Anda di halaman 1dari 17

STUDENT PROJECT BLOCK IMMUNE SYSTEM

APLIKASI SEROLOGI FORENSIK DALAM MENGIDENTIFIKASI PERSONAL


Oleh:

SGD A5
Anggota Kelompok :

Iska Novi Udayani Prima Yogi I Wayan Adi Sumardika Sagung Desy Kritiyani Ni Putu Purnianti Bgs. Md. Indrata Saputra Utami Handayani Nyoman Ayu Gadiskha A. Cokorda G.A. Divta P. Diogo A. Fernandez
I Putu Lari Sandy

(0802005007) (0802005026) (0802005041) (0802005055) (0802005067) (0802005079) (0802005154) (0802005155) (0802005118) (0802005093) (0802005137)

Dosen Pembimbing:

dr. Ida Bagus Alit, Sp. F

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009

APLIKASI SEROLOGI FORENSIK DALAM MENGIDENTIFIKASI PERSONAL

I.

Pendahuluan Forensik serology adalah asal mula ditemukananya pembelajaran dan penelitian dari segala bidang ilmu biologi. Kemajuan yg telah dicapai meliputi penerapan teknologi dan konsep dari immunology dan pengelompokan darah serology hingga menjadi forensik serologi . Dewasa ini biologi molekuler dan populasi genetik telah memainkan peranan yg sangat penting dalam mendukung dan mengembangkan pemanfaatan teknologi DNA. Pada awalnya yang termasuk dalam kategori pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan terhadap polimorfisme protein yaitu pemeriksaan golongan darah dan golongan protein serum. Perkembangan ilmu kedokteran menyebabkan ruang lingkup serologi diperluas dengan pemeriksaan polimorfisme protein lain yaitu pemeriksaan terhadap enzim eritrosit serta pemeriksaan antigen Human Lymphocyte Antigen (HLA). Pada saat ini dengan berkembangnya analisis polimorfisme DNA, bidang ini menjadi lebih luas lagi karena bahan pemeriksaan bukan lagi darah, melainkan hampir seluruh sel tubuh kita. Hal ini memberikan dampak kecenderungan penggantian istilah serologi dengan istilah hemereologi yang mencakup semua hal diatas. Teknologi ini digunakan untuk mengidentifikasi umur, mendegradasi , hingga mencari tahu pengaruh lingkungan yg telah mengkontaminasi dan telah mengubah sampel. Biasanya tempat kejadian kriminal tidak dapat di pecahkan atau diketahui dengan jangka waktu berhari-hari maupun berbulan-bulan terhitung dari waktu kejadian peristiwa. Jasad yg telah dikubur ataupun semen sample yg berasal dari kemaluan wanita (vagina) korban perkosan dan pembunuhan adalah contoh dari jasad yg telah terkontaminasi oleh cahaya, panas, dan bakteri pengurai. Oleh karena itu, diperlukanlah forensik serologi dalam mengidentifikasi seseorang. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam

proses peradilan. Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtuanya. Identitas seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak meragukan). Sebuah contoh kisah nyata dimana bukti seorogi dapat memainkan peranan yg sangat penting dapat dilihatdaricerita berikut ini. Tiga orang bersenjata wanita. Semuanya saling berhubungan satu sama lainnya. Kedua memaksa masuk/menerobos ke sebuah rumah yang terdapat empat orang, dua lelaki dan dua wanita menderita kekerasan seksual dan para korban pria dipukul dengan menggunakan pistol . Salah satu korban lelaki mencoba merebut paksa senjata dari tangan pelaku dan menembakkan senjata tersebut. Para prampok tersebut pergi meninggalkan tempat kejadian dan dua diantaranya tertangkap di tempat yg lain. Bukti yg dapat dikumpulkan dari tempat kejadian peristiwa meliputi: cipratan darah pada carpet, tas kulit, beberapa artikel fashion, puntung rokok dan topi bese ball milik pelaku yg tertinggal di tempat kejadian. Kedua korban wanita memakai blue jeans pada saat mereka diserang. Kedua korban wanita tersebut dirujuk ke pusat rehabilitasi/pengobatan akibat kekerasan seksual dan sampel cairan semen tersangka dikumpulkan dari apusan yang berasal dari liang vagina dan di area perineal (lubang vagina yang terletak antara anus dan uretra). Ada juga 6 bercak darah pada pakaian tersangka di tahanan. Pakaian dalam dari kedua tersangka mengandung sesuatu yang tampak seperti cairan tubuh/bercak keringat. Kedua tersangka dibawa ke rumah sakit, dimana uasapan dari penile dikumpulkan sebagai barang bukti. Ada juga rambut pada semua pakaian baik pada korban maupun penyerangnya. Ada 7 orang yang mungkin meninggalkan noda darah dalam kasus ini, 3 tersangka dan 4 orang korbannya. Tes serologi konvensional adalah suatu tes yang dilakukan tanpa analisis DNA yang memungkinkan untuk membedakan noda/bercak yang berasal dari ketujuh orang tersebut. Ternyata, setelah dilakukan tes serologi, tersangka yang ditangkap di tempat lain dapat dibuktikan sebagai pelaku kejahatan pada kasus tadi, meskipun penangkapan mereka sudah lewat 13 hari setelah hari kejadian. Keadaan pada kasus ini adalah bukti nyata untuk menunjukkan betapa pentingnya hasil identifikasi yang berbasis serologi dalam penyelidikan forensik.

