Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Metode geofisika merupakan metode yang melihat sifat-sifat fisis bumi untuk menggambarkan struktur permukaan bawah bumi. Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi endapan bahan galian serta eksplorasi hidrokarbon. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal.
Metode geofisika terdiri dari beberapa metode lainnya diantaranya metode Gravity, Magnetik, Metode Geolistrik, Metode Seismik, dan sebagainya. Namun pada laporan ini hanya akan membahas secara detail hasil dari penelitian di lapangan guna menginterpretasikan keadaan geologi serta anomali-anomali yang terdapat di daerah fieldtrip tersebut. Metode magnetik digunakan untuk mencari nilai anomali suseptibilitas untuk daerah bijih besi, metode gravity untuk menentukan nilai anomali densitas daerah bijih besi, serta metode geolistrik untuk mencari nilai anomali resistivitas keberadaan batuan andesit di lahan pertanian UNILA di dekat kompleks dosen. Selain itu, struktur geologi daerah fieldtrip yang telah dikunjungi akan dibahas baik secara regional maupun strukturnya.
B. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan laporan kegiatan ini antara lain: 1. Menambah wawasan mahasiswa dalam dunia kerja
Laporan SWG
Page 1
2. Menambah rasa keingintahuan mahasiswa untuk mendalami metodemetode yang ada dalam Geofisika. 3. Mengetahui secara langsung cara akuisisi data dari metode Gravity, Magnetik, dan Geolistrik serta pengenalan geologi secara langsung di lapangan. 4. Sebagai penilaian dalam mata kuliah Seminar dan Workshop Geofisika.
Laporan SWG
Page 2
Metode Magnetik Metode magnetik didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnetik di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda termagnetisasi dibawah permukaan bumi (suseptibilitas). Variasi yang terukur
(anomali) berada dalam latar belakang medan yang relatif besar. Variasi intensitasmedan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik di bawah permukaan, yang kemudian dijadikan
metode
kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sering disebut sebagai metoda potensial. Namun
sehingga keduanya
demikian, ditinjaudari segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai per bedaan yang mendasar. Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besar vektor magnetisasi. sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukan si fatresidual yang kompleks.
Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasiterhadap waktu jauh lebih be sar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisadilakukan melalui darat, laut dan udara Metode magnetik sering digunakan dalameksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta serta bisaditerapkan pada pencarian prospeksi benda-benda arkeolog. (Anonim, 2011)
Laporan SWG
Page 3
Metode Geolistrik Metode geolistrik merupakan metode yang menggunakan prinsip aliran arus listrik dalammenyelidiki struktur bawah permukaan bumi. Aliran arus listrik dalam mengalir didalam tanahmelalui batuan-batuan dan sangat dipengaruhi oleh adanya air tanah dan garam yang terkandungdidalam batuan serta hadirnya mineral logam maupun panas yang tinggi. Oleh karena itu, metodegeolistrik dapat digunakan pada penyelidikan hidrogeologi seperti penentuan aquifer dan adanyakontaminasi, penyelidikan mineral, survei arkeologi dan deteksi hotrocks pada penyelidikan panas bumi. Berdasarkan asal sumber arus listrik yang digunakan, metode resistivitas dapatdikelompokan kedalam dua kelompok yaitu (Prasetiawati, 2004):1. Metode pasif Metode ini menggunakan arus listrik alami yang terjadi di dalam tanah (batuan) yang timbulakibat adanya aktivitas elektrokimia dan elektromekanik dalam materi-materi penyusun batuan.Metode yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya Potensial Diri/Self Potensial (SP) danMagneto Teluric (MT).2. Metode aktif yaitu bila arus listrik yang diinjeksikan (dialirkan) didalam batuan, kemudian efek potensialyang ditimbulkan arus buatan tersebut diukur di permukaan. Metode yang termasuk kedalamkelompok ini diantaranya metode resistivity dan Induced Polarization (IP). (Anonim, 2010).
