Anda di halaman 1dari 52

TUGAS BUSINESS ETHIC AND CORPORATE GOVERNANCE Resume Jurnal

Mattel, Inc: Global Manufacturing Principles (GMP)


Sebuah Analisis Daur-Hidup dari Kode Perusahaan Berbasis Perilaku di Industri Mainan Hidup
[Journal Of Business Ethics (2011) 99:483 99:483-517 DOI 10.1007/s10551-010-0673 0673-0]

S.PrakashSethi EmreA.Veral H.JackShapiro OlgaEmelianova

Dosen: DR.Rina Astini, S.E., M.M.

Oleh: INDRA GUNAWAN 55 1111 200 45

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Magister Manajemen

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA


2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Selama kurang lebih 20 tahun terakhir, perusahaan-perusahaan multinasional (MNCs-Multinational corporations) telah dihadapkan dengan tuduhan

penyalahgunaan kekuatan pasar dan tidak adil serta tidak etis dalam melakukan bisnis terutama yang berkaitan dengan operasi mereka di luar negeri dan manajemen rantai pasokan (Supply Chain Management).

Tuduhan-tuduhan tersebut meliputi antara lain: eksploitasi pekerja dalam hal upah rendah, jam kerja berlebihan, lingkungan kerja tidak aman, polusi serta pencemaran udara, air, tanah dan sumber daya alam, juga merusak kemampuan pemerintah untuk melindungi kesejahteraan warga negara mereka. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan-perusahaan multinasional tersebut merespon tuduhan ini dengan menciptakan kode etik sukarela yang mereka buat dengan standar tertentu.

Kode-kode ini dibuat baik pada industri-secara luas maupun tingkat perusahaan individu. Sayangnya, kode-kode ini ini hanya menghasilkan sedikit kredibilitas dan kepercayaan publik karena klaim kepatuhan mereka tidak dapat diverifikasi secara independen, dan mereka tidak memiliki transparansi dan keterbukaan penuh kepada publik.

1.2 Masalah yang diteliti Studi kasus ini memberikan rincian bagaimana sebuah kode etik sukarela suatu perusahaan diciptakan, dilaksanakan, dan akhirnya ditinggalkan selama periode sekitar kurang-lebih 9 tahun. Ini dimulai sebagai tanggapan yang sangat inovatif atas keprihatinan sosial dan menantang janji industri mainan atas kode kepatuhan, yang jarang, jika pernah, secara independen diverifikasi dan dilaporkan secara
Page | 1

terbuka. Selain itu, situasi ini tidak terbatas pada industri mainan, tapi endemik pada industri lainnya dimana perusahaan-perusahaan jangka panjang multinasional besar telah sistem

menetapkan outsourcing

rantai pada

pasokan ekonomi

dan

mengoperasikan untuk

negara-negara

berkembang

mengambil

keuntungan dari upah buruh murah dan longgarnya standar penegakan kondisi kesehatan, keselamatan, polusi dan perlindungan lingkungan lainnya.

Page | 2

BAB II TINJAUAN MASALAH

2.1 Terbentuknya prinsip-prinsip manufaktur global Kekhawatiran publik tentang eksploitasi pekerja dan degradasi lingkungan muncul bersamaan dengan perluasan sistem outsourcing dan produksi di negara-negara berkembang di mana kemiskinan, tenaga kerja berlimpah, dan kebutuhan untuk penciptaan lapangan kerja belum pernah terjadi sebelumnya pada perusahaan tinggi ke

multinasional besar untuk mengalihkan produksi dari negara ber-upah negara ber-upah rendah.

Dimulai dengan keluhan terisolasi dari organisasi masyarakat sipil, kelompok hak asasi manusia, dan tenaga kerja terorganisir di pertengahan tahun delapan puluhan, gerakan anti-sweatshop menjadi kekuatan besar di awal tahun sembilan puluhan di Amerika Serikat, Kanada, Eropa, dan negara industri maju lainnya. Perusahaan global berada di bawah tekanan untuk mengoperasikan pabrik dengan kondisi kerja yang melanggar hak asasi manusia dan hukum tenaga kerja dalam hal upah dan kondisi kerja. Kasus-kasus eksploitasi pekerja dan pekerjaan pekerja di bawah umur yang semakin meluas.

Sebagai contoh, Pulau Saipan di Pasifik Selatan, serangan protes pertama terjadi pada perusahaan yang dikarakterisasi sebagai perusahaan padat karya dan relatif sederhana dengan modal pengeluaran yang relatif kecil. Namun, gerakan protes ini segera dapat diredam oleh industri-industri yang berteknologi tinggi, di mana pencemaran lingkungan menjadi perhatian utamanya. Levi Strauss & Co dituduh mempekerjakan tenaga kerja di bawah umur' (Schoenberger, 2000). Di Indonesia, Nike dikecam karena perlakuannya terhadap pekerja miskin. Asian American Free Labor Institute-Indonesia (AAFLI) ditunjuk oleh Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) untuk melakukan studi yang berkaitan dengan pengobatan pekerja di Timur dan Asia Tenggara. Studi ini menemukan bahwa Nike membayar upah yang
Page | 3

rendah kepada pekerja pabrik. Hal ini menyebabkan kampanye internasional melawan kondisi sweatshop di pabrik Nike (NBOER, 2004). Levi mendirikan kode perilaku tahun 1991 setelah skandalnya diekspos oleh media (Levi Strauss & Co). Hal ini diikuti oleh Nike, yang juga membentuk kode etik sukarela pada tahun 1992. Kepedulian yang sama diungkapkan terhadap perusahaan lain dan menjadi objek dari penolakan publik. Kelompok lain menemukan bahwa Kathy Lee Gifford, seorang pembawa acara talk show dan selebriti, memiliki toko pakaian yang dibuat dengan cara sweatshop. Nama-nama besar dalam industri pakaian itu seperti Wal-Mart, Kmart, Gap, dan yang lainnya terlibat dalam keuntungan dari sweatshop- seperti operasi industri manufaktur. Mengingat hal yang sangat dikenali dari merek ini, Organisasi buruh internasional dan Hak Asasi Manusia meluncurkan kampanye

melawan permasalahan ini dan perusahaan lain. Presiden Clinton membentuk Kemitraan Industri Pakaian Gedung Putih pada bulan Agustus 1996 sampai akhir sweatshop (Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, 1997). Organisasi seperti Komite Buruh Nasional (NLC), Fair Labor Association (FLA), Serikat Mahasiswa Terhadap Sweatshops (USAS), dan Kampanye Hak Buruh (CLR) terlibat dalam menyuarakan pelanggaran tenaga kerja (La Botz, 2007).

2.2 Terbentuknya kode etik Mattel,Inc Pada November 1997, Mattel mengumumkan penciptaan kode etik global untuk fasilitas produksinya dan para produsen kontraknya. Disebut Prinsip-prinsip manufaktur global (GMP-Global Manufacturing Principles), kode tersebut meliputi beberapa hal seperti upah dan jam kerja, pekerja anak, kerja paksa, diskriminasi, kebebasan berserikat, hukum dan praktek etika bisnis, keamanan produk dan kualitas produk, perlindungan lingkungan,dan penghormatan terhadap budaya lokal, nilai, dan tradisi.

Pada saat pengumuman GMP, Mattel adalah produsen mainan terbesar di dunia. Dengan pendapatan tahunan $ 4,5 miliar, perusahaan ini adalah pemimpin dunia dalam desain, manufaktur, dan pemasaran mainan anak-anak. Berkantor pusat di El Segundo, California, Mattel memiliki kantor di 36 negara dan memasarkan produknya di lebih dari 150 negara di seluruh dunia.

Page | 4

2.3 Krisis di Mattel Sejalan dengan industri pakaian dan alas kaki, industri mainan juga telah mengambil langkah-langkah untuk merespon kekhawatiran publik berkaitan dengan sweatshop, seperti kondisi dan eksploitasi pekerja di pabrik manufaktur mainan di China dan negara-negara berkembang lainnya. Upaya ini cukup mirip dengan industri lain dalam menciptakan kode etik dengan luar biasa tetapi belum cukup tanpa upaya untuk meningkatkan pembaruan dan memonitor kondisi kerja sebenarnya di pabrikpabrik tersebut.

Krisis pada Mattel terjadi pada 17 Desember 1996 (Barboza dan Story, 1997; NYT,
1997). Perusahaan diketahui dari

laporan investigasi yang ditayangkan oleh

program berita NBC pada tanggal 17 Desember 1996. Sebuah pabrik yang memproduksi mainan untuk Mattel di Indonesia ditemukan telah mempekerjakan pekerja di bawah umur yang juga bekerja berjam-jam dan melakukan lembur berlebihan. Meskipun pihak Mattel membantah beberapa temuan laporan hasil investigasi, Pihak Mattel juga menyadari bahwa ia harus memberikan respon yang lebih berarti dalam hal tindakan korektif.

Perusahaan mungkin harus merespon lebih tegas, dan bahkan mengambil tindakan radikal, ketika mereka dihadapkan dengan krisis eksternal, yang memiliki potensi yang berdampak negatif pada operasi bisnis inti mereka dan penurunan reputasi perusahaan. Atas pengertian itulah, Hasilnya adalah penciptaan GMP Mattel.

2.4 GMP Mattel Prinsip-prinsip manufaktur global yang dibentuk oleh Mattel menetapkan standar untuk setiap fasilitas manufaktur produk di setiap lokasi produksi. Kompromi bukanlah suatu pilihan. Upah dan jam: Semua pabrik Mattel dan vendor harus mengatur jam kerja, upah, dan uang lembur yang disesuaikan dengan hukum yang mengatur dimana pabrik manufaktur beroperasi. Pekerja harus dibayar setidaknya dengan upah minimum daerah sesuai yang ditetapkan hukum atau upah yang memenuhi standar industri lokal. Ketika lembur diperlukan, pabrik-pabrik Mattel dan vendor harus beroperasi dengan membatasi yang menjamin hak hak asasi

manusia, aman, dan kondisi kerja produktif. Lembur, jika diperlukan harus dibayar
Page | 5

sesuai dengan aturan hukum setempat. Pekerja di bawah umur: Tidak ada yang berusia di bawah 16 atau di bawah batasan usia secara hukum dapat diijinkan untuk bekerja di fasilitas yang memproduksi produk Mattel. Singkatnya, Mattel

menciptakan produk untuk anak-anak di seluruh duniabukan untuk mempekerjakan anak-anak.

Mattel mendorong penciptaan program magang terkait dengan pendidikan formal bagi pelajar selama siswa tidak dimanfaatkan atau ditempatkan pada situasi yang membahayakan kesehatan atau keselamatan.

Diskriminasi: Diskriminasi dalam bentuk apapun tidak ditoleransi oleh Mattel. Ini adalah keyakinan bahwa individu harus dipekerjakan berdasarkan kemampuan mereka dalam melakukan pekerjaan, bukan atas dasar karakteristik individu atau keyakinan. Kita menolak untuk melakukan bisnis dengan setiap produsen atau pemasok yang mendiskriminasikan baik dalam perekrutan atau praktek kerja. Kebebasan berserikat: Mattel berkomitmen untuk mematuhi semua hukum dan peraturan setiap negara di mana kita beroperasi. Kami mengakui hak semua karyawan untuk memilih (Atau tidak) untuk berafiliasi dengan organisasi secara hukum atau asosiasi tanpa melanggar hukum. Kondisi kerja: Di Semua pabrik Mattel, fasilitas dan mitra bisnis harus memberikan kerja yang aman bagi lingkungan kerja mereka. Fasilitas harus terkait dalam upaya termasuk: Mematuhi semua aturan hukum setempat yang berlaku mengenai sanitasi dan perlindungan terhadap risiko atau aturan Mattel sendiri secara ketat. Menjaga pencahayaan atau ventilasi yang tepat. Menjaga semua akses di setiap saat. Menjaga dan merawat semua mesin. Menyimpan atau membuang bahan berbahaya secara bijaksana dan bertanggung jawab serta memiliki fasilitas medis darurat dan tanggap evakuasi yang sesuai untuk karyawannya. Tidak pernah menggunakan hukuman fisik atau bentuk lain dari fisik atau paksaan secara psikologis pada setiap karyawan.

Page | 6

Hukum dan praktek etika bisnis: Mattel akan mendukung mitra bisnis yang berkomitmen untuk menerapkan standar etika yang kompatibel dengan kita sendiri. Minimal, semua mitra bisnis Mattel harus sesuai dengan hukum lokal dan nasional di negara dimana mereka beroperasi. Selain itu, semua mitra bisnis kami harus menghormati pentingnya semua hak paten, merek dagang, hak cipta dari produk kami dan lain-lain dan mendukung kami dalam perlindungan aset-aset berharga. Keamanan dan kualitas produk: Di semua manufaktur Mattel, mitra bisnis kami harus memiliki komitmen untuk keamanan dan kualitas produk dan harus sesuai dengan praktek yang diperlukan untuk memenuhi standar ketat kami. Standar keselamatan dan kualitas Lingkungan: Mattel Inc, hanya akan bekerja dengan produsen atau pemasok yang mematuhi semua hukum dan peraturan yang berlaku dan berbagi komitmen untuk lingkungan. Bea Cukai: Karena sifat global bisnis dan sejarah kepemimpinan kami di daerah ini, Mattel menegaskan bahwa seluruh mitra bisnis harus menjaga ketat kepatuhan

terhadap semua hukum adat setempat dan internasional. Mitra bisnis kami harus mematuhi semua peraturan impor dan ekspor. Evaluasi dan pemantauan: Mattel berkomitmen untuk memastikan bahwa semua fasilitas manufaktur produk kami memenuhi standar GMP kami dan kami akan mengaudit semua fasilitas untuk memastikan kepatuhan. Secara konsisten, kita bersikeras bahwa semua fasilitas manufaktur memberikan kami: Akses penuh untuk inspeksi oleh Mattel atau pihak ditunjuk oleh Mattel. Akses penuh ke laporan-laporan yang akan memungkinkan kita untuk menentukan tindakan sesuai dengan prinsip kami. Sebuah pernyataan tahunan kepatuhan terhadap GMP kami yang

ditandatangani oleh petugas dari pabrik atau manufaktur. Penerimaan dan kepatuhan terhadap GMP Mattel merupakan bagian setiap perjanjian kontrak yang ditandatangani oleh semua a bisnis kami.

