Anda di halaman 1dari 15

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Gastrostomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuat lubang kedalam lambung untuk tujuan pemberian makanan dan cairan. Pada beberapa kejadian, gastrostomi digunakan untuk nutrisi jangka panjang, seperti pada lansia atau pasien yang lemah. Berbagai macam pemberian makan gastrostomi dapat digunakan: Stamm (temporer dan permanen), janeway (permanen), dan gastrostomi endoskopik perkutan (temporer). Gastrostomi Stamm dan janeway memerlukan baik insisi garis tengah abdomen atas maupun insisi transversum kuadran atas kiri. Gastrostomi prosedur Stamm memerlukan jahitan purse-string konsentik untuk mengamankan selang pada dinding lambung anterior. Jalan keluar luka tikam dibuat di abdomen atas kiri untuk membuat gastrostomi. Prosedur janeway memerlukan pembuaatan terowongan (yang disebut selang lambung) menembus abdomen untuk membentuk stoma permanen. Gastrostomi endoskopik perkutan (PEG) memerlukan pelayanan dari dua dokter. Alat PEG dapat diangkat dan ditempatkan kembali bila saluran bersedia dengan baik (10 samapi 14 hari setelah pemasangan). Penempatan kembali alat PEG diindikasikan untuk dukungan nutrisi jangka panjang, menggatikan selang yang tersumbat, atau meningkatkan kenyamanan pasien. Pemasangan kembali alat ini harus disesuaikan dengan stoma untuk mecegah kebocoranasam lambung; stoma dibersihkan dengan perlahan dan salep antibiotic topical diberikan disekitar pemasangan. Pemasangan kembali alat seperti pada tombol PEG atau Gasto-port, dipasang tepat sejajar kulit. Alat ini mempunyai katup anti refluks dan penutup untuk meutup dengan rapat di antara pemberian makan. Aliran balik utama pada alat ini adalah perlunya obturat (pemasangan selang yang lebih besar dari stoma aktual). Alternative untuk alat ini adalah selang MIC-KEY, selang silicon tingkat kulit tidak obturat ysng dirancang seperti kateter indwelling pendek. MIC-KEY dipasang kedalam stoma tanpa darongan dan balon dikembangkan untuk mengamankan penempatan. Jaga terdapat kit selang gastrostomin pra-kemasan yang tersedia untuk memasang dan menstabilkan selang. Kateter foley dapatdigunakan sementara untuk untuk mempertahankan patensi stoma sampai diperoleh alat penggati yang tepat.
1

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi

B.

Tujuan

Adapun tujuan dari penuisan ini adalah sebagai berikut: Tujuan umum

Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahui gambaran umum tentang gastrostomi dan proses asuhan keperawatannya.

Tujuan khusus: Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu:

Mengetahui tentang pengertian gastrostomi.


Untuk mengetahui tanda dan gejala dilakukan gastrostomi. Mengetahui tentang etiologi penyebab gastrostomi. Mengetahui tentang patofisiologi gastrostomi. Mengetahui tentang manifestasi klinik gastrostomi. Mengetahui bagaimana proses keperawatan pada gastrostomi.

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Definisi Gastrostomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuat lubang ke dalam lambung untuk tujuan pemberian makanan dan cairan. Pada beberapa kejadian, gastrostomi digunakan untuk nutrisi jangka panjang, seperti pada lansia atau pasien yang lemah. Gastrostomi dilakukan untuk pemberian makan nasogastrik pada pasien koma karena sfingter gatroesofagus tetap utuh. Regurgitasi jarang terjadi pada gastrostomi disbanding pemberian makan nasogastrik. (smeltzer dan Bare: 2001) Gastrostomi adalah pembentukan lubang (apertura) secara operasi kedalam lambung melalui dinding abdomen dan dimasukan kateter. (Anonim A, 2009) Jenis-jenis dari gastrostomi, yaitu: 1. Stamm (temporer dan permanen) Gastrostomi prosedur Stamm memerlukan jahitan purse-string konsentik untuk mengamankan selang pada dinding lambung anterior. Jalan keluar luka tikam dibuat di abdomen atas kiri untuk membuat gastrostomi. 2. Janeway (permanen) Prosedur janeway memerlukan pembuaatan terowongan (yang disebut selang lambung) menembus abdomen untuk membentuk stoma permanen. 3. gastrostomi endoskopik perkutan (temporer) Gastrostomi endoskopik perkutan (PEG) memerlukan pelayanan dari dua dokter. Dokter pertama memasang kanula kedalam lambung melalui insisi abdomen, dengan menggunakan anastesi lokal kemudian menjahitkan jahitan yang tidak dapat diabsorbsi melalui kanula, sementara dokter kedua, melihat melalui endoskop yang telah dimasukkan ke dalam saluran GI atas, dengan menggunakan senar endoskopi untuk menggenggam
3