Konfigurasi dipole-dipole Susunan dipole-dipole banyak digunakan untuk pemetaan (mapping) tahanan jenis batuan secara lateral. Pengukuran dengan konfigurasi dipole-dipole dilaksanakan untuk mengetahui kemungkinan adanya struktur geologi, kontinuitas penyebaran lateral formasi dan lain-lain.
Laporan SWG
Page 4
Metode Gravity Metode gravity adalah salah satu metode eksplorasi dalam geofisika, yang memenfaatkan sifat daya tarik antar benda yang didapat dari densitasnya, jadi prinsip eksplorasi dengan metode gravity ini yaitu mencari anomali gravity pada subsurface. Metode Gravity (gaya berat) dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan berdasarkan perbedaan rapat masa cebakan mineral dari daerah sekeliling (r=gram/cm3). Metode ini adalah metode geofisika yang sensitive terhadap perubahan vertikal, oleh karena itu metode ini disukai untuk mempelajari kontak intrusi, batuan dasar, struktur geologi, endapan sungai purba, lubang di dalam masa batuan, shaff terpendam dan lain-lain. Eksplorasi biasanya dilakukan dalam bentuk kisi atau lintasan penampang. Perpisahan anomali akibat rapat masa dari kedalaman berbeda dilakukan dengan menggunakan filter matematis atau filter geofisika. Di pasaran sekarang didapat alat gravimeter dengan ketelitian sangat tinggi ( mgal ), dengan demikian anomali kecil dapat dianalisa. Hanya saja metode penguluran data, harus dilakukan dengan sangat teliti untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Metode gravity merupakan metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran variasi medan gravitasi bumi. Pengukuran ini dapat dilakukan dipermukaan bumi, dikapal maupun diudara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan dibawah permukaan, sehingga dalam pelaksanaanya yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari satu titik observasi terhadap titik observasi lainnya. Karena perbedaan medan gravitasi ini relatif kecil maka alat yang digunakan harus mempunyai ketelitian yang tinggi.
Metode ini umumnya digunakan dalam eksplorasi minyak untuk menemukan struktur yang merupakan jebakan minyak (oil trap), dan dikenal sebagai metode awal saat akan melakukan eksplorasi daerah yang berpotensi hidrokarbon. Disamping itu metode ini juga banyak dipakai dalam eksplorasi mineral dan lainlain. Meskipun dapat dioperasikan dalam berbagai macam hal tetapi pada
Laporan SWG
Page 5
prinsipnya metode ini dipilih karena kemampuannya dalam membedakan rapat massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian struktur bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang struktur bawah permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah eksplorasi baik itu minyak maupun mineral lainnya. Eksplorasi metode ini dilakukan dalam bentuk kisi atau lintasan penampang.
Dalam metode ini penelitian dapat digolongkan menjadi 3 tahap, tahap ini umum digunakan juga pada metode geofisika yang lainnya. Antara lain adalah Akuisisi Data, Prosesing Data, dan Interpretasi. Dalam hal ini kita akan coba bahas beberapa point dalam proses akuisisi data. Akuisisi data ini adalah proses pengambilan data di lapangan. Dalam proses ini dibagi menjadi beberapa tahap yang harus dilakukan.
Mulai dari mengatahui informasi dari daerah yang akan diukur dan persiapan alatnya. Setelah peralatan telah tersedia, langkah awal untuk pengukuran adalah menggunakan peta geologi dan peta topografi, hal ini bertujuan untuk menentukan lintasan pengukuran dan base station yang telah diketahui harga percepatan gravitasinya. Akan tetapi ada beberapa parameter lain yang dibutuhkan juga dalam penentuan base station, lintasan pengukuran dan titik ikat. Antara lain adalah :
Letak titik pengukuran harus jelas dan mudah dikenal. Lokasi titik pengukuran harus dapat dibaca dalam peta. Lokasi titik pengukuran harus mudah dijangkau serta bebas da ri gangguan kendaraan bermotor, mesin, dll.