Ada beberapa pertanyaan mendasar yang harus dihadapi seorang ahli serologi forensik ketika melakukan pendekatan terhadap suatu kasus.
1. Apa jenis substansi biologis yang akan di analisa, apakah itu bercak darah, cairan

semen, atau cairan tubuh yang lainnya?


2. Apakah sampel itu berasal dari manusia atau binatang? 3. Apa keadaan fisik samplenya? Apakah berbentuk cair, kering, degradasi, dibusukkan,

atau dalam keadaan segar? 4. Apa permukaan yang menjadi tempat sample tersebut ditemukan dan bagaimanakah cara terbaik untuk mengumpulkan dan mengawetkan sample tsb?
5. Berapa banyak marker genetic yang mungkin digunakan untuk menganalisa bercak

tersebut agar dapat memberikan jawaban yang tepat pada penyidik dan pada pengadilan?

II. SEDIAAN SAMPEL DALAM ANALISIS SEROLOGI FORENSIK

Sebagian besar sample yang dibawa ke laboratorium criminal sudah di keringkan atau di degradasi. Untuk lebih meyakinkan, marker genetic yang tersedia pada darah cair lebih beragam daripada marker genetic untuk darah kering. Proses dari pengeringan sample, membuat marker genetic yang tahan lama dan memungkinkan ahli forensik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan mengindividualisasi bercak tersebut meskipun sampel telah beku atau telah terkontaminasi bakterial karena lama berada dalam lingkungan yang hangat dan lembab. Oleh karena sebagian besar dari barang bukti adalah meterial kering, forensic marker harus bekerja pada sampel yang kering. Dalam skenario kasus di atas, terdapat jumlah noda kering yang sangat banyak. Noda pada blue jeans dan pada tas kulit menyajikan masalah yang khusus. Prosedur yang khusus juga harus digunakan, sepanjang bahan dari blue jeans dan tas kulit mungkin mengganggu dengan tetsting untuk beberapa genetic marker. Sebuah kain penyekat yang diambil dari TKP kejahatan seksual ditempatkan secepatnya didalam amplop kertas sehingga akan bisa menjadi kering karena angin. Satu-satunya sampel cairan yang diambil dari TKP adalah darah, disimpan untuk meminimalisir pecahnya membran sel

dan menjaga keutuhan dari molekul DNA. Ini biasanya dilakukan dengan menggunakan tabung bertutup ungu dan kuning. Pada TKP, cairan tubuh yang cair kadang-kadang ditemukan. Khasnya cairan ini ditemukan jika darah tercucur sangat banyak. Penyidik TKP memiliki pilihan untuk menyerap material pada secarik kain katun steril dan membiarkannya mengering sebelum diproses di laboratorium atau menyimpaan material dalam tabung yang berisi antikoagulan sehingga darah tidak membeku, seperti yang disampaikan di atas. Metode yang terbaru mewajibkan sampel tetap dalam sediaan kering sampai sampel tersebut tiba di laboratorium. Koleksi pada contoh dari material adalah lebih mudah dan dan kemungkinan lebih sering digunakan oleh polisi. Bahkan material selular dari kasus tabrak lari dapat dikeringkan sebelum dibawa ke laboratorium untuk serogical analysis. Jika tidak dikeringkan, jaringan harus dibekukan dalam sebuah freezer yang lebih dingin dari suhu lingkungan dengan suhu optimum dari -70o atau kurang.