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi

ujung jahitan dan membimbingnya naik ke atas melalui mulut pasien. Jahitan diikat ke ujung dilator pada ujung selang PEG. Ahli endoskopik kemudian mendorong ujung dilator melalui mulut pasien sementara dokter lain menarik jahitan dari sisi kanula. Selang PEG yang dilekatkan ditarik ke bawah esophagus, masuk ke dalam lambung, dan keluar melalui insisi abdomen. Ujung kateter mushroom dan crossbar eksternal mengamankan selang terhadap dinding lambung. Crossbar eksternal mempertahankan kateter di tempatnya. Sebuah selang adaptor di tempatkan di antara tempat pemberian makan dan klem digunakan untuk menutup dan membuka selang. (smeltzer dan Bare: 2001)

Gambar Gastrostomi Gastritis Gastritis akut Gastritis (infeksi mukosa lambung) sering akibat diet yang sembrono. Individu ini makan terlalu banyak atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikrooganisme penyebab penyakit. Penyebab lain dari gastritis akut mencakup alcohol, aspirin, refluk empedu, atau terapi radiasi. Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangrene atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi, yang mnyebabkan obstruksi pylorus. Gastritis juga merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut. Gastritis Kronis
4

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobakteri pylory.

B.

Anatomi Fisiologi Lambung

Anatomi Lambung Lambung merupakan bagian dari seluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak. Terletak terutama di daerah epigastrik, dan sebagian disebelah kiri daerah hipokhondriak dan umbilical. Lambung terdiri dari bagian atas, yaitu fundus, batang utama dan bagian bawah yang horizontal, yaitu atrium pilorik. Lambung berhubungan dengan usofagus melalui orifisium atau kardia, dan dengan duodenum melalui orisium pilorik. Lambung terletak dibawah diafrgma, di depan pangkreas. Dan limpa menempel pada sebelah kiri fundus. Struktur lambung, terdiri dari empat lapisan: 1. Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa. 2. Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis, antara lain: 1)
2)

Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot usofagus. Serabut sirkuler, yang paling tebal dan terletak di pylorus serta membentuk otot

spinkter, dan berada di bawah lapisan pertama. 3) Seerabut oblik, yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan dari

orifisium kardik, kemudian membelok ke bawah melalui kurvatura minor (lengkung kecil). 3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan saluran limfe.
4. Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal dan terdiri atas banyak kerutan

atau rugae, yang hilang bila organ itu mengembang karena berisi makanan. Membran mukosa dilapisi epithelium silindris dan berisi banyak saluran limfe. Semua sel-sel itu mengeluarkan mucus. Permukaan mukosa ini dilintasi saluran-saluran kecil dari
5

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi

kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari kelenjar lambung tubuler yang bercabang-cabang dan berlubang-lubang salurannya dilapisi oleh epithelium selinder. Epithelium ini bersambung dengan permukaan mukosa dari lambung. Epithelium dari bagian kelenjar yang mengeluarkan secret berubah-ubah dan berbeda-beda dibeberapa daerah lambung. Kelenjar kardia terletak paling dekat lubang yang ada di sebelah usofagus. Kelenjar di sini berbentuk tubuler, baik sederhana maupun bercabang dan mengeluarkan secret mucus alkali. Kelenjar dari fundus terdahulu bekerja: kelenjarnya tubuler dan berisi berbagai jenis sel. Beberapa sel, yaitu sel asam dan sel oxintik, menghasilkan asam yang terdapat dalam getah lambung. Dan yang lagi menghasilkan musin. Kelenjar pilorik. Kelenjar dalam saluran pilorik juga berbentuk tubuler. Terutama menghasilkan mukus alkali. Fisiologi Lambung Lambung menerima makanan dari usofagus melalui orifisium kardiak dan bekerja sebagai penimbun sementara, sedangkan kontraksi otot mencampur makanan dengan getah lambung. Gelombang peristaltic udimulai tinggi di fundus, berjalan berulang-ulang, setiap menit tiga kali dan merayap peralahan ke pilorus. Perjalanan makanan masuk lambung praktis berjalan lancer pada waktu orang sedang makan, tetapi perjalanan makanan keluar lambung tidak dimulai segera. Mula-mula makanan harus dibuat cair dulu, kemudian jumlah kecil, kira-kira 70 cc, berjalan melalui lubang pilorik masuk duodenum, sfinkter pilorik menutup sapai isi asam itu sebagian telah dinetralkan oleh kerja getah duodenum, pangkreas dan empedu yang alkalis. Bila otot sfinkter mengendor lagi maka duodenum menerima kiriman lain dari isi lambung. Kelenjar dalam lapisan mukosa lambung mengeluarkan secret yaitu cairan pencerna penting, getah lambung. Mengandung 0,4 persen asam hidroklorida (HCl), yang mengasamkan semua makanan dan bekerja sebagai zat antiseptic dan disinfektan, membuat banyak organism yang ikut masuk bersama makanan tidak berbahaya, dan menyediakan lingkungan untuk pencernaan makanan protein. Beberapa enzim pencernaan terdapat getah lambung, seperti:
6

