada lingkungan sosial yang negatif yang akan membentuk
pribadinya di masa datang. Faktor berikutnya adalah sugesti. Sugesti terjadi bila anak
menerima atau tertarik pada apa yang dilihatnya terhadap mayoritas sikap orang yang
bernilai positif. Sehingga sugesti akan membuat anak untuk bersosialisasi dengan
keadaan tersebut. Selanjutnya adalah identiikasi dimana anak dapat bersosialisasi
melalui identiikasi, yaitu anak berusaha atau mencoba menyamakan dirinya dengan
orang lain, secara sadar maupun di bawah sadar. Faktor terakhir adalah faktor simpati
yang akan terjadi saat seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Dalam simpati
faktor perasaan sangat berperan penting, karenanya hubungan yang akrab antara
anak dengan guru, orang tua, dan lingkungan sosial perlu dikembangkan. Hal ini agar
simpati dapat dengan mudah muncul, sosialisasi dapat mudah terjadi, dan anak tertib
mematuhi segala peraturan yang ada di keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Faktor lainnya dalam hidup manusia adalah budaya atau kebudayaan, yang
dideinisikan sebagai cara hidup yang dikembangkan oleh anggota masyarakat.
Kebudayaan juga dideinisikan sebagai hasil karya manusia yang dikembangkan
sebagai bagian dari peradaban manusia sepanjang masa dan sebagai pedoman
berperilaku dan bertindak. Kebudayaan dapat bertahan lama bila memiliki nilai yang
tetap berlaku dan universal, seperti norma, kebiasaan, adat, tradisi, gagasan, ideologi,
teknologi, kesenian, dan benda-benda hasil ciptaan manusia. Namun kebudayaan
akan tetap mengalami penyempurnaan dan perubahan sesuai perkembangan zaman
dan kemajuan yang dicapai manusia.
Dalam kehidupan, kebudayaan perlu ditanamkan sejak masa anak-anak agar
nilai kebudayaan dapat dicontoh dan menjadi bagian kehidupan anak. Semua warisan
budaya perlu disampaikan kepada generasi berikutnya melalui media pendidikan
dan kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan ini berlangsung terus menerus dan
sepanjang kehidupan manusia. Oleh karena itu, upaya mendidik dan kegiatan belajar-
mengajar pada anak harus kondisional dan kultural. Budaya merupakan bahan
masukan atau pertimbangan bagi manusia untuk mengembangkan dirinya. Kadang
73
Profil Anak Indonesia 2011
kala, budaya akan dipakai terus-menerus, terkadang diperbaiki, dan terkadang juga
diganti dengan yang baru.
Salah satu aspek penting kebudayaan adalah kesenian. Kesenian merupakan
sarana yang menjadi ciri identitas suatu budaya. Sehingga ekspresi kesenian
merupakan gambaran dari masyarakat. Fungsi sosial seni adalah sebagai potret
budaya yang bukan hanya merupakan sekedar tontonan, dan seremonial belaka tetapi
juga merupakan ekspresi keindahan, etika dan keberadaan suatu masyarakat dimana
kesenian itu terus hidup dan berkembang. Bahkan kesenian dapat menjadi sarana
untuk memberikan kritik terhadap kenyataan dalam masyarakat sehingga kesenian
dapat berfungsi sebagai sarana transformasi sosial dan budaya.
Tabel 5.11 menyajikan kegiatan sosial budaya anak usia 5 sampai 17 tahun
yang diperoleh dari Susenas tahun 2009 Modul Sosial Budaya dan Pendidikan.
Kegiatan sosial budaya yang dikumpulkan dalam Susenas 2009 ini meliputi kegiatan
membaca, menonton TV, mendengarkan radio, dan menonton/melakukan kesenian.
Dari keempat kegiatan sosial budaya tersebut, penduduk Indonesia lebih menyukai
menonton TV (93,77 persen) dibandingkan kegiatan lainnya seperti membaca (78,91
persen), mendengarkan radio (16,58 persen), dan menoton/melakukan kesenian
(9,95 persen). Pola ini terjadi baik terhadap anak laki-laki maupun perempuan. Bila
dibandingkan masing-masing kegiatan sosial budaya, proporsi anak perempuan yang
membaca lebih besar dibandingkan anak laki-laki (80,13 persen berbanding 70,77
persen). Untuk kegiatan menonton TV dan mendengarkan radio, proporsi anak
perempuan dan laki-laki relatif sama. Sedangkan kegiatan menonton/melakukan
kesenian, proporsi anak laki-laki lebih besar dibanding anak perempuan (10,29
persen berbanding 9,58 persen).
Profil Anak Indonesia 2011
74
Tabel 5.11 Persentase Anak Usia 5-17 Tahun menurut Kegiatan Sosial Budaya
yaitu Membaca, Menonton TV, Mendengarkan Radio, Menonton/Melakukan
Kesenian, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Tipe Daerah/
Jenis Kelamin
Membaca Menonton TV
Mendengarkan
Radio
Menonton/
Melakukan
Kesenian

Perkotaan :
Laki-laki
Perempuan
L+P
Perdesaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+ Perempuan
Perkotaan+Perdesaan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+ Perempuan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi 2009 Modul Sosial Budaya dan Pendidikan, BPS
Di daerah perkotaan, proporsi anak laki-laki dan perempuan yang menonton
televisi dan mendengarkan radio relatif sama. Sedangkan kegiatan membaca,
proporsi anak perempuan yang membaca lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki.
Demikian juga kegiatan menonton/melakukan kesenian, proporsi anak laki-laki lebih
tinggi dibanding anak perempuan, 8,04 persen berbanding 7,66 persen. Di daerah
perdesaan, persentase anak laki-laki yang menonton TV relatif sama dengan anak
perempuan. Sedangkan pada kegiatan membaca, persentase anak perempuan lebih
tinggi dibandingkan anak laki-laki, 76,59 persen berbanding 73,79 persen. Kegiatan
mendengarkan radio dan menonton/melakukan kesenian, persentase anak laki-laki
lebih tinggi dibanding anak perempuan.
Provinsi yang memiliki persentase tertinggi anak baik laki-laki maupun
perempuan usia 5-17 tahun yang membaca ada di DI Yogyakarta, Aceh dan Kepulauan
Riau. Sedangkan pada kegiatan menonton TV ada di DKI Jakarta, Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Pada kegiatan mendengarkan radio adalah Bali, DI Yogyakarta, Gorontalo.
Pada kegiatan menonton pertunjukan kesenian adalah NTB, Bengkulu, DI Yogyakarta.
Sedangkan pada kegiatan melakukan pertunjukan kesenian adalah Bali, Papua, DI
Yogyakarta. Lihat Tabel lampiran 61.
75
Profil Anak Indonesia 2011
BAB 6
PERLINDUNGAN
KHUSUS
77
Profil Anak Indonesia 2011
6
PERLINDUNGAN KHUSUS
6.1 PERLINDUNGAN ANAK
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak secara
eksplisit menyebutkan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan. Selain untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak terutama dalam
aspek keagamaan, kesehatan, pendidikan dan sosial, penyelenggaraan perlindungan
anak juga mencakup perlindungan khusus yang diberikan bagi anak yang mengalami
situasi dan kondisi tertentu. Perlindungan tersebut antara lain diberikan kepada anak
dalam situasi darurat, anak yang bermasalah hukum, anak yang dieksploitasi secara
ekonomi atau seksual, anak korban tindak pidana, anak penyandang cacat dan anak
terlantar.
Seperti yang diuraikan pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Bab IX,
penyelenggaraan perlindungan anak dilakukan melalui berbagai mekanisme dan
kegiatan, antara lain berupa penyediaan fasilitas umum; perlakuan khusus bagi anak
(pengadilan anak dan lembaga pemasyarakatan anak); bantuan pendampingan bagi
anak yang bermasalah hukum dan pelayanan cuma-cuma bagi anak dari keluarga
kurang mampu. Perlindungan anak dalam aspek keagamaan antara lain berupa
jaminan bagi anak untuk memeluk agama sesuai dengan keinginannya (Pasal 42
ayat 1). Bentuk perlindungan lainnya adalah berupa pembinaan, bimbingan dan
pengamalan ajaran agama bagi anak sesuai dengan agama yang dipeluknya (Pasal 43
ayat 2). Perlindungan anak dalam aspek kesehatan selain berupa penyediaan fasilitas,
penyelenggaraan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak (Pasal 44 ayat 1),
juga berupa pelayanan cuma-cuma bagi anak yang berasal dari keluarga kurang
mampu (Pasal 44 ayat 4).
Perlindungan anak dalam aspek pendidikan mencakup kewajiban pemerintah
untuk menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua
Profil Anak Indonesia 2011
78
anak (Pasal 48). Selain itu, pemerintah juga bertanggung jawab menyelenggarakan
pendidikan dan atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari
keluarga tidak mampu, anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah
terpencil (Pasal 53 ayat 1). Sementara itu, perlindungan anak dalam aspek sosial
antara lain berupa kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan pemeliharaan
dan perawatan anak terlantar, baik dalam lembaga maupun di luar lembaga.
Ulasan pada bagian ini difokuskan untuk melihat gambaran secara rinci mengenai
kondisi dan perkembangan anak-anak yang mengalami situasi dan kondisi tertentu
atau anak yang bermasalah selama periode tiga tahun terakhir. Pada bagian ini juga
akan dibahas mengenai jenis dan efektiitas perlindungan khusus yang diberikan pada
mereka. Cakupan anak bermasalah dalam kajian ini dibatasi pada anak bermasalah
hukum, anak bermasalah sosial, anak yang mengalami tindak kekerasan, anak bekerja
dan anak penyandang cacat.

6.2 ANAK BERMASALAH HUKUM
Anak bermasalah hukum yang dimaksudkan dalam kajian ini merujuk pada
konsep anak yang berhadapan dengan hukum yang digunakan dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002. Pada Pasal 64 ayat (1) disebutkan bahwa anak yang
berhadapan dengan hukum meliputi anak yang berkonlik dengan hukum dan anak
korban tindak pidana. Sesuai dengan delik hukum, konlik hukum yang dialami oleh
anak-anak maupun orang dewasa, pada umumnya merupakan konsekuensi dari
tindakan atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukannya. Atas perbuatan
tersebut, pelakunya dapat diancam dengan sanksi atau hukuman sesuai dengan
aturan hukum yang berlaku. Dalam konteks hukum pidana, tindakan atau perbuatan
melanggar hukum tersebut dikategorikan sebagai tindak pidana, sedangkan sanksi
hukumannya disebut sebagai pidana.
Seorang anak yang melakukan tindak pidana atau perbuatan yang dinyatakan
terlarang bagi anak dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak disebut sebagai anak nakal. Sedangkan yang dikategorikan sebagai anak adalah
mereka yang telah mencapai umur delapan tetapi belum mencapai umur 18 (delapan
belas) tahun dan belum pernah kawin. Klasiikasi serupa juga digunakan oleh
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk menentukan kategori anak pelaku tindak
pidana dan digunakan oleh Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) untuk menentukan
kategori anak pidana (narapidana anak). Pada sub bab anak bermasalah hukum data
yang digunakan berasal dari hasil registrasi Mabes Polri dan Lapas.
79
Profil Anak Indonesia 2011
Jumlah anak nakal atau anak pelaku tindak pidana selama tiga tahun terakhir
mengalami peningkatan. Seperti yang disajikan pada Tabel 6.1, jumlah anak pelaku
tindak pidana dari sebanyak 3.145 anak pada tahun 2007, meningkat sekitar 4,3
persen menjadi sebanyak 3.280 anak pada tahun 2008. Jumlah tersebut pada tahun
2009 meningkat tajam sekitar 28,4 persen menjadi sebanyak 4.213 anak. Tabel
tersebut juga menunjukkan bahwa anak laki-laki pelaku tindak pidana jumlahnya
lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan.
Tabel 6.1 Jumlah Anak Pelaku Tindak Pidana
menurut Jenis Kelamin, 2007-2009
Tahun LakiLaki Peiempuan }umlah Peitumbuhan




Sumber: Mabes Polri, 2009
Seperti yang disajikan pada Tabel 6.2, jumlah dan sebaran anak nakal atau anak
pelaku pidana pada masing-masing provinsi nampak cukup bervariasi. Lima provinsi
yang memiliki angka kenakalan anak atau jumlah anak pelaku tindak pidana yang
paling tinggi selama tahun 2009 berturut-turut adalah provinsi Jawa Tengah (884
anak), Sumatera Utara (841 anak), DKI Jakarta (670 anak), Lampung (453 anak)
dan Kalimantan Tengah (338 anak). Sementara itu Provinsi Bengkulu, Maluku dan
Papua memiliki angka kenakalan anak yang paling rendah masing-masing dengan
jumlah anak pelaku tindak pidana sebanyak dua anak. Tabel 6.2 juga menunjukkan
bahwa selama periode tahun 2009 terjadi tindak kriminalitas atau kenakalan anak di
sebanyak 22 provinsi (66,7 persen) dari sebanyak 33 provinsi yang ada di Indonesia.
Profil Anak Indonesia 2011
80
Tabel 6.2 Jumlah Pelaku Tindak Pidana menurut Kepolisian Daerah dan
Kelompok Umur, 2007-2009
Kepolisian Baeiah

Bewasa Anak Total Bewasa Anak Total Bewasa Anak Total

NAB
Sumateia 0taia
Sumateia Baiat
Riau
}ambi
Sumateia Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Netio }aya


}awa Baiat
}awa Tengah
BI Yogyakaita
}awa Timui
Banten
Bali
Nusa Tenggaia Baiat
Nusa Tenggaia Timui
Kalimantan Baiat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timui
Sulawesi 0taia
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan


Sulawesi Tenggaia
uoiontalo
Naluku
Naluku 0taia
Papua


Inuonesia
Sumber : Evaluasi Situasi Kamtibmas, Mabes Polri; Tahun 2007, 2008 & 2009
Catatan :
1
Polda Metro Jaya meliputi Polres Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta
Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Kepulauan Seribu, Kabupaten Bekasi,
Kota Bekasi, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Depok, Bandara
Soekarno-Hatta, dan KP3
2
Meliputi wilayah sebelum pemekaran provinsi. Polda Sulselbar meliputi
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Polda Papua meliputi
wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat.
81
Profil Anak Indonesia 2011
Sejalan dengan meningkatnya jumlah anak pelaku tindak pidana, jenis kenakalan
atau tindak pidana yang dilakukan anak juga semakin meningkat kualitasnya.
Kenakalan di kalangan anak-anak atau remaja yang pada awalnya hanya berupa
tawuran pelajar antar sekolah atau perkelahian di dalam sekolah, saat ini semakin
mengarah pada tindakan yang tergolong sebagai tindak kejahatan atau kriminalitas,
seperti pencurian, pemerkosaan dan pemakaian narkoba.
Tren tindak kenakalan dan kriminalitas di kalangan anak dan remaja yang
terus meningkat ini secara faktual antara lain terlihat dari berbagai tayangan berita
kriminal di televisi dan mass media lainnya. Hampir setiap hari selalu disajikan berita
mengenai tindak kriminalitas yang dilakukan anak-anak dan remaja. Harian Republika
(2007)
1
dalam salah satu artikelnya menyebutkan bahwa di wilayah DKI Jakarta tidak
ada hari tanpa tindak kekerasan dan kriminalitas yang dilakukan remaja. Sementara
harian Kompas (2007)
2
menyebutkan bahwa tindak kriminalitas di kalangan remaja
sudah tidak terkendali dan dalam beberapa aspek sudah terorganisir. Kondisi ini
semakin diperburuk dengan ketidakmampuan institusi sekolah dan kepolisian untuk
mengurangi angka kriminalitas di kalangan remaja tersebut.
Data hasil penelitian BPS (2010)
3
yang disajikan pada Tabel 6.3 menunjukkan
bahwa tindak pidana pencurian adalah jenis kenakalan atau tindak pidana yang paling
sering dilakukan oleh anak-anak. Dari sebanyak 200 anak pidana (narapidana anak)
yang diteliti, sebanyak 120 anak atau sekitar 60,0 persen adalah pelaku tindak pidana
pencurian. Tabel 6.3 juga menunjukkan bahwa jenis tindak pidana menonjol lainnya
berturut-turut adalah penyalahgunaan narkoba (9,5 persen), perkosaan/pencabulan
(6,0 persen), kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian orang lain (5,0
persen), pengeroyokan (4,0 persen) dan penganiayaan (4,0 persen).
Dari Tabel 6.3 juga nampak bahwa sebanyak 4 anak (2,0 persen) harus menjalani
masa tahanan karena melakukan pembunuhan, sebanyak 5 anak (2,5 persen)
melakukan tindak pidana penggelapan dan 5 anak lainnya (2,5 persen) menjadi
penadah hasil kejahatan. Keterlibatan para anak nakal ini dalam tindak pidana
pembunuhan merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan. Selain diancam
dengan sanksi hukuman yang berat, tindak pembunuhan merupakan kejahatan yang
hanya mampu dilakukan oleh orang yang tidak berperikemanusiaan.
1 Republika, 2007. Jakarta Kota Kriminal dalam harian Republika, Jakarta, 18 April 2007.
2 Kompas, 2007. Guru dan Orang Tua Tak Berdaya dalam http:// 64.203.71.11/ver1/metropolitan
/0711/13/050603.htm.
3 BPS, 2010 Proil Kriminalitas Remaja, Badan Pusat Statistik, Jakarta 2010.
Profil Anak Indonesia 2011
82
Tabel 6.3 Jumlah dan Persentase Remaja Pelaku Tindak Pidana/Anak Nakal
menurut Jenis Tindak Pidana/Kriminalitas yang Dilakukan, 2010
}enis Tinuak Piuana
Kiiminalitas yang Bilakukan
}umlah Remaja Peisentase

Pemilikan senjata tajam
Naikoba
PeikosaanPencabulan
Pengeioyokan
Pembunuhan
Penganiayaan
Kecelakaan lalu lintas fatal
Pencuiian
Pemeiasan
Penggelapan
Penauah hasil kejahatan
Tinuak piuana lainnya
}umlah
Sumber : Proil Kriminalitas Remaja 2010, BPS
*) Kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian orang lain
Pola kenakalan dan kriminalitas di kalangan anak-anak ini nampak berbeda
untuk setiap umur anak. Seperti yang disajikan pada Tabel 6.4 nampak bahwa sejalan
dengan semakin meningkatnya usia anak, jumlah anak pelaku tindak pidana serta jenis
tindak pidana yang dilakukan juga semakin meningkat. Dari Tabel 6.4 nampak bahwa
cakupan jenis tindak pidana yang dilakukan oleh sebanyak 16 anak nakal berusia 13
tahun hanya sebanyak 5 jenis tindak pidana yang secara umum masih tergolong tindak
pidana ringan, antara lain pencurian, penganiayaan dan narkoba. Sedangkan cakupan
jenis tindak pidana yang dilakukan oleh sebanyak 76 anak nakal berusia 17 tahun
mencapai lebih dari dua kali lipat yaitu sebanyak 12 jenis tindak pidana. Dari Tabel
6.4 nampak bahwa sebagian dari jenis tindak pidana yang dilakukan oleh anak usia
17 tahun ini sudah tergolong sebagai tindak pidana berat, antara lain adalah tindak
pidana pembunuhan, kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian orang lain
dan pemilikan senjata tajam.
Tabel 6.4 juga menunjukkan indikasi bahwa semakin tinggi usia remaja nakal
kecenderungan untuk melakukan kenakalan/tindak pidana juga semakin meningkat
termasuk di antaranya adalah tindak pidana pembunuhan. Dari tabel tersebut
nampak bahwa beberapa jenis tindak pidana seperti tindak pidana pencurian,
penganiayaan, pengeroyokan, perkosaan/pencabulan dan narkoba merupakan tindak
pidana yang secara umum dilakukan oleh anak pada semua usia. Sedangkan tindak
83
Profil Anak Indonesia 2011
pidana kepemilikan senjata tajam, pembunuhan, kecelakaan lalu lintas fatal dan
penggelapan hanya dilakukan oleh anak yang telah berusia lebih dari 15 tahun. Tabel
6.4 menunjukkan bahwa dari sebanyak empat kasus tindak pidana pembunuhan,
sebanyak 1 kasus dilakukan oleh anak usia 16 tahun, sedangkan 3 kasus lainnya
dilakukan oleh anak usia 17 tahun.
Tabel 6.4 Jumlah Anak Pelaku Tindak Pidana/Anak Nakal
menurut Jenis Tindak Pidana/Kriminalitas yang Dilakukan dan
Umur Anak, 2010
}enis Tinuak PiuanaKiiminalitas
yang uilakukan oleh iemaja
0mui Remaja Tahun


Pemilikan senjata tajam
Naikoba
PeikosaanPencabulan
Pengeioyokan
Pembunuhan
Penganiayaan
Kecelakaan lalu lintas fatal
Pencuiian
Pemeiasan
Penggelapan
Penauah hasil kejahatan
Tinuak piuana lainnya
}umlah
Sumber : Proil Kriminalitas Remaja 2010, BPS
*) Kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian orang lain

Profil Anak Indonesia 2011
84
6.3 ANAK 1017 TAHUN YANG BEKERJA
Meskipun ada aturan internasional dan hukum yang mengatur pekerja anak
seperti Konvensi ILO No. 182 tentang Pelarangan dan Tindakan Cepat untuk
Penghapusan Segala Bentuk Pekerjaan Terburuk Bagi Anak dan Konvensi No. 138
tentang Umur Minimum bagi Pekerja Anak, Namun sepertiga pekerja anak di seluruh
dunia hidup di negara-negara yang belum meratiikasi konvensi tersebut. Jadi hanya
dua pertiga anak di seluruh dunia yang secara hukum internasional terlindungi oleh
konvensi tersebut.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengatur tentang pekerja anak.
Seperti yang tercantum pada UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 68, bahwa pengusaha
dilarang mempekerjakan anak-anak. Namun pada anak yang berusia 13-15 tahun
dapat melakukan pekerjaan ringan asalkan tidak mengganggu perkembangan isik,
mental dan sosial anak-anak. Pengusaha yang mempekerjakan anak-anak untuk
pekerjaan ringan harus mampu memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. pengusaha harus mempunyai izin tertulis dari orang tua atau wali dari anak
tersebut;
b. harus ada perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali;
c. jumlah jam kerja maksimum adalah 3 jam sehari yang dilakukan pada siang
hari tanpa mengganggu jam sekolah;
d. jaminan keselamatan dan kesehatan;
e. hubungan pekerjaan yang jelas;
f. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Selanjutnya pada Pasal 74 disebutkan mengenai beberapa jenis pekerjaan yang
dilarang dilakukan oleh anak-anak:
(1) Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-
pekerjaan yang terburuk.
(2) Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;
b. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak
untuk pelacuran, produksi pornograi, pertunjukan porno, atau perjudian;
c. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak
untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya; dan/atau
d. semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral
anak.
85
Profil Anak Indonesia 2011
(3) Jenis-jenis pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau
moral anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d ditetapkan dengan
Keputusan Menteri.
Pada sub bab ini yang dibahas adalah anak yang bekerja, yaitu mereka yang
memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan dalam bentuk uang maupun
barang, minimal satu jam berturut-turut dalam suatu referensi waktu tertentu.
6.3.1 Umur Anak yang Bekerja
Pada Tabel 6.5, proporsi anak berumur 10-17 tahun yang bekerja di Indonesia
jika dilihat menurut kelompok umur 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-17 tahun
memiliki pola yang sama, yaitu terus terjadi peningkatan proporsi anak yang bekerja
terhadap total anak yang bekerja berumur 10-17 tahun seiring dengan bertambahnya
usia anak.
Jika dilihat menurut kelompok umur 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-17 tahun,
persentase anak berumur 16-17 tahun adalah yang paling banyak aktif bekerja. Masih
adanya anak berusia 10-12 tahun yang bekerja (8,73 persen) merupakan fenomena
ketenagakerjaan tersendiri di Indonesia.
Tabel 6.5 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2010
Kelompok 0mui Lakilaki Peiempuan LakiLaki Peiempuan





Total
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
86
Dari Tabel 6.5 juga dapat dilihat proporsi anak perempuan yang bekerja lebih
tinggi daripada anak laki-laki yang bekerja pada kelompok umur 10-12 tahun. Hal
ini diduga sebagai akibat dari masih adanya preferensi pada anak berjenis kelamin
laki-laki. Pada beberapa penelitian, jika dalam satu rumah tangga ada anak dengan
jenis kelamin yang berbeda, maka anak laki-laki lebih diutamakan untuk bersekolah
dibanding anak perempuan. Sehingga bagi anak perempuan, bekerja merupakan
pilihan yang sangat mungkin dilakukan sebagai pengganti dari kegiatan bersekolah.
Pilihan pekerjaannya bisa sangat beragam, salah satunya membantu perekonomian
rumah tangga sebagai pekerja tak dibayar.
Keputusan anak-anak masuk ke dalam dunia kerja dipengaruhi oleh banyak
hal, faktor orang tua merupakan salah satu faktor yang diduga menyebabkan anak
masuk ke dalam dunia kerja (Chang, 2006). Berdasarkan penelitiannya pada data
Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 1997 dan 2000, Chang menyebutkan bahwa
pendidikan ayah dan ibu berpengaruh terhadap prevalensi anak bekerja di dalam
rumah tangga.
6.3.2 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi
Tabel 6.6 menunjukkan proporsi anak berumur 10-17 tahun yang bekerja
terhadap total anak berumur 10-17 tahun. Provinsi Papua memiliki proporsi anak
bekerja paling tinggi, yaitu 35,18 persen. Artinya satu diantara tiga anak-anak berusia
10-17 tahun di Provinsi Papua masuk dalam kategori anak bekerja. Provinsi lain
dengan proporsi anak bekerja tertinggi berikutnya adalah Sulawesi Tenggara dan
Sulawesi Barat dengan proporsi anak bekerja masing-masing adalah 19,00 dan 17,17
persen. Adapun tiga provinsi dengan proporsi anak bekerja terkecil adalah Kepulauan
Riau (3,15 persen), Aceh (4,47 persen) dan Jawa Barat (5,09 persen).
Di Pulau Jawa, banyaknya anak bekerja adalah sebagai dampak dari besarnya
populasi pulau yang didiami oleh 57,5 persen total populasi Indonesia. Di DKI Jakarta,
proporsi anak 10-17 tahun yang bekerja adalah 8,31 persen. Jawa tengah dan Jawa
Timur masing-masing proporsi anak bekerjanya adalah 7,89 dan 7,94 persen. Di Papua
misalnya, dengan kondisi geograis yang cenderung sulit, sekolah bisa jadi bukan hal
yang prioritas. Jarak sekolah yang masih jauh, dan dengan sarana transportasi yang
kurang memadai menyebabkan anak-anak lebih memilih bekerja. Selain itu keluarga,
dalam hal ini orang tua cukup berperan dalam penentuan anak masuk pasar kerja.
Provinsi-provinsi di Pulau Jawa dan daerah yang lebih berkembang lainnya, akses ke
sekolah mungkin lebih mudah. Namun, kesulitan ekonomi diduga menjadi penyebab
masih tingginya jumlah anak bekerja di provinsi-provinsi tersebut.
87
Profil Anak Indonesia 2011
Untuk mengetahui perbandingan anak laki-laki bekerja dengan anak perempuan
bekerja di suatu provinsi digunakan angka rasio jenis kelamin anak bekerja. Secara
umum dapat dikatakan bahwa anak bekerja di Indonesia masih didominasi oleh anak
laki-laki. Ini terlihat dari rasio jenis kelamin anak bekerja yang mayoritas diatas 100
(Tabel 6.6). Secara nasional, rasio jenis kelamin anak bekerja adalah 148. Artinya
perbandingan anak laki-laki bekerja terhadap anak perempuan bekerja adalah 148
dibanding 100.
Pada Tabel 6.6, rasio jenis kelamin anak bekerja 10-17 tahun tertinggi adalah
di Provinsi Lampung, dengan rasionya adalah 311. Artinya di Provinsi Lampung,
perbandingan anak laki-laki bekerja terhadap perempuan adalah 311 anak laki-
laki bekerja dibanding 100 anak perempuan bekerja. Provinsi lain yang rasio jenis
kelamin anak bekerjanya relatif tinggi adalah Provinsi Kepulauan Riau, Gorontalo dan
Sulawesi Tengah yaitu masing-masing 266, 258 dan 255.
Hanya ada empat provinsi yang rasio jenis kelamin anak bekerjanya lebih rendah
dari 100, ini berarti anak laki-laki bekerja lebih sedikit daripada anak perempuan
bekerja. Provinsi provinsi tersebut adalah DI Yogyakarta (99), Bali (96), Banten (89)
dan DKI Jakarta (51).
Profil Anak Indonesia 2011
88
Tabel 6.6. Jumlah, Persentase, Rasio Jenis Kelamin dan
Proporsi Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, 2010
Provinsi
Anak Bekerja (000)
Persentase
Anak Bekerja
RJK
Proporsi
Anak
Bekerja L P L+P L P

Aceh
Sumateia 0taia
Sumateia Baiat
Riau
}ambi
Sumateia Selatan
Bengkulu
Lampung
BangkaBelitung
Kepulauan Riau
BKI }akaita
}awa Baiat
}awa Tengah
B I Y
}awa Timui
Banten
Bali
Nusa Tenggaia Baiat
Nusa Tenggaia Timui
Kalimantan Baiat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timui
Sulawesi 0taia
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggaia
uoiontalo
Sulawesi Baiat
Naluku
Naluku 0taia
Papua Baiat
Papua
Indonesia 1.947,0 1.313,7 3.260,7 59,71 40,29 148 8,96
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS

89
Profil Anak Indonesia 2011
89
Profil Anak Indonesia 2011
6.3.3 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendidikan
Dari Gambar 6.1, dapat diketahui bahwa lebih dari sepertiga anak bekerja di
Indonesia (38,25 persen) diantaranya adalah berstatus sebagai pelajar, 57,87 persen
adalah anak bekerja yang sudah tidak sekolah lagi dan hanya 3,88 persen yang tidak/
belum pernah sekolah. Jika diamati menurut jenis kelamin, anak laki-laki bekerja
maupun perempuan mempunyai pola yang sama pada proporsi anak bekerja menurut
status sekolahnya. Proporsi tertinggi baik pada anak laki-laki bekerja maupun
perempuan adalah mereka yang tidak sekolah lagi, masing-masing 59,55 dan 55,38
persen. Lalu persentase kedua terbesar adalah anak bekerja yang berstatus pelajar,
dan terakhir adalah anak bekerja berstatus pendidikan tidak/belum pernah sekolah.
Gambar 6.1. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Status Sekolah dan Jenis Kelamin, 2010





3.49
36.96
59.55
Laki-Laki
3.88
38.25
57.87
Laki-Laki + Perempuan
4.45
40.16
55.38
Perempuan


Tidak/belum pernah sekolah Masih Bersekolah Tidak Bersekolah Lagi



Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Selanjutnya pada Gambar 6.2 diperlihatkan bahwa proporsi terbesar anak
bekerja adalah lulusan SD (41,74 persen), lalu 37,65 persen tamat SMP keatas, dan
20,65 persen tidak punya ijazah termasuk yang tidak/belum pernah memiliki ijazah.
Jika diamati menurut jenis kelamin, proporsi anak perempuan bekerja berpendidikan
lebih baik dari anak laki-laki bekerja. Anak perempuan bekerja yang tamat SMP
keatas sekitar 42,76 persen, sementara laki-laki 34,21 persen. Anak bekerja yang
tidak mempunyai ijazah, masing-masing 17,32 persen anak perempuan dan 22,83
persen anak laki-laki.
89
Profil Anak Indonesia 2011
90
Profil Anak Indonesia 2011
90
Gambar 6.2. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Ijazah Tertinggi dan Jenis Kelamin, 2010
22,83
17,32
20,61
42,96
39,92
41,74
34,21
42,76
37,65
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki +
Perempuan
SMP+
SD
Tidak Punya Ijazah
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
6.3.4 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Pada Gambar 6.3 dapat diamati bahwa setengah dari (50,6 persen) anak
bekerja di Indonesia bekerja di sektor pertanian. Mengingat bahwa sektor pertanian
merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja maka tidaklah mengherankan
mengejutkan jika mayoritas anak juga bekerja di sektor tersebut. Hampir sepertiga
anak bekerja di Indonesia bekerja di sektor jasa, dan sebanyak 17,53 persen yang
lainnya bekerja di sektor industri.
Gambar 6.3 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2010
60,57
35,,82
50,60
16,53
19,01
17,53
22,90
45,17
31,88
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan
Pe Pert rtan ania iann
Industri
Jasa
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
90
91
Profil Anak Indonesia 2011
91
Profil Anak Indonesia 2011
Berbeda dengan anak laki-laki bekerja, anak perempuan bekerja terkonsentrasi
pada sektor jasa yaitu sebesar 45,17 persen sementara anak laki-laki hanya sekitar
separonya (22,90 persen). Anak laki-laki paling banyak bekerja di sektor pertanian
yaitu 60,57 persen. Tingginya persentase tersebut dibandingkan anak perempuan
bekerja, diduga karena pekerjaan di sektor ini cenderung membutuhkan daya tahan
isik yang kuat. Membajak sawah, menggembalakan ternak, merawat tanaman
pertanian adalah beberapa jenis aktiitas yang dilakukan anak-anak yang bekerja di
sektor pertanian. Di sektor industri, tidak terdapat perbedaan yang terlalu mencolok
dalam hal proporsi anak yang bekerja di sektor tersebut. Sekitar 19,01 persen anak
perempuan bekerja di sektor industri, sedangkan pada anak laki-laki persentasenya
adalah 16,53 persen.
6.3.5 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama
Mayoritas anak bekerja adalah pekerja yang tidak mendapatkan bayaran dari
kerja yang sudah dilakukannya (Gambar 6.4). Sekitar 60,78 persen anak bekerja
merupakan pekerja keluarga/pekerja yang tidak dibayar. Proporsi kedua tertinggi
adalah berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai (22,66 persen). Proporsi anak
bekerja yang paling rendah menurut status pekerjaan utama adalah yang berusaha
baik berusaha sendiri maupun dengan dibantu orang lain. Proporsi anak laki-laki
yang berstatus pekerja tak dibayar jauh lebih tinggi dibanding anak perempuan
yaitu 62,76 persen dibanding 57,85 persen. Anak perempuan berstatus sebagai
buruh/karyawan/pegawai lebih tinggi proporsinya dibanding anak laki-laki bekerja,
dimana hampir sepertiga (30,48 persen) anak perempuan bekerja adalah pekerja
yang mendapatkan upah/gaji dan pada anak laki-laki proporsinya tidak mencapai
seperlima (17,38 persen).
Gambar 6.4 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, 2010
8,3 8,311 , 6 8 6,833 , 7,7 7,711 ,
17,38
30,48
22,66
11,55
4,84 4,84 4 84
8 8 8,844
62,76
57,85
60,78
Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan
Pekerja keluarga/tak dibayar
Pekerja bebas
Buruh/karyawan/pegawai
Berusaha
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
91
Profil Anak Indonesia 2011
92
6.3.6 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Lapangan
Pekerjaan Utama
Tabel 6.7 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jenis Kelamin,
Status Pekerjaan Utama dan Sektor, 2010
}enis Kelamin Status ualam Pekeijaan Peitanian Inuustii }asa Total

Lakilaki Beiusaha
Buiuhkaiyawanpegawai
Pekeija Bebas
Pekeija keluaigatak uibayai
Total
Peiempuan Beiusaha
Buiuhkaiyawanpegawai
Pekeija Bebas
Pekeija keluaigatak uibayai
Total
LakiLaki
Peiempuan
Beiusaha
Buiuhkaiyawanpegawai
Pekeija Bebas
Pekeija keluaigatak uibayai
Total
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Tingginya persentase anak bekerja tak dibayar jika dilihat menurut sektor
menjadi lebih menarik. Pada tiga kelompok lapangan usaha yaitu pertanian, industri
dan jasa terjadi pola yang berbeda. Pada sektor pertanian, 82,28 persen anak yang
bekerja di sektor ini adalah pekerja tidak dibayar. Ini artinya hanya sekitar 17,72
persen anak yang bekerja di sektor pertanian yang mendapatkan penghasilan, yaitu
mereka yang bekerja dengan status sebagai buruh dibayar (pekerja bebas dan buruh/
karyawan/pegawai) maupun sebagai pengusaha.
93
Profil Anak Indonesia 2011
Pada kelompok sektor industri, hampir separuh anak bekerja berstatus sebagai
buruh/karyawan/pegawai (43,91 persen). Informasi berikutnya adalah bahwa satu
atau lebih diantara empat anak bekerja di sektor industri adalah pekerja tidak dibayar
(26,55 persen).
Pada kelompok sektor jasa, anak bekerja berstatus buruh adalah lebih dari
sepertiga yaitu 37,85 persen. Yang mengejutkan adalah hampir separuh anak yang
bekerja di sektor jasa adalah pekerja yang tidak mendapatkan manfaat ekonomi
secara langsung dari apa yang dilakukannya. Selain itu masih ada 4,58 persen anak
bekerja di sektor jasa yang mempunyai majikan lebih dari satu orang atau bekerja
pada beberapa orang dalam satu bulan (pekerja bebas).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Chang pada tahun 2006, disimpulkan
bahwa pekerja anak yang berasal dari keluarga miskin cenderung bekerja sebagai
buruh, sedangkan pekerja anak yang berasal dari keluarga yang lebih kaya cenderung
bekerja sebagai pekerja keluarga. Hasil seperti yang dibahas sebelumnya, anak
bekerja mayoritas sebagai pekerja tak dibayar. Akan tetapi, data hasil Sakernas, tidak
menyajikan informasi mengenai rumah tangga miskin sehingga anak bekerja yang
berstatus pekerja keluarga tidak serta merta dapat dikatakan berasal dari keluarga
kaya. Diperlukan sumber data lainnya untuk mengetahui hubungan antara keadaan
ekonomi rumah tangga dengan status anak bekerja.
6.3.7 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja di Kegiatan Informal
Anak-anak mempunyai pilihan yang sangat terbatas terhadap bidang pekerjaan
yang ingin mereka geluti karena umur yang belum cukup dewasa. Pasar kerja pun
hanya memberikan ruang yang sempit bagi anak-anak untuk bekerja di kegiatan
formal. Belum lagi adanya undang-undang yang mengatur batasan umur bagi anak-
anak untuk memasuki pasar kerja.
Pemerintah memang membatasi anak-anak untuk bekerja, sehingga pada usia
sekolah, pemerintah melalui berbagai macam program, salah satunya BOS, berusaha
untuk mencegah anak supaya tidak masuk ke pasar kerja. Bahkan ada beberapa
negara maju yang melarang impor barang yang diproduksi oleh pekerja anak dibawah
umur (ILO, 2010).
Profil Anak Indonesia 2011
94
Profil Anak Indonesia 2011
94
Gambar 6.5 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Kegiatan Formal/Informal dan Jenis Kelamin, 2010
23,78
31,89
18,31
76,22
68,11
81,69
LakiLaki+Perempuan
Perempuan
Laki-Laki
Formal
Informal
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Pada Gambar 6.5 terlihat bahwa lebih dari tiga perempat anak bekerja (76,22
persen) di Indonesia pada tahun 2010 bekerja pada kegiatan informal, sedangkan
sisanya bekerja pada kegiatan formal. Kegiatan formal dan informal ditentukan dari
kombinasi antara status pekerjaan dan jabatan dalam pekerjaan utama.
Tingginya persentase anak bekerja di kegiatan informal ini diduga karena
undang-undang melarang perusahaan mempekerjakan anak-anak pada kegiatan
formal. Sehingga bisa dikatakan, kegiatan formal yang mempekerjakan anak-anak
adalah ilegal jika tidak menerapkan ketentuan seperti yang tercantum pada UU
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Gambar 6.5 juga menunjukkan bahwa anak laki-laki yang bekerja di kegiatan
informal lebih banyak dibanding yang ada di kegiatan formal masing-masing adalah
81,69 dan 18,31 persen. Pada anak perempuan, proporsi anak bekerja di kegiatan
formal adalah lebih besar dibanding laki-laki yaitu sebesar 31,89 persen. Secara
keseluruhan, ada 76,22 persen anak bekerja di kegiatan informal. Berdasarkan
sifatnya, kegiatan informal adalah kegiatan yang mudah dimasuki oleh pekerja, tidak
hanya pekerja dewasa, namun juga anak-anak.
94
95
Profil Anak Indonesia 2011
6.3.8 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jam Kerja pada Pekerjaan
Utama
Dengan asumsi jumlah hari kerja adalah lima hari, maka hasil Sakernas Agustus
2010 seperti yang disajikan dalam Tabel 6.8 menunjukkan bahwa rata-rata anak
di Indonesia bekerja selama 6 jam dalam sehari. Rata-rata jam kerja per minggu
meningkat seiring dengan bertambahnya umur anak yang bekerja. Pada anak berumur
16-17 tahun, rata-rata jumlah jam kerja dalam seminggu adalah yang paling tinggi
diantara anak pada kelompok umur yang lain yaitu selama 36 jam dalam seminggu
atau rata-rata tujuh jam sehari dengan asumsi pekerja tersebut mempunyai jumlah
hari kerja sebanyak 5 hari.
Anak perempuan mempunyai rata-rata jam kerja lebih tinggi daripada anak
laki-laki pada semua kelompok umur. Hasil riset Chang (2006) atas data IFLS juga
menemukan pekerja anak laki-laki bekerja dengan rata-rata jam kerja yang lebih
pendek daripada pekerja anak perempuan. Temuan ini sama dengan pola jam kerja
anak bekerja hasil Sakernas Agustus 2010 seperti yang terdapat pada Tabel 6.8.
Tabel 6.8 Rata-Rata Jam Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu
pada Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Umur dan Jenis Kelamin, 2010
Kelompok 0mui Lakilaki Peiempuan LakiLaki Peiempuan




Total
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Tabel tersebut menunjukkan bahwa anak perempuan mempunyai rata-rata jam
kerja lebih lama daripada laki-laki, masing-masing 34 jam dan 30 jam. Pada umur
10 hingga 15 tahun, selisih jam kerja antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda
jauh yaitu dari 1 hingga 2 jam dalam seminggu. Namun pada umur 16-17 tahun, anak
perempuan mempunyai rata-rata jam kerja lebih lama 6 jam daripada laki-laki yaitu
masing-masing 40 jam dan 34 jam.
Profil Anak Indonesia 2011
96
Profil Anak Indonesia 2011
96
Tabel 6.9 Persentase Anak 10-17 yang Bekerja
menurut Jam Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu dan
Status Sekolah, 2010
}am keija
Status Sekolah
Total
Tiuakbelum peinah sekolah Nasih beisekolah Tiuak beisekolah lagi








Total
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Tabel 6.9 menyajikan persentase anak bekerja menurut jam kerja dan status
sekolah. Pada anak yang masih sekolah masih dapat ditemui anak-anak yang bekerja
dengan jam kerja diatas 35 jam dalam seminggu. Sekitar 80 persen anak yang masih
sekolah bekerja selama 1-24 jam dalam seminggu. Sedangkan 20 persen sisanya
bekerja lebih dari 25 jam dalam seminggu.
Gambar 6.6 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Jam Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu dan
Jenis Kelamin, 2010
25,43 24,75 25,16
21,18
19,35
20,44
14,86
11,68
13,58
38,53
44,22
40,82
Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan
35 +
25 - 34
15 - 24
1 - 14
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
96
97
Profil Anak Indonesia 2011
Gambar 6.6 menunjukkan bahwa lebih dari dua per lima anak bekerja di Indonesia
mempunyai jumlah jam kerja 35 jam atau lebih dalam seminggu. Diduga kelompok
ini adalah mereka yang tidak bersekolah lagi. Dengan asumsi lima hari kerja dalam
seminggu mereka bekerja selama 7 jam, artinya tidak cukup tersedia waktu yang bisa
digunakan untuk kegiatan belajar, sedangkan jam sekolah rata-rata antara 5 sampai
6 jam dalam sehari. Lalu anak-anak dengan jam kerja 1-14 jam dalam seminggu atau
rata-rata satu hingga dua jam dalam sehari sebesar 24,99 persen atau dengan kata
lain satu diantara anak bekerja di Indonesia mempunyai jam kerja harian yang relatif
pendek, sesuai dengan apa yang tercantum dalam UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 71
ayat (2) poin b bahwa pekerja anak tidak diperbolehkan bekerja lebih dari dua jam
dalam sehari dalam kondisi tertentu. Dengan demikian anak masih bisa sekolah
dan melakukan aktiitas bekerja secara beriringan. Tanpa mengganggu aktiitas
belajar, bekerja dapat dilakukan diluar jam sekolah, dan dalam batasan yang tidak
memberatkan secara isik bagi anak, sehingga menimbulkan kelelahan.
Gambar 6.6 juga menjelaskan bahwa proporsi anak perempuan yang bekerja
dengan jam kerja 35 jam atau lebih dalam seminggu adalah yang terbesar yaitu 44,22
persen. Sama seperti diuraikan sebelumnya, bahwa tingginya partisipasi kerja anak di
sektor jasa merupakan penyebab tingginya persentase anak perempuan yang bekerja
dengan jam kerja 35 jam atau lebih dalam seminggu. Pola persebaran proporsi pekerja
menurut jam kerja pada anak laki-laki dan perempuan adalah hampir mirip, dimana
paling tinggi adalah pada yang bekerja dengan jam kerja 35 jam atau lebih, lalu 1-14
jam, 15-24 jam dan 0 jam, dimana 0 jam disini adalah anak yang sementara tidak
bekerja.
6.3.9 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendapatan/Upah/Gaji
Tabel 6.10 menunjukkan rata-rata tingkat pendapatan/upah/gaji yang diperoleh
anak yang bekerja dalam sebulan. Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai
rata-rata jam kerja anak. Hal ini sangat berkaitan dengan pendapatan. Jumlah jam kerja
sangat erat kaitannya dengan produktivitas, dan dari produktivitas yang dihasilkan
itulah anak bekerja memperoleh pendapatan ataupun upah/gaji.
Pada Tabel 6.10, rata-rata pendapatan/upah/gaji anak bekerja per bulan sangat
rendah, yaitu hanya berkisar 207 ribu rupiah saja. Pola rata-rata pendapatan/upah/
gaji anak bekerja adalah sama, dimana rata-rata pendapatan dan upah/gaji bertambah
searah dengan semakin bertambahnya umur anak bekerja. Rata-rata pendapatan/
upah/gaji tertinggi adalah pada anak berumur 16-17 tahun yaitu sebesar 281 ribu
rupiah per bulan. Dan terendah adalah pekerja berumur 10-12 tahun hanya 43 ribu
Profil Anak Indonesia 2011
98
rupiah per bulan. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa jam kerja diduga merupakan
salah satu faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya upah/gaji dan pendapatan
pekerja. Pada anak berumur 10-12 dan 16-17 tahun, rata-rata jam kerjanya dalam
seminggu masing-masing adalah 16 dan 36 jam. Dengan jam kerja yang berbeda lebih
dua kali lipat, pendapatan/upah/gaji yang diperoleh adalah berbeda hampir tujuh
kali lipat.
Hal ini terjadi karena anak berumur 10-12 tahun yang bekerja pada umumnya
tidak punya banyak pilihan, mereka dipaksa bekerja tanpa memikirkan berapa besar
uang yang akan mereka peroleh. Dan mereka tidak punya daya dan upaya sehingga
mereka mampu menuntut pendapatan/upah/gaji yang lebih baik. Berbeda dengan
anak berumur 16-17 tahun yang umumnya sudah memiliki kemampuan lebih baik.
Dalam banyak hal, mereka sudah mulai mengerti situasi dunia kerja.
Tabel 6.10 Rata-Rata Pendapatan/Upah/Gaji (000 rupiah)
pada Pekerjaan Utama Anak 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Umur dan Jenis Kelamin, 2010
0mui Lakilaki Peiempuan LakiLaki Peiempuan