Lokasi titik pengukuran harus terbuka sehingga GPS mampu menerima sinyal dari satelit dengan baik tanpa ada penghalang.
Sehingga dapat disimpulkan lokasi titik acuan harus berupa titik/tempat yang stabil dan mudah dijangkau. Penentuan titik acuan sangat penting, karena pengambilan data lapangan harus dilakukan secara looping, yaitu dimulai pada suatu titik yang telah ditentukan, dan berakhir pada titik tersebut. Titik acuan
Laporan SWG Page 6
tersebut perlu diikatkan terlebih dahulu pada titik ikat yang sudah terukur sebelumnya. Dalam alur pengambilan data dilakukan dengan proses looping. Tujuan dari sistem looping tersebut adalah agar dapat diperoleh nilai koreksi apungan alat (drift) yang disebabkan oleh adanya perubahan pembacaan akibat gangguan berupa guncangan alat selama perjalanan. Dalam pengukuran gayaberat terdapat beberapa data yang perlu dicatat meliputi waktu pembacaan (hari, jam, dan tanggal), nilai pembacaan gravimeter, posisi koordinat stasiun
pengukuran (lintang dan bujur) dan ketinggian titik ukur. Pengambilan data dilakukan di titik-titik yang telah direncanakan pada peta topografi dengan interval jarak pengukuran tertentu.
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah melakukan kalibrasi alat dan menentukan titik acuan (base station) sebelum melakukan pengambilan data gayaberat dititik-titik ukur lainnya. (Anonim, 2010)
Mineral Bijih Besi Bijih besi di alam terbentuk dalam mineral magnetit, hematite, limonite, pyrite dan Cromite. Pada mineral-mineral tersebut, kandungan besi bisa mencapai 70%. Bijih besi ini banyak digunakan dalam industri besi, baja dan sering diekspor dari Indonesia ke China. Mineral bijih besi di Indonesia, banyak terdapat sebagai metasomatik kontak, berupa bolder besar yang terpendam dan tersingkap secara acak. Model seperti ini tidak bisa diinterpretasikan dip (kemiringan) lapisannya, sehingga survei geofisika mutlak diperlukan untuk menggambarkan kondisi bawah permukaannya. Jika dipergunakan uji pengeboran coring, maka interpretasi hanya terbatas di lokasi sekitar bor dan tidak dapat dikorelasikan antara titik uji pengeboran yang berjauhan. Mineral magnetit banyak dijumpai di Indonesia. Hampir di semua lahan eksplorasi bijih besi GeoAtlas dijumpai jenis mineral ini. Ciri yang sangat khas dan visual pada mineral ini adalah sangat berat dan menempel pada magnet. Ratarata mineral magnetit di Indonesia dapat mengandung unsur besi lebih dari 60% sehingga layak jual sebagai komoditas ekspor. Mineral hematite berupa pasir
Laporan SWG
Page 7
berwarna merah sedangkan limonite berwarna coklat atau kuning. Pada mineral pyrite, unsur besi berasosiasi dengan sulfida. Mineral-mineral tersebut cenderung tidak menempel magnet seperti mineral magnetit. Daerah eksplorasi bijih besi tim GeoAtlas antara lain Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jambi, Lampung dan Kalimantan Selatan. (Anonim, 2010) Pemetaan Geologi/Alterasi Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi permukaandan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaranmengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejalastruktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut.Selain pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tandatanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral.
Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta tersebut mewakili intensitas dankerapatan data singkapan yang diperoleh yang diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini jugadipengaruhi oleh tahapan eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1 :25.000 mungkin sudah cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d penemuan, skala petageologi sebaiknya 1 : 10.000 s/d 1 : 2.500.Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat dilakukan denganmenggunakan
Laporan SWG
Page 8
palu dan kompas geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan ataudengan cara tali-kompas. Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan dapat diperluas denganmenggunakan metode-metode lain seperti uji sumur, uji parit, maupun bor tangan atau auger, sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan menggunakan alat ukur permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau dengan teodolit.