III. METODE UNTUK MENDETEKSI CAIRAN BIOLOGIS Bukti-bukti forensik dari tempat kejadian perkara datang dalam berbagai bentuk. Sebagai contoh, selembar sprei dadap diambil dari tempat kejadian kekerasan seksual. Sprei ini harus diperiksa secara hati-hati dilaboratorium forensik sebelum memilh area mana yang akan diperiksa lebih jauh lagi. Dalam usaha untuk mengindentifikasi pelaku ataupun korban kriminal seringkali dilakukan pencarian cairan biologis seperti darah, atau semen pada barang bukti (misalnya pada celana panjang). Lokasi ditemukannya bercak darah atau semen pada bahan kain dapat menjadi sebuah bukti penting. Tiga bercak utama dalam forensik yang harus diperhatikan berasal dari darah, semen dan saliva. Teridentifkasi secret vagina, urine, dan feses dapat juga menjadi sangat penting dalam sebuah penyelidikan. Umumya, ada tiga metode mendeteksi bukti serologi yaitu dengan penglihatan, mikroskopik, dan bahan kimia. Noda cairan tubuh dapat terlihat oleh mata secara langsung atau tidak terlihat karena kuantitas noda sedikit atau tersembunyi oleh cairan badan lain. Contohnya, noda semen atau air liur tidak terlihat secara kasat mata karena tersembunyi oleh darah di pakaian. Beberapa noda, seperti semen, mempunyai suatu karakteristik tekstur atau warna dari putih susu sampai cokelat terang jika terdapat sel darah.

Pendeteksian dilakukan melalui dua proses yaitu tes presumptif dan tes konfirmasi. Tes presumptif digunakan untuk menyaring sample sedangkan tes konfirmasi untuk menguji identitas suatu noda. Beberapa tipe dari tes yang digunakan untuk mendeteksi darah dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel 1. beberapa dari tes presumtive dan konfirmasi yang biasanya digunakan dalam laboratorium forensik Tes atau kimia Benzidine nama Dasar dari tes Aktivitas peroxidase (katalitik) Aktivitas peroxidase (katalitik) Aktivitas peroxidase (katalitik) Formasi kristal Hemeporphyrinpyridine Aktivitas peroxidase (katalitik) Modifikasi katalitik Spektrum dapat dilihat Indikasi dari Sensitivitas Catatan hasil Warna biru, ungu 1 bagian C, P dalam 10.000200.000 Warna hijau 1 bagian Azodye, P dalam 1000 Warna merah Kristal khusus Warna biru, ungu 1 bagian Aman dan dalam 1000 digunakan secara luas, P 1 bagian CN kurang dari 1000 Sama seperti SC, P Benzidine 1 bagian Irritant, P dalam 5.000.000 Sama seperti CN tes Takayama

Leucomalachite green Phenolphtalein Tes Takayama Tetra-metil benzidine Luminol

Spectrophotometric
Catatan

Biru, mengeluarkan cahaya tanpa panas dalam gelap yang Spectrum khusus

: C= carsinogen, P= presumtive tes, CN=confirmatory test, SC= suspect carsinogen.

Sumber: sumber buku dalam Forensik Serology, immunology, dan biochemistry, R.E. Gaensslen, U.S. Departement of Justice, National Institute of Justice, Washington, D.C.,1983.

3.1 Deteksi Sediaan Darah Antigen darah adalah molekul besar yang terletak di kedua baik (on and off) dari permukaan sel. Sebuah contoh adalah sistem ABO pada darah. Kelompok darah A dan B adalah antigen dan mereka berkontribusi dalam tipe darah setiap individu. Untuk in-depth dibentuk dari fakta serologi terbesar sampai penggunaan dari sistem golongan darah polymorphic lain. Polymorphic mengarah kepada adanya dua atau