Total
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS

Lalu jika diamati lagi menurut jenis kelamin, yang menarik adalah bahwa
rata-rata pendapatan/upah/gaji anak perempuan justru lebih tinggi daripada anak
laki-laki. Masing-masing adalah 212 ribu rupiah dan 204 ribu rupiah dalam sebulan.
Salah satu sebabnya adalah dari perbedaan jumlah jam kerja sebelumnya. Ini juga
berarti bahwa secara umum, sektor jasa memberikan upah/gaji dan pendapatan lebih
baik kepada pekerja perempuan, dimana perempuan memang mayoritas bekerja di
sektor tersebut. Anak laki-laki mendapatkan rata-rata pendapatan/upah/gaji yang
hanya berbeda sedikit saja dengan dari anak perempuan bekerja pada anak umur 16-
17 tahun. Selisih pendapatan/upah/gaji mereka hanya sekitar 16 ribu rupiah saja.
99
Profil Anak Indonesia 2011
6.4 ANAK CACAT
Penyandang cacat menurut Glosarium Kesos, Kementerian Sosial RI dikategorikan
sebagai orang yang mempunyai kelainan isik dan atau mental yang dapat mengganggu
atau merupakan rintangan dan hambatan untuk melakukan kegiatan secara layak.
Pada sub bab ini deinisi penyandang cacat yang digunakan adalah berdasarkan
kriteria Kementerian Sosial (Pendekatan Konvensional).
Keberadaan penyandang cacat masih terabaikan dan mengalami isolasi,
penolakan, diskriminasi dan berbagai hambatan psikologis serta kultural. Padahal
sebagai warga negara Indonesia, kedudukan, hak, kewajiban, dan peran penyandang
cacat adalah sama dengan warga negara lainnya, seperti tercantum pada Penjelasan
Umum UU RI No.4 Tahun 1997.
6.4.1 Distribusi Anak Cacat
Berdasarkan hasil Susenas 2009, sekitar 0,55 persen anak berusia 0-17 tahun
adalah penyandang cacat. Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun
perdesaan (Tabel 6.11).
Tabel 6.11 Persentase Anak 0-17 Tahun menurut Kecacatan dan Tipe Daerah, 2009
Tipe Baeiah Ya Tiuak Total

Peikotaan
Peiuesaan
Perkotaan+ Perdesaan 0,55 99,45 100,00
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
Dilihat antar provinsi, persentase terbesar anak penyandang cacat terdapat di
Provinsi Gorontalo (0,96 persen), Sulawesi Barat (0,90 persen) dan DI Yogyakarta
(0,86 persen) seperti yang terdapat pada Lampiran Tabel 81.
Secara keseluruhan, total penyandang cacat sekitar 2 juta jiwa atau 0,92 persen
dari total penduduk (sebanyak 213,7 juta jiwa). Seperlima (20,64 persen) dari total
penyandang cacat adalah penduduk berusia 0-17 tahun atau merupakan anak cacat
(Tabel 6.12). Kondisi ini perlu menjadi perhatian karena anak merupakan investasi
sumber daya manusia masa depan.
Profil Anak Indonesia 2011
100
Tabel 6.12. Persentase Penduduk 0-17 Tahun Penyandang Cacat
menurut Tipe Daerah dan Kelompok Umur, 2009
Tipe Daerah 0-4 5-17
(1) (2) (3)
Perkotaan 2,21 18,97
Perdesaan 2,70 17,53
Perkotaan + Perdesaan 2,48 18,16
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
6.4.2. Jenis dan Penyebab Kecacatan
Anak yang menyandang cacat menurut jenis kecacatan dan jenis kelamin disajikan
pada Tabel 6.13. Terlihat bahwa dari 439 ribu anak cacat, sepertiganya (31,71 persen)
menyandang cacat tubuh, kemudian cacat mental (tuna grahita) sebesar 22,07 persen
dan cacat wicara/bisu sebesar 13,73 persen. Dilihat menurut jenis kelamin, pola
tersebut di atas terjadi baik pada anak laki-laki maupun perempuan.
Tabel 6.13 Persentase Anak Cacat 0-17 Tahun
menurut Jenis Kecacatan dan Jenis Kelamin, 2009
Jenis Cacat Laki-laki Perempuan Laki-Laki+ Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Cacat netiabuta
Cacat iungutuli
Cacat wicaiabisu
Cacat iungu uan wicaia
Cacat tubuh
Cacat mentaltuna giahita
Cacat fisik uan mentaltuna ganua
Cacat jiwa
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
101
Profil Anak Indonesia 2011
Dilihat menurut tipe daerah seperti yang disajikan pada Tabel 6.14, jenis cacat
yang disandang oleh anak penyandang cacat terbesar adalah cacat tubuh kemudian
cacat mental/tuna grahita dan cacat wicara/bisu. Dari seluruh anak cacat di daerah
perdesaan, persentase anak penyandang cacat tubuh sebesar 34,46 persen, kemudian
cacat mental/tuna grahita sebesar 17,71 persen dan cacat wicara/bisu sebesar 13,47
persen. Dari seluruh anak cacat di daerah perkotaan, persentase anak penyandang
cacat tubuh sebesar 28,32 persen, cacat mental (tuna grahita) sebesar 27,44 persen
dan cacat wicara/bisu sebesar 14,06 persen. Jika dibandingkan antara perkotaan
dan perdesaan, persentase anak yang cacat tubuh lebih tinggi di daerah perdesaan
dibanding perkotaan, sebaliknya persentase anak yang menyandang cacat mental/
tuna grahita dan cacat wicara/bisu lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding
perdesaan.
Tabel 6.14 Persentase Anak Cacat 0-17 tahun
menurut Jenis Kecacatan dan Tipe Daerah, 2009
Jenis Cacat Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
Cacat netiabuta
Cacat iungutuli
Cacat wicaiabisu
Cacat iungu uan wicaia
Cacat tubuh
Cacat mentaltuna giahita
Cacat fisik uan mentaltuna ganua
Cacat jiwa
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
Sebagian besar (70,21 persen) anak cacat disebabkan oleh bawaan lahir,
kemudian karena penyakit (15,70 persen) dan kecelakaan/bencana alam sebesar
10,88 persen. Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun daerah
perdesaan (Tabel 6.15.).
Profil Anak Indonesia 2011
102
Tabel 6.15 Persentase Anak Cacat 0-17 tahun
menurut Penyebab Kecacatan dan Tipe Daerah, 2009
Penyebab Kecacatan Perkotaan Perdesaan
Perkotaan+
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
Bawaan sejak lahii
Kecelakaanbencana alam
Kuiang gizi
Tekanan hiuupstiess
Penyakit
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
6.4.3 Pendidikan Anak Cacat
Undang-undang No. 4 Tahun 1997 menegaskan bahwa penyandang cacat
merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak,
kewajiban, dan peran yang sama. Pada pasal 6 dijelaskan bahwa setiap penyandang
cacat berhak memperoleh: (1) pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan; (2) pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai jenis dan
derajat kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya; (3) perlakuan yang sama untuk
berperan dalam pembangunan dan menikmati hasil-hasilnya; (4) aksesibilitas dalam
rangka kemandiriannya; (5) rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial; dan (6) hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat,
kemampuan, dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat.
Tabel 6.16 Persentase Anak (7-17 tahun) Cacat menurut Jenis Kelamin dan
Partisipasi Sekolah, 2009
Jenis Kelamin
Tidak/belum.
pernah sekolah
Masih
sekolah
Tidak
sekolah lagi
Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)
Lakilaki
Peiempuan
Laki-Laki+ perempuan 43,87 35,87 20,26 100,00
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
103
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 6.16 menunjukkan hampir separuh (43,87 persen) anak cacat usia sekolah
(7-17 tahun) belum pernah mengecap pendidikan, sepertiganya (35,87 persen)
sedang sekolah dan sekitar 20,26 persen berstatus tidak sekolah lagi. Kondisi ini
menggambarkan perlunya perhatian khusus terutama penyandang cacat yang
seharusnya bersekolah seyogyanya dapat bersekolah selayaknya anak seusianya.
6.1.4 Interaksi Anak Cacat dalam Keluarga
Beberapa hasil penelitian menunjukkan, persoalan yang dihadapi penyandang
cacat bukan hanya disebabkan oleh faktor kesehatan, tapi juga dipengaruhi oleh
faktor sosial dan budaya. Hambatan sosial merupakan salah satu penghalang bagi
penyandang cacat berinteraksi dengan lingkungan termasuk dalam memperoleh
fasilitas publik yang layak. Tidak adanya pandangan sosial yang obyektif berdampak
telah meminggirkan penyandang cacat dari lingkaran interaksi sosial yang sehat.
Anak perlu bimbingan, pendidikan, dan kasih sayang orang tua yang
mempengaruhi perkembangan mental dan sosial anak. Anak yang dibesarkan, diasuh
dan mendapat perlindungan dari orang tuanya dapat tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Anak cacat dengan
keterbatasan isik dan atau fungsi sosial tentunya memerlukan perhatian yang lebih
dibandingkan anak yang normal. Perhatian orang tua/wali dimulai dari kegiatan yang
dilakukan sehari-hari hingga akses ke media massa termasuk pemanfaatan internet.
Susenas 2009 memotret kegiatan ini untuk melihat indikator dini perbaikan perilaku
dalam keluarga terhadap anak khususnya anak yang menyandang cacat.
Tabel 6.17 menunjukkan bahwa persentase anak cacat yang masih didampingi
dalam kegiatannya sehari-hari oleh orang tua/wali relatif cukup tinggi, khususnya
pada saat makan (76,73 persen), menonton TV (68,68 persen), bermain (28,86
persen), kegiatan keagamaan (26,98 persen) dan belajar (26,78 persen). Pola yang
sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Umumnya kegiatan
bersama orang tua/wali seperti makan bersama dan menonton TV mempunyai
persentase di atas 60 persen.
Profil Anak Indonesia 2011
104
Tabel 6.17 Proporsi Penyandang Cacat 5-17 Tahun menurut Tipe Daerah dan
Aktivitas Bersama Orang tua/Wali, 2009
Tipe Daerah
Aktivitas Bersama Orang tua/Wali
Menonton
TV
Akses
Internet
Makan Bermain Belajar
Kegiatan
Keagamaan
Diskusi Bekerja
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Peikotaan
Peiuesaan
Perkotaan+
Perdesaan
68,68 0,27 76,73 28,86 26,78 26,98 12,70 3,77
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
Persentase anak cacat dengan kebersamaan orang tua/wali di daerah perkotaan
lebih tinggi dibanding daerah perdesaan untuk kegiatan seperti menonton televisi,
akses internet, makan, bermain, belajar, kegiatan keagamaan dan diskusi. Satu hal
yang menarik persentase anak cacat yang bekerja dilakukan bersama orang tua/wali
di daerah perdesaan (4,81 persen) lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan (2,53
persen).
LAMPIRAN
107
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 1. Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD
menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2010

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
Aceh 12,52 7,85 9,18
Sumatera Utara 10,37 6,49 8,25
Sumatera Barat 11,91 9,29 10,27
Riau 13,35 8,52 10,43
Jambi 14,67 8,91 10,64
Sumatera Selatan 11,11 5,17 7,21
Bengkulu 13,23 8,41 9,88
Lampung 16,59 10,42 12,01
Bangka Belitung 15,79 9,89 12,55
Kepulauan Riau 13,43 11,96 13,21
DKI Jakarta 18,75 - 18,75
Jawa Barat 13,90 10,94 12,91
Jawa Tengah 18,96 14,71 16,66
DI Yogyakarta 37,05 33,95 36,09
Jawa Timur 24,76 20,85 22,77
Banten 14,50 4,62 11,20
Bali 19,16 8,53 15,14
Nusa Tenggara Barat 12,22 11,05 11,51
Nusa Tenggara Timur 14,30 8,96 9,84
Kalimantan Barat 13,32 3,37 6,31
Kalimantan Tengah 13,80 9,58 10,98
Kalimantan Selatan 16,33 15,94 16,10
Kalimantan Timur 14,10 10,92 12,92
Sulawesi Utara 10,78 13,39 12,19
Sulawesi Tengah 12,70 11,55 11,81
Sulawesi Selatan 12,13 10,54 11,11
Sulawesi Tenggara 11,67 9,07 9,76
Gorontalo 18,17 20,15 19,51
Sulawesi Barat 16,84 14,54 15,04
Maluku 7,36 5,85 6,34
Maluku Utara 9,30 8,89 8,99
Papua Barat 9,75 5,18 7,10
Papua 10,21 3,35 5,07
Indonesia 16,35 11,41 13,84
Sumber : Susenas 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
108
Tabel 2. Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kadung Saja, Ibu Kandung Saja, Bapak dan Ibu Kandung, dan Famili Lain
menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009
Provinsi
Bapak Kandung saja Ibu Kandung Saja Bapak dan Ibu Kandung Famili Lain
K D K+D K D K+D K D K+D K D K+D
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 2,38 2,00 2,10 5,27 7,06 6,59 7,65 9,06 8,69

5,27 7,06 6,59
Sumatera Utara 1,27 1,65 1,49 5,58 4,96 5,23 6,86 6,61 6,71

5,58 4,96 5,23
Sumatera Barat 1,81 0,94 1,22 6,75 6,09 6,30 8,56 7,03 7,52

6,75 6,09 6,30
Riau 0,74 1,02 0,88 3,04 4,18 3,61 3,78 5,20 4,49

3,04 4,18 3,61
Jambi 1,65 0,87 1,11 5,74 4,91 5,17 7,39 5,77 6,29

5,74 4,91 5,17
Sumatera Selatan 1,41 1,71 1,60 4,56 4,14 4,30 5,97 5,85 5,89

4,56 4,14 4,30
Bengkulu 1,99 1,89 1,93 4,74 4,01 4,27 6,73 5,90 6,20

4,74 4,01 4,27
Lampung 1,99 1,97 1,97 3,95 3,16 3,37 5,93 5,13 5,34

3,95 3,16 3,37
Bangka Belitung 2,10 1,60 1,84 5,47 5,77 5,63 7,58 7,37 7,47

5,47 5,77 5,63
Kepulauan Riau 1,46 3,23 2,32 3,31 8,80 5,98 4,78 12,03 8,31

3,31 8,80 5,98
DKI Jakarta 1,58 - 1,58 5,62 - 5,62 7,20 - 7,20

5,62 5,62
Jawa Barat 2,65 3,10 2,84 4,73 5,13 4,90 7,38 8,24 7,74

4,73 5,13 4,90
Jawa Tengah 2,35 2,96 2,67 6,38 6,36 6,37 8,73 9,31 9,04

6,38 6,36 6,37
DI Yogyakarta 1,23 1,95 1,48 6,81 6,84 6,82 8,04 8,80 8,30

6,81 6,84 6,82
Jawa Timur 2,10 2,42 2,27 5,73 7,03 6,39 7,84 9,45 8,66

5,73 7,03 6,39
Banten 1,88 2,86 2,31 4,23 5,61 4,83 6,11 8,48 7,13

4,23 5,61 4,83
Bali 1,59 1,60 1,60 3,00 2,57 2,81 4,59 4,17 4,41

3,00 2,57 2,81
Nusa Tenggara Barat 3,05 4,51 3,93 12,28 14,27 13,48 15,33 18,78 17,41

12,28 14,27 13,48
Nusa Tenggara Timur 1,86 1,98 1,96 3,92 7,58 7,02 5,78 9,56 8,98

3,92 7,58 7,02
Kalimantan Barat 0,84 1,21 1,11 3,32 3,58 3,51 4,17 4,79 4,62

3,32 3,58 3,51
Kalimantan Tengah 0,88 2,03 1,65 3,14 3,50 3,38 4,02 5,53 5,03

3,14 3,50 3,38
Kalimantan Selatan 1,53 2,24 1,95 7,24 7,08 7,15 8,77 9,31 9,09

7,24 7,08 7,15
Kalimantan Timur 1,22 1,74 1,42 3,28 2,85 3,11 4,51 4,59 4,54

3,28 2,85 3,11
Sulawesi Utara 1,83 2,10 1,98 5,35 4,22 4,71 7,18 6,32 6,69

5,35 4,22 4,71
Sulawesi Tengah 1,65 2,27 2,16 6,62 4,46 4,86 8,27 6,73 7,02

6,62 4,46 4,86
Sulawesi Selatan 1,82 1,70 1,74 6,26 6,62 6,51 8,09 8,32 8,25

6,26 6,62 6,51
Sulawesi Tenggara 2,33 1,71 1,84 6,51 9,56 8,93 8,84 11,27 10,77

6,51 9,56 8,93
Gorontalo 2,18 1,60 1,77 5,24 5,08 5,13 7,41 6,68 6,89

5,24 5,08 5,13
Sulawesi Barat 2,42 1,44 1,74 7,73 5,65 6,29 10,15 7,09 8,03

7,73 5,65 6,29
Maluku 1,70 2,20 2,08 7,20 6,00 6,28 8,90 8,20 8,37

7,20 6,00 6,28
Maluku Utara 2,26 1,98 2,05 6,78 4,59 5,16 9,04 6,58 7,22

6,78 4,59 5,16
Papua Barat 2,95 2,76 2,81 5,65 3,60 4,18 8,60 6,36 6,99

5,65 3,60 4,18
Papua 1,26 2,69 2,40 5,98 3,89 4,31 7,24 6,57 6,71

5,98 3,89 4,31
Indonesia 2,02 2,30 2,17 5,36 5,82 5,61 7,38 8,12 7,78

5,36 5,82 5,61

Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009,BPS
Catatan : K = Perkotaan
D = Perdesaan
109
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 3. Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan Pernah Kawin
menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2010

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
Aceh 0,21 0,60 0,50
Sumatera Utara 0,44 0,59 0,52
Sumatera Barat 0,05 0,51 0,33
Riau 0,44 1,08 0,83
Jambi 0,74 2,51 1,96
Sumatera Selatan 0,71 1,18 1,01
Bengkulu 0,64 3,25 2,42
Lampung 0,29 1,43 1,13
Bangka Belitung 0,88 3,14 2,12
Kepulauan Riau 0,14 1,29 0,36
DKI Jakarta 0,66 0,66
Jawa Barat 1,33 2,88 1,86
Jawa Tengah 0,24 2,09 1,27
DI Yogyakarta 0,86 1,26 0,99
Jawa Timur 1,52 3,83 2,72
Banten 0,71 1,87 1,15
Bali 1,28 1,53 1,38
Nusa Tenggara Barat 1,72 2,90 2,41
Nusa Tenggara Timur 0,43 0,78 0,71
Kalimantan Barat 1,02 2,19 1,83
Kalimantan Tengah 2,57 3,74 3,32
Kalimantan Selatan 2,26 3,64 3,09
Kalimantan Timur 1,44 2,97 2,02
Sulawesi Utara 0,97 1,95 1,52
Sulawesi Tengah 0,82 2,90 2,36
Sulawesi Selatan 1,30 2,53 2,07
Sulawesi Tenggara 1,99 2,30 2,23
Gorontalo 1,36 3,03 2,45
Sulawesi Barat 2,01 2,19 2,15
Maluku 0,88 0,63 0,71
Maluku Utara 0,99 0,77 0,83
Papua Barat 0,00 2,13 1,52
Papua 0,81 1,33 1,21
Indonesia 0,98 2,17 1,59
Sumber : Susenas 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
110
Tabel 4. Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan Pernah Kawin
menurut Provinsi dan Status Perkawinan, 2010

Provinsi
Status Perkawinan
Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 98,69 1,31 100,00
Sumatera Utara 100,00 100,00
Sumatera Barat 95,04 4,96 100,00
Riau 100,00 100,00
Jambi 94,16 5,84 100,00
Sumatera Selatan 100,00 100,00
Bengkulu 97,64 2,36 100,00
Lampung 100,00 100,00
Bangka Belitung 100,00 100,00
Kepulauan Riau 100,00 100,00
DKI Jakarta 90,33 9,67 100,00
Jawa Barat 97,83 2,17 100,00
Jawa Tengah 98,65 1,35 100,00
DI Yogyakarta 100,00 100,00
Jawa Timur 94,52 4,78 0,70 100,00
Banten 88,12 11,88 100,00
Bali 100,00 100,00
Nusa Tenggara Barat 93,99 6,01 100,00
Nusa Tenggara Timur 96,21 3,79 100,00
Kalimantan Barat 98,15 1,85 100,00
Kalimantan Tengah 97,11 2,89 100,00
Kalimantan Selatan 95,59 4,41 100,00
Kalimantan Timur 95,39 4,61 100,00
Sulawesi Utara 94,97 5,03 100,00
Sulawesi Tengah 94,48 5,52 100,00
Sulawesi Selatan 96,37 3,63 100,00
Sulawesi Tenggara 93,86 6,14 100,00
Gorontalo 97,25 2,75 100,00
Sulawesi Barat 90,02 9,98 100,00
Maluku 90,81 9,19 100,00
Maluku Utara 89,97 10,03 100,00
Papua Barat 100,00 100,00
Papua 95,80 4,20 100,00
Indonesia 96,28 3,49 0,22 100,00
Sumber : Susenas 2010, BPS
111
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 5. Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan Pernah Kawin
menurut Provinsi dan Umur Kawin Pertama, 2010


Provinsi
Umur Kawin Pertama
16 17-18 Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 25,15 49,71 25,13 100,00
Sumatera Utara 19,58 60,46 19,96 100,00
Sumatera Barat 45,88 36,54 17,58 100,00
Riau 27,36 35,60 37,04 100,00
Jambi 33,66 34,16 32,18 100,00
Sumatera Selatan 36,58 47,94 15,49 100,00
Bengkulu 45,07 36,49 18,43 100,00
Lampung 33,12 36,49 30,39 100,00
Bangka Belitung 48,43 36,08 15,50 100,00
Kepulauan Riau 35,57 37,28 27,15 100,00
DKI Jakarta 34,04 21,16 44,80 100,00
Jawa Barat 29,34 38,12 32,54 100,00
Jawa Tengah 24,50 54,46 21,04 100,00
DI Yogyakarta 34,73 15,94 49,33 100,00
Jawa Timur 36,57 31,05 32,37 100,00
Banten 64,39 10,66 24,94 100,00
Bali 27,13 34,04 38,83 100,00
Nusa Tenggara Barat 38,09 42,04 19,87 100,00
Nusa Tenggara Timur 32,91 45,08 22,02 100,00
Kalimantan Barat 36,56 46,95 16,49 100,00
Kalimantan Tengah 47,53 39,22 13,24 100,00
Kalimantan Selatan 47,54 33,25 19,21 100,00
Kalimantan Timur 39,81 45,65 14,53 100,00
Sulawesi Utara 59,60 27,51 12,88 100,00
Sulawesi Tengah 39,94 28,38 31,68 100,00
Sulawesi Selatan 48,60 26,76 24,64 100,00
Sulawesi Tenggara 40,82 36,51 22,67 100,00
Gorontalo 41,88 35,73 22,40 100,00
Sulawesi Barat 43,66 27,18 29,17 100,00
Maluku 48,89 42,49 8,62 100,00
Maluku Utara 66,27 33,73 100,00
Papua Barat 12,67 87,33 100,00
Papua 37,11 45,81 17,09 100,00
Indonesia 35,79 37,01 27,20 100,00
Sumber : Susenas 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
112
Tabel 6. Persentase Balita menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Terakhir, 2010

Perkotaan

Provinsi
Penolong Kelahiran
Total
Dokter Bidan
Tenaga
Paramedis
Lainnya
Dukun
Famili/
Keluarga
Lainnya TT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 21,25 76,17 0,29 2,17 0,12 0,00 0,00 100,00
Sumatera Utara 19,78 77,14 0,49 2,06 0,47 0,04 0,00 100,00
Sumatera Barat 24,77 71,66 0,91 2,37 0,06 0,23 0,00 100,00
Riau 25,08 69,54 1,30 3,91 0,13 0,05 0,00 100,00
Jambi 23,20 67,03 0,93 8,54 0,30 0,00 0,00 100,00
Sumatera Selatan 25,80 67,64 0,66 5,55 0,35 0,00 0,00 100,00
Bengkulu 26,40 69,97 1,79 1,67 0,17 0,00 0,00 100,00
Lampung 15,48 74,96 2,32 7,24 0,00 0,00 0,00 100,00
Bangka Belitung 25,04 68,15 1,73 4,73 0,34 0,00 0,00 100,00
Kepulauan Riau 40,08 55,64 1,03 2,39 0,32 0,54 0,00 100,00
DKI Jakarta 38,87 58,88 0,28 1,91 0,00 0,06 0,00 100,00
Jawa Barat 19,00 60,49 0,60 19,74 0,04 0,13 0,00 100,00
Jawa Tengah 24,71 67,76 0,56 6,78 0,13 0,06 0,00 100,00
DI Yogyakarta 44,87 50,61 2,91 1,61 0,00 0,00 0,00 100,00
Jawa Timur 26,73 68,00 0,61 4,33 0,33 0,00 0,00 100,00
Banten 24,58 62,75 0,35 12,24 0,08 0,00 0,00 100,00
Bali 49,27 49,08 0,26 1,28 0,11 0,00 0,00 100,00
Nusa Tenggara Barat 17,37 67,82 1,25 13,05 0,49 0,02 0,00 100,00
Nusa Tenggara Timur 25,11 54,41 1,23 16,02 2,54 0,69 0,00 100,00
Kalimantan Barat 15,12 71,79 1,37 11,62 0,02 0,07 0,00 100,00
Kalimantan Tengah 13,22 67,64 6,18 12,62 0,17 0,17 0,00 100,00
Kalimantan Selatan 21,41 64,31 1,60 12,57 0,03 0,08 0,00 100,00
Kalimantan Timur 28,70 64,22 1,44 5,26 0,34 0,04 0,00 100,00
Sulawesi Utara 44,11 43,46 1,93 9,28 1,22 0,00 0,00 100,00
Sulawesi Tengah 27,91 51,66 1,87 16,93 1,59 0,03 0,00 100,00
Sulawesi Selatan 25,51 64,33 0,61 8,77 0,53 0,24 0,00 100,00
Sulawesi Tenggara 16,54 61,19 1,28 20,27 0,68 0,04 0,00 100,00
Gorontalo 27,34 51,43 1,01 20,22 0,00 0,00 0,00 100,00
Sulawesi Barat 13,10 52,98 1,11 31,38 1,43 0,00 0,00 100,00
Maluku 17,30 62,60 1,32 18,37 0,41 0,00 0,00 100,00
Maluku Utara 26,14 51,31 0,04 20,21 2,29 0,00 0,00 100,00
Papua Barat 26,80 57,04 2,16 10,62 3,14 0,25 0,00 100,00
Papua 29,20 56,68 2,98 5,09 4,51 1,55 0,00 100,00
Indonesia 25,10 64,16 0,80 9,59 0,26 0,09 0,00 100,00
Sumber : Susenas 2010, BPS
113
Profil Anak Indonesia 2011

Tabel 7. Persentase Balita menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Terakhir, 2010

Perdesaan

Provinsi
Penolong Kelahiran
Total
Dokter Bidan
Tenaga
Paramedis
Lainnya
Dukun
Famili/
Keluarga
Lainnya TT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 7,38 74,74 0,67 16,88 0,26 0,07 0,00 100,00
Sumatera Utara 7,73 73,19 0,97 14,35 3,44 0,31 0,00 100,00
Sumatera Barat 12,80 70,29 1,01 14,89 0,81 0,20 0,00 100,00
Riau 9,46 62,02 1,82 26,08 0,25 0,36 0,00 100,00
Jambi 7,77 57,22 1,28 33,39 0,22 0,13 0,00 100,00
Sumatera Selatan 6,23 67,55 0,49 25,41 0,26 0,06 0,00 100,00
Bengkulu 7,21 69,87 0,35 20,97 1,14 0,46 0,00 100,00
Lampung 6,74 67,56 1,50 23,79 0,40 0,00 0,00 100,00
Bangka Belitung 9,54 67,46 1,25 21,68 0,07 0,00 0,00 100,00
Kepulauan Riau 12,42 66,82 1,62 19,00 0,14 0,00 0,00 100,00
DKI Jakarta - - - - - - - -
Jawa Barat 7,25 48,98 0,54 42,89 0,30 0,04 0,00 100,00
Jawa Tengah 12,93 71,04 0,46 15,20 0,25 0,09 0,03 100,00
DI Yogyakarta 27,78 69,51 0,00 2,48 0,22 0,00 0,00 100,00
Jawa Timur 13,97 67,82 0,50 17,15 0,37 0,18 0,00 100,00
Banten 3,20 36,26 0,28 60,25 0,01 0,00 0,00 100,00
Bali 25,27 68,11 0,84 3,82 1,32 0,64 0,00 100,00
Nusa Tenggara Barat 4,50 61,72 1,26 30,93 1,27 0,17 0,15 100,00
Nusa Tenggara Timur 6,34 40,83 1,75 41,86 8,78 0,38 0,06 100,00
Kalimantan Barat 3,75 46,10 1,60 47,07 1,30 0,18 0,00 100,00
Kalimantan Tengah 2,87 51,24 1,86 43,24 0,78 0,00 0,00 100,00
Kalimantan Selatan 7,10 61,67 0,64 30,38 0,15 0,06 0,00 100,00
Kalimantan Timur 10,16 63,64 1,37 23,88 0,68 0,22 0,05 100,00
Sulawesi Utara 20,88 52,99 2,89 22,52 0,36 0,36 0,00 100,00
Sulawesi Tengah 7,04 49,27 1,91 38,44 3,20 0,14 0,00 100,00
Sulawesi Selatan 7,88 55,60 0,66 31,10 4,43 0,30 0,03 100,00
Sulawesi Tenggara 3,59 39,99 0,47 55,12 0,62 0,21 0,00 100,00
Gorontalo 6,69 51,26 2,83 38,63 0,41 0,09 0,09 100,00
Sulawesi Barat 4,34 30,95 0,69 55,10 8,40 0,52 0,00 100,00
Maluku 2,51 33,18 0,65 60,94 2,69 0,03 0,00 100,00
Maluku Utara 3,78 39,32 0,90 50,99 4,72 0,29 0,00 100,00
Papua Barat 10,77 50,80 2,88 25,19 10,17 0,18 0,00 100,00
Papua 3,22 26,20 2,57 15,64 49,29 3,08 0,00 100,00
Indonesia 9,06 59,72 0,92 27,69 2,38 0,22 0,01 100,00
Sumber : Susenas 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
114
Tabel 8. Persentase Balita menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Terakhir, 2010

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi
Penolong Kelahiran
Total
Dokter Bidan
Tenaga
Paramedis
Lainnya
Dukun
Famili/
Keluarga
Lainnya TT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 11,45 75,16 0,56 12,56 0,22 0,05 0,00 100,00
Sumatera Utara 13,27 75,01 0,75 8,70 2,08 0,19 0,00 100,00
Sumatera Barat 17,35 70,81 0,98 10,13 0,52 0,21 0,00 100,00
Riau 15,61 64,98 1,62 17,35 0,20 0,24 0,00 100,00
Jambi 12,52 60,24 1,17 25,74 0,24 0,09 0,00 100,00
Sumatera Selatan 13,14 67,58 0,55 18,40 0,29 0,04 0,00 100,00
Bengkulu 13,35 69,90 0,81 14,80 0,83 0,32 0,00 100,00
Lampung 8,93 69,42 1,71 19,64 0,30 0,00 0,00 100,00
Bangka Belitung 16,76 67,78 1,47 13,79 0,20 0,00 0,00 100,00
Kepulauan Riau 36,05 57,27 1,12 4,81 0,29 0,46 0,00 100,00
DKI Jakarta 38,87 58,88 0,28 1,91 0,00 0,06 0,00 100,00
Jawa Barat 15,24 56,81 0,58 27,15 0,12 0,10 0,00 100,00
Jawa Tengah 18,35 69,53 0,51 11,33 0,20 0,08 0,01 100,00
DI Yogyakarta 39,34 56,73 1,97 1,89 0,07 0,00 0,00 100,00
Jawa Timur 20,31 67,91 0,56 10,78 0,35 0,09 0,00 100,00
Banten 17,47 53,94 0,32 28,21 0,06 0,00 0,00 100,00
Bali 40,30 56,19 0,48 2,23 0,56 0,24 0,00 100,00
Nusa Tenggara Barat 9,72 64,19 1,26 23,68 0,95 0,11 0,09 100,00
Nusa Tenggara Timur 9,37 43,02 1,66 37,69 7,78 0,43 0,05 100,00
Kalimantan Barat 7,11 53,69 1,54 36,59 0,92 0,15 0,00 100,00
Kalimantan Tengah 6,47 56,93 3,36 32,62 0,57 0,06 0,00 100,00
Kalimantan Selatan 13,13 62,78 1,05 22,87 0,10 0,07 0,00 100,00
Kalimantan Timur 21,93 64,01 1,41 12,06 0,47 0,11 0,02 100,00
Sulawesi Utara 31,68 48,56 2,44 16,36 0,76 0,19 0,00 100,00
Sulawesi Tengah 11,91 49,83 1,90 33,42 2,82 0,12 0,00 100,00
Sulawesi Selatan 14,13 58,69 0,64 23,18 3,05 0,28 0,02 100,00
Sulawesi Tenggara 6,96 45,51 0,68 46,04 0,64 0,17 0,00 100,00
Gorontalo 13,34 51,32 2,25 32,70 0,28 0,06 0,06 100,00
Sulawesi Barat 6,26 35,77 0,78 49,91 6,87 0,41 0,00 100,00
Maluku 7,42 42,93 0,87 46,82 1,93 0,02 0,00 100,00
Maluku Utara 9,53 42,41 0,68 43,07 4,10 0,22 0,00 100,00
Papua Barat 17,92 53,58 2,56 18,69 7,04 0,21 0,00 100,00
Papua 10,34 34,56 2,68 12,75 37,01 2,66 0,00 100,00
Indonesia 17,03 61,93 0,86 18,70 1,33 0,16 0,01 100,00
Sumber : Susenas 2010, BPS

115
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 9. Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Anak dan Angka Kematian
Balita menurut Provinsi, 2007 (2004)

Provinsi
Angka
Kematian
Bayi
Angka
Kematian
Anak
Angka
Kematian
Balita
(1) (2) (3) (4)
Aceh 25 21 45
Sumatera Utara 46 22 67
Sumatera Barat 47 16 62
Riau 37 11 47
Jambi 39 9 47
Sumatera Selatan 42 11 52
Bengkulu 46 20 65
Lampung 43 13 55
Bangka Belitung 39 8 46
Kepulauan Riau 43 16 58
DKI Jakarta 28 9 36
Jawa Barat 39 10 49
Jawa Tengah 26 6 32
DI Yogyakarta 19 3 22
Jawa Timur 35 10 45
Banten 46 13 58
Bali 34 4 38
Nusa Tenggara Barat 72 21 92
Nusa Tenggara Timur 57 24 80
Kalimantan Barat 46 14 59
Kalimantan Tengah 30 4 34
Kalimantan Selatan 58 19 75
Kalimantan Timur 26 12 38
Sulawesi Utara 35 9 43
Sulawesi Tengah 60 10 69
Sulawesi Selatan 41 12 53
Sulawesi Tenggara 41 21 62
Gorontalo 52 18 69
Sulawesi Barat 74 25 96
Maluku 59 37 93
Maluku Utara 51 24 74
Papua Barat 41 25 64
Papua 36 26 62
Indonesia 34 10 44
Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan 2007, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
116
Tabel 10. Persentase Balita menurut Provinsi dan Status Gizi Balita, 2010

Provinsi
Status Gizi Balita (%)
Jumlah
Gizi
Buruk
Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 7,1 16,6 72,1 4,2 100,0
Sumatera Utara 7,8 13,5 71,1 7,5 100,0
Sumatera Barat 2,8 14,4 81,3 1,6 100,0
Riau 4,8 11,4 75,2 8,6 100,0
Jambi 5,4 14,3 76,3 4,1 100,0
Sumatera Selatan 5,5 14,4 74,5 5,6 100,0
Bengkulu 4,3 11,0 73,7 10,9 100,0
Lampung 3,5 10,0 79,8 6,8 100,0
Bangka Belitung 3,2 11,7 80,6 4,5 100,0
Kepulauan Riau 4,3 9,8 81,3 4,6 100,0
DKI Jakarta 2,6 8,7 77,7 11,1 100,0
Jawa Barat 3,1 9,9 81,6 5,4 100,0
Jawa Tengah 3,3 12,4 78,1 6,2 100,0
DI Yogyakarta 1,4 9,9 81,5 7,3 100,0
Jawa Timur 4,8 12,3 75,3 7,6 100,0
Banten 4,8 13,7 77,5 4,0 100,0
Bali 1,7 9,2 81,0 8,0 100,0
Nusa Tenggara Barat 10,6 19,9 66,9 2,6 100,0
Nusa Tenggara Timur 9,0 20,4 67,5 3,1 100,0
Kalimantan Barat 9,5 19,7 67,0 3,9 100,0
Kalimantan Tengah 5,3 22,3 69,4 2,9 100,0
Kalimantan Selatan 6,0 16,8 73,1 4,0 100,0
Kalimantan Timur 4,4 12,7 75,9 7,0 100,0
Sulawesi Utara 3,8 6,8 84,3 5,1 100,0
Sulawesi Tengah 7,9 18,6 69,1 4,4 100,0
Sulawesi Selatan 6,4 18,6 72,2 2,8 100,0
Sulawesi Tenggara 6,5 16,3 66,9 10,2 100,0
Gorontalo 11,2 15,3 69,4 4,1 100,0
Sulawesi Barat 7,6 12,9 74,9 4,7 100,0
Maluku 8,4 17,8 70,5 3,4 100,0
Maluku Utara 5,7 17,9 73,2 3,2 100,0
Papua Barat 9,1 17,4 67,3 6,2 100,0
Papua 6,3 10,0 78,4 5,3 100,0
Indonesia 4,9 13,0 76,2 5,8 100,0
Sumber: Riskesdas 2010, Litbangkes
117
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 11. Persentase Berat Badan Bayi Baru Lahir Anak Balita
menurut Provinsi dan Kategori Berat Badan Lahir, 2010

Provinsi
Kategori Berat Badan Lahir
Jumlah
< 2500
gr
2500-
3999 gr
4000 gr
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 11,0 79,0 9,9 100,0
Sumatera Utara 8,2 80,4 11,3 100,0
Sumatera Barat 6,0 86,7 7,2 100,0
Riau 9,3 81,0 9,7 100,0
Jambi 12,4 78,3 9,2 100,0
Sumatera Selatan 11,4 81,9 6,7 100,0
Bengkulu 8,7 81,9 9,4 100,0
Lampung 9,0 85,5 5,6 100,0
Bangka Belitung 10,4 85,9 3,7 100,0
Kepulauan Riau 14,1 83,0 2,9 100,0
DKI Jakarta 9,1 86,4 4,5 100,0
Jawa Barat 10,9 83,2 5,9 100,0
Jawa Tengah 9,9 84,7 5,3 100,0
DI Yogyakarta 9,3 89,0 1,7 100,0
Jawa Timur 10,1 84,5 5,4 100,0
Banten 10,3 82,9 6,8 100,0
Bali 12,1 81,5 6,4 100,0
Nusa Tenggara Barat 15,1 77,3 7,6 100,0
Nusa Tenggara Timur 19,2 84,9 5,9 100,0
Kalimantan Barat 13,9 83,7 2,4 100,0
Kalimantan Tengah 18,5 76,8 4,6 100,0
Kalimantan Selatan 16,6 76,9 6,5 100,0
Kalimantan Timur 9,3 83,7 7,0 100,0
Sulawesi Utara 13,8 80,8 5,4 100,0
Sulawesi Tengah 17,6 68,5 13,9 100,0
Sulawesi Selatan 16,2 77,4 6,3 100,0
Sulawesi Tenggara 10,4 77,4 12,2 100,0
Gorontalo 16,7 70,0 13,3 100,0
Sulawesi Barat 14,9 80,6 4,5 100,0
Maluku 9,6 82,2 8,2 100,0
Maluku Utara 17,0 72,3 10,6 100,0
Papua Barat 13,5 73,1 13,5 100,0
Papua 17,9 77,5 4,6 100,0
Indonesia 11,1 82,5 6,4 100,0
Sumber: Riskesdas 2010, Litbangkes
Profil Anak Indonesia 2011
118
Tabel 12. Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A
Selama Enam Bulan Terakhir menurut Provinsi, 2010

Provinsi Menerima Kapsul Vitamin A
(1) (2)
Aceh 66,2
Sumatera Utara 53,7
Sumatera Barat 71,6
Riau 58,9
Jambi 63,7
Sumatera Selatan 55,7
Bengkulu 65,4
Lampung 65,5
Bangka Belitung 81,4
Kepulauan Riau 67,3
DKI Jakarta 72,9
Jawa Barat 75,7
Jawa Tengah 78,6
DI Yogyakarta 91,1
Jawa Timur 78,7
Banten 69,3
Bali 58,5
Nusa Tenggara Barat 70,7
Nusa Tenggara Timur 62,3
Kalimantan Barat 50,9
Kalimantan Tengah 59,7
Kalimantan Selatan 70,1
Kalimantan Timur 72,7
Sulawesi Utara 74,3
Sulawesi Tengah 53,5
Sulawesi Selatan 69,9
Sulawesi Tenggara 61,3
Gorontalo 68,9
Sulawesi Barat 53,5
Maluku 50,4
Maluku Utara 49,6
Papua Barat 49,3
Papua 55,0
Indonesia 69,8
Sumber: Riskesdas 2010, Litbangkes
119
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 13. Persentase Balita yang Pernah Diberi ASI menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010

Provinsi
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
L P L+P L P L+P L P L+P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 94,88 93,30 94,06 96,52 97,37 96,92 96,09 96,16 96,12
Sumatera Utara 91,00 90,53 90,77 94,94 96,64 95,77 93,11 93,84 93,46
Sumatera Barat 98,20 96,21 97,23 97,25 98,53 97,87 97,62 97,64 97,63
Riau 92,56 93,57 93,01 94,57 96,48 95,47 93,76 95,39 94,51
Jambi 92,77 93,23 92,99 96,88 95,78 96,35 95,64 95,02 95,34
Sumatera Selatan 92,38 92,41 92,40 96,63 97,54 97,04 95,18 95,61 95,38
Bengkulu 94,96 96,95 95,96 98,87 96,96 97,95 97,67 96,96 97,32
Lampung 94,28 95,31 94,75 94,50 96,65 95,54 94,44 96,31 95,33
Bangka Belitung 87,86 85,69 86,76 90,88 92,42 91,61 89,59 89,30 89,45
Kepulauan Riau 84,46 85,20 84,79 78,16 82,89 80,50 83,64 84,84 84,18
DKI Jakarta 91,90 91,76 91,83 - - - 91,90 91,76 91,83
Jawa Barat 93,74 95,56 94,63 96,22 96,23 96,22 94,55 95,77 95,14
Jawa Tengah 94,63 96,64 95,62 97,07 96,93 97,00 95,96 96,80 96,37
DI Yogyakarta 97,01 98,29 97,67 99,28 96,26 97,90 97,75 97,73 97,74
Jawa Timur 89,08 92,53 90,81 93,05 93,96 93,48 91,12 93,22 92,14
Banten 87,09 91,76 89,37 95,97 96,38 96,16 90,19 93,25 91,65
Bali 94,93 95,00 94,96 95,44 97,07 96,22 95,12 95,79 95,44
Nusa Tenggara Barat 97,47 97,35 97,41 98,18 98,14 98,16 97,90 97,80 97,86
Nusa Tenggara Timur 95,66 95,84 95,74 98,51 98,37 98,44 98,07 97,97 98,02
Kalimantan Barat 85,07 83,73 84,47 93,97 96,04 94,92 91,36 92,52 91,89
Kalimantan Tengah 88,14 88,57 88,34 94,09 93,78 93,94 91,97 92,06 92,02
Kalimantan Selatan 92,35 94,13 93,18 95,69 95,68 95,68 94,24 95,03 94,62
Kalimantan Timur 93,62 93,64 93,63 92,93 93,81 93,36 93,36 93,70 93,53
Sulawesi Utara 90,84 89,77 90,32 89,62 93,26 91,43 90,19 91,68 90,92
Sulawesi Tengah 89,95 91,01 90,47 93,86 93,83 93,85 92,95 93,18 93,06
Sulawesi Selatan 92,98 91,30 92,15 96,60 97,27 96,93 95,34 95,22 95,28
Sulawesi Tenggara 93,,50 94,75 94,10 97,29 98,77 98,03 96,25 97,72 96,97
Gorontalo 94,03 90,61 92,52 90,61 94,25 92,31 91,70 93,16 92,38
Sulawesi Barat 95,31 99,51 97,17 97,80 95,72 96,72 97,20 96,44 96,82
Maluku 87,35 95,05 90,88 96,08 96,99 96,51 93,15 96,36 94,65
Maluku Utara 94,51 94,17 94,36 95,16 95,35 95,25 94,99 95,08 95,03
Papua Barat 87,18 89,53 88,11 91,79 96,37 93,94 89,63 93,66 91,39
Papua 90,98 92,02 91,47 93,85 92,09 93,04 93,16 92,07 92,65
Indonesia 92,19 93,68 92,92 95,53 96,15 95,82 93,89 94,92 94,39
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : L= Laki-Laki, P= Perempuan
Profil Anak Indonesia 2011
120
Tabel 14. Rata-Rata Lama Pemberian ASI (Bulan) menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010

