Anda di halaman 1dari 23

REFERAT KONJUNGTIVITIS VERNAL

Disusun oleh : Aswin Prayogo 1110221004 FK UPN

Narasumber : Dr. Juniati V P. Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SUBROTO JAKARTA Periode 23 April 2012 26 Mei 2012

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis menghaturkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul KONJUNGTIVITIS VERNAL dengan baik dan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai salah satu penyakit mata, yaitu konjungtivitis vernal. Pada referat ini akan dibahas berbagai segi mengenai konjungtivitis vernal mulai dari definisi, etiologi, patogenesis, faktor resiko, epidemiologi, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, hingga pencegahan. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh dokter pembimbing di Departemen Mata RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, khususnya kepada dr. Juniati V P, Sp.M selaku pembimbing dalam penulisan referat ini. Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terjadi kesalahan dalam penulisan maupun dalam pembahasan materi. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap agar referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Jakarta, 7 Mei 2012

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2 DAFTAR ISI ................................................................................................... 3 DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... 4 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 5 I.1 LATAR BELAKANG ............................................................................... 5 I.2 TUJUAN .................................................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7 II.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI ................................................................. 7 II.2 KONJUNGTIVITIS VERNAL ................................................................ 10 II.2.1 PENDAHULUAN .................................................................................. 10 II.2.2 DEFINISI .............................................................................................. 11 II.2.3 KLASIFIKASI ...................................................................................... 11 II.2.4 ETIOLOGI ............................................................................................ 13 II.2.5 PATOFISIOLOGI ................................................................................. 13 II.2.6 GAMBARAN HISTOPATOLOGIK .................................................... 14 II.2.7 GEJALA ................................................................................................ 16 II.2.8 DIAGNOSTIK ...................................................................................... 18 II.2.9 PENGOBATAN .................................................................................... 19 BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 22 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 23

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva .................................................................... 7 Gambar 2. Konjungtiva dengan Pelebaran A. Ciliaris .................................... 8 Gambar 3. Konjungtivitis Vernal Palpebra dengan Tanda cobble stone ........ 12 Gambar 4. Konjungtivitis Vernal Limbal dengan Tanda Trantas Dot ........... 13 Gambar 5. Histologi Konjungtivitis Vernal Terlihat Banyak Sel Radang Terutama Eosinofil .......................................................................................... 16

BAB I. PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG Konjungtiva merupakan bagian dari mata yang berfungsi sebagai proteksi bagi mata terhadap benda-benda asing yang masuk. Dimana konjungtiva adalah mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan permukaan anterior mata. Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam kelopak mulai tepi kelopak (margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus, menuju ke pangkal kelopak menjadi konjuntiva fornicis yang melekat pada jaringan longgar dan melipat balik melapisi bola mata hingga tepi kornea. Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput

lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab seperti, bakteri, virus, klamidia, alergi toksik seperti konjungtivitis vernal, dan moluscum contangiosum. Sedangkan konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai konjungtivitis musiman atau konjungtivits musim kemarau, yang merupakan penyakit bilateral yang jarang yang disebabkan oleh alergi, biasanya berlangsung dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5-10 tahun. Penyebaran konjungtivitis vernal merata di dunia, terdapat sekitar 0,1% hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada iklim panas.

I.2 TUJUAN PENULISAN Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum mengenai definisi, anatomi fisiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, serta penatalaksanaan pada konjungtivitis vernal.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA Konjungtiva adalah mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan permukaan anterior mata. Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam kelopak mulai tepi kelopak (margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus, menuju ke pangkal kelopak menjadi konjuntiva fornicis yang melekat pada jaringan longgar dan melipat balik melapisi bola mata hingga tepi kornea. (1,2) Konjungtiva dibagi menjadi 3 bagian : 1. Konjungtiva palpebra 2. Konjungtiva forniks 3. Konjungtiva bulbi

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva

Yang melapisi bagian palpebra disebut konjungtiva palpebra, di forniks disebut konjuntiva fornicis dan yang di bola mata disebut konjuntiva bulbi. Secara histologis lapisan konjuntiva dimulai dari epitel konjuntiva yang terdiri atas epitel superficial mengandung sel goblet yang memproduksi mucin dan epitel basal, di dekat limbus dan epitel ini mengandung pigmen. Dibawah epitel terdapat stroma konjuntiva yang terdiri atas lapisan adenoid yang mengandung jaringan limfoid dan lapisan fibrosa yang mengandung jaringan ikat. Kelenjar yang ada di konjuntiva terdiri dari kelenjar Krause (ditepi atas tarsus) yang menyerupai kelenjar air mata. Arteri- arteri konjungtiva berasal dari a.ciliaris anterior dan a. palpebralis yang keduanya beranastomosis. Yang berasal dari a. ciliaris anterior berjalan ke depan mengikuti m. rectus menembus sclera dekat limbus untuk mencapai bagian dalam mata dan cabang- cabang yang mengelilingi kornea.

