Anda di halaman 1dari 55

SATUAN ACARA PENYULUHAN

I. IDENTITAS Topik Sub Topik Hari/tanggal Waktu Sasaran Tempat : Gangguan Kepribadian : Mengenali tentang gangguan kepribadian : Jumat, 14 September 2012 : 08.00-09.00 WIB : Pasien dan keluarga pasien yang datang ke poliklinik : Ruang tunggu Poliklinik

II. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya mengetahui pengetahuan mengenai gangguan kepribadian, diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami dengan baik dalam mengenali gangguan kepribadian.

III. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit diharapkan para peserta dapat : 1. Agar lebih memahami tentang gangguan kepribadian 2. Agar lebih memahami bagaimana cara penanganan gangguan kepribadian

IV. MATERI (teralampir) 1. Pengertian kepribadian 2. Pembentukan kepribadian 3. Teori kepribadian 4. Pengertian gangguan kepribadian 5. Klasifikasi gangguan kepribadian

V. MEDIA 1. Laptop 2. Lcd 3. Microphone 4. Leaflat

VI. METODE 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya jawab

KEGIATAN PENYULUHAN

No 1. 2.

Kegiatan Pembukaan Isi

Penyuluhan mengucapkan salam memperkenalkan diri

Audience Menjawab salam Memperhatikan Menyampaikan pengetahuannya Mendengarkan dan memperhatikan penyampaian materi Mendengarkan dan memperhatikan Aktif mengajukan pertanyaan Menjawab salam

Waktu 5 menit 45 menit

3.

Penutup

Menyimpulkan materi Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya Menutup dan mengucapkan salam

10 menit

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Gangguan kepribadian memiliki jumlah terbanyak sekitar 5% dari hitungan secara kasar tafsiran jumlah penduduk gangguan jiwa. Penelitian gangguan kepribadian pada remaja dan dewasa awal di Desa Sedeng Pacitan, sampel yang digunakan adalah remaja dan dewasa awal di desa Sedeng Pacitan yang berusia 18-25 tahun baik itu laki-laki dan perempuan yang berjumlah 152 orang. Dari hasil penelitian prevalensi gangguan kepribadian, dapat di rinci menurut delapan aspek yaitu gangguan kepribadian obsesif kompulsif sebanyak 32 orang (21.05%), gangguan kepribadian shizoid sebanyak 26 orang (17.10%), gangguan kepribadian paranoid sebanyak 27 orang (17.76%), gangguan kepribadian ambang sebanyak 22 orang (14.4%), gangguan kepribadian anti sosial sebanyak 29 orang (19.07%) dan gangguan lain seperti kondisi emosional sebanyak 37 orang (24.34%),depresi sebanyak 35 orang (23.02%) dan impulsif sebanyak 28 orang (18.42%). Melihat tingginya prevalensi gangguan kepribadian maka dapat disimpulkan bahwa status kesehatan masyarakat khususnya remaja dan dewasa awal di desa Sedeng Pacitan menunjukkan pada tingkat rendah. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami/istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.kita harus memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar tembentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.

BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI KEPRIBADIAN Kata kepribadian (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin: persona. Pada mulanya kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman romawi dalam memainkan perannya. Lambat laun, kata persona (personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial yang diterimanya. Kepribadian (Allport, 1971) adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistemsistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan (kaplan).

B. Pembentukan Kepribadian Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita dapat membedakannya dalam dua golongan : 1. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam

kebudayaan tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya, sebagai laki-laki atau wanita seseorang mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Beberapa dari peran itu dipilih sendiri oleh orang yang bersangkutan tetapi masih tetap terikat pada norma-norma masyarakat, misalnya jabatan atau pekerjaan. Meskipun demikian, kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya diramalkan atau dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang struktur kebudayaan dimana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena : a.Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena medianya (orang tua, saudara, media massa dan lain-lain) tidaklah sama pula pada setiap
5

orang. Setiap orang tua atau media massa mempunyai pandangan dan pendapatnya sendiri sehingga orang-orang yang menerima pandangan dan pendapat yang berbeda-beda itu akan berbeda-beda pula pendiriannya. b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang

terjadi pada dirinya sendiri. 2. Pengalaman yang khusus, yaitu yang khusus dialami individu sendiri.