Provinsi
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
L P L+P L P L+P L P L+P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 15,33 15,63 15,48 16,67 16,38 16,53 16,29 16,16 16,23
Sumatera Utara 13,47 13,58 13,52 14,60 14,70 14,65 14,09 14,20 14,14
Sumatera Barat 15,67 16,06 15,86 16,10 16,30 16,20 15,94 16,21 16,07
Riau 15,67 15,15 15,43 16,43 16,30 16,37 16,13 15,86 16,00
Jambi 15,21 14,41 14,81 16,20 16,72 16,44 15,92 15,99 15,95
Sumatera Selatan 14,87 15,17 15,02 17,31 16,77 17,05 16,50 16,20 16,36
Bengkulu 15,21 16,31 15,78 16,38 16,74 16,54 16,04 16,59 16,30
Lampung 15,10 15,15 15,13 15,48 16,04 15,75 15,39 15,82 15,59
Bangka Belitung 14,05 14,35 14,20 15,70 15,65 15,68 14,98 15,05 15,01
Kepulauan Riau 13,77 12,97 13,40 15,36 16,98 16,14 13,99 13,55 13,78
DKI Jakarta 14,21 14,67 14,44 - - - 14,21 14,67 14,44
Jawa Barat 16,06 16,25 16,15 17,54 17,13 17,34 16,55 16,53 16,54
Jawa Tengah 15,86 16,52 16,18 17,37 17,63 17,50 16,69 17,12 16,90
DI Yogyakarta 14,93 16,48 15,69 17,60 17,58 17,59 15,82 16,82 16,30
Jawa Timur 14,39 15,07 14,72 17,40 16,77 17,10 15,94 15,92 15,93
Banten 14,58 14,53 14,56 16,51 16,07 16,31 15,29 15,04 15,17
Bali 15,13 14,96 15,05 15,96 16,20 16,08 15,44 15,45 15,44
Nusa Tenggara Barat 16,37 16,55 16,46 16,79 16,86 16,82 16,62 16,73 16,68
Nusa Tenggara Timur 14,86 14,71 14,79 16,21 16,40 16,30 16,00 16,13 16,06
Kalimantan Barat 15,52 14,91 15,24 19,37 20,00 19,66 18,32 18,61 18,46
Kalimantan Tengah 16,77 16,69 16,73 17,53 17,71 17,62 17,27 17,38 17,32
Kalimantan Selatan 15,39 15,58 15,48 17,40 17,36 17,38 16,56 16,61 16,59
Kalimantan Timur 15,29 15,07 15,18 16,58 18,00 17,28 15,75 16,16 15,95
Sulawesi Utara 15,56 15,33 15,45 15,15 15,36 15,26 15,35 15,35 15,35
Sulawesi Tengah 13,94 14,81 14,39 17,60 16,48 17,04 16,79 16,10 16,44
Sulawesi Selatan 15,30 15,20 15,25 15,58 16,14 15,85 15,48 15,82 15,65
Sulawesi Tenggara 15,11 15,32 15,21 15,94 15,97 15,95 15,73 15,80 15,77
Gorontalo 14,41 15,61 14,94 16,72 17,51 17,08 15,98 16,91 16,39
Sulawesi Barat 16,62 15,41 16,08 16,91 17,90 17,40 16,85 17,40 17,11
Maluku 14,66 13,90 14,30 13,91 14,19 14,05 14,16 14,10 14,13
Maluku Utara 14,81 14,20 14,49 14,74 14,58 14,66 14,76 14,48 14,62
Papua Barat 16,76 15,21 16,06 15,46 16,,15 15,78 16,03 15,75 15,90
Papua 15,23 14,80 15,02 17,49 17,00 17,26 16,90 16,38 16,65
Indonesia 15,19 15,45 15,32 16,73 16,70 16,72 15,99 16,09 16,03
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : L= Laki-Laki, P= Perempuan
121
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 15. Rata-Rata Lama Pemberian ASI tanpa Makanan Tambahan dan ASI dengan Makanan Tambahan
menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2010

Provinsi
ASI tanpa Makanan Tambahan ASI dengan Makanan Tambahan
Perkotaan Perdesaan
Perkotaan+
Perdesaan
Perkotaan Perdesaan
Perkotaan+
Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 3,95 3,40 3,56 11,53 13,13 12,67
Sumatera Utara 3,81 4,22 4,04 9,71 10,42 10,10
Sumatera Barat 4,71 4,68 4,69 11,15 11,52 11,38
Riau 4,50 4,95 4,78 10,93 11,42 11,23
Jambi 4,73 4,83 4,80 10,08 11,61 11,15
Sumatera Selatan 4,27 5,11 4,82 10,74 11,94 11,53
Bengkulu 4,73 4,60 4,64 11,06 11,94 11,66
Lampung 5,08 4,60 4,72 10,05 11,15 10,88
Bangka Belitung 4,71 4,50 4,59 9,49 11,18 10,42
Kepulauan Riau 4,28 4,39 4,29 9,12 11,75 9,49
DKI Jakarta 4,22 - 4,22 10,22 - 10,22
Jawa Barat 4,30 3,87 4,16 11,86 13,47 12,38
Jawa Tengah 3,21 3,48 3,36 12,97 14,02 13,54
DI Yogyakarta 4,09 4,22 4,13 11,59 13,37 12,17
Jawa Timur 3,78 3,53 3,65 10,95 13,56 12,28
Banten 4,26 3,15 3,87 10,30 13,15 11,29
Bali 3,40 3,47 3,43 11,65 12,61 12,02
Nusa Tenggara Barat 5,08 4,84 4,94 11,39 11,98 11,74
Nusa Tenggara Timur 4,78 4,90 4,88 10,01 11,40 11,18
Kalimantan Barat 3,88 4,47 4,31 11,36 15,19 14,14
Kalimantan Tengah 4,88 5,20 5,09 11,86 12,42 12,23
Kalimantan Selatan 4,06 4,09 4,08 11,42 13,29 12,51
Kalimantan Timur 4,44 5,17 4,71 10,74 12,12 11,24
Sulawesi Utara 5,34 4,82 5,06 10,11 10,44 10,29
Sulawesi Tengah 4,19 4,09 4,12 10,19 12,94 12,32
Sulawesi Selatan 4,92 4,91 4,91 10,33 10,95 10,73
Sulawesi Tenggara 4,36 4,10 4,16 10,86 11,86 11,60
Gorontalo 4,15 3,65 3,81 10,80 13,43 12,58
Sulawesi Barat 4,84 5,14 5,08 11,24 12,26 12,04
Maluku 4,68 4,87 4,81 9,62 9,18 9,32
Maluku Utara 4,92 4,31 4,46 9,57 10,35 10,15
Papua Barat 4,40 4,56 4,49 11,66 11,22 11,41
Papua 4,88 5,92 5,64 10,14 11,34 11,02
Indonesia 4,13 4,19 4,16 11,19 12,53 11,87
Sumber : Susenas 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
122
Tabel 16. Persentase Balita yang Pernah Diimunisasi menurut Provinsi, Jenis Kelamin
dan Tipe Daerah, 2010
Provinsi
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
L P L+P L P L+P L P L+P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 93,3 93,4 93,3 90,4 90,9 90,6 91,2 91,6 91,4
Sumatera Utara 93,5 92,6 93,0 87,5 87,2 87,4 90,3 89,7 90,0
Sumatera Barat 94,8 94,3 94,5 92,4 91,0 91,7 93,3 92,2 92,8
Riau 95,3 97,2 96,1 90,2 89,9 90,1 92,3 92,7 92,5
Jambi 94,5 95,5 95,0 93,0 93,2 93,1 93,4 93,9 93,7
Sumatera Selatan 96,7 96,0 96,4 93,5 95,0 94,2 94,6 95,3 95,0
Bengkulu 97,4 96,3 96,9 94,1 94,2 94,1 95,1 94,9 95,0
Lampung 98,5 96,4 97,5 96,5 95,0 95,8 97,0 95,4 96,2
Bangka Belitung 96,4 96,0 96,2 89,8 90,9 90,3 92,8 93,3 93,0
Kepulauan Riau 97,9 95,4 96,7 94,7 94,4 94,6 97,4 95,2 96,4
DKI Jakarta 98,0 98,5 98,3 - - - 98,0 98,5 98,3
Jawa Barat 97,0 96,9 96,9 96,0 95,6 95,8 96,6 96,5 96,6
Jawa Tengah 98,8 98,8 98,8 98,1 98,3 98,2 98,4 98,6 98,5
DI Yogyakarta 97,2 97,9 97,6 99,6 100,0 99,8 98,0 98,5 98,3
Jawa Timur 98,5 98,3 98,4 94,6 93,2 93,9 96,5 95,7 96,1
Banten 95,4 93,9 94,7 91,1 89,6 90,4 93,9 92,6 93,3
Bali 99,2 99,8 99,5 99,2 99,0 99,1 99,2 99,5 99,4
Nusa Tenggara Barat 98,3 99,0 98,7 96,4 97,4 96,9 97,1 98,1 97,6
Nusa Tenggara Timur 97,2 97,3 97,3 93,5 93,6 93,5 94,1 94,2 94,1
Kalimantan Barat 92,1 92,3 92,2 90,9 90,1 90,5 91,3 90,7 91,0
Kalimantan Tengah 90,8 94,2 92,4 87,9 89,7 88,8 89,0 91,3 90,1
Kalimantan Selatan 90,8 93,6 92,1 91,3 90,8 91,0 91,1 92,0 91,5
Kalimantan Timur 97,5 98,9 98,1 97,3 95,5 96,4 97,4 97,6 97,5
Sulawesi Utara 97,3 98,2 97,8 98,2 98,1 98,1 97,8 98,1 98,0
Sulawesi Tengah 95,1 95,3 95,2 91,2 88,1 89,6 92,1 89,8 90,9
Sulawesi Selatan 95,9 96,3 96,1 91,5 90,4 91,0 93,1 92,5 92,8
Sulawesi Tenggara 95,5 95,8 95,6 90,4 89,9 90,1 91,7 91,4 91,6
Gorontalo 97,1 96,9 97,0 93,5 93,8 93,7 94,7 94,8 94,7
Sulawesi Barat 92,9 91,6 92,3 78,2 76,7 77,4 81,6 79,7 80,7
Maluku 92,5 89,1 91,0 80,4 81,7 81,0 84,5 84,1 84,3
Maluku Utara 96,9 97,8 97,4 90,9 92,8 91,9 92,5 94,1 93,3
Papua Barat 91,5 93,6 92,4 95,7 95,2 95,5 93,8 94,5 94,1
Papua 96,3 96,3 96,3 61,1 64,4 62,7 70,7 73,3 71,9
Indonesia 96,8 96,8 96,8 92,9 92,6 92,8 94,8 94,7 94,8
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : L= Laki-Laki, P= Perempuan
123
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 17. Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Jenis Imunisasi, 2010

Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
BCG DPT Polio Campak BCG DPT Polio Campak BCG DPT Polio Campak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 86,46 84,52 88,28 74,14 87,83 84,91 87,00 74,34 87,12 84,70 87,66 74,24
Sumatera Utara 86,78 83,57 85,52 72,46 85,93 83,50 85,59 72,73 86,37 83,54 85,56 72,59
Sumatera Barat 90,72 87,03 88,17 72,29 89,47 85,39 87,08 72,58 90,11 86,24 87,64 72,43
Riau 88,92 86,49 88,43 77,36 88,64 85,72 87,95 77,73 88,79 86,13 88,20 77,53
Jambi 90,57 87,42 87,88 77,28 91,74 88,54 88,90 76,21 91,13 87,95 88,37 76,77
Sumatera Selatan 91,58 89,35 89,15 77,48 92,91 88,15 89,18 77,98 92,21 88,78 89,17 77,72
Bengkulu 93,09 89,90 89,72 78,55 93,18 89,98 90,42 80,80 93,13 89,94 90,05 79,62
Lampung 95,81 92,94 92,89 79,54 94,70 93,06 92,73 80,59 95,28 93,00 92,82 80,04
Bangka Belitung 88,74 84,58 87,68 75,48 90,36 87,88 88,62 76,44 89,53 86,19 88,14 75,95
Kepulauan Riau 95,89 91,82 93,80 82,26 93,38 89,03 92,76 78,80 94,73 90,53 93,32 80,66
DKI Jakarta 97,05 94,86 93,86 81,29 97,73 96,13 94,65 79,64 97,38 95,49 94,25 80,47
Jawa Barat 94,89 92,39 92,43 79,55 95,07 92,23 92,19 78,06 94,98 92,31 92,31 78,82
Jawa Tengah 97,62 94,02 94,93 80,78 97,54 94,32 94,76 80,91 97,58 94,16 94,85 80,84
DI Yogyakarta 97,10 92,51 93,52 80,92 98,18 94,45 94,39 83,90 97,62 93,45 93,94 82,36
Jawa Timur 94,81 91,31 91,59 78,83 93,87 90,93 91,83 78,57 94,36 91,13 91,70 78,70
Banten 90,47 87,58 89,44 74,27 88,48 85,59 87,94 73,49 89,51 86,62 88,72 73,90
Bali 98,80 94,87 95,33 81,68 99,09 96,18 97,15 83,41 98,94 95,49 96,19 82,50
Nusa Tenggara Barat 94,88 91,56 92,42 80,29 97,01 92,72 94,86 80,78 95,94 92,14 93,64 80,54
Nusa Tenggara Timur 92,44 90,09 90,89 78,91 91,96 90,26 90,66 79,54 92,21 90,17 90,78 79,21
Kalimantan Barat 88,78 86,27 87,17 75,05 87,79 86,29 86,74 73,66 88,32 86,28 86,97 74,41
Kalimantan Tengah 85,17 82,12 84,33 74,29 87,95 85,94 86,82 75,93 86,51 83,96 85,53 75,08
Kalimantan Selatan 89,04 86,30 87,87 74,09 89,36 85,49 86,10 71,15 89,20 85,91 87,02 72,67
Kalimantan Timur 95,85 93,99 93,87 82,71 96,39 93,72 93,98 84,09 96,11 93,86 93,92 83,37
Sulawesi Utara 96,62 92,45 93,04 83,14 97,69 95,28 94,91 83,87 97,14 93,82 93,95 83,50
Sulawesi Tengah 89,03 85,99 87,79 76,63 86,87 84,40 85,83 72,96 87,94 85,19 86,80 74,78
Sulawesi Selatan 91,38 88,11 88,25 76,28 90,97 87,94 88,44 77,04 91,18 88,03 88,34 76,65
Sulawesi Tenggara 90,03 86,90 88,38 77,46 89,69 87,00 87,34 76,26 89,86 86,95 87,86 76,87
Gorontalo 93,19 88,75 90,68 76,85 93,47 90,34 91,55 80,59 93,31 89,46 91,07 78,51
Sulawesi Barat 76,18 73,06 76,51 65,62 76,87 75,71 76,79 69,42 76,51 74,33 76,65 67,45
Maluku 79,48 76,18 78,06 69,21 79,27 77,43 78,97 68,49 79,38 76,77 78,49 68,87
Maluku Utara 88,15 86,36 87,89 78,31 90,16 86,43 88,96 77,15 89,19 86,39 88,44 77,71
Papua Barat 92,27 90,15 90,44 78,45 92,16 88,64 89,36 76,42 92,22 89,47 89,96 77,54
Papua 66,27 64,54 67,26 58,88 70,36 66,58 69,22 59,59 68,21 65,51 68,19 59,22
Indonesia
92,76 89,77 90,55 77,78 92,71 89,81 90,58 77,55
92,73 89,79 90,56 77,67
Sumber : Susenas 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
124
Tabel 18. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Terganggu Aktivitas Sehari-hari
menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010

Provinsi
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
L P L+P L P L+P L P L+P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 19,02 19,04 19,03 20,97 21,62 21,28 20,46 20,92 20,68
Sumatera Utara 14,42 13,59 14,01 16,08 15,43 15,77 15,33 14,57 14,96
Sumatera Barat 13,08 13,77 13,42 16,11 15,35 15,74 14,97 14,75 14,87
Riau 16,06 15,56 15,82 14,95 17,41 16,13 15,38 16,70 16,01
Jambi 17,13 15,35 16,25 15,83 14,80 15,35 16,21 14,97 15,61
Sumatera Selatan 10,89 10,59 10,74 13,14 13,38 13,25 12,39 12,40 12,40
Bengkulu 15,30 17,17 16,23 20,73 19,47 20,12 19,09 18,74 18,92
Lampung 19,24 17,32 18,30 18,07 17,02 17,57 18,37 17,10 17,76
Bangka Belitung 16,76 18,55 17,63 13,34 14,26 13,79 14,89 16,22 15,54
Kepulauan Riau 21,89 18,39 20,19 23,64 23,37 23,51 22,21 19,24 20,77
DKI Jakarta 18,75 16,84 17,79 - - - 18,75 16,84 17,79
Jawa Barat 17,47 17,21 17,35 15,78 15,45 15,62 16,88 16,61 16,75
Jawa Tengah 16,78 15,79 16,30 15,89 15,98 15,93 16,28 15,89 16,10
DI Yogyakarta 15,81 17,00 16,40 23,67 22,76 23,24 18,50 18,86 18,68
Jawa Timur 16,23 15,31 15,79 17,31 17,09 17,21 16,80 16,23 16,52
Banten 14,76 13,93 14,36 15,04 14,87 14,96 14,86 14,27 14,57
Bali 26,11 23,48 24,82 28,43 30,80 29,53 27,07 26,31 26,71
Nusa Tenggara Barat 21,81 21,79 21,80 17,73 17,66 17,70 19,37 19,35 19,36
Nusa Tenggara Timur 18,22 17,96 18,09 28,51 29,54 29,00 26,78 27,41 27,08
Kalimantan Barat 14,34 14,01 14,18 22,42 20,13 21,33 20,12 18,31 19,26
Kalimantan Tengah 16,80 15,35 16,08 19,56 20,01 19,77 18,68 18,42 18,55
Kalimantan Selatan 15,96 15,10 15,54 16,67 16,66 16,66 16,38 16,02 16,21
Kalimantan Timur 16,56 17,15 16,84 17,93 17,20 17,58 17,09 17,17 17,13
Sulawesi Utara 19,86 20,40 20,12 23,99 25,34 24,63 22,12 23,10 22,59
Sulawesi Tengah 31,79 29,81 30,80 28,04 28,90 28,45 28,87 29,11 28,99
Sulawesi Selatan 17,39 17,08 17,24 15,78 15,94 15,86 16,34 16,35 16,35
Sulawesi Tenggara 20,62 20,62 20,62 22,49 20,79 21,66 22,01 20,75 21,39
Gorontalo 22,72 20,50 21,64 34,24 32,10 33,23 30,49 28,15 29,38
Sulawesi Barat 19,20 21,70 20,43 21,57 20,51 21,06 21,06 20,77 20,92
Maluku 18,49 17,75 18,15 20,35 21,79 21,04 19,72 20,49 20,09
Maluku Utara 28,51 25,01 26,79 22,62 21,78 22,21 24,04 22,57 23,33
Papua Barat 20,85 21,77 21,26 17,81 18,42 18,09 18,66 19,33 18,97
Papua 16,78 15,92 16,36 17,72 17,72 17,72 17,51 17,28 17,40
Indonesia 17,10 16,40 16,76 17,94 17,81 17,88 17,54 17,13 17,34
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : L= Laki-Laki, P= Perempuan
125
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 19. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Jenis Keluhan Terbesar
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2010
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
Batuk Pilek Panas
Lain
nya
Batuk Pilek Panas
Lain
nya
Batuk Pilek Panas
Lain
nya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 58,95 58,16 66,41 13,27 57,26 57,15 66,13 13,59 58,12 57,66 66,27 13,42
Sumatera Utara 59,86 57,48 62,56 13,85 59,02 58,82 61,62 12,56 59,45 58,13 62,10 13,23
Sumatera Barat 50,05 52,96 57,92 17,33 49,97 51,80 55,76 17,95 50,01 52,40 56,87 17,63
Riau 59,23 63,19 57,09 8,59 58,24 64,09 57,19 9,18 58,74 63,64 57,14 8,88
Jambi 56,17 56,68 50,37 17,69 55,51 59,23 47,40 14,70 55,86 57,87 48,98 16,30
Sumatera Selatan 58,73 59,74 48,60 15,43 56,60 62,05 48,99 15,69 57,73 60,83 48,78 15,56
Bengkulu 59,00 60,74 48,91 19,82 56,23 59,98 44,49 18,65 57,65 60,37 46,76 19,25
Lampung 66,08 68,88 50,89 14,55 66,06 68,55 50,18 13,71 66,07 68,72 50,55 14,15
Bangka Belitung 58,08 63,22 49,73 18,02 57,43 62,23 47,10 16,35 57,76 62,73 48,42 17,19
Kepulauan Riau 66,54 63,77 60,26 14,31 65,65 70,61 51,20 13,59 66,12 66,98 56,00 13,97
DKI Jakarta 67,82 66,66 48,81 13,34 66,69 67,00 45,99 15,78 67,27 66,82 47,45 14,52
Jawa Barat 57,15 60,32 56,69 16,35 55,59 60,18 55,63 15,78 56,38 60,25 56,17 16,07
Jawa Tengah 61,48 65,49 50,71 17,90 62,82 68,92 50,56 16,80 62,14 67,19 50,63 17,35
DI Yogyakarta 61,06 60,22 44,65 18,08 64,71 65,06 46,19 19,61 62,89 62,65 45,42 18,85
Jawa Timur 59,15 60,18 53,77 18,62 57,91 59,68 51,02 18,21 58,56 59,94 52,45 18,42
Banten 53,78 61,92 52,44 18,30 53,59 61,54 47,06 17,34 53,69 61,73 49,81 17,83
Bali 61,79 63,50 69,32 17,52 57,36 61,01 64,46 17,12 59,69 62,32 67,02 17,33
Nusa Tenggara Barat 50,30 51,70 57,71 25,71 51,28 55,41 64,19 22,25 50,77 53,47 60,81 24,05
Nusa Tenggara Timur 69,10 68,85 58,91 16,78 68,57 68,31 57,50 16,30 68,85 68,59 58,24 16,55
Kalimantan Barat 54,35 57,84 54,42 16,67 54,47 60,46 51,90 16,44 54,41 59,04 53,26 16,56
Kalimantan Tengah 53,52 58,23 49,59 12,37 55,30 60,24 49,66 11,17 54,38 59,21 49,62 11,79
Kalimantan Selatan 55,58 58,47 55,04 16,42 54,32 57,63 49,89 16,21 54,95 58,05 52,47 16,31
Kalimantan Timur 61,22 65,88 53,21 14,88 59,52 66,84 49,96 14,84 60,39 66,35 51,63 14,86
Sulawesi Utara 57,56 52,15 61,19 13,63 54,91 52,99 58,70 14,11 56,24 52,57 59,94 13,87
Sulawesi Tengah 49,15 47,83 64,25 17,53 49,87 50,19 65,13 15,58 49,50 48,98 64,68 16,58
Sulawesi Selatan 42,96 47,20 55,85 20,55 42,49 48,88 54,27 19,06 42,73 48,03 55,07 19,81
Sulawesi Tenggara 46,00 43,47 60,90 16,70 41,74 43,77 54,09 18,85 43,96 43,62 57,64 17,73
Gorontalo 54,43 40,07 81,46 14,67 54,48 47,18 78,18 16,36 54,45 43,38 79,93 15,46
Sulawesi Barat 35,61 42,90 52,57 19,40 34,86 46,18 51,36 23,88 35,26 44,46 52,00 21,53
Maluku 56,08 53,43 62,16 13,82 54,09 52,97 61,17 15,19 55,13 53,21 61,69 14,48
Maluku Utara 49,31 40,97 64,62 16,24 51,27 40,96 63,06 15,63 50,24 40,96 63,88 15,95
Papua Barat 56,28 54,45 55,98 23,11 56,85 54,49 55,35 21,42 56,55 54,46 55,68 22,30
Papua 50,02 59,45 42,43 19,02 48,86 60,54 43,40 18,79 49,49 59,94 42,87 18,91
Indonesia 57,99 60,02 55,18 16,76 57,31 60,90 53,65 16,30 57,66 60,45 54,44 16,53
Sumber : Susenas 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
126
Tabel 20. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2010

Provinsi
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
L P L+P L P L+P L P L+P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 70,82 67,35 69,06 67,94 68,58 68,25 68,65 68,25 68,46
Sumatera Utara 65,33 64,15 64,75 69,36 72,03 70,64 67,64 68,53 68,07
Sumatera Barat 56,93 53,23 55,09 62,48 61,43 61,98 60,52 58,42 59,50
Riau 62,23 64,80 63,49 76,24 72,85 74,54 70,44 69,63 70,03
Jambi 68,07 72,17 70,05 75,03 73,67 74,41 72,92 73,18 73,04
Sumatera Selatan 75,98 78,02 76,97 72,68 74,90 73,72 73,85 76,05 74,89
Bengkulu 65,99 68,59 67,34 74,82 73,21 74,06 72,31 71,71 72,02
Lampung 70,95 63,71 67,41 66,00 67,84 66,87 67,24 66,75 67,01
Bangka Belitung 66,53 64,76 65,64 68,64 74,45 71,49 67,57 69,43 68,49
Kepulauan Riau 80,82 78,24 79,60 68,34 69,78 69,00 78,45 76,71 77,63
DKI Jakarta 53,17 52,38 52,79 - - - 53,17 52,38 52,79
Jawa Barat 63,49 66,86 65,17 70,34 73,43 71,82 65,84 68,99 67,39
Jawa Tengah 54,45 53,61 54,03 55,14 58,14 56,62 54,83 56,08 55,45
DI Yogyakarta 51,01 52,29 51,68 36,13 42,39 38,98 45,50 49,26 47,39
Jawa Timur 53,06 55,42 54,19 53,77 52,74 53,28 53,42 54,05 53,72
Banten 69,72 71,13 70,42 77,08 80,30 78,60 72,40 74,29 73,32
Bali 49,91 55,54 52,58 53,14 59,63 56,21 51,31 57,31 54,15
Nusa Tenggara Barat 55,79 55,66 55,73 57,49 61,23 59,29 56,68 58,62 57,61
Nusa Tenggara Timur 67,38 62,53 64,96 60,68 60,33 60,52 61,67 60,68 61,20
Kalimantan Barat 66,82 71,07 68,87 73,44 73,37 73,41 71,72 72,71 72,18
Kalimantan Tengah 77,07 78,75 77,90 80,88 80,43 80,66 79,68 79,89 79,78
Kalimantan Selatan 78,50 80,23 79,35 80,00 80,78 80,40 79,36 80,55 79,96
Kalimantan Timur 67,94 69,83 68,87 62,59 68,91 65,59 66,03 69,52 67,72
Sulawesi Utara 57,07 60,98 59,04 68,68 64,25 66,48 63,83 62,86 63,35
Sulawesi Tengah 76,05 73,40 74,75 80,57 82,19 81,36 79,46 80,02 79,73
Sulawesi Selatan 68,06 66,18 67,10 65,75 64,72 65,25 66,57 65,28 65,93
Sulawesi Tenggara 68,49 69,47 68,98 76,11 75,12 75,64 74,05 73,45 73,76
Gorontalo 74,32 76,00 75,11 83,01 83,30 83,15 80,69 81,34 80,99
Sulawesi Barat 68,24 70,18 69,25 70,20 67,62 69,01 69,77 68,29 69,07
Maluku 62,14 59,93 61,15 80,59 78,12 79,37 74,46 72,79 73,66
Maluku Utara 70,46 70,28 70,38 77,16 79,73 78,39 75,41 77,41 76,36
Papua Barat 67,05 61,46 64,40 60,64 61,94 61,26 62,67 61,79 62,25
Papua 59,57 56,25 57,94 48,08 51,15 49,43 50,48 52,39 51,34
Indonesia 61,48 62,51 61,99 65,13 66,36 65,72 63,39 64,47 63,92
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : L= Laki-Laki, P= Perempuan
127
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 21. Persentase Anak umur 5-6 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perkotaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 48,7 51,3 0,0 100 44,9 55,0 0,1 100 46,8 53,1 0,1 100
Sumatera Utara 46,4 53,6 0,0 100 48,0 51,9 0,1 100 47,2 52,7 0,0 100
Sumatera Barat 62,5 37,5 0,0 100 62,8 37,2 0,0 100 62,6 37,4 0,0 100
Riau 59,3 40,7 0,0 100 63,1 36,9 0,0 100 61,2 38,8 0,0 100
Jambi 39,9 60,1 0,0 100 37,3 61,1 1,6 100 38,6 60,6 0,8 100
Sumatera Selatan 41,3 58,7 0,0 100 36,3 63,7 0,0 100 39,0 61,0 0,0 100
Bengkulu 60,2 39,8 0,0 100 47,7 52,3 0,0 100 53,5 46,5 0,0 100
Lampung 52,5 47,5 0,0 100 53,9 46,1 0,0 100 53,2 46,8 0,0 100
Bangka Belitung 47,1 52,9 0,0 100 38,7 61,3 0,0 100 43,2 56,8 0,0 100
Kepulauan Riau 69,1 30,9 0,0 100 70,2 29,8 0,0 100 69,7 30,3 0,0 100
DKI Jakarta 64,3 35,7 0,0 100 63,0 37,0 0,0 100 63,7 36,3 0,0 100
Jawa Barat 59,6 40,4 0,0 100 55,0 44,8 0,1 100 57,3 42,6 0,1 100
Jawa Tengah 49,3 50,7 0,0 100 48,9 51,0 0,1 100 49,1 50,9 0,0 100
DI Yogyakarta 65,2 34,8 0,0 100 64,9 35,1 0,0 100 65,1 34,9 0,0 100
Jawa Timur 66,8 33,2 0,0 100 63,4 36,1 0,5 100 65,1 34,6 0,3 100
Banten 54,1 45,9 0,0 100 52,8 47,2 0,0 100 53,4 46,6 0,0 100
Bali 57,8 42,2 0,0 100 56,6 43,4 0,0 100 57,2 42,8 0,0 100
Nusa Tenggara Barat 65,1 34,9 0,0 100 55,0 45,0 0,0 100 60,3 39,7 0,0 100
Nusa Tenggara Timur 46,5 53,4 0,1 100 40,8 58,9 0,3 100 43,4 56,3 0,2 100
Kalimantan Barat 51,6 48,4 0,0 100 46,7 53,3 0,0 100 49,3 50,7 0,0 100
Kalimantan Tengah 51,0 48,7 0,3 100 49,3 50,7 0,0 100 50,1 49,8 0,1 100
Kalimantan Selatan 55,1 44,5 0,4 100 50,8 49,2 0,0 100 53,1 46,6 0,2 100
Kalimantan Timur 49,3 50,7 0,0 100 53,1 46,2 0,7 100 51,0 48,6 0,3 100
Sulawesi Utara 30,8 66,6 2,5 100 26,5 73,5 0,0 100 28,5 70,3 1,2 100
Sulawesi Tengah 43,3 56,7 0,0 100 46,0 54,0 0,0 100 44,4 55,6 0,0 100
Sulawesi Selatan 55,3 44,7 0,0 100 48,3 51,7 0,0 100 52,1 47,9 0,0 100
Sulawesi Tenggara 45,5 54,5 0,0 100 36,4 63,6 0,0 100 41,1 58,9 0,0 100
Gorontalo 51,4 47,6 1,0 100 52,4 47,6 0,0 100 51,8 47,6 0,6 100
Sulawesi Barat 52,3 47,7 0,0 100 43,6 56,4 0,0 100 48,3 51,7 0,0 100
Maluku 27,7 72,3 0,0 100 26,9 73,1 0,0 100 27,4 72,6 0,0 100
Maluku Utara 40,9 59,1 0,0 100 42,7 57,3 0,0 100 41,8 58,2 0,0 100
Papua Barat 49,8 50,2 0,0 100 59,9 40,1 0,0 100 54,7 45,3 0,0 100
Papua 51,0 49,0 0,0 100 49,5 50,5 0,0 100 50,3 49,7 0,0 100
Indonesia 56,6 43,4 0,0 100 54,1 45,7 0,2 100 55,4 44,5 0,1 100

Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
Profil Anak Indonesia 2011
128
Tabel 22. Persentase Anak umur 5-6 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 51,8 48,2 0,0 100 57,5 42,5 0,0 100 54,3 45,7 0,0 100
Sumatera Utara 53,9 46,1 0,0 100 54,1 45,7 0,2 100 54,0 45,9 0,1 100
Sumatera Barat 71,5 28,2 0,3 100 68,3 31,7 0,0 100 69,9 30,0 0,2 100
Riau 68,6 31,4 0,0 100 64,4 35,6 0,0 100 66,6 33,4 0,0 100
Jambi 52,6 47,4 0,0 100 50,3 49,5 0,3 100 51,5 48,4 0,1 100
Sumatera Selatan 55,2 44,8 0,0 100 50,4 49,6 0,0 100 53,0 47,0 0,0 100
Bengkulu 59,1 40,9 0,0 100 48,2 51,8 0,0 100 53,2 46,8 0,0 100
Lampung 57,1 42,9 0,0 100 55,3 44,7 0,0 100 56,2 43,8 0,0 100
Bangka Belitung 47,5 52,2 0,3 100 44,6 55,4 0,0 100 46,1 53,7 0,2 100
Kepulauan Riau 59,3 40,7 0,0 100 40,7 59,3 0,0 100 51,4 48,6 0,0 100
DKI Jakarta - - - 100 - - - 100 - - - 100
Jawa Barat 71,6 28,4 0,0 100 62,9 36,5 0,6 100 67,6 32,1 0,3 100
Jawa Tengah 52,3 47,5 0,3 100 44,9 54,7 0,4 100 48,9 50,8 0,3 100
DI Yogyakarta 58,9 41,1 0,0 100 52,1 47,9 0,0 100 55,2 44,8 0,0 100
Jawa Timur 63,3 36,6 0,1 100 57,7 42,3 0,0 100 60,6 39,3 0,1 100
Banten 66,1 33,9 0,0 100 59,2 40,8 0,0 100 62,7 37,3 0,0 100
Bali 58,8 41,2 0,0 100 47,0 53,0 0,0 100 53,5 46,5 0,0 100
Nusa Tenggara Barat 63,7 36,3 0,0 100 47,0 53,0 0,0 100 56,1 43,9 0,0 100
Nusa Tenggara Timur 61,4 38,5 0,1 100 57,3 42,7 0,0 100 59,4 40,5 0,1 100
Kalimantan Barat 64,5 35,5 0,0 100 60,6 39,4 0,0 100 62,7 37,3 0,0 100
Kalimantan Tengah 56,3 43,4 0,3 100 52,7 47,3 0,0 100 54,4 45,4 0,2 100
Kalimantan Selatan 59,2 40,8 0,0 100 56,2 43,5 0,3 100 57,8 42,1 0,1 100
Kalimantan Timur 68,0 32,0 0,0 100 65,6 34,4 0,0 100 66,8 33,2 0,0 100
Sulawesi Utara 36,0 64,0 0,0 100 32,5 67,0 0,5 100 34,4 65,4 0,2 100
Sulawesi Tengah 54,6 45,0 0,4 100 59,3 40,7 0,0 100 56,8 43,0 0,2 100
Sulawesi Selatan 53,5 46,5 0,0 100 49,0 51,0 0,0 100 51,3 48,7 0,0 100
Sulawesi Tenggara 46,9 53,1 0,0 100 48,1 51,9 0,0 100 47,5 52,5 0,0 100
Gorontalo 58,4 41,6 0,0 100 59,4 40,6 0,0 100 58,9 41,1 0,0 100
Sulawesi Barat 69,0 31,0 0,0 100 64,2 35,8 0,0 100 66,8 33,2 0,0 100
Maluku 48,1 51,9 0,0 100 44,7 54,9 0,3 100 46,5 53,3 0,2 100
Maluku Utara 52,1 47,9 0,0 100 44,8 55,2 0,0 100 48,7 51,3 0,0 100
Papua Barat 70,4 29,6 0,0 100 60,6 39,4 0,0 100 65,5 34,5 0,0 100
Papua 81,0 18,8 0,2 100 77,8 22,0 0,2 100 79,5 20,4 0,2 100
Indonesia 60,5 39,4 0,1 100 55,7 44,1 0,2 100 58,2 41,6 0,1 100

Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
129
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 23. Persentase Anak umur 5-6 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 51,0 49,0 0,0 100 53,9 46,1 0,0 100 52,3 47,7 0,0 100
Sumatera Utara 50,7 49,3 0,0 100 51,3 48,5 0,2 100 51,0 48,9 0,1 100
Sumatera Barat 68,0 31,8 0,2 100 66,4 33,6 0,0 100 67,3 32,6 0,1 100
Riau 65,0 35,0 0,0 100 63,8 36,2 0,0 100 64,4 35,6 0,0 100
Jambi 49,1 50,9 0,0 100 46,6 52,7 0,7 100 47,9 51,8 0,3 100
Sumatera Selatan 50,7 49,3 0,0 100 46,0 54,0 0,0 100 48,5 51,5 0,0 100
Bengkulu 59,4 40,6 0,0 100 48,1 51,9 0,0 100 53,3 46,7 0,0 100
Lampung 55,9 44,1 0,0 100 54,9 45,1 0,0 100 55,4 44,6 0,0 100
Bangka Belitung 47,3 52,5 0,2 100 42,2 57,8 0,0 100 44,9 55,0 0,1 100
Kepulauan Riau 67,2 32,8 0,0 100 66,2 33,8 0,0 100 66,7 33,3 0,0 100
DKI Jakarta 64,3 35,7 0,0 100 63,0 37,0 0,0 100 63,7 36,3 0,0 100
Jawa Barat 64,2 35,8 0,0 100 57,8 41,9 0,3 100 61,1 38,8 0,2 100
Jawa Tengah 51,0 48,9 0,1 100 46,8 52,9 0,3 100 49,0 50,8 0,2 100
DI Yogyakarta 63,7 36,3 0,0 100 61,0 39,0 0,0 100 62,4 37,6 0,0 100
Jawa Timur 64,9 35,0 0,1 100 60,4 39,3 0,3 100 62,8 37,1 0,2 100
Banten 58,1 41,9 0,0 100 54,9 45,1 0,0 100 56,6 43,4 0,0 100
Bali 58,2 41,8 0,0 100 53,2 46,8 0,0 100 55,7 44,3 0,0 100
Nusa Tenggara Barat 64,2 35,8 0,0 100 50,0 50,0 0,0 100 57,6 42,4 0,0 100
Nusa Tenggara Timur 59,1 40,8 0,1 100 54,3 45,7 0,1 100 56,7 43,2 0,1 100
Kalimantan Barat 60,6 39,4 0,0 100 56,6 43,4 0,0 100 58,7 41,3 0,0 100
Kalimantan Tengah 54,8 44,9 0,3 100 51,6 48,4 0,0 100 53,1 46,7 0,2 100
Kalimantan Selatan 57,5 42,3 0,2 100 54,0 45,8 0,2 100 55,9 43,9 0,2 100
Kalimantan Timur 56,1 43,9 0,0 100 58,2 41,4 0,4 100 57,1 42,7 0,2 100
Sulawesi Utara 33,9 65,1 1,1 100 29,6 70,1 0,3 100 31,8 67,5 0,7 100
Sulawesi Tengah 52,2 47,5 0,3 100 56,9 43,1 0,0 100 54,4 45,5 0,2 100
Sulawesi Selatan 54,2 45,8 0,0 100 48,8 51,2 0,0 100 51,6 48,4 0,0 100
Sulawesi Tenggara 46,5 53,5 0,0 100 45,0 55,0 0,0 100 45,8 54,2 0,0 100
Gorontalo 56,1 43,6 0,3 100 57,3 42,7 0,0 100 56,6 43,2 0,2 100
Sulawesi Barat 65,4 34,6 0,0 100 59,8 40,2 0,0 100 62,8 37,2 0,0 100
Maluku 41,6 58,4 0,0 100 39,5 60,3 0,2 100 40,6 59,3 0,1 100
Maluku Utara 49,6 50,4 0,0 100 44,2 55,8 0,0 100 47,0 53,0 0,0 100
Papua Barat 62,8 37,2 0,0 100 60,4 39,6 0,0 100 61,6 38,4 0,0 100
Papua 74,9 25,0 0,1 100 72,1 27,8 0,1 100 73,5 26,4 0,1 100
Indonesia 58,7 41,3 0,1 100 54,9 44,9 0,2 100 56,9 43,0 0,1 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
Profil Anak Indonesia 2011
130
Tabel 24. Persentase Anak umur 7-12 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perkotaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 0,8 98,8 0,3 100 0,3 99,7 0,0 100 0,6 99,3 0,2 100
Sumatera Utara 0,3 99,5 0,3 100 0,3 99,4 0,2 100 0,3 99,4 0,3 100
Sumatera Barat 0,6 98,6 0,8 100 0,4 99,0 0,6 100 0,5 98,8 0,7 100
Riau 1,4 98,3 0,4 100 0,2 99,8 0,0 100 0,8 99,0 0,2 100
Jambi 0,4 99,2 0,4 100 0,4 99,4 0,2 100 0,4 99,3 0,3 100
Sumatera Selatan 0,5 98,9 0,5 100 0,3 99,5 0,1 100 0,4 99,2 0,3 100
Bengkulu 0,5 98,7 0,8 100 0,0 99,9 0,1 100 0,3 99,2 0,5 100
Lampung 1,0 98,6 0,4 100 0,0 99,2 0,8 100 0,5 98,9 0,6 100
Bangka Belitung 0,6 97,5 1,9 100 0,3 99,7 0,0 100 0,5 98,6 1,0 100
Kepulauan Riau 0,3 99,6 0,1 100 0,3 99,6 0,1 100 0,3 99,6 0,1 100
DKI Jakarta 0,4 98,8 0,8 100 0,1 99,5 0,3 100 0,3 99,2 0,6 100
Jawa Barat 0,4 98,3 1,3 100 0,4 98,4 1,2 100 0,4 98,4 1,3 100
Jawa Tengah 0,8 98,7 0,4 100 0,5 99,3 0,2 100 0,7 99,0 0,3 100
DI Yogyakarta 0,1 99,9 0,0 100 0,0 100 0,0 100 0,1 99,9 0,0 100
Jawa Timur 0,9 98,7 0,4 100 0,6 99,3 0,1 100 0,7 99,0 0,3 100
Banten 1,4 97,8 0,7 100 0,4 98,8 0,8 100 1,0 98,3 0,7 100
Bali 0,5 99,3 0,2 100 0,3 99,3 0,4 100 0,4 99,3 0,3 100
Nusa Tenggara Barat 0,4 98,6 1,0 100 0,6 99,3 0,1 100 0,5 98,9 0,6 100
Nusa Tenggara Timur 0,5 98,4 1,1 100 0,6 98,5 0,9 100 0,6 98,5 1,0 100
Kalimantan Barat 1,2 98,5 0,4 100 0,1 99,5 0,4 100 0,7 99,0 0,4 100
Kalimantan Tengah 0,4 99,6 0,1 100 0,6 99,1 0,3 100 0,5 99,3 0,2 100
Kalimantan Selatan 1,6 97,4 1,0 100 1,3 98,2 0,5 100 1,4 97,8 0,8 100
Kalimantan Timur 0,9 98,8 0,3 100 0,6 99,3 0,2 100 0,7 99,1 0,2 100
Sulawesi Utara 0,5 97,7 1,8 100 0,1 99,5 0,5 100 0,3 98,5 1,2 100
Sulawesi Tengah 0,3 98,3 1,4 100 0,4 99,0 0,6 100 0,3 98,7 1,0 100
Sulawesi Selatan 1,7 96,2 2,2 100 1,1 98,1 0,8 100 1,4 97,2 1,5 100
Sulawesi Tenggara 1,0 98,4 0,6 100 0,2 98,3 1,5 100 0,6 98,4 1,0 100
Gorontalo 0,9 96,3 2,9 100 0,5 98,3 1,2 100 0,7 97,3 2,0 100
Sulawesi Barat 1,5 96,7 1,7 100 1,5 96,9 1,6 100 1,5 96,8 1,6 100
Maluku 0,2 99,3 0,4 100 0,9 98,3 0,8 100 0,5 98,8 0,6 100
Maluku Utara 1,1 97,7 1,2 100 1,1 98,3 0,7 100 1,1 97,9 1,0 100
Papua Barat 1,4 98,4 0,2 100 0,6 99,4 0,0 100 1,1 98,8 0,1 100
Papua 1,8 97,7 0,5 100 2,6 96,2 1,2 100 2,2 97,0 0,8 100
Indonesia 0,7 98,5 0,8 100 0,5 99,0 0,6 100 0,6 98,8 0,7 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
131
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 25. Persentase Anak umur 7-12 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 0,2 99,0 0,7 100 0,4 99,3 0,4 100 0,3 99,2 0,5 100
Sumatera Utara 1,2 98,2 0,6 100 0,9 98,7 0,4 100 1,1 98,4 0,5 100
Sumatera Barat 1,2 97,5 1,3 100 0,9 98,4 0,7 100 1,1 97,9 1,0 100
Riau 1,5 98,4 0,2 100 1,1 98,9 0,1 100 1,3 98,6 0,1 100
Jambi 1,2 97,1 1,8 100 0,5 98,8 0,7 100 0,9 97,9 1,2 100
Sumatera Selatan 1,4 96,8 1,9 100 1,1 98,1 0,8 100 1,2 97,4 1,4 100
Bengkulu 0,8 97,9 1,4 100 0,6 99,1 0,3 100 0,7 98,4 0,9 100
Lampung 0,7 98,6 0,6 100 0,8 98,7 0,6 100 0,7 98,7 0,6 100
Bangka Belitung 2,2 96,0 1,8 100 1,7 95,8 2,5 100 2,0 95,9 2,1 100
Kepulauan Riau 0,8 98,5 0,7 100 1,4 98,2 0,4 100 1,1 98,3 0,6 100
DKI Jakarta - - - - - - - - - - - -
Jawa Barat 0,9 97,7 1,4 100 0,3 98,7 1,0 100 0,6 98,2 1,2 100
Jawa Tengah 0,6 98,6 0,7 100 0,5 99,2 0,3 100 0,6 98,9 0,5 100
DI Yogyakarta 0,3 99,2 0,5 100 0,6 99,4 0,0 100 0,5 99,3 0,3 100
Jawa Timur 0,9 98,2 0,9 100 1,1 98,8 0,1 100 0,9 98,5 0,5 100
Banten 1,6 97,6 0,8 100 0,9 97,6 1,5 100 1,3 97,6 1,1 100
Bali 0,6 98,0 1,3 100 1,1 97,7 1,3 100 0,8 97,9 1,3 100
Nusa Tenggara Barat 1,3 97,6 1,1 100 0,7 98,1 1,2 100 1,0 97,8 1,1 100
Nusa Tenggara Timur 2,4 95,7 1,9 100 1,9 96,6 1,5 100 2,2 96,1 1,7 100
Kalimantan Barat 2,2 96,5 1,2 100 2,8 96,1 1,2 100 2,5 96,3 1,2 100
Kalimantan Tengah 1,0 98,6 0,3 100 1,0 98,1 0,9 100 1,0 98,4 0,6 100
Kalimantan Selatan 0,8 97,8 1,5 100 1,2 98,2 0,7 100 1,0 98,0 1,1 100
Kalimantan Timur 2,1 97,7 0,2 100 1,3 98,5 0,3 100 1,7 98,1 0,2 100
Sulawesi Utara 0,9 97,5 1,6 100 0,7 98,8 0,5 100 0,8 98,1 1,1 100
Sulawesi Tengah 1,6 97,0 1,5 100 1,1 97,5 1,4 100 1,4 97,2 1,4 100
Sulawesi Selatan 1,7 96,2 2,1 100 1,1 97,7 1,2 100 1,4 96,9 1,7 100
Sulawesi Tenggara 1,4 97,1 1,5 100 1,0 98,2 0,8 100 1,2 97,6 1,2 100
Gorontalo 1,3 95,9 2,8 100 0,9 97,5 1,7 100 1,1 96,6 2,3 100
Sulawesi Barat 3,4 95,1 1,5 100 2,5 96,3 1,2 100 3,0 95,7 1,3 100
Maluku 1,5 98,0 0,5 100 1,0 98,0 1,0 100 1,2 98,0 0,8 100
Maluku Utara 2,1 97,2 0,8 100 1,1 96,9 2,0 100 1,6 97,0 1,3 100
Papua Barat 3,2 92,6 4,1 100 4,5 87,8 7,6 100 3,8 90,5 5,7 100
Papua 28,3 71,5 0,2 100 28,6 70,2 1,2 100 28,4 70,9 0,6 100
Indonesia 1,9 97,1 1,1 100 1,5 97,7 0,7 100 1,7 97,4 0,9 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi

Profil Anak Indonesia 2011
132
Tabel 26. Persentase Anak umur 7-12 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 0,4 99,0 0,6 100 0,3 99,4 0,3 100 0,4 99,2 0,4 100
Sumatera Utara 0,8 98,8 0,5 100 0,6 99,0 0,3 100 0,7 98,9 0,4 100
Sumatera Barat 1,0 97,9 1,1 100 0,7 98,6 0,7 100 0,9 98,2 0,9 100
Riau 1,4 98,3 0,2 100 0,7 99,2 0,0 100 1,1 98,8 0,1 100
Jambi 1,0 97,6 1,4 100 0,5 98,9 0,6 100 0,8 98,3 1,0 100
Sumatera Selatan 1,1 97,4 1,4 100 0,8 98,6 0,6 100 1,0 98,0 1,0 100
Bengkulu 0,7 98,1 1,2 100 0,5 99,3 0,3 100 0,6 98,7 0,8 100
Lampung 0,8 98,6 0,6 100 0,6 98,8 0,6 100 0,7 98,7 0,6 100
Bangka Belitung 1,5 96,7 1,8 100 1,1 97,5 1,4 100 1,3 97,1 1,6 100
Kepulauan Riau 0,4 99,4 0,2 100 0,5 99,4 0,1 100 0,5 99,4 0,2 100
DKI Jakarta 0,4 98,8 0,8 100 0,1 99,5 0,3 100 0,3 99,2 0,6 100
Jawa Barat 0,6 98,1 1,3 100 0,4 98,5 1,1 100 0,5 98,3 1,2 100
Jawa Tengah 0,7 98,7 0,6 100 0,5 99,2 0,3 100 0,6 98,9 0,4 100
DI Yogyakarta 0,2 99,6 0,2 100 0,2 99,8 0,0 100 0,2 99,7 0,1 100
Jawa Timur 0,9 98,5 0,7 100 0,8 99,0 0,1 100 0,9 98,7 0,4 100
Banten 1,5 97,7 0,7 100 0,6 98,3 1,1 100 1,1 98,0 0,9 100
Bali 0,6 98,7 0,7 100 0,6 98,6 0,7 100 0,6 98,7 0,7 100
Nusa Tenggara Barat 1,0 98,0 1,0 100 0,7 98,6 0,8 100 0,8 98,3 0,9 100
Nusa Tenggara Timur 2,1 96,1 1,7 100 1,7 96,9 1,4 100 1,9 96,5 1,6 100
Kalimantan Barat 1,9 97,1 1,0 100 2,0 97,0 1,0 100 2,0 97,0 1,0 100
Kalimantan Tengah 0,8 98,9 0,2 100 0,9 98,4 0,7 100 0,9 98,7 0,5 100
Kalimantan Selatan 1,1 97,6 1,3 100 1,2 98,2 0,6 100 1,1 97,9 1,0 100
Kalimantan Timur 1,4 98,4 0,2 100 0,8 99,0 0,2 100 1,1 98,7 0,2 100
Sulawesi Utara 0,7 97,6 1,7 100 0,4 99,1 0,5 100 0,5 98,3 1,1 100
Sulawesi Tengah 1,3 97,2 1,4 100 1,0 97,8 1,2 100 1,1 97,5 1,3 100
Sulawesi Selatan 1,7 96,2 2,1 100 1,1 97,8 1,1 100 1,4 97,0 1,6 100
Sulawesi Tenggara 1,3 97,4 1,3 100 0,8 98,2 1,0 100 1,0 97,8 1,1 100
Gorontalo 1,2 96,0 2,8 100 0,7 97,8 1,5 100 0,9 96,9 2,2 100
Sulawesi Barat 3,1 95,4 1,5 100 2,3 96,5 1,3 100 2,7 95,9 1,4 100
Maluku 1,1 98,4 0,5 100 0,9 98,1 1,0 100 1,0 98,3 0,7 100
Maluku Utara 1,8 97,3 0,9 100 1,1 97,2 1,7 100 1,5 97,2 1,3 100
Papua Barat 2,5 95,0 2,5 100 2,8 92,9 4,3 100 2,6 94,0 3,3 100
Papua 23,3 76,4 0,3 100 22,8 76,0 1,2 100 23,1 76,2 0,7 100
Indonesia 1,3 97,7 0,9 100 1,0 98,3 0,7 100 1,2 98,0 0,8 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
133
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 27. Persentase Anak umur 13-15 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perkotaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 0,4 96,9 2,7 100 0,4 97,6 2,1 100 0,4 97,2 2,4 100
Sumatera Utara 0,2 93,1 6,7 100 0,5 95,8 3,8 100 0,3 94,4 5,3 100
Sumatera Barat 0,1 90,0 9,9 100 0,6 94,3 5,1 100 0,4 92,3 7,3 100
Riau 0,0 94,7 5,3 100 0,3 97,5 2,3 100 0,1 96,1 3,8 100
Jambi 0,0 92,9 7,1 100 0,3 92,6 7,1 100 0,2 92,7 7,1 100
Sumatera Selatan 1,6 90,5 7,9 100 0,7 94,7 4,6 100 1,1 92,7 6,2 100
Bengkulu 0,0 92,1 7,9 100 0,3 94,1 5,6 100 0,1 93,1 6,8 100
Lampung 0,1 89,3 10,6 100 0,6 92,9 6,5 100 0,4 91,0 8,6 100
Bangka Belitung 1,2 85,8 13,0 100 0,0 91,3 8,7 100 0,6 88,6 10,8 100
Kepulauan Riau 1,8 94,6 3,7 100 0,1 93,3 6,6 100 0,9 93,9 5,1 100
DKI Jakarta 0,0 92,6 7,4 100 0,5 90,4 9,1 100 0,2 91,5 8,3 100
Jawa Barat 0,4 86,3 13,4 100 0,4 86,4 13,2 100 0,4 86,3 13,3 100
Jawa Tengah 0,2 89,0 10,7 100 0,8 90,7 8,5 100 0,5 89,8 9,7 100
DI Yogyakarta 0,0 95,1 4,9 100 0,0 96,9 3,1 100 0,0 95,9 4,1 100
Jawa Timur 0,6 92,3 7,0 100 0,4 93,6 6,0 100 0,5 92,9 6,5 100
Banten 0,3 88,5 11,2 100 0,5 86,8 12,7 100 0,4 87,6 12,0 100
Bali 0,5 94,4 5,1 100 0,4 92,1 7,5 100 0,5 93,3 6,3 100
Nusa Tenggara Barat 0,3 87,3 12,4 100 1,0 88,2 10,8 100 0,6 87,7 11,7 100
Nusa Tenggara Timur 2,0 86,7 11,2 100 0,4 95,5 4,1 100 1,2 91,2 7,6 100
Kalimantan Barat 0,3 91,8 7,9 100 0,8 92,0 7,2 100 0,6 91,9 7,5 100
Kalimantan Tengah 2,5 88,8 8,7 100 0,4 94,5 5,0 100 1,4 91,8 6,8 100
Kalimantan Selatan 0,9 85,9 13,3 100 0,7 87,9 11,4 100 0,8 86,8 12,4 100
Kalimantan Timur 0,0 92,4 7,6 100 0,2 94,9 4,9 100 0,1 93,6 6,3 100
Sulawesi Utara 0,8 83,0 16,2 100 0,0 94,8 5,2 100 0,4 88,6 10,9 100
Sulawesi Tengah 1,0 86,9 12,1 100 0,5 94,7 4,8 100 0,7 90,9 8,4 100
Sulawesi Selatan 0,3 85,2 14,5 100 0,1 93,1 6,7 100 0,2 89,3 10,4 100
Sulawesi Tenggara 0,9 93,7 5,4 100 0,6 94,2 5,2 100 0,7 94,0 5,3 100
Gorontalo 0,0 80,0 20,0 100 0,0 92,1 7,9 100 0,0 85,9 14,1 100
Sulawesi Barat 1,1 79,8 19,1 100 0,0 82,7 17,3 100 0,6 81,2 18,2 100
Maluku 2,0 92,2 5,8 100 0,2 96,4 3,4 100 1,0 94,4 4,6 100
Maluku Utara 0,5 94,9 4,7 100 1,3 94,2 4,5 100 0,9 94,5 4,6 100
Papua Barat 1,2 94,6 4,2 100 0,0 100 0,0 100 0,7 96,7 2,5 100
Papua 0,7 95,8 3,4 100 2,9 92,1 5,0 100 1,9 93,9 4,2 100
Indonesia 0,4 89,6 10,0 100 0,5 90,9 8,6 100 0,5 90,2 9,3 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
Profil Anak Indonesia 2011
134
Tabel 28. Persentase Anak umur 13-15 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 0,4 92,9 6,7 100 0,5 95,8 3,7 100 0,5 94,3 5,3 100
Sumatera Utara 1,1 89,8 9,2 100 1,0 91,4 7,7 100 1,0 90,5 8,5 100
Sumatera Barat 0,7 84,9 14,4 100 1,3 90,8 7,9 100 0,9 87,8 11,2 100
Riau 0,9 90,0 9,1 100 1,4 89,4 9,1 100 1,1 89,7 9,1 100
Jambi 0,0 80,7 19,3 100 0,2 84,6 15,1 100 0,1 82,5 17,4 100
Sumatera Selatan 0,3 78,3 21,5 100 0,5 85,2 14,2 100 0,4 81,6 18,0 100
Bengkulu 0,8 85,1 14,1 100 0,3 87,1 12,6 100 0,5 86,0 13,4 100
Lampung 0,3 82,6 17,1 100 0,5 87,9 11,5 100 0,4 85,2 14,4 100
Bangka Belitung 3,0 68,9 28,0 100 1,2 77,4 21,4 100 2,1 73,1 24,8 100
Kepulauan Riau 0,2 78,5 21,3 100 0,0 92,2 7,8 100 0,1 84,8 15,0 100
DKI Jakarta - - - - - - - - - - - -
Jawa Barat 0,3 74,3 25,4 100 0,6 78,9 20,5 100 0,4 76,5 23,1 100
Jawa Tengah 0,6 79,8 19,6 100 0,2 84,1 15,7 100 0,4 81,8 17,8 100
DI Yogyakarta 0,0 86,0 14,0 100 0,0 94,3 5,7 100 0,0 90,0 10,0 100
Jawa Timur 0,1 84,6 15,3 100 1,1 86,2 12,7 100 0,6 85,3 14,1 100
Banten 2,6 72,9 24,4 100 2,2 72,3 25,5 100 2,4 72,6 25,0 100
Bali 0,9 87,5 11,6 100 2,5 79,5 18,1 100 1,6 83,8 14,6 100
Nusa Tenggara Barat 1,3 85,2 13,4 100 0,2 86,3 13,5 100 0,8 85,7 13,5 100
Nusa Tenggara Timur 1,8 78,5 19,7 100 1,4 79,1 19,5 100 1,6 78,7 19,6 100
Kalimantan Barat 1,1 82,2 16,8 100 0,9 80,7 18,4 100 1,0 81,5 17,6 100
Kalimantan Tengah 0,5 82,7 16,8 100 0,8 85,9 13,3 100 0,7 84,2 15,1 100
Kalimantan Selatan 0,6 76,0 23,4 100 0,3 76,7 23,0 100 0,5 76,3 23,2 100
Kalimantan Timur 0,9 90,1 9,0 100 1,6 92,0 6,3 100 1,2 90,9 7,9 100
Sulawesi Utara 0,6 87,2 12,2 100 0,3 92,0 7,7 100 0,5 89,4 10,1 100
Sulawesi Tengah 0,4 79,7 19,9 100 1,0 84,8 14,2 100 0,7 82,1 17,2 100
Sulawesi Selatan 1,0 78,5 20,5 100 1,1 79,2 19,7 100 1,1 78,8 20,1 100
Sulawesi Tenggara 0,8 82,2 17,0 100 0,7 90,4 8,9 100 0,7 86,3 13,0 100
Gorontalo 3,4 77,6 19,0 100 2,0 81,8 16,2 100 2,7 79,6 17,7 100
Sulawesi Barat 4,2 77,4 18,4 100 2,0 76,6 21,5 100 3,1 77,0 19,9 100
Maluku
Maluku Utara 0,6 89,4 10,0 100 0,6 89,6 9,7 100 0,6 89,5 9,9 100
Papua Barat 1,1 87,2 11,7 100 3,1 82,5 14,4 100 2,0 85,1 12,9 100
Papua 22,7 70,2 7,1 100 23,0 66,0 11,0 100 22,8 68,3 8,8 100
Indonesia 1,2 81,4 17,4 100 1,3 84,2 14,6 100 1,2 82,7 16,1 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
135
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 29. Persentase Anak umur 13-15 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 0,4 93,8 5,8 100 0,5 96,2 3,3 100 0,4 95,0 4,6 100
Sumatera Utara 0,7 91,2 8,1 100 0,7 93,3 5,9 100 0,7 92,3 7,0 100
Sumatera Barat 0,5 86,7 12,8 100 1,0 92,2 6,8 100 0,7 89,5 9,8 100
Riau 0,6 91,7 7,8 100 1,0 92,6 6,4 100 0,8 92,1 7,1 100
Jambi 0,0 84,0 16,0 100 0,3 87,3 12,5 100 0,1 85,6 14,3 100
Sumatera Selatan 0,7 82,2 17,1 100 0,6 88,7 10,8 100 0,6 85,4 14,0 100
Bengkulu 0,6 87,2 12,2 100 0,3 89,4 10,3 100 0,4 88,3 11,3 100
Lampung 0,3 84,2 15,5 100 0,6 89,1 10,3 100 0,4 86,6 13,0 100
Bangka Belitung 2,1 77,0 20,9 100 0,6 84,2 15,2 100 1,4 80,6 18,0 100
Kepulauan Riau 1,4 91,2 7,3 100 0,1 93,1 6,8 100 0,8 92,2 7,1 100
DKI Jakarta 0,0 92,6 7,4 100 0,5 90,4 9,1 100 0,2 91,5 8,3 100
Jawa Barat 0,3 81,8 17,9 100 0,5 83,7 15,8 100 0,4 82,7 16,9 100
Jawa Tengah 0,4 83,8 15,7 100 0,5 87,0 12,5 100 0,5 85,3 14,2 100
DI Yogyakarta 0,0 92,3 7,7 100 0,0 96,0 4,0 100 0,0 94,0 6,0 100
Jawa Timur 0,4 88,0 11,6 100 0,8 89,7 9,5 100 0,6 88,8 10,6 100
Banten 1,3 82,0 16,7 100 1,1 81,4 17,5 100 1,2 81,7 17,1 100
Bali 0,7 91,4 7,9 100 1,2 86,9 11,9 100 1,0 89,3 9,8 100
Nusa Tenggara Barat 0,9 86,1 13,0 100 0,5 87,1 12,4 100 0,8 86,5 12,7 100
Nusa Tenggara Timur 1,9 80,0 18,1 100 1,2 82,6 16,1 100 1,6 81,2 17,2 100
Kalimantan Barat 0,8 84,7 14,4 100 0,8 84,2 14,9 100 0,8 84,5 14,7 100
Kalimantan Tengah 1,2 84,7 14,1 100 0,7 89,0 10,3 100 0,9 86,8 12,2 100
Kalimantan Selatan 0,7 80,1 19,2 100 0,5 81,2 18,3 100 0,6 80,6 18,8 100
Kalimantan Timur 0,4 91,4 8,2 100 0,7 93,8 5,5 100 0,5 92,5 7,0 100
Sulawesi Utara 0,7 85,4 13,9 100 0,2 93,3 6,6 100 0,5 89,1 10,5 100
Sulawesi Tengah 0,5 81,3 18,2 100 0,9 87,3 11,9 100 0,7 84,2 15,1 100
Sulawesi Selatan 0,8 80,8 18,4 100 0,8 84,5 14,8 100 0,8 82,6 16,6 100
Sulawesi Tenggara 0,8 85,1 14,1 100 0,7 91,3 8,0 100 0,7 88,2 11,1 100
Gorontalo 2,3 78,4 19,3 100 1,3 85,4 13,3 100 1,8 81,8 16,4 100
Sulawesi Barat 3,6 77,9 18,6 100 1,5 78,0 20,5 100 2,6 77,9 19,5 100
Maluku 1,1 91,6 7,3 100 1,0 94,1 5,0 100 1,1 92,9 6,1 100
Maluku Utara 0,6 90,7 8,7 100 0,8 90,8 8,4 100 0,7 90,8 8,5 100
Papua Barat 1,1 90,5 8,3 100 1,9 89,2 8,9 100 1,5 89,9 8,6 100
Papua 18,1 75,6 6,3 100 17,7 72,9 9,4 100 17,9 74,3 7,8 100
Indonesia 0,8 85,2 14,0 100 0,9 87,4 11,7 100 0,9 86,2 12,9 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
Profil Anak Indonesia 2011
136
Tabel 30. Persentase Anak umur 16-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perkotaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 0,2 87,1 12,7 100 0,1 91,4 8,5 100 0,1 89,3 10,6 100
Sumatera Utara 0,1 77,9 22,0 100 0,2 82,8 17,0 100 0,2 80,4 19,4 100
Sumatera Barat 0,6 77,1 22,3 100 0,3 84,9 14,8 100 0,5 81,1 18,4 100
Riau 0,3 86,1 13,6 100 0,0 82,0 18,0 100 0,2 84,0 15,9 100
Jambi 0,5 76,9 22,6 100 1,1 73,9 25,0 100 0,8 75,4 23,8 100
Sumatera Selatan 0,9 80,4 18,7 100 0,5 76,5 23,1 100 0,7 78,5 20,8 100
Bengkulu 0,0 84,6 15,4 100 0,0 85,6 14,4 100 0,0 85,2 14,8 100
Lampung 0,5 75,0 24,4 100 0,4 74,0 25,6 100 0,5 74,5 25,0 100
Bangka Belitung 0,5 59,1 40,3 100 1,1 66,3 32,6 100 0,8 62,3 36,9 100
Kepulauan Riau 0,5 64,5 35,0 100 0,0 92,3 7,7 100 0,3 77,7 22,0 100
DKI Jakarta 0,0 76,5 23,5 100 0,8 66,9 32,3 100 0,4 71,3 28,3 100
Jawa Barat 0,1 62,4 37,5 100 0,1 61,2 38,8 100 0,1 61,8 38,2 100
Jawa Tengah 0,0 70,7 29,2 100 0,6 73,1 26,3 100 0,3 71,9 27,8 100
DI Yogyakarta 0,0 94,8 5,2 100 0,0 77,5 22,5 100 0,0 85,9 14,1 100
Jawa Timur 0,3 78,8 21,0 100 0,1 78,5 21,4 100 0,2 78,7 21,2 100
Banten 0,0 74,4 25,6 100 1,0 61,7 37,3 100 0,5 68,1 31,4 100
Bali 0,0 85,0 15,0 100 0,0 79,0 21,0 100 0,0 81,9 18,1 100
Nusa Tenggara Barat 2,2 71,6 26,2 100 1,1 77,9 21,0 100 1,6 74,7 23,7 100
Nusa Tenggara Timur 0,0 81,9 18,1 100 0,1 81,6 18,3 100 0,0 81,7 18,2 100
Kalimantan Barat 1,6 72,9 25,6 100 0,2 76,8 23,0 100 0,8 75,0 24,2 100
Kalimantan Tengah 0,9 76,6 22,5 100 0,1 86,0 13,9 100 0,5 81,4 18,1 100
Kalimantan Selatan 1,2 69,7 29,1 100 1,3 65,4 33,4 100 1,2 67,3 31,5 100
Kalimantan Timur 0,7 77,0 22,3 100 0,7 82,4 16,9 100 0,7 79,5 19,8 100
Sulawesi Utara 0,6 67,8 31,6 100 0,4 72,5 27,2 100 0,5 69,9 29,6 100
Sulawesi Tengah 0,0 78,0 22,0 100 0,0 71,9 28,1 100 0,0 74,8 25,2 100
Sulawesi Selatan 0,4 71,8 27,8 100 1,1 77,8 21,1 100 0,8 74,8 24,4 100
Sulawesi Tenggara 0,0 80,9 19,1 100 0,6 78,8 20,6 100 0,3 79,8 19,9 100
Gorontalo 0,4 67,7 32,0 100 0,0 72,9 27,1 100 0,2 70,5 29,3 100
Sulawesi Barat 0,0 70,7 29,3 100 0,0 73,6 26,4 100 0,0 72,3 27,7 100
Maluku 0,0 81,4 18,6 100 1,1 92,2 6,6 100 0,5 86,0 13,6 100
Maluku Utara 0,0 85,2 14,8 100 0,4 73,1 26,6 100 0,2 78,5 21,3 100
Papua Barat 0,0 79,8 20,2 100 0,0 71,8 28,2 100 0,0 75,7 24,3 100
Papua 2,5 80,8 16,7 100 0,9 78,1 21,1 100 1,8 79,6 18,7 100
Indonesia 0,3 73,0 26,8 100 0,4 72,0 27,6 100 0,3 72,5 27,2 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
137
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 31. Persentase Anak umur 16-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 0,2 77,7 22,0 100 1,1 81,2 17,7 100 0,7 79,4 19,9 100
Sumatera Utara 1,2 71,8 27,1 100 1,6 74,4 24,0 100 1,4 73,2 25,4 100
Sumatera Barat 0,8 67,5 31,6 100 0,2 76,8 23,0 100 0,5 72,3 27,2 100
Riau 1,1 63,9 34,9 100 0,3 72,2 27,5 100 0,7 67,7 31,5 100
Jambi 0,6 63,6 35,8 100 1,2 66,5 32,3 100 0,9 65,0 34,1 100
Sumatera Selatan 1,0 51,6 47,3 100 1,0 62,1 36,9 100 1,0 56,4 42,5 100
Bengkulu 0,2 61,2 38,5 100 0,5 60,3 39,3 100 0,3 60,7 38,9 100
Lampung 1,0 58,5 40,5 100 0,5 55,9 43,6 100 0,8 57,3 42,0 100
Bangka Belitung 5,2 40,9 53,9 100 1,2 57,1 41,7 100 3,1 49,2 47,6 100
Kepulauan Riau 0,4 53,1 46,5 100 0,0 78,8 21,2 100 0,2 66,1 33,7 100
DKI Jakarta - - - - - - - - - - - -
Jawa Barat 0,6 44,9 54,5 100 1,0 41,2 57,8 100 0,8 43,2 56,0 100
Jawa Tengah 0,7 55,3 44,0 100 0,4 56,7 42,9 100 0,5 55,9 43,5 100
DI Yogyakarta 0,0 66,5 33,5 100 0,0 75,8 24,2 100 0,0 70,8 29,2 100
Jawa Timur 0,9 60,2 38,9 100 0,9 54,8 44,3 100 0,9 57,7 41,4 100
Banten 2,7 49,8 47,5 100 0,9 46,3 52,7 100 1,9 48,1 50,0 100
Bali 2,5 72,9 24,6 100 0,0 54,1 45,9 100 1,5 65,1 33,4 100
Nusa Tenggara Barat 1,3 70,6 28,1 100 2,0 65,8 32,2 100 1,7 68,3 30,0 100
Nusa Tenggara Timur 2,8 42,7 54,5 100 3,6 50,0 46,4 100 3,2 46,2 50,6 100
Kalimantan Barat 1,7 53,7 44,7 100 0,8 52,8 46,4 100 1,2 53,3 45,5 100
Kalimantan Tengah 0,8 53,4 45,8 100 1,8 51,4 46,7 100 1,2 52,5 46,2 100
Kalimantan Selatan 0,0 49,2 50,8 100 0,3 54,0 45,8 100 0,1 51,5 48,4 100
Kalimantan Timur 1,9 57,9 40,2 100 0,0 62,4 37,6 100 1,1 59,9 39,0 100
Sulawesi Utara 0,3 58,2 41,5 100 0,5 68,6 30,9 100 0,4 63,3 36,3 100
Sulawesi Tengah 0,0 45,8 54,2 100 0,6 54,1 45,3 100 0,3 49,8 49,9 100
Sulawesi Selatan 2,1 55,4 42,5 100 1,8 54,1 44,1 100 2,0 54,8 43,3 100
Sulawesi Tenggara 1,7 65,1 33,3 100 1,2 63,5 35,3 100 1,4 64,3 34,3 100
Gorontalo 2,7 46,3 51,0 100 0,4 45,9 53,7 100 1,5 46,1 52,4 100
Sulawesi Barat 2,8 38,7 58,5 100 2,0 44,8 53,2 100 2,4 41,6 56,0 100
Maluku 0,9 74,4 24,6 100 0,8 81,4 17,8 100 0,9 77,6 21,5 100
Maluku Utara 2,1 69,5 28,5 100 1,5 67,0 31,5 100 1,8 68,4 29,8 100
Papua Barat 0,7 66,1 33,3 100 1,1 53,2 45,6 100 0,9 60,2 38,9 100
Papua 24,3 48,0 27,7 100 27,4 39,5 33,1 100 25,8 44,0 30,2 100
Indonesia 1,5 57,1 41,4 100 1,5 57,8 40,7 100 1,5 57,4 41,1 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi

Profil Anak Indonesia 2011
138
Tabel 32. Persentase Anak umur 16-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 0,2 80,3 19,5 100 0,8 84,1 15,1 100 0,5 82,2 17,3 100
Sumatera Utara 0,7 74,8 24,6 100 0,9 78,4 20,7 100 0,8 76,7 22,5 100
Sumatera Barat 0,7 71,4 27,9 100 0,2 80,0 19,8 100 0,5 75,8 23,7 100
Riau 0,8 72,3 26,9 100 0,2 76,4 23,4 100 0,5 74,3 25,2 100
Jambi 0,6 67,8 31,6 100 1,2 69,0 29,8 100 0,9 68,4 30,7 100
Sumatera Selatan 1,0 62,0 37,0 100 0,8 67,7 31,5 100 0,9 64,7 34,4 100
Bengkulu 0,2 68,6 31,2 100 0,3 69,8 29,9 100 0,2 69,2 30,5 100
Lampung 0,9 63,0 36,1 100 0,5 61,5 38,1 100 0,7 62,3 37,1 100
Bangka Belitung 3,0 49,5 47,5 100 1,1 60,8 38,0 100 2,1 54,9 43,0 100
Kepulauan Riau 0,5 62,3 37,3 100 0,0 89,3 10,7 100 0,2 75,3 24,4 100
DKI Jakarta 0,0 76,5 23,5 100 0,8 66,9 32,3 100 0,4 71,3 28,3 100
Jawa Barat 0,3 56,5 43,2 100 0,3 55,0 44,6 100 0,3 55,8 43,9 100
Jawa Tengah 0,4 62,8 36,8 100 0,5 64,8 34,7 100 0,4 63,7 35,8 100
DI Yogyakarta 0,0 84,4 15,6 100 0,0 76,9 23,1 100 0,0 80,7 19,3 100
Jawa Timur 0,6 69,7 29,7 100 0,5 66,8 32,7 100 0,5 68,4 31,1 100
Banten 0,9 65,9 33,2 100 1,0 56,5 42,5 100 1,0 61,3 37,7 100
Bali 1,1 79,7 19,2 100 0,0 70,8 29,2 100 0,6 75,5 24,0 100
Nusa Tenggara Barat 1,7 71,0 27,2 100 1,6 71,6 26,8 100 1,7 71,3 27,0 100
Nusa Tenggara Timur 2,0 53,3 44,6 100 2,6 59,2 38,2 100 2,3 56,2 41,5 100
Kalimantan Barat 1,6 59,4 38,9 100 0,6 61,3 38,1 100 1,1 60,4 38,5 100
Kalimantan Tengah 0,8 60,5 38,7 100 1,2 64,6 34,2 100 1,0 62,4 36,6 100
Kalimantan Selatan 0,4 56,4 43,2 100 0,7 58,9 40,4 100 0,6 57,7 41,8 100
Kalimantan Timur 1,2 69,5 29,2 100 0,5 75,1 24,5 100 0,9 72,1 27,0 100
Sulawesi Utara 0,4 62,7 36,9 100 0,4 70,2 29,3 100 0,4 66,2 33,3 100
Sulawesi Tengah 0,0 54,5 45,5 100 0,4 59,6 39,9 100 0,2 57,0 42,7 100
Sulawesi Selatan 1,4 61,9 36,7 100 1,5 63,8 34,7 100 1,5 62,8 35,7 100
Sulawesi Tenggara 1,2 69,8 29,1 100 1,0 68,3 30,7 100 1,1 69,0 29,9 100
Gorontalo 1,9 53,4 44,7 100 0,3 55,5 44,2 100 1,0 54,6 44,4 100
Sulawesi Barat 2,1 47,2 50,7 100 1,4 54,1 44,6 100 1,7 50,6 47,7 100
Maluku 0,5 77,3 22,2 100 1,0 85,5 13,5 100 0,7 80,9 18,4 100
Maluku Utara 1,6 73,2 25,3 100 1,2 68,9 29,9 100 1,4 71,2 27,5 100
Papua Barat 0,4 72,2 27,5 100 0,6 62,5 36,9 100 0,5 67,5 32,0 100
Papua 18,3 57,1 24,6 100 20,3 49,8 29,9 100 19,2 53,7 27,1 100
Indonesia 0,9 65,1 34,0 100 0,9 65,3 33,8 100 0,9 65,2 33,9 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
139
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 33. Persentase Anak umur 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perkotaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 7,5 89,7 2,8 100 6,8 91,4 1,9 100 7,1 90,5 2,3 100
Sumatera Utara 6,6 88,4 5,0 100 7,4 89,0 3,6 100 7,0 88,7 4,3 100
Sumatera Barat 9,7 84,6 5,8 100 8,0 88,1 3,9 100 8,9 86,3 4,9 100
Riau 11,1 86,0 2,9 100 12,2 84,8 3,0 100 11,6 85,4 3,0 100
Jambi 5,8 89,0 5,2 100 5,5 88,3 6,2 100 5,6 88,7 5,7 100
Sumatera Selatan 7,2 87,7 5,1 100 5,1 90,0 5,0 100 6,2 88,8 5,0 100
Bengkulu 7,0 88,7 4,3 100 6,6 89,4 4,0 100 6,8 89,0 4,2 100
Lampung 7,6 86,0 6,4 100 8,5 85,4 6,1 100 8,0 85,7 6,3 100
Bangka Belitung 7,3 82,8 10,0 100 5,4 88,1 6,5 100 6,4 85,3 8,3 100
Kepulauan Riau 14,0 80,8 5,2 100 14,9 82,9 2,3 100 14,4 81,8 3,7 100
DKI Jakarta 10,6 84,0 5,4 100 9,0 83,1 7,9 100 9,8 83,5 6,7 100
Jawa Barat 9,0 81,8 9,2 100 8,5 82,2 9,4 100 8,7 82,0 9,3 100
Jawa Tengah 7,1 85,5 7,3 100 7,8 86,2 6,0 100 7,4 85,9 6,7 100
DI Yogyakarta 11,1 86,9 2,0 100 9,0 86,7 4,3 100 10,0 86,8 3,2 100
Jawa Timur 10,0 85,1 4,9 100 9,5 85,9 4,6 100 9,8 85,5 4,7 100
Banten 9,0 84,3 6,7 100 8,7 81,7 9,5 100 8,9 83,0 8,1 100
Bali 9,5 87,2 3,3 100 9,9 85,3 4,8 100 9,7 86,3 4,0 100
Nusa Tenggara Barat 8,2 84,1 7,7 100 7,5 86,1 6,4 100 7,9 85,0 7,1 100
Nusa Tenggara Timur 7,7 85,7 6,5 100 7,2 88,0 4,8 100 7,5 86,9 5,6 100
Kalimantan Barat 9,3 85,4 5,3 100 6,9 87,6 5,5 100 8,1 86,5 5,4 100
Kalimantan Tengah 7,5 87,0 5,4 100 7,7 88,9 3,4 100 7,6 88,0 4,4 100
Kalimantan Selatan 10,2 82,6 7,2 100 8,2 83,9 7,9 100 9,2 83,2 7,5 100
Kalimantan Timur 9,6 85,5 4,9 100 8,9 87,6 3,5 100 9,3 86,5 4,2 100
Sulawesi Utara 4,6 85,8 9,6 100 4,3 90,6 5,1 100 4,5 88,1 7,4 100
Sulawesi Tengah 7,7 85,6 6,7 100 5,7 87,9 6,4 100 6,7 86,8 6,5 100
Sulawesi Selatan 9,4 81,6 9,0 100 7,0 87,4 5,6 100 8,2 84,5 7,3 100
Sulawesi Tenggara 8,1 87,4 4,5 100 6,2 88,4 5,4 100 7,2 87,9 4,9 100
Gorontalo 9,2 80,4 10,4 100 6,8 86,3 6,9 100 8,0 83,3 8,6 100
Sulawesi Barat 9,8 80,6 9,6 100 6,7 84,4 8,9 100 8,2 82,5 9,2 100
Maluku 4,8 90,6 4,6 100 4,6 93,3 2,2 100 4,7 91,8 3,5 100
Maluku Utara 7,0 89,3 3,7 100 8,3 85,3 6,4 100 7,6 87,4 5,0 100
Papua Barat 8,1 88,0 3,9 100 9,6 85,5 4,9 100 8,8 86,8 4,3 100
Papua 9,6 86,9 3,5 100 9,7 85,7 4,6 100 9,7 86,3 4,0 100
Indonesia 8,8 84,5 6,6 100 8,4 85,1 6,5 100 8,6 84,8 6,6 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
Profil Anak Indonesia 2011
140
Tabel 34. Persentase Anak umur 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 7,9 87,1 5,0 100 7,8 88,5 3,7 100 7,8 87,8 4,4 100
Sumatera Utara 9,3 84,9 5,8 100 9,4 84,9 5,7 100 9,3 84,9 5,8 100
Sumatera Barat 11,0 80,9 8,1 100 10,7 83,8 5,6 100 10,8 82,3 6,9 100
Riau 12,7 80,9 6,4 100 12,0 82,9 5,1 100 12,3 81,9 5,8 100
Jambi 8,2 81,9 10,0 100 7,8 84,4 7,8 100 8,0 83,0 8,9 100
Sumatera Selatan 9,5 78,1 12,5 100 8,3 83,0 8,6 100 8,9 80,4 10,6 100
Bengkulu 8,6 82,6 8,8 100 8,4 83,5 8,1 100 8,5 83,0 8,5 100
Lampung 7,9 82,2 10,0 100 7,9 83,2 9,0 100 7,9 82,6 9,5 100
Bangka Belitung 10,3 75,2 14,5 100 8,1 79,6 12,3 100 9,2 77,3 13,5 100
Kepulauan Riau 11,2 78,2 10,7 100 6,8 88,3 4,9 100 9,1 82,9 7,9 100
DKI Jakarta - - - - - - - - - - - -
Jawa Barat 11,9 74,3 13,8 100 9,6 77,9 12,5 100 10,8 76,0 13,2 100
Jawa Tengah 7,8 81,3 10,9 100 6,3 84,4 9,3 100 7,1 82,8 10,1 100
DI Yogyakarta 5,9 85,2 8,8 100 6,9 88,1 5,0 100 6,4 86,6 7,0 100
Jawa Timur 9,5 81,1 9,4 100 9,2 82,1 8,7 100 9,3 81,6 9,0 100
Banten 10,3 76,9 12,8 100 9,0 76,7 14,3 100 9,7 76,8 13,5 100
Bali 9,8 83,6 6,6 100 8,1 81,9 9,9 100 9,0 82,9 8,1 100
Nusa Tenggara Barat 10,4 82,2 7,4 100 7,3 84,9 7,9 100 8,9 83,4 7,6 100
Nusa Tenggara Timur 12,3 76,8 10,9 100 11,7 78,7 9,6 100 12,0 77,7 10,3 100
Kalimantan Barat 11,2 78,8 10,0 100 10,6 79,0 10,3 100 10,9 78,9 10,2 100
Kalimantan Tengah 8,9 80,6 10,6 100 10,1 80,6 9,3 100 9,4 80,6 10,0 100
Kalimantan Selatan 9,6 77,2 13,2 100 8,9 79,5 11,6 100 9,2 78,3 12,4 100
Kalimantan Timur 12,2 80,0 7,8 100 12,5 81,4 6,1 100 12,3 80,7 7,0 100
Sulawesi Utara 6,1 84,5 9,5 100 5,2 88,0 6,7 100 5,7 86,2 8,2 100
Sulawesi Tengah 10,0 78,8 11,2 100 10,8 80,1 9,0 100 10,4 79,4 10,2 100
Sulawesi Selatan 8,5 79,9 11,6 100 8,0 80,7 11,3 100 8,3 80,3 11,5 100
Sulawesi Tenggara 8,1 83,2 8,7 100 7,8 85,3 6,9 100 7,9 84,2 7,8 100
Gorontalo 11,2 76,4 12,3 100 9,9 77,2 12,9 100 10,6 76,8 12,6 100
Sulawesi Barat 14,1 74,7 11,1 100 11,5 77,6 10,9 100 12,9 76,1 11,0 100
Maluku 9,1 85,8 5,0 100 8,3 87,8 3,9 100 8,7 86,8 4,5 100
Maluku Utara 10,0 83,6 6,5 100 8,1 84,8 7,1 100 9,1 84,2 6,8 100
Papua Barat 14,2 77,2 8,6 100 15,7 72,2 12,1 100 14,9 74,9 10,2 100
Papua 35,2 60,3 4,4 100 36,4 57,1 6,5 100 35,8 58,9 5,4 100
Indonesia 10,3 79,7 10,0 100 9,5 81,5 9,0 100 9,9 80,6 9,5 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
141
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 35. Persentase Anak umur 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 7,8 87,8 4,4 100 7,5 89,3 3,2 100 7,7 88,5 3,9 100
Sumatera Utara 8,1 86,5 5,5 100 8,5 86,8 4,7 100 8,3 86,6 5,1 100
Sumatera Barat 10,5 82,3 7,2 100 9,7 85,4 4,9 100 10,1 83,8 6,1 100
Riau 12,1 82,8 5,1 100 12,1 83,7 4,3 100 12,1 83,2 4,7 100
Jambi 7,5 83,9 8,6 100 7,1 85,5 7,3 100 7,3 84,7 8,0 100
Sumatera Selatan 8,8 81,2 10,0 100 7,2 85,4 7,4 100 8,0 83,2 8,7 100
Bengkulu 8,1 84,5 7,4 100 7,9 85,3 6,9 100 8,0 84,9 7,2 100
Lampung 7,8 83,1 9,1 100 8,0 83,8 8,2 100 7,9 83,4 8,7 100
Bangka Belitung 8,9 78,6 12,5 100 6,9 83,4 9,7 100 7,9 80,9 11,1 100
Kepulauan Riau 13,4 80,3 6,3 100 13,4 83,9 2,7 100 13,4 82,1 4,5 100
DKI Jakarta 10,6 84,0 5,4 100 9,0 83,1 7,9 100 9,8 83,5 6,7 100
Jawa Barat 10,0 79,1 10,9 100 8,9 80,7 10,5 100 9,5 79,9 10,7 100
Jawa Tengah 7,5 83,2 9,3 100 7,0 85,2 7,8 100 7,3 84,1 8,6 100
DI Yogyakarta 9,3 86,3 4,4 100 8,3 87,2 4,5 100 8,8 86,7 4,5 100
Jawa Timur 9,7 83,0 7,2 100 9,4 83,9 6,7 100 9,6 83,5 7,0 100
Banten 9,5 81,5 9,0 100 8,8 79,9 11,3 100 9,2 80,7 10,1 100
Bali 9,6 85,7 4,7 100 9,2 84,0 6,8 100 9,4 84,9 5,7 100
Nusa Tenggara Barat 9,5 83,0 7,5 100 7,4 85,4 7,3 100 8,5 84,1 7,4 100
Nusa Tenggara Timur 11,5 78,3 10,2 100 10,9 80,5 8,7 100 11,2 79,4 9,4 100
Kalimantan Barat 10,6 80,6 8,7 100 9,5 81,6 8,9 100 10,1 81,1 8,8 100
Kalimantan Tengah 8,5 82,5 9,0 100 9,2 83,4 7,3 100 8,8 83,0 8,2 100
Kalimantan Selatan 9,8 79,3 10,8 100 8,6 81,3 10,1 100 9,2 80,3 10,5 100
Kalimantan Timur 10,6 83,3 6,1 100 10,3 85,2 4,5 100 10,5 84,2 5,3 100
Sulawesi Utara 5,4 85,1 9,5 100 4,8 89,2 6,0 100 5,1 87,0 7,8 100
Sulawesi Tengah 9,5 80,3 10,2 100 9,6 82,0 8,4 100 9,6 81,1 9,4 100
Sulawesi Selatan 8,8 80,5 10,7 100 7,7 83,1 9,2 100 8,2 81,8 10,0 100
Sulawesi Tenggara 8,1 84,3 7,7 100 7,4 86,1 6,5 100 7,8 85,1 7,1 100
Gorontalo 10,6 77,7 11,7 100 8,8 80,3 10,8 100 9,7 79,0 11,3 100
Sulawesi Barat 13,2 75,9 10,8 100 10,4 79,2 10,5 100 11,9 77,5 10,6 100
Maluku 7,7 87,4 4,9 100 7,1 89,6 3,3 100 7,4 88,5 4,1 100
Maluku Utara 9,3 84,9 5,8 100 8,1 84,9 6,9 100 8,7 84,9 6,4 100
Papua Barat 11,7 81,7 6,6 100 13,1 77,8 9,1 100 12,3 79,9 7,7 100
Papua 29,9 65,8 4,3 100 30,2 63,8 6,1 100 30,1 64,8 5,1 100
Indonesia 9,6 81,9 8,4 100 8,9 83,3 7,8 100 9,3 82,6 8,1 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi

Profil Anak Indonesia 2011
142
Tabel 36. Persentase Anak umur 7-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perkotaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 0,6 96,2 3,3 100 0,3 97,6 2,2 100 0,4 96,8 2,7 100
Sumatera Utara 0,2 94,0 5,8 100 0,3 95,4 4,3 100 0,3 94,7 5,0 100
Sumatera Barat 0,5 92,8 6,8 100 0,4 95,1 4,5 100 0,4 93,9 5,6 100
Riau 0,9 95,6 3,6 100 0,2 96,1 3,7 100 0,5 95,8 3,6 100
Jambi 0,3 93,6 6,0 100 0,5 92,6 6,9 100 0,4 93,1 6,5 100
Sumatera Selatan 0,9 93,1 6,0 100 0,4 93,9 5,7 100 0,7 93,5 5,9 100
Bengkulu 0,3 94,9 4,8 100 0,1 95,2 4,7 100 0,2 95,1 4,8 100
Lampung 0,7 91,9 7,4 100 0,2 92,6 7,2 100 0,5 92,2 7,3 100
Bangka Belitung 0,7 87,7 11,6 100 0,4 92,2 7,5 100 0,5 89,9 9,6 100
Kepulauan Riau 0,7 92,8 6,5 100 0,2 96,9 2,9 100 0,5 94,9 4,7 100
DKI Jakarta 0,2 93,4 6,4 100 0,3 90,5 9,2 100 0,3 91,9 7,8 100
Jawa Barat 0,3 88,9 10,8 100 0,4 88,7 11,0 100 0,3 88,8 10,9 100
Jawa Tengah 0,5 91,0 8,5 100 0,6 92,3 7,1 100 0,6 91,6 7,8 100
DI Yogyakarta 0,1 97,5 2,5 100 0,0 95,0 5,0 100 0,0 96,2 3,7 100
Jawa Timur 0,7 93,6 5,7 100 0,5 94,3 5,2 100 0,6 93,9 5,5 100
Banten 0,9 91,2 7,9 100 0,6 88,1 11,3 100 0,7 89,7 9,6 100
Bali 0,4 95,7 3,9 100 0,3 93,9 5,8 100 0,3 94,8 4,8 100
Nusa Tenggara Barat 0,7 90,5 8,8 100 0,8 91,9 7,3 100 0,8 91,2 8,1 100
Nusa Tenggara Timur 0,8 91,5 7,7 100 0,5 93,9 5,7 100 0,6 92,7 6,7 100
Kalimantan Barat 1,0 92,6 6,4 100 0,3 93,2 6,5 100 0,7 92,9 6,4 100
Kalimantan Tengah 1,0 92,8 6,2 100 0,5 95,5 4,0 100 0,8 94,1 5,1 100
Kalimantan Selatan 1,3 90,2 8,5 100 1,2 89,7 9,2 100 1,2 89,9 8,9 100
Kalimantan Timur 0,6 93,3 6,1 100 0,5 95,5 4,0 100 0,6 94,4 5,0 100
Sulawesi Utara 0,6 88,7 10,7 100 0,1 93,9 6,0 100 0,3 91,1 8,5 100
Sulawesi Tengah 0,4 91,5 8,0 100 0,3 92,5 7,2 100 0,4 92,0 7,6 100
Sulawesi Selatan 1,0 88,3 10,6 100 0,9 92,8 6,4 100 0,9 90,6 8,5 100
Sulawesi Tenggara 0,8 93,9 5,4 100 0,4 93,2 6,4 100 0,6 93,6 5,9 100
Gorontalo 0,5 87,1 12,4 100 0,3 91,8 7,9 100 0,4 89,5 10,0 100
Sulawesi Barat 1,1 87,3 11,6 100 0,9 88,8 10,3 100 1,0 88,1 10,9 100
Maluku 0,6 94,0 5,4 100 0,7 96,7 2,5 100 0,6 95,3 4,1 100
Maluku Utara 0,8 94,9 4,4 100 1,0 91,3 7,8 100 0,9 93,1 6,0 100
Papua Barat 1,1 94,4 4,5 100 0,4 93,8 5,8 100 0,8 94,1 5,1 100
Papua 1,7 94,1 4,2 100 2,4 92,2 5,4 100 2,0 93,2 4,8 100
Indonesia 0,6 91,7 7,8 100 0,5 91,9 7,6 100 0,5 91,8 7,7 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
143
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 37. Persentase Anak umur 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 0,3 93,8 5,9 100 0,5 95,2 4,2 100 0,4 94,5 5,1 100
Sumatera Utara 1,2 92,0 6,9 100 1,0 92,3 6,7 100 1,1 92,1 6,8 100
Sumatera Barat 1,0 89,6 9,4 100 0,9 92,6 6,5 100 0,9 91,1 8,0 100
Riau 1,3 91,0 7,7 100 1,1 92,8 6,2 100 1,2 91,9 7,0 100
Jambi 0,8 87,6 11,6 100 0,6 90,3 9,1 100 0,7 88,9 10,4 100
Sumatera Selatan 1,0 84,2 14,8 100 0,9 88,9 10,2 100 1,0 86,5 12,6 100
Bengkulu 0,7 89,1 10,2 100 0,5 89,8 9,7 100 0,6 89,4 10,0 100
Lampung 0,7 87,9 11,4 100 0,7 89,0 10,3 100 0,7 88,4 10,9 100
Bangka Belitung 2,9 79,7 17,3 100 1,5 84,0 14,6 100 2,2 81,8 16,0 100
Kepulauan Riau 0,6 86,4 13,0 100 0,8 93,4 5,7 100 0,7 89,8 9,5 100
DKI Jakarta - - - - - - - - - - - -
Jawa Barat 0,7 82,9 16,4 100 0,5 85,0 14,5 100 0,6 83,9 15,5 100
Jawa Tengah 0,6 86,8 12,6 100 0,4 88,9 10,7 100 0,5 87,8 11,7 100
DI Yogyakarta 0,2 90,0 9,8 100 0,3 93,9 5,8 100 0,3 91,8 7,9 100
Jawa Timur 0,7 88,5 10,9 100 1,0 88,8 10,1 100 0,8 88,6 10,5 100
Banten 2,1 83,3 14,7 100 1,3 82,2 16,5 100 1,7 82,8 15,6 100
Bali 1,0 91,2 7,8 100 1,3 87,0 11,7 100 1,1 89,3 9,6 100
Nusa Tenggara Barat 1,3 90,0 8,6 100 0,8 90,0 9,1 100 1,1 90,0 8,9 100
Nusa Tenggara Timur 2,3 84,6 13,1 100 2,0 86,3 11,6 100 2,2 85,4 12,4 100
Kalimantan Barat 1,8 86,4 11,8 100 2,0 85,9 12,1 100 1,9 86,1 12,0 100
Kalimantan Tengah 0,9 86,8 12,3 100 1,1 87,6 11,3 100 1,0 87,2 11,9 100
Kalimantan Selatan 0,6 83,8 15,6 100 0,8 85,6 13,5 100 0,7 84,7 14,6 100
Kalimantan Timur 1,7 89,1 9,2 100 1,2 91,4 7,4 100 1,5 90,1 8,4 100
Sulawesi Utara 0,7 88,1 11,1 100 0,6 91,7 7,8 100 0,6 89,8 9,6 100
Sulawesi Tengah 1,1 85,6 13,4 100 1,0 88,1 10,9 100 1,0 86,8 12,2 100
Sulawesi Selatan 1,6 85,0 13,4 100 1,2 85,6 13,2 100 1,4 85,3 13,3 100
Sulawesi Tenggara 1,3 88,5 10,3 100 0,9 91,0 8,1 100 1,1 89,7 9,2 100
Gorontalo 2,1 83,2 14,7 100 1,0 83,7 15,2 100 1,6 83,5 15,0 100
Sulawesi Barat 3,6 83,2 13,3 100 2,3 84,9 12,8 100 3,0 84,0 13,1 100
Maluku 1,2 92,7 6,1 100 1,1 94,4 4,6 100 1,1 93,5 5,3 100
Maluku Utara 1,7 90,5 7,7 100 1,1 90,5 8,5 100 1,4 90,5 8,1 100
Papua Barat 2,3 87,3 10,4 100 3,7 81,0 15,3 100 2,9 84,5 12,6 100
Papua 26,5 68,3 5,3 100 27,0 65,0 7,9 100 26,7 66,8 6,5 100
Indonesia 1,6 86,7 11,7 100 1,5 88,0 10,5 100 1,5 87,3 11,2 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
Profil Anak Indonesia 2011
144
Tabel 38. Persentase Anak umur 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 0,4 94,4 5,2 100 0,5 95,8 3,7 100 0,4 95,1 4,5 100
Sumatera Utara 0,7 92,9 6,4 100 0,7 93,7 5,6 100 0,7 93,3 6,0 100
Sumatera Barat 0,8 90,8 8,4 100 0,7 93,6 5,7 100 0,8 92,1 7,1 100
Riau 1,1 92,7 6,2 100 0,7 94,1 5,2 100 0,9 93,4 5,7 100
Jambi 0,7 89,3 10,0 100 0,6 91,0 8,4 100 0,6 90,1 9,3 100
Sumatera Selatan 1,0 87,1 11,9 100 0,7 90,7 8,6 100 0,9 88,8 10,3 100
Bengkulu 0,6 90,9 8,5 100 0,4 91,5 8,2 100 0,5 91,2 8,3 100
Lampung 0,7 88,9 10,4 100 0,6 89,9 9,5 100 0,6 89,4 10,0 100
Bangka Belitung 0,7 91,5 7,8 100 0,3 96,3 3,4 100 0,5 93,9 5,6 100
Kepulauan Riau 1,9 83,4 14,7 100 1,0 87,7 11,3 100 1,5 85,5 13,1 100
DKI Jakarta 0,2 93,4 6,4 100 0,3 90,5 9,2 100 0,3 91,9 7,8 100
Jawa Barat 0,5 86,7 12,8 100 0,4 87,4 12,2 100 0,4 87,0 12,5 100
Jawa Tengah 0,6 88,6 10,8 100 0,5 90,4 9,1 100 0,5 89,5 10,0 100
DI Yogyakarta 0,1 94,8 5,1 100 0,1 94,6 5,2 100 0,1 94,7 5,2 100
Jawa Timur 0,7 90,9 8,4 100 0,8 91,5 7,8 100 0,7 91,2 8,1 100
Banten 1,4 88,2 10,5 100 0,8 85,9 13,3 100 1,1 87,1 11,8 100
Bali 0,7 93,8 5,6 100 0,7 91,2 8,1 100 0,7 92,5 6,8 100
Nusa Tenggara Barat 1,1 90,2 8,7 100 0,8 90,8 8,4 100 1,0 90,5 8,5 100
Nusa Tenggara Timur 2,1 85,8 12,1 100 1,7 87,8 10,5 100 1,9 86,7 11,4 100
Kalimantan Barat 1,6 88,1 10,3 100 1,5 88,1 10,4 100 1,5 88,1 10,4 100
Kalimantan Tengah 0,9 88,7 10,4 100 0,9 90,4 8,8 100 0,9 89,5 9,6 100
Kalimantan Selatan 0,9 86,3 12,8 100 0,9 87,3 11,8 100 0,9 86,8 12,3 100
Kalimantan Timur 1,1 91,6 7,4 100 0,7 94,0 5,3 100 0,9 92,7 6,4 100
Sulawesi Utara 0,6 88,4 10,9 100 0,4 92,6 7,0 100 0,5 90,4 9,1 100
Sulawesi Tengah 0,9 86,8 12,2 100 0,9 89,2 10,0 100 0,9 88,0 11,1 100
Sulawesi Selatan 1,4 86,1 12,5 100 1,1 88,2 10,7 100 1,2 87,2 11,6 100
Sulawesi Tenggara 1,1 89,8 9,0 100 0,8 91,5 7,7 100 1,0 90,7 8,4 100
Gorontalo 1,6 84,5 13,9 100 0,8 86,6 12,6 100 1,2 85,5 13,3 100
Sulawesi Barat 3,1 84,0 12,9 100 2,0 85,8 12,2 100 2,5 84,9 12,6 100
Maluku 1,0 93,2 5,9 100 0,9 95,2 3,9 100 1,0 94,1 4,9 100
Maluku Utara 1,5 91,6 6,9 100 1,0 90,7 8,3 100 1,3 91,1 7,6 100
Papua Barat 1,8 90,3 7,9 100 2,2 86,6 11,2 100 2,0 88,6 9,4 100
Papua 21,4 73,6 5,0 100 21,2 71,5 7,3 100 21,3 72,6 6,1 100
Indonesia 1,1 89,0 9,9 100 1,0 89,9 9,1 100 1,0 89,4 9,5 100
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak/belum Pernah Sekolah
2. Masih Bersekolah
3. Tidak Sekolah Lagi
145
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 39. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak 7-17 tahun menurut Provinsi, Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin, 2010
Perkotaan
Provinsi
7-12 13-15 16-17
L P L+P L P L+P L P L+P
(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (10) (11) (12)
Aceh 0,4 94,4 5,2 0,5 95,8 3,7 0,4 95,1 4,5
Sumatera Utara 0,7 92,9 6,4 0,7 93,7 5,6 0,7 93,3 6,0
Sumatera Barat 0,8 90,8 8,4 0,7 93,6 5,7 0,8 92,1 7,1
Riau 1,1 92,7 6,2 0,7 94,1 5,2 0,9 93,4 5,7
Jambi 0,7 89,3 10,0 0,6 91,0 8,4 0,6 90,1 9,3
Sumatera Selatan 1,0 87,1 11,9 0,7 90,7 8,6 0,9 88,8 10,3
Bengkulu 0,6 90,9 8,5 0,4 91,5 8,2 0,5 91,2 8,3
Lampung 0,7 88,9 10,4 0,6 89,9 9,5 0,6 89,4 10,0
Bangka Belitung 0,7 91,5 7,8 0,3 96,3 3,4 0,5 93,9 5,6
Kepulauan Riau 1,9 83,4 14,7 1,0 87,7 11,3 1,5 85,5 13,1
DKI Jakarta 0,2 93,4 6,4 0,3 90,5 9,2 0,3 91,9 7,8
Jawa Barat 0,5 86,7 12,8 0,4 87,4 12,2 0,4 87,0 12,5
Jawa Tengah 0,6 88,6 10,8 0,5 90,4 9,1 0,5 89,5 10,0
DI Yogyakarta 0,1 94,8 5,1 0,1 94,6 5,2 0,1 94,7 5,2
Jawa Timur 0,7 90,9 8,4 0,8 91,5 7,8 0,7 91,2 8,1
Banten 1,4 88,2 10,5 0,8 85,9 13,3 1,1 87,1 11,8
Bali 0,7 93,8 5,6 0,7 91,2 8,1 0,7 92,5 6,8
Nusa Tenggara Barat 1,1 90,2 8,7 0,8 90,8 8,4 1,0 90,5 8,5
Nusa Tenggara Timur 2,1 85,8 12,1 1,7 87,8 10,5 1,9 86,7 11,4
Kalimantan Barat 1,6 88,1 10,3 1,5 88,1 10,4 1,5 88,1 10,4
Kalimantan Tengah 0,9 88,7 10,4 0,9 90,4 8,8 0,9 89,5 9,6
Kalimantan Selatan 0,9 86,3 12,8 0,9 87,3 11,8 0,9 86,8 12,3
Kalimantan Timur 1,1 91,6 7,4 0,7 94,0 5,3 0,9 92,7 6,4
Sulawesi Utara 0,6 88,4 10,9 0,4 92,6 7,0 0,5 90,4 9,1
Sulawesi Tengah 0,9 86,8 12,2 0,9 89,2 10,0 0,9 88,0 11,1
Sulawesi Selatan 1,4 86,1 12,5 1,1 88,2 10,7 1,2 87,2 11,6
Sulawesi Tenggara 1,1 89,8 9,0 0,8 91,5 7,7 1,0 90,7 8,4
Gorontalo 1,6 84,5 13,9 0,8 86,6 12,6 1,2 85,5 13,3
Sulawesi Barat 3,1 84,0 12,9 2,0 85,8 12,2 2,5 84,9 12,6
Maluku 1,0 93,2 5,9 0,9 95,2 3,9 1,0 94,1 4,9
Maluku Utara 1,5 91,6 6,9 1,0 90,7 8,3 1,3 91,1 7,6
Papua Barat 1,8 90,3 7,9 2,2 86,6 11,2 2,0 88,6 9,4
Papua 21,4 73,6 5,0 21,2 71,5 7,3 21,3 72,6 6,1
Indonesia 1,1 89,0 9,9 1,0 89,9 9,1 1,0 89,4 9,5
Sumber : Susenas 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
146
Tabel 40. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak 7-17 tahun menurut Provinsi, Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin, 2010
Perdesaan
Provinsi
7-12 13-15 16-17
L P L+P L P L+P L P L+P
(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (10) (11) (12)
Aceh 99,0 99,3 99,2 92,9 95,8 94,3 77,7 81,2 79,4
Sumatera Utara 98,2 98,7 98,4 89,8 91,4 90,5 71,8 74,4 73,2
Sumatera Barat 97,5 98,4 97,9 84,9 90,8 87,8 67,5 76,8 72,3
Riau 98,4 98,9 98,6 90,0 89,4 89,7 63,9 72,2 67,7
Jambi 97,1 98,8 97,9 80,7 84,6 82,5 63,6 66,5 65,0
Sumatera Selatan 96,8 98,1 97,4 78,3 85,2 81,6 51,6 62,1 56,4
Bengkulu 97,9 99,1 98,4 85,1 87,1 86,0 61,2 60,3 60,7
Lampung 98,6 98,7 98,7 82,6 87,9 85,2 58,5 55,9 57,3
Bangka Belitung 96,0 95,8 95,9 68,9 77,4 73,1 40,9 57,1 49,2
Kepulauan Riau 98,5 98,2 98,3 78,5 92,2 84,8 53,1 78,8 66,1
DKI Jakarta - - - - - - - - -
Jawa Barat 97,7 98,7 98,2 74,3 78,9 76,5 44,9 41,2 43,2
Jawa Tengah 98,6 99,2 98,9 79,8 84,1 81,8 55,3 56,7 55,9
DI Yogyakarta 99,2 99,4 99,3 86,0 94,3 90,0 66,5 75,8 70,8
Jawa Timur 98,2 98,8 98,5 84,6 86,2 85,3 60,2 54,8 57,7
Banten 97,6 97,6 97,6 72,9 72,3 72,6 49,8 46,3 48,1
Bali 98,0 97,7 97,9 87,5 79,5 83,8 72,9 54,1 65,1
Nusa Tenggara Barat 97,6 98,1 97,8 85,2 86,3 85,7 70,6 65,8 68,3
Nusa Tenggara Timur 95,7 96,6 96,1 78,5 79,1 78,7 42,7 50,0 46,2
Kalimantan Barat 96,5 96,1 96,3 82,2 80,7 81,5 53,7 52,8 53,3
Kalimantan Tengah 98,6 98,1 98,4 82,7 85,9 84,2 53,4 51,4 52,5
Kalimantan Selatan 97,8 98,2 98,0 76,0 76,7 76,3 49,2 54,0 51,5
Kalimantan Timur 97,7 98,5 98,1 90,1 92,0 90,9 57,9 62,4 59,9
Sulawesi Utara 97,5 98,8 98,1 87,2 92,0 89,4 58,2 68,6 63,3
Sulawesi Tengah 97,0 97,5 97,2 79,7 84,8 82,1 45,8 54,1 49,8
Sulawesi Selatan 96,2 97,7 96,9 78,5 79,2 78,8 55,4 54,1 54,8
Sulawesi Tenggara 97,1 98,2 97,6 82,2 90,4 86,3 65,1 63,5 64,3
Gorontalo 95,9 97,5 96,6 77,6 81,8 79,6 46,3 45,9 46,1
Sulawesi Barat 95,1 96,3 95,7 77,4 76,6 77,0 38,7 44,8 41,6
Maluku 98,0 98,0 98,0 91,3 92,9 92,1 74,4 81,4 77,6
Maluku Utara 97,2 96,9 97,0 89,4 89,6 89,5 69,5 67,0 68,4
Papua Barat 92,6 87,8 90,5 87,2 82,5 85,1 66,1 53,2 60,2
Papua 71,5 70,2 70,9 70,2 66,0 68,3 48,0 39,5 44,0
Indonesia 97,1 97,7 97,4 81,4 84,2 82,7 57,1 57,8 57,4
Sumber : Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. L= Laki-Laki
2. P= Perempuan
147
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 41. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak 7-17 tahun menurut Provinsi, Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin, 2010
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
7-12 13-15 16-17
L P L+P L P L+P L P L+P
(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (10) (11) (12)
Aceh 99,0 99,4 99,2 93,8 96,2 95,0 80,3 84,1 82,2
Sumatera Utara 98,8 99,0 98,9 91,2 93,3 92,3 74,8 78,4 76,7
Sumatera Barat 97,9 98,6 98,2 86,7 92,2 89,5 71,4 80,0 75,8
Riau 98,3 99,2 98,8 91,7 92,6 92,1 72,3 76,4 74,3
Jambi 97,6 98,9 98,3 84,0 87,3 85,6 67,8 69,0 68,4
Sumatera Selatan 97,4 98,6 98,0 82,2 88,7 85,4 62,0 67,7 64,7
Bengkulu 98,1 99,3 98,7 87,2 89,4 88,3 68,6 69,8 69,2
Lampung 98,6 98,8 98,7 84,2 89,1 86,6 63,0 61,5 62,3
Bangka Belitung 96,7 97,5 97,1 77,0 84,2 80,6 49,5 60,8 54,9
Kepulauan Riau 99,4 99,4 99,4 91,2 93,1 92,2 62,3 89,3 75,3
DKI Jakarta 98,8 99,5 99,2 92,6 90,4 91,5 76,5 66,9 71,3
Jawa Barat 98,1 98,5 98,3 81,8 83,7 82,7 56,5 55,0 55,8
Jawa Tengah 98,7 99,2 98,9 83,8 87,0 85,3 62,8 64,8 63,7
DI Yogyakarta 99,6 99,8 99,7 92,3 96,0 94,0 84,4 76,9 80,7
Jawa Timur 98,5 99,0 98,7 88,0 89,7 88,8 69,7 66,8 68,4
Banten 97,7 98,3 98,0 82,0 81,4 81,7 65,9 56,5 61,3
Bali 98,7 98,6 98,7 91,4 86,9 89,3 79,7 70,8 75,5
Nusa Tenggara Barat 98,0 98,6 98,3 86,1 87,1 86,5 71,0 71,6 71,3
Nusa Tenggara Timur 96,1 96,9 96,5 80,0 82,6 81,2 53,3 59,2 56,2
Kalimantan Barat 97,1 97,0 97,0 84,7 84,2 84,5 59,4 61,3 60,4
Kalimantan Tengah 98,9 98,4 98,7 84,7 89,0 86,8 60,5 64,6 62,4
Kalimantan Selatan 97,6 98,2 97,9 80,1 81,2 80,6 56,4 58,9 57,7
Kalimantan Timur 98,4 99,0 98,7 91,4 93,8 92,5 69,5 75,1 72,1
Sulawesi Utara 97,6 99,1 98,3 85,4 93,3 89,1 62,7 70,2 66,2
Sulawesi Tengah 97,2 97,8 97,5 81,3 87,3 84,2 54,5 59,6 57,0
Sulawesi Selatan 96,2 97,8 97,0 80,8 84,5 82,6 61,9 63,8 62,8
Sulawesi Tenggara 97,4 98,2 97,8 85,1 91,3 88,2 69,8 68,3 69,0
Gorontalo 96,0 97,8 96,9 78,4 85,4 81,8 53,4 55,5 54,6
Sulawesi Barat 95,4 96,5 95,9 77,9 78,0 77,9 47,2 54,1 50,6
Maluku 98,4 98,1 98,3 91,6 94,1 92,9 77,3 85,5 80,9
Maluku Utara 97,3 97,2 97,2 90,7 90,8 90,8 73,2 68,9 71,2
Papua Barat 95,0 92,9 94,0 90,5 89,2 89,9 72,2 62,5 67,5
Papua 76,4 76,0 76,2 75,6 72,9 74,3 57,1 49,8 53,7
Indonesia 97,7 98,3 98,0 85,2 87,4 86,2 65,1 65,3 65,2
Sumber : Susenas 2010, BPS

Profil Anak Indonesia 2011
148
Tabel 42. Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak usia 7-18 tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Jenjang, 2010
Perkotaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C

SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C

SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C
(1) (2) (3) (4)

(6) (7) (8) (10) (11) (12)
Aceh 114,3 86,3 85,8 116,1 80,8 95,1 115,2 83,6 90,4
Sumatera Utara 113,5 85,6 82,0 113,6 89,9 79,8 113,5 87,7 80,9
Sumatera Barat 113,6 79,4 79,9 106,9 86,5 85,9 110,4 83,2 82,9
Riau 114,5 84,5 84,8 114,7 81,3 89,6 114,6 82,9 87,3
Jambi 116,8 77,1 69,7 118,4 81,4 73,1 117,5 79,3 71,3
Sumatera Selatan 119,9 82,4 76,3 109,3 88,6 90,2 114,6 85,7 83,0
Bengkulu 106,1 86,0 94,7 113,5 90,9 83,4 109,4 88,4 88,2
Lampung 112,7 88,0 71,7 108,6 85,1 79,4 110,7 86,6 75,5
Bangka Belitung 112,6 69,8 75,8 114,4 68,2 91,9 113,5 69,0 82,9
Kepulauan Riau 108,6 96,2 73,8 112,6 84,9 93,9 110,6 90,6 83,9
DKI Jakarta 110,8 93,4 69,5 110,0 89,7 58,0 110,5 91,4 63,1
Jawa Barat 111,7 77,2 62,6 110,5 83,0 55,4 111,1 80,0 59,0
Jawa Tengah 114,8 81,2 71,1 113,4 84,1 67,8 114,1 82,6 69,5
DI Yogyakarta 108,3 96,0 90,4 106,8 93,1 75,6 107,5 94,7 83,0
Jawa Timur 108,7 86,1 81,0 108,8 85,4 79,0 108,8 85,8 80,0
Banten 110,9 75,5 71,3 112,6 73,4 66,1 111,6 74,4 68,8
Bali 111,1 79,2 90,1 111,8 77,2 89,4 111,5 78,2 89,7
Nusa Tenggara Barat 107,2 80,1 72,6 108,8 87,6 62,7 108,0 83,4 67,7
Nusa Tenggara Timur 113,8 68,3 108,5 112,8 83,7 101,4 113,3 76,1 105,0
Kalimantan Barat 116,9 70,9 87,2 113,1 73,0 88,6 115,1 72,0 88,0
Kalimantan Tengah 114,0 70,1 80,5 115,4 78,6 98,9 114,7 74,5 89,3
Kalimantan Selatan 115,8 73,4 74,9 111,3 75,7 70,6 113,5 74,4 72,8
Kalimantan Timur 116,9 94,9 75,6 110,4 99,0 83,1 113,6 96,9 79,2
Sulawesi Utara 113,6 78,1 70,3 116,0 93,9 81,0 114,7 85,7 75,1
Sulawesi Tengah 112,6 84,2 75,6 109,4 89,8 74,9 111,0 87,0 75,2
Sulawesi Selatan 110,0 70,6 78,5 108,2 74,5 85,9 109,1 72,6 82,3
Sulawesi Tenggara 118,6 70,6 95,0 117,6 73,6 88,8 118,1 72,0 91,8
Gorontalo 111,0 69,9 73,2 103,5 78,6 91,0 107,1 74,2 82,5
Sulawesi Barat 119,3 67,9 65,4 118,7 55,9 81,3 119,0 61,9 73,7
Maluku 115,0 96,4 97,7 119,0 83,0 134,2 116,9 89,3 113,0
Maluku Utara 112,9 86,2 103,9 120,8 76,2 83,9 116,3 81,1 93,1
Papua Barat 116,4 65,1 100,7 109,2 94,6 73,5 113,1 76,7 87,1
Papua 117,2 80,3 80,6 116,2 68,7 91,9 116,7 74,2 85,6
Indonesia 112,2 81,4 74,1 111,2 83,6 71,2 111,7 82,5 72,7
Sumber: Susenas 2010, BPS

149
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 43. Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak usia 7-18 tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Jenjang, 2010
Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C

SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C

SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C
(1) (2) (3) (4)

(6) (7) (8) (10) (11) (12)
Aceh 117,1 89,2 73,9 112,7 89,5 81,0 115,0 89,4 77,4
Sumatera Utara 114,3 91,4 63,3 115,2 91,6 66,4 114,7 91,5 64,9
Sumatera Barat 110,1 79,7 54,9 111,5 77,5 77,9 110,8 78,6 66,3
Riau 113,7 88,2 51,9 115,9 85,5 58,4 114,8 86,9 55,0
Jambi 111,3 78,7 55,2 111,3 79,9 64,3 111,3 79,3 59,5
Sumatera Selatan 111,6 79,1 44,7 115,3 81,5 50,4 113,3 80,3 47,4
Bengkulu 111,8 76,0 56,7 116,9 80,5 60,3 114,3 78,1 58,4
Lampung 111,6 80,7 48,1 111,0 80,5 53,7 111,3 80,6 50,7
Bangka Belitung 119,2 63,6 37,6 117,6 73,6 48,5 118,4 68,6 43,1
Kepulauan Riau 113,6 82,9 51,3 118,0 89,7 75,9 115,7 86,1 63,2
DKI Jakarta - - - - - - - - -
Jawa Barat 107,4 79,2 36,3 110,4 76,6 34,3 108,9 78,0 35,3
Jawa Tengah 112,9 75,6 54,8 112,1 83,0 53,2 112,5 79,0 54,0
DI Yogyakarta 108,7 89,4 63,9 110,0 92,5 80,8 109,3 90,9 71,2
Jawa Timur 111,9 80,4 58,1 111,1 81,4 48,7 111,5 80,9 53,7
Banten 109,2 79,3 34,3 112,4 68,2 42,1 110,7 73,9 37,8
Bali 111,1 75,9 77,7 112,4 73,1 57,9 111,7 74,6 69,4
Nusa Tenggara Barat 108,9 83,8 65,5 112,2 89,3 52,4 110,5 86,2 59,0
Nusa Tenggara Timur 116,2 65,6 34,0 115,8 67,8 49,4 116,0 66,6 41,3
Kalimantan Barat 117,6 70,2 40,9 114,0 67,0 44,6 115,8 68,7 42,6
Kalimantan Tengah 117,8 74,3 43,9 120,7 75,0 39,2 119,1 74,6 41,8
Kalimantan Selatan 115,5 71,3 41,7 109,0 82,1 46,3 112,3 76,4 43,9
Kalimantan Timur 114,1 79,7 69,1 114,3 85,5 52,2 114,2 82,1 61,2
Sulawesi Utara 115,5 80,4 60,9 117,2 81,0 76,3 116,3 80,7 68,1
Sulawesi Tengah 112,7 67,8 52,3 112,0 73,7 55,5 112,4 70,6 53,8
Sulawesi Selatan 107,0 75,8 56,6 109,8 77,0 58,4 108,3 76,4 57,4
Sulawesi Tenggara 113,5 78,2 60,2 114,1 79,7 68,8 113,8 79,0 64,4
Gorontalo 111,4 67,9 53,0 108,8 78,9 49,7 110,2 73,1 51,3
Sulawesi Barat 110,7 61,0 41,7 106,9 71,3 46,0 108,9 66,0 43,8
Maluku 118,2 85,1 66,8 119,3 86,0 73,6 118,7 85,5 69,7
Maluku Utara 116,1 83,3 65,6 117,6 77,3 69,7 116,9 80,3 67,5
Papua Barat 115,3 63,1 65,8 117,9 55,0 49,9 116,4 59,4 58,3
Papua 86,7 60,9 36,9 88,1 49,3 30,6 87,3 55,7 34,0
Indonesia 111,4 78,5 51,7 112,0 79,4 53,0 111,7 78,9 52,3
Sumber: Susenas 2010, BPS

Profil Anak Indonesia 2011
150
Tabel 44. Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak usia 7-18 tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Jenjang, 2010
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C

SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C

SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C
(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (10) (11) (12)
Aceh 116,4 88,5 77,2 113,6 87,4 84,8 115,1 88,0 81,0
Sumatera Utara 114,0 88,8 72,6 114,4 90,9 72,8 114,2 89,8 72,7
Sumatera Barat 111,4 79,6 64,6 109,8 81,1 81,1 110,6 80,3 72,8
Riau 114,0 86,9 64,2 115,5 83,8 71,8 114,7 85,4 67,9
Jambi 112,9 78,3 59,7 113,2 80,4 67,2 113,0 79,3 63,2
Sumatera Selatan 114,2 80,2 56,5 113,3 84,1 65,7 113,7 82,1 60,9
Bengkulu 110,1 79,1 68,4 115,9 83,9 69,3 112,8 81,3 68,8
Lampung 111,9 82,5 54,6 110,4 81,6 61,3 111,2 82,0 57,8
Bangka Belitung 116,2 66,5 55,4 116,2 71,0 66,2 116,2 68,8 60,6
Kepulauan Riau 109,6 93,5 69,1 113,7 85,8 90,3 111,6 89,7 79,6
DKI Jakarta 110,8 93,4 69,5 110,0 89,7 58,0 110,5 91,4 63,1
Jawa Barat 110,1 77,9 53,7 110,5 80,7 48,9 110,3 79,3 51,4
Jawa Tengah 113,7 78,1 62,7 112,6 83,5 60,4 113,2 80,6 61,6
DI Yogyakarta 108,5 94,0 81,3 107,8 92,9 77,1 108,2 93,5 79,3
Jawa Timur 110,4 82,9 69,6 110,0 83,3 64,2 110,2 83,1 67,1
Banten 110,2 77,1 58,5 112,5 71,4 58,2 111,3 74,2 58,3
Bali 111,1 77,8 85,0 112,0 75,5 79,6 111,6 76,7 82,4
Nusa Tenggara Barat 108,2 82,3 68,7 110,9 88,6 57,0 109,5 85,1 62,9
Nusa Tenggara Timur 115,8 66,1 54,0 115,3 71,3 64,4 115,6 68,5 58,9
Kalimantan Barat 117,4 70,4 54,6 113,7 68,9 60,6 115,6 69,7 57,6
Kalimantan Tengah 116,6 72,9 55,5 118,9 76,3 60,2 117,7 74,6 57,6
Kalimantan Selatan 115,6 72,2 54,8 109,9 79,5 56,8 112,8 75,6 55,8
Kalimantan Timur 115,8 88,3 73,1 111,9 93,9 71,6 113,9 90,9 72,4
Sulawesi Utara 114,6 79,4 65,4 116,7 86,9 78,4 115,6 82,9 71,3
Sulawesi Tengah 112,7 71,4 59,2 111,4 77,7 61,6 112,1 74,5 60,3
Sulawesi Selatan 107,9 74,1 65,3 109,2 76,0 70,2 108,6 75,0 67,7
Sulawesi Tenggara 114,7 76,3 70,7 114,9 78,2 75,4 114,8 77,3 73,0
Gorontalo 111,3 68,6 59,7 106,9 78,8 64,1 109,2 73,5 61,9
Sulawesi Barat 112,3 62,5 48,0 109,4 67,8 56,5 110,9 65,1 52,2
Maluku 117,2 88,6 79,2 119,2 84,9 97,4 118,1 86,8 86,9
Maluku Utara 115,4 84,0 75,5 118,3 77,0 74,4 116,7 80,5 75,0
Papua Barat 115,8 64,0 82,0 114,1 70,2 61,5 115,0 66,7 72,1
Papua 92,4 65,0 49,4 94,3 54,4 46,8 93,3 60,0 48,2
Indonesia 111,7 79,8 63,0 111,6 81,4 62,7 111,7 80,6 62,9
Sumber: Susenas 2010, BPS

151
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 45. Angka Partisipasi Murni (APM) Anak usia 7-18 tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Jenjang, 2010
Perkotaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C

SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C

SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C
(1) (2) (3) (4)

(6) (7) (8) (10) (11) (12)
Aceh 97,2 76,9 64,1 97,9 74,9 71,1 97,6 75,9 67,6
Sumatera Utara 95,9 72,4 60,2 94,9 73,3 58,8 95,4 72,9 59,5
Sumatera Barat 96,7 65,5 59,0 94,9 75,1 61,1 95,9 70,6 60,1
Riau 97,2 74,2 61,0 95,5 67,4 64,4 96,4 70,8 62,8
Jambi 96,8 66,2 49,4 97,7 73,1 53,8 97,2 69,8 51,5
Sumatera Selatan 96,3 69,0 55,9 89,6 65,8 58,1 92,9 67,3 57,0
Bengkulu 96,4 77,8 66,7 94,8 76,7 63,4 95,7 77,3 64,8
Lampung 93,8 72,3 53,2 90,2 63,1 53,5 92,1 67,8 53,4
Bangka Belitung 92,7 53,7 46,9 95,5 55,3 46,7 94,1 54,5 46,8
Kepulauan Riau 93,2 77,3 49,1 96,3 72,0 66,2 94,7 74,7 57,7
DKI Jakarta 95,0 73,7 57,2 94,2 70,4 45,1 94,6 72,0 50,6
Jawa Barat 96,5 70,1 48,3 93,9 70,5 40,8 95,2 70,3 44,5
Jawa Tengah 97,0 72,6 52,2 95,5 72,3 51,0 96,3 72,5 51,6
DI Yogyakarta 91,3 69,5 65,2 95,3 78,8 55,2 93,4 73,7 60,2
Jawa Timur 95,9 74,9 62,9 95,8 71,3 55,5 95,8 73,1 59,3
Banten 94,7 61,7 50,0 94,4 61,7 42,0 94,5 61,7 46,2
Bali 95,5 66,9 60,2 94,3 64,6 61,4 94,9 65,8 60,8
Nusa Tenggara Barat 95,3 68,2 55,8 94,7 71,9 52,1 95,1 69,8 53,9
Nusa Tenggara Timur 91,6 47,5 66,2 87,2 58,0 60,2 89,4 52,8 63,2
Kalimantan Barat 95,2 59,2 59,3 93,9 58,4 50,3 94,6 58,8 54,5
Kalimantan Tengah 97,0 57,4 51,3 93,9 60,1 59,3 95,5 58,8 55,1
Kalimantan Selatan 94,6 63,0 46,3 95,1 63,4 42,8 94,8 63,2 44,5
Kalimantan Timur 93,6 74,2 55,0 91,9 73,9 64,9 92,7 74,0 59,8
Sulawesi Utara 92,9 65,4 52,9 90,7 71,4 53,4 91,9 68,3 53,1
Sulawesi Tengah 89,1 57,9 48,5 93,6 73,6 49,0 91,4 66,0 48,8
Sulawesi Selatan 93,4 63,2 50,4 91,7 61,5 50,4 92,6 62,3 50,4
Sulawesi Tenggara 96,7 62,5 53,3 93,2 61,9 51,3 95,0 62,2 52,3
Gorontalo 89,2 49,8 44,8 89,6 55,1 55,6 89,4 52,4 50,5
Sulawesi Barat 95,6 60,4 49,0 96,2 50,7 59,5 95,9 55,6 54,4
Maluku 90,7 64,4 63,8 94,0 66,4 66,4 92,2 65,4 64,9
Maluku Utara 90,7 63,6 66,2 93,3 63,7 57,0 91,8 63,7 61,2
Papua Barat 95,3 55,6 67,1 93,6 60,5 44,4 94,5 57,5 55,8
Papua 97,7 75,1 65,7 96,2 66,1 64,7 97,0 70,4 65,2
Indonesia 95,7 70,0 54,7 94,3 69,4 50,3 95,0 69,7 52,5
Sumber: Susenas 2010, BPS

Profil Anak Indonesia 2011
152
Tabel 46. Angka Partisipasi Murni (APM) Anak usia 7-18 tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Jenjang, 2010
Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C

SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C

SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C
(1) (2) (3) (4)

(6) (7) (8) (10) (11) (12)
Aceh 97,3 80,2 60,2 97,2 78,6 60,8 97,2 79,4 60,50
Sumatera Utara 94,4 74,8 50,5 96,3 77,8 53,7 95,3 76,3 52,17
Sumatera Barat 94,8 66,2 45,3 95,8 67,3 58,4 95,3 66,8 51,81
Riau 95,0 71,5 42,8 97,4 71,8 47,9 96,2 71,7 45,17
Jambi 94,7 64,7 40,6 95,3 66,8 44,5 95,0 65,7 42,44
Sumatera Selatan 92,9 60,8 32,0 96,9 71,0 39,0 94,8 65,8 35,29
Bengkulu 95,1 64,7 40,8 95,8 70,1 43,4 95,5 67,2 42,04
Lampung 96,2 69,7 38,8 96,2 70,6 35,9 96,2 70,2 37,42
Bangka Belitung 92,5 48,9 27,8 91,3 56,5 36,8 91,9 52,7 32,34
Kepulauan Riau 93,1 58,1 31,8 94,6 74,7 55,9 93,8 65,7 43,39
DKI Jakarta - - - - - - - - -
Jawa Barat 93,0 63,8 28,1 96,5 66,6 25,6 94,7 65,1 26,90
Jawa Tengah 95,4 64,5 38,9 96,0 71,8 38,3 95,7 67,9 38,64
DI Yogyakarta 97,0 74,3 53,2 97,1 84,8 63,4 97,1 79,4 57,56
Jawa Timur 95,6 66,5 40,0 95,3 69,0 34,7 95,4 67,7 37,53
Banten 95,0 59,6 24,7 95,0 56,8 29,1 95,0 58,2 26,67
Bali 97,2 72,9 58,4 95,5 67,9 40,0 96,4 70,6 50,63
Nusa Tenggara Barat 95,2 72,8 52,0 95,3 73,4 39,2 95,2 73,0 45,63
Nusa Tenggara Timur 93,0 48,7 19,7 94,4 52,8 29,0 93,7 50,6 24,06
Kalimantan Barat 95,2 54,3 26,8 94,4 55,7 29,8 94,8 55,0 28,16
Kalimantan Tengah 97,4 61,2 34,7 96,9 64,2 28,4 97,2 62,6 31,88
Kalimantan Selatan 96,0 57,4 29,4 94,2 61,4 31,6 95,1 59,3 30,47
Kalimantan Timur 95,3 67,6 45,2 97,3 74,4 41,8 96,3 70,4 43,65
Sulawesi Utara 91,6 65,9 45,4 93,6 66,3 52,4 92,6 66,1 48,63
Sulawesi Tengah 94,6 59,0 35,7 93,5 59,5 37,4 94,1 59,3 36,49
Sulawesi Selatan 92,7 62,2 38,6 93,4 62,5 35,9 93,0 62,3 37,32
Sulawesi Tenggara 94,8 67,3 46,3 95,4 70,2 47,3 95,1 68,7 46,80
Gorontalo 91,4 50,3 33,9 91,6 59,4 32,7 91,5 54,6 33,29
Sulawesi Barat 94,0 51,0 23,5 92,9 56,9 28,8 93,5 53,9 26,06
Maluku 96,2 73,2 54,5 96,4 76,8 59,1 96,3 75,0 56,43
Maluku Utara 95,7 69,6 49,7 93,4 63,9 48,5 94,6 66,8 49,16
Papua Barat 92,1 45,6 38,1 87,4 42,0 27,5 90,0 44,0 33,10
Papua 71,5 45,8 27,1 70,2 40,0 22,5 70,9 43,2 24,93
Indonesia 94,1 64,6 38,1 95,0 67,5 38,3 94,5 66,0 38,19
Sumber: Susenas 2010, BPS
153
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 47. Angka Partisipasi Murni (APM) Anak usia 7-18 tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Jenjang, 2010
Perkotaan + Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C

SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C

SD/
MI/
Paket A
SMP/
MTs/
Paket B
SM/
MA/
Paket C
(1) (2) (3) (4)

(6) (7) (8) (10) (11) (12)
Aceh 97,3 79,4 61,3 97,4 77,7 63,6 97,3 78,6 62,4
Sumatera Utara 95,0 73,8 55,3 95,6 75,8 56,1 95,3 74,8 55,7
Sumatera Barat 95,5 66,0 50,7 95,5 70,4 59,5 95,5 68,2 55,1
Riau 95,8 72,5 49,6 96,7 70,1 55,0 96,2 71,4 52,2
Jambi 95,3 65,1 43,3 96,0 68,9 47,5 95,6 66,9 45,3
Sumatera Selatan 93,9 63,4 40,9 94,4 69,1 46,3 94,2 66,3 43,5
Bengkulu 95,5 68,7 48,8 95,5 72,3 51,1 95,5 70,4 50,0
Lampung 95,6 70,4 42,8 94,7 68,8 41,0 95,2 69,6 42,0
Bangka Belitung 92,6 51,2 36,7 93,2 55,9 40,9 92,9 53,6 38,7
Kepulauan Riau 93,1 73,3 45,4 96,0 72,5 64,2 94,6 72,9 54,7
DKI Jakarta 95,0 73,7 57,2 94,2 70,4 45,1 94,6 72,0 50,6
Jawa Barat 95,2 67,8 41,5 94,8 69,1 36,1 95,0 68,4 38,8
Jawa Tengah 96,1 68,1 45,4 95,8 72,0 44,6 95,9 69,9 45,0
DI Yogyakarta 93,6 71,0 61,1 95,9 80,8 57,5 94,8 75,6 59,4
Jawa Timur 95,7 70,2 51,5 95,5 70,1 45,4 95,6 70,2 48,6
Banten 94,8 60,8 41,2 94,6 59,8 37,7 94,7 60,3 39,6
Bali 96,2 69,5 59,5 94,8 65,9 54,7 95,5 67,8 57,1
Nusa Tenggara Barat 95,2 70,9 53,7 95,1 72,7 44,9 95,2 71,7 49,4
Nusa Tenggara Timur 92,8 48,5 32,2 93,3 53,9 37,9 93,0 51,0 34,9
Kalimantan Barat 95,2 55,6 36,4 94,3 56,5 37,3 94,8 56,1 36,8
Kalimantan Tengah 97,3 60,0 40,0 95,9 62,7 39,2 96,6 61,3 39,6
Kalimantan Selatan 95,5 59,8 36,1 94,5 62,2 36,4 95,0 60,9 36,2
Kalimantan Timur 94,3 71,3 51,2 94,0 74,0 56,3 94,1 72,6 53,7
Sulawesi Utara 92,2 65,7 48,9 92,3 68,6 52,8 92,2 67,1 50,7
Sulawesi Tengah 93,5 58,8 39,5 93,5 63,1 41,1 93,5 60,8 40,2
Sulawesi Selatan 92,9 62,5 43,3 92,8 62,1 42,2 92,9 62,3 42,7
Sulawesi Tenggara 95,3 66,1 48,4 94,9 68,2 48,7 95,1 67,1 48,5
Gorontalo 90,7 50,1 37,5 90,9 57,9 40,7 90,8 53,8 39,1
Sulawesi Barat 94,3 53,0 30,3 93,6 55,5 37,9 93,9 54,2 34,0
Maluku 94,4 70,5 58,2 95,7 73,3 61,9 95,0 71,9 59,8
Maluku Utara 94,5 68,1 54,0 93,4 63,9 51,3 94,0 66,0 52,7
Papua Barat 93,4 50,1 51,6 90,2 49,1 35,8 91,9 49,6 43,9
Papua 76,4 52,0 38,1 76,0 46,9 33,7 76,2 49,6 36,1
Indonesia 94,8 67,1 46,5 94,7 68,4 44,6 94,8 67,7 45,6
Sumber: Susenas 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
154
Tabel 48. Status Sekolah Anak Usia 7-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status Sekolah, 2010
Perkotaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 96,7 1,2 2,1 100 97,8 0,2 2,0 100 97,3 0,7 2,0 100
Sumatera Utara 94,2 2,1 3,7 100 95,7 1,4 2,9 100 94,9 1,8 3,3 100
Sumatera Barat 93,2 4,7 2,1 100 95,5 1,8 2,7 100 94,4 3,3 2,4 100
Riau 96,4 1,6 2,0 100 96,3 0,4 3,3 100 96,3 1,0 2,6 100
Jambi 93,9 1,8 4,3 100 93,1 2,3 4,6 100 93,5 2,0 4,4 100
Sumatera Selatan 93,9 3,4 2,7 100 94,3 1,1 4,6 100 94,1 2,2 3,7 100
Bengkulu 95,1 1,7 3,2 100 95,3 1,5 3,1 100 95,2 1,6 3,2 100
Lampung 92,5 1,9 5,6 100 92,8 2,3 4,9 100 92,7 2,1 5,3 100
Bangka Belitung 88,3 6,8 4,9 100 92,5 3,2 4,3 100 90,3 5,0 4,6 100
Kepulauan Riau 93,5 4,6 1,9 100 97,1 0,9 2,0 100 95,3 2,8 1,9 100
DKI Jakarta 93,6 1,4 5,1 100 90,8 1,4 7,8 100 92,1 1,4 6,5 100
Jawa Barat 89,2 2,9 8,0 100 89,0 2,0 9,0 100 89,1 2,4 8,5 100
Jawa Tengah 91,5 2,1 6,4 100 92,9 0,7 6,4 100 92,1 1,5 6,4 100
DI Yogyakarta 97,5 0,6 1,9 100 95,0 0,6 4,4 100 96,2 0,6 3,2 100
Jawa Timur 94,3 2,1 3,7 100 94,7 1,1 4,2 100 94,5 1,6 3,9 100
Banten 92,0 2,4 5,5 100 88,6 2,5 8,9 100 90,4 2,5 7,2 100
Bali 96,1 1,4 2,4 100 94,2 2,1 3,8 100 95,1 1,8 3,1 100
Nusa Tenggara Barat 91,2 3,0 5,8 100 92,7 1,7 5,6 100 91,9 2,4 5,7 100
Nusa Tenggara Timur 92,3 4,7 3,0 100 94,3 3,0 2,7 100 93,3 3,9 2,9 100
Kalimantan Barat 93,5 2,6 3,8 100 93,5 2,4 4,1 100 93,5 2,5 3,9 100
Kalimantan Tengah 93,7 2,2 4,1 100 95,9 1,2 2,8 100 94,9 1,7 3,4 100
Kalimantan Selatan 91,3 4,0 4,7 100 90,7 2,8 6,5 100 91,0 3,4 5,6 100
Kalimantan Timur 93,9 1,6 4,5 100 96,0 1,1 2,9 100 94,9 1,4 3,7 100
Sulawesi Utara 89,2 6,8 3,9 100 94,0 2,2 3,8 100 91,5 4,6 3,9 100
Sulawesi Tengah 91,9 3,1 4,9 100 92,8 4,2 3,0 100 92,4 3,7 3,9 100
Sulawesi Selatan 89,3 5,1 5,7 100 93,5 2,2 4,2 100 91,4 3,6 4,9 100
Sulawesi Tenggara 94,6 2,3 3,1 100 93,6 2,8 3,7 100 94,1 2,5 3,4 100
Gorontalo 87,6 8,1 4,3 100 92,1 4,3 3,6 100 89,9 6,1 4,0 100
Sulawesi Barat 88,3 6,6 5,1 100 89,6 5,6 4,8 100 89,0 6,1 4,9 100
Maluku 94,5 2,5 3,0 100 97,4 0,8 1,8 100 95,9 1,7 2,4 100
Maluku Utara 95,6 2,9 1,5 100 92,2 2,7 5,1 100 94,0 2,8 3,2 100
Papua Barat 95,4 2,9 1,6 100 94,2 4,9 0,9 100 94,9 3,8 1,3 100
Papua 95,7 1,8 2,5 100 94,5 2,4 3,1 100 95,1 2,1 2,8 100
Indonesia 96,7 1,2 2,1 100 97,8 0,2 2,0 100 97,3 0,7 2,0 100
Sumber: Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Masih Sekolah
2. Putus Sekolah
3. Tamat Sekolah
155
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 49. Status Sekolah Anak Usia 7-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status Sekolah, 2010
Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 94,8 1,8 3,4 100 96,3 1,1 2,6 100 95,5 1,5 3,0 100
Sumatera Utara 93,6 2,5 3,9 100 94,4 1,7 3,9 100 94,0 2,1 3,9 100
Sumatera Barat 91,5 5,5 3,0 100 94,2 2,5 3,2 100 92,8 4,1 3,1 100
Riau 93,8 2,2 4,0 100 94,7 0,9 4,4 100 94,2 1,6 4,2 100
Jambi 89,9 4,5 5,6 100 91,5 3,4 5,0 100 90,7 4,0 5,3 100
Sumatera Selatan 88,0 5,2 6,9 100 91,3 2,0 6,7 100 89,6 3,6 6,8 100
Bengkulu 91,4 3,4 5,1 100 91,8 3,5 4,7 100 91,6 3,4 4,9 100
Lampung 89,5 3,2 7,4 100 90,4 2,9 6,7 100 89,9 3,0 7,0 100
Bangka Belitung 85,0 9,2 5,7 100 88,5 5,2 6,3 100 86,7 7,2 6,0 100
Kepulauan Riau 92,2 5,4 2,4 100 96,6 1,2 2,2 100 94,3 3,4 2,3 100
DKI Jakarta 93,6 1,4 5,1 100 90,8 1,4 7,8 100 92,1 1,4 6,5 100
Jawa Barat 87,1 3,3 9,6 100 87,7 1,9 10,3 100 87,4 2,6 10,0 100
Jawa Tengah 89,2 2,4 8,5 100 90,9 1,1 8,0 100 90,0 1,8 8,3 100
DI Yogyakarta 94,9 1,8 3,3 100 94,7 0,6 4,6 100 94,8 1,2 4,0 100
Jawa Timur 91,5 2,5 5,9 100 92,2 1,2 6,7 100 91,8 1,9 6,3 100
Banten 89,4 2,9 7,8 100 86,6 2,9 10,5 100 88,0 2,9 9,1 100
Bali 94,4 2,5 3,1 100 91,8 3,4 4,7 100 93,2 3,0 3,9 100
Nusa Tenggara Barat 91,2 4,0 4,8 100 91,5 2,9 5,6 100 91,4 3,5 5,2 100
Nusa Tenggara Timur 87,6 8,9 3,5 100 89,3 6,3 4,3 100 88,4 7,7 3,9 100
Kalimantan Barat 89,5 4,9 5,6 100 89,4 4,4 6,2 100 89,5 4,6 5,9 100
Kalimantan Tengah 89,5 3,8 6,7 100 91,2 2,8 6,0 100 90,3 3,4 6,4 100
Kalimantan Selatan 87,1 5,4 7,5 100 88,1 4,1 7,8 100 87,6 4,8 7,7 100
Kalimantan Timur 92,6 2,3 5,2 100 94,7 1,5 3,8 100 93,6 1,9 4,5 100
Sulawesi Utara 89,0 6,7 4,3 100 93,0 3,2 3,8 100 90,9 5,0 4,1 100
Sulawesi Tengah 87,7 6,0 6,4 100 89,9 3,6 6,4 100 88,8 4,9 6,4 100
Sulawesi Selatan 87,4 6,0 6,6 100 89,2 5,3 5,5 100 88,3 5,7 6,0 100
Sulawesi Tenggara 90,9 5,3 3,9 100 92,3 3,9 3,9 100 91,5 4,6 3,9 100
Gorontalo 85,8 10,2 4,0 100 87,3 8,0 4,7 100 86,5 9,1 4,3 100
Sulawesi Barat 86,7 8,4 4,9 100 87,5 5,6 6,9 100 87,1 7,0 5,9 100
Maluku 94,1 2,7 3,3 100 96,1 1,6 2,3 100 95,0 2,2 2,8 100
Maluku Utara 93,0 3,9 3,2 100 91,6 5,5 2,9 100 92,3 4,6 3,0 100
Papua Barat 92,0 5,2 2,8 100 88,6 9,4 2,0 100 90,4 7,1 2,5 100
Papua 93,6 2,4 4,0 100 90,7 4,4 4,9 100 92,3 3,3 4,4 100
Indonesia 90,0 3,5 6,5 100 90,8 2,3 6,9 100 90,4 2,9 6,7 100
Sumber: Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Masih Sekolah
2. Putus Sekolah
3. Tamat Sekolah
Profil Anak Indonesia 2011
156
Tabel 50. Status Sekolah Anak Usia 7-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status Sekolah, 2010
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 Jumlah