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi

1.

Pepsin yang dihasilkan dari pepsinogen dalam lingkungan asam hidroklorida

dan bekerja atas protein, mengubahnya menjadi bahan yang lebih mudah larut, yang disebut pepton. 2. Rennin ialah ragi yang membekukan susu dan membentuk kasien dari

karsinogen yang dapat larut. Kasien ialah protein susu dan setelah dipisahkannya dapat dipengaruhi oleh fermen pepsin.
3.

Sebuah enzim yang memecah lemak disebut lipase lambung. (Pearce, E: 2006)

C.

Etiologi

Gastrotomi dilakukan pada penyakit - penyakit dimana untuk pemenuhan nutrisinya tidak mampu lagi melalui alat pencernaan atas, adapun penyakit tersebut adalah: 1. Gastritis 2. Ulkus Peptikum 3. Atresia Esofagus 4. Kanker Lambung D. Manifestasi Klinik Pasien dengan gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12. Pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia (nafsu makan buruk), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa aman di mulut atau mual dan muntah. E. Patofisiologi Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai gastriris autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H.pylori) mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri H.pylori: factor diet seperti minum panas dan pedas; penggunaan obat-obatan dan alcohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung.

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi

F.

Pemeriksaan Penunjung

Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah: 1. Hb 2. PCV 3. Trombosit


4. Rekam ECG.

5. Esofagogastroduodenoskopi 6. USG 7. CT Scan G. Komplikasi

Adapun komplikasi pada gastrostomi adalah sebagai berikut: 1. Infeksi luka, selulitis, dan abses dinding abdomen. 2. Perdarahan gastrointestinal
3. Pengangkatan dini selang. (smeltzer dan Bare: 2001) 4. Ulkus gaster baik di lokasi tombol atau pada dinding yang berlawanan perut ( "ciuman

ulkus")
5. Perforasi dari usus (yang paling umum kolon transversus) menyebabkan peritonitis 6. Tusukan dari kiri lobus dari hati yang menyebabkan rasa sakit hati kapsul 7. Gastrocolic Fistula: ini dapat diduga jika diare muncul dalam waktu yang singkat setelah

menyusui. Dalam hal ini, pergi makan langsung dari perut ke usus besar (biasanya transversus kolon) 8. Lambung pemisahan
9. Dikuburkan bumper sindrom" (lambung bagian dari tabung bermigrasi ke dalam

dinding lambung). (Wikipedia) H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan 1. Penatalaksanaan Medis


8

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi

Gastritis Akut Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung. Gastritis Kronik Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.

Pengobatan gastritis meliputi: 1. 2.


3.

Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai. Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain (Mansjoer,

2001) 2. Penatalaksaan Keperawatan Pada gastritis, penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan: 1. Gastritis akut Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol. Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran gastromfestinal Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum. Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi

Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau perforasi. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus. 2. Gastritis kronis Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit tapi lebih sering. Mengurangi stress H. Pylori diatasi dengan antiobiotik (seperti tetraciklin , amoxillin) dan gram bismuth (pepto-bismol).

I.

Pengkajian Keperawatan
1. Mengkaji keadaan fisik klien.