Pengalaman ini tidak tergantung pada status dan peran orang yang bersangkutan dalam masyarakat. Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas memberi pengaruh yang berbeda-beda pada tiap individu-individu itu pun merencanakan pengalamanpengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya ia membentuk dalam dirinya suatu stuktur kepribadian yang tetap (permanen). Proses integrasi pengalamanpengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama makin dewasa, disebut proses pembentukan identitas diri. Proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah satu tingkat yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak, saudara, guru, dan sebagainya. Pada masa remaja, tahap identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan kekaburan akan peran sosial, karena remaja-remaja cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan ayahnya, bintang film kesayangannya, tokoh politik favoritnya dan sebagainya. Kalau kekaburan akan peranan sosial ini tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu menjadi dewasa, maka besar kemungkinannya ia akan menderita gangguan-gangguan kejiwaan pada masa dewasanya. Karena itu penting sekali diusahakan agar remaja dapat menentukan sendiri identitas dirinya dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya terhadap orang-orang lain untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri.

C. TEORI KEPRIBADIAN

Ada empat teori kepribadian utama yang satu sama lain tentu saja berbeda, yakni teori kepribadian psikoanalisis, teori-teori sifat (trait), teori kepribadian behaviorisme, dan teori
6

psikoligi kognitif. 1. Teori Kepribadian Psikoanalisis Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego. Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls biologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai dengan cara yang diterima masyarakat, dan superego (hati nurani;suara hati) memiliki standar moral pada individu. Jadi jelaslah bahwa dalam teori psikoanalisis Freud, ego harus menghadapi konflik antara id ( yang berisi naluri seksual dan agresif yang selalu minta disalurkan) dan super ego (yang berisi larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya ego masih harus mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum menampilkan perilaku tertentu. Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya menghadapi konflik antara id dan superego, melainkan harus mengelola dorongan-dorongan yang datang dari ketidak sadaran kolektif (yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari pengalaman masa lalu dari masa generasi yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi yang berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam ketidaksadaran. Berbeda dengan Freud, Jung tidak mendasarkan teorinya pada dorongan seks. Bagi erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan superego, menurutnya, yang terpenting bukannya dorongan seks dan bukan pula koflik antara id dan superego. Bagi Erikson, manusia adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan, dan perilakunya dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif seperti pada teori freud, dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih banyak dipengarihi oleh faktor sosial daripada dorongan seksual.

2.

Teori-Teori Sifat (Trait Theories) Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang menekankan
7

aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau sifat-sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi. Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan pribadi (personal disposition). Sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu sama lainnya. Kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu. Dua orang mungkin samasama jujur, namun berbeda dalam hal kejujuran berkaitan dengan sifat lain. Orang pertama, karena peka terhadap perasaan orang lain, kadang-kadang menceritakan kebohongan putih bagi orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih tinggi dari kejujuran. Adapun orang orang kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan mengatakan apa adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang mungkin pula memilki sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda. Seseorang mungkin berhati-hati karena ia takut terhadap pendapat orang lain, dan orang lain mungkin hati-hati karena mengekspresikan kebutuhannya untuk mempertahankan keteraturan hidup. Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari Willim Sheldom. Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun demikian ia sebenarnya menolak pengotakkan menurut tipe ini. Menurutnya, manusia tidak dapat digolongkan dalam tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya seseorang memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen ini menimbulkan berbagai kemungkinan tipe fisik yang isebutnya sebagai somatotipe. Menurut Sheldom ada tiga komponen atau dimensi temperamental adalah sebagai berikut : a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki sifat-sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran, lamban, santai, pandai bergaul. b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat-sifat seperti berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan aktivitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain, cenderung menguasai dan membuat gaduh.

c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan bersifat tertutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepada orang lain, serta memiliki kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang di rundung masalah, Ia memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.

3.