Singkapan
Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian permukaan yangdiperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang tinggi, seperti : 1. Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif. 2. Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup. 3. Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan. 4. Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada. Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara lain : 1. Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap. 2. Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major) yang ada.
Laporan SWG
Page 9
3. Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifatsifat fisik,tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris, fragmenfragmen, serta dimensi endapan. Lintasan (traverse) Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan lintasan-lintasan pengamatanyang dapat mencakup seluruh daerah pemetaan. Perencanaan lintasan tersebut sebaiknyadilakukan setelah gambaran umum seperti kondisi geologi regional dan geomorfologi daerahdiketahui, agar lintasan yang direncanakan tersebut efektif dan representatif.Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai atau jalur-jalur kikisanyang memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan dapat memperoleh variasi litologi(batuan). Kadangkadang juga diperlukan lintasan-lintasan yang searah dengan jurus
umum perlapisan dengan tujuan dapat mengetahui kemenerusan lapisan. Secara umum lintasan(traverse) pemetaan ada 2 (dua), yaitu lintasan terbuka dan lintasan tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan titik akhir yang tidak sama, sedangkan lintasan tertutup bersifat loop(titik awal dan titik akhir sama).
Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh dari lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan korelasi (interpretasi) batassatuan-satuan litologi.Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan kompas dan
pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan kompas (measured section atau tali kompas) dilakukan dengantujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di sepanjang lintasan. Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk mengetahui ketebalan, struktur perlapisan,variasi satuan litologi, atau mineralisasi dengan detail (rinci). Umumnya pengukuran penampangstratigrafi dilakukan pada salah satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuatinformasi litologi keseluruhan wilayah Interpretasi dan informasi data Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan pemetaan geologi/alterasiantara lain :
Laporan SWG Page 10
1. Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara). 2. Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara. 3. Penyebaran dan pola alterasi yang ada. 4. Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau formasi). 5. Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah. 6. Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi geoteknik danhidrologi. 7. Bangunan-bangunan, dll.
Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar geologi perlu diperhatikan, antara lain : 1. Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi. 2. Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih, zona pelapukan,dan zona (penyebaran) alterasi. 3. Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan, zona-zona intrusi,dan proses sedimentasi. 4. Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan, zona kekar,kelurusan-kelurusan, dll.
Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui (diperkirakan). 2. Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan. 3. Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat dihindarkan(efisiensi). 4. Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui dengan pasti.
Laporan SWG
Page 11
Geologi Regional Lampung Lampung merupakan daerah tinggian yang terletak dibagian Tenggara dari Cekungan Sumatra Selatan. Tinggian Lampung ini memisahkan Cekungan Sumatra Selatan dengan Cekungan Sunda. Morfologi daerah Lampung berupa perbukitan dan pegunungan dengan relief kasar dan memiliki lereng yang curam. Daerah ini juga dilalui jalur sesar aktif yang merupakan bagian dari sistem sesar Sumatra (Sumatra fault system). Lampung merupakan daerah akresi yaitu daerah pengangkatan aktif sehingga banyak ditemukan batuan yang berumur pra-tersier.
Untuk lokasi pengukuran Gravity dan Magnetik yaitu di Tanjung Bintang merupakan batas antara satuan batuan Lampung dan Kuarsit Sidodadi yang berumur tua. Keberadaan Gunung Langgar menunjukan adanya aktivitas magmatis di masa lampau, dimana intrusi yang ditemukan berupa granit, diorite dan granodiorit. Diduga daerah ini batuan pluton yang menerobos formasi kuarsit Sidodadi sehingga menghasilkan pembentukan sumber daya emas dan bijih besi.