lebih perbedaan bentuk genetik dari protein yang sama atau tipe DNA. Sebuah contoh adalah Rh positif dan Rh negatif dari tipe darah. Substan dari grup darah ini cukup pesistent dalam noda biologis kering dan bisa bertahan untuk beberapa tahun dalam keadaan kering. Kehadirannya, bagaimanapun, tidak bisa dibandingkan dengan DNA karena DNA bisa bertahan dalam bentuk kering untuk waktu yang lebih panjang. Komposisi darah terdiri dari cairan plasma dan serum dengan komponen padat terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darh putih (leukosit) dan Platelet (trombosit). Tes sangkaan yang paling utama pada darah difokuskan pada deteksi adanya molekul hemoglobin, yang mana ditemukan pada sel darah merah dan digunakan untuk mentransport oksigen dan karbondioksida. Tes imunokromatografi yang sederhana untuk mengidentifikasi sel darah manusia telah dilakukan oleh Abacus Diagnostics sebagai kartu ABA-Hematrace-Kit. Tes ini memiliki batas ketelitian sekitar 0,07 ug Hb/ml, yang secara khusus untuk darah manusia, primate kelas tinggi dan darah mencit. Luminol adalah salah satu tes sangkaan lainnya untuk mengidentifikasi darah dan telah dipopulerkan diserial TV CSI : Crime Scene Investigation. Regen Luminol dibuat gendan mencampurkan 0,1 g 3 amino-phtalhydrazide dengan 5,0 g sodium carbonat dalam 100ml aquadest. Sebelum digunakan ditambahkan 0,7 g sodium perborat pada campuran (Safer Stein 2001). Area yang luas dapat secara cepat dievaluasi akan adanya darah dengan menyemprotkan regen luminal ke item bukti penyelidikan. Objek yang telah disemprot lalu ditempatkan kedaerah yang gelap sehingga luminasi dapat terlihat dengan jelas dan mudah. Luminol dapat digunakan untuk mencari jejak darah setelah dientcerkan 10 juta kali (Safer Stein 2001). Penggunaan luminal telah menunjukkan bahwa luminal ini tidak menghambat maupun mempengaruhi tes DNA dengan STRs yang mungkin diperlukan dan ditemukan ditempat kejadian perkara. Demonstrasi bahwa tes sangkaan ini tidak mempengaruhi subkuensis tes DNA adalah sangat penting dalam membuat keputusan tentang bagaimana bukti-bukti biologis diproses dalam laboratorium forensic 3.2 Deteksi Sediaan Air Mani Hampir dua pertiga kasus penelusuran test forensik serologi melibatkan kasus kekerasan seksual. Ratusan juta sperma dipancarkan (dikeluarkan) dalam beberapa mililiter cairan semen. Noda-noda mani dapat dikarakteristikan dengan

memvisualisasi sel-sel sperma dengan uji acid phosphatase (AP) atau prostate specific antigen (PSA atau p30). Uji mikrokospik di beberapa laboratorium dapat melihat kehadiran spermatozoa pada kasus kekerasan seksual. Bagaimanapun laki-laki aspermic atau oligospermic tidak juga mempunyai sperma atau kadar sperma yang rendah dalam ejakulasi cairan semen mereka. Sebagai tambahan, vasektomi pada laki-laki tidak akan menghasilkan sperma. Oleh karena itu pengujian-pengujian yang dapat mengidentifikasi enzim-enzim spesifik mani membantu memverifikasi kehadiran/keberadaan mani pada kasus-kasus kekerasan seksual. Acid phospatase adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat di dalam cairan semen dan didapatkan pada konsentrasi tertinggi di atas 400 kali dalam mani dibandingkan yang mengalir dibagian tubuh yang lain (Sensabaugh 1979, Safertein 2001). Warna ungu dengan penambahan beberapa penurunan sodium alpha naphthylphospate dan solusi Fast Blue B atau fluoresensi dari 4-methyl umbelliferyl phospate di bawah sinar ultraviolet (UV) mengindikasikan kehadiran (keberadaan) AP. Daerah yang luas pada kain dapat disaring dengan menekan kain atau sprei melawan ukuran kertas penyaring yang basah dan kemudian menggunakan kertas penyaring untuk tes-tes praduga (presumtimptive). Sebagai kemungkinan yang lain pencarian sistematik dapat dilakukan pada semua wilayah dari kain di bawah pengujian untuk membantasi lokasi air mani dengan masing-masing pengujian berurutan (Safertein 2001). Prostate specific antigen diketemukan pada tahun 1970an dan dapat menunjukkan nilai forensik dengan mengidentifikasi suatu protein dengan nama p30 yang nyata menunjukkan 30.000 bobot molekuler (Sensabaugh 1978). p30 pada permulaannya adalah gagasan yang unik untuk cairan semen walaupun hal ini dilaporkan mempunyai tingkat yang rendah pada susu ibu (Yu and Diamandis 1995) dan cairan-cairan yang lain (Diamandis and Yu 1995). Macam-macam PSA pada tingkatan rata-rata mulai 300-4.200ng/mL pada cairan mani (Shaler 2002). Seratec (Goettingen, German) dan diagnosa Abacus (West Hills, CA) menandai PSA/p30 perangkat uji yang sama untuk menguji kehamilan sederhana dan yang mungkin digunakan untuk identifikasi forensik cairan mani (Hochmeister et al. 1999, Simich et al. 1999). 3.3 Observasi langsung Sperma