Teori Kepribadian Behaviorisme Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan

tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu poin yang faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut. Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnya. Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk mengontrol perilaku. Tekhnik tersebut antara lain adalah sebagai berikut : 1) Pengekangan fisik (psycal restraints)

Menurut skinner, kita mengntrol perilaku melalui pengekangan fisik. Misalnya, beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari menertawakan kesalahan orang lain. Orang kadang-kadang melakukannya dengan bentuk lain, seperti berjalan menjauhi seseorang yang tealh menghina ita agar tidak kehilangan kontrol dan menyerang orang tersebut secara fisik. 2) Bantuan fisik (physical aids)

Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol perilaku yang tidak dinginkan. Misalnya, pengendara truk meminum obat perangsang agar tidak mengatuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga digunakan untuk memudahkan perilaku tertentu, yang bisa dilihat pada orang yang memiliki masalah penglihatan dengan cara memakai kacamata.

3)

Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)

Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggunggung jawab. Misalnya, orang yang berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari hadapannya sehingga dapat mengekang diri sendiri. 4) Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)

Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan emosional dalam diri kita untuk mengontrol diri. Misalnya, beberapa orang menggunakan tekhnik meditasi untuk mengatasi stess. 5) Melakukan respons-respons lain (performing alternativeresponses)

Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku yang membawa hukuman dengan melakukan hal lain. Misalnya, untuk menahan diri agar tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita mungkin melakukan tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka. 6) Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)

Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku menurut Skinner, adalah positive self-reinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri atas perilaku yang patut dihargai. Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri karena telah belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan menonton film yang bagus. 7) Menghukum diri sendiri (self punishment)

Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal mencapai tujuan diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa menghukum dirinya sendiri karena gagal melakukan ujian dengan baik dengan cara menyendiri dan belajar kembali dengan giat. 4. Teori Psikologi Kognitif Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari pandangan psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam memersepsi lingkungannya, manusia tidak sekadar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari
10

penginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku. Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.

D. GANGGUAN KEPRIBADIAN 1. Definisi Gangguan kepribadian (Aksis II pada DSM-IV) merupakan suatu ciri kepribadian yang menetap, kronis, dapat terjadi pada hampir semua keadaan, menyimpang secara jelas dari norma-norma budaya dan maladaptif serta menyebabkan fungsi kehidupan yang buruk, tidak fleksibel dan biasanya terjadi pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Hal ini disebabkan pada usia ini masalah-masalah kepribadian sering bermunculan begitu luas dan komplek. Orang yang menderita gangguan kepribadian mempunyai sifat-sifat kepribadian yang sangat kaku dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Akibatnya. dia akan mengalami kerusakan berat dalam hubungan sosialnya atau dalam bidang pekerjaannnya atau dirinya terasa sangat menderita. Gejala-gejala dari orang dengan gangguan kepribadian biasanya alloplastik. Artinya, orang dengan gangguan kepribadian akan berusaha merubah lingkungan untuk disesuaikan dengan keinginannya. Selain itu, gejalagejalanya juga egosintonik. Artinya, orang dengan gangguan kepribadian dapat menerima dengan baik gejala-gejalanya. Umumnya orang dengarn gangguan kepribadian menolak bantuan secara psikiatrik. 2. Etiologi

11

2.1 Faktor Genetik Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap social, kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.4 2.2 Faktor Temperamental Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar. 2.3 Faktor Biologis Hormon. Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunukkan peningkatan serotonergik, kadar testosterone, suatu 17-estradiol mengaktivasi dan estrone. Neurotransmitter. Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan menyatakaan fungsi kesadarandari neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi,impulsivitas. Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat. 2.4 Faktor Psikoanalitik Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anakyang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.
12

3. Klasifikasi Dalam Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV), gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu: a. Kelompok A, terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal. Orang dengan gangguan seperti ini seringkali tampak aneh dan eksentrik. b. Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik dan narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional, dan tidak menentu. c. Kelompok C, terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen dan obsesif-kompulsif, dan satu kategori yang dinamakan gangguan kepribadian yang tidak ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian pasif-agresif dan gangguan kepribadian depresif). Orang dengan gangguan ini sering tampak cemas atau ketakutan. Menurut PPDGJ, klasifikasi gangguan kepribadian sebagai berikut:
3.1 Gangguan kepribadian khas

3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.1.4 3.1.5 3.1.6 3.1.7 3.1.8 3.1.9

gangguan kepribadian paranoid gangguan kepribadian skizoid gangguan kepribadian dissosial gangguan kepribadian emosional tak stabil gangguan kepribadian histrionik gangguan kepribadian anankastik gangguan kepribadian cemas gangguan kepribadian dependen gangguan kepribadian khas lainnya