Kepatuhan: Prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk membuat dan mendorong praktekpraktek bisnis manufaktur yang bertanggung jawab di seluruh dunia - bukan sebagai pedoman hukum. Kami berharap semua mitra bisnis kami dapat memenuhi prinsipprinsip ini secara berkelanjutan. Pada saat yang sama, kami mengharapkan dapat

Page | 7

bekerja dengan mereka dan melakukan perubahan jika ada beberapa aspek dari prinsip-prinsip tersebut tidak dapat terpenuhi.

Jika Mattel menemukan bahwa salah satu fasilitas manufaktur atau vendor telah melanggar prinsip-prinsip ini, kami akan mengakhiri hubungan bisnis kami atau memerlukan fasilitas untuk melaksanakan rencana tindakan korektif. Jika tindakan korektif yang disarankan tetapi tidak diambil, Mattel akan segera mengakhiri produksi dan menangguhkan penempatan kerja sama di masa yang akan datang.

Page | 8

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan melalui audit dimana para penulis jurnal ini (peneliti) terlibat langsung dalam pelaksanaannya dengan terlebih dahulu melakukan pembentukan Dewan Independen Pemantau Mattel/Mattel Independent Monitoring Council

(MIMCO), prekursor ke Pusat Internasional untuk Akuntabilitas Perusahaan/ International Center for Corporate Accountability (ICCA). Dewan terdiri atas tiga anggota dengan Prof S. Prakash Sethi sebagai ketua, dan dua lainnya anggota yaitu Prof L. Murray Weidenbaum dan Rev Dr Paul F. McCleary. Mattel juga mendirikan gugus tugas dua, satu di El Segundo dan yang lainnya di Hongkong, yang bekerja dengan Sethi untuk membuat standar operasional. Dua gugus tugas itu terdiri lebih dari 50 manajer dan ahli teknis. Kelompok ini, bersama dengan MIMCO, bekerja selama 12 bulan operasional dan periode untuk menciptakan rincian standar

ukuran kinerja, dimana standar yang baru dirancang harus

memenuhi empat kriteria: a. Standar harus terukur dan obyektif kinerja. Dengan dalam mengukur dan mengevaluasi sesuai

kata lain, dua orang yang berbeda mengamati

dengan kriteria yang diberikan dan harus menarik kesimpulan yang sama. b. Mereka harus berorientasi pada hasil . Tidaklah cukup untuk menunjukkan seberapa uang yang dihabiskan atau kebijakan prosedur yang ada sebelumnya. Sebaliknya, manajemen pabrik diperlukan untuk menunjukkan bahwa ada kamar mandi begitu banyak per 100 pekerja, begitu luas kamar pekerja di asrama, dan bahwa tingkat cedera per 1000 pekerja per jam memenuhi standar industri. c. Minimal, standar ini harus memenuhi kriteria hukum yang diamanatkan oleh lingkungan hukum negara tempat pabrik berada.. Sebagai proposisi jangka panjang, Mattel harus berusaha untuk memiliki pabrik yang memenuhi atau melampaui praktek-praktek industri terbaik yang berlaku di daerah atau

lokasi tertentu.

Page | 9

d. Proses penetapan standar adalah dinamis dan interaktif. Standar kinerja harus terus berkembang berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari operasi yang ada, perilaku pesaing, dan keinginan perusahaan untuk terus membangun posisi kepemimpinannya. Selain itu, standar harus berevolusi untuk memenuhi harapan dan perubahan sosial karena data terbaru, perilaku pemain utama dalam industri, LSM masyarakat, opini publik, dan perilaku dari tuan rumah / pemerintah negara.

Produk akhirnya adalah penciptaan protokol audit , yang termasuk dalam daftar 75 halaman rinci untuk mengukur kondisi tiap-tiap pabrik Mattel dan vendor.

Selanjutnya akan dijelaskan dengan narasi audit pada bab IV

Page | 10

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Kerangka aturan audit eksternal

Dasar pemikiran aturan audit

MIMCO adalah bahwa Mattel akan menciptakan

sebuah organisasi audit mandiri yang akan bertanggung jawab dalam menjalankan audit kepatuhan GMP pabrik sendiri dan anak perusahaan sebagai vendor dan pemegang lisensi. MIMCO akan menjadi memverifikasi kualitas dan kebenaran audit yang dilakukan oleh pihak-pihak internal Mattel sendiri. Ini adalah perbedaan penting karena setiap kekurangan dalam pelaksanaan kepatuhan pabrik yang ditemukan oleh MIMCO juga akan berarti kegagalan pada Mattel dalam melaksanakan audit mandiri dan tanggung jawab pengawasan.

MIMCO membentuk siklus 3 tahun yang sistematis untuk memenuhi kewajibannya untuk audit eksternal. Siklus tahun pertama akan berkonsentrasi pada fasilitas Mattel. Ini akan mencakup semua fasilitas pabrik milik perusahaan dan pabrik lain di mana Mattel mengendalikan 100% dari output. Tahun kedua akan fokus pada sampel pabrik yang dimiliki dan dioperasikan oleh mitra strategis Mattel dan pemasok utama Mattel yang membeli 70% atau lebih dari output pabrik. Tahun ketiga dari siklus audit akan fokus pada statistik memilih sampel dari lapis kedua pabrik dari Mattel yang membeli antara 40 dan 70% dari output pabrik. Siklus audit akan diulang pada tahun ke-3. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap kelompok pabrik memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih dalam verifikasi audit di mana pabrik yang tidak memiliki pengetahuan sebelumnya akan dipilih sebagai prioritas. Setiap kelompok pabrik akan dikenakan audit MIMCO setiap 3 tahun sekali. Selain itu, MIMCO memiliki kebijaksanaan untuk memasukkan pabrik tambahan dalam sampel audit untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat tentang seberapa baik Mitra strategis Mattel dan pemasok utama adalah memenuhi persyaratan GMP.

Page | 11

4.2 Protokol Audit MIMCO MIMCO harus menciptakan audit protokol sendiri dan Audit instrumen. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa laporan audit MIMCO memberikan gambaran

yang komprehensif dan dapat dipublikasikan pada masyarakat luas secara adil, dan berisi gambaran kondisi di pabrik yang telah diaudit. Keempat unsur terdiri dari: Laporan kepatuhan manajemen; penggajian dan laporan-laporan kepersonaliaan; Pemeriksaan sistematis dari Pabrik dan Asrama, dan wawancara Pekerja. 4.3 Persiapan pra-audit Sebelum audit di tempat, ICCA secara resmi meminta informasi dari manajemen pabrik tentang praktek operasional pengelolaan sumber daya dan manusia. Laporan Kepatuhan Manajemen/Management Compliance Report (MCR), adalah standar dokumen yang berisi rincian informasi pada semua aspek dari operasional pabrik, sejauh mana manajemen sesuai dengan ketentuan GMP dan berbagai

rincian dari setiap kekurangan manajemen, serta rencana untuk tindakan perbaikan. ICCA juga mengkaji laporan dari semua audit mandiri yang dilakukan oleh Mattel, audit internal departemen.

4.4 Audit lapangan Maksud dari audit lapangan adalah untuk memastikan bahwa semua pekerja menerima upah untuk pekerjaan reguler dan lembur sebagaimana diamanatkan

oleh hukum; pabrik beroperasi dalam standar hukum dan GMP secara teratur dan pelaksanaan jam lembur, memberikan manfaat sebagai diamanatkan oleh hukum dan standar GMP. Audit lapangan terdiri empat kegiatan paralel, yang pertama adalah audit sampel yang dipilih secara acak dari file pekerja/personil dan catatan gaji. Auditor profesional kontrak yang memiliki pengetahuan luas tentang Cina, hukum perburuhan dan praktek akuntansi melakukan audit ini di bawah pengawasan ICCA. Dimana interpretasi masalah kompleks Cina, hukum perburuhan dan peraturan yang diperlukan, ICCA bergantung pada saran dari penasihat hukum di China. Elemen kedua audit melibatkan wawancara dengan kelompok pekerja yang sama yang dipilih untuk penggajian dan audit personil file. Setiap pekerja individual yang diwawancarai dalam ruang, dijamin kerahasiaannya. Sebuah wawancara dapat berlangsung sekitar 45 menit. Kuisioner wawancara dikembangkan oleh ICCA dan dirancang untuk mendapatkan informasi tentang segala aspek para pekerja, dan
Page | 12

kondisi kerja serta kehidupan di pabrik. Proses ini memungkinkan untuk perbandingan dari informasi yang terkandung dalam pabrik, catatan penggajian dan personel file, dan informasi yang diperoleh dari para pekerja melalui wawancara. Pewawancara profesional, dipertahankan secara independen oleh ICCA dan umumnya memenuhi profil usia dan jenis kelamin para pekerja, wawancara ini dilakukan dalam bahasa asli pekerja.

Elemen ketiga dari audit adalah pemeriksaan menyeluruh atas kebijakan pabrik, prosedur, dan praktek dengan mengutamakan isu masalah lingkungan, kesehatan dan keselamatan. EHS Audit mencakup: Evaluasi dari MCR telah diselesaikan oleh manajemen, menunjukkan tingkat kepatuhan terhadap checklist Mattel yang berlaku;

Sebuah kunjungan pabrik, dan pemeriksaan serta verifikasi situs sejarah, izin, pemantauan, surveilans, dan dokumentasi kepatuhan yang dipersyaratkan oleh hukum. Insinyur independen berbasis lingkungan China yang dilatih dalam hukum Cina dan peraturan di bidang operasional manufaktur melakukan tahap audit di bawah insinyur pengawasan SICCA. Pemeriksaan tersebut mencakup pemeriksaan terhadap pemeliharaan umum dari fasilitas manufaktur, penyimpanan, pengolahan dan pembuangan bahan limbah berbahaya, kebersihan di kamar mandi, dapur dan fasilitas makan dengan penekanan khusus pada keselamatan dan kesehatan kerja. Inspeksi juga mencakup pemeriksaan asrama menyeluruh dan fasilitas rekreasi dalam hal kebersihan, kecukupan ruang, kenyamanan pekerja, privasi dan keamanan, dan hal terkait lainnya yang dianggap tepat dalam situasi tertentu. Elemen terakhir dari audit SICCA adalah serangkaian pertemuan dengan manajer fungsional yang berfungsi untuk berbagai dan mengkonfirmasi serta mengklarifikasi masalah di MCR dan menguraikan praktek pengelolaan pabrik mengenai isu-isu yang muncul selama audit lapangan.

4.5 Kegiatan Pasca-audit

Semua dokumen audit dibawa ke kantor ICCA di New York untuk persiapan analisis dan laporan. Temuan ini dilaporkan pada Mattel untuk memastikan akurasi faktual. Dalam kasus kesalahan material, ICCA merevisi draft sebelum membuat laporan publik. Dalam kasus lain, Mattel merespon dengan komitmen tindakan korektif. ICCA
Page | 13

menilai respon ini dan menunjukkan sejauh mana tindak lanjut untuk dilakukan oleh ICCA agar memastikan kepatuhan penuh dan tepat waktu. Laporan audit menunjukkan temuan audit serta tanggapan Mattel pada komitmen. Dalam hal terjadi perselisihan antara ICCA dan Mattel pada sifat temuan atau ketepatan waktu langkah-langkah perbaikan, kedua perspektif dibuat publik tanpa melalui editing oleh pihak ICCA atau Mattel. 4.6 Ringkasan temuan audit

Audit putaran pertama dimulai pada tahun 1998. Tujuannya adalah untuk membiasakan manajer pabrik dan pemilik pabrik dengan harapan audit GMP terbiasa terlaksana. Pada saat yang sama, anggota MIMCO akan memberikan pemahaman dan apresiasi pada kondisi lapangan yang akan mereka hadapi ketika melakukan audit GMP. Audit resmi mulai digalakkan pada akhir tahun 1998 dan terus berlanjut sampai 2008 ketika hal tersebut secara sepihak dihentikan oleh pihak Mattel. Untuk memudahkan pemahaman yang lebih baik dan pemahaman temuan audit, penulis telah mengelompokkannya ke dalam empat kategori: 1.Meksiko - Semua pabrik yang dimiliki dan dioperasikan oleh Mattel. 2.Cina-Semua pabrik yang dimiliki dan / atau dioperasikan oleh Mattel. 3.Cina-Semua pabrik yang dimiliki dan dioperasikan oleh pemasok. 4.Semua pabrik yang dimiliki dan dioperasikan oleh Mattel di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. 4.6.1 Meksiko

Audit putaran pertama resmi dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 1999 dan pada awalnya melibatkan dua pabrik, yakni Montoi S.A. de VC di Monterrey dan Mabamex S.A. de V.C di Tijuana. Kedua pabrik tersebut didedikasikan untuk memproduksi boneka Barbie dan mainan produksi mattel lainnya. Pabrik Tijuana dipindahkan lokasinya pada bulan April 1998, dan masih menjalani proses pemindahan. Selama kunjungan awal MIMCO ke Monterrey, tim audit telah menunjuk lokasi dan konstruksi pada yang pabrik baru pabrik Mattel yang bernama MX3. Semua kegiatan Pabrik baru ini disatukan dengan pabrik tua Monterrey. Audit
Page | 14

formal pertama MX3 dilakukan pada tanggal 8 Juli 2000. Pabrik Monterrey memiliki jumlah pekerja sekitar 2300 orang, dan pabrik Tijuana sekitar 2150 pekerja. Jumlah ini jauh berkurang selama musim off-peak.