Kebanyakan laboratorium forensik meneliti spermatozoa sebagai bagian dari konfirmasi kehadiran mani dalam suatu contoh evidentiary. Metode yang lazim digunakan adalah metode membuktikan air mani yang telah mengering dari kain atau dari kulit manusia dengan de-ionisasi kain penyeka yang dilembabkan (kain penyeka yang dilembabkan dengan deionisasi). Bagian sel-sel yang akan dipulihkan diletakkan dalam slide mikroskop dan tetap berada di atas slide. Sel-sel yang akan diperiksa diwarnai dengan pewarna Christmas Tree terdiri dari aluminium sulfat, nuclear fast red, picric acid, dan indigo carmine (Shaler 2002). Slide pewarna diuji di bawah cahaya mikroskop untuk sel-sel sperma dengan bentuk kepala dan ekor yang panjang. Christnas Tree memberi tanda warna pada ujung kepala sperma dengan warna merah menyala atau merah muda, sedangkan ekor kepala sperma dengan warna merah tua, separuh potongan separmatozoa berwarna biru, dan warna ekornya hijau kenuningan (Shaler 2002). John Herr dari Universitas Virginia mengembangkan beberapa pewarnaan sperma dengan tanda pijar pada bagian kepala dan ekor spermatozoa dengan spesifik antibodi sperma dan dengan demikian membuat lebih mudah untuk mengamati sel-sel sperma dalam kehadirannya pada kelebihan sel-sel epithelial wanita. 3.4 Deteksi Warna Air Liur Analisa uji praduga digunakan untuk mengindikasikan kehadiran air liur, yang secara khusus sangat sulit dilihat dengan mata telanjang. Dua metode test biasa untuk mengestimasi tingkat amylase dicontoh forensik termasuk Phadebas test dan test difusi radial tepung yodium (Shaler 2002). Warna air liur mungkin ditemukan pada bekas gigitan, putung rokok, dan alat bekas minum (Abaz et al. 2002). Pendekatan biologi molekuler menggunakan turunan bagan RNA juga diambil untuk mengembangkan sensifitas dan spesifik test untuk macam-macam cairan tubuh termasuk air liur (Juusola and Ballantyne 2003). Begitu juga test biologi molekuler harus bisa digunakan sebagai test untuk menguji kandungan logam pada darah, air mani, air liur secara bersama-sama dengan kepekaan dan keakuratan yang tinggi. IV. ANALISIS SEROLOGI FORENSIK 4.1 Analisis Darah pada Serologi Forensik

Setelah sediaan serologi dapat dideteksi dari barang bukti di tempat kejadian perkara maka selanjutnya akan di bawake laboratorium untuk di analisis. Berikut ini akan disajikan sebuah bagan khas dari analisis pada bercak darah. Darah diproses dengan analisis RFLP/VNTR. Jika sampel terlalu sedikit atau tidak memenuhi syrat untuk RFLP, sebuah analisis DNA/PCR dilakukan. Jika analisis RFLP/VNTR memberikan hasil yang jelas, data mungkin akan dimasukkan dalam National DNA Database yang dilakukan oleh Federal Bureau of investigation

Gambar 1. Bagan Analisis Darah pada Forensik Serologi.