13

3.1.10 gangguan kepribadian YTT


3.2 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya

3.2.1 3.2.2

gangguan kepribadian campuran gangguan kepribadian yang bermasalah

Berikut akan dijelaskan satu persatu beberapa tipe gangguan kepribadian yang telah disebutkan di atas:

Gangguan Kepribadian Paranoid Orang dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai dengan adanya perasaan curiga yang berlebihan pada orang lain. Mereka menolak tanggung jawab atas perasaan mereka sendiri dan melemparkan tanggung jawab pada orang lain. Mereka seringkali bersikap bermusuhan, mudah tersinggung dan marah termasuk pasangan yang cemburu secara patologis. Mereka seringkali bertanya tanpa pertimbangan, tentang loyalitas dan kejujuran teman atau teman kerjanya atau cemburu dengan bertanya-tanya tanpa pertimbangan tentang kesetiaan pasangan atau mitra seksualnya. Gangguan ini lebih sering terdapat pada laki-laki dibandingkan wanita. Berdasarkan suatu penelitian menunjukkan bahwa paranoid personality disorder banyak terdapat pada pasien dengan skizofrenia dan gangguan delusi (Nida UI Hasanat, 2004 : 11). Menurut teori psikodinamika, gangguan ini merupakan mekanisme pertahanan ego proyeksi, orang tersebut melihat orang lain mempunyai motif merusak dan negatif, bukan dirinya. Ada kecenderungan untuk membanggakan dirinya sendiri karena menganggap dirinya mampu berfikir secara rasional dan objektif, padahal sebenarnya tidak. Dalam situasi sosial, orang dengan kepribadian paranoid mungkin tampak sibuk dan efisisen, tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan dan konflik bagi orang lain. Dan berdasarkan teori kognitifbehavioral, orang dengan gangguan ini akan selalu dalam keadaan waspada, karena tidak mampu membedakan antara orang yang membahayakan dan yang tidak (Martaniah, 1999 : 74).

Epidemiologi Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 sampai 2,5%. Orang dengan gangguan
14

kepribadian jarang mencari pengobatan sendiri. Gangguan adalah lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita.

Gejala Klinis Ciri penting dari gangguan kepribadian paranoid adalah kecendrungan yang pervasif dan tidak diinginkan untuk menginterpretasikan tindakan orang lain sebagai merendahkan atau mengancam secara disengaja. Pasien mengeksternalisasikan emosinya sendiri dan menggunakan pertahanan proyeksi yaitu mereka menghubungkan kepada orang lain impuls dan pikiran yang tidak dapat diterimanya sendiri. Pasien dengan gangguan adalah terbatas secara afektif dan tampak tidak memiliki emosi. Mereka membanggakan dirinya sendiri karena mampu rasional dan objektif, tetapi sebenarnya tidak. Dalam situasi sosial, orang dengan gangguan kepribadian paranoid mungkin tampak seperti sibuk dan efisien, tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan atau konflik bagi orang lain. Kriteria Diagnostik Gangguan Paranoid : A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga motif mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut : 1. Menduga, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan, membabayakan, atau menghianati dirinya. 2. Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas atau kejujuran teman atau rekan kerja. 3. Enggan untuk menceritakan rahasianya kepada orang lain karena rasa takut yang tidak perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya. 4. Membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari ucapan atau kejadian yang biasa. 5. Secara persisten menanggung dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian, cedera, atau kelalaian. 6. Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas menyerang. 7. Memiliki kecurigaan yang berlulang, tanpa pertimbangan, tentang kesetiaan pasangan atau mitra seksual.
15

B.

Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood dengan

ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.7 Diagnosa Banding Gangguan delusional : karena waham yang terpaku tidak ditemukan pada gangguan kepribadian paranoid Skizofrenia paranoid : karena halusinasi dan fikiran formal tidak ditemukan pada gangguan kepribadian paranoid. Gangguan kepribadian ambang : karena pasien paranoid jarang mampu terlibat secara berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang lain seperti pasien ambang. Pasien paranoid tidak memiliki karakter antisosial sepanjang riwayat perilaku antisosial.
-

Gangguan schizoid : adalah menarik dan menjauhkan diri tetapi tidak memiliki gagasan paranoid.