Gambar 2. Konjungtiva dengan Pelebaran A. Ciliaris

Konjungtiva menerima persyarafan dari percabangan pertama n. trigeminus yang berakhir sebagai ujung- ujung yang lepas terutama di bagian palpebra. Konjuntiva mengandung sangat banyak pembuluh limfe. Konjungtiva dibasahi oleh air mata yang saluran sekresinya bermuara di forniks atas. Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan tertahan pada bangunan lekukan di belakang kelopak mata tertahan di belakang tepi kelopak. Air mata yang mengalir ke bawah menuju forniks dan mengalir ke tepi nasal menuju punctum lakrimalis. Dengan demikian konjuntiva dan kornea selalu basah. Kedudukan konjungtiva mempunyai resiko mudah terkena mikroorganisme atau benda lain. Air mata akan melarutkan materi infektius atau mendorong debu keluar. Alat pertahanan ini menyebabkan peradangan menjadi self-limited disease. Selain air mata, alat pertahanan berupa elemen limfoid, mekanisme eksfoliasi epitel dan gerakan memompa kantong air mata. Hal ini dapat dilihat pada kehidupan mikroorganisme patogen untuk saluran genitourinaria yang dapat tumbuh di daerah hidung tetapi tidak berkembang di daerah mata. (1,2,3)

II.2. KONJUNGTIVITIS VERNALIS II.2.1. PENDAHULUAN Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput

lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, klamidia, alergi toksik seperti konjungtivitis

vernal, dan moluscum contangiosum. Konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai konjungtivitis musiman atau konj ungtivits musim kemarau, yang merupakan penyakit bilateral yang jarang yang disebabkan oleh alergi, biasanya berlangsung dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5-10 tahun. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Penyakit ini perlu mendapatkan penekanan khusus. Hal ini karena penyakit ini sering kambuh dan menyerang anak-anak, dengan demikian memerlukan pengobatan jangka panjang dengan obat yang aman. Penyebaran konjungtivitis vernal merata di dunia, terdapat sekitar 0,1% hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada iklim panas (misalnya di Italia, Yunani, Israel, dan sebagian Amerika Selatan) daripada iklim dingin (seperti Amerika Serikat, Swedia, Rusia dan Jerman). Penyakit ini tergolong penyakit pada anak, jarang terjadi pada pasien usia di bawah 3 tahun atau di atas 25 tahun. Dari 1000 kasus yang tercatat di literatur, 750 kasus terjadi pada pasien dengan usia 5 hingga 20 tahun. Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik (turunan). Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa 65% penderita konjungtivitis vernal memiliki satu atau lebih sanak keluarga yang memiliki penyakit turunan
10

(misalnya asma, demam rumput, iritasi kulit turunan atau alergi selaput lendir hidung permanen). Penyakit-penyakit turunan ini umumnya ditemukan pada pasien itu sendiri. Kurun waktu konjungtivitis vernal rata-rata berkisar 4 sampai 10 tahun. Semua penelitian tentang penyakit ini melaporkan bahwa biasanya kondisi akan memburuk pada musim semi dan musim panas di belahan bumi utara, itulah mengapa dinamakan konjungtivitis vernal (atau musim semi). Di belahan bumi selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim gugur dan musim dingin. Akan tetapi, banyak pasien mengalami gejala sepanjang tahun, mungkin disebabkan berbagai sumber alergi yang silih berganti sepanjang tahun. (1,2) Allergen sulit dilacak, namun pasien konjungtivitis vernalis kadang-kadang menampakkan manifestasi alergi lainnya yang berhubungan dengan sensitivitas tepung sari rumput. (4)

II.2.2. DEFINISI Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipeI) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. (5)

II.2.3. KLASIFIKASI Terdapat dua bentuk utama konjungtivitis vernalis (yang dapat berjalan bersamaan), yaitu:

11

1. Bentuk palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekr et yang mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edem, dengan kelainan kornea lebih berat dari tipe limbal. Secara klinik, papil besar

ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang rata dan dengan kapiler ditengahnya.

Gambar 3. Konjungtivitis Vernal Palpebra dengan Tanda cobble stone

2. Bentuk Limbal hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenarasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel

limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil. (2,4)

12

Gambar 4. Konjungtivitis Vernal Limbal dengan Tanda Trantas Dot

II.2.4. ETIOLOGI Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20. (2)

II.2.5. PATOFISIOLOGI Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang

insterstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasia akibat proliferasi jaringan yang

menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga

13

terbentuklah gambaran cobblestone. Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih susu kebiruan sehingga konjungtiva

tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik padakonjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus yang berat akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea.