Laporan SWG
Page 12
Hasil dari fieldtrip Geologi di desa Tanjung Kemala menunjukan bahwa lokasi tersebut merupakan batuan metasedimen (marmer) atau ada juga yang menyebutnya metamorf derajat rendah. Dikatakan Metasedimen karena sudah terjadi ubahan namun unsur-unsurnya masih ada. Indikasi batuan metasedimen inidi lapangan ditunjukan dengan tidak adanya perlapisan (no bedding), no biogenic structure (tidak ada struktur biogenik), Brayligh, intensif, diberi larutan HCl mengeluarkan buih. Sehingga dapat ditarik kesimpulan batuan di lokasi ini merupakan batuan metasedimen (marmer).
Marmer ini berasal dari batu gamping yang memiliki suhu tinggi tetapi tekanannya rendah. Secara sekilas pandang batuan ini rigid/keras. Pada contoh gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa warna putih pada batuan ini merupakan silika yaitu cairan yang mengisi berasal dari magma.
Lokasi fieldtrip yang kedua yaitu di daerah Kalibalok merupakan daerah yang termasuk dalam formasi batuan endapan gunung api muda (Qhv) yang terdiri dari batuan lava (andesit-basalt) breksi dan tufa. Adapun identifikasi yang dilakukan dilapangan antara lain fragmennya angular/menyudut, terdapat mineral Klorit yang berwarna hijau (lihat gambar 5.2), batuannya memiliki banyak variasi warna (warna-warni) karena alterasi hidrotermal, diberi larutan HCL tidak berbuih (batuan beku) serta tidak adanya perlapisan (no bedding). Disebut batuan breksi
Laporan SWG
Page 13
karena butiran fragmennya meruncing, jika butiran fragmennya bulat maka disebut konglomerat.
Lokasi terakhir yaitu di kampus Unila memiliki geologi regional yang merupakan batas antara satuan batuan Lampung dan Endapan Gunungapi Muda. Aktivitas Gunung Betung di masa lalu menghasilkan lelehan andesit hingga ke Unila. Keberadaan akuifer pada Formasi lampung yang tertutup oleh material vulkanik dan intrusi/pluton.
Secara umum geologi regional daerah kajian memiliki satuan batuan yang diantaranya: 1. Kuarsit Sidodadi (Pzgk) : kuarsit dengan sisipan sekis-kuarsa 2. Tarahan (Tpat) : tuff padu, breksi dengan sisipan rijang 3. Lampung (QTl) : tuff, riolit, batu lempung dan batu pasir 4. Gunung Api Muda : lava, breksi, dan tuff.
Laporan SWG
Page 14
IV. METODOLOGI
4.1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: Survey Geolistrik : 1. Resistivity meter (Oyo) berfungsi sebagai pengukur resistivitas. 2. Meteran berfungsi untuk megukur jarak antara C1, P1, P2 dan C2. 3. Kabel geolistrik berfungsi untuk mengukur C1, P1, P2 dan C2 agar dapat diketahui arus dan tegangan dalam tanah. 4. Elektroda berfungsi sabagai penghantar listrik. 5. Palu berfungsi sebagai pemukul. 6. Aki berfungsi untuk memberikan tegangan.
Survey Gravity : 1. Seperangkat Gravitimeter 2. GPS 3. Peta Geologi dan peta Topografi 4. Penunjuk Waktu 5. Alat tulis 6. Kamera 7. Pelindung Gravitimeter 8. Dan beberapa alat pendukung lainnya Survey Magnetik :
1. Magnetometer:1 buah
Laporan SWG
Page 15
Gambar 4.1. diagram alir geolistrik Gravity Setelah peralatan telah tersedia, langkah awal untuk pengukuran adalah menggunakan peta geologi dan peta topografi, hal ini bertujuan untuk menentukan lintasan pengukuran dan base station yang telah diketahui harga percepatan gravitasinya. Akan tetapi ada beberapa parameter lain yang dibutuhkan juga dalam penentuan base station, lintasan pengukuran dan titik ikat. Antara lain adalah :
Laporan SWG
Page 16
Letak titik pengukuran harus jelas dan mudah dikenal. Lokasi titik pengukuran harus dapat dibaca dalam peta. Lokasi titik pengukuran harus mudah dijangkau serta bebas da ri gangguan kendaraan bermotor, mesin, dll.