Perjalanan penyakit dan prognosis Tidak ada penelitian jangka panjang yang adekuat terhadap pasien gangguan kepribadian paranoid yang telah dilakukan. Pada beberapa orang gangguan kepribadian paranoid adalah terjadi seumur hidup. Pada orang lain, gangguan ini adalah tanda dari skizofrenia. Pada orang lain lagi, saat mereka menjadi semakin matang dan stres menghilang, sifat paranoid memberikan jalan untuk pembentukan reaksi, perhatian yang tepat terhadap moralitas dan perhatian altruistik. Tetapi, pada umumnya, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki masalah seumur hidupnya dan tinggal bersama orang lain. Masalah pekerjaan dan perkawinan adalah sering ditemukan. Terapi : - Psikoterapi. Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena itu ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien, dan harus diingat bahwa kejujuran merupakan hal yang sangat penting bagi pasien. Ahli terapi yang terlalu banyak menggunakan interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang dalam, masalah seksual dan keinginan untuk keintiman dapat meningkatkan ketidakpercayaan pasien.
16

- Farmakoterapi Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada

sebagian besar kasus, obat antiansietas seperti diazepam (Valium) dapat digunakan. Atau mungkin perlu untuk menggunakan anti psikotik, seperti thioridazine (Mellaril) atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional. Obat anti psikotik pimozide (Orap) bisa digunakan untuk menurunkan gagasan paranoid.

Gangguan Kepribadian Skizoid Menurut David & Neale dalam Nida UI Hasanat, orang dengan gangguan kepribadian skizoid ditandai dengan tidak adanya keinginan dan tidak menikmati hubungan sosial, mereka tidak memiliki teman dekat. Orang dengan gangguan ini tampak tidak menarik karena tidak memiliki kehangatan terhadap orang lain dan cenderung untuk menjauhkan diri. Jarang sekali memiliki emosi yang kuat, tidak tertarik pada seks dan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan . Mereka mungkin menjalani kehidupan mereka sendiri dengan kebutuhan atau harapan untuk ikatan dengan orang lain yang sangat kecil. Riwayat kehidupan orang tersebut mencerminkan minat sendirian dan pada keberhasilan pekerjaan yang tidak kompetitif dan sepi yang sukar ditoleransi oleh orang lain. Kehidupan seksual mereka mungkin hanya semata-mata dalam fantasi, dan mereka mungkin menunda kematangan seksualitas tanpa batas waktu tertentu. Mampu menanamkan sejumlah besar energi afektif dalam minat yang bukan manusia, seperti matematika dan astronomi, dan mereka mungkin sangat tertarik pada binatang. Walaupun terlihat mengucilkan diri, tapi pada suatu waktu ada kemungkinan orang tersebut mampu menyusun, mengembangkan dan memberikan suatu gagasan yang asli dan kreatif (Kaplan & Saddock, 1997 : 250).

Epidemiologi Prevalensi gangguan kepribadian skizoid tidak ditentukan secara jelas. Gangguan mungkin mengenai 7,5% populasi umum. Rasio jenis kelamin untuk gangguan adalah tidak diketahui, walaupun beberapa penelitian melaporkan suatu rasio laki-laki terhadap wanita adalah 2 berbanding 1. Orang dengan gangguan cenderung mencari pekerjaan sendirian yang melibatkan sedikit kontak atau tanpa kontak dengan orang lain. Banyak orang menyukai kerja dimalam hari dibandingkan kerja disiang hari, sehingga mereka tidak perlu berhadapan dengan orang banyak.
17

Gejala klinis Orang dengan gangguan kepribadian skizoid memberi kesan dingin dan mengucilkan diri, dan mereka tampak menjauhkan diri dan tidak ingin terlibat dengan peristiwa sehari-hari dan permasalahan orang lain. Mereka tampak tenang, jauh, menutup diri dan tidak dapat bersosialisasi. Biasanya, orang dengan gangguan kepribadian skizoid mengungkapkan ketidakmampuan seumur hidupnya untuk mengekspresikan kemarahan secara langsung. Kriteria diagnostik untuk kepribadian schizoid A. Pola pervasif pelepasan dari hubungan sosial dan rentang pengalaman emosi yang terbatas dalam lingkungan interpersonal, dimulai pada masa dewasa awal dan ditemukan dalam berbagai korteks, seperti yang dinyatakan oleh empat (atau lebih) berikut: 1. 2.
3.