Limbus konjungtiva juga

memperlihatkan perubahan

akibat vasodilatasi dan

hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun kuantitas stem cells limbus. Kondisi yang terakhir ini mungkin

berkaitan dengan konjungtivalisasi pada penderita keratokonjungtivitis dan dikem udian hari berisiko timbulnya pterigium pada usia muda. Di samping itu, jugaterdapat kista-kista kecil yang dengan cepat akan mengalami degenerasi. (1,2,4) II.2.6. GAMBARAN HISTOPATOLOGIK Tahap awal konjungtivitis vernalis ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam kaitan

ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini berhubungan

dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel PMN, eosinofil, basofil, dan sel mast.Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 konjungtivitis vernalis mata yang dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan sel plasma pada konjungtiva. Prolifertasi limfosit akan membentuk beberapa nodul limfoid.

14

Sementara itu, beberapa granula eosinofilik dilepaskan dari sel eosinofil, menghasilkan bahan sitotoksik yang berperan dalam kekambuhan konjungtivitis. Dalam penelitian tersebut juga ditemukan adanya reaksi hipersensitivitas. Tidak hanya di konjungtiva bulbi dan tarsal, tetapi juga di fornix, serta pada beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan badan siliar. Fase vaskular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen, hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel radang secara keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaanklinis. Hiperplasia jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang luas. Kolagen maupun pembuluh darah akan mengalami hialinisasi. Epiteliumnya berproliferasi menjadi 510 lapis sel epitel yang edematous dan tidak beraturan. Seiring dengan bertambah besarnya papil, lapisan epitel akan mengalami atrofi di apeks sampai hanya tinggal satu lapis sel yang kemudian akan mengalami keratinisasi. (6,7) Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa pertumbuhan epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis sel (acanthosis). Horner-Trantas dots yang terdapat di daerah ini sebagian besar terdiri atas eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel PMN dan limfosit. (6,7)

15

Gambar 5. Histologi Konjungtivitis Vernal Terlihat Banyak Sel Radang Terutama Eosinofil

II.2.7. GEJALA Pasien umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat dan bertahi mata berserat, terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik. Biasanya

terdapat riwayat keluarga alergi. Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla halus di konjungtiva tarsalis inferior.

Konjungtiva palpebra superior sering memiliki papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler. Mungkin terdapat tahi mata berserabut dan pseudomembran fibrinosa (tanda Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling mencolok terdapat di limbus, yaitu pembengkakan gelatinosa (papillae). Sebuah pseudogerontoxon (arcus) sering terlihat pada kornea dekat papilla limbus. Bintik-bintik Tranta adalah bintik-bintik putih yang terlihat di limbus pada beberapa pasien dengan konjungtivitis vernalis

16

selama fase aktif dari penyakit ini. Sering tampak mikropannus pada konjungtivitis vernal palpebra dan limbus, namun pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak timbul parut pada konjungtiva kecuali jika pasien telah menjalani krioterapi, pengangkatan papilla, iradiasi, atau prosedur lain yang dapat merusak konjungtiva. (1,2) Gambaran klinis konjungtivitis vernal: Keluhan utama: gatal Pasien pada umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat. Keluhan gatal ini menurun pada musim dingin. Ptosis Terjadi ptosis bilateral, kadang-kadang yang satu lebih ringan

dibandingkan yang lain. Ptosis terjadi karena infiltrasi cairan ke dalam selsel konjungtiva palpebra dan infiltrasi sel-sel limfosit plasma, eosinofil, juga adanyadegenarasi hyalin pada stroma konjungtiva. Getah mata Keluhan gatal umumnya disertai dengan bertahi mata yang berseratserat.Konsistensi getah mata/tahi mata elastis ( bila ditarik molor). Kelainan pada palpebra Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior. Konjungtiva tarsalis pucat, putih keabu-abuan disertai papil-papil yang besar (papil raksasa). Inilah yang disebut cobble stone appearance. Susunan papil ini rapat dari samping tampak menonjol. Seringkali dikacaukan dengan trakoma. Di permukaannya kadang-kadang seperti ada lapisan susu, terdiri dari

17

sekret

yang

mukoid.