4.2 Ragu Paternitas

Dalam kasus yang ada kaitannya dengan faktor keturunan, hukum Mendel memainkan peranan penting. Semua sistem golongan darah diturunkan dari orang tua kepada anaknya sesuai hukum Mendel. Walaupun masih ada kemungkinan penyimpangan hukum tersebut, misalnya pada peristiwa mutasi, namun karena frekuensinya sangat kecil (1:1.000.000) untuk kasus-kasus forensik hal ini dapat di abaikan. Hukum Mendel untuk sistem golongan darah adalah sebagai berikut: Antigen tidak mungkin muncul pada anak, jika antigen tersebut tidak terdapat pada salah satu atau kedua orang tuanya. Orang tua yang homozigotik pasti meneruskan gen untuk antigen tersebut kepada anaknya. (Anak dengan golongan darah O tidak mungkin mempunyai orang tua yang bergolongan darah AB) Pada manusia dikenal bermacam-macam sistem golongan darah yang antigennya terletak di permukaan sel darah merah, misalnya sistem ABO, Rhesus, MNS, Kell, Duffy, Lutheran, Lewis, Kidd, P, Sekretor/ Non Sekretor, Antigen Limposit Manusia (HLA) dan lain-lain. Selain itu dikenal pula antigen-antigen yang terdapat di luar sel darah merah, misalnya sistem Gm, Gc, Haptoglobin (Hp), serta sistem enzim misalnya fosfoglukomutase (PGM), adenilate kinase (AK), pseudokholineterase (PCE/PKE), adenosine deaminase (ADA), fosfatase asam eritrosit (EAP), glutamate piruvat transaminase (GPT), 6- fosfo glukonat dehidrogenase (6 PGD), glukose 6 fosfatase dehidrogenase (G6PD), yang terdapat dalam serum. Pada kasus paternitas, bila hanya sistem ABO, MNS dan Rhesus yang diperiksa, maka kemungkinannya adalah 50-60%, sedangkan bila semua sistem diperiksa maka kemungkinannya meningkat menjadi > 90%. Perlu diingat bahwa hokum Mendel tetap berdasarkan kemungkinan (probabilitas), sehingga penentuan keayahan dari seorang anak tidak dapat dipastikan, nanmun sebaliknya kita dapat memastikan seseorang adalah bukan ayah seorang anak (singkirkan ayah/paternity exclusion)

CONTOH-CONTOH KASUS

Bayi tertukar Dilakukan pemeriksaan sistem golongan darah dari bayi serta kedua orang tuanya. Bayi I A Pria Wanita O O Bayi II O AB O

Jelas bayi II adalah anak dari pasangan I, sedangkan bayi I adalah anak pasangan II. Bayi I AB Pria Wanita A B Bayi II A AB O

Jelas bayi I adalah anak pasangan I, tidak mungkin sebagai anak pasangan II, sedangkan bayi II adalah anak dari pasangan II, walaupun pasangan I mungkin saja mempunyai anak bergolongan darah A. Ragu Ayah Dalam kasus ini siapa ayah yang sebenarnya dari seorang anak masih diragukan. Golongan darah Bayi Ibu Pria I Pria II Pria III B MNS Rhesus + A MNS Rhesus + AB MNS Rhesus + O MNS Rhesus + A MNS Rhesus +

Pria I tidak dapat disingkirkan kemungkinan menjadi ayah si anak, sedangkan pria II dan pria III pasti bukan ayah anak tersebut. Ayah yang curiga si anak bukanlah anaknya yang sejati Golongan darah Anak Ibu ayah O MNS Rhesus + A MNS Rhesus + B MNS Rhesus +

Anak tersebut pasti bukan anak dari ayah tersebut. Demikian pula kasus-kasus lainnya dapat dibantu penyelesaiannya dengann cara yang sama seperti di atas. 4.3 Analisis Semen pada Forensik Serologi

Gambar 2. Bagan Analisis Semen pada Forensik Serologi Bagan di atas adalah sebuah analisis sampel semen dari kasus yang melibatkan kejahatan seksual. Semen diproses dengan analisis RFLP/VTNR, sama seperti pada kasus yang melibatkan cucuran darah. Pada contoh ini, digolongkan dengan menggunakan sebuah presumtive test untuk enzim asam phosphatase, dimana sering ditemukan dalam jumlah yang besar dalam semen manusia. Jumlah dari semen ini juga dapat digolongkan dengan jumlah dari sel sperma yang dideteksi. Jika sampel terlalu kecil atau tidak memenuhi

syarat untuk RFLP, sebuah analisis PCR dilakukan. Jika analisis RFLP/VNTR memberikan hasil yang jelas, data mungkin akan diimasukan dalam National DNA Database,dilakukan oleh Federal Bureau of investigation