Audit MIMCO menemukan bahwa pabrik Monterrey mempunyai fasilitas yang dikelola dengan baik dan memuji manajemen atas komitmennya terhadap standar GMP. pabrik tua Montoi sementara dengan ruang kerja non-AC juga terawat dan secara umum menyediakan lingkungan yang aman bersih. Pabrik Montoi memenuhi semua standar GMP penting yang berkaitan dengan tempat kerja, lingkungan, dan memelihara catatan detail tentang berbagai aspek operasi manufaktur dan status karyawan. Analisis catatan penggajian pabrik dan wawancara pekerja juga menegaskan bahwa pabrik Montoi memenuhi semua peraturan pemerintah Meksiko sebagai standar GMP berkenaan dengan pembayaran upah untuk pekerjaan reguler dan lembur. Wawancara rahasia satu per satu yang MIMCO lakukan dengan kelompok pekerja yang dipilih secara acak dikonfirmasi memiliki tingkat kepuasan tinggi dengan semua aspek dari pekerjaan mereka di pabrik.

Audit formal pabrik Tijuana (Mabamex) juga mengungkapkan gambaran yang memuaskan. Pabrik Mabamex memenuhi semua peraturan pemerintah Meksiko serta standar GMP yang berkaitan dengan pembayaran upah untuk pekerjaan reguler dan lembur. Kondisi Mabamex terawat baik, bersih dan benar-benar memiliki fasilitas ber-AC. Sekelompok kecil pekerja, bagaimanapun, menyatakan keprihatinan tentang kebisingan tempat kerja yang berlebihan dan ventilasi yang buruk. Kekurangan-kekurangan tersebut segera diperbaiki dan dikonfirmasikan oleh MIMCO. Pada saat audit, MX3 adalah sebuah fasilitas baru dalam fase start-up dengan sekitar 1500 orang pekerja selama periode puncak. Ini sangat modern dan benar-benar fasilitas yang ber-AC, dimana pabrik memproduksi mainan besar

terutama menggunakan injeksi dan meniup sehingga membentuk suatu bagian. Tenaga kerjanya didominasi perempuan, dan relatif muda dengan rendah tingkat pendidikan dan pengalaman kerja yang masih minim sebelumnya. Pabrik ini memiliki tingkat perpindahan karyawan yang tinggi, yaitu sekitar 235% setahun yang pindah bahkan lebih tinggi selama bulan-bulan tertentu. Pada saat kunjungan lapangan ternyata cukup mengejutkan, terutama mengingat kenyataan bahwa itu adalah sebuah Pabrik baru. Pabrik baru ini sudah menunjukkan tanda-tanda kelalaian parah
Page | 15

dan tidak ada pemeliharaan. Lalu, aliran bahan, pengolahan, penanganan limbah, penyimpanan dan pembuangan, prosedur penanganan yang aman dan normal diabaikan. Daerah pengecoran pabrik itu terlihat ada tumpahan minyak di lantai, mengalir ke semua saluran. Ada sejumlah besar sambungan listrik dan kabel listrik yang tidak tertutup. Di beberapa tempat, kabel listrik tergeletak di jalur karyawan. Kondisi ini menciptakan tingkat bahaya yang tidak dapat diterima bagi pekerja dan meningkatkan bahaya kebakaran di pabrik. Tingkat penelantaran yang sama juga ditemukan di dapur, kantin, dan fasilitas asrama. Sebagian besar karyawan yang bekerja di daerah dengan tingkat kebisingan yang tinggi tidak mengenakan penutup telinga. MIMCO juga menemukan kontainer terbuka dengan cairan yang mudah menguap danmudah terbakar yang tersimpan di daerah perakitan.

Sepenuhnya kondisi pabrik ini telah sesuai dalam hal jam kerja dan pembayaran reguler serta jam lembur. Di daerah lain tim MIMCO menemukan praktik pengobatan pekerja yang dipertanyakan. Semua pekerja MX3, baik yang bekerja di area percetakan atau area perakitan, diharuskan untuk melakukan pekerjaan shift dengan cara berdiri sepanjang hari. Ini adalah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

4.6.1.1 Manajemen menanggapi laporan audit MIMCO MIMCO memberikan laporan audit kepada manajemen Mattel. Hal ini sesuai dengan praktek yang ditetapkan dimana manajemen pabrik atau manajer umum mempunyai kesempatan untuk menanggapi temuan audit MIMCO. Sebagai tanggapan, untuk pertama kalinya, MIMCO cukup berpengalaman atas tekanan dari manajer tingkat operasional untuk memodifikasi draft laporan, dan manajemen yang telah mengidentifikasi banyak masalah ini dapat mengambil tindakan korektif. MIMCO juga memberikan daftar perubahan dan mendesak untuk memasukkannya dalam draft melaporkan.

Tanggapan dari manajemen puncak Mattel cukup singkat dan cepat. Mereka meminta jangka waktu 90 hari untuk memperbaiki masalah dan mengundang tim MIMCO untuk menindaklanjuti temuan hasil audit. Dalam tanggapan tertulis kepada MIMCO, Mattel menyatakan:
Page | 16

Kami menyadari bahwa laporan ini tidak mencerminkan baik pada kinerja fasilitas MX3 kami. Ada beberapa alasan yang menyebabkan kondisi ini tapi tidak membenarkan temuan MIMCO pada November 2000. Kami tidak akan menerima kinerja ini dan tidak akan membuat alasan.

Tindak lanjut audit pada bulan Februari 2001 mengungkapkan secara radikal untuk mengubah pabrik. Akan terlihat bahwa manajemen pabrik telah memberi perhatian pada temuan Audit MIMCO dan ditangani mereka secara sistematis. Pengamatan MIMCO secara keseluruhan adalah bahwa dalam semua bidang penting, MX3 memenuhi GMP.

4.6.2 Indonesia

Mattel Indonesia telah mengalami serangkaian perubahan operasi selama periode 1999-2008. Transformasi ini melibatkan baik perubahan bauran produk dan restrukturisasi pabrik. Pabrik Mattel dioperasikan di Indonesia dan telah diaudit oleh MIMCO / ICCA pada bulan Februari 1999, Mei 2002, dan April 2008.

Awalnya, pabrik ini disebut Mattel Indonesia Cikarang Plant (MJS) dan pabrik Mattel Indonesia Cikarang Baru (MID). Pada tahun 2008, dua pabrik yang beroperasi itu sebagai PTMI Timur dan PTMI Barat. Pabrik timur adalah fasilitas utama PTMI itu. Sebagian besar karyawan dan peralatan pabrik barat direlokasi ke pabrik timur. Kirakira, sepertiga dari kapasitas pabrik barat masih operasi. Operasi produksi di pabrik Barat terutama terdiri dari injeksi molding, penyemprotan cat, dan pengemasan. Proses produksi utama di timur adalah moulding, penyemprotan cat, perakitan akhir dan pengemasan. Pada saat audit ketiga pada April 2008, PTMI mempekerjakan sekitar 7000 orang. Namun, tenaga kerja akan meningkat menjadi 10.000 karyawan selama musim puncak produksi. komposisi pekerja terdiri dari 65% karyawan tetap dan 35% pekerja kontrak sementara. Pekerja perempuan berkisar 91% dari tenaga kerja langsung. Rata-rata berusia 31 tahun dan tidak ada yang di bawah usia 18 tahun saat bekerja.

Sedangkan di Indonesia, selama putaran kedua audit pada Mei 2002, Mattel menginformasikan ICCA bahwa mereka memiliki beberapa tenaga outsourcing untuk
Page | 17

operasi jahit. Tim ICCA diundang untuk mengunjungi pabrik secara informal dengan pengertian bahwa audit formal akan dilakukan selama putaran pemeriksaan berikutnya dari pabrik Indonesia. Kunjungan itu menunjukkan bahwa pabrik itu tampaknya dikelola dengan baik dengan lebih dari 500 pekerja yang didedikasikan untuk manufaktur produk Mattel. Tim ini, bagaimanapun, tidak melakukan wawancara pekerja. Juga tidak memeriksa pencatatan penggajian untuk

memastikan upah karyawan dan jam kerja, dan sejauh mana mereka memenuhi GMP Mattel.

Selama periode 6 tahun dari 2001-2007, MIMCO / ICCA melakukan dua putaran audit yang mencakup semua pabrik Mattel di Meksiko. Secara umum, pabrik ini yang dinyatakan sesuai dengan standar GMP. Dimana kekurangan kecil yang ditemukan, mereka anggap normal dan dengan mudah diperbaiki.

4.6.2.1 Temuan umum

Sepanjang tiga kali audit, ICCA menemukan dua pabrik yang harus sesuai dengan standar GMP untuk lingkungan kerja fisik, kesehatan, dan standar keselamatan. Pabrik juga harsu sesuai dengan persyaratan GMP dan hukum di Indonesia, dengan memperhatikan upah untuk pekerjaan reguler dan lembur dan dengan jumlah jam kerja per minggu.

4.6.2.2 Prinsip-prinsip yang menjadi perhatian dan perselisihan

Kekhawatiran ICCA itu berkaitan dengan dua kepatuhan GMP. Dalam beberapa kasus, kekurangan yang diidentifikasi oleh tim audit telah diperbaiki. Namun, di area tertentu di mana ketidakpatuhan GMP dianggap serius, tindakan korektif tidak diambil.

a. Perlindungan lingkungan, tenaga kesehatan dan masalah keamanan Dalam audit tahun 1999, tercatat bahwa adanya bau kimia, tingkat kebisingan tinggi, walaupun Alat Pelindung Diri tersedia, tapi penggunaannya tidak dilakukan. Audit tahun 2002 menunjukkan tidak ada perbaikan: tingkat kebisingan, terutama di daerah Roto-casting menjadi 90 dB, yang berada di atas 85 dB tingkat yang dapat
Page | 18

diterima, tetapi semua karyawan di daerah tersebut memakai penutup telinga pelindung. Audit tahun 2008 menegaskan bahwa masalah EHS tercatat dalam audit sebelumnya secara memuaskan kecuali untuk tingkat kebisingan, yang melebihi standar yang ditetapkan pemerintah Indonesia dan Mattel di beberapa lokasi.

4.6.2.3 Asrama

Pengelolaan

dan

pengoperasian

asrama

menjadi

topik

utama

dari

ketidaksepahaman

antara Mattel dan ICCA, yang belum terselesaikan selama

seluruh siklus tiga audit selama periode 9 tahun. Masalah utama ketidakpatuhan tergolong pada: (a) Jumlah maksimum pekerja per kamar, dan, (b) Persyaratan wajib tertentu yang menetapkan pekerja harus tinggal di asrama sebagai kondisi dari pekerjaan mereka.

GMP Mattel mewajibkan jumlah pekerja dibatasi maksimum 12 orang per kamar. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan tingkat privasi pekerja secara minimum dan untuk meminimalkan tingkat kebisingan ketika perubahan sistem shift pasti menyebabkan gangguan untuk para pekerja yang sedang tidur. Selama audit yang ketiga ditemukan kedua asrama dibangun untuk menampung 30 pekerja per kamar. Meskipun, ruang asrama yang dialokasikan per karyawan memenuhi Pedoman GMP, jumlah pekerja per kamar itu jauh melebihi dari 16 orang yang diizinkan di salah satu kamar. Menanggapi audit pertama, Mattel menunjukkan bahwa perubahan yang disesuaikan akan dibuat dalam konfigurasi ulang dari kamar yang lebih besar. Pemeriksaan putaran kedua mengungkapkan bahwa perubahan ini belum dibuat. Pada saat pemeriksaan babak ketiga pada April 2008, dan meskipun telah berjanji sebelumnya, Mattel telah gagal melakukan perubahan konfigurasi Asrama. Pada akhir putaran ketiga dan audit terakhir, Mattel kembali meyakinkan ICCA bahwa perubahan yang diperlukan dalam asrama akan dibuat. Isu kedua, yang dianggap ICCA sebagai pelanggaran GMP yang lebih serius, ada hubungannya dengan kebutuhan pekerja untuk tinggal di asrama sebagai kondisi pekerjaan mereka. Ketika masalah ini dikemukakan dengan manajemen pabrik selama pertemuan pertama pasca-audit, manajemen menyatakan membela kebijakan mereka:
Page | 19

(A) Sebagian besar pekerja, ialah wanita muda, yang datang dari desa dan tidak hidup di perkotaan. Orang tua mereka mengharapkan manajer pabrik untuk menyediakan pekerja dengan kondisi kehidupan yang aman dan nyaman. Alasan ini, bagaimanapun, gagal untuk memberikan pembenaran untuk persyaratan residensi wajib yang universal, di mana para pekerja lokal yang cukup umur ataupun yang sudah menikah harus bertanggung jawab atas tindakan mereka. (B) Manajemen Pabrik juga berpendapat bahwa sejak pekerja menerima asrama sebagai kondisi kerja mereka, tidak ada pelanggaran per standar GMP. MIMCO / ICCA tidak setuju dengan perdebatan ini dan mencatat perbedaan pendapat dalam laporan audit formal. Sebagai tanggapannya, Mattel setuju untuk menemukan solusi yang dapat saling diterima sebelum putaran audit kedua yang dijadwalkan. Putaran audit kedua mencatat beberapa perubahan dalam kebijakan perusahaan. Pekerja yang permanen dan sudah menikah tidak lagi diperlbolehkan untuk tinggal di asrama. Standar wajib meninggalkan asrama bagi pekerja yang sudah menikah dan permanen mengakibatkan kepergian dari sejumlah besar pekerja untuk mendapatkan perumahan swasta, meninggalkan pabrik dengan asrama terisi ruang dan beban biaya tetap berat untuk mempertahankan asrama ini sementara penghasilan pendapatan sewa lebih rendah. Pada putaran ketiga audit, situasi belum berubah. Wawancara ICCA dengan pekerja mengungkapkan bahwa banyak pekerja memilih untuk membayar sewa asrama untuk memenuhi persyaratan wajib residensi dan sebagian masih memilih untuk menyewa perumahan swasta di lingkungan sekitarnya. Situasi ini juga diakui dan dikonfirmasi oleh manajemen pabrik di pertemuan setelah audit dengan MIMCO / ICCA.