1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 94,1 2,0 3,8 100 95,7 1,4 2,9 100 94,9 1,7 3,4 100
Sumatera Utara 93,0 2,9 4,1 100 93,2 2,0 4,8 100 93,1 2,5 4,4 100
Sumatera Barat 90,5 6,0 3,5 100 93,4 3,0 3,6 100 91,9 4,5 3,5 100
Riau 92,2 2,6 5,3 100 93,8 1,3 5,0 100 92,9 1,9 5,1 100
Jambi 88,3 5,6 6,2 100 90,9 3,9 5,2 100 89,5 4,8 5,7 100
Sumatera Selatan 85,1 6,0 8,9 100 89,7 2,5 7,8 100 87,3 4,3 8,4 100
Bengkulu 89,7 4,2 6,0 100 90,2 4,3 5,4 100 90,0 4,3 5,7 100
Lampung 88,5 3,6 7,9 100 89,6 3,1 7,3 100 89,0 3,4 7,6 100
Bangka Belitung 82,1 11,4 6,5 100 85,2 6,9 7,9 100 83,7 9,2 7,2 100
Kepulauan Riau 86,9 8,6 4,5 100 94,2 2,9 2,9 100 90,4 5,9 3,7 100
DKI Jakarta 83,5 4,0 12,5 100 85,4 1,9 12,7 100 84,4 3,0 12,6 100
Jawa Barat 87,4 2,5 10,1 100 89,3 1,4 9,3 100 88,3 2,0 9,7 100
Jawa Tengah 90,2 4,0 5,8 100 94,2 0,7 5,1 100 92,1 2,4 5,5 100
DI Yogyakarta 89,0 3,0 8,0 100 89,8 1,3 9,0 100 89,4 2,2 8,5 100
Jawa Timur 85,0 3,6 11,4 100 83,2 3,7 13,0 100 84,2 3,7 12,2 100
Banten 92,2 3,9 3,9 100 88,2 5,6 6,3 100 90,3 4,7 5,0 100
Bali 91,2 4,7 4,1 100 90,8 3,6 5,6 100 91,0 4,2 4,8 100
Nusa Tenggara Barat 86,6 9,8 3,6 100 88,1 7,1 4,7 100 87,3 8,5 4,2 100
Nusa Tenggara Timur 88,0 5,8 6,2 100 87,6 5,2 7,1 100 87,8 5,5 6,7 100
Kalimantan Barat 87,6 4,6 7,8 100 88,6 3,7 7,8 100 88,0 4,2 7,8 100
Kalimantan Tengah 84,3 6,3 9,3 100 86,3 4,9 8,8 100 85,3 5,6 9,0 100
Kalimantan Selatan 90,6 3,2 6,2 100 92,5 2,2 5,3 100 91,5 2,8 5,8 100
Kalimantan Timur 88,8 6,6 4,7 100 92,2 4,0 3,8 100 90,4 5,4 4,3 100
Sulawesi Utara 86,5 6,8 6,8 100 89,0 3,5 7,5 100 87,7 5,2 7,1 100
Sulawesi Tengah 86,4 6,5 7,1 100 86,7 7,1 6,2 100 86,5 6,8 6,6 100
Sulawesi Selatan 89,6 6,3 4,1 100 91,8 4,2 3,9 100 90,7 5,3 4,0 100
Sulawesi Tenggara 85,0 11,3 3,8 100 84,6 10,1 5,3 100 84,8 10,7 4,5 100
Gorontalo 86,2 8,9 4,9 100 86,9 5,6 7,5 100 86,5 7,3 6,2 100
Sulawesi Barat 93,9 2,7 3,4 100 95,4 2,1 2,5 100 94,6 2,4 3,0 100
Maluku 92,1 4,2 3,7 100 91,4 6,3 2,2 100 91,8 5,2 3,0 100
Maluku Utara 89,4 6,9 3,7 100 84,1 13,0 2,9 100 87,0 9,6 3,4 100
Papua Barat 92,8 2,7 4,5 100 89,1 5,2 5,7 100 91,2 3,8 5,0 100
Papua 88,1 4,3 7,6 100 89,3 2,9 7,8 100 88,7 3,6 7,7 100
Indonesia 94,1 2,0 3,8 100 95,7 1,4 2,9 100 94,9 1,7 3,4 100
Sumber: Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Masih Sekolah
2. Putus Sekolah
3. Tamat Sekolah
157
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 51. Persentase Anak Usia 7-17 Tahun yang Tidak/Belum Pernah Bersekolah atau
Tidak Bersekolah Lagi menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Alasan Tidak Sekolah, 2010
Perkotaan
Provinsi
Laki Laki
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Aceh 48,3 3,3 4,0 1,6 6,5 2,4 1,5 32,4 100,0
Sumatera Utara 48,9 10,5 0,1 8,2 1,9 0,4 3,6 0,5 0,1 25,7 100,0
Sumatera Barat 34,7 4,5 3,5 3,3 0,5 7,5 3,4 0,9 41,7 100,0
Riau 40,5 18,7 4,1 1,7 1,2 7,2 2,1 6,8 17,7 100,0
Jambi 46,7 11,0 5,5 4,9 5,5 4,9 5,0 4,7 11,9 100,0
Sumatera Selatan 33,8 14,7 3,5 3,4 5,2 5,5 5,2 3,3 25,2 100,0
Bengkulu 55,8 9,6 7,5 0,4 6,5 20,2 100,0
Lampung 57,9 12,5 6,6 2,1 3,3 0,8 1,9 14,8 100,0
Bangka Belitung 34,4 6,5 1,5 1,5 1,0 6,4 2,0 3,2 43,5 100,0
Kepulauan Riau 79,9 4,1 0,9 0,2 1,1 7,2 0,7 6,0 100,0
DKI Jakarta 54,5 20,8 1,0 0,7 1,8 21,2 100,0
Jawa Barat 62,7 9,2 0,1 4,2 2,1 0,3 2,3 0,9 18,2 100,0
Jawa Tengah 54,5 7,6 6,0 1,7 0,3 5,1 1,2 2,0 21,5 100,0
DI Yogyakarta 67,7 10,4 2,8 19,2 100,0
Jawa Timur 47,1 9,1 0,1 6,6 0,6 0,3 7,7 1,5 0,4 26,6 100,0
Banten 57,7 12,6 2,0 3,9 5,7 1,5 16,6 100,0
Bali 36,5 10,7 1,7 4,6 11,6 3,8 31,0 100,0
Nusa Tenggara Barat 45,7 10,9 1,9 1,3 2,4 5,4 1,1 0,6 30,7 100,0
Nusa Tenggara Timur 49,1 8,4 1,0 0,4 3,4 2,1 3,4 32,0 100,0
Kalimantan Barat 39,0 8,0 7,4 2,3 1,9 8,0 4,2 2,9 26,2 100,0
Kalimantan Tengah 38,0 19,9 2,6 13,0 3,0 3,1 0,3 2,2 17,8 100,0
Kalimantan Selatan 20,6 22,3 2,9 2,8 1,2 7,6 0,8 0,6 41,1 100,0
Kalimantan Timur 33,8 25,6 5,5 0,5 0,3 1,5 3,7 2,4 26,6 100,0
Sulawesi Utara 36,6 17,2 1,8 6,5 2,3 0,1 2,3 1,1 32,0 100,0
Sulawesi Tengah 45,0 14,6 2,2 3,0 3,4 0,5 31,3 100,0
Sulawesi Selatan 45,5 16,5 0,9 1,3 0,6 6,2 4,3 0,4 24,2 100,0
Sulawesi Tenggara 27,4 26,8 3,4 1,1 8,5 1,6 4,1 27,1 100,0
Gorontalo 43,3 8,5 2,3 3,8 4,2 37,9 100,0
Sulawesi Barat 57,5 10,6 1,1 8,1 2,4 20,2 100,0
Maluku 38,5 13,7 10,4 0,4 2,1 0,9 34,0 100,0
Maluku Utara 75,0 1,7 0,6 3,3 3,1 2,3 14,0 100,0
Papua Barat 61,9 7,1 10,6 20,3 100,0
Papua 40,9 1,8 4,7 13,2 7,3 32,1 100,0
Indonesia 53,4 10,9 0,1 4,4 1,8 0,6 4,3 1,5 0,7 22,3 100,0
Sumber: Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak ada biaya
2. Bekerja/mencari nafkah
3. Menikah/mengurus rt
4. Merasa pendidikan cukup
5. Malu karena ekonomi
6. Sekolah jauh
7. Cacat
8. Menunggu pengumuman
9. Tidak diterima
10. Lainnya
Profil Anak Indonesia 2011
158
Tabel 51. (Lanjutan)
Perkotaan
Provinsi
Perempuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
(1) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23)
Aceh 42,4 6,1 3,9 5,0 12,8 18,0 11,8 100,0
Sumatera Utara 48,7 12,0 1,0 4,1 1,0 0,4 6,1 5,9 0,2 20,5 100,0
Sumatera Barat 42,6 3,6 0,8 3,7 7,5 5,6 5,1 3,4 27,7 100,0
Riau 47,8 10,7 1,2 8,0 2,8 3,3 13,0 13,2 100,0
Jambi 44,6 12,3 4,8 8,2 5,5 5,5 2,8 3,1 13,3 100,0
Sumatera Selatan 50,3 4,8 8,0 9,6 1,8 0,9 4,3 12,5 7,8 100,0
Bengkulu 60,5 8,4 0,6 6,2 5,5 4,0 3,2 11,7 100,0
Lampung 68,2 2,2 2,3 3,9 2,6 0,7 3,9 4,1 1,4 10,7 100,0
Bangka Belitung 36,6 6,9 2,2 4,8 1,3 7,0 1,3 40,1 100,0
Kepulauan Riau 40,2 8,0 2,1 5,0 1,6 1,6 5,3 4,8 3,7 27,7 100,0
DKI Jakarta 56,7 22,3 0,7 1,7 1,3 1,4 3,3 1,8 10,9 100,0
Jawa Barat 69,2 11,4 1,5 2,8 0,8 0,3 1,5 1,5 0,4 10,6 100,0
Jawa Tengah 63,4 10,7 0,3 3,8 0,6 0,5 6,1 1,5 0,1 13,0 100,0
DI Yogyakarta 75,8 16,8 6,0 1,4 100,0
Jawa Timur 52,2 11,0 7,1 5,8 0,8 0,4 4,0 2,4 1,0 15,4 100,0
Banten 67,2 12,6 0,9 3,0 0,7 1,3 1,2 0,2 12,8 100,0
Bali 67,1 17,3 6,3 0,7 8,6 100,0
Nusa Tenggara Barat 62,0 2,3 8,0 5,2 0,2 7,0 0,5 14,8 100,0
Nusa Tenggara Timur 45,1 5,0 2,9 2,1 6,0 0,5 7,2 2,7 0,3 28,3 100,0
Kalimantan Barat 54,5 11,5 1,5 5,5 1,1 1,8 7,4 16,8 100,0
Kalimantan Tengah 36,9 6,2 18,1 6,9 0,8 5,1 4,2 0,7 4,4 16,7 100,0
Kalimantan Selatan 44,4 10,9 9,0 3,4 4,6 1,3 0,4 1,2 24,8 100,0
Kalimantan Timur 39,0 13,9 6,6 9,2 0,5 0,8 4,1 4,9 20,8 100,0
Sulawesi Utara 42,3 14,4 6,5 7,4 0,5 3,6 25,2 100,0
Sulawesi Tengah 52,1 0,5 2,6 10,8 6,7 3,4 4,9 5,3 13,7 100,0
Sulawesi Selatan 55,8 8,2 6,9 3,0 0,8 0,6 3,0 6,1 15,7 100,0
Sulawesi Tenggara 47,9 11,0 11,0 0,6 2,4 4,8 22,3 100,0
Gorontalo 57,5 1,5 3,2 0,5 3,4 7,5 5,8 2,3 18,1 100,0
Sulawesi Barat 44,6 5,0 2,5 7,6 2,5 2,5 0,5 34,7 100,0
Maluku 29,7 4,7 4,1 24,2 1,0 36,3 100,0
Maluku Utara 43,3 2,0 4,3 17,8 1,8 6,1 1,8 0,4 22,6 100,0
Papua Barat 80,8 5,7 1,6 0,6 11,3 100,0
Papua 41,3 1,8 7,3 1,5 5,6 2,8 39,8 100,0
Indonesia 61,1 11,5 2,7 3,6 1,1 0,6 3,1 2,4 0,4 13,5 100,0
Sumber: Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak ada biaya
2. Bekerja/mencari nafkah
3. Menikah/mengurus rt
4. Merasa pendidikan cukup
5. Malu karena ekonomi
6. Sekolah jauh
7. Cacat
8. Menunggu pengumuman
9. Tidak diterima
10. Lainnya

159
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 51. (Lanjutan)
Perkotaan
Provinsi
Laki-Laki + Perempuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
(1) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) (31) (32) (33) (34)
Aceh 46,1 4,4 1,5 4,4 1,0 8,9 8,2 0,9 24,7 100,0
Sumatera Utara 48,8 11,2 0,5 6,4 1,5 0,4 4,7 2,8 0,2 23,5 100,0
Sumatera Barat 37,9 4,1 0,3 3,6 5,0 0,3 6,8 4,1 1,9 36,1 100,0
Riau 43,7 15,1 0,5 5,9 2,2 0,7 5,5 7,0 3,8 15,7 100,0
Jambi 45,6 11,7 2,5 6,9 5,2 2,6 5,2 3,8 3,8 12,6 100,0
Sumatera Selatan 41,7 9,9 3,8 6,4 2,6 3,2 4,9 8,7 1,7 16,9 100,0
Bengkulu 58,0 9,0 0,3 6,9 2,8 1,8 5,0 16,2 100,0
Lampung 62,7 7,7 1,1 5,4 1,2 1,5 3,6 2,4 1,7 12,9 100,0
Bangka Belitung 35,2 6,6 0,8 2,7 1,4 0,6 6,6 1,3 2,5 42,2 100,0
Kepulauan Riau 68,1 5,2 0,6 2,1 0,6 1,3 6,6 1,9 1,1 12,5 100,0
DKI Jakarta 55,8 21,7 0,4 1,4 1,0 0,8 1,9 1,8 15,1 100,0
Jawa Barat 66,0 10,3 0,8 3,5 1,5 0,3 1,9 1,2 0,2 14,4 100,0
Jawa Tengah 58,4 9,0 0,1 5,0 1,2 0,4 5,5 1,3 1,2 17,8 100,0
DI Yogyakarta 73,1 14,7 4,1 0,9 7,2 100,0
Jawa Timur 49,4 10,0 3,2 6,2 0,7 0,3 6,0 1,9 0,7 21,6 100,0
Banten 63,0 12,6 0,5 2,6 2,1 0,7 3,2 0,8 14,5 100,0
Bali 54,3 14,6 3,7 1,1 1,9 4,9 1,6 17,9 100,0
Nusa Tenggara Barat 52,6 7,3 3,4 3,3 0,8 1,5 6,0 0,8 0,4 24,0 100,0
Nusa Tenggara Timur 47,4 7,0 1,2 1,5 2,8 0,2 5,0 2,4 2,1 30,4 100,0
Kalimantan Barat 46,5 9,6 0,7 6,5 1,7 1,0 5,0 5,8 1,5 21,7 100,0
Kalimantan Tengah 37,5 14,6 8,6 10,6 2,1 2,0 3,5 0,5 3,1 17,4 100,0
Kalimantan Selatan 32,8 16,5 4,6 3,2 3,7 0,6 4,4 0,6 0,9 32,7 100,0
Kalimantan Timur 35,9 21,0 2,6 7,0 0,5 0,5 2,6 4,2 1,4 24,3 100,0
Sulawesi Utara 38,5 16,3 3,3 6,8 1,6 0,1 1,7 1,9 29,8 100,0
Sulawesi Tengah 48,5 7,8 1,3 6,4 4,8 1,7 4,1 2,8 22,8 100,0
Sulawesi Selatan 49,6 13,2 2,7 1,7 1,1 0,6 5,0 5,0 0,3 20,8 100,0
Sulawesi Tenggara 37,9 18,7 5,6 1,7 0,8 5,4 3,2 2,0 24,7 100,0
Gorontalo 49,1 5,7 1,3 1,6 1,4 5,3 2,5 2,3 0,9 29,9 100,0
Sulawesi Barat 51,2 5,4 2,5 1,8 7,9 2,5 1,2 0,2 27,3 100,0
Maluku 35,6 9,2 1,5 8,4 0,3 9,3 1,0 34,7 100,0
Maluku Utara 55,8 1,9 2,6 11,0 1,3 2,3 4,6 1,1 0,2 19,2 100,0
Papua Barat 71,1 3,7 2,7 0,8 5,8 16,0 100,0
Papua 41,1 1,8 4,1 2,0 0,9 8,9 4,7 36,4 100,0
Indonesia 57,1 11,2 1,3 4,0 1,5 0,6 3,7 1,9 0,6 18,0 100,0
Sumber: Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak ada biaya
2. Bekerja/mencari nafkah
3. Menikah/mengurus rt
4. Merasa pendidikan cukup
5. Malu karena ekonomi
6. Sekolah jauh
7. Cacat
8. Menunggu pengumuman
9. Tidak diterima
10. Lainnya
Profil Anak Indonesia 2011
160
Tabel 52. Persentase Anak Usia 7-17 Tahun yang Tidak/Belum Pernah Bersekolah atau
tidak Bersekolah Lagi menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Alasan Tidak Sekolah, 2010
Perdesaan
Provinsi
Laki Laki
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Aceh 61,4 8,9 2,7 3,1 4,6 1,8 0,2 0,3 17,0 100,0
Sumatera Utara 48,3 7,3 4,2 1,6 5,4 5,0 0,3 0,4 27,3 100,0
Sumatera Barat 50,1 2,5 2,8 2,4 2,0 4,6 1,1 1,2 33,4 100,0
Riau 54,3 9,8 2,3 2,0 4,7 3,3 1,5 22,1 100,0
Jambi 50,5 8,1 5,0 0,4 1,4 3,5 1,4 0,8 28,8 100,0
Sumatera Selatan 49,3 9,6 4,7 2,3 7,4 3,0 0,6 1,0 22,1 100,0
Bengkulu 51,2 6,6 2,4 1,7 3,6 3,4 3,0 0,3 27,7 100,0
Lampung 53,9 6,4 5,3 1,1 4,3 3,5 0,7 1,0 23,7 100,0
Bangka Belitung 45,2 8,8 1,1 1,8 5,4 6,3 0,7 30,7 100,0
Kepulauan Riau 71,4 2,4 6,1 1,2 1,7 1,2 16,0 100,0
DKI Jakarta 69,9 4,8 0,2 2,1 2,1 2,2 1,8 16,9 100,0
Jawa Barat 59,6 5,3 5,4 1,2 0,7 4,0 0,7 0,9 22,2 100,0
Jawa Tengah 54,7 11,7 6,1 1,8 3,1 22,7 100,0
DI Yogyakarta 52,9 8,2 0,2 6,1 1,5 2,8 4,1 0,3 0,7 23,1 100,0
Jawa Timur 60,1 5,5 0,8 3,1 3,6 1,7 25,3 100,0
Banten 63,5 5,5 4,2 2,6 1,8 22,4 100,0
Bali 56,9 3,1 1,1 1,4 1,2 7,1 29,2 100,0
Nusa Tenggara Barat 53,3 5,8 0,2 2,9 1,7 2,8 5,6 0,2 0,6 27,1 100,0
Nusa Tenggara Timur 41,7 12,6 3,9 2,1 11,5 4,3 0,6 0,4 23,0 100,0
Kalimantan Barat 47,0 25,2 1,0 3,0 2,8 7,3 2,8 0,2 10,7 100,0
Kalimantan Tengah 38,2 15,4 7,3 2,6 7,4 1,9 0,5 0,3 26,6 100,0
Kalimantan Selatan 37,7 21,8 1,6 4,3 2,8 7,5 5,5 0,2 18,6 100,0
Kalimantan Timur 36,5 12,9 0,3 9,8 2,7 2,3 3,3 0,8 0,3 31,2 100,0
Sulawesi Utara 54,0 10,9 2,0 2,6 3,6 2,0 0,2 24,7 100,0
Sulawesi Tengah 43,1 13,3 0,5 3,5 2,1 6,2 4,0 0,5 0,6 26,1 100,0
Sulawesi Selatan 43,8 9,5 0,9 0,4 8,6 4,4 0,1 0,2 32,1 100,0
Sulawesi Tenggara 36,3 11,0 2,1 3,0 5,7 3,8 1,1 37,0 100,0
Gorontalo 45,3 14,0 3,5 0,3 14,0 2,4 20,5 100,0
Sulawesi Barat 41,8 5,6 0,5 9,4 1,1 1,2 4,3 36,0 100,0
Maluku 44,0 5,7 4,2 3,5 2,0 9,0 31,7 100,0
Maluku Utara 54,4 12,0 0,1 2,5 3,4 1,2 26,5 100,0
Papua Barat 27,9 4,5 1,1 0,2 33,0 0,3 0,3 32,6 100,0
Papua 53,4 7,7 0,1 3,7 1,7 5,4 3,3 0,4 0,5 23,7 100,0
Indonesia 61,4 8,9 2,7 3,1 4,6 1,8 0,2 0,3 17,0 100,0
Sumber: Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak ada biaya
2. Bekerja/mencari nafkah
3. Menikah/mengurus rt
4. Merasa pendidikan cukup
5. Malu karena ekonomi
6. Sekolah jauh
7. Cacat
8. Menunggu pengumuman
9. Tidak diterima
10. Lainnya
161
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 52. (Lanjutan)
Perdesaan
Provinsi
Perempuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
(1) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23)
Aceh 67,3 2,1 5,1 0,6 0,5 3,1 7,1 0,6 0,6 13,0 100,0
Sumatera Utara 56,7 5,7 2,8 5,5 1,5 5,3 2,8 2,0 0,3 17,2 100,0
Sumatera Barat 53,7 2,3 2,3 3,4 2,2 4,1 6,0 6,3 19,8 100,0
Riau 51,9 1,9 2,9 5,3 2,8 8,2 3,0 1,2 22,7 100,0
Jambi 57,2 2,1 9,5 5,1 2,2 3,7 5,2 0,2 14,8 100,0
Sumatera Selatan 54,9 5,0 3,8 5,6 2,0 7,8 3,5 1,6 16,0 100,0
Bengkulu 56,0 1,3 8,4 3,3 0,9 2,3 2,1 0,6 0,6 24,5 100,0
Lampung 60,1 2,5 2,6 5,0 0,6 3,4 6,2 0,5 1,1 17,9 100,0
Bangka Belitung 38,6 3,3 4,7 4,2 7,9 3,2 38,1 100,0
Kepulauan Riau 60,7 2,6 10,2 6,0 2,6 1,0 17,0 100,0
DKI Jakarta 66,7 3,5 7,9 2,8 2,4 2,8 2,2 0,3 11,5 100,0
Jawa Barat 68,0 4,6 4,0 6,1 1,1 0,8 2,9 0,4 0,2 12,0 100,0
Jawa Tengah 64,8 14,7 5,7 5,7 9,2 100,0
DI Yogyakarta 57,6 4,8 12,2 6,9 0,4 1,8 3,8 0,4 0,2 11,9 100,0
Jawa Timur 68,0 6,6 3,2 1,8 1,1 3,0 1,3 15,0 100,0
Banten 71,1 7,1 1,1 6,5 2,5 11,6 100,0
Bali 54,9 1,3 10,9 3,1 2,8 1,5 3,2 1,4 1,4 19,4 100,0
Nusa Tenggara Barat 58,0 3,6 2,1 3,0 2,2 5,3 4,6 0,3 0,7 20,3 100,0
Nusa Tenggara Timur 51,6 6,2 4,4 3,4 1,5 13,0 2,5 0,1 0,2 17,2 100,0
Kalimantan Barat 52,3 7,7 12,0 5,4 1,9 7,9 4,1 8,7 100,0
Kalimantan Tengah 42,0 5,0 6,4 4,7 3,3 11,0 2,7 0,7 24,1 100,0
Kalimantan Selatan 40,2 6,1 13,1 4,1 1,4 9,4 2,5 1,0 22,2 100,0
Kalimantan Timur 40,4 2,9 9,9 12,9 2,4 4,2 2,9 24,5 100,0
Sulawesi Utara 55,9 2,6 6,0 5,5 0,5 6,6 3,9 0,2 0,6 18,3 100,0
Sulawesi Tengah 59,4 2,9 4,9 3,7 1,9 4,4 3,3 1,7 0,7 17,1 100,0
Sulawesi Selatan 52,9 2,4 10,2 1,4 0,5 6,3 5,3 0,3 20,8 100,0
Sulawesi Tenggara 59,5 0,6 3,7 0,9 0,5 8,8 1,5 2,6 21,8 100,0
Gorontalo 48,3 4,6 5,5 0,4 18,1 3,7 0,4 0,4 18,7 100,0
Sulawesi Barat 52,3 4,5 1,6 4,2 5,5 9,1 22,9 100,0
Maluku 64,1 1,0 2,5 2,2 3,5 3,5 3,1 20,0 100,0
Maluku Utara 68,3 2,0 3,2 0,1 0,9 7,1 0,8 0,7 17,0 100,0
Papua Barat 31,2 5,2 0,4 0,3 0,4 29,2 0,6 0,2 32,5 100,0
Papua 58,3 4,1 5,8 4,1 1,4 5,7 3,1 0,6 0,3 16,4 100,0
Indonesia 67,3 2,1 5,1 0,6 0,5 3,1 7,1 0,6 0,6 13,0 100,0
Sumber: Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak ada biaya
2. Bekerja/mencari nafkah
3. Menikah/mengurus rt
4. Merasa pendidikan cukup
5. Malu karena ekonomi
6. Sekolah jauh
7. Cacat
8. Menunggu pengumuman
9. Tidak diterima
10. Lainnya
Profil Anak Indonesia 2011
162
Tabel 52. (Lanjutan)
Perdesaan
Provinsi
Laki Laki + perempuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
(1) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) (31) (32) (33) (34)
Aceh 63,9 6,0 2,2 1,8 2,0 4,0 4,0 0,4 0,4 15,3 100,0
Sumatera Utara 52,3 6,6 1,3 4,8 1,6 5,4 4,0 1,1 0,4 22,6 100,0
Sumatera Barat 51,5 2,4 0,9 3,0 2,3 2,9 5,1 3,2 0,7 27,9 100,0
Riau 53,3 6,5 1,2 3,5 2,3 6,2 3,2 0,5 0,9 22,4 100,0
Jambi 53,3 5,6 3,9 5,0 1,2 2,3 4,2 0,9 0,5 23,0 100,0
Sumatera Selatan 51,5 7,8 1,5 5,0 2,2 7,6 3,2 1,0 0,6 19,7 100,0
Bengkulu 53,4 4,1 3,9 2,8 1,3 3,0 2,8 1,9 0,5 26,2 100,0
Lampung 56,7 4,6 1,2 5,2 0,9 3,9 4,8 0,6 1,1 21,1 100,0
Bangka Belitung 42,3 6,4 2,0 2,5 1,0 6,5 4,9 0,4 33,9 100,0
Kepulauan Riau 68,1 2,5 3,1 6,1 0,8 1,1 1,2 0,8 16,3 100,0
DKI Jakarta 68,5 4,2 3,7 2,4 2,2 2,4 2,0 0,1 14,5 100,0
Jawa Barat 63,2 5,0 1,7 5,7 1,2 0,8 3,6 0,6 0,6 17,8 100,0
Jawa Tengah 58,2 7,6 5,1 6,0 1,2 4,0 17,9 100,0
DI Yogyakarta 55,1 6,6 5,8 6,5 1,0 2,3 4,0 0,4 0,5 17,9 100,0
Jawa Timur 64,0 6,1 1,6 1,3 2,1 3,3 1,5 20,2 100,0
Banten 67,7 6,4 0,6 5,5 1,2 1,4 0,8 16,4 100,0
Bali 56,0 2,3 5,1 2,0 2,0 1,4 5,3 0,7 0,7 24,6 100,0
Nusa Tenggara Barat 55,3 4,8 1,0 2,9 1,9 3,9 5,1 0,2 0,6 24,1 100,0
Nusa Tenggara Timur 46,5 9,5 2,1 3,6 1,8 12,3 3,4 0,3 0,3 20,2 100,0
Kalimantan Barat 49,3 17,4 5,9 4,1 2,4 7,5 3,4 0,1 9,8 100,0
Kalimantan Tengah 39,9 10,6 2,9 6,1 2,9 9,0 2,2 0,3 0,5 25,4 100,0
Kalimantan Selatan 38,7 15,4 6,2 4,2 2,2 8,3 4,3 0,5 20,1 100,0
Kalimantan Timur 38,0 9,0 4,0 11,0 2,6 3,0 3,1 0,5 0,2 28,6 100,0
Sulawesi Utara 54,8 7,4 2,5 3,5 1,7 4,9 2,8 0,1 0,4 22,0 100,0
Sulawesi Tengah 50,8 8,4 2,6 3,6 2,0 5,3 3,7 1,1 0,6 21,9 100,0
Sulawesi Selatan 47,7 6,5 4,3 1,1 0,5 7,6 4,8 0,2 0,1 27,3 100,0
Sulawesi Tenggara 47,4 6,1 1,8 1,6 1,8 7,2 2,7 1,8 29,7 100,0
Gorontalo 46,7 9,7 2,5 2,1 0,2 15,8 3,0 0,2 0,2 19,7 100,0
Sulawesi Barat 46,2 5,1 1,0 7,2 0,7 3,0 6,3 30,5 100,0
Maluku 53,6 3,5 1,2 3,2 3,5 2,7 6,2 26,1 100,0
Maluku Utara 62,1 6,5 1,8 1,2 0,5 5,4 1,0 0,4 21,2 100,0
Papua Barat 29,5 4,9 0,2 0,7 0,3 31,2 0,4 0,2 32,5 100,0
Papua 55,6 6,1 2,7 3,9 1,6 5,5 3,2 0,5 0,4 20,4 100,0
Indonesia 63,9 6,0 2,2 1,8 2,0 4,0 4,0 0,4 0,4 15,3 100,0
Sumber: Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak ada biaya
2. Bekerja/mencari nafkah
3. Menikah/mengurus rt
4. Merasa pendidikan cukup
5. Malu karena ekonomi
6. Sekolah jauh
7. Cacat
8. Menunggu pengumuman
9. Tidak diterima
10. Lainnya
163
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 53. Persentase Anak Usia 7-17 Tahun yang Tidak/Belum Pernah Bersekolah atau
tidak Bersekolah Lagi menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Alasan Tidak Sekolah, 2010
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
Laki Laki
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Aceh 59,1 8,0 2,9 2,8 3,8 2,6 0,6 0,5 19,7 100,0
Sumatera Utara 48,5 8,5 0,0 5,7 1,8 3,5 4,5 0,4 0,3 26,7 100,0
Sumatera Barat 45,6 3,1 3,0 2,7 1,6 5,4 1,8 1,1 35,8 100,0
Riau 51,2 11,8 2,7 1,9 3,9 4,2 0,5 2,7 21,1 100,0
Jambi 49,9 8,6 5,1 1,2 2,1 3,8 2,0 1,5 25,9 100,0
Sumatera Selatan 46,6 10,5 4,5 2,5 7,0 3,4 1,4 1,4 22,7 100,0
Bengkulu 52,0 7,1 3,3 1,4 3,0 2,8 3,6 0,3 26,4 100,0
Lampung 54,6 7,5 5,6 0,9 3,9 3,5 0,8 1,2 22,0 100,0
Bangka Belitung 41,5 8,0 1,3 1,7 3,9 6,3 0,7 1,6 35,1 100,0
Kepulauan Riau 77,1 3,5 2,6 0,1 1,1 5,4 0,8 9,3 100,0
DKI Jakarta 54,5 20,8 1,0 0,7 1,8 21,2 100,0
Jawa Barat 66,1 7,1 0,1 3,2 2,1 1,2 2,1 0,5 17,6 100,0
Jawa Tengah 57,8 6,1 5,6 1,4 0,6 4,4 0,9 1,3 21,9 100,0
DI Yogyakarta 58,7 11,3 4,2 1,3 3,0 21,6 100,0
Jawa Timur 51,0 8,5 0,1 6,3 1,2 2,0 5,3 0,7 0,6 24,3 100,0
Banten 59,0 8,8 1,4 3,5 1,9 3,5 0,7 21,3 100,0
Bali 53,0 7,5 0,7 1,8 2,5 6,1 1,5 1,1 25,8 100,0
Nusa Tenggara Barat 52,4 6,2 1,4 1,3 1,7 6,4 0,5 0,2 29,8 100,0
Nusa Tenggara Timur 52,8 6,0 0,2 2,7 1,6 2,5 5,3 0,4 0,9 27,6 100,0
Kalimantan Barat 41,3 11,8 4,5 2,1 9,9 4,9 1,2 0,8 23,6 100,0
Kalimantan Tengah 45,2 24,1 1,4 5,0 2,9 5,8 2,8 0,3 0,4 12,1 100,0
Kalimantan Selatan 33,2 17,3 6,1 2,7 5,6 3,5 0,6 0,4 30,7 100,0
Kalimantan Timur 35,9 23,6 0,8 4,9 1,7 4,1 3,7 1,9 1,1 22,4 100,0
Sulawesi Utara 36,5 14,8 0,9 8,3 2,5 1,4 2,9 0,9 0,2 31,6 100,0
Sulawesi Tengah 52,7 11,4 2,0 2,7 3,1 2,2 0,1 0,2 25,6 100,0
Sulawesi Selatan 43,8 14,2 0,4 2,8 1,9 4,6 4,7 1,6 0,5 25,6 100,0
Sulawesi Tenggara 41,3 12,1 1,3 0,3 7,4 5,0 0,3 0,8 31,4 100,0
Gorontalo 38,2 10,4 2,2 2,2 5,2 3,9 0,8 37,2 100,0
Sulawesi Barat 47,3 13,4 3,1 0,3 13,0 2,4 20,4 100,0
Maluku 40,8 8,0 0,4 9,7 0,9 0,9 3,6 0,3 35,4 100,0
Maluku Utara 48,5 5,1 3,7 3,5 2,1 8,0 29,1 100,0
Papua Barat 56,3 10,8 0,1 1,9 2,6 3,5 24,9 100,0
Papua 28,5 4,4 1,2 0,2 31,5 0,9 0,3 0,3 32,6 100,0
Indonesia 53,4 8,8 0,1 4,0 1,8 3,7 3,7 0,8 0,6 23,2 100,0
Sumber: Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak ada biaya
2. Bekerja/mencari nafkah
3. Menikah/mengurus rt
4. Merasa pendidikan cukup
5. Malu karena ekonomi
6. Sekolah jauh
7. Cacat
8. Menunggu pengumuman
9. Tidak diterima
10. Lainnya
Profil Anak Indonesia 2011
164
Tabel 53. (Lanjutan)
Perkotaan +Perdesaan
Provinsi
Perempuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
(1) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23)
Aceh 63,6 2,7 4,9 1,2 0,4 2,6 7,9 3,2 0,5 12,8 100,0
Sumatera Utara 54,0 7,9 2,2 5,0 1,3 3,6 3,9 3,4 0,3 18,4 100,0
Sumatera Barat 50,4 2,6 1,9 3,5 3,7 2,9 5,9 5,9 1,0 22,1 100,0
Riau 50,9 4,1 2,5 5,9 2,8 6,2 3,1 4,1 20,3 100,0
Jambi 54,1 4,6 8,3 5,9 3,0 2,8 5,3 0,8 0,8 14,4 100,0
Sumatera Selatan 53,8 4,9 4,8 6,6 1,9 6,2 3,7 4,1 14,1 100,0
Bengkulu 56,7 2,5 7,1 3,8 1,7 1,9 2,4 1,0 0,5 22,3 100,0
Lampung 61,7 2,4 2,6 4,8 1,0 2,9 5,8 1,2 1,2 16,6 100,0
Bangka Belitung 38,0 4,3 4,0 4,4 0,4 5,6 4,3 0,4 38,6 100,0
Kepulauan Riau 47,1 6,2 4,8 5,3 1,9 1,4 3,5 3,2 2,5 24,1 100,0
DKI Jakarta 56,7 22,3 0,7 1,7 1,3 1,4 3,3 1,8 10,9 100,0
Jawa Barat 68,1 8,1 4,2 2,8 1,5 1,3 1,8 0,9 0,3 10,9 100,0
Jawa Tengah 66,3 6,8 2,7 5,3 0,9 0,7 4,1 0,8 0,1 12,3 100,0
DI Yogyakarta 71,7 10,5 9,3 2,1 2,1 4,3 100,0
Jawa Timur 55,9 6,8 10,6 6,5 0,5 1,3 3,9 1,0 0,5 13,1 100,0
Banten 67,6 9,8 2,0 2,4 0,9 2,1 1,3 0,1 13,8 100,0
Bali 69,4 11,4 2,6 0,9 3,8 1,5 10,3 100,0
Nusa Tenggara Barat 57,5 1,7 9,9 3,9 1,8 1,1 4,6 1,1 0,9 17,7 100,0
Nusa Tenggara Timur 56,7 3,8 2,2 2,9 2,5 4,8 4,8 0,5 0,6 21,0 100,0
Kalimantan Barat 52,1 7,1 3,9 3,7 1,4 10,8 2,4 1,3 0,2 17,1 100,0
Kalimantan Tengah 49,7 7,4 13,0 5,7 1,8 7,4 4,1 0,1 0,7 10,0 100,0
Kalimantan Selatan 42,8 6,9 7,3 4,3 3,7 7,4 2,3 0,1 0,9 24,3 100,0
Kalimantan Timur 39,7 9,7 10,1 6,5 1,0 5,4 3,2 2,8 21,6 100,0
Sulawesi Utara 41,1 7,2 8,6 10,9 1,5 2,6 2,0 1,4 24,8 100,0
Sulawesi Tengah 55,3 2,3 5,4 6,4 1,5 6,0 4,1 1,1 0,5 17,5 100,0
Sulawesi Selatan 58,6 4,1 5,4 3,5 1,6 3,5 3,2 2,7 0,5 16,8 100,0
Sulawesi Tenggara 51,9 4,1 10,3 1,1 0,4 5,2 4,7 1,2 21,1 100,0
Gorontalo 59,1 0,8 3,6 0,8 1,1 8,5 1,2 3,3 0,5 21,0 100,0
Sulawesi Barat 47,6 3,8 5,4 0,8 16,2 3,5 0,8 0,4 21,6 100,0
Maluku 47,3 3,5 2,3 4,1 4,3 12,4 0,2 25,9 100,0
Maluku Utara 59,5 1,3 2,9 5,7 2,7 3,1 3,8 0,4 0,1 20,6 100,0
Papua Barat 70,9 1,6 3,7 0,4 0,7 5,6 0,8 0,5 15,8 100,0
Papua 31,9 5,0 0,9 0,3 0,4 27,3 0,9 0,2 0,2 32,9 100,0
Indonesia 59,4 7,0 4,6 3,9 1,3 3,8 3,1 1,3 0,3 15,3 100,0
Sumber: Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak ada biaya
2. Bekerja/mencari nafkah
3. Menikah/mengurus rt
4. Merasa pendidikan cukup
5. Malu karena ekonomi
6. Sekolah jauh
7. Cacat
8. Menunggu pengumuman
9. Tidak diterima
10. Lainnya
165
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 53. (Lanjutan)
Perkotaan +Perdesaan
Provinsi
Laki-Laki + Perempuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
(1) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) (31) (32) (33) (34)
Aceh 61,0 5,8 2,0 2,2 1,8 3,3 4,8 1,7 0,5 16,9 100,0
Sumatera Utara 51,0 8,2 1,0 5,4 1,6 3,6 4,2 1,8 0,3 22,9 100,0
Sumatera Barat 47,5 2,9 0,8 3,2 3,1 2,1 5,6 3,5 1,1 30,3 100,0
Riau 51,1 8,5 1,1 4,1 2,3 4,9 3,7 2,0 1,5 20,8 100,0
Jambi 51,7 6,9 3,6 5,4 2,0 2,4 4,4 1,5 1,2 20,9 100,0
Sumatera Selatan 49,6 8,2 1,9 5,3 2,3 6,7 3,5 2,5 0,8 19,2 100,0
Bengkulu 54,2 5,0 3,3 3,5 1,6 2,5 2,7 2,4 0,4 24,5 100,0
Lampung 57,8 5,2 1,2 5,2 0,9 3,5 4,5 1,0 1,2 19,5 100,0
Bangka Belitung 40,0 6,5 1,7 2,6 1,1 4,6 5,5 0,4 1,1 36,6 100,0
Kepulauan Riau 68,1 4,3 1,5 3,4 0,7 1,2 4,9 1,5 0,7 13,7 100,0
DKI Jakarta 55,8 21,7 0,4 1,4 1,0 0,8 1,9 1,8 15,1 100,0
Jawa Barat 67,1 7,6 2,1 3,0 1,8 1,2 2,0 0,7 0,2 14,4 100,0
Jawa Tengah 61,5 6,4 1,2 5,5 1,2 0,6 4,3 0,8 0,8 17,8 100,0
DI Yogyakarta 65,2 10,9 4,6 3,2 0,6 2,5 12,9 100,0
Jawa Timur 53,2 7,7 4,9 6,4 0,9 1,7 4,7 0,9 0,5 19,1 100,0
Banten 63,5 9,3 1,0 1,9 2,1 2,0 2,3 0,4 17,4 100,0
Bali 62,3 9,7 1,5 0,8 0,8 3,2 2,7 1,5 0,5 17,0 100,0
Nusa Tenggara Barat 54,7 4,2 4,4 2,5 1,5 1,4 5,6 0,7 0,6 24,4 100,0
Nusa Tenggara Timur 54,5 5,0 1,0 2,8 2,0 3,5 5,1 0,4 0,8 24,7 100,0
Kalimantan Barat 46,5 9,5 1,9 4,1 1,8 10,3 3,7 1,3 0,5 20,4 100,0
Kalimantan Tengah 47,2 16,9 6,4 5,3 2,4 6,5 3,4 0,2 0,6 11,2 100,0
Kalimantan Selatan 37,8 12,4 3,5 5,2 3,2 6,5 2,9 0,4 0,6 27,6 100,0
Kalimantan Timur 37,4 18,0 4,6 5,5 1,4 4,6 3,5 2,2 0,7 22,1 100,0
Sulawesi Utara 38,2 12,0 3,7 9,2 2,2 1,8 2,6 1,1 0,1 29,1 100,0
Sulawesi Tengah 53,8 7,5 2,3 3,9 2,2 4,4 3,0 0,5 0,3 22,1 100,0
Sulawesi Selatan 50,5 9,7 2,6 3,1 1,8 4,1 4,0 2,1 0,5 21,6 100,0
Sulawesi Tenggara 46,0 8,6 4,6 1,2 0,4 6,4 4,9 0,7 0,4 26,8 100,0
Gorontalo 47,8 6,0 1,7 1,6 1,7 6,7 2,7 1,9 0,2 29,8 100,0
Sulawesi Barat 47,5 9,0 2,5 2,0 0,1 14,5 2,9 0,4 0,2 21,0 100,0
Maluku 43,3 6,2 1,1 7,5 0,6 2,2 7,1 0,3 31,7 100,0
Maluku Utara 54,0 3,2 1,5 4,7 3,1 2,6 5,9 0,2 0,0 24,8 100,0
Papua Barat 64,1 5,9 2,0 1,1 0,4 4,2 2,1 0,3 20,1 100,0
Papua 30,1 4,7 0,4 0,8 0,3 29,5 0,9 0,3 0,2 32,8 100,0
Indonesia 56,2 8,0 2,2 3,9 1,5 3,7 3,4 1,0 0,5 19,6 100,0
Sumber: Susenas 2010, BPS
Catatan : *)
1. Tidak ada biaya
2. Bekerja/mencari nafkah
3. Menikah/mengurus rt
4. Merasa pendidikan cukup
5. Malu karena ekonomi
6. Sekolah jauh
7. Cacat
8. Menunggu pengumuman
9. Tidak diterima
10. Lainnya
Profil Anak Indonesia 2011
166
Tabel 54. Angka Buta Huruf Usia 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2010

