Anda di halaman 1dari 19

ASKEP HALUSINASI

Oleh klompok ll:

Ketua ILHAM Sekretaris Anggota

: LALU.MUHAMMAD

: SALMAN ALFARISI : I KADEK SUNARNA AGUS

SANDI

IIS APRIANTI EKA MARYANTI M.SURYA WIJAYA

NINING SASMITA RIASTINA YULIA SYAMSURI fauziah

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM 2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt,yang telah memberikan rahmat,hidayah serta kesempatan kepada kelompok kami,sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan Makalah keperawatan jiwa Asuhan keperawatan halusinasi ini tepat pada waktunya. Tidak lupa pula kami menyampaikan banyak-banyak terimakasih kepada Dosen pembimbing kami yaitu Pak H.ghaib S.Kep.Ns , yang telah membimbing serta mengajarkan kami,sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Kami sadar tentu masih banyak kekurangan dari Makalah yang kami susun ini.Kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT semata,maka dari pada itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca beserta Dosen Pembimbing demi penyempurnaan Makalah ini. Akhir kata kami sampaikan,semoga Makalah ini dapat berguna dan membantu proses pembelajaran bagi para Mahasiswa,terutama bagi kami sebagai penyusun.

Mataram,25 juni 2012

Penyusun

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI A. pengertian B. tanda dan gejala C. etiologi D. Patopsikologis E. penatalaksanaan

BAB III ASKEP TEORITIS A. Pengkajian B. Diagnosa Keperawatan C. Intervensi keperawatan D. Strategi pelaksanaan BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan Jiwa masyarakat ( community mental health ) telah menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat (public health) yang dihadapi semua negara.Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya perubahandan kemajuan teknologi baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung namun akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya,Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal (4) disebutkan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebasdari gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan bahagia ( well being ),ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari.

Penyakit mental, disebut juga gangguan mental, penyakit jiwa, atau gangguan jiwa, adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi mental.Penyakit mental adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Penyakit mentalini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya). Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada pancaindera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. (Maramis, 2005). Salah satu penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa karena adanya stressor psikosial. Pelayanan perawatan kesehatan jiwa bukan hanya ditujukan padaklien dengan gangguan jiwa tetapi juga dapat ditujukan pada semua orang dan lapisan masyarakat agar tercapai sehat mental dan hidup secara produktif Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif kuratif dan rehabilitatif. Promotif adalah memberikan penjelasan tentang gangguan jiwa gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran pada masyarakat umum, mulaidari pengertian, penyebab, tanda dan gejala sampai dengan komplikasi yang akanterjadi bila tidak segera ditangani. Preventif adalah memberi penjelasan cara pencegahan pasien dengan gangguan jiwa terutama dengan pasien gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran. Kuratif yaitu peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa terutama dengan gangguan sensori persespsi: halusinasi pendengaran secara mandiri serta memberikan obat-obatan sebagai tindakan kolaborasi dengan dokter. Rehabilitatif peran perawat dalam memperkenalkan pada anggota keluarga cara merawat pasien dengan gangguan jiwa terutama dengan gangguan sensori persepsi: halusiansi pendengaran di rumah.

BAB II PEMBAHASAN

A.DEFINISI Halusinasi adalah sensori persepsi yang muncul tanpa adanya starmisi yang meliputi semua sistem penginderaan yang terjadi saat kesadaran penuhatau baik. (Pedoman Perawatan Psikiatri Intervensi Keperawatan tahun 1994 hal 123) Halusinasi adalah pengalaman panca indra tanpa adanya rangsangan,artinya individu mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan tanpa adanya rangsangandari luar dan orang lain tidak mendengarnya. (Kelliat Budi Anna, 2001 hal 44) Halusinasi merupakan salah satu respon Neurobiologik (orientasi realita) yang mal adaptif, halusiansi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus atau rangsangan yang nyata (Stuart dan Suden, 95).