Pengalaman ICCA berkaitan dengan situasi asrama sangat disarankan bahwa sementara sifat ketidakpatuhan terhadap GMP adalah jelas, Manajemen puncak Mattel enggan menegakkan standar GMP pada manajer lokal. ICCA melihat, pertimbangan utamanya adalah uang. Mengingat perubahan demografi, pekerja tidak lagi bersedia tinggal di asrama. Konsekuensinya, biaya pemeliharaan asrama kosong adalah beban yang perusahaan ingin hindari. Namun, masalah menjadi
Page | 20

perdebaan karena Mattel telah membatalkan program audit eksternalnya yang independen oleh ICCA, dan dengan demikian menghindari rasa malu dari publik atas tindakan perbaikan yang ungkapkan atau semua kekurangnya. 4.6.2.4 Hubungan karyawan

Audit tahun 2008 menunjukkan bahwa 10% dari pekerja yang diwawancarai dipaksa untuk bekerja lembur bahkan ketika mereka tidak mau melakukannya. Mattel telah meyakinkan ICCA bahwa tindakan perbaikan akan dilembagakan dan

dikomunikasikan untuk mencegah penghapusan lembur bagi pekerja yang tidak mau. lembur paksa dan pelecehan verbal oleh supervisor tingkat bawah yang tidak sepenuhnya ditangani pada waktu audit tahun 2008 telah diselesaikan.

4.6.2.5 Waktu pulang kerja (Check out)

Perbedaan besar lain dengan standar GMP yang telah bertahan pada seluruh siklus Audit selama 9 tahun ada hubungannya dengan waktu checkout elektronik. Kedua pabrik memiliki sistem kartu gesek magnetik elektronik dimana pekerja harus check in waktu mereka ketika datang ke pabrik. Namun, waktu check out mereka tidak dicatat oleh sistem komputer. Situasi ini dapat diidentifikasi oleh MIMCO / ICCA selama audit putaran pertama di 1999. Pengelolaan pabrik telah secara konsisten menolak membuat perubahan, meskipun tidak ada tambahan biaya. Sebaliknya, mereka berpendapat bahwa karena semua pekerja meninggalkan tempat kerja pada saat yang sama pada akhir shift mereka masing-masing, lebih mudah bagi pengawas untuk log-in waktu semua pekerja dan individu sehingga pencatatan untuk jam keluar itu tidak perlu. Akhirnya, pada pertemuan setelah audit pada bulan April 2008, Mattel sepakat bahwa pabrik akan mengubah kebijakan pencatatan jam keluar pekerja mereka dan bahwa semua karyawan akan memiliki clocking absen mereka dan waktu keluar/check out dicatat dalam catatan secara komputerisasi. Namun, ICCA tidak memiliki informasi lebih lanjut sejak Mattel membatalkan program eksternal audit independen.

Page | 21

4.6.3 Malaysia

Pada saat putaran audit pertama pada bulan Februari 1999, Mattel memiliki empat pabrik di Malaysia. Sejak itu Mattel telah menutup dua pabrik karena perubahan permintaan untuk produk dan perampingan resultan nya

di seluruh dunia fasilitas produksi. Sisanya adalah pabrik Mattel (Malaysia) Sdn. Bhd (MMSB), dan Mattel Alat Sdn. BHD. (MTSB). Selain itu dengan hasil audit putaran pertama, kedua pabrik juga mengalami penuh audit resmi pada Mei 2002, April 2005, dan April 2008.

4.6.3.1 MMSB

Pabrik ini merupakan fasilitas khusus untuk produksi mobil mainan '' Hot Wheels''. Pabrik ini mempekerjakan sekitar 3500 pekerja sepanjang tahun dengan tambahan pekerja ditambahkan selama periode produksi puncak. Tenaga kerja MMSB agak tidak biasa di antara pabrik Mattel lainnya dalam hal ini cenderung berusia agak lebih tua, lebih matang, dan dengan masa kerja lebih lama. rata-rata usia pekerja adalah 28 tahun dan rata-rata lama kerja adalah 13 tahun. Untuk 40% karyawan yang diwawancarai, ini adalah pekerjaan pertama mereka. MMSB juga berpartisipasi dalam program pekerja asing di Malaysia, yang diawasi langsung oleh pemerintah Malaysia. Pabrik ini mempekerjakan pekerja asing, eksklusif dari Indonesia, melalui agen perekrutan. Pada saat audit tahun 2008, ada lebih dari 800 pekerja dan hanya 29% tenaga kerja langsung.

Fasilitas pabrik MMSB terpelihara dengan baik dan menyediakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi para pekerjanya. Secara keseluruhan, pekerja menunjukkan tingkat kepuasan yang tinggi atas keselamatan dan kualitas lingkungan kerja mereka. Kondisi keselamatan dan pemeliharaan pabrik juga pemantauan langsung

dikonfirmasi oleh tim ahli audit MIMCO / ICCA melalui fasilitas pabrik secara ekstensif

dan review catatan perusahaan dengan

memperhatikan persyaratan kesehatan lingkungan, dan keselamatan sebagaimana diatur dalam GMP pada ketiga audit di tahun 2002, 2005 dan 2008.

Page | 22

Di negara Malaysia tidak memiliki persyaratan upah minimum. MMSB membayar upah berbasis pasar kompetitif yang juga secara penuh sesuai dengan Standar GMP Mattel. Banyak pekerja yang diwawancarai oleh MIMCO / ICCA selama audit empat putaran menyatakan puas dengan upah, tunjangan, jam kerja, dan dalam cara mereka diperlakukan oleh manajemen. Ada, namun, beberapa keluhan yang diungkapkan oleh pekerja selama wawancara rahasia (audit 2008) tentang tekanan dari pengawas untuk bekerja lembur bila karyawan tidak bersedia untuk melakukannya.

Berkenaan dengan menjaga catatan waktu elektronik, praktek MMSB yang serupa dengan kasus di pabrik Indonesia yang dikritik oleh MIMCO / ICCA yakni, para pekerja hanya menggesek kartu magnetik pada saat masuk ke pabrik saja, tapi saat jam keluarnya tidak dilakukan setelah menyelesaikan pekerjaan shift mereka. Sama seperti dalam kasus pabrik Indonesia, manajemen pabrik itu berargumen mendukung praktek ini dan sama-sama tidak bisa dipertahankan.

MMSB mempunyai sebuah klinik yang sangat baik dengan empat tempat tidur yang dikelola dengan tiga perawat dimana setiap perawat bekerja dalam satu shift. Tidak ada biaya untuk pelayanan medis atau obat-obatan yang diberikan kepada pekerja. Pabrik mengoperasikan dua kantin dan mampu mengakomodasi sekitar 1800 pekerja per hari. Pabrik membayar uang makan pekerja sebesar 3,2 RM per hari. Biaya makanan di kantin pabrik sekitar RM 2-2.5. Pekerja diperbolehkan membawa makanan mereka dari rumah.

Di MMSB, kondisi kehidupan asrama mungkin adalah yang terbaik, seperti rumah, dan menyenangkan, daripada fasilitas lain yang pernah dikunjungi oleh MIMCO / ICCA . Dalam hal kepadatan di ruangan, dan dalam tingkat kenyamanan relatif, fasilitas ini memberikan standar inspirasi yang sangat baik. Di MMSB, semua perempuan yang belum menikah tinggal di asrama. Manajemen MMSB

menganggap perlu untuk keselamatan dan keamanan pekerja. Di antara pekerja yang diwawancarai, kepuasan karyawan dengan berbagai elemen asrama dan akomodasi hidup berkisar antara 91 dan 100%. Dalam diskusi informal dengan pekerja selama kunjungan MIMCO / ICCA itu ke asrama, pekerja menyatakan puas
Page | 23

atas akomodasi kehidupan mereka. Asrama ini umumnya memenuhi dan bahkan melebihi semua standar GMP yang bersangkutan.

MMSB memiliki program penghargaan khusus pada pekerja cacat yang berhak menerimanya. Dalam program ini, MMSB mempekerjakan dan melatih pekerja buta dan menempatkan mereka dalam pekerjaan perakitan biasa. Selama melewati pabrik, anggota MIMCO / ICCA memiliki kesempatan untuk mengamati para pekerja di area mereka dan berbicara langsung dengan mereka tentang pekerjaan mereka dan pengalamannya. Para pekerja ini sangat senang dan bangga dengan pekerjaan mereka. Kami juga mencatat bahwa tidak ada perbedaan dalam tingkat efisiensi produksi dan keselamatan pabrik ini dan pekerja lainnya. 4.6.3.2 MDT

Laporan audit ini mencakup dua pabrik yang digunakan oleh pengembangan Mattel dan operasi perkakas di Malaysia. Fasilitas pertama disebut Mattel SBN. Bhd (MTSB) yang telah diaudit pada bulan Februari 1999, Mei 2002, dan April 2005, ketika itu namanya diubah menjadi Pengembangan perkakas Mattel SBN. Bhd (MDT). Pabrik ini terletak di daerah zona bebas dagang di luar Penang, Malaysia. Pabrik perkakas ini adalah yang mendukung pabrik Mattel di seluruh dunia. Audit terakhir dilakukan pada tanggal 23 April 2008 di pabrik baru, yang juga terletak di zona perdagangan bebas.

Pabrik ini mempekerjakan sekitar 180 pekerja. Dari jumlah tersebut-sekitar 75% adalah tenaga kerja langsung (manufaktur) dan 25% sisanya adalah pegawai administrasi profesional dan personil administras biasa. Tenaga kerja ini terdiri atas teknisi yang sangat terampil, profesional dan terlatih membuat alat alat. Perpindahan antara pekerja reguler sangat rendah dengan rata-rata bekerja di pabrik selama 13 tahun. Komposisi jenis kelamin tenaga kerja laki-laki adalah 93%.

MTSB ditata dan dikelola secara efisien dengan fasilitas pabrik

yang baik.

Pabriknya memelihara detail catatan dan up to date atas pemeliharaan pabrik, sistem penyaringan udara, kontrol kebisingan, pencegahan kebakaran, dan

Page | 24

penyimpanan dan penanganan berbahaya bahan secara aman. Fasilitas ini sangat memuaskan dan sesuai dengan persyaratan GMP.

Para pekerja di MDT menerima upah jauh melebihi harga pasar untuk pekerja per jam nya. Ada sistem komunikasi yang luas dan diformalkan, yang memfasilitasi komunikasi dua arah antara karyawan dan berbagai tingkat manajemen. Pekerja hampir sepakat menyatakan bahwa mereka akan meminta saran pada masalah pribadi dari pemimpin atau supervisor.

MDT berbagi sebuah klinik dengan MMSB dan semua pekerja memiliki akses penuh ke fasilitas ini. Tidak ada biaya untuk layanan medis atau obat-obatan yang diberikan kepada pekerja. Makanan di kantin pabrik disediakan oleh katering kontrak. Biayanya disubsidi oleh pabrik dan rata-rata berkisar 1,5-3,5 RM (USD 0,39-0,92) dibayar tunai, per makanan. Kantin melayani empat kali dalam sehari di seluruh shift.

Audit terakhir dari MDT ini dilakukan di pabrik baru. Pengamatan ICCA secara keseluruhan dengan menganggap praktek MDT di pabrik baru cukup memuaskan. MDT telah jelas menetapkan kebijakan dan aturan yang berkaitan dengan kekerasan verbal atau fisik, termasuk pelecehan seksual. Namun, dalam prakteknya, aturan-aturan ini tampaknya tidak efektif diimplementasikan. Selama wawancara rahasia ICCA dengan pekerja, hampir 40% dari pekerja yang diwawancarai merasa bahwa ada pilih kasih dan tidak adil pada pengobatan, penilaian karyawan untuk promosi dan tugas untuk kerja lembur. Sebagai tanggapan, manajemen pabrik memberikan rencana tindakan secara rinci. Tindak lanjut penyelidikan dengan MIMCO / ICCA menunjukkan bahwa sebagian besar masalah teratasi.

Perdebatan utama dalam kasus MDT adalah praktek pabrik yang berkaitan dengan mempertahankan waktu catatan, identik dengan yang dijelaskan dalam kasus pabrik lain di Indonesia dan Malaysia. Sayangnya, respon oleh manajemen pabrik samasama tidak bisa dipertahankan.

Page | 25

4.6.4 Thailand

MIMCO / ICCA telah melakukan empat audit formal pabrik Mattel di Thailand, MBK pada bulan April 1999, Mei 2002, April 2005, dan April 2008. Pabrik ini terletak di Kawasan Industri Ekspor Bangpoo Zona di Samutprakam luar Bangkok. Pabrik ini sepenuhnya dimiliki Mattel dan didedikasikan untuk produksi eksklusif merek mainan mobil Hot Wheels. Pabrik ini mampu menghasilkan 100 juta mobil Hot Wheels per tahun.