Tidak memiliki minat ataupun menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi Hampir selalu memilih kegiatan secara sendirian. Memiliki sedikit, jika ada, rasa tertarik untuk melakukan pengalaman seksual Merasakan kesenangan dalam sedikit, jika ada aktifitas. Tidak memiliki teman dekat atau orang yang dipercaya selain sanak saudara Tampak tidak acuh terhadap pujian atau kritik orang lain. Menunjukkan kedinginan emosi, pelepasan atau pendataran afektivitas.

bagian dari keluarga.

dengan orang lain. 4. 5. 6. 7.

derajat pertama.

B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia , gangguan , suatu gangguan mood dengan ciri psikotik , gangguan psikotik lain atau suatu gangguan perkembangan pervasif , dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.

Diagnosis Banding
- Berbeda dengan pasien skizofrenia dan gangguan kepribadian skizotipal, pasien dengan

gangguan skizoid tidak memiliki sanak saudara skizofrenik, dan mereka mungkin memiliki
18

riwayat pekerjaan yang berhasil, jika terisolasi. Pasien skizofrenia juga berbeda karena menunjukkan gangguan pikiran atau pikiran waham. Walaupun mereka memiliki banyak sifat yang sama dengan pasien gangguan kepribadian skizoid, mereka dengan gangguan paranaoid lebih menunjukkan keterlibatan sosial, riwayat perilaku verbal yang agresif dan kecendrungan yang lebih besar untuk memproyeksikan perasaan mereka kepada orang lain.
- Secara teoritis, perbedaan utama antara pasien gangguan kepribadian skizotipal dan pasien

gangguan kepribadian skizoid adalah bahwa pasien skizotipal menunjukan kemiripan yang lebih banyak dengan pasien skizofrenik dalam hal keanehan persepsi, pikiran, perilaku dan komunikasi.
- Pasien gangguan kepribadian menghindar adalah terisolasi tetapi memiliki keinginan

kuat untuk berperan serta dalam aktifitas, suatu karakteristik yang tidak ditemukan pada pasien dengan gangguan kepribadian schizoid. Perjalanan penyakit dan diagnosis Onset gangguan kepribadian skizoid biasanya pada masa anak-anak awal. Gangguan kepribadian skizoid adalah berlangsung lama tetapi tidak selalu seumur hidup. Proporsi pasien yang menjadi skizofrenia adalah tidak diketahui. Terapi : - Psikoterapi : Terapi pasien gangguan kepribadian skizoid adalah mirip dengan terapi pasien gangguan kepribadian paranoid. Tetapi, kecendrungan pasien skizoid ke arah introspeksi adalah konsisten dengan harapan ahli psikoterapi dan pasien pasien skizoid mungkin menjadi pasien yang tekun, jika jauh. Saat kepercayaan berkembang, pasien skizoid mungkin, dengan keragu-raguan yang kuat, mengungkapkan suatu fantasi yang berlebihan, teman-temankhayalan dan ketakutan ketergantungan yang tidak dapat ditanggung walaupun bersama dengan ahli terapi. Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan kepribadian skizoid mungkin diam untuk jangka waktu yang lama, namun suatu waktu mereka akan ikut terlibat. Pasien harus dilindungi dari serangan agresif anggota kelompok lain mengingat kecenderungan mereka akan ketenangan. Dengan berjalannya waktu, anggota kelompok menjadi penting bagi pasien skizoid dan dapat memberikan kontak sosial satu-satunya dalam keberadaan mereka yang terisolasi.
19

Farmakologi terapi : farmakologi terapi dengan antipsikotik dosis kecil, antidepresan dan psikostimulan telah efektif pada beberapa pasien.