Lokasi titik pengukuran harus terbuka sehingga GPS mampu menerima sinyal dari satelit dengan baik tanpa ada penghalang. Magnetik
Sebelum
memulai
pengambilan baterai
data,
atau pada
pengoperasian console,
alat-alat
tersebut, pertama-tama
dipasang
penyangga) disusundengan sensor, console dimasukkan ke dalam backpack yang dipasang di badankemudian setelah itu semua kabel konektor dipasang dan dilakukan tuning denganmengambil kuat sinyal yang paling kuat sesuai
dengan harga medan di daerah pengukuran, lalu setelah itu dilakukan pensettingan konfigurasi waktu sepertihari,tanggal, jam, dan menit saat pengambilan data. Kemudian konfigurasi lintasan(modus survey) dan gradiometer disetel dan interval waktu pengambilan d ataotomatis atau (modus auto). Setelah itu pengambilan data dimulai, saat pengambilandata ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah arah sensor harussesuai dengan arah tanda panah yang tergambar pada sensor, pengambilan d atadengan modus AUTO dilakukan di tempat yang tetap dan mentransfer data di memorike computer untuk pemprosesan lebih lanjut. Dalam mengambilan data ini dilakukandengan settingan horizontal.
4.3. Teknik Akuisisi Data di Lapangan Adapun teknik akuisisi data di lapangan dengan metode geolistrik yaitu menggunakan konfigurasi doble dipole (dipole-dipole). Susunan dipole-dipole banyak digunakan untuk pemetaan (mapping) tahanan jenis batuan secara lateral. Pengukuran dengan konfigurasi dipole-dipole dilaksanakan untuk mengetahui kemungkinan adanya struktur geologi, kontinuitas penyebaran lateral formasi dan lain-lain.
Laporan SWG
Page 17
Gambar 4.2 konfigurasi dipole-dipole Adapun teknik akuisisi data dengan metode gravity yaitu dengan metode looping, yaitu dimulai pada suatu titik yang telah ditentukan, dan berakhir pada titik tersebut. Titik acuan tersebut perlu diikatkan terlebih dahulu pada titik ikat yang sudah terukur sebelumnya.Tujuan dari sistem looping tersebut adalah agar dapat diperoleh nilai koreksi apungan alat (drift) yang disebabkan oleh adanya perubahan pembacaan akibat gangguan berupa guncangan alat selama perjalanan.
dengan metode
looping, yang berarti titik awal pengukuran digunakan juga sebagai titik akhir. Dalam akuisisi data hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah noise. Dalam hal ini yang dimaksud dengan noise dalah pada saat menentukan arah kutu butara harus diperhatikan, karena hal ini akan berpengaruh pada data yang akan didapatkan. Dalam hal ini penentuan kutub utara yang dianggap sebagai sumber medan magnet bumi ditentukan dengan menggunakan kompas. Selain itu pembacaandata juga harus diperhatikan dalam penelitian ini.
Laporan SWG
Page 18
V.PEMBAHASAN
Kegiatan akuisisi data yang telah dilakukan antara lain menggunakan metode Gravity , Magnetik dan Geolistrik serta pengenalan geologi. Daerah tambang bijih besi kawasan Tanjung Bintang merupakan tempat akuisisi data yang pertama. Dimana kami melakukan 2 metode geofisika di daerah tersebut yaitu metode Gravity dan Metode Magnetik. Kemudian hari selanjutnya kami melakukan kegiatan fieldtrip geologi Lampung di Desa Tanjung Kemala dan di daerah Kalibalok. Terakhir kami melakukan akuisisi data Geolistrik di daerah lahan pertanian di dekat kompleks dosen UNILA. Sebelum melakukan interpretasi, perlu diketahui dahulu bagaimana keadaan geologi regional daerah tersebut. Geologi Regional digunakan untuk membatasi interpretasi serta sebagai dasar penentuan interpretasi daerah tersebut.