Pekerja di MBK berkisar antara 1350 dan 1400 pekerja. Dari jumlah tersebut, 80% adalah tenaga kerja langsung sedangkan 20% sisanya terdiri pekerja administrasi, dan staf pengawas. Hampir 98% dari angkatan kerjanya adalah perempuan. Seluruh tenaga kerja berusia lebih dari 18 tahun, dan usia rata-ratanya adalah 29. Tingkat pendidikan para pekerja yang dipekerjakan oleh pabrik relatif rendah dan rata-rata menempuh antara 6 dan 7 tahun pendidikan formal, yang setara dengan sekolah dasar.

Sepanjang empat kali audit, MIMCO / ICCA menemukan pemeliharaan fasilitas pabrik semakin maju dan secara penuh sesuai dengan peraturan pemerintah Thailand dan standar GMP Mattel. MBK memelihara catatan semua aspek operasi pabrik dan manajemen dengan up to date. Selama inspeksi di pabrik menunjukkan pabrik berada dalam kondisi operasi yang baik. Semua area pekerjaan yang bersih dan bebas dari tumpahan minyak dan sampah. MIMCO / ICCA juga mencatat, karyawan menggunakan alat pelindung diri yang tepat (APD) di semua bidang operasi.Penggunaan APD tampak ketat oleh supervisor.

Tema yang sering muncul pada perselisihan antara para pekerja adalah panas yang berlebihan di area pabrik karena pabrik ini tidak ber-AC. Pabrik telah berupaya untuk mengurangi suhu pabrik dan meningkatkan sirkulasi udara. Pabrik ini dimodifikasi dengan mengubah konfigurasi dari langit-langit, dinding dan lokasi fungsi pabrik dan pengurangan panas lainnya dengan teknologi seperti tirai udara pada area kerja tertentu. Diharapkan ketika semua konstruksi pekerjaan selesai suhu dapat menurun sekitar 3-5o C.

Page | 26

Upah, kebijakan serta jam kerja dan lembur MBK sesuai dengan hukum Thailand dan standar GMP Mattel. Pemeriksaan ICCA pada catatan penggajian memastikan akurasi dari kesesuaian pembayaran untuk para pekerja.

Karyawan MBK yang diwakili oleh serikat pekerja yang bersifat sukarela. Ada sebuah serikat komite, yang bertanggung jawab untuk memfasilitasi komunikasi harian antara pekerja dan manajemen pabrik. Unit kepemimpinan ini dipilih setiap tahun oleh pekerja pabrik. Karyawan memiliki akses tanpa hambatan ke manajemen puncak. Manajemen senior MBK menyelenggarakan pertemuan reguler di seluruh pabrik.

MBK telah memiliki sistem manajemen terkomputerisasi untuk memastikan bahwa jam kerja setiap karyawan sesuai dengan GMP Mattel. Sistem ini memeriksa jadwal kerja setiap hari untuk memastikan bahwa mereka mematuhi ketentuan GMP. Praktek MBK juga tidak menggesekkan kartu untuk pencatatan waktu time out yang juga mirip dengan pabrik Mattel lainnya di Indonesia dan Malaysia. ICCA telah mencatat keberatannya. Kondisi manajemen yang menentang penjelasan rasional tetap menjadi misteri bagi ICCA.

Pabrik ini mempunyai sebuah klinik yang baik dengan lima tempat tidur, dikelola oleh seorang dokter dan seorang perawat. Mayoritas pekerja yang cedera dan penyakit yang diderita adalah luka bakar dan masalah pernapasan. Ada biaya untuk layanan medis atau obat-obatan yang diberikan kepada pekerja. Karyawan diberikan pemeriksaan kesehatan tahunan gratis.

MBK tidak mempunyai fasilitas perumahan. Semua pekerja tinggal di rumah sendiri. MBK mensubsidi 47% dari biaya makan. Dapur dan kantin yang cukup terang dan bersih. Dapur pabrik dan kantin sehari dapat melayani makan untuk semua pekerja. Semua penangan makanan wajib memiliki pemeriksaan fisik tahunan. Selain itu, pekerja dapat membeli bahan makanan lainnya dari salah satu dari lima toko yang menjual berbagai makanan produk.

Page | 27

MBK menjadi salah satu pabrik terbaik yang dimiliki Mattel dan operasional pabrik diaudit oleh MIMCO / ICCA.. Manajemen juga menunjukkan komitmen yang kuat untuk menciptakan pekerja ramah lingkungan kerja.

4.6.5 Cina (Pabrik milik Mattel yang dioperasikan)

ICCA melakukan tiga putaran audit resmi pada empat pabrik milik Mattel dan dioperasikan di Cina. Dua pabrik Chang An (CA) juga dikenal sebagai Meitai, dan Guan Yao (GY) juga dikenal sebagai Zhongmei. Keduanya adalah pabrik-pabrik besar dengan masing-masing mempekerjakan antara delapan dan sembilan ribu pekerja selama masa puncak produksi dan didedikasikan untuk pembuatan boneka Barbie dan mainan terkait. Pabrik ketiga adalah Mattel Die Cast (MDC), berukuran sedang yang mempekerjakan antara 1000 dan 2500 pekerja dan terletak di dekat pabrik GY. Pekerja di ketiga fasilitas kebanyakan masih muda, dan umumnya pekerja perempuan.

Pabrik keempat, Mattel Teknik Cina (MEC), mempekerjakan sekitar 350-400 pekerja, sebagian besar laki-laki dan terlatih, teknisi profesional dan insinyur, didedikasikan untuk manufaktur dan memperbaik alat dan digunakan dalam pendukung pabrik Mattel lain di seluruh dunia.

Pengaturan Manufaktur Mattel di China berdasarkan perjanjian dengan pembiayaan mitra lokal, yang dikuasai entitas pemerintah. Dalam model bisnis ini, mitra lokal memiliki fasilitas dan mempekerjakan tenaga kerja sementara Mattel menyediakan bahan baku, peralatan, dan fasilitas pendukung manufaktur. Mitra lokal

dikompensasi oleh Mattel berdasarkan volume produksi. Sementara otoritas akhir dan tanggung jawab terletak dengan partner lokal dalam hal-hal mengenai hak pekerja, keamanan, dan pengobatan, perlu dicatat bahwa tujuan pendirian fasilitasfasilitas dan keberadaannya adalah membuat mainan Mattel untuk ekspor.

ICCA melakukan tiga putaran audit formal pabrik Mattel di Cina tahun 1999, 2003, dan 2007. Mereka juga terlibat pada beberapa kunjungan tindak lanjut ke empat fasilitas di pertengahan 2008. Tujuan dari kunjungan tindak lanjut adalah untuk
Page | 28

mengevaluasi efektivitas aksi rencana korektif yang telah disetujui Mattel pada ICCA. Semua laporan ini dimuat pada publik dan tersedia di situs Mattel dan ICCA.

Guan Yao dan Chang An - dua perusahaan akuntansi untuk sebagian besar pekerja keluar dari Achilles Heel dari seluruh aktivitas audit ICCA itu. Dari awal, ICCA memiliki pertanyaan serius tentang praktek dalam pabrik ini yang berkaitan dengan kompensasi yang layak bagi pekerja sebagaimana diamanatkan dalam undangundang tenaga kerja Cina dan standar GMP. Ada pertanyaan serupa dengan menganggap manfaat yang diamanatkan secara hukum, misalnya, wanita yang melahirkan dan cuti tahunan, pemotongan untuk sewa asrama, biaya untuk makanan, dll. Masalah-masalah tersebut menjadi tantangan selama durasi keterlibatan ICCA.

Namun pada proses ini, ternyata menunjukkan efek tidak banyak berubah. Dari awal, audit MIMCO / ICCA melaporkan pelanggaran serius terhadap standar GMP dan hukum Cina. Pada tahap awal proses audit, kelompok internal Mattel mengikuti temuan ICCA dan diberi saran kepada manajemen pabrik untuk meningkatkan upaya kepatuhan GMP. Awalnya, Mattel Menanggapi temuan ICCA cukup proaktif bahkan ketika itu memakan biaya yang signifikan dalam bentuk modal perbaikan. Sebagai contoh, selama awal audit, ICCA menemukan kondisi asrama yang tak layak dihuni. Namun, pabrik mitra Cina berpendapat bahwa sejak asrama dibangun jauh sebelum pengenalan GMP, harus dibebaskan dari standar GMP. Ini adalah argumen yang tidak bisa dipertahankan dan ditolak oleh ICCA. Untuk manajemen puncak Mattel, situasi ini sama-sama tidak dapat diterima. Akibatnya, Mattel mengambil tanggung jawab untuk merehabilitasi asrama. Perbaikan, terutama pada kondisi kehidupan pekerja wanita yang begitu signifikan, sehingga Manager Regional Asia untuk Mattel berkomentar mengenai perbedaan audit ini telah dibuat untuk kehidupan para pekerja saat ini dan masa depan pabrik.

Sayangnya, pengalaman ICCA dengan isu-isu lainnya yang diidentifikasi dalam audit tidak begitu menggembirakan. Dalam setiap audit formal atau tindak lanjut, baik baru atau praktek lama muncul kembali. Tak lama setelah audit terakhir ICCA pada 2008, Mattel mengindikasikan bahwa mereka akan membayar sebagian dari perubahan pabrik akuntansi yang penting dalam pencatatan sistem yang berada di inti buram
Page | 29

pelaporan upah pekerja, jam kerja, dan kondisi kerja. Namun, sebelum perubahan ini dapat dipantau dan dikonfirmasi, Mattel memutuskan untuk menghentikan pemantauan program eksternal independen.

Sementara tanggapan Mattel terhadap mediasi dan berniat baik serta sungguhsungguh seringkali tidak berhasil. Hal itu jelas bahwa mitra Mattel Cina tidak bersedia untuk membuat perubahan dalam pencatatan praktik mereka yang akan membuat transparansi lebih besar. Ada juga resistensi yang kuat untuk membuat perubahan yang akan dikenakan tambahan biaya, dimana mitra Cina tidak mau lakukan. Dari perspektif ICCA itu, mitra Cina di dua pabrik melihat GMP sebagai sesuatu yang semata-mata milik Mattel dan pelaksanaannya. 4.6.5.1 Temuan audit (kesadaran GMP) Mattel yang membayar untuk

Masalah serius yang menjadi perhatian pada awal pemantauan Program adalah kesadaran pekerja atas inisiatif GMP Mattel. Tanpa kesadaran yang tepat dari prinsip-prinsip yang mendasari, tidak akan berarti atas pemantauan kepatuhan. Wawancara ICCA mengungkapkan bahwa orientasi program dan komunikasi protokol berkala tidak berhasil, dengan pengecualian MDC, yang menunjukkan bahwa 87% pekerja sadar akan GMP. Manajemen setuju dengan temuan ICCA dan berjanji untuk mengambil langkah yang tepat untuk memastikan semua pekerja mematuhi kesadaran GMP. Tindak lanjut audit CA dan GY mengungkapkan bahwa upaya yang baik masih diusahakan dan ICCA yakin bahwa situasi ini akan diperbaiki secara berkelanjutan di masa depan.

Putaran kedua audit mencatat bahwa pabrik MDC dan MEC melakukan proses berkelanjutan atas kesadaran GMP pekerja mereka, GY dan CA, dua pabrik dengan jumlah terbesar pekerja belum membuat kemajuan yang nyata. Pada saat putaran ketiga audit hanya 30% dari pabrik GY dan CA pekerja yang menyadari GMP. 4.6.5.2 Jam kerja

Tingkat maksimum jam kerja yang diijinkan menjadi masalah yang paling menjengkelkan yang dihadapi ICCA dalam program pemantauan di China. Audit
Page | 30

awal CA dan pabrik GY, pada tahun 1999, mengalami masalah dalam transparansi dan kejelasan catatan penggajian. Akibatnya, itu tidak mungkin untuk membuat tekad atas keakuratan jam kerja dan pembayaran upah karena ketidakjelasan dari praktek sistem pencatatan pabrik. Situasi juga diperburuk oleh kebingungan di kalangan pekerja berkaitan dengan ketidakpahaman mereka dan ketidakmampuan mereka untuk memverifikasi upah mereka. Setelah diaudit, Mattel dan ICCA mencapai pemahaman bahwa sistem penggajian akan dirancang ulang untuk transparansi, dan bahwa ICCA akan kembali ke pabrik ini dalam waktu 1 tahun untuk memverifikasi kepatuhan sistem baru. Tidak ada masalah penggajian terkait yang dihadapi audit putaran pertama selama di pabrik MDC dan MEC.

Audit Putaran kedua ICCA tahun 2003 menemukan semua Pabrik Mattel telah mengelakkan semangat GMP, yang memungkinkan mereka untuk melebihi batas jam kerja nasional yang diamanatkan. Ini termasuk: Konsolidasi Jam yang memungkinkan pabrik untuk menjadwalkan jumlah jam lembur tahunan yang diizinkan (36 jam per bulan untuk 12 bulan) selama rentang waktu yang lebih singkat; Perpanjangan Jam yang memungkinkan pabrik untuk jadwal 60 jam setiap jam kerja sepanjang tahun; jam periode puncak produksi diperpanjang yang memungkinkan pabrik untuk menjadwalkan sesuai dengan kebutuhan jadwal kerja berdasarkan kebutuhan mereka. ICCA menyatakan keprihatinan atas praktek ini, mereka mengakui kebebasannya terkekang oleh manajemen dengan

mengorbankan angkatan kerja. Observasi ini juga disertai dengan permintaan resmi dari Mattel untuk memperjelas masalah ini dan menetapkan standar yang akan di pakai oleh pabrik.

Pada tahun 2006, Mattel menanggapinya dengan pelaksanaan yang memungkinkan maksimum 12 jam dalam sehari kerja dan 60 sampai 72 jam jam kerja dalam seminggu. Selain itu, pekerja tidak akan bekerja lebih dari 13 hari kerja berturutturut, dipastikan setidaknya ada satu hari untuk beristirahat per minggu. Meskipun berada pada norma praktek di daerah lain, kebijakan merupakan pelanggaran hukum tenaga kerja Cina, seperti diakui oleh Mattel.

