Anda di halaman 1dari 2

Praktikum ke-4 MK Sosiologi Umum ( KPM 130 )

Hari/Tanggal : Senin/5 Maret 2012 Ruangan U 1.02 Bacaan I:

STRUKTUR INTERAKSI KELOMPOK ELIT DALAM PEMBANGUNAN Penelitian di Tiga Desa Santri
Oleh : Sunyoto Usman Bacaan II:

Tolong Bantu Pebaiki Pertanian Kami


Oleh : Muhammad Syaifulloh Oleh : Muhammad Syaifullah Dewi Maya Sari Sihombing / C24110051 Asisten Bernardine Anita W/F24090072

Resume I : Kelompok elit yang biasa diartikan dalam kehidupan sehari-hari berbeda dengan kelompok elit dalam sosiologi. Elit dalam sosiologi didefinisikan sebagai anggota suatu kelompok kecil dalam masyarakat yang tergolong disegani, dihormati, kaya seta berkuasa. Kelompok elit adalah orang-orang yang memiliki kemampuan mengendalikan aktivitas perekonomian dan sangat dominan mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Kelompok masyarakat miskin digolongkan ke dalam kelompok mayoritas, sedangkan kelompok elit digolongkan ke dalam kelompok minoritas superior. Ada dua pendapat tentang kelahiran kelompok elit dalam masyarakat. Pertama, mereka adalah orang yang dipilih Tuhan dengan talenta yang berlebih. Kedua, mereka berasal dari kompleksitas organisasi sosial. Di pededesaan, kelompok elit adalah orang-orang yang berpengaruh terhadap ekonomi dan pemerintahan daerah. Ada tiga macam pendekatan yang digunakan untuk mengindetifikasi kelompok elit, yaitu : positional approach, reputational approach, decisonal approach. Kelompok elit dalam pedesaan juga termasuk kalangan petani yang kaya. Untuk perkembangan kondisi pedesaan, kelompok elit di pedesaan harus saling bekerja sama untuk saling membantu masyarakat yang kurang mampu. Oleh karena itu diadakan penelitian kelompok elit di tiga desa santri. Untuk menerangkan struktur interaksi kelompok elit dalam akomodasi proyek pembangunan pedesaan digunakan analisis jaringan.

Informasi yang diperoleh dari pembacaan data adalah hampir semua anggota kelompok elit saling berinteraksi, derajat integrasi elit pada jaringan interaksinya cukup bervariasi, jumlah klik di masing masing desa yang terpilih sebagai lokasi, kategori peranan elit dalam jaringan bervariasi. Ada satu hal yang mengusik dari penelitian tersebut, yaitu kelompok elit Pamong desa (yang menempati jabatan formal) ternyata memiliki angka tertinggi baik dalam koneksi maupun integrasi. Resume II : Telah terjadi pengurangan lahan hutan TN Kutai akibat tidak jelasnya perbatasan wilayah hutan TN Kutai dengan wilayah pemukiman masyarakat. Selain itu juga terjadi penebangan pohon secara massal yang dilakukan masyarakat di hutan TN Kutai. Oleh karena itu, Ade Suharso, Kepala Seksi KOnservas TN Kutai melakukan pertemuan antara beberapa jagawana dan tokoh masyarakat di Kondolo yang diikuti Kompas pertengahan September. Pertemuan itu berjalan dengan baik tanpa ada rasa permusuhan diantara mereka. Kepala Dusun mengungkapkan bahwa warga terpaksa membuka hutan untuk mempertahankan hidup mereka. Umumnya mereka bukan pencari kayu untuk dijual, tetapi untuk membuat kayu arang. Mata pencaharian mereka yang sebenarnya adalah sebagai petani. Saat ini mereka tidak dapat bertani lagi karena terjadi kekeringan dan serangan hama tikus. Itulah penyebab masyarakat terpaksa menjadi pembuat kayu arang dari hutan. Oleh karena itu, Pak Ade Suharso sendiri menyatakan akan mengusahakan untuk membantu memecahkan masalah mereka dengan mengusahakan melakukan penyuluhan pertanian di daerah mereka. Seusai petemuan tersebut, para jagawana segera pergi dari daerah tersebut karena takut akan terjadi keributan dengan warga. Seperti kejadian penghadangan oleh masyarakat saat akan ada acara penghijauan di daerah tersebut yang dipimpin oleh Kepala Balai TN Kutai Tonny Suhartono. Menurut Ade Suharso, hal tersebut terjadi karena kurang baiknya komunikasi dengan warga sekitar dan pemerintah daerah. Kemiskinan dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan masyarakat menyebabkan terjadinya kericuhan masyarakat terhadap pemerintah daerah. Maka masyarakat tidak bisa disalahkan sepenuhnya dalam kasus ini. Soal kasus pembagian lahan oleh Kepala Desa Teluk Pandan kepada masyarakat sekitar juga telah terbukti oleh pengakuan seorang warga baru di kawasan tersebut. Ini disebakan pemerintah yang tidak member kepastian perbatasan di kawasan hutan TN Kutai. Masalah ini diharapkan dapat diselesaikan dengan baik secepatnya agar tidak terjadi kericuhan dengan masyarakat lagi.

Anda mungkin juga menyukai