Gangguan Kepribadian Skizotipal Orang dengan gangguan skizotipal adalah sangat aneh dan asing walaupun bagi orang awam karena mereka memiliki gagasan yang aneh, pikiran magis, gagasan menyangkut diri sendiri, waham dan derealisasi yang merupakan bagian dari dunia orang skizotipal setiap harinya. Dunia mereka terisi oleh hubungan khayalan yang jelas dan ketakutan dan fantasi yang mirip anak-anak. Ada kecenderungan bahwa mereka percaya jika mereka memiliki kekuatan pikiran yang khusus. Mereka mungkin mengakui bahwa mereka memiliki ilusi perseptual atau mikropsia atau orang terlihat oleh mereka sebagai kayu atau jadi-jadian. Pembicaraandengan orang yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal mungkin aneh atau janggal dan hanya memiliki arti bagi diri mereka sendiri. Menurut David & Neale dalam Nida AI Hasanat, orang tua dengan skizofrenia mempunyai resiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan kepribadian skizotipal. Pada penemuan lain juga menunjukkan bahwa orang tua dengan gangguan jiwa lain juga mempunyai resiko yang sama untuk memiliki anak dengan gangguan kepribadian skizotipal. Gejala Klinis Dalam gangguan kepribadian skizotipal, pikiran dan komunikasi adalah terganggu. Orang dengan gangguan kepribadian skizotipal mungkin tidak mengetahui perasaan mereka sendiri; malah mereka sangat peka dalam mendeteksi perasaan orang lain, khususnya afek negatif seperti kemarahan. Mereka mungkin percaya bahwa mereka memiliki kekuatan pikiran dan tilikan yang khusus. Walaupun tidak ada gangguan berpikir yang jelas, pembicaraan mereka mungkin sering memerlukan interpretasi. Pembicaraan orang dengan gangguan kepribadian skizotipal mungkin aneh atau janggal dan hanya memiliki arti bagi diri mereka sendiri. Mereka menunjukkan hubungan interpersonal yang buruk dan mungkin berkelakuan secara tidak sesuai. Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Skizotipal

20

A.

Pola pervasif deficit sosial dan interpersonal yang ditandai oleh ketidak senangan akut dengan, dan penurunan kapasitas untuk, hubungan erat dan juga oleh peyimpangan kognitif atau persepsi dan perilaku eksentrik, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks , seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut: 1. 2. Gagasan yang menyangkut diri sendiri (ideas of reference) kecuali waham yang Keyakinan aneh atau pikiran magis yang mempengaruhi perilaku dan tidak

menyangkut diri sendiri. konsisten dengan norma cultural (misalnya, percaya takhyul), (superstitiousness), percaya dapat melihat apa yang akan terjadi (clairvoyance), telepati, atau indera keenam, pada anak-anak dan remaja khayalan atau preokupasi yang kacau) 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pengalaman persepsi yang tidak lazim, termasuk ilusi tubuh. Pikiran dan bicara yang aneh (misalnya, samar-samar, sirkumstansialitas, Kecurigaan atau ide paranoid. Afek yang tidak sesuai atau terbatas. Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik atau janggal. Tidak memiliki teman akrab atau orang yang dipercaya selain sanak saudara Kecemasan sosial yang bertebihan yang tidak menghilang dengan keakraban

metaforik, terlalu berbelit-belit, atau stereotipik )

derajat pertama dan cenderung disertai dengan ketakutan paranoid ketimbang pertimbangan negative tentang diri sendiri. B. Tidak terjadi semata- mata selama perjalanan skizofrenia , suatu gangguan mood dengan ciri psikotik lain , atau suatu gangguan perkembangan pervasif. Diagnosa Banding ^ Secara teoritis, pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat dibedakan

dari pasien gangguan kepribadian schizoid dan menghindar oleh adanya keanehan dalam perilaku, pikiran, persepsi, dan komunikasi mereka dan kemungkinan oleh riwayat keluarga yang jelas adanya skizofrenia. ^ Pasien gangguan kepribadian skizotipal dapat dibedakan dari pasien skizofrenik oleh tidak adanya psikosis. Jika psikosis memang ditemukan, gejala tersebut adalah singkat dan terpecah.
21

Pasien gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan, tetapi tidak

memiliki perilaku yang aneh seperti pada pasien gangguan kepribadian skizotipal.7