A. TANDA DAN GEJALA a. Merasa tidak mampu (HDR) b. Putus asa (tidak percaya diri) c. Merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan ketrampilan diri) d. Kehilangan kendali diri (demoralisasi) e. Merasa mempunyai kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut

f. Merasa malang (tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual) g. Bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan h. Rendahnya kemampuan sosialisasi diri i. Perilaku agresif j. Perilaku kekerasan k. Ketidakadekuatan pengobatan l. Ketidakadekuatan penanganan gejala (Sareno, Kumpulan Materi Perkuliahan Perawatan Mental 2001, Magelang)

Jenis-jenis halusinasi a. Pendengaran Mendengarkan suara-suara/ kebisingan, paling sering suara orang.

Suara b e r b e n t u k k e b i s i n g a n y a n g k u r a n g j e l a s s a m p a i k a t a kata yang j e l a s berbicara tentang klien bahkan sampai ke

p e r c a k a p a n l e n g k a p a n t a r a 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yangterdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien, disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan. b. Penglihatan Stimulus visual dalam bayangan bentuk yang kilatan rumit cahaya, gambar geometris, bisa

gambar kartun,

atau

kompleks,

bayangan

menyenangkanatau menakutkan seperti melihat monster. c. Penghirup Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, umumnya bau- bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghirup sering akibat stroke,tumor, kejang atau demensta. d.Pengecapan Merasa mengecap seperti rasa darah, urine atau feses. e. Perabaan M e n g a l a m i n ye r i a t a u k e t i d a k n ya m a n a n t a n p a s t i m u l u s ya n g j e l a s , r a s a tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati, atau orang lain.

f.

Chenestetic

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaanmakanan atau pembentukan urine. g. Kinesthetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

B. ETIOLOGI 1. Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti Schizoprenia, depresi atau keadaan psikosa lainnya, dimensia, keadaan delirium dan kondisiyang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi juga dapat terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dan penggunaan metabolik. Halusinasi dapat juga dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, antikolinergik, anti inflamasi, dan antibiotik. Sedangkan obatobatan halusinogen dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat terjadi pada saat individu normal, yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensori seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada saat pembicaraan.

2. Halusinasi terjadi akibat kemampuan kognitif yang terganggu. Hal ini dikarenakan informasi atau beban sensori terlalu berlebihan atau overload, dan menghasilkan halusinasi. 3. Halusinasi terjadi karena defisit fungsi ego atau pertahanan diri, sehingga terjadi konflik psikologis. Dan penggunaan mekanisme pertahanan seperti distori, denial, dan proyeksi (halusinasi). 4. Halusinasi dapat terjadi bila seseorang berada dalam situasi atau lingkungan yang penuh dengan stresor. Bila individu tersebut tidak dapat mengatasi dan hanya berfokus pada kecemasan yang diakibatkan stressor,maka individu tersebut akan melamun dan berangan-angan, bila didiamkan berlarut-larut akan menyebabkan halusinasi.

5. Halusinasi akibat strukturotak yang abnormal sehingga tidak mampu menerima stimulus dengan baik, faktor genetik juga menjadi penyebab besar dan faktor biokimia yang mempengaruhi otak dengan adanya dopamin. 6. Halusinasi disebabkan karena adanya gangguan pada otak. Otak tidak berkembang secara sempurna, menurunnya volume otak dan fungsi abnormal. Sehingga otak mengalami kesulitan dalam memfilter sensori dan kesulitan dalam memproses informasi. 7. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh hubngan antar anggota keluarga atau khususnya anak dengan orang tua yang tidak harmonis, adanya konflik keluarga, kegagalan dalam menyelesaikan tahap awal perkembangan psikososial, koping stres yang tidak adekuat sehingga menimbulkan gangguan orientasi realita. 8. Menjelaskan bahwa halusinasi dapat disebabkan oleh stres yang diakumulasi akibat faktor lingkunganseperti tidak keharmonisan.

Rentang Respon Respon perilaku klien dengan halusinasi dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon. Respon perilaku klien dengan halusinasi dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon.