Laki-laki
Provinsi
Kelompok Umur
Jumlah
Penduduk
5-17
Tahun
Jumlah
Penduduk
7-17
Tahun
5-6 7-12 13-15 16-17 5-17 7-17
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 48,87 0,48 0,27 7,47 0,34 636.078 542.655
Sumatera Utara 47,29 0,77 0,57 0,06 7,46 0,60 1.887.443 1.610.183
Sumatera Barat 62,23 1,24 0,47 0,12 9,69 0,86 688.448 589.430
Riau 53,88 1,21 0,48 9,95 0,84 785.496 650.713
Jambi 45,91 1,00 0,41 7,07 0,69 406.528 349.188
Sumatera Selatan 46,71 0,82 0,39 7,77 0,56 1.005.500 848.384
Bengkulu 54,43 0,93 0,30 7,52 0,63 231.050 201.444
Lampung 50,04 0,60 0,18 6,79 0,39 992.037 864.027
Bangka-Belitung 39,07 1,50 0,85 6,92 1,07 151.677 128.329
Kepulauan Riau 35,65 0,32 0,37 0,08 7,06 0,30 207.610 167.876
DKI Jakarta 42,23 0,17 6,96 0,10 948.847 794.535
Jawa Barat 53,81 0,72 0,22 8,47 0,47 5.655.195 4.806.548
Jawa Tengah 45,06 0,65 0,46 0,13 6,63 0,51 3.900.680 3.365.338
D I Y 42,55 0,21 6,24 0,11 336.673 288.007
Jawa Timur 51,39 0,87 0,36 0,26 7,78 0,63 4.220.708 3.626.027
Banten 47,24 1,36 0,13 7,48 0,81 1.455.060 1.246.044
Bali 50,12 0,83 0,82 0,59 8,46 0,79 446.654 377.147
Nusa Tenggara Barat 62,33 1,46 0,51 1,22 9,33 1,16 650.132 563.301
Nusa Tenggara Timur 55,65 2,35 2,45 1,34 11,08 2,23 757.086 631.673
Kalimantan Barat 57,23 1,99 1,42 1,25 10,23 1,73 628.106 531.868
Kalimantan Tengah 50,05 0,42 0,34 7,28 0,32 313.270 269.425
Kalimantan Selatan 51,94 1,04 0,53 0,12 8,85 0,75 463.762 390.391
Kalimantan Timur 47,36 1,21 0,08 8,79 0,70 474.256 391.965
Sulawesi Utara 30,59 0,62 0,43 0,26 4,82 0,51 289.842 248.304
Sulawesi Tengah 46,79 1,58 0,63 8,76 1,11 384.891 320.460
Sulawesi Selatan 51,97 2,11 1,27 1,01 8,75 1,69 1.111.343 955.479
Sulawesi Tenggara 43,61 1,56 1,19 0,05 7,71 1,23 336.974 285.429
Gorontalo 53,43 1,27 1,71 1,46 10,01 1,41 146.290 122.111
Sulawesi Barat 63,22 3,20 2,94 1,79 12,78 2,93 185.687 155.370
Maluku 37,49 0,97 0,38 6,73 0,66 244.375 204.150
Maluku Utara 45,55 1,93 0,39 8,38 1,23 163.986 137.515
Papua Barat 58,89 2,99 1,35 0,41 11,36 2,19 117.580 98.564
Papua 71,53 23,13 17,49 15,95 28,92 20,78 487.752 409.484
Indonesia 50,40 1,35 0,73 0,41 8,33 1,03 30.711.016 26.171.363
Sumber: Susenas 2010, BPS
167
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 55. Angka Buta Huruf Usia 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2010

Perempuan
Provinsi
Kelompok Umur
Jumlah
Penduduk
5-17
Tahun
Jumlah
Penduduk
7-17
Tahun
5-6 7-12 13-15 16-17 5-17 7-17
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 51,38 0,39 0,40 0,08 7,07 0,34 591.221 513.196
Sumatera Utara 47,65 0,59 0,48 0,02 7,69 0,46 1.824.604 1.545.166
Sumatera Barat 59,13 0,55 0,84 8,53 0,54 658.045 568.298
Riau 53,83 0,71 0,36 10,09 0,51 725.672 595.293
Jambi 43,46 0,58 0,12 6,53 0,37 372.358 319.114
Sumatera Selatan 43,22 0,81 0,18 6,60 0,50 944.530 809.653
Bengkulu 43,74 0,55 0,36 7,19 0,40 220.892 186.267
Lampung 47,45 0,57 0,81 7,00 0,55 931.273 803.125
Bangka-Belitung 36,12 1,26 0,30 0,22 5,88 0,82 142.718 122.256
Kepulauan Riau 45,17 0,22 9,08 0,13 203.557 163.105
DKI Jakarta 40,67 0,13 0,45 5,79 0,18 960.296 827.285
Jawa Barat 46,95 0,38 0,30 7,18 0,30 5.382.265 4.587.970
Jawa Tengah 40,86 0,45 0,35 0,20 6,05 0,39 3.562.581 3.064.305
D I Y 36,27 0,20 0,45 5,06 0,23 324.696 281.157
Jawa Timur 45,49 0,67 0,57 0,27 7,04 0,58 3.851.227 3.296.879
Banten 44,46 0,48 0,58 6,92 0,42 1.354.981 1.154.809
Bali 45,94 0,60 1,24 0,11 8,02 0,68 415.399 348.078
Nusa Tenggara Barat 47,50 0,86 0,62 0,53 6,97 0,74 560.979 486.197
Nusa Tenggara Timur 51,00 1,97 1,24 1,70 10,31 1,74 693.690 573.104
Kalimantan Barat 53,75 2,09 0,53 0,30 9,00 1,40 587.998 502.569
Kalimantan Tengah 46,28 0,76 7,99 0,43 290.569 242.624
Kalimantan Selatan 46,75 0,80 0,72 7,30 0,64 441.635 377.861
Kalimantan Timur 47,55 0,73 0,24 8,32 0,50 440.780 367.491
Sulawesi Utara 26,93 0,25 0,18 0,15 4,29 0,21 261.985 222.044
Sulawesi Tengah 53,49 1,08 0,23 8,98 0,70 352.400 297.170
Sulawesi Selatan 46,59 1,14 0,95 2,02 7,51 1,24 1.066.804 919.472
Sulawesi Tenggara 42,77 0,88 0,66 0,72 7,08 0,79 320.208 272.217
Gorontalo 54,42 0,87 1,09 0,26 8,45 0,80 140.191 120.200
Sulawesi Barat 58,57 2,41 1,93 2,00 10,43 2,23 174.582 149.165
Maluku 37,25 0,51 0,20 6,24 0,35 222.441 186.921
Maluku Utara 38,54 1,26 0,73 0,12 7,08 0,92 148.784 124.413
Papua Barat 57,45 3,11 2,55 0,97 12,86 2,60 100.824 81.969
Papua 70,18 22,44 16,54 16,18 28,96 20,06 421.174 346.411
Indonesia 46,49 0,98 0,72 0,41 7,56 0,82 28.691.357 24.455.784
Sumber: Susenas 2010, BPS

Profil Anak Indonesia 2011
168
Tabel 56. Angka Buta Huruf Usia 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2010

Laki-Laki+Perempuan
Provinsi
Kelompok Umur
Jumlah
Penduduk
5-17
Tahun
Jumlah
Penduduk
7-17
Tahun
5-6 7-12 13-15 16-17 5-17 7-17
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 50,01 0,43 0,33 0,04 7,28 0,34 1.227.299 1.055.851
Sumatera Utara 47,47 0,69 0,53 0,04 7,57 0,53 3.712.047 3.155.349
Sumatera Barat 60,76 0,91 0,66 0,06 9,12 0,70 1.346.492 1.157.728
Riau 53,86 0,97 0,42 10,02 0,69 1.511.168 1.246.006
Jambi 44,73 0,80 0,27 6,81 0,54 778.886 668.301
Sumatera Selatan 45,10 0,81 0,28 7,21 0,53 1.950.029 1.658.037
Bengkulu 48,67 0,75 0,33 7,36 0,52 451.942 387.711
Lampung 48,75 0,59 0,49 6,89 0,46 1.923.309 1.667.152
Bangka-Belitung 37,69 1,39 0,57 0,11 6,42 0,95 294.396 250.585
Kepulauan Riau 40,46 0,27 0,19 0,04 8,06 0,22 411.167 330.980
DKI Jakarta 41,51 0,15 0,24 6,37 0,14 1.909.144 1.621.821
Jawa Barat 50,49 0,55 0,26 7,84 0,38 11.037.460 9.394.518
Jawa Tengah 43,04 0,55 0,41 0,16 6,35 0,45 7.463.262 6.429.643
D I Y 39,58 0,20 0,21 5,66 0,17 661.369 569.163
Jawa Timur 48,54 0,77 0,46 0,26 7,43 0,61 8.071.935 6.922.906
Banten 45,88 0,95 0,36 7,21 0,62 2.810.041 2.400.854
Bali 48,06 0,72 1,01 0,36 8,25 0,74 862.052 725.225
Nusa Tenggara Barat 55,47 1,18 0,56 0,89 8,24 0,97 1.211.111 1.049.499
Nusa Tenggara Timur 53,37 2,17 1,88 1,51 10,71 2,00 1.450.776 1.204.777
Kalimantan Barat 55,60 2,04 0,99 0,78 9,64 1,57 1.216.103 1.034.437
Kalimantan Tengah 48,08 0,58 0,17 7,63 0,37 603.839 512.050
Kalimantan Selatan 49,53 0,92 0,62 0,06 8,10 0,70 905.398 768.252
Kalimantan Timur 47,45 0,97 0,16 8,57 0,60 915.035 759.456
Sulawesi Utara 28,80 0,45 0,31 0,21 4,57 0,37 551.827 470.348
Sulawesi Tengah 49,88 1,34 0,44 8,86 0,91 737.291 617.629
Sulawesi Selatan 49,35 1,64 1,11 1,51 8,14 1,47 2.178.147 1.874.951
Sulawesi Tenggara 43,20 1,23 0,93 0,38 7,40 1,01 657.181 557.646
Gorontalo 53,88 1,07 1,41 0,82 9,25 1,11 286.481 242.312
Sulawesi Barat 61,10 2,81 2,45 1,89 11,64 2,59 360.269 304.536
Maluku 37,38 0,75 0,29 6,50 0,51 466.815 391.070
Maluku Utara 42,19 1,62 0,56 0,06 7,76 1,08 312.770 261.928
Papua Barat 58,17 3,04 1,87 0,68 12,05 2,37 218.405 180.533
Papua 70,87 22,81 17,05 16,06 28,94 20,45 908.926 755.895
Indonesia 48,51 1,17 0,73 0,41 7,96 0,93 59.402.373 50.627.148
Sumber: Susenas 2010, BPS

169
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 57. Persentase Anak 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Kegiatan Membaca, 2010
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 84,83 15,17 85,97 14,03 85,37 14,63
Sumatera Utara 80,54 19,46 81,67 18,33 81,08 18,92
Sumatera Barat 76,62 23,38 82,34 17,66 79,48 20,52
Riau 78,82 21,18 80,23 19,77 79,49 20,51
Jambi 73,22 26,78 77,40 22,60 75,30 24,70
Sumatera Selatan 73,80 26,20 79,43 20,57 76,53 23,47
Bengkulu 79,28 20,72 81,89 18,11 80,53 19,47
Lampung 75,05 24,95 79,89 20,11 77,39 22,61
Bangka-Belitung 78,92 21,08 81,47 18,53 80,14 19,86
Kepulauan Riau 85,16 14,84 86,27 13,73 85,70 14,30
DKI Jakarta 83,69 16,31 83,05 16,95 83,37 16,63
Jawa Barat 78,51 21,49 80,89 19,11 79,66 20,34
Jawa Tengah 80,48 19,52 82,69 17,31 81,54 18,46
D I Y 86,36 13,64 88,31 11,69 87,30 12,70
Jawa Timur 80,92 19,08 82,30 17,70 81,59 18,41
Banten 74,43 25,57 76,17 23,83 75,26 24,74
Bali 82,22 17,78 82,30 17,70 82,26 17,74
Nusa Tenggara Barat 69,35 30,65 71,49 28,51 70,38 29,62
Nusa Tenggara Timur 65,04 34,96 69,19 30,81 67,02 32,98
Kalimantan Barat 64,11 35,89 68,10 31,90 66,08 33,92
Kalimantan Tengah 76,65 23,35 79,09 20,91 77,85 22,15
Kalimantan Selatan 76,75 23,25 81,41 18,59 79,01 20,99
Kalimantan Timur 82,33 17,67 85,32 14,68 83,79 16,21
Sulawesi Utara 80,93 19,07 86,13 13,87 83,42 16,58
Sulawesi Tengah 76,49 23,51 79,95 20,05 78,18 21,82
Sulawesi Selatan 73,08 26,92 75,35 24,65 74,19 25,81
Sulawesi Tenggara 77,19 22,81 80,39 19,61 78,72 21,28
Gorontalo 69,79 30,21 77,83 22,17 73,78 26,22
Sulawesi Barat 69,88 30,12 73,42 26,58 71,57 28,43
Maluku 79,16 20,84 82,45 17,55 80,73 19,27
Maluku Utara 76,64 23,36 77,42 22,58 77,02 22,98
Papua Barat 80,57 19,43 78,50 21,50 79,55 20,45
Papua 55,85 44,15 54,85 45,15 55,39 44,61
Indonesia 77,77 22,23 80,13 19,87 78,91 21,09
Sumber: Susenas 2010, BPS

Profil Anak Indonesia 2011
170
Tabel 58. Persentase Anak 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Kegiatan Menonton TV, 2010
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 92,65 7,35 92,96 7,04 92,80 7,20
Sumatera Utara 91,81 8,19 91,19 8,81 91,51 8,49
Sumatera Barat 92,57 7,43 92,06 7,94 92,31 7,69
Riau 94,55 5,45 94,29 5,71 94,42 5,58
Jambi 93,84 6,16 94,14 5,86 93,99 6,01
Sumatera Selatan 91,55 8,45 92,25 7,75 91,89 8,11
Bengkulu 94,15 5,85 93,94 6,06 94,05 5,95
Lampung 95,35 4,65 95,15 4,85 95,26 4,74
Bangka-Belitung 97,18 2,82 97,39 2,61 97,28 2,72
Kepulauan Riau 94,60 5,40 95,69 4,31 95,13 4,87
DKI Jakarta 99,24 0,76 99,07 0,93 99,16 0,84
Jawa Barat 97,13 2,87 97,47 2,53 97,29 2,71
Jawa Tengah 97,67 2,33 97,64 2,36 97,66 2,34
D I Y 97,21 2,79 97,32 2,68 97,26 2,74
Jawa Timur 97,20 2,80 97,52 2,48 97,35 2,65
Banten 97,33 2,67 97,31 2,69 97,32 2,68
Bali 95,66 4,34 96,44 3,56 96,02 3,98
Nusa Tenggara Barat 93,57 6,43 93,61 6,39 93,59 6,41
Nusa Tenggara Timur 55,87 44,13 54,32 45,68 55,13 44,87
Kalimantan Barat 90,31 9,69 89,29 10,71 89,81 10,19
Kalimantan Tengah 88,05 11,95 86,99 13,01 87,52 12,48
Kalimantan Selatan 95,40 4,60 95,52 4,48 95,46 4,54
Kalimantan Timur 94,80 5,20 95,19 4,81 94,99 5,01
Sulawesi Utara 95,82 4,18 95,95 4,05 95,88 4,12
Sulawesi Tengah 92,68 7,32 90,66 9,34 91,69 8,31
Sulawesi Selatan 91,08 8,92 91,02 8,98 91,05 8,95
Sulawesi Tenggara 91,33 8,67 92,73 7,27 92,00 8,00
Gorontalo 92,95 7,05 92,84 7,16 92,90 7,10
Sulawesi Barat 89,74 10,26 89,90 10,10 89,81 10,19
Maluku 84,29 15,71 83,63 16,37 83,97 16,03
Maluku Utara 90,10 9,90 89,50 10,50 89,81 10,19
Papua Barat 71,58 28,42 70,07 29,93 70,84 29,16
Papua 37,26 62,74 39,69 60,31 38,38 61,62
Indonesia
93,72 6,28 93,81 6,19 93,77 6,23
Sumber: Susenas 2010, BPS
171
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 59. Persentase Anak 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Kegiatan Mendengarkan Radio, 2010
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 12,40 87,60 13,55 86,45 12,95 87,05
Sumatera Utara 15,83 84,17 17,42 82,58 16,60 83,40
Sumatera Barat 14,29 85,71 16,09 83,91 15,19 84,81
Riau 19,36 80,64 21,21 78,79 20,24 79,76
Jambi 8,11 91,89 7,88 92,12 8,00 92,00
Sumatera Selatan 14,60 85,40 16,53 83,47 15,53 84,47
Bengkulu 14,98 85,02 15,51 84,49 15,23 84,77
Lampung 12,60 87,40 14,33 85,67 13,44 86,56
Bangka-Belitung 18,39 81,61 19,47 80,53 18,91 81,09
Kepulauan Riau 23,15 76,85 25,47 74,53 24,27 75,73
DKI Jakarta 13,55 86,45 12,20 87,80 12,88 87,12
Jawa Barat 15,96 84,04 16,04 83,96 15,99 84,01
Jawa Tengah 19,08 80,92 20,70 79,30 19,86 80,14
D I Y 31,99 68,01 33,82 66,18 32,86 67,14
Jawa Timur 19,17 80,83 20,21 79,79 19,68 80,32
Banten 14,02 85,98 13,56 86,44 13,80 86,20
Bali 33,45 66,55 36,25 63,75 34,77 65,23
Nusa Tenggara Barat 7,77 92,23 9,42 90,58 8,57 91,43
Nusa Tenggara Timur 16,13 83,87 17,11 82,89 16,60 83,40
Kalimantan Barat 10,65 89,35 10,49 89,51 10,57 89,43
Kalimantan Tengah 14,45 85,55 15,75 84,25 15,09 84,91
Kalimantan Selatan 13,23 86,77 14,50 85,50 13,85 86,15
Kalimantan Timur 11,40 88,60 12,91 87,09 12,13 87,87
Sulawesi Utara 17,26 82,74 18,67 81,33 17,94 82,06
Sulawesi Tengah 13,33 86,67 12,16 87,84 12,76 87,24
Sulawesi Selatan 15,93 84,07 16,45 83,55 16,18 83,82
Sulawesi Tenggara 11,39 88,61 11,78 88,22 11,57 88,43
Gorontalo 28,30 71,70 31,62 68,38 29,95 70,05
Sulawesi Barat 9,60 90,40 7,69 92,31 8,69 91,31
Maluku 7,71 92,29 8,59 91,41 8,13 91,87
Maluku Utara 7,42 92,58 8,04 91,96 7,72 92,28
Papua Barat 12,01 87,99 12,40 87,60 12,20 87,80
Papua 9,50 90,50 9,83 90,17 9,65 90,35
Indonesia 16,18 83,82 17,02 82,98 16,58 83,42
Sumber: Susenas 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
172
Tabel 60. Persentase Anak 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin
dan Kegiatan Menonton Pertunjukan Kesenian, 2010
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 9,07 90,93 9,73 90,27 9,39 90,61
Sumatera Utara 14,57 85,43 14,92 85,08 14,74 85,26
Sumatera Barat 8,18 91,82 7,79 92,21 7,98 92,02
Riau 9,04 90,96 10,05 89,95 9,52 90,48
Jambi 7,17 92,83 8,96 91,04 8,06 91,94
Sumatera Selatan 10,15 89,85 9,63 90,37 9,90 90,10
Bengkulu 19,38 80,62 18,92 81,08 19,16 80,84
Lampung 14,88 85,12 11,97 88,03 13,47 86,53
Bangka-Belitung 16,48 83,52 15,85 84,15 16,18 83,82
Kepulauan Riau 9,42 90,58 8,28 91,72 8,87 91,13
DKI Jakarta 1,36 98,64 1,63 98,37 1,50 98,50
Jawa Barat 10,99 89,01 10,06 89,94 10,54 89,46
Jawa Tengah 11,73 88,27 10,38 89,62 11,08 88,92
D I Y 17,01 82,99 16,26 83,74 16,65 83,35
Jawa Timur 9,45 90,55 8,31 91,69 8,90 91,10
Banten 5,57 94,43 4,61 95,39 5,11 94,89
Bali 15,81 84,19 14,63 85,37 15,26 84,74
Nusa Tenggara Barat 25,01 74,99 27,09 72,91 26,01 73,99
Nusa Tenggara Timur 4,41 95,59 4,65 95,35 4,53 95,47
Kalimantan Barat 5,56 94,44 5,58 94,42 5,57 94,43
Kalimantan Tengah 8,24 91,76 6,98 93,02 7,62 92,38
Kalimantan Selatan 9,98 90,02 8,78 91,22 9,40 90,60
Kalimantan Timur 5,51 94,49 6,31 93,69 5,90 94,10
Sulawesi Utara 2,30 97,70 2,66 97,34 2,47 97,53
Sulawesi Tengah 10,99 89,01 10,69 89,31 10,84 89,16
Sulawesi Selatan 10,73 89,27 8,50 91,50 9,64 90,36
Sulawesi Tenggara 8,60 91,40 7,28 92,72 7,97 92,03
Gorontalo 10,33 89,67 11,67 88,33 10,99 89,01
Sulawesi Barat 11,90 88,10 9,81 90,19 10,91 89,09
Maluku 4,42 95,58 3,94 96,06 4,19 95,81
Maluku Utara 7,09 92,91 7,51 92,49 7,29 92,71
Papua Barat 0,35 99,65 0,65 99,35 0,50 99,50
Papua 3,80 96,20 3,98 96,02 3,88 96,12
Indonesia 10,29 89,71 9,58 90,42 9,95 90,05
Sumber: Susenas 2010, BPS
173
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 61. Persentase Anak 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin
dan Kegiatan Melakukan Pertunjukan Kesenian, 2010
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 0,45 99,55 0,82 99,18 0,63 99,37
Sumatera Utara 1,47 98,53 1,59 98,41 1,53 98,47
Sumatera Barat 0,69 99,31 1,68 98,32 1,19 98,81
Riau 0,36 99,64 1,41 98,59 0,86 99,14
Jambi 0,37 99,63 1,13 98,87 0,75 99,25
Sumatera Selatan 0,67 99,33 1,22 98,78 0,94 99,06
Bengkulu 1,86 98,14 1,87 98,13 1,86 98,14
Lampung 0,66 99,34 1,17 98,83 0,90 99,10
Bangka-Belitung 0,79 99,21 1,36 98,64 1,07 98,93
Kepulauan Riau 1,08 98,92 1,99 98,01 1,52 98,48
DKI Jakarta 0,63 99,37 1,37 98,63 1,00 99,00
Jawa Barat 1,44 98,56 1,72 98,28 1,57 98,43
Jawa Tengah 1,22 98,78 1,30 98,70 1,26 98,74
D I Y 2,05 97,95 2,19 97,81 2,12 97,88
Jawa Timur 0,83 99,17 1,57 98,43 1,19 98,81
Banten 0,68 99,32 1,27 98,73 0,96 99,04
Bali 2,95 97,05 3,38 96,62 3,15 96,85
Nusa Tenggara Barat 0,45 99,55 0,59 99,41 0,51 99,49
Nusa Tenggara Timur 1,22 98,78 1,71 98,29 1,45 98,55
Kalimantan Barat 0,30 99,70 0,54 99,46 0,42 99,58
Kalimantan Tengah 0,55 99,45 0,73 99,27 0,64 99,36
Kalimantan Selatan 0,72 99,28 0,59 99,41 0,66 99,34
Kalimantan Timur 0,71 99,29 0,79 99,21 0,75 99,25
Sulawesi Utara 0,52 99,48 0,54 99,46 0,53 99,47
Sulawesi Tengah 0,32 99,68 0,37 99,63 0,34 99,66
Sulawesi Selatan 0,25 99,75 0,55 99,45 0,40 99,60
Sulawesi Tenggara 1,87 98,13 1,86 98,14 1,87 98,13
Gorontalo 0,71 99,29 1,19 98,81 0,95 99,05
Sulawesi Barat 0,34 99,66 0,25 99,75 0,29 99,71
Maluku 0,71 99,29 0,71 99,29 0,71 99,29
Maluku Utara 1,00 99,00 0,83 99,17 0,92 99,08
Papua Barat 0,71 99,29 0,62 99,38 0,67 99,33
Papua 1,94 98,06 2,42 97,58 2,16 97,84
Indonesia 1,01 98,99 1,38 98,62 1,19 98,81
Sumber: Susenas 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
174
Tabel 62. Jumlah (000), Persentase, Rasio Jenis Kelamin, dan Proporsi Anak 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Provinsi, 2010

Provinsi
Anak Bekerja
Persentase
Anak Bekerja
Rasio
Jenis
Kelamin
Proporsi
Anak
Bekerja L P L+P

L P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Aceh 22,1 12,0 34,0 64,85 35,15 185 4,47
Sumatera Utara 173,0 118,1 291,1 59,44 40,56 147 13,88
Sumatera Barat 48,3 21,7 70,0 68,96 31,04 222 8,42
Riau 35,1 17,9 52,9 66,26 33,74 196 5,76
Jambi 24,4 10,9 35,4 69,13 30,87 224 8,00
Sumatera Selatan 70,2 34,1 104,2 67,32 32,68 206 8,50
Bengkulu 14,9 7,6 22,5 66,25 33,75 196 8,11
Lampung 97,7 31,4 129,1 75,65 24,35 311 11,52
Bangka-Belitung 13,5 7,5 21,1 64,28 35,72 180 12,41
Kepulauan Riau 4,7 1,8 6,4 72,66 27,34 266 3,15
DKI Jakarta 31,8 61,8 93,6 33,97 66,03 51 8,31
Jawa Barat 189,1 165,2 354,2 53,37 46,63 114 5,09
Jawa Tengah 222,2 160,6 382,8 58,04 41,96 138 7,89
D I Y 18,5 18,6 37,1 49,75 50,25 99 8,40
Jawa Timur 248,3 157,8 406,1 61,14 38,86 157 7,94
Banten 44,0 49,4 93,4 47,09 52,91 89 5,75
Bali 42,7 44,4 87,1 48,99 51,01 96 16,56
Nusa Tenggara Barat 60,4 42,1 102,4 58,94 41,06 144 14,90
Nusa Tenggara Timur 57,5 35,7 93,2 61,72 38,28 161 11,26
Kalimantan Barat 44,9 32,6 77,5 57,93 42,07 138 10,71
Kalimantan Tengah 21,9 12,1 34,1 64,35 35,65 180 9,55
Kalimantan Selatan 38,1 29,0 67,1 56,74 43,26 131 12,15
Kalimantan Timur 20,2 11,4 31,6 63,93 36,07 177 5,95
Sulawesi Utara 15,5 6,4 21,9 70,72 29,28 242 6,49
Sulawesi Tengah 38,7 15,2 53,8 71,82 28,18 255 12,82
Sulawesi Selatan 133,3 57,7 191,0 69,81 30,19 231 14,35
Sulawesi Tenggara 48,2 27,2 75,4 63,92 36,08 177 19,00
Gorontalo 13,9 5,4 19,3 72,08 27,92 258 10,94
Sulawesi Barat 23,2 12,0 35,2 65,99 34,01 194 17,17
Maluku 12,5 7,5 20,1 62,47 37,53 166 7,30
Maluku Utara 9,7 4,9 14,6 66,33 33,67 197 8,02
Papua Barat 6,0 5,3 11,3 53,19 46,81 114 8,67
Papua 102,6 88,4 191,0 53,72 46,28 116 35,18
Indonesia 1.947,0 1.313,7 3.260,7 59,71 40,29 148 8,96
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
175
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 63. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2010

Laki-laki
Provinsi
Kelompok Umur
Total Jumlah
10 11 12 13-15 16-17
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Aceh 0,39 1,65 1,41 28,63 67,93 100 22.067
Sumatera Utara 2,51 4,15 4,71 36,43 52,20 100 173.023
Sumatera Barat 2,79 2,83 5,33 37,91 51,15 100 48.283
Riau 2,05 0,70 4,57 32,83 59,85 100 35.071
Jambi 0,36 0,52 1,60 22,25 75,27 100 24.438
Sumatera Selatan 0,89 3,05 3,17 35,95 56,94 100 70.160
Bengkulu 0,69 2,51 4,46 34,77 57,58 100 14.914
Lampung 0,82 1,34 1,59 35,86 60,38 100 97.695
Bangka-Belitung 0,44 0,41 0,75 35,94 62,46 100 13.538
Kepulauan Riau - 1,48 - 16,93 81,59 100 4.660
DKI Jakarta - 1,08 - 22,41 76,51 100 31.782
Jawa Barat 0,76 0,86 1,90 33,32 63,16 100 189.069
Jawa Tengah 0,51 1,22 1,58 29,89 66,81 100 222.204
D I Y 2,75 1,46 2,11 43,57 50,10 100 18.452
Jawa Timur 0,35 1,37 3,38 31,85 63,05 100 248.297
Banten 0,35 0,25 2,13 23,57 73,70 100 43.992
Bali 1,62 3,71 5,72 39,28 49,66 100 42.693
Nusa Tenggara Barat 1,32 3,16 3,15 37,66 54,71 100 60.368
Nusa Tenggara Timur 1,85 2,28 5,46 41,14 49,25 100 57.538
Kalimantan Barat 2,42 0,27 2,14 36,33 58,83 100 44.919
Kalimantan Tengah 0,68 0,24 0,75 34,01 64,32 100 21.921
Kalimantan Selatan 2,27 0,73 2,65 30,38 63,97 100 38.086
Kalimantan Timur 1,38 1,16 0,31 33,82 63,33 100 20.208
Sulawesi Utara 3,22 1,83 7,20 29,69 58,06 100 15.506
Sulawesi Tengah 2,06 2,98 6,12 42,53 46,31 100 38.661
Sulawesi Selatan 2,37 3,31 7,68 40,09 46,55 100 133.338
Sulawesi Tenggara 3,64 4,38 6,92 40,60 44,46 100 48.197
Gorontalo 1,21 2,66 4,98 44,02 47,13 100 13.888
Sulawesi Barat 3,19 7,46 5,71 45,53 38,12 100 23.197
Maluku 3,72 5,89 8,53 33,56 48,30 100 12.531
Maluku Utara 3,63 1,57 6,56 36,19 52,06 100 9.680
Papua Barat 3,15 0,82 7,83 50,79 37,41 100 5.999
Papua 6,04 9,57 10,20 44,14 30,04 100 102.620
Indonesia 1,62 2,47 3,89 35,02 57,00 100 1.946.995
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS

Profil Anak Indonesia 2011
176
Tabel 64. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2010

Perempuan
Provinsi
Kelompok Umur
Total Jumlah
10 11 12 13-15 16-17
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Aceh 2,59 0,63 3,97 34,72 58,09 100 11.960
Sumatera Utara 2,00 3,37 5,80 40,90 47,94 100 118.072
Sumatera Barat 4,45 2,62 5,89 40,30 46,73 100 21.734
Riau 4,74 1,22 7,39 27,53 59,12 100 17.856
Jambi 1,12 1,11 2,42 33,86 61,49 100 10.912
Sumatera Selatan 1,74 1,57 7,26 23,81 65,61 100 34.063
Bengkulu 1,76 4,19 11,87 30,11 52,07 100 7.598
Lampung 1,12 2,33 7,97 32,28 56,30 100 31.444
Bangka-Belitung 1,01 1,61 1,78 29,70 65,90 100 7.524
Kepulauan Riau - - 2,22 23,73 74,04 100 1.753
DKI Jakarta - 0,40 0,67 15,78 83,16 100 61.789
Jawa Barat 1,17 1,65 2,57 25,20 69,41 100 165.180
Jawa Tengah 0,93 0,70 3,52 31,98 62,87 100 160.638
D I Y 2,01 6,37 4,26 39,50 47,86 100 18.636
Jawa Timur 1,68 1,19 3,13 32,24 61,76 100 157.815
Banten 0,88 0,79 - 28,66 69,66 100 49.424
Bali 4,76 5,24 8,67 41,43 39,90 100 44.445
Nusa Tenggara Barat 2,70 4,73 5,47 38,62 48,48 100 42.052
Nusa Tenggara Timur 0,89 2,82 6,56 36,76 52,97 100 35.687
Kalimantan Barat 1,49 1,60 2,69 36,33 57,89 100 32.617
Kalimantan Tengah 1,54 2,40 1,21 25,24 69,60 100 12.145
Kalimantan Selatan 1,09 1,86 5,40 31,75 59,90 100 29.034
Kalimantan Timur 1,50 1,18 3,32 31,72 62,28 100 11.400
Sulawesi Utara 5,06 2,60 8,99 19,36 63,99 100 6.420
Sulawesi Tengah 6,11 3,45 8,39 40,23 41,82 100 15.166
Sulawesi Selatan 2,58 5,42 8,31 40,61 43,07 100 57.661
Sulawesi Tenggara 6,10 5,34 9,08 46,09 33,39 100 27.209
Gorontalo 8,70 5,15 7,62 32,99 45,54 100 5.380
Sulawesi Barat 2,03 5,85 3,41 45,35 43,35 100 11.957
Maluku 4,95 4,93 9,86 36,59 43,67 100 7.529
Maluku Utara 1,30 3,01 4,80 41,22 49,66 100 4.913
Papua Barat 7,08 3,01 8,85 34,70 46,35 100 5.279
Papua 6,74 9,58 9,77 43,80 30,12 100 88.414
Indonesia 2,23 2,77 4,85 33,46 56,69 100 1.313.706
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
177
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 65. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2010

Laki-Laki + Perempuan
Provinsi
Kelompok Umur
Total Jumlah
10 11 12 13-15 16-17
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Aceh 1,16 1,29 2,31 30,77 64,47 100 34.027
Sumatera Utara 2,30 3,83 5,15 38,24 50,47 100 291.095
Sumatera Barat 3,30 2,76 5,51 38,65 49,78 100 70.017
Riau 2,96 0,87 5,52 31,04 59,60 100 52.927
Jambi 0,59 0,70 1,86 25,83 71,02 100 35.350
Sumatera Selatan 1,17 2,57 4,50 31,98 59,78 100 104.223
Bengkulu 1,05 3,07 6,96 33,20 55,72 100 22.512
Lampung 0,90 1,58 3,15 34,99 59,39 100 129.139
Bangka-Belitung 0,65 0,84 1,12 33,71 63,69 100 21.062
Kepulauan Riau - 1,08 0,61 18,79 79,53 100 6.413
DKI Jakarta - 0,63 0,44 18,03 80,90 100 93.571
Jawa Barat 0,95 1,23 2,21 29,53 66,07 100 354.249
Jawa Tengah 0,69 1,00 2,39 30,76 65,15 100 382.842
D I Y 2,38 3,93 3,19 41,53 48,98 100 37.088
Jawa Timur 0,87 1,30 3,29 32,00 62,55 100 406.112
Banten 0,63 0,54 1,00 26,26 71,56 100 93.416
Bali 3,22 4,49 7,23 40,38 44,69 100 87.138
Nusa Tenggara Barat 1,89 3,80 4,10 38,05 52,15 100 102.420
Nusa Tenggara Timur 1,48 2,49 5,88 39,47 50,68 100 93.225
Kalimantan Barat 2,03 0,83 2,37 36,33 58,44 100 77.536
Kalimantan Tengah 0,98 1,01 0,92 30,89 66,20 100 34.066
Kalimantan Selatan 1,76 1,22 3,84 30,97 62,21 100 67.120
Kalimantan Timur 1,42 1,17 1,40 33,06 62,95 100 31.608
Sulawesi Utara 3,76 2,06 7,73 26,66 59,80 100 21.926
Sulawesi Tengah 3,20 3,12 6,76 41,88 45,05 100 53.827
Sulawesi Selatan 2,43 3,95 7,87 40,25 45,50 100 190.999
Sulawesi Tenggara 4,53 4,73 7,70 42,58 40,47 100 75.406
Gorontalo 3,30 3,35 5,72 40,94 46,69 100 19.268
Sulawesi Barat 2,79 6,92 4,93 45,47 39,90 100 35.154
Maluku 4,18 5,53 9,03 34,70 46,56 100 20.060
Maluku Utara 2,84 2,06 5,97 37,88 51,25 100 14.593
G berumur Papua Barat 4,99 1,84 8,31 43,26 41,59 100 11.278
Papua 6,37 9,57 10,00 43,98 30,08 100 191.034
Indonesia 1,86 2,59 4,28 34,39 56,87 100 3.260.701
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
178
Tabel 66. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2010

Provinsi
Laki-Laki
Jumlah
Perempuan
Jumlah
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
10-12 13-15 16-17 10-12 13-15 16-17

10-12 13-15 16-17
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 3,44 28,63 67,93 100 7,19 34,72 58,09 100 4,76 30,77 64,47 100
Sumatera Utara 11,37 36,43 52,20 100 11,17 40,90 47,94 100 11,28 38,24 50,47 100
Sumatera Barat 10,95 37,91 51,15 100 12,97 40,30 46,73 100 11,57 38,65 49,78 100
Riau 7,32 32,83 59,85 100 13,36 27,53 59,12 100 9,36 31,04 59,60 100
Jambi 2,48 22,25 75,27 100 4,65 33,86 61,49 100 3,15 25,83 71,02 100
Sumatera Selatan 7,11 35,95 56,94 100 10,57 23,81 65,61 100 8,24 31,98 59,78 100
Bengkulu 7,66 34,77 57,58 100 17,82 30,11 52,07 100 11,09 33,20 55,72 100
Lampung 3,76 35,86 60,38 100 11,42 32,28 56,30 100 5,63 34,99 59,39 100
Bangka Belitung 1,60 35,94 62,46 100 4,40 29,70 65,90 100 2,60 33,71 63,69 100
Kepulauan Riau 1,48 16,93 81,59 100 2,22 23,73 74,04 100 1,68 18,79 79,53 100
DKI Jakarta 1,08 22,41 76,51 100 1,06 15,78 83,16 100 1,07 18,03 80,90 100
Jawa Barat 3,52 33,32 63,16 100 5,39 25,20 69,41 100 4,39 29,53 66,07 100
Jawa Tengah 3,31 29,89 66,81 100 5,15 31,98 62,87 100 4,08 30,76 65,15 100
DI Yogyakarta 6,32 43,57 50,10 100 12,64 39,50 47,86 100 9,50 41,53 48,98 100
Jawa Timur 5,10 31,85 63,05 100 6,01 32,24 61,76 100 5,45 32,00 62,55 100
Banten 2,73 23,57 73,70 100 1,68 28,66 69,66 100 2,17 26,26 71,56 100
Bali 11,06 39,28 49,66 100 18,67 41,43 39,90 100 14,94 40,38 44,69 100
Nusa Tenggara Barat 7,63 37,66 54,71 100 12,90 38,62 48,48 100 9,79 38,05 52,15 100
Nusa Tenggara Timur 9,60 41,14 49,25 100 10,26 36,76 52,97 100 9,85 39,47 50,68 100
Kalimantan Barat 4,84 36,33 58,83 100 5,78 36,33 57,89 100 5,23 36,33 58,44 100
Kalimantan Tengah 1,67 34,01 64,32 100 5,15 25,24 69,60 100 2,91 30,89 66,20 100
Kalimantan Selatan 5,65 30,38 63,97 100 8,35 31,75 59,90 100 6,82 30,97 62,21 100
Kalimantan Timur 2,85 33,82 63,33 100 6,00 31,72 62,28 100 3,99 33,06 62,95 100
Sulawesi Utara 12,25 29,69 58,06 100 16,65 19,36 63,99 100 13,54 26,66 59,80 100
Sulawesi Tengah 11,16 42,53 46,31 100 17,95 40,23 41,82 100 13,08 41,88 45,05 100
Sulawesi Selatan 13,36 40,09 46,55 100 16,31 40,61 43,07 100 14,25 40,25 45,50 100
Sulawesi Tenggara 14,94 40,60 44,46 100 20,52 46,09 33,39 100 16,95 42,58 40,47 100
Gorontalo 8,85 44,02 47,13 100 21,47 32,99 45,54 100 12,37 40,94 46,69 100
Sulawesi Barat 16,36 45,53 38,12 100 11,30 45,35 43,35 100 14,64 45,47 39,90 100
Maluku 18,14 33,56 48,30 100 19,74 36,59 43,67 100 18,74 34,70 46,56 100
Maluku Utara 11,76 36,19 52,06 100 9,12 41,22 49,66 100 10,87 37,88 51,25 100
Papua Barat 11,80 50,79 37,41 100 18,94 34,70 46,35 100 15,14 43,26 41,59 100
Papua 25,82 44,14 30,04 100 26,09 43,80 30,12 100 25,94 43,98 30,08 100
Indonesia 7,98 35,02 57,00 100 9,85 33,46 56,69 100 8,73 34,39 56,87 100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS

179
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 67. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi
dan Jumlah Jam Kerja, 2010

Laki-laki
Provinsi
Jumlah Jam Kerja
Total
1 - 7 8 - 14 15 - 24 25 - 34 0 dan 35 +
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 9,53 15,51 30,53 15,07 29,36 100
Sumatera Utara 8,32 24,73 27,94 12,51 26,50 100
Sumatera Barat 13,68 21,68 20,96 14,59 29,09 100
Riau 2,61 9,68 25,69 22,13 39,89 100
Jambi 9,47 8,42 22,98 22,69 36,44 100
Sumatera Selatan 5,79 14,33 20,62 12,92 46,34 100
Bengkulu 9,29 14,73 19,31 17,96 38,70 100
Lampung 5,20 21,65 22,97 16,22 33,97 100
Bangka-Belitung 2,71 5,98 19,31 14,79 57,21 100
Kepulauan Riau 1,22 2,25 1,91 8,63 85,99 100
DKI Jakarta - 2,85 8,29 5,29 83,57 100
Jawa Barat 3,23 10,15 10,66 12,56 63,40 100
Jawa Tengah 7,21 15,51 17,82 13,13 46,34 100
D I Y 18,25 25,14 19,85 19,98 16,79 100
Jawa Timur 11,25 20,26 23,16 14,15 31,18 100
Banten 2,07 10,18 13,42 13,57 60,75 100
Bali 11,32 22,63 20,40 9,36 36,29 100
Nusa Tenggara Barat 10,57 21,25 26,89 16,55 24,74 100
Nusa Tenggara Timur 11,63 16,54 26,16 14,59 31,09 100
Kalimantan Barat 7,94 18,63 21,66 12,15 39,62 100
Kalimantan Tengah 1,30 7,80 20,76 13,51 56,64 100
Kalimantan Selatan 6,91 14,69 23,62 17,97 36,82 100
Kalimantan Timur 3,56 15,52 19,85 8,92 52,15 100
Sulawesi Utara 3,79 12,49 16,10 14,45 53,17 100
Sulawesi Tengah 8,32 16,83 22,72 13,94 38,18 100
Sulawesi Selatan 8,04 17,04 21,35 14,31 39,26 100
Sulawesi Tenggara 10,80 25,10 24,70 14,27 25,14 100
Gorontalo 4,06 15,29 17,54 12,62 50,49 100
Sulawesi Barat 15,90 29,17 17,99 14,66 22,28 100
Maluku 10,72 30,61 25,66 15,47 17,55 100
Maluku Utara 11,32 28,07 18,40 16,04 26,17 100
Papua Barat 10,67 10,89 32,62 8,43 37,39 100
Papua 2,65 23,59 24,26 29,52 19,99 100
Indonesia 7,53 17,71 21,01 14,75 39,00 100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
180
Tabel 68. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi
dan Jumlah Jam Kerja, 2010
Perempuan
Provinsi
Jumlah Jam Kerja
Total
1 - 7 8 - 14 15 - 24 25 - 34 0 dan 35 +
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 14,61 19,81 29,07 17,73 18,79 100
Sumatera Utara 6,85 26,79 29,88 10,58 25,90 100
Sumatera Barat 11,30 20,14 28,93 13,21 26,42 100
Riau 4,96 15,69 7,08 12,04 60,23 100
Jambi 8,44 10,00 27,57 12,31 41,69 100
Sumatera Selatan 6,06 14,59 23,51 17,58 38,26 100
Bengkulu 11,21 21,93 27,26 11,94 27,67 100
Lampung 8,04 15,47 23,73 9,85 42,92 100
Bangka-Belitung 4,21 11,95 24,08 12,53 47,22 100
Kepulauan Riau 7,64 14,55 11,64 12,09 54,08 100
DKI Jakarta 1,61 3,91 4,25 10,84 79,39 100
Jawa Barat 5,24 7,30 8,34 5,48 73,63 100
Jawa Tengah 8,52 13,04 14,41 9,12 54,91 100
D I Y 8,66 17,17 25,40 7,39 41,39 100
Jawa Timur 14,62 15,90 19,70 9,78 40,01 100
Banten 1,16 11,59 8,26 2,95 76,04 100
Bali 10,68 19,34 23,31 13,47 33,20 100
Nusa Tenggara Barat 14,42 28,07 20,85 11,08 25,58 100
Nusa Tenggara Timur 11,84 23,72 27,58 12,45 24,42 100
Kalimantan Barat 3,79 11,58 27,13 23,38 34,12 100
Kalimantan Tengah 2,12 13,45 15,73 21,48 47,21 100
Kalimantan Selatan 6,60 20,41 21,81 17,52 33,65 100
Kalimantan Timur 3,10 20,25 19,31 8,31 49,04 100
Sulawesi Utara 7,74 18,21 23,10 10,17 40,78 100
Sulawesi Tengah 17,41 24,03 25,60 8,62 24,34 100
Sulawesi Selatan 11,01 16,51 20,03 12,93 39,52 100
Sulawesi Tenggara 15,49 28,52 25,52 12,86 17,61 100
Gorontalo 5,63 15,99 31,71 15,07 31,60 100
Sulawesi Barat 16,04 29,27 17,78 13,92 22,98 100
Maluku 14,24 28,29 37,03 12,02 8,42 100
Maluku Utara 13,07 30,80 19,76 18,16 18,22 100
Papua Barat 9,13 4,34 23,09 18,79 44,65 100
Papua 2,51 21,07 26,71 25,33 24,38 100
Indonesia 8,20 16,43 19,25 11,62 44,50 100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS

181
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 69. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi
dan Jumlah Jam Kerja, 2010

Laki-laki+Perempuan
Provinsi
Jumlah Jam Kerja
Total
1 - 7 8 - 14 15 - 24 25 - 34 0 dan 35 +
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 11,32 17,02 30,01 16,00 25,64 100
Sumatera Utara 7,72 25,57 28,72 11,72 26,26 100
Sumatera Barat 12,94 21,20 23,44 14,16 28,26 100
Riau 3,40 11,71 19,41 18,73 46,75 100
Jambi 9,15 8,91 24,40 19,48 38,06 100
Sumatera Selatan 5,88 14,42 21,57 14,44 43,70 100
Bengkulu 9,94 17,16 21,99 15,93 34,98 100
Lampung 5,89 20,14 23,15 14,67 36,15 100
Bangka-Belitung 3,25 8,11 21,01 13,98 53,64 100
Kepulauan Riau 2,98 5,61 4,57 9,57 77,26 100
DKI Jakarta 1,06 3,55 5,62 8,95 80,81 100
Jawa Barat 4,17 8,82 9,58 9,26 68,17 100
Jawa Tengah 7,76 14,47 16,39 11,45 49,94 100
D I Y 13,43 21,13 22,64 13,65 29,15 100
Jawa Timur 12,56 18,57 21,81 12,45 34,61 100
Banten 1,59 10,93 10,69 7,95 68,84 100
Bali 10,99 20,95 21,89 11,46 34,72 100
Nusa Tenggara Barat 12,15 24,05 24,41 14,30 25,09 100
Nusa Tenggara Timur 11,71 19,28 26,71 13,77 28,53 100
Kalimantan Barat 6,19 15,66 23,96 16,87 37,31 100
Kalimantan Tengah 1,59 9,81 18,97 16,35 53,28 100
Kalimantan Selatan 6,78 17,16 22,84 17,78 35,45 100
Kalimantan Timur 3,39 17,23 19,65 8,70 51,03 100
Sulawesi Utara 4,94 14,17 18,15 13,20 49,54 100
Sulawesi Tengah 10,88 18,86 23,53 12,44 34,28 100
Sulawesi Selatan 8,94 16,88 20,95 13,90 39,34 100
Sulawesi Tenggara 12,49 26,33 25,00 13,76 22,42 100
Gorontalo 4,50 15,48 21,50 13,31 45,21 100
Sulawesi Barat 15,95 29,21 17,92 14,41 22,52 100
Maluku 12,04 29,74 29,93 14,17 14,12 100
Maluku Utara 11,91 28,99 18,86 16,75 23,49 100
Papua Barat 9,95 7,82 28,16 13,28 40,79 100
Papua 2,58 22,42 25,39 27,58 22,02 100
Indonesia 7,80 17,19 20,30 13,49 41,22 100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
182
Tabel 70. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Sektor, 2010

Provinsi
Laki-Laki
Jumlah
Perempuan
Jumlah
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1 2 3

1 2 3

1 2 3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 67,22 7,21 25,56 100 53,43 4,99 41,58 100 62,37 6,43 31,19 100
Sumatera Utara 71,43 8,43 20,14 100 65,05 7,64 27,31 100 68,84 8,11 23,05 100
Sumatera Barat 60,71 12,49 26,80 100 29,12 19,05 51,83 100 50,91 14,53 34,57 100
Riau 61,48 12,02 26,51 100 28,93 8,26 62,81 100 50,50 10,75 38,75 100
Jambi 72,23 8,85 18,92 100 39,83 10,65 49,52 100 62,23 9,41 28,36 100
Sumatera Selatan 68,61 10,38 21,01 100 47,01 13,47 39,52 100 61,55 11,39 27,06 100
Bengkulu 63,08 6,90 30,02 100 36,50 6,66 56,84 100 54,11 6,82 39,07 100
Lampung 75,33 11,46 13,21 100 20,72 17,96 61,32 100 62,03 13,04 24,92 100
Bangka Belitung 34,44 47,92 17,63 100 25,24 6,17 68,59 100 31,16 33,01 35,84 100
Kepulauan Riau 35,62 22,21 42,17 100 10,72 14,38 74,90 100 28,82 20,07 51,11 100
DKI Jakarta 0,23 33,83 65,94 100 - 14,40 85,60 100 0,08 21,00 78,92 100
Jawa Barat 26,39 30,31 43,30 100 4,29 39,18 56,53 100 16,09 34,44 49,47 100
Jawa Tengah 49,10 27,71 23,19 100 18,66 31,73 49,61 100 36,33 29,40 34,27 100
DI Yogyakarta 34,13 19,08 46,79 100 10,12 11,84 78,04 100 22,06 15,44 62,49 100
Jawa Timur 67,79 14,71 17,50 100 32,11 20,97 46,92 100 53,92 17,14 28,93 100
Banten 16,54 31,03 52,43 100 3,94 31,67 64,40 100 9,87 31,37 58,76 100
Bali 52,32 23,96 23,72 100 37,38 19,98 42,64 100 44,70 21,93 33,37 100
Nusa Tenggara Barat 66,91 18,59 14,51 100 39,09 24,77 36,14 100 55,48 21,13 23,39 100
Nusa Tenggara Timur 77,60 10,82 11,59 100 71,55 11,09 17,36 100 75,28 10,92 13,80 100
Kalimantan Barat 63,82 14,94 21,24 100 52,67 5,90 41,43 100 59,13 11,14 29,73 100
Kalimantan Tengah 67,67 18,21 14,12 100 53,80 4,59 41,61 100 62,73 13,35 23,92 100
Kalimantan Selatan 56,03 20,21 23,75 100 30,94 20,19 48,87 100 45,18 20,20 34,62 100
Kalimantan Timur 51,38 10,17 38,45 100 25,96 6,23 67,82 100 42,21 8,75 49,04 100
Sulawesi Utara 60,62 12,80 26,58 100 20,06 9,81 70,12 100 48,75 11,92 39,33 100
Sulawesi Tengah 75,04 10,18 14,79 100 50,37 6,21 43,42 100 68,09 9,06 22,85 100
Sulawesi Selatan 68,83 12,36 18,82 100 51,93 9,66 38,41 100 63,73 11,54 24,73 100
Sulawesi Tenggara 70,22 9,56 20,21 100 47,74 11,22 41,04 100 62,11 10,16 27,73 100
Gorontalo 54,35 20,13 25,52 100 41,69 8,66 49,65 100 50,81 16,93 32,26 100
Sulawesi Barat 74,66 9,94 15,41 100 51,04 20,41 28,54 100 66,62 13,50 19,88 100
Maluku 78,09 5,24 16,68 100 69,96 5,43 24,61 100 75,03 5,31 19,66 100
Maluku Utara 78,90 4,16 16,93 100 54,00 8,35 37,66 100 70,52 5,57 23,91 100
Papua Barat 78,98 3,93 17,09 100 71,09 - 28,91 100 75,29 2,09 22,62 100
Papua 97,64 1,35 1,01 100 97,76 0,09 2,15 100 97,70 0,77 1,54 100
Indonesia 60,57 16,53 22,90 100 35,82 19,01 45,17 100 50,60 17,53 31,88 100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Catatan:
1. Pertanian
2. Industri
3. Jasa
183
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 71. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status Sekolah, 2010

Provinsi
Laki-Laki
Jumlah
Perempuan
Jumlah
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
Tidak/
belum
pernah
sekolah
Masih
Sekolah
Tidak
Sekolah
lagi

Tidak/
belum
pernah
sekolah
Masih
Sekolah
Tidak
Sekolah
lagi

Tidak/
belum
pernah
sekolah
Masih
Sekolah
Tidak
Sekolah
lagi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 0,74 50,31 48,95 100 - 68,07 31,93 100 0,48 56,55 42,97 100
Sumatera Utara 0,98 63,98 35,04 100 0,95 66,41 32,63 100 0,97 64,97 34,06 100
Sumatera Barat 1,10 50,29 48,61 100 0,12 70,02 29,86 100 0,80 56,41 42,79 100
Riau 0,85 25,60 73,55 100 2,10 42,91 54,99 100 1,27 31,44 67,29 100
Jambi 1,43 22,89 75,69 100 - 32,41 67,59 100 0,99 25,83 73,19 100
Sumatera Selatan 0,19 31,94 67,87 100 - 29,34 70,66 100 0,13 31,09 68,78 100
Bengkulu 0,81 37,97 61,22 100 - 51,29 48,71 100 0,54 42,47 57,00 100
Lampung - 32,96 67,04 100 - 47,39 52,61 100 - 36,47 63,53 100
Bangka Belitung 0,40 16,06 83,54 100 1,32 29,27 69,42 100 0,73 20,78 78,50 100
Kepulauan Riau 2,53 5,36 92,10 100 - 38,51 61,49 100 1,84 14,42 83,74 100
DKI Jakarta - 23,49 76,51 100 - 17,51 82,49 100 - 19,55 80,45 100
Jawa Barat 0,33 17,35 82,32 100 0,25 20,79 78,96 100 0,29 18,96 80,75 100
Jawa Tengah 0,15 23,58 76,28 100 - 29,44 70,56 100 0,08 26,04 73,88 100
DI Yogyakarta - 74,28 25,72 100 - 58,56 41,44 100 - 66,38 33,62 100
Jawa Timur 0,70 37,03 62,27 100 0,41 40,15 59,44 100 0,59 38,24 61,17 100
Banten - 10,83 89,17 100 - 23,57 76,43 100 - 17,57 82,43 100
Bali - 59,82 40,18 100 2,30 60,49 37,21 100 1,17 60,16 38,67 100
Nusa Tenggara Barat 0,34 56,74 42,93 100 0,14 63,92 35,94 100 0,25 59,69 40,06 100
Nusa Tenggara Timur 3,81 37,93 58,26 100 2,33 37,71 59,95 100 3,24 37,84 58,91 100
Kalimantan Barat 1,38 26,70 71,92 100 1,17 26,23 72,60 100 1,29 26,50 72,21 100
Kalimantan Tengah 0,19 23,08 76,73 100 - 36,50 63,50 100 0,12 27,86 72,02 100
Kalimantan Selatan 1,24 31,00 67,75 100 0,89 37,59 61,53 100 1,09 33,85 65,06 100
Kalimantan Timur 0,16 31,10 68,75 100 0,64 45,18 54,18 100 0,33 36,17 63,49 100
Sulawesi Utara 0,38 37,97 61,65 100 0,72 49,05 50,23 100 0,48 41,21 58,31 100
Sulawesi Tengah 2,47 38,90 58,63 100 1,03 59,25 39,72 100 2,06 44,63 53,30 100
Sulawesi Selatan 2,63 42,30 55,07 100 2,87 50,76 46,37 100 2,70 44,85 52,45 100
Sulawesi Tenggara 1,00 63,65 35,35 100 1,55 76,69 21,76 100 1,20 68,36 30,45 100
Gorontalo 1,84 24,24 73,92 100 3,16 39,55 57,29 100 2,21 28,51 69,28 100
Sulawesi Barat 2,59 46,06 51,35 100 3,57 55,34 41,09 100 2,92 49,21 47,86 100
Maluku 3,85 62,13 34,02 100 2,30 66,42 31,28 100 3,27 63,74 32,99 100
Maluku Utara 3,37 66,10 30,54 100 1,24 69,84 28,92 100 2,65 67,35 29,99 100
Papua Barat 17,15 37,37 45,47 100 18,39 30,63 50,98 100 17,73 34,22 48,05 100
Papua 49,16 36,96 13,87 100 55,57 30,82 13,61 100 52,13 34,12 13,75 100
Indonesia 3,49 36,96 59,55 100 4,45 40,16 55,38 100 3,88 38,25 57,87 100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
184
Tabel 72. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Ijazah Tertinggi, 2010

Provinsi
Laki-Laki
Jumlah
Perempuan
Jumlah
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
Tidak/
belum
punya
ijazah
SD SMP+

Tidak/
belum
punya
ijazah
SD SMP+

Tidak/
belum
punya
ijazah
SD SMP+
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 15.62 39.7 44.68 100 10.69 38.09 51.21 100 13.89 39.14 46.98 100
Sumatera Utara 20.09 37.51 42.39 100 14.55 41.08 44.38 100 17.84 38.96 43.19 100
Sumatera Barat 36.27 37.42 26.32 100 23.49 35.06 41.46 100 32.30 36.69 31.01 100
Riau 22.59 42.05 35.36 100 21.25 39.42 39.32 100 22.14 41.16 36.70 100
Jambi 18.34 45.03 36.63 100 18.01 38.83 43.17 100 18.23 43.12 38.65 100
Sumatera Selatan 23.01 42.69 34.30 100 13.80 48.08 38.12 100 20.00 44.45 35.55 100
Bengkulu 22.13 41.99 35.88 100 24.22 37.52 38.26 100 22.83 40.49 36.69 100
Lampung 14.45 47.44 38.11 100 7.43 39.03 53.53 100 12.74 45.40 41.86 100
Bangka Belitung 32.53 50.25 17.21 100 17.96 38.25 43.79 100 27.32 45.96 26.72 100
Kepulauan Riau 22.55 42.92 - 100 10.44 49.23 40.33 100 19.24 44.64 36.11 100
DKI Jakarta 18.37 27.65 53.98 100 8.78 35.71 55.50 100 12.04 32.98 54.98 100
Jawa Barat 12.55 53.00 34.45 100 7.21 40.65 52.14 100 10.06 47.24 42.70 100
Jawa Tengah 12.17 45.35 42.48 100 5.62 38.16 56.22 100 9.42 42.33 48.25 100
DI Yogyakarta 8.86 42.49 48.65 100 11.83 41.43 46.75 100 10.35 41.96 47.69 100
Jawa Timur 11.82 46.19 41.99 100 8.52 41.63 49.85 100 10.54 44.42 45.04 100
Banten 15.76 37.06 47.18 100 8.12 42.73 49.15 100 11.72 40.06 48.23 100
Bali 18.93 41.75 39.32 100 19.74 42.51 37.74 100 19.34 42.14 38.51 100
Nusa Tenggara Barat 17.27 44.94 37.79 100 16.37 41.12 42.51 100 16.90 43.37 39.74 100
Nusa Tenggara Timur 43.52 44.85 11.63 100 32.26 50.17 17.57 100 39.21 46.89 13.91 100
Kalimantan Barat 32.57 46.81 20.61 100 25.26 42.85 31.88 100 29.50 45.15 25.35 100
Kalimantan Tengah 21.25 49.10 29.65 100 16.27 46.94 36.79 100 19.47 48.33 32.19 100
Kalimantan Selatan 31.27 44.58 24.15 100 17.49 44.12 38.40 100 25.31 44.38 30.31 100
Kalimantan Timur 20.22 46.41 33.37 100 18.27 34.14 47.58 100 19.52 41.98 38.49 100
Sulawesi Utara 26.29 41.87 31.85 100 24.03 29.36 46.60 100 25.63 38.21 36.17 100
Sulawesi Tengah 26.61 45.50 27.89 100 21.91 47.65 30.44 100 25.29 46.11 28.61 100
Sulawesi Selatan 28.97 44.26 26.76 100 23.21 46.17 30.62 100 27.23 44.84 27.93 100
Sulawesi Tenggara 23.33 43.31 33.36 100 20.25 42.46 37.29 100 22.22 43.01 34.78 100
Gorontalo 64.03 26.08 9.90 100 39.93 45.17 14.90 100 57.30 31.41 11.29 100
Sulawesi Barat 39.67 39.72 20.60 100 24.49 49.01 26.50 100 34.51 42.88 22.61 100
Maluku 27.15 41.11 31.74 100 22.03 45.21 32.76 100 25.23 42.65 32.12 100
Maluku Utara 21.10 42.36 36.55 100 24.20 33.26 42.54 100 22.14 39.29 38.57 100
Papua Barat 46.77 33.52 19.70 100 52.40 28.76 18.85 100 49.41 31.29 19.30 100
Papua 71.50 21.43 7.06 100 71.05 22.16 6.79 100 71.29 21.77 6.94 100
Indonesia 22.83 42.96 34.21 100 17.32 39.92 42.75 100 20.61 41.74 37.65 100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
185
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 73. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Status dalam Pekerjaan Utama, 2010

Laki-Laki
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Catatan : *)
1. Berusaha Sendiri
2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tak dibayar
3. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
4. Buruh/karyawan/ pegawai
5. Pekerja bebas di pertanian
6. Pekerja bebas di non-pertanian
7. Pekerja keluarga/pekerja tak dibayar

Provinsi
Status dalam Pekerjaan Utama
Total
1 2 3 4 5 6 7
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 5,70 1,32 - 20,74 5,08 2,00 65,16 100
Sumatera Utara 5,14 0,84 - 11,66 3,66 3,92 74,79 100
Sumatera Barat 9,98 - - 15,73 6,69 5,85 61,76 100
Riau 7,73 0,50 - 27,81 5,63 5,89 52,45 100
Jambi 4,19 1,91 - 33,28 6,45 1,20 52,97 100
Sumatera Selatan 8,32 1,04 - 21,04 6,56 2,72 60,31 100
Bengkulu 9,72 2,27 - 11,95 5,26 5,99 64,82 100
Lampung 3,27 - - 13,37 8,52 4,04 70,79 100
Bangka-Belitung 22,78 1,43 - 25,18 1,36 13,95 35,29 100
Kepulauan Riau 10,97 11,12 - 45,73 8,09 8,56 15,54 100
DKI Jakarta 8,16 - - 62,65 - 2,29 26,89 100
Jawa Barat 20,06 1,44 - 30,19 8,35 9,12 30,83 100
Jawa Tengah 4,91 1,00 - 17,96 5,76 11,11 59,26 100
D I Y 2,94 - - 13,26 0,89 4,89 78,02 100
Jawa Timur 6,24 0,68 - 13,43 6,64 4,42 68,59 100
Banten 11,97 2,30 - 42,08 3,26 12,21 28,18 100
Bali 4,56 2,09 - 22,25 5,06 3,11 62,93 100
Nusa Tenggara Barat 3,47 0,07 - 3,02 12,83 14,83 65,79 100
Nusa Tenggara Timur 5,93 0,51 - 7,92 1,14 2,62 81,88 100
Kalimantan Barat 11,59 0,87 - 21,26 1,70 2,45 62,14 100
Kalimantan Tengah 10,15 0,41 - 21,66 3,81 6,14 57,83 100
Kalimantan Selatan 6,61 1,16 - 18,39 5,28 7,46 61,10 100
Kalimantan Timur 9,68 1,97 - 33,76 - 1,11 53,48 100
Sulawesi Utara 11,69 0,93 - 17,28 24,15 7,08 38,87 100
Sulawesi Tengah 7,41 0,36 - 7,21 9,94 5,75 69,33 100
Sulawesi Selatan 5,78 0,22 - 15,70 8,16 5,57 64,57 100
Sulawesi Tenggara 6,44 0,22 - 7,17 1,86 2,11 82,20 100
Gorontalo 9,64 0,50 - 13,33 15,26 9,14 52,13 100
Sulawesi Barat 7,82 0,94 - 8,48 1,44 2,59 78,73 100
Maluku 6,84 - - 5,35 3,33 1,64 82,85 100
Maluku Utara 6,52 - - 9,01 0,85 1,38 82,24 100
Papua Barat 1,45 - - 13,97 - 0,90 83,68 100
Papua 1,24 - - 1,78 0,29 0,14 96,54 100
Indonesia 7,52 0,79 - 17,38 5,75 5,80 62,76 100
Profil Anak Indonesia 2011
186
Tabel 74. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Status dalam Pekerjaan Utama, 2010

Perempuan
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Catatan : *)
1. Berusaha Sendiri
2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tak dibayar
3. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
4. Buruh/karyawan/ pegawai
5. Pekerja bebas di pertanian
6. Pekerja bebas di non-pertanian
7. Pekerja keluarga/pekerja tak dibayar
Provinsi
Status dalam Pekerjaan Utama
Total
1 2 3 4 5 6 7
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 0,89 - - 10,33 1,26 - 87,51 100
Sumatera Utara 3,73 0,98 - 11,00 1,01 2,33 80,94 100
Sumatera Barat 5,34 0,15 - 13,52 2,15 5,02 73,82 100
Riau 0,60 - - 52,59 - 1,04 45,77 100
Jambi 4,70 1,04 - 40,41 8,12 1,32 44,41 100
Sumatera Selatan 6,87 1,78 - 22,19 1,44 0,75 66,97 100
Bengkulu - - - 19,15 1,97 0,51 78,36 100
Lampung 8,37 0,50 - 31,33 3,48 5,97 50,36 100
Bangka-Belitung 7,32 1,82 - 41,08 2,82 4,08 42,88 100
Kepulauan Riau 9,70 - - 58,36 - 5,76 26,18 100
DKI Jakarta 4,05 3,37 - 75,82 - 0,81 15,96 100
Jawa Barat 6,81 3,37 - 58,12 0,92 4,56 26,21 100
Jawa Tengah 8,20 1,72 - 39,36 3,15 2,92 44,65 100
D I Y 2,79 - - 39,75 - - 57,46 100
Jawa Timur 7,19 0,50 - 28,96 1,29 2,63 59,44 100
Banten 9,45 3,07 - 61,27 - 3,07 23,14 100
Bali 3,69 1,03 - 21,12 3,93 2,22 68,01 100
Nusa Tenggara Barat 5,83 - - 9,18 7,35 9,01 68,64 100
Nusa Tenggara Timur 3,94 0,09 - 6,69 1,17 0,92 87,18 100
Kalimantan Barat 2,99 0,16 - 26,74 0,94 0,16 69,01 100
Kalimantan Tengah 5,88 1,76 - 28,16 0,56 0,91 62,73 100
Kalimantan Selatan 7,77 0,32 - 19,82 0,53 8,31 63,24 100
Kalimantan Timur 9,56 - - 37,45 - 2,08 50,91 100
Sulawesi Utara 4,11 1,48 - 36,45 0,83 6,78 50,36 100
Sulawesi Tengah 1,13 0,30 - 15,56 3,75 0,32 78,93 100
Sulawesi Selatan 5,96 1,01 - 14,60 10,56 2,00 65,87 100
Sulawesi Tenggara 5,70 - - 6,23 0,53 1,15 86,39 100
Gorontalo 2,90 - - 16,82 11,28 5,58 63,42 100
Sulawesi Barat 2,89 - - 9,78 6,52 1,12 79,70 100
Maluku 4,20 - - 4,44 4,49 - 86,88 100
Maluku Utara 3,89 - - 10,91 1,02 - 84,18 100
Papua Barat 0,89 - - 14,15 0,89 - 84,07 100
Papua 0,91 - - 0,79 0,48 - 97,83 100
Indonesia 5,58 1,26 - 30,48 2,14 2,70 57,85 100
187
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 75. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Status dalam Pekerjaan Utama, 2010
Laki-Laki + Perempuan
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Catatan : *)
1. Berusaha Sendiri
2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tak dibayar
3. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
4. Buruh/karyawan/ pegawai
5. Pekerja bebas di pertanian
6. Pekerja bebas di non-pertanian
7. Pekerja keluarga/pekerja tak dibayar
Provinsi
Status dalam Pekerjaan Utama
Total
1 2 3 4 5 6 7
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 4,01 0,86 - 17,08 3,74 1,30 73,02 100
Sumatera Utara 4,57 0,90 - 11,39 2,58 3,28 77,28 100
Sumatera Barat 8,54 0,05 - 15,04 5,28 5,59 65,51 100
Riau 5,32 0,33 - 36,17 3,73 4,25 50,19 100
Jambi 4,35 1,64 - 35,49 6,97 1,24 50,33 100
Sumatera Selatan 7,85 1,28 - 21,41 4,89 2,08 62,49 100
Bengkulu 6,44 1,50 - 14,38 4,15 4,14 69,39 100
Lampung 4,51 0,12 - 17,75 7,29 4,51 65,82 100
Bangka-Belitung 17,26 1,57 - 30,86 1,88 10,43 38,00 100
Kepulauan Riau 10,62 8,08 - 49,18 5,88 7,80 18,45 100
DKI Jakarta 5,45 2,22 - 71,34 - 1,31 19,67 100
Jawa Barat 13,88 2,34 - 43,22 4,89 7,00 28,68 100
Jawa Tengah 6,29 1,30 - 26,94 4,66 7,67 53,13 100
D I Y 2,87 - - 26,57 0,44 2,43 67,69 100
Jawa Timur 6,61 0,61 - 19,47 4,56 3,72 65,03 100
Banten 10,64 2,70 - 52,23 1,53 7,38 25,51 100
Bali 4,12 1,55 - 21,67 4,48 2,66 65,52 100
Nusa Tenggara Barat 4,44 0,04 - 5,55 10,58 12,44 66,96 100
Nusa Tenggara Timur 5,17 0,35 - 7,45 1,15 1,97 83,91 100
Kalimantan Barat 7,97 0,57 - 23,57 1,38 1,48 65,03 100
Kalimantan Tengah 8,63 0,89 - 23,98 2,65 4,27 59,58 100
Kalimantan Selatan 7,11 0,80 - 19,01 3,23 7,83 62,03 100
Kalimantan Timur 9,64 1,26 - 35,09 - 1,46 52,56 100
Sulawesi Utara 9,47 1,09 - 22,90 17,32 6,99 42,23 100
Sulawesi Tengah 5,64 0,34 - 9,56 8,20 4,22 72,04 100
Sulawesi Selatan 5,83 0,46 - 15,37 8,88 4,50 64,96 100
Sulawesi Tenggara 6,17 0,14 - 6,83 1,38 1,77 83,71 100
Gorontalo 7,76 0,36 - 14,30 14,15 8,15 55,28 100
Sulawesi Barat 6,14 0,62 - 8,92 3,17 2,09 79,06 100
Maluku 5,85 - - 5,00 3,76 1,02 84,36 100
Maluku Utara 5,63 - - 9,65 0,90 0,92 82,90 100
Papua Barat 1,19 - - 14,05 0,42 0,48 83,86 100
Papua 1,09 - - 1,32 0,38 0,08 97,14 100
Indonesia 6,74 0,98 - 22,66 4,30 4,55 60,78 100
Profil Anak Indonesia 2011
188
Tabel 76. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status dalam Pekerjaan Utama, 2010


Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
1 2 3 4

1 2 3 4 1 2 3 4
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 7,02 20,74 7,08 65,16 0,89 10,33 1,26 87,51 4,87 17,08 5,03 73,02
Sumatera Utara 5,98 11,66 7,58 74,79 4,71 11,00 3,34 80,94 5,47 11,39 5,86 77,28
Sumatera Barat 9,98 15,73 12,53 61,76 5,49 13,52 7,17 73,82 8,58 15,04 10,87 65,51
Riau 8,23 27,81 11,51 52,45 0,60 52,59 1,04 45,77 5,66 36,17 7,98 50,19
Jambi 6,10 33,28 7,65 52,97 5,74 40,41 9,44 44,41 5,99 35,49 8,20 50,33
Sumatera Selatan 9,36 21,04 9,28 60,31 8,65 22,19 2,20 66,97 9,13 21,41 6,97 62,49
Bengkulu 11,98 11,95 11,25 64,82 - 19,15 2,49 78,36 7,94 14,38 8,29 69,39
Lampung 3,27 13,37 12,56 70,79 8,87 31,33 9,44 50,36 4,64 17,75 11,80 65,82
Bangka Belitung 24,21 25,18 15,31 35,29 9,14 41,08 6,90 42,88 18,83 30,86 12,31 38,00
Kepulauan Riau 22,08 45,73 16,65 15,54 9,70 58,36 5,76 26,18 18,70 49,18 13,68 18,45
DKI Jakarta 8,16 62,65 2,29 26,89 7,42 75,82 0,81 15,96 7,67 71,34 1,31 19,67
Jawa Barat 21,51 30,19 17,48 30,83 10,18 58,12 5,48 26,21 16,23 43,22 11,88 28,68
Jawa Tengah 5,91 17,96 16,87 59,26 9,92 39,36 6,06 44,65 7,60 26,94 12,34 53,13
DI Yogyakarta 2,94 13,26 5,78 78,02 2,79 39,75 - 57,46 2,87 26,57 2,87 67,69
Jawa Timur 6,93 13,43 11,06 68,59 7,68 28,96 3,91 59,44 7,22 19,47 8,28 65,03
Banten 14,27 42,08 15,47 28,18 12,52 61,27 3,07 23,14 13,34 52,23 8,91 25,51
Bali 6,65 22,25 8,17 62,93 4,72 21,12 6,15 68,01 5,67 21,67 7,14 65,52
Nusa Tenggara Barat 3,53 3,02 27,65 65,79 5,83 9,18 16,35 68,64 4,48 5,55 23,01 66,96
Nusa Tenggara Timur 6,44 7,92 3,76 81,88 4,03 6,69 2,09 87,18 5,52 7,45 3,12 83,91
Kalimantan Barat 12,45 21,26 4,15 62,14 3,15 26,74 1,09 69,01 8,54 23,57 2,86 65,03
Kalimantan Tengah 10,57 21,66 9,94 57,83 7,64 28,16 1,47 62,73 9,52 23,98 6,92 59,58
Kalimantan Selatan 7,77 18,39 12,74 61,10 8,10 19,82 8,84 63,24 7,91 19,01 11,05 62,03
Kalimantan Timur 11,65 33,76 1,11 53,48 9,56 37,45 2,08 50,91 10,90 35,09 1,46 52,56
Sulawesi Utara 12,61 17,28 31,23 38,87 5,59 36,45 7,60 50,36 10,56 22,90 24,31 42,23
Sulawesi Tengah 7,77 7,21 15,69 69,33 1,44 15,56 4,07 78,93 5,98 9,56 12,42 72,04
Sulawesi Selatan 6,00 15,70 13,73 64,57 6,96 14,60 12,56 65,87 6,29 15,37 13,38 64,96
Sulawesi Tenggara 6,66 7,17 3,97 82,20 5,70 6,23 1,68 86,39 6,31 6,83 3,14 83,71
Gorontalo 10,14 13,33 24,40 52,13 2,90 16,82 16,86 63,42 8,12 14,30 22,30 55,28
Sulawesi Barat 8,76 8,48 4,03 78,73 2,89 9,78 7,64 79,70 6,76 8,92 5,25 79,06
Maluku 6,84 5,35 4,96 82,85 4,20 4,44 4,49 86,88 5,85 5,00 4,79 84,36
Maluku Utara 6,52 9,01 2,23 82,24 3,89 10,91 1,02 84,18 5,63 9,65 1,82 82,90
Papua Barat 1,45 13,97 0,90 83,68 0,89 14,15 0,89 84,07 1,19 14,05 0,90 83,86
Papua 1,24 1,78 0,43 96,54 0,91 0,79 0,48 97,83 1,09 1,32 0,45 97,14
Indonesia 8,31 17,38 11,55 62,76 6,83 30,48 4,84 57,85 7,71 22,66 8,84 60,78
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Catatan : *)
1. Berusaha Sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tak dibayar, dan berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
2. Buruh/karyawan/ pegawai
3. Pekerja bebas di pertanian, dan Pekerja bebas di non-pertanian
4. Pekerja keluarga/pekerja tak dibayar
189
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 77. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Status Perkawinan
dan Jenis Kelamin, 2010

Provinsi
Belum Kawin Kawin/ Pernah Kawin
L P L+P L P L+P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 99,81 99,17 99,58 0,19 0,83 0,42
Sumatera Utara 98,75 99,34 98,99 1,25 0,66 1,01
Sumatera Barat 99,25 99,76 99,41 0,75 0,24 0,59
Riau 98,96 97,63 98,51 1,04 2,37 1,49
Jambi 94,34 93,36 94,04 5,66 6,64 5,96
Sumatera Selatan 98,57 88,53 95,29 1,43 11,47 4,71
Bengkulu 98,55 91,56 96,19 1,45 8,44 3,81
Lampung 98,83 91,83 97,13 1,17 8,17 2,87
Bangka-Belitung 95,58 93,00 94,65 4,42 7,00 5,35
Kepulauan Riau 100,00 91,33 97,63 - 8,67 2,37
DKI Jakarta 97,92 95,17 96,11 2,08 4,83 3,89
Jawa Barat 97,16 95,45 96,36 2,84 4,55 3,64
Jawa Tengah 98,64 95,07 97,14 1,36 4,93 2,86
D I Y 100,00 98,36 99,18 - 1,64 0,82
Jawa Timur 98,25 88,47 94,45 1,75 11,53 5,55
Banten 98,71 97,24 97,94 1,29 2,76 2,06
Bali 99,60 95,73 97,62 0,40 4,27 2,38
Nusa Tenggara Barat 98,74 96,65 97,89 1,26 3,35 2,11
Nusa Tenggara Timur 99,80 97,77 99,02 0,20 2,23 0,98
Kalimantan Barat 98,74 95,29 97,29 1,26 4,71 2,71
Kalimantan Tengah 99,14 87,86 95,12 0,86 12,14 4,88
Kalimantan Selatan 96,67 92,35 94,80 3,33 7,65 5,20
Kalimantan Timur 97,48 89,34 94,55 2,52 10,66 5,45
Sulawesi Utara 98,76 95,37 97,77 1,24 4,63 2,23
Sulawesi Tengah 97,93 89,39 95,53 2,07 10,61 4,47
Sulawesi Selatan 98,27 92,37 96,49 1,73 7,63 3,51
Sulawesi Tenggara 99,34 97,17 98,56 0,66 2,83 1,44
Gorontalo 99,26 91,52 97,10 0,74 8,48 2,90
Sulawesi Barat 98,07 95,52 97,20 1,93 4,48 2,80
Maluku 98,17 94,61 96,83 1,83 5,39 3,17
Maluku Utara 97,74 92,81 96,08 2,26 7,19 3,92
Papua Barat 99,10 75,39 88,00 0,90 24,61 12,00
Papua 97,78 96,67 97,26 2,22 3,33 2,74
Indonesia 98,37 94,54 96,82 1,63 5,46 3,18
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS

Profil Anak Indonesia 2011
190
Tabel 78. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2010

Laki-Laki
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Catatan : *)
1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan
2. Industri
3. Konstruksi
4. Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi
5. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi
6. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan jasa Perusahaan
7. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
8. Listrik, Gas dan Air Minum; Pertambangan dan Penggalian
Provinsi
Lapangan Pekerjaan Utama
Total
1 2 3 4 5 6 7 8
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 67,22 2,94 4,28 22,46 1,52 - 1,58 - 100
Sumatera Utara 71,43 3,56 4,74 14,19 1,65 0,43 3,87 0,14 100
Sumatera Barat 60,71 6,78 3,50 17,91 4,12 0,08 4,70 2,21 100
Riau 61,48 6,52 4,18 13,23 5,80 - 7,48 1,32 100
Jambi 72,23 1,85 4,98 13,16 1,40 - 4,36 2,03 100
Sumatera Selatan 68,61 7,76 2,09 12,75 4,24 0,74 3,29 0,53 100
Bengkulu 63,08 3,31 1,29 19,24 1,21 1,07 8,50 2,29 100
Lampung 75,33 9,14 1,92 6,97 3,29 0,47 2,47 0,40 100
Bangka-Belitung 34,44 1,30 5,99 12,79 2,56 - 2,29 40,63 100
Kepulauan Riau 35,62 12,55 6,46 36,37 1,85 - 3,95 3,20 100
DKI Jakarta 0,23 28,07 5,76 42,27 5,58 1,35 16,75 - 100
Jawa Barat 26,39 25,18 5,09 26,12 7,26 0,74 9,18 0,04 100
Jawa Tengah 49,10 18,50 7,42 16,66 3,85 - 2,68 1,79 100
D I Y 34,13 16,19 0,89 30,71 2,06 - 14,01 2,00 100
Jawa Timur 67,79 10,86 3,21 12,28 2,07 - 3,15 0,64 100
Banten 16,54 19,83 8,34 32,13 5,93 - 14,37 2,86 100
Bali 52,32 19,94 3,58 18,12 0,39 - 5,21 0,43 100
Nusa Tenggara Barat 66,91 9,12 6,86 6,94 5,32 0,38 1,87 2,61 100
Nusa Tenggara Timur 77,60 4,02 3,45 5,23 5,56 - 0,79 3,35 100
Kalimantan Barat 63,82 4,38 4,12 15,18 2,46 0,11 3,49 6,45 100
Kalimantan Tengah 67,67 4,35 4,73 9,08 2,45 - 2,59 9,13 100
Kalimantan Selatan 56,03 8,88 4,56 17,58 3,55 - 2,63 6,77 100
Kalimantan Timur 51,38 4,98 2,79 27,02 2,98 0,52 7,92 2,40 100
Sulawesi Utara 60,62 5,53 2,90 16,76 7,06 - 2,77 4,37 100
Sulawesi Tengah 75,04 2,35 4,40 11,13 2,16 0,20 1,29 3,42 100
Sulawesi Selatan 68,83 3,95 7,85 12,13 3,11 0,33 3,25 0,56 100
Sulawesi Tenggara 70,22 5,97 1,83 15,39 2,56 - 2,27 1,76 100
Gorontalo 54,35 9,07 9,39 13,91 8,80 - 2,81 1,67 100
Sulawesi Barat 74,66 6,36 2,98 9,80 2,77 - 2,84 0,59 100
Maluku 78,09 3,62 0,23 15,02 1,27 - 0,39 1,38 100
Maluku Utara 78,90 2,60 - 8,65 7,12 - 1,17 1,56 100
Papua Barat 78,98 - 3,52 6,58 5,48 - 5,02 0,42 100
Papua 97,64 0,46 0,64 0,73 0,28 - - 0,24 100
Indonesia 60,57 10,39 4,48 15,03 3,46 0,24 4,17 1,67 100
191
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 79. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2010
Perempuan
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Catatan : *)
1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan
2. Industri
3. Konstruksi
4. Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi
5. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi
6. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan jasa Perusahaan
7. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
8. Listrik, Gas dan Air Minum; Pertambangan dan Penggalian
Provinsi
Lapangan Pekerjaan Utama
Total
1 2 3 4 5 6 7 8
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 53,77 4,38 - 33,84 - - 8,00 0,64 100
Sumatera Utara 65,12 7,51 0,03 21,31 0,06 0,10 5,88 0,11 100
Sumatera Barat 29,16 18,95 - 43,75 0,26 - 7,88 0,12 100
Riau 28,93 8,26 - 32,96 - 0,94 28,91 - 100
Jambi 39,83 10,65 - 34,12 - - 15,41 - 100
Sumatera Selatan 47,01 13,01 0,47 28,88 0,28 1,07 9,29 - 100
Bengkulu 36,50 6,66 - 44,05 2,03 - 10,77 - 100
Lampung 20,72 15,62 2,34 39,05 - - 22,27 - 100
Bangka-Belitung 25,79 4,10 - 61,51 1,25 - 7,35 2,20 100
Kepulauan Riau 11,14 6,82 4,21 65,86 - - 11,97 3,91 100
DKI Jakarta - 14,40 - 32,33 1,48 0,38 51,40 - 100
Jawa Barat 4,29 38,82 0,36 30,74 1,48 - 24,31 - 100
Jawa Tengah 18,66 31,73 - 35,47 1,25 0,17 12,71 - 100
D I Y 10,12 11,84 - 61,47 - - 16,56 - 100
Jawa Timur 32,11 20,97 - 34,34 0,55 0,59 11,45 - 100
Banten 3,94 31,18 0,49 32,28 2,07 - 30,04 - 100
Bali 37,46 18,93 0,88 29,24 1,47 0,42 11,60 0,21 100
Nusa Tenggara Barat 39,69 23,61 - 30,99 1,71 - 4,01 1,54 100
Nusa Tenggara Timur 74,07 7,20 0,75 12,03 0,76 - 5,19 3,53 100
Kalimantan Barat 52,94 5,43 - 29,62 - - 12,02 0,50 100
Kalimantan Tengah 54,06 4,13 - 31,14 0,98 2,46 7,24 0,49 100
Kalimantan Selatan 31,07 19,84 - 39,97 0,66 0,45 8,01 0,45 100
Kalimantan Timur 26,20 5,33 - 53,50 - - 14,97 0,96 100
Sulawesi Utara 20,06 8,85 0,97 55,40 3,13 - 11,59 - 100
Sulawesi Tengah 50,69 5,61 - 34,86 0,35 - 8,49 0,64 100
Sulawesi Selatan 52,31 8,67 0,34 31,96 2,35 - 4,37 0,72 100
Sulawesi Tenggara 48,64 9,54 - 36,34 0,47 - 5,01 1,89 100
Gorontalo 42,11 7,74 - 31,47 1,05 - 17,63 1,01 100
Sulawesi Barat 51,19 20,18 - 23,01 0,29 - 5,33 0,29 100
Maluku 69,96 5,43 - 22,35 - - 2,26 - 100
Maluku Utara 54,63 7,27 - 33,18 - 1,44 3,48 1,17 100
Papua Barat 71,09 - - 18,91 - 3,39 6,61 - 100
Papua 97,85 - - 1,99 - - 0,16 0,09 100
Indonesia 35,93 18,54 0,21 30,31 0,88 0,22 13,91 0,31 100
Profil Anak Indonesia 2011
192
Tabel 80. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2010
Laki-Laki + Perempuan
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Catatan : *)
1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan
2. Industri
3. Konstruksi
4. Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi
5. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi
6. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan jasa Perusahaan
7. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
8. Listrik, Gas dan Air Minum; Pertambangan dan Penggalian
Provinsi
Lapangan Pekerjaan Utama
Total
1 2 3 4 5 6 7 8
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 62,37 3,44 2,77 26,38 0,99 - 3,82 0,22 100
Sumatera Utara 68,84 5,16 2,83 17,07 1,00 0,29 4,68 0,13 100
Sumatera Barat 50,91 10,55 2,41 25,91 2,92 0,05 5,68 1,56 100
Riau 50,50 7,11 2,77 19,88 3,84 0,32 14,71 0,87 100
Jambi 62,23 4,56 3,44 19,63 0,96 - 7,77 1,40 100
Sumatera Selatan 61,55 9,47 1,56 18,02 2,94 0,85 5,25 0,36 100
Bengkulu 54,11 4,44 0,86 27,62 1,48 0,71 9,26 1,52 100
Lampung 62,03 10,72 2,02 14,78 2,49 0,36 7,29 0,31 100
Bangka-Belitung 31,16 2,27 3,85 29,72 2,08 - 4,04 26,89 100
Kepulauan Riau 28,82 10,92 5,80 43,75 1,34 - 6,02 3,35 100
DKI Jakarta 0,08 19,04 1,96 35,71 2,87 0,71 39,63 - 100
Jawa Barat 16,09 31,54 2,88 28,27 4,56 0,40 16,24 0,02 100
Jawa Tengah 36,33 24,05 4,31 24,56 2,76 0,07 6,89 1,04 100
D I Y 22,06 14,01 0,44 46,17 1,03 - 15,30 0,99 100
Jawa Timur 53,92 14,79 1,96 20,85 1,48 0,23 6,37 0,39 100
Banten 9,87 25,83 4,19 32,21 3,89 - 22,66 1,35 100
Bali 44,70 19,41 2,20 23,76 0,94 0,22 8,45 0,32 100
Nusa Tenggara Barat 55,48 14,92 4,04 16,62 3,83 0,22 2,72 2,16 100
Nusa Tenggara Timur 75,28 5,15 2,41 7,68 3,71 - 2,40 3,37 100
Kalimantan Barat 59,13 4,81 2,38 21,19 1,43 0,06 7,05 3,94 100
Kalimantan Tengah 62,73 4,26 3,04 16,89 1,93 0,87 4,24 6,05 100
Kalimantan Selatan 45,18 13,58 2,58 27,19 2,30 0,19 4,94 4,04 100
Kalimantan Timur 42,21 5,09 1,78 36,39 1,91 0,33 10,41 1,88 100
Sulawesi Utara 48,75 6,50 2,33 28,08 5,91 - 5,35 3,09 100
Sulawesi Tengah 68,09 3,26 3,16 17,76 1,65 0,14 3,30 2,63 100
Sulawesi Selatan 63,73 5,36 5,58 18,05 2,88 0,23 3,58 0,60 100
Sulawesi Tenggara 62,11 7,20 1,17 22,70 1,80 - 3,22 1,79 100
Gorontalo 50,81 8,68 6,77 18,73 6,63 - 6,90 1,48 100
Sulawesi Barat 66,62 11,04 1,97 14,27 1,93 - 3,68 0,49 100
Maluku 75,03 4,30 0,14 17,77 0,79 - 1,09 0,86 100
Maluku Utara 70,52 4,15 - 16,78 4,72 0,48 1,93 1,43 100
Papua Barat 75,29 - 1,87 12,35 2,92 1,59 5,76 0,22 100
Papua 97,70 0,25 0,34 1,31 0,15 - 0,08 0,17 100
Indonesia 50,60 13,65 2,76 21,15 2,42 0,23 8,08 1,12 100
193
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 81. Persentase Penyandang Cacat 0-17 Tahun menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009

Provinsi Perkotaan Perdesaan
Perkotaan+
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
Aceh 0.52 0.46 0.48
Sumatera Utara 0.62 0.51 0.56
Sumatera Barat 0.75 0.59 0.64
Riau 0.54 0.56 0.55
Kep. Riau 0.31 0.35 0.33
Jambi 0.57 0.63 0.61
Sumatera Selatan 0.45 0.44 0.45
Kep. Bangka Belitung 0.82 0.67 0.74
Bengkulu 0.73 0.50 0.58
Lampung 0.34 0.43 0.41
DKI Jakarta 0.36 - 0.36
Jawa Barat 0.52 0.51 0.52
Banten 0.64 0.55 0.60
Jawa Tengah 0.56 0.58 0.57
DI Yogyakarta 0.55 1.43 0.86
Jawa Timur 0.49 0.53 0.51
Bali 0.78 0.85 0.81
Nusa Tenggara Barat 0.72 0.59 0.64
Nusa Tenggara Timur 0.73 0.86 0.84
Kalimantan Barat 0.51 0.48 0.49
Kalimantan Tengah 0.65 0.34 0.44
Kalimantan Selatan 0.82 0.81 0.82
Kalimantan Timur 0.32 0.40 0.35
Sulawesi Utara 0.31 0.64 0.50
Gorontalo 0.95 0.97 0.96
Sulawesi Tengah 0.66 0.67 0.67
Sulawesi Selatan 0.40 0.73 0.63
Sulawesi Barat 1.02 0.85 0.90
Sulawesi Tenggara 0.88 0.62 0.68
Maluku 0.32 0.72 0.62
Maluku Utara 0.19 0.43 0.37
Papua 0.53 0.28 0.33
Papua Barat 0.27 0.17 0.20
Indonesia 0.53 0.57 0.55
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
Profil Anak Indonesia 2011
194

Anda mungkin juga menyukai