V. ANALISIS SEROLOGI DAPAT DIAPLIKASIKAN PADA BANYAK TIPE SEL

DALAM CAIRAN TUBUH Darah mengandung komponen sellular dan cairan. Komponen sellular meliputi seldarah merah (eritrosit),sel darah putih (leukosit), dan platelet (trombosit). Sel darah merah dikelilingi oleh membrane yang mengandung antigen gol darah yang mana dapat mengambil bagian pada reaksi ikatan spesifik antigen- antibodi. Antigen seperti ABO, Mn, Kell, Duffy, & Kidd ditemukan pada membran sel darah merah & dapat digunakan untuk menyusun sebuah profil tipe darah. Sitoplasma mengandung hemoglobin, dan protein isoenzym seperti PGM (Phosphoglucomutase), Ak (Adenylate kinase) dan EAP (Erythrocyte acid phospatase). Isoenzym didefenisikan sebagai bentuk multiple dari enzym tunggal. Sel darah merah yang matur kehilangan nukleusnya.: hampir semua sel darah merah yang beredar tidak mempunyai nukleus, oleh karena itu, juga tidak mempunyai DNA. Disisi lain, sel darah putih menahan nukleus mereka menyambung masa hidupnya. Ada 200,00 sampai dengan 300,000 sel darah merah pada tetesan darah, dan kasarnya, ada 4,000 sel darah putih yang ditemukan per microliter (1 juta dalam 1 liter) darah. Sel darah putih adalah sumber utama DNA pada cairan dan darah kering. Pada skenario kasus, sampel darah diambil dari korban & tersangka. Sampel darah ini akan di analisa dan hasilnya dibandingkan untuk dianalisa bentuk pada bukti. Darah tidak hanya sebagai cairan biologikal atau lumbung jaringan atau peninggalan jejak kejahatan. Cairan tubuh menggambarkan kontibusi signifikan untuk material kasus kejahatan. Misalnya saja cairan mani yang seringmenjadi bagian dari kasus perkosaan. Kulit & jaringan lainnya meninggalkan banyak waktu pada kasus pukul & lari. Sel epitel menumpuk pada licked stamps, puntung rokok, amplop, kunyahan permen karet. Materi fetal seperti kord, kord darah, & jaringan fetal berasal dari fetus yang diaborsi. Pada skenario kasus, bukan hanya noda darah yang diambil, tetapi juga cairan mani dari korban. Cairan vagina mungkin tersisa pada penis tersangka dan sel kulit pada bagian dalam topi yang ditinggalkan tersangka pada kasus dikumpulkan juga.

Puntung rokok, amplop, kunyahan permen karet, dan objek lainnya yang mana mungkin mengandung saliva disetujui untuk PCR (reaksi ikatan polimerase)/ analisis DNA & pengelompokan ABO. Tipe ABO dapat dilihat dari sampel saliva pada orang yang mengeluarkan antigen ABO pada cairan tubuh mereka. Orang- orang ini disebut sekretor, dan terdiri dari 80% populasi. Sisanya 20% disebut nonsekretor yang mengeluarkan sangat kecil dari jumlah anigen dalam cairan tubuh mereka. Satu yang dikerjakan dengan relatif jumlah besar saliva untuk memperoleh sebuah tipe ABO. Saliva mengandung material selular dan ini dapat digolongakan oleh analisis DNA. Jumlah saliva yang terdapat pada item mungkin sangat rendah. Amplop, perango, dan kunyahan permen karet menggambarkan serologi dengan jumlah kecil material selular. Proses PCR kemudian menjadi metode pilihan untuk menentukan tipe genetik. Karena hanya sedikit sel yang dibutuhkan untuk analisis. Hapusan pada lubang mulut, khususnya hapusan dalam mulut didekat pipi, memberikan lebih dari cukup sel dan DNA untuk serologi untuk menggambarkan tipe DNA. Ini dapat menjadi alternatif untuk gathering kontril oleh venipuncture. Bukti rambut adalah satu dari sekian banyak bukti yang umum. Ada banyak kontroversi tentang penggunaan rambut dalam analisa forensik. Banyak laboratorium yang memiliki potongan bagian untuk menganalisa rambut, tetapi yang lainnya tidak mempunyai fasilitas untuk pemeriksaan dan perbandingan mikroskopik dari rambut. Perbandingan mikroskopik telah menjadi tes uji pilihan dan nilai dari pemeriksaan ini adalah hal yang mendasari perkiraan pemeriksa, bahwa pemeriksaan ini sangat jarang mempunyai pembanding yang sama. Terkadang, kerusakan rambut yang terlepas dengan jaringan atau akarnya ditemukan di tempat kejadian. Kepingan jaringan adalah bagian dari folikel rambut yang berasal dari tempat dimana rambut tersebut tumbuh. Kepingan tersebut seringkali terlihat dengan mata telanjang atau juga dibawah mikroskop. Apabila kepingan tersebut ditemukan, para ahli serologi mungkin menambahkan beberapa tes tambahan pada protokol pemeriksaan mikroskopik rambut. Phosphoglucomutase (PGM), adenylate kinase (Ak), glyoxalase (GLO), dan beberapa isoenzim lainnya yang dapat dideteksi dalam sampel rambut dengan potongan jaringan. Dalam kasus tiruan, rambut adalah benda yang paling sering dijadikan barang bukti. Pertama, perbandingan mikroskopik dari rambut dalam kasus dapat dijadikan standar rambut untuk mengetahui kemungkinan asal dari rambut itu. Walaupun rambut manusia tidak dapat diasosiasikan dengan individual lainnya secara mikroskopis. Namun,