Respon adaptif dari kelima perubahan tersebut adalah sebagai berikut : 1). Perubahan proses piker Klien yang terganggu pikirannya sering berperilaku koheren. 2). Perubahan pola persepsi Persepsi dapat diartikan sebagai reaksi dari respon tubuh terhadap rangsangan dari luar, kemudian diikuti oleh pengenalan dan pemahaman tentang orang, benda dan lingkungan. Perubahan pola persepsi dapat terjadi pada satu atau lebih bagian tubuh yaitu pendengaran, pengecapan, perabaan, dan penciuman. 3). Perubahan pada afek dan emosi Afek berkaitan dengan emosi tubuh individu, perubahan afek terjadi karena pasien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu. Perubahan afek yang biasa terjadi adalah datar, tumpul, tidak sesuai , berlebihan dan ambivalen. 4). Perubahan motorik Perilaku motorik dapat dimanifestasikandengan peningkatan atau penurunan kegiatan motorik, impulsif.

5). Perubahan sosial Perkembangan hubungan sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalanindividu untuk belajar dan mempertahankan interaksi.

C. PATOPSIKOLOGIS Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar.Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis, maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya

daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna. PohonMasalah
Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain Gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar Isolasi sosial : menarik diri Ganguan konsep diri : harga diri rendah (Pohon masalah Keliat, 1998: 6)

D. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara : 1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan. 2. Melaksanakan program terapi dokter Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan. 3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah

pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien. 4. Memberi aktivitas pada pasien Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai. 5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar lakilaki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan. Penatalaksanaan medis pada halusinasi pendengaran Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah dengan pemberian obat obatan dan tindakan lain, yaitu : a. Psikofarmakologis Obat obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah obat obatan anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah : Fenotiazin Asetofenazin (Tindal)60-120 mg Klorpromazin (Thorazine)30-800 mg Flufenazine (Prolixine, Permitil)1-40 mg Mesoridazin (Serentil)30-400 mg Perfenazin (Trilafon)12-64 mg Proklorperazin (Compazine)15-150 mg Promazin (Sparine)40-1200 mg

Tioridazin (Mellaril)150-800mg Trifluoperazin (Stelazine)2-40 mg Trifluopromazin (Vesprin)60-150 mg Tioksanten Klorprotiksen (Taractan)75-600 mg Tiotiksen (Navane)8-30 mg Butirofenon Haloperidol (Haldol)1-100 mg Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil)300-900 mg Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane)20-150 mg Dihidroindolon Molindone (Moban)15-225 mg b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT) c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1) Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien denganhalusinasi ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perludilakukan pendekatan secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan. 2) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan halusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem pendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu perawat / petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama dalam memberi perawatan pada pasien. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses penyembuhan klien.

B. SARAN

1) Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mengikutilangkahlangkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematis dan tertulis agar tindakan berhasil dengan optimal 2) Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukan pendekatan secara bertahap dan terus menerus untuk membina hubungan saling percaya antara perawat klien sehingga tercipta suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan 3) Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah sakit,sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dandapat membantu perawat bekerja sama dalam pemberian asuhankeperawatan bagi klien.

DAFTAR PUSTAKA 1. B o yd d a n N i h a r t . 1 9 9 8 . Psichiatric Nursing & Contenporary Practice . I E d i t i o n . Lippincot . Philadelphia . 2. Carpenito , Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta . 3. Schultz dan Videback. 1998.Manual Psychiatric Nursing Care Plan . 5 t h E d i t i o n . Lippincott. Philadelphia . 4. Keliat , Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta. 5. Stuart dan sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC.Jakarta . 6.

KASUS TUTORIAL KEPERAWATAN JIWA Tn. C sejak 3 hari yang lalu dirawat di RS X ,saat di kaji oleh perawat ,pasien mengatakan sering mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk memukul orang lain,pasien tampak lebih sering menyendiri,melamun,bicara sendiri ,tertawa-tawa sendiri ,mondar mandir ,gelisah,dan saat bicara dengan perawat ,pasien tampak melotot,pasien mendapatkan terapi chlorpromazine ,dan halloperidol .selain itu perawat mengikut sertakan pasien dalam TAK di ruang rehabilitas . Langkah 1 Kata-kata sulit : 1. Terapi chlorpromazine 2. Terapi halloperidol 3. Ruang rehabilitas 4. TAK Langkah 2 membuat kalimat Pertanyaan : Terapi chlorpromazine & halloperidol 1. Apa yang dimaksud dengan terapi chlorpromazine dan halloperidol?