Audit ICCA tahun 2007menemukan keempat pabrik tersebut melebihi hari kerja 12 jam per hari dalam hari kerja standar dan pada 60-72 jam yang dihabiskan dalam
Page | 31

seminggu kerja . ICCA menyimpulkan bahwa semua hukum yang berlaku, izin dan standar, pemaksakan diri, atau sebaliknya, telah sepenuhnya dilanggar sepanjang 9 tahun pemantauan program.

CA dan GY juga menciptakan aturan yang sewenang-wenang dan menyangkal pekerja lembur ketika mereka harus melebihi jam kerja mereka di CA dan pabrik GY. CA tidak membayar upah lembur untuk yang bekerja maksimum 2 jam per hari bahkan meskipun hari kerja mereka dapat melebihi dari 10 jam per hari. MDC tidak membayar upah lembur jika kurang dari 30 menit per hari atau jika lembur harian melebihi 3,67 jam per hari, pekerja diberi waktu tidak kerja pada hari-hari lain, namun dikompensasi dengan harga upah reguler. ICCA meminta agar Mattel membayar kembali upah kepada mereka yang tidak dibayar pada tarif hak mereka. Agak sama, meskipun kurang parah, masalah yang diidentifikasi dalam pencatatan sistem MDC, yang mengakibatkan pekerja dikompensasi berdasarkan jadwal produksi yang ditentukan oleh waktu dari kartu catatan keluar mereka. 4.6.5.3 Manfaat dan pemotongan

Bertentangan dengan ketentuan hukum tenaga kerja Cina, yang memungkinkan untuk 90 hari cuti bersalin, GY, CA, dan pabrik MEC tidak memperpanjang manfaat untuk pekerja mereka pada saat putaran pertama audit. Setelah pengamatan ICCA tentang masalah ini, putaran kedua audit mencatat beberapa revisi kebijakan: GY memperbolehkan 1 bulan cuti dengan masa kerja 3 tahun; CA mengizinkan 45 hari cuti untuk staf dan berencana untuk memperpanjang 90 hari cuti bagi semua pekerja pada tahun 2001. MEC dan MDC mematuhi hukum dan standar GMP Mattel mengenai masalah ini. Audit putaran ketiga dilakukan pada tahun 2007 dan tidak ditemukan perubahan kebijakan di masing-masing pabrik .

Berkenaan dengan kebijakan cuti tahunan, tiga dari empat pabrik telah sesuai dengan standar GMP dimulai dengan putaran pertama audit; CA telah ada cuti tahunan pada tahun 1999, dan telah merencanakan untuk memberikan 1 minggu cuti kepada staf pada tahun 2001, lalu memperluas untuk semua pekerja pada tahun 2002. Audit tahun 2003 mengamati bahwa cuti tahunan ini diberikan hanya pada bulan Desember (bertepatan dengan penutupan pabrik terkemuka untuk, dan
Page | 32

melalui Tahun Baru Cina), dan setiap pekerja yang mengundurkan diri sebelum bulan Desember akan kehilangan hak cuti mereka. K ebijakan ini diubah pada tahun 2007agar sesuai dengan standar GMP. ICCA mengakui bahwa semua pabrik membuat kemajuan dalam memenuhi kewajiban mereka melalui ketiga putaran audit pada tahun 2007.

Sebagian besar pekerja di Tenggara Cina berasal dari provinsi lain yang sebagai pekerja pendatang. Mereka juga cenderung tinggal di asrama dan makan di kafetaria yang disediakan oleh pabrik. Hukum tenaga kerja Cina memungkinkan asrama dan makanan biaya yang akan dipotong dari gaji pekerja, tapi tidak melebihi 50% dari upah minimum bulanan untuk kabupaten. Audit ICCA putaran pertama tidak menemukan penyimpangan dengan menghormati pemotongan yang

diterapkan atas pendapatan para pekerja. MDC memiliki kebijakan penting untuk menyediakan makanan gratis untuk semua pekerja selama mereka bekerja. Namun, selama audit putaran kedua pada tahun 2003, CA dan Pabrik GY yang ditemukan pemotongan upah yang melebihi 50% dari upah minimum. Audit putaran ketiga juga mencatat kebijakan predator pada manajemen CA, yang memutuskan pekerja untuk memilih atau keluar dari asrama dan makan selama durasi kontrak mereka. 4.6.5.4 Lingkungan perlindungan, dan petugas kesehatandan keamanan masalah

Pabrik Mattel Cina terutama Chang An dan Yao Guan, sama-sama tertinggal dalam upaya kepatuhan mereka, dan kurang dalam menyediakan informasi yang berkaitan dengan kegiatan ini. Kembali pada tema yang muncul melalui pemantauan ICCA dalam rentang 9 tahun adalah bahwa pabrik di Cina tidak memiliki tindak lanjut masalah kesehatan, lingkungan dan keselamatan mereka yang pada awalnya dilakukan untuk mematuhi GMP Mattel. Meskipun demikian, pabrik ini mulai melakukan program monitoring dengan upaya terpuji dalam hal memastikan keselamatan pekerja dan kesadaran lingkungan, selama bertahun-tahun, upaya ini telah memberikan cara sikap manajerial dengan investasi sesedikit mungkin, tapi tetap sesuai dengan standar minimal. Dan pada akhirnya, bukannya budaya perbaikkan berkelanjutan yang telah disepakati bersama ICCA, pendekatan ini

Page | 33

malah menghasilkan kemunduran berkelanjutan dari pabrik atas fasilitas, peralatan, dan tentunya keselamatan kerja. 4.6.6 Pabrik Vendor Mattel Cina

Mattel menyewa jasa kontraktor sekitar satu-setengah dari produksinya yang memerlukan sekitar 40 vendor besar di Cina. Selama periode 2000-2008, ICCA mengaudit 20 pabrik vendor. Pabrik-pabrik ini mewakili sekitar 75% dari total pengadaan pihak ketiga manufaktur Mattel dalam hal nilai dolar. Vendor papan atas ini, dan dalam sejumlah kasus, pabrik semata-mata didedikasikan untuk produksi mainan bermerek Mattel. Semua fasilitas produksi terletak di Provinsi Guangdong di Cina Selatan, dan menawarkan pekerjaan antara 70.000 dan 100.000 pekerja tergantung pada siklus produksi.

Persyaratan kepatuhan untuk pabrik vendor ditetapkan pada tingkat yang sedikit lebih rendah dibandingkan untuk pabrik milik perusahaan Mattel yang dioperasikan. Namun demikian, mereka menetapkan kesesuaian dengan persyaratan hukum sebagai kinerja minimum yang dapat diterima.

Kegiatan ICCA dengan pabrik vendor Mattel Cina dimulai pada 2000-2002 dengan serangkaian kunjungan konsultasi awal vendor. Konsultasi ini ditujukan untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik dari kondisi operasi yang berlaku di pabrik vendor dan dampaknya terhadap pekerjaan karyawan dan kondisi tempat tinggal. Temuan ini memberikan gambaran beragam kinerja vendor (Sethi et al., 2000). Baik Mattel dan ICCA mengantisipasi bahwa pabrik ini akan bergerak dengan peningkatan yang signifikan sesuai GMP mereka. Selain itu juga tersirat harapan bahwa kondisi semuanya sama, Mattel akan memberi hadiah pada pabrik dengan bisnis tambahan. 4.6.6.1 Audit putaran pertama vendor Cina 2002-2003

Audit putaran pertama resmi dari vendor Cina dilakukan pada bulan Agustus 2002 dan Januari 2003. Meliputi 12 dari 20 pabrik yang ICCA audit diseluruh program, dan terdiri dari sekitar 50% dari anggaran pengadaan Mattel dari vendor Cina. Sebagai
Page | 34

perjanjian atas kerahasiaan, semua pabrik yang diaudit telah diberi nomor (misalnya, Pabrik 1, 2 Pabrik, dll) dan disebutkan dengan jumlah yang sesuai pada semua dokumentasi Mattel oleh ICCA (Bukti 4).

Temuan audit menunjukkan adanya beberapa daerah di mana kemajuan yang signifikan telah dicapai sejak kunjungan konsultasi. Mereka juga menunjukkan bahwa ada banyak pekerjaan yang dilakukan dalam perawatan fasilitas umum maupun perlakuan terhadap pekerja. Audit tersebut menetapkan bahwa tidak ada pekerja di bawah umur yang dipekerjakan di salah satu pabrik vendor yang diaudit. Pabrik vendor membayar sesuai upah reguler dan jam lembur. Ada juga perbaikan nyata dalam hal peningkatan jaminan kesehatan dan standar keselamatan meskipun dari sangat rendah dibandingkan sebelumnya.
Page | 35

Catatan untuk menjaga jam kerja juga menunjukkan perbaikan dari kondisi yang diamati oleh ICCA selama kunjungan putaran awal pencarian fakta. Sebuah permasalahan utama atas ketidakpatuhan terhadap standar GMP ialah jumlah maksimum jam kerja, yang selalu melebihi standar hukum yang diamanatkan dan bahkan tidak sesuai dalam standar GMP. Masalah jam kerja yang berlebihan memiliki ruang lingkup tiga dimensi, yang membuat semuanya tapi mustahil untuk mematuhi standar hukum atau lainnya, misalnya,GMP:

1. Pemilik pabrik yang sangat termotivasi untuk mendapatkan kontrak dari pembeli asing dengan janji-janji pengiriman tepat waktu, yang akan menjadi mustahil tanpa bekerja dalam seminggu dari 68-72 jam atau lebih. 2. Sementara pembeli asing membuat tampilan publik dari masalah mereka tentang jam kerja yang berlebihan, tidak ada perencanaan untuk membuat pesanan tepat waktu dengan aliran yang tepat mengingat kapasitas pabrik dan ketersediaan tenaga kerja. Hal ini sama benarnya dengan pabrik-pabrik yang benar-benar didedikasikan untuk memproduksi barang untuk pembeli tunggal, dalam hal pembeli (a) harus sepenuhnya sadar akan jumlah jam kerja / pekerja yang akan dibutuhkan untuk memenuhi pesanan dan, (b) memiliki total kontrol atas proses produksi untuk membatasi jam kerja yang berlebihan. 3. Dalam sebagian besar kasus, pekerja itu sendiri yang tertarik untuk bekerja berjam-jam untuk mendapatkan lebih banyak uang dari basis yang sedikit untuk menghidupi diri sendiri dan untuk menyimpan uang untuk keluarga mereka yang tinggal di kampung dan desa mereka. Oleh karena itu, mereka akan meninggalkan pabrik-pabrik yang tidak memberikan mereka banyak jam kerja lembur. 4. Untuk menghindari masalah dengan pembeli asing, pemilik pabrik sering memaksa berbagai akuntan agar membuat trik pembukuan untuk membuat catatan yang menunjukkan kepatuhan mereka terhadap hukum atau kode standar sukarela mengenai jam kerja reguler dan jam kerja lembur, dan pembayaran upah yang sesuai bagi jam mereka.

Dalam hal ini, tidak terlalu sulit bagi beberapa pemilik pabrik yang tidak bermoral untuk menggunakan taktik yang sama dan dengan demikian pekerja dibayar kurang
Page | 36

untuk setiap pekerjaan yang mereka lakukan. Beberapa vendor juga memanipulasi perhitungan upah dengan menciptakan sistem paralel dari tingkat potongan (yang sulit untuk menghitung dan kurang dipahami oleh para pekerja) serta tarif per jam (seperti yang dipersyaratkan oleh hukum) dan dengan demikian membuat sistem yang kompleks dan buram, yang selalu menguntungkan pemilik pabrik atas biaya para pekerja.

Pada pemeriksaan yang beragam, mengamati bahwa Mattel harus berurusan dengan realitas pasar dan memungkinkan untuk jam kerja yang melebihi batas hukum jam kerja maksimal. Namun demikian, Mattel berhasil: (a) mempertahankan transparansi dan sepenuhnya memverifikasi sistem catatan waktu, dan bahkan lebih penting, (b) memastikan bahwa para pekerja menerima upah yang sesuai untuk jumlah jam kerja reguler dan jam kerja lembur. Selain itu, auditor Mattel secara substansial berhasil dalam menjaga pengurangan dari upah pekerja untuk item seperti asrama sewa, biaya makanan, seragam, biaya medis, uang denda untuk berbagai pelanggaran yang berhubungan dengan pekerjaan, dll dalam batas wajar.

Situasi berkaitan dengan pemeliharaan pabrik dan pencegahan pencemaran udara, tanah, dan sumber daya air telah meningkat selama siklus masa audit, meskipun ada perbedaan yang cukup besar antara bebrapa pabrik yang berbeda. Secara umum, sebagian besar pabrik responsif terhadap perubahan yang akan

meningkatkan kegiatan pemeliharaan pabrik dan fasilitas fisik secara keseluruhan, yang juga kondusif untuk memperbaiki kondisi kerja bagi para pekerja. Namun, Ada juga isu regulasi pengawasan yang longgar, yang selanjutnya tekanan pun dikurangi ke arah pembuatan perbaikan yang dibutuhkan. Sebuah Elemen ketiga ada hubungannya dengan kurang terlatihnya personil yang berpengalaman. Dalam sejumlah kasus, ICCA mengamati bahwa pabrik memiliki peralatan yang sangat baik tapi itu dioperasikan dengan instalasi yang tidak tepat dan miskin pemeliharaan. Di beberapa daerah menunjukkan perbaikan signifikan termasuk keamanan tempat kerja, asrama dan kantin, akses pekerja ke semua tingkat manajemen, diskriminasi atau promosi berdasarkan jenis kelamin, ras atau asal-usul etnis, dan, penurunan yang signifikan dalam perlakuan buruk terhadap pekerja.