2. Mengkaji keadaan psikologi klien. 3. Mengkaji keadaan sosiokultural klien. 4. Mengkaji sistem eliminasi pada klien. 5. Mengkaji riwayat penyakit klien dan keluarga. 6. Mengkaji tingkat mobilisasi klien.

J.

Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa yang dapat muncul: 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d masalah pemberian makan enteral 2. Resiko infeksi b/d adanya luka dan selang.
3. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah. 4. Kerusakan integritas kulit pada sisi selang b/d luka insisi bedah. 10

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi 5. Gangguan citra tubuh b/d luka pasca bedah/ adanya selang

K.

Rencana Keperawatan 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d masalah pemberian makan enteral. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, asupan nutrisi, cairan dan zat gizi klien adekuat, yang ditandai dengan: 1.
2. 3.

Indicator dengan nilai (1-5) 1 (tidak adekuat) menjadi 3 (ringan). Masa tubuh dan berat badan dalam batas normal. Nilai laboratorium (misalnya: transferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas

normal.
4.

Keadekuatan tingkat energi.

Intervensi: 1. Beri nutrisi segera setelah pembedahan biasanya yang mengandung air hangat dan glukosa 10%. Rasional: Dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang semenjang berpuasa menjelang pembedahan.
2.

Berikan makanan dalam bentuk bubur dan cair melalui selang.

Rasional: untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi


3. Anjurkan pada keluarga pasien untuk tidak memberi makanan yang dapat menyebabkan

timbulnya nyeri (makanan yang mengandung gas, asam, dll) Rasional: mencegah exsaserbal gejala. 4. Ajarkan pasien teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam. Rasional: Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
5.

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vit B12. berat badan.

Rasional: Untuk meningkatkan nafsu makan pada klien yang mengalami penurunan
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi pasien 11

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi

Rasional: Kebutuhan harian yang realistis dan adekuat.

2. Resiko infeksi b/d adanya luka dan selang. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, resiko infeksi akan hilang yang diandai dengan: 1. 2. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi Mengidentifikasi status gastrointestinal, pernafasan, genitourinaria, dan imun

dalam batas normal. Intervensi:


1.

Pantau tanda-tanda vital (TD, N, RR, S)

Rasional: Untuk mengetahui sebagai indikator adanya infeksi


2. Pantau daerah luka operasi, apakah ada rembesan, pus, eritema.

Rasional: Deteksi dini terjadinya proses infeksi


3. Kaji factor yang yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya, usia lanjut, tanggap

imun rendah, dan malnutrisi) Rasional: untuk mengetahui tindakan pencegahan infeksi 4. Jelaskan kepada pasien atau keluarga mengapa sakit dan pengobatan meningkatkan resiko infeksi. Rasional: Membantu keluarga dan klien untuk tidak cemas dengan keadaannya. 5. Kolaborasi dengan pemberian obat antibiotic

Rasional: Membantu menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri. 6. Pantau hasil laboratorium

Rasional: untuk mengetahui adanya agen infeksi

12

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi

3. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, nyeri akan hilang/berkurang dengan kriteria hasil: 1. Skala nyeri (dari skala 1(ekstrem) menjadi 4 (ringan)) 2. Ekspresi wajah tenang
3. Pasien tidak gelisah. 4. TTV normal (Nafas: 24 X/menit, TD: 110/80, Nadi: 80/menit)

Intervensi:
1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non

invasif. Rasional: Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri. 2. Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase. Rasional: Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya. 3. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. Rasional: Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan. 4. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung. Rasional: Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik. 5. Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik. Rasional: Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.
13

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi

6. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari. Rasional: Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.

4. Kerusakan integritas kulit pada sisi selang. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien,

5. Gangguan citra tubuh b/d dengan adanya pembedahan (selang gastric)

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien, mampu menampilkan citra tubuh yang positif yang ditandai dengan: 1. 2. Intervensi:
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.

Persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh sendiri Percaya diri dengan keadaan penyakitnya.

Rasional: Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.


2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.

Rasional: Dukungan keluarga membantu dalam proses penyembuhan.


3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.

Rasional: Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.


4.

Berikan waktu atau dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.

Rasional: Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi

L.

Pathway
14

Asuhan Keperawatan pada Gastorostomi

Gastritis

Gastritis Akut

Gastritis Kronis

Tipe A

Tipe B (autoimun)

Perubahan sel parietal

H.Pylory

Infiltrasi seluler

Atrofi

Refluks lambung

15

Anda mungkin juga menyukai