25 dari 30 sampel standar dari 4 area di kepala akan dikumpulkan dari semua individu di dalam kasus ini, dimana rambut di kepala itu berbeda warna dan bervariasi. Rambut pubis dapat digunakan untuk mengklasifikasi, tetapi rambut pada tubuh seperti pada lengan dan kaki tidak cocok untuk pemeriksaan mikroskopik. Tergantung pada individu itu sendiri, karakteristik dari tiap tiap rambut dapat diasosiasikan dengan individu yang spesifik dalam kasus ini. Rambut dapat diproses untuk genetik marker. RFLP/DNA, tipe analisa DNA yang sering digunakan, dapat memperlihatkan bahwa kepingan jaringan sudah cukup. sehelai rambut dan sebuah kepingan jaringan dapat mengandung sebanyak 100 500 ng dari DNA. Baru baru ini, beberapa teknik PCR telah digunakan dengan kesuksesan yang sempurna dengan menggunakan akar rambut dan kepingan jaringan kecil. Proses PCR adalah teknik dengan keakuratan yang sangat tinggi digunakan oleh para analisa untuk mengkopi atau menjelaskan sejumlah DNA yang ada dalam sapel yang sedikit. DNA mitokondria (mtDNA) berlokasi di beberapa tingkatan dalam helai rambut tersebut. Dengan menggunakan mtDNA untuk mengkategori rambut berpotensial untuk dipakai menganalisa sejumlah besar point untuk melengkapi individualisasi. Proses PCR dan mtDNA akan dijelaskan kemudian. Sampi saat ini, tulang dan gigi merupakan jejak untuk individualisasi hanya selama ada usaha darii anthropologi forensik. Saat peristiwa, bila tulang masih utuh, tipe antigen ABO mungkin dilakukan. Dengan menggunakan PCR dan analisa mtDNA, akar gigi dan sumsum tulang dapat menghasilkan informasi substansi genetik untuk penyidik. Material tulang dan gigi dapat diidentifikasi beberapa tahun setelah jaringan tubuh lunak didegradasi. The Armed Forces Institute of Pathologi (AFIP) menggunakan mtDNA dari tulang dan gigi untuk identifikasi personal angkatan perang yang ditemukan di Asia Tenggara dalam Perang Vietnam 25 tahun yang lalu. Identifikasi serupa juga dilaksanakan pada jenazah Tzar Nicholas Romanov dan keluarganya yang dieksekusi oleh Bolsheviks tahun 1918. Feses mempunyai sedikit nilai bukti. Beberapa peneliti melaporkan bahwa analisis DNA/PCR dapat dilakukan pada feses dan sample muntahan. Feses dan muntahan mempunyai sel dan debris seluler dalam jumlah besar. Kuku jari tangan (fingernail) sudah mulai diselidiki sebagai sumber jaringan untuk DNA typing. Hasil awal menunjukkan penggunaannya untuk analisis DNA/PCR mudah dilakukan karena kikisan kuku dan kuku yang patah di kejadian kejahatan. Kuku jari

tangan adalah suatu jaringan seperti halnya rambut dimana mempunyai banyak unsur yang sama. Keringat tidak mempunyai banyak komponen seluler. Nilainya dalam uji forensik susah dipahami.

Anda mungkin juga menyukai