Page | 37

Kebanyakan pabrik menunjukkan meningkatnya perhatian dan kepedulian terhadap masalah lingkungan baik karena mereka terpengaruh para pekerja di dalam fasilitas pabrik, dan emisi udara, debit air, dan pengolahan limbah yang mempengaruhi di sekitarnya. Namun, pemeliharaan secara keseluruhan serta aspek EHS tertentu diperlukan perbaikan lebih lanjut.

4.6.6.2 Jam kerja

Pada saat audit formal pertama pabrik vendor, GMP Mattel tidak memiliki penyesuaian persyaratan untuk jam lembur dalam produksi musiman. Sebaliknya, terbatas hari kerja maksimum 60 jam,termasuk lembur. Audit ICCA atas 12 vendor yang dikunjungi selama kunjungan resmi pertama menunjukkan bahwa semua vendor secara rutin menjadwalkan jam kerja yang melebihi 60 jam per minggu yang melanggar batas yang diatur dalam GMP, umumnya penjadwalan 66-72 jam kerja per minggu berdasarkan hari kerja dalam seminggu ada 6 hari.

Persyaratan GMP Mattel wajib bagi pabrik-pabrik untuk menyediakan kompensasi pekerja dengan hari libur dalam 30 hari untuk pekerjaan yang dijadwalkan di luar jam kerja berturut-turut 7 hari. Apabila suatu hari waktu kompensasi libur tidak diberikan dalam waktu 30 hari, pekerja harus diberi kompensasi dengan 2kali

tingkat upah normal. Dari 12 pabrik yang diaudit, lima pabrik (3, 6, 7, 9, dan 11), mewakili 23.000 pekerja, atau 43,4% dari total pekerja yang tercakup dalam audit, tidak dapat memberikan catatan yang menunjukkan bahwa mereka disediakan sehari istirahat dalam waktu 30 hari kerja atau kompensasi alternatif pekerja dengan upah ganda seperti yang dipersyaratkan oleh standar GMP.

4.6.6.3 Wajib lembur

Baik hukum perburuhan Cina dan GMP Mattel mengharuskan semua pekerja lembur harus sukarela dan bahwa pekerja memiliki hak untuk menolak kerja lembur. Pada kenyataannya, sebagian besar wajib lembur. Hal ini adalah praktek umum dan diterima oleh pekerja. Oleh karena itu, dari perspektif pekerja, masalah lembur paksa muncul di mana; (a) persetujuan tersirat seperti dibahas di atas tidak berlaku, dan
Page | 38

(b) permintaan pekerja dibebaskan dari kerja lembur karena kelelahan, merasa sakit, atau alasan pribadi lainnya telah ditolak. Sebagai contoh, dalam kasus Pabrik 1, manajemen menerangkan bahwa seorang pekerja harus menemukan pengganti / dia diperbolehkan untuk tidak bekerja lembur. Demikian pula, beberapa pabrik membatasi jumlah pekerja yang bisa menolak lembur wajib (Pabrik 5 dan 6). Sebuah pelanggaran sangat serius atas kebijakan lembur sukarela ditemukan oleh ICCA di Pabrik ke-12, dimana seluruh tenaga kerja dari 4600 pekerja diminta untuk bekerja pada hari libur nasional. 4.6.6.4 Kesesuaian pembayaran upah

Sedangkan pembayaran upah minimum dan kompensasi untuk jam lembur meningkat sejak awal penilaian informal ini, banyak pabrik yang ditemukan terlibat dalam praktek yang dipertanyakan yang melibatkan pemotongan upah pekerja. Seperti salah satunya termasuk pengenaan denda kas atas pelanggaran disiplin. Denda Kas ditemukan dikenakan di lima pabrik (Pabrik 1, 5, 6, 11, dan 12) yang mewakili 50% pekerja yang tercakup dalam audit. Seharusnya di sini dicatat bahwa pengenaan denda uang tunai diperbolehkan menurut Mattel GMP, yang membatasi uang denda tidak lebih dari 20% dari upah minimum bulanan. Meskipun denda individu yang dikenakan oleh pabrik tidak melebihi batas maksimal yang dibatasi dalam GMP, frekuensi denda tersebut diberlakukan dengan jumlah total dana

disetujui oleh manajemen pabrik dan disposisi dari dana tersebut mengangkat pertanyaan mengenai efektivitas dan utilitas mereka. vendor umumnya menunjukkan bahwa dana yang terkumpul melalui denda uang tunai digunakan untuk kegiatan kesejahteraan karyawan termasuk liburan perayaan dan program hiburan lainnya. Pernyataan manajer di semua pabrik, bagaimanapun, tidak dapat diverifikasi karena pabrik dianggap telah gagal dalam memberikan informasi atau catatan keuangan untuk menunjukkan bagaimana dana tersebut dibelanjakan.

4.6.6.5 Pengurangan

Bidang lain yang berkaitan dengan pemotongan moneter yang melibatkan biaya untuk akomodasi asrama dan makanan yang disajikan di kantin pabrik. Pabrik 8 dan 9 memberlakukan pekerja untuk membayar uang asrama dimuka dan pembayaran
Page | 39

RMB80 sebagai biaya persediaan awal untuk tinggal di asrama, seperti seprai, handuk, dll tidak dapat dikembalikan. Pabrik 1 dan 11 juga memberlakukan wajib biaya bulanan biaya terlepas dari mana seorang pekerja tinggal. Di Pabrik 1, makan di kantin adalah kewajiban. Di Pabrik ke-8, meskipun makan di kantin bersifat sukarela, banyak pekerja tidak menyadari hal itu dan akhirnya membayar melalui pemotongan wajib. 4.6.6.6 Menjaga Rekam Catatan

Di beberapa daerah perlu dilakukan perbaikan termasuk pencatatan hari kerja, libur, menerima baik upah ganda ataupun kompensasi hari libur; aplikasi peraturan yang berkaitan dengan tunjangan, misalnya, cuti melahirkan, cuti tahunan, penggunaan denda uang tunai, dan pelatihan pekerja yang berkaitan dengan keselamatan, dan penggunaan peralatan pelindung diri yang tidak memadai. 4.6.6.7 Perlindungan masalah lingkungan

Masalah paling penting yang muncul ialah perhatian pada hal hal besar yang tidak memadai, isu lingkungan misalnya, pengolahan dan pembuangan air limbah, kualitas udara dan air, ventilasi, dan budaya yang tidak memadai. Kebanyakan pabrik melakukan ketidakpatuhan dalam berbagai hal dengan standar GMP. 4.6.6.8 Respon Mattel

Menanggapi temuan ICCA, Mattel membuat rincian tindakan perbaikan tersebut. Auditor internal perusahaan menganalisis lebih dari 300 temuan spesifik dari ICCA yang melaporkan berkaitan dengan 12 pabrik. Mereka bekerja dengan pemasok individu untuk mengembangkan rencana tindakan korektif untuk mengatasi temuan audit awal. Perusahaan memberikan laporan rinci ICCA dengan menunjukkan bagaimana setiap perubahan diselenggarakan dan dilaksanakan dengan catatan verifikasi dan, bila sesuai, asalkan untuk diperiksa ICCA, salinan sertifikasi yang tepat dan yang sesuai dari instansi pemerintah dan badan-badan profesional. Perusahaan juga memberikan bukti foto dari instalasi yang baru diperbaiki yang menunjukkan sejauh mana ruang lingkup tindakan korektif yang dilakukan oleh vendor bekerja sama dengan Mattel. Akibatnya, dari 12 pabrik dalam audit asli,
Page | 40

ICCA melakukan tindak lanjut audit dari tujuh pabrik (Pabrik 1, 2, 3, 6, 9, 10, dan 12) untuk memverifikasi kecukupan upaya kepatuhan. Audit tindak lanjut menunjukkan bahwa terkecuali dua pabrik (Pabrik 1 dan 12), semua pabrik sesuai dengan standar GMP. Peningkatan kinerja vendor pabrik sejak awal kunjungan, dan tindakan korektif Mattel yang kuat dalam menanggapi temuan ICCA ditandai dengan kemajuan substansial dalam pengawasan manajemen pabrik vendor Cina. 4.6.6.9 Audit vendor Cina tahun 2004-2007

Selama periode 2004-2007, ICCA melakukan audit resmi dari sembilan pabrik tambahan serta tindak lanjut kunjungan ke pabrik vendor pada berbagai tingkat pelanggaran GMP Mattel yang ditemukan. Audit menunjukkan bahwa pabrik umumnya sesuai dengan ketentuan utama GMP Mattel yang dianggap'' toleransi'', misalnya, pekerja anak, kerja paksa, upah minimal, dan diskriminasi.

Namun demikian, sejumlah praktek yang dipertanyakan ditemukan dalam kaitannya dengan pemeliharaan pabrik, penggunaan APD, akses pekerja ke fasilitas kamar mandi dan air minum, dan pemotongan moneter. Praktek paling umum termasuk pemeriksaan medis pada saat perekrutan, tambahan setelan seragam, ID pabrik dan pembayaran untuk pekerja sehabis bersalin hanya jika kembali ke pabrik setelah 90 hari cuti. Masalah lembur terus menjadi praktek umum pada sebagian besar pabrik. Namun, manajemen telah meningkatkan kepatuhannya dengan mengamankan Konsolidasi ijin jam kerja, dan pelanggaran di penjadwalan lembur, meskipun terjadi dalam beberapa kasus, tidak lagi menjadi masalah rutin.

Meskipun manajemen Mattel dan departemen internal Audit terus bekerja sama dengan tim audit ICCA dalam memeriksa bidang kepatuhan keprihatinan dan ICCA meyakinkan dalam masa pemulihan, perubahan dalam operasi pabrik vendor tidak dapat mengatasi semua temuan kunci, dan dalam banyak kasus termasuk kebijakan dan perbaikan dokumentasi. Kunjungan tindak lanjut ICCA menemukan banyak

contoh pelanggaran terus menerus terjadi dari kebijakan cuti hamil serta keluhan pekerja atas akses yang tidak memadai ke kamar mandi dan air minum selama jam produksi

Page | 41

Audit putaran pertama ICCA dan tindak lanjut nya mencatat bahwa baik vendor dan departemen audit internal Mattel harus menekankan pekerja terkait isu, yaitu pekerja di bawah umur, jam kerja berlebihan, kurangnya menjaga laporan, dan pembayaran upah yang tidak tepat untuk jam kerja reguler dan kerja lembur. Ini sudah bisa diduga karena masalah ini erat diidentifikasi dengan tuduhan sweatshop. Tim audit ICCA menunjukkan bahwa petugas kesehatan dan masalah keamanan dan lingkungan yang berhubungan dengan udara, air, dan polusi tanah adalah bagian integral dari GMP dan hukum tenaga kerja Cina.

Dalam hal ini, tanggapan vendor dan upaya Mattel tidak sama. Dalam keadilan, harus dicatat bahwa pabrik vendor Mattel Cina tidak mewakili gambaran yang homogen. Beberapa fasilitas vendor menunjukkan kemajuan substansial dalam meningkatkan lingkungan fisik kerja di pabrik-pabrik. Misalnya, Pabrik 19 dan 20 memiliki sistem pendingin udara yang dipasang di semua lantai produksi prakteknya jarang terlihat di antara pabrik vendor. Selain itu, pabrik jugamemberikan akomodasi pekerja yang lebih baik dari asrama pekerja baik dari segi ruang individu dan pemeliharaan umum.

Pada saat yang sama, pabrik lain terus menggunakan peralatan usang dan tidak terpelihara untuk pengobatan, penghapusan lumpur, dan ventilasi udara, karena tindakan perbaikan di daerah-daerah diperlukan modal pengeluaran dan staf tambahan untuk pemeliharaan dan pemantauan. Pihak pabrik mempertimbangkan biaya sebagai hal yang tidak penting mengingat margin keuntungan yang rendah dan pasar sangat kompetitif. kelompok audit internal Mattel selalu berjanji dengan temuan ICCA itu dan melakukan upaya untuk memperbaiki situasi. Namun, Mattel tidak mampu membuat perbaikan sebagaimana diharuskan oleh undang-undang China dan standar GMP Mattel.

Secara keseluruhan, babak kedua dan ketiga audit pabrik vendor memberikan jurang yang lebar antara contoh ketidakpatuhan dengan standar GMP dan janji-janji Mattel untuk meningkatkan kinerja kepatuhan pabrik vendor. Akhirnya, sebagai tindak lanjut hingga putaran ketiga audit ICCA, Mattel memberikan ICCA rincian akhir pada tahun 2008 untuk mengusulkan tindakan korektif yang berkaitan dengan
Page | 42

pabrik vendor. Implementasi sebenarnya dari setiap tindakan perbaikkan tetap tidak diketahui oleh ICCA dan Mattel telah mengakhiri audit eksternal oleh pihak ketiga independen. 4.6.6.10 Keengganan Mattel untuk mendisiplinkan pabrik vendor yang bandel

Sayangnya menjelang akhir putaran kedua audit, menjadi jelas bahwa penegakan standar GMP Mattel oleh ICCA telah kehilangan momentum meskipun jelas pelanggaran dan perubahan janji-janji terus diulang. 4.6.6.11 Kasus Pabrik 7

Pabrik 7 ialah salah satu pabrik yang diperiksa selama putaran pertama audit pabrik vendor Cina. Selama audit awal, Pabrik 7 ditemukan memiliki masalah ketidakpatuhan signifikan di bidang pembayaran upah reguler dan lembur, jam lembur berlebihan, dan menjaga catatan buruk dalam hal untuk jam kerja dan pembayaran upah pekerja. Mattel menginformasikan ICCA bahwa perusahaan telah memutuskan untuk menghentikan hubungan bisnisnya dengan vendor. Namun, Mattel kemudian menginformasikan ICCA bahwa, untuk alasan bisnis, hubungan kontraktual dengan vendor ini terus dilakukan.