Perjalanan penyakit dan prognosis Penelitian jangka panjang oleh Thomas McGlashan melaporkan bahwa 10 persen orang dengan gangguan kepribadian skizotipal akhirnya melakukan bunuh diri. Penelitian retrospektif telah menunjukkan bahwa banyak pasien yang diperkirakan menderita skizofrenia sebenarnya menderita gangguan kepribadian skizotipal dan pemikiran klinis sekarang ini adalah bahwa skizotipe adalah kepribadian pramorbid dari pasien skizofrenia. Tetapi banyak pasien mempertahankan kepribadian skizotipal sepanjang hidupnya dan menikah dan bekerja walaupun keanehan mereka. Terapi : - Psikoterapi : pikiran yang aneh dan ganjil dari pasien gangguan kepribadian skizotipal harus ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat dalam pemujaan, praktek religius yang aneh, dan okulitis. Ahli terapi tidak boleh menertawakan aktifitas tersebut atau mengadili kepercayaan atau aktifitas mereka. - Farmakoterapi : medikasi antipsikotik berguna untuk mengatasi gagasan mengenai diri sendiri, waham, dan gejala lain dari gangguan dan dapat digunakan bersama-sama dengan psikoterapi. Hasil yang positif telah dilaporkan dengan haloperidol. Anti depresan digunakan jika ditemukan suatu komponen depresif dari kepribadian.

Gangguan Kepribadian Anti Soslal Gangguan kepribadian antisosial ditandai oleh tindakan antisosial atau kriminal. Gangguan ini lebih pada ketidakmampuan untuk mematuhi norma sosial yang melibatkan banyak aspek perkembangan remaja dan dewasa pasien. Keadaan seperti ini paling sering ditemukan perkotaan yang miskin dan diantara penduduk yang berpindah-pindah dalam daerah tersebut. Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali menunjukkan kesan luar yang normal dan bahkan hangat dan mengambil muka. Tetapi riwayat penyakitnya menemukan banyak daerah kehidupan yang mengalami gangguan. Menurut David & Neale, gangguan ini muncul sebelum usia 15 tahun yang ditandai dengan perilaku nakal, lari diri dari rumah, sering berbohong, mencuri, membakar, atau merusak dengan cara lain.Pola ini akan berlanjut hingga
22

dewasa yang ditandai dengan tidak memiliki tanggung jawab, bekerja tidak konsisten, melawan hukum, agresif, gegabah, impulsif,dan gagal dalam merencanakan sesuatu (Nida AL Hasanat, 2004 : 24). David & Neale juga menambahkan psikopati (Sosiopati) disamping gangguan kepribadian antisosial. Orang dengan psikopati dengan tidak memiliki rasa malu, miskin emosi baik emosi positif maupun negatif. ‘Charming’ dan memanipulasi orang lain untuk mencapai tujuannya. Kurang mengalami kecemasan sehingga tidak belajar dari kesalahannya. Karena tidak memiliki emosi positif, ia menjadi orang yang tidak memiliki tanggung jawab terhadap orang lain (Nida AI Hasanat, 2004 : 26). Menurut teori biologis, gangguan ini disebabkan beberapa faktor, yaitu : (a) kelebihan kromosom Y (laki-laki), menyebabkan pola XYY bukan XY yang normal pada kromoson 23. tapi teori ini tidak diterima, (b) Testosteron menjadi penyebab agresivitas laki-laki, (c) adanya keabnormalan pada otak, (d) karena kurang belajar dan perhatian yang neuropsikologis, dan (e) karena faktor keturunan. Sedangkan menurut teori psikologis, gangguan ini disebabkan oleh : (1) kondisi keluarga yang disharmoni dan ketidakkonsistenan dalam pengasuhan anak, (2) orang tua yang terlalu permisif dan kurang memperhatikan perilaku anak yang tidak benar, (3) orang tua yang tidak menunjukkan afeksi, (4) pendidikan yang didapat kurang memadai, dan (5) adanya pendapat bahwa antisosial datang dari semua kelas sosial yang ayahnya antisosial. Juga adanya penelitian korelasional yang menunjukkan bahwa banyak orang antisosial yang depresif dan cemas. Hanya saja belum ditemukan apakah itu penyebab atau dampak dari gangguan kepribadian antisosial (Martaniah, 1999 : 71). Treatment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 255):

Epidemiologi Prevalensi gangguan kepribadian anttisosial adalah 3 persen pada laki-laki