2. Fungsi? 3. Cara pemberian? 4. Dosis? 5. Efek samping? 6. Indikasi dann kontra indikasi? 7. Golongan? TAK(terapi aktivitas kelompok) 1. Pengertian? 2. Tujuan? 3. Macam-macam? Ruang rehabilitasi 1. Pengertian? 2. Tujuan? 3. Indikasi pasien seperti apa? Langkah 3 menjawab pertanyaan : Terapi chlorpromazine 1.terapi chlorpromazine adalah merupakan antipsikotik tipikal dari golongan phenothiazine 2.fungsinya digunakan dalam pengobatan akut dan kronis psikosis,Secara dramatis meningkatkan prognosis pasien di rumah sakit jiwa seluruh dunia. 3.pemberiannya pemberiannya missal pada pasien dengan insufisiensi mitra atau pheocheromocy telah mengalami hipotensi berat berikut dosis yang dianjurkan mengantuk biasanya pada pemberian ringan sampai sedang. 4.dosis :Untuk pengobatan fsikotik :75-800 mg /hari dalam dosis 6-8 jam . Untuk anti emetic : 25-50 mg/hari Anak-anak : sehari 2-4 mg/kg berat badan , dalam dosis 6-8 jam . 5.efek samping yang diakibatkan terdapat pada berbagai keadaan :seperti system saraf pusat,mata,system kardiovaskuler,endokrin,gastrioentestinal,dan hepatologi.

6. Indikasi : psikosis ,neurosis ,gangguan susunan saraf pusat yang menbutuhkan sedasi , anestesi,premedikasi ,mengontrol hipotensi , induksi hipotemia ,dan antiemetik. Konra indikasi : jaundice ,kelian pungsi hati, koma , psien dengan pemakian obat penekan susunan saraf pusat , juga depresi sum-sum tulang . 7.golongannya chlorpromazine bersal dari golongan fenotiazine yang memiliki rantai alifatik memiliki efek psikotik yang berpotensi rendah. TAK(terapi aktivitas kelompok) 1.TAK adalah sebagian dari terapi aktifitas kelompok yang biasa dilaksanakan dalam praktek keperawatan jiwa,terapi diharapkan dapat memacu klien agar dapat mengenal atau mengorientasi keadaan nyata baik tempat,waktu maupun orang disekitarnya. 2.tujuan :- klien mamapu mengenali orang tempat dan waktu sesuai kenyataan - klien mampu mengenal tempat dia berada dan pernah berada - klien dapat mengenal diri sendiri dan orang lain dan orang disekitarnya dg tepat. 3.macam macam TAK: - terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi _terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori -terapi aktifitas kelompok orientasi realitas -terpi aktifitas kelompok sosialisasi Ruang rehabilitasi 1.ruang rehabilitasi adalah suatu pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan dan mempertahankan fungsi tubuh dan kemandirian seseorang akibat suatu penyakit,seperti trauma atu kelainan bawaan. 2.tujuan: -aspek medic,bertujuan meningkatkan kepatuhan melalui edukasi rehabilitan mengenai penyakit.

-aspek psikososial,bertujuan untuk mnegembalikan fungsi keterampilan sosial dan prilaku normative sehingga mencapai penyesuain diri yang lebih baik. 3.indikasi pasien : 1. Pasien dengan reaksi berat . 2. Pasien dengan luka yang memerlukan perawatan husus . 3. Pasien dengan rencana tindakan oprasi. Langkah 4 memisahkan yang jelas dan tidak jelas: Jelas: - TAK -Ruang rehabilitasi
Tidak jelas: - Terapi chlorpromazine & haloperidol

Langkah 5: merumuskam sasaran belajar Langkah 6: Review literature

Anda mungkin juga menyukai