Akibatnya, ICCA terus mengamati operasi pabrik. Pabrik ini telah ditinjau kembali tiga kali selama periode 2005-2007. Selama kunjungan ini, ICCA mengidentifikasi sejumlah masalah ketidakpatuhan, yang melibatkan pemotongan wajib untuk checkup medis, biaya perekrutan, biaya untuk seragam dan ID pabrik, diskriminasi pada pekerja. Salah satu masalah paling utama yang ICCA bawa ke perhatian departemen audit internal Mattel adalah tidak tersedianya sistem pencatatan komputerisasi yang konsisten. Pabrik ditemukan memiliki dua set buku untuk memenuhi rekaman standar dua klien utama. Kurangnya transparansi berkaitan dengan pembukuan ganda dan pencatatan pengguna berulang kali dibawa ke perhatian manajemen pabrik oleh ICCA dan juga dicatat oleh laporan audit internal Mattel, tetapi tidak berhasil.

Page | 43

Praktek utama yang beroperasi di pabrik 7 adalah berhubungan dengan pekerjaan rutin pada hari Minggu dengan menciptakan jadwal kerja dengan satu hari istirahat setiap 13 hari (bukan dari 7 hari). Hal ini juga menjadi jelas selama diskusi ICCA itu bahwa manajemen Pabrik ke-7 itu tidak mempunyai rencana untuk mengubah praktek yang berkaitan dengan penjadwalan jam kerja yang melebihi batas maksimum yang diizinkan, misalnya, bekerja pada hari libur.

Menanggapi temuan terbaru ICCA pada Pabrik Praktek 7, Mattel mencatat bahwa tidak akan melanjutkan hubungan dengan vendor yang tidak menunjukkan komitmen untuk mematuhi GMP. Namun, ICCA tidak memiliki informasi lebih lanjut apakah bisnis Mattel dengan Pabrik 7 dihentikan.

4.6.6.12 Kasus Pabrik 18

Situasi paling mengerikan terjadi di Pabrik 18. Audit pertama dari fasilitas ini terjadi pada Desember 2005 setelah adanya konsultasi resmi pabrik. Namun, audit itu dihentikan oleh ICCA setelah jelas ditemukan bahwa sebagian besar jumlah para pekerja diminta untuk tidak datang bekerja pada hari dilaksanakannya audit. Pekerja lainnya diidentifikasi telah dilatih oleh manajemen untuk memberikan jawaban yang telah ditentukan, yang dikompromikan dari integritas proses audit. Mattel dan ICCA sepakat bahwa pabrik 18 akan diberi kesempatan untuk melakukan tindakan korektif berikut yang diperlukan dan pabrik akan secara resmi diaudit oleh ICCA.

Audit resmi kedua terjadi pada tanggal 11 Oktober 2006. Audit ini menemukan sejumlah pelanggaran masalah dalam perawatan pekerja dan pemeliharaan umum pabrik. Namun, selama wawancara rahasia dengan pekerja menjadi jelas bahwa manajemen terpaksa kembali membina seluruh tenaga kerja di pabrik untuk

memberikan jawaban mirip atas pertanyaan yang mungkin ditanyakan selama sesi wawancara rahasia tim audit ICCA. Ketidakkonsistenan antara klaim manajemen dan tanggapan pekerja menimbulkan keprihatinan serius tentang integritas temuan audit sudah negatif. Pelanggaran luas diperpanjang izin jam lembur, kondisi fisik fasilitas pabrik memburuk.

Page | 44

Mattel kecewa dengan kekurang Pabrik 18 atas perbaikan yang harus dilakukan dan menunjukkan bahwa hal itu tidak akan memberikan dampak baik sampai pihak manajemen secara memadai membahas masalah kepatuhan yang digariskan oleh ICCA. Sayangnya, kunjungan audit ketiga di Pabrik 18 tahun 2008 tidak menunjukkan adanya perbaikan masalah tenaga kerja dan lingkungan oleh manajemen pabrik. Pabrik ini ditemukan sebagai salah satu pelanggar terbesar standar GMP Mattel serta Hukum Perburuhan Cina. Namun, ICCA tidak menerima konfirmasi resmi dari Mattel untuk aksinya yang berkaitan dengan Pabrik 18.

4.6.6.13 Pelatihan pekerja

Kunjungan ketiga Pabrik 1 bertepatan dengan audit ketiga ICCA di Pabrik 18. Audit abrik 1 dihentikan karena temuan serupa dari pelatihan pekerja dan pemotongan upah tenaga kerja lebih dari dua kali pada hari yang audit. Selain itu, survei yang dilakukan pada pekerja di fasilitas lain yang kunjungi di babak audit yang sama (Pabrik 11) mengungkapkan bahwa pelatihan pekerja sebelum audit adalah praktek biasa. Pekerja di Pabrik ke-11 menyatakan bahwa mereka biasanya menerima penghargaan uang tunai untuk menanggapi kuesioner auditor dengan jawaban yang telah ditentukan. Sementara pekerja di Pabrik ke-11 menahan diri dari memberikan tanggapan pada tim ICCA yang telah ditetapkan karena sifat survei yang rahasia, pengakuan mereka dari praktek-praktek tersebut menimbulkan kekhawatiran serius tentang integritas audit independen yang dilakukan oleh berbagai kelompok di pabrik vendor Cina.

Page | 45

BAB V REKOMENDASI

Pada artikel ini, telah disajikan penjelasan rinci dan diskusi tentang kode sukarela yang dilakukan oleh Mattel, keadaan yang menyebabkan penciptaan kode tersebut, proses yang dilaksanakannya, dan akhirnya ditinggalkan oleh perusahaan. Para penulis artikel terlibat dalam hampir setiap aspek dari penciptaan kode dan implementasi seluruh siklus hidup hampir sekitar 9 tahun.

Studi kasus ini telah memberikan kita sebuah kesempatan berharga untuk menguji sifat dinamis dari perubahan dalam perusahaan dan bagaimana mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perubahan eksternal yang kompetitif dan lingkungan sosio-politik. Kode etik GMP Mattel sangat inovatif dalam salah satu inisiatifnya. Dalam hal ini, menjadi laboratorium hidup, Namun, tidak sempurna,

untuk menguji berbagai aspek kelangsungan hidup kode etik sukarela oleh perusahaan dan industri kelompok. Hal tersebut bermakna terhadap mekanisme pengaturan diri yang akan menjadi fleksibel dan mudah beradaptasi dengan situasi ekonomi dan sosio-politik yang berubah, bisa juga membantu untuk mempersempit, jika tidak sepenuhnya menghilangkan, kesenjangan antara harapan sosial dan kinerja perusahaan.

Idealnya, hal itu akan dilakukan untuk memeriksa kasus kode etik sukarela yang mirip dan mengikutinya melalui proses penciptaan kode dan waktu pelaksanaannya lebih panjang. Sayangnya, hal ini telah terbukti mustahil. Sebuah pencarian ekstensif literatur oleh penulis telah gagal untuk menemukan contoh-contoh laporan kode etik dari publik secara sukarela. Meskipun kurangnya studi kasus lain yang sebanding, kami percaya pengamatan kami mungkin menyarankan jalur potensial, mencari perusahaan dan industri mana yang bisa memanfaatkan dengan baik dalam menciptakan dan menerapkan kode etik sukarela.

Page | 46

Analisis kami dalam bagian ini telah dibagi menjadi empat kategori: 1. Tanggapan perusahaan terhadap krisis eksternal; 2. Pentingnya norma etika, budaya perusahaan, dan memori kelembagaan; 3. Aspek operasional dari penerapan GMP; dan 4. Tanggapan perusahaan terhadap persaingan, regulasi lingkungan, dan risiko reputasi.

Page | 47

BAB VI PENELITIAN YANG AKAN DATANG

Para peneliti menyarankan agar melakukan pengamatan pada jenis industri lain yang mempunyai kapasitas dalam penciptaan kode etik sukarela secara luas. Waktu pengamatan agar dilakukan lebih panjang dengan pengumpulan verifikasi temuan hasil audit dan progress tindak lanjut yang lebih lengkap sebagai parameter keberhasilan penggunaan kode etik sukarela dalam suatu bisnis.

Page | 48

DAFTAR PUSTAKA

Barboza, D. and L. Story: 2007, July 26, Toy Making in China, Mattels Way, New York Times. Retrieved from http://www.nytimes.com/2007/07/26/business/26toy. html?_r=1.

Casey, N. and A. Pasztor: 2007, September 4, Safety Agency, Mattel Clash Over Disclosures, The Wall Street Journal, A1.

CNNMoney.com: 2007, September, Mattel CEO to Face Congress, Report Says: Senate and House Panels Set to Have CEO Robert Eckert Testify on the Threat Posed by Toys from China, Companys Reporting Process. Retrieved from http://money.cnn.com/2007/09/07/ news/companies/mattel_congress/index.htm.

Dee, J.: 2007, December 23, A Toy Makers Conscience: How a Business-School Professor and Consultant for Mattel Would Turn Made in China into Something Other than a Curse, New York Times, Sunday Magazine, p. 34.

Hays, C. L.: 2000, May 18, Mattel Names Kraft Chief to Top Post, The New York Times, p. 1.

ICCAs 2nd International Conference on Globalization and the Good Corporation, June 2628, 2007.

La Botz, D.: 2007, Sewing Alliances: Anti-Sweatshop Activism in the United States. TheRace, Poverty Environment. Retrieved from

http://www.urbanhabitat.org/files/RPE14-1_LaBotz-s.pdf.

Levi Strauss & Co.: Global Sourcing and Operating Guidelines. Retrieved from http://www.levistrauss.com/sites/default/files/librarydocument/2010/4/CitizenshipCod eOfConduct. pdf.

Page | 49

Mattel Sets a Conduct Code for Its Suppliers: 1997, November 20, New York Times. Retrieved from http:// www.nytimes.com/1997/11/20/business/mattel-setsa- conductcode-for-its-suppliers.html?pagewanted=1.

Miller, G. W.: 2000, February 7, Managers Journal: The Rise and Fall of Toylands Princess, The Wall Street Journal, A38.

National Bureau of Economic Research: 2004, May, Moving Up or Moving Out? Anti Sweatshop Activists and Labor Outcomes (NBER Working Paper No. 10492) (Cambridge, MA: Harrison, Ann & J. Scorse). Retrieved from

http://www.nber.org/papers/w10492.

PR Newswire Association LLC: 1997, November 20, Mattel, Inc. Launches Global Code of Conduct Intended to Improve Workplace, Workers Standard of Living. Retrieved http://www2.prnewswire.com/cgibin/stories.pl?ACCT=104&STORY=/www/ story/1120-97/364032&EDATE=. from

Schoenberger, K.: 2000, Levis Children: Coming to Terms with Human Rights in the Global Marketplace. Retrieved from http://books.google.com/books?id=Tak28CiEt noC&pg=PA73&lpg=PA73&dq=levis+code+of+conduct&source=bl&ots=eMZwQ5BX p7&sig=lZ06E5RaInymMVO7Lui62ra7c8&hl=en&ei=W8MrS_bfG5DFlAfO77mbBw&s a=X&oi=book_result&ct=result&resnum=8&ved=0CCUQ6AEwBw#v=onepage&q=&f =false.

Sethi, S. P.: 1994, Multinational Corporations and the Impact of Public Advocacy on Corporate Strategy: Nestle and the Infant Formula Controversy (Kluwer Academic Publishers, Boston).

Sethi, S. P.: 2003, Setting Global Standards: Guidelines for Creating Codes of Conduct for Multinational Corporations (John Wiley and Sons, New York), pp. 232 234.

Page | 50

Sethi, S. P. and B. B. Bhalla: 1993, A New Perspective on International Social Regulation of Business: An Evaluation of the Compliance status of the International Code of Marketing of Breast-Milk Substitutes, Journal of Socio-Economics 22(2), 141158. 516 S. Prakash Sethi et al.

Sethi, S. P., M. L. Weidenbaum and P. F. McCleary: 2000, A Case Study of Independent Monitoring of U.S. Overseas Production: Mattel Independent Monitoring Council for Global Manufacturing Principles (MIMCO) Audit Report 1999, Global Focus12 (1), 137152.

Sethi, S. P. and O. Williams: 2000, Economic Imperatives and Ethical Values in Global Business: The South African Experience and International Codes Today (Boston: Kluwer Academic Publishers), Paperback Version (Notre Dame, IN: University Press, 2001).

Story, L.: 2007, September 5, Mattel in Another Recall, Citing Lead in Toys From China, New York Times. Retrieved December 21, 2007, from http://query. nytimes.com/gst/fullpage.html?res=9F07E7DF103A F936A3575AC0A9619C8B63.

Story, L. and D. Barboza: 2007, August 15, Mattel Recalls 19 Million Toys Sent From China, New York Times. Retrieved from http://www.nytimes.com/

2007/08/15/business/worldbusiness/15imports.html?ex=1344830400&amp ;amp;amp;en=18d94 724a4755843&ei=5090.

The Press Trust of India Limited: 2007, September 21, Mattel Apologizes to China on Toy Recalls; Four Arrested. Retrieved from http://www.hindustantimes. com/News-Feed/corporatenews/Mattel-apologisesto-China-on-toy-recalls-four arrested/Article1-24906 9.aspx.

United States Department of Labor: 1997, April, Chronology on Clinton AdministrationsNo Sweat Initiative. Retrieved from http://actrav.itcilo.org/actravenglish/ telearn/global/ilo/guide/apparell.htm.

Page | 51

Anda mungkin juga menyukai