Papil

ini permukaannya rata dengan konjungtiva palpebra menjadi

kapiler di tengahnya. Kadang-kadang hiperemi, bila terkena infeksi sekunder. Horner Trantas dots

Gambaran seperti renda pada limbus, dimana konjungtiva bulbi menebal, berwarna putih susu, kemerah-merahan, seperti lilin. Merupakan penumpukan eosinofil dan merupakan hal yang patognomosis pada konjungtivitis vernal yang berlangsung selama fase aktif. Kelainan di kornea Dapat berupa pungtat epithelial keratopati. Keratitis epithelial difus khas ini sering dijumpai. Kadang-kadang didapatkan ulkus kornea

yang berbentuk bulat lonjong vertikal pada superfisial sentral atau para sentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan sikatrik yang ringan. Kadang juga didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh permukaan kornea, sering berupa mikropanus, namun mungkin juga disertai pengobatan

panus besar jarang dijumpai. Penyakit ini keratokonus. Kelainan

di kornea ini tidak membutuhkan

khusus, karena tidak tidak satu pun lesi kornea ini berespon baik terhadap terapi standar.

II.2.8. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan mata. kerokan konjungtiva

18

untuk mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan granula-granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat

basofil dan granula basofilik bebas. (6)

II.2.9. PENGOBATAN Karena konjungtivitis vernalis adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai jangka panjang. (1,2) Pilihan perawatan konjungtivitis vernalis berdasarkan luasnya gejala yang muncul dan durasinya, yaitu: 1. Tindakan Umum Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapatindakan tersebut antara lain: o Menghindari tindakan menggosok-gosok mata atau jari tangan, karena telah terbukti dari dapat dengan tangan merangsang mediatorsuper

pembebasan

mekanis

mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah infeksi yang pada akhirnya

berpotensi ikut menunjang terjadinya

glaukoma sekunder dan katarak. o Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter; o Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuk sari;
19

o Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru harus dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi allergen; o Kompres dingin di daerah mata; o Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga berfungsi protektif karena membantu menghalau allergen; o Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering

juga disebutsebagai climato-therapy. 2. Terapi topikal o Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10%Dosisnya tergantung pada kuantitas 10% lebih

20% tetes mata.

eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini,larutan

dapat ditoleransi daripada larutan 20%. Larutan alkalinseperti 12% sodium karbonat monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya. o Antihistamin o NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs) o Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid topikal prednisolone fosfat 1%, 6-8 kali sehari

selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai ke dosis terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut.

20

Bila sudah terdapat ulkus kornea maka kombinasi antibiotik steroid terbukti sangat efektif. o Antibiotik broad-spectrum. 3. Terapi Sistemik o Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik seperti prednisolone asetat, prednisolone fosfat, atau

deksamethason fosfat 23 tablet 4 kali sehari selama 12 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam

kaitan dengan pemakaian preparat steroid adalah gunakan dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin. o Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan sebagai pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang vasokonstriktor, dapat dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan memberikan kontrol yang memadai

pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis. 4. Tindakan Bedah Berbagai terapi pembedahan, krioterapi, dan diatermi pada papil raksasa konjungtiva tarsal kini sudah ditinggalkan mengingat banyaknya efek samping dan terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat akan tumbuh lagi.

21

BAB III. KESIMPULAN

Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipeI) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Konjungtivitis vernal terjadi akibatalergi dan cenderung kambuh pada musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia20.Gejala yang spesifik berupa rasa gatal yang hebat, sekret mukus yang kentaldan lengket, serta hipertropi papil konjungtiva. Tanda yang spesifik adalah Trantas dots dan coble stone. Terdapat dua bentuk dari konjungtivitis vernalis yaitu bentuk palbebradan bentuk limbal. Konjungtivitis vernalis pada umumnya tidak mengancam penglihatan, namun

dapat menimbulkan rasa tidak enak. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpadi obati. Namun tetap dibutuhkan perawatan agar tidak terjadi komplikasi dan menurunkan tingkat ketidaknyamanan dari pasien. Perawatan yang dapat diberikanmenghindari menggosok-gosok mata, kompres dingin di daerah mata, memakai pengganti air mata, memakai obat tetes seperti asetil sistein, antihistamin, NSAID, steroid, stabilisator sel mast,

dll; obat oral (seperti antihistamin dan steroid), dan pembedahan. (1,2,6)

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.Hal268, 274-287. 2. Ilyas Sidharta, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi ke tiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006. Hal 179-188. 3. A.K. Khurana. Comprehenship Opthalmology 4th Edition dalam Chapter 12-New Age International 2007. P 288-96. 4. Wijana Nana S,D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke 6, Abdi Tegal.Jakarta 1993.Hall 332-342. 5. Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC 6. Medicastore. Konjungtivitis Vernalis. Diunduh dari

http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis. html. (Diakses 4 Mei 2012) 7. PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/. (Diakses 4 Mei 2012)

23

Anda mungkin juga menyukai