Secara umum geologi regional daerah kajian memiliki satuan batuan yang diantaranya: 1. Kuarsit Sidodadi (Pzgk) : kuarsit dengan sisipan sekis-kuarsa 2. Tarahan (Tpat) : tuff padu, breksi dengan sisipan rijang 3. Lampung (QTl) : tuff, riolit, batu lempung dan batu pasir 4. Gunung Api Muda : lava, breksi, dan tuff. Untuk lokasi pengukuran Gravity dan Magnetik yaitu di Tanjung Bintang merupakan batas antara satuan batuan Lampung dan Kuarsit Sidodadi yang berumur tua. Keberadaan Gunung Langgar menunjukan adanya aktivitas magmatis di masa lampau, dimana intrusi yang ditemukan berupa granit, diorite dan granodiorit. Diduga daerah ini batuan pluton yang menerobos formasi kuarsit Sidodadi sehingga menghasilkan pembentukan sumber daya emas dan bijih besi.
Laporan SWG
Page 19
Dalam metode gravity yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan dibawah permukaan, sehingga dalam pelaksanaanya yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari satu titik observasi terhadap titik observasi lainnya. Dari hasil interpretasi menggunakan software grav2d metode gravity maka dapat dianalisa bahwa daerah tambang bijih besi Tanjung Bintang memiliki nilai densitas yang besar. Metode yang dilakukan dalam pengukuran merupakan metode looping untuk koreksi drift dimana titik pengkuran akhir berada pada titik pengukuran awal. Metode gravitasi tergantung pada variasi lateral dan kedalaman dalam kepadatan material bawah permukaan. Kepadatan dari tanah atau batuan merupakan fungsi dari densitas mineral pembentuk batuan, porositas medium, dan densitas dari cairan mengisi ruang pori. Dalam metode magnetic, data akuisisi diprosessing dengan menggunakan surfer. Metode magnetic ini digunakan pada daerah tambang bijih besi. Sebaran data relatif lebih memadai di sebelah Timur Laut daerah penelitian. Klosur klosur rapat ada disebelah timurlaut daerah penelitian, sedangkan klosur kurang rapat ada di tengah daerah penelitian menyebar kearah selatan, barat dan barat laut. Anomali tertinggi ada di Timur Laut sekitar 600 nT pada koordinat (8300, 2800).
Laporan SWG
Page 20
Gambar 5.2. Peta anomali medan magnetik total dengan interval kontor 100nT
Lokasi terakhir yaitu di kampus Unila memiliki geologi regional yang merupakan batas antara satuan batuan Lampung dan Endapan Gunungapi Muda. Aktivitas Gunung Betung di masa lalu menghasilkan lelehan andesit hingga ke Unila. Keberadaan akuifer pada Formasi lampung yang tertutup oleh material vulkanik dan intrusi/pluton. Dari hasil interpretasi maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Laporan SWG
Page 21
Dari hasil interpretasi geolistrik seperti gambar di atas maka dapat dianalisa bahwa daerah yang berwarna merah dengan resistivitas sekitar 1000-2500 ohm meter terdapat batuan andesit. Namun dengan melihat daerah akuisisi di lapangan maka dapat diperkirakan bahwa daerah berwarna merah di bagian atas dekat permukaan merupakan batuan dangkal tempat pengukuran yaitu berupa paving blok. Sehingga daerah yang paling berpotensi keterdapatan batuan andesit yaitu daerah berwarna merah yang berada di bawah permukaan dengan nilai elevasi dibawah 88meter dengan nilai error 69,1% serta nilai resistivitas sekitar 10002500 ohm meter.
Laporan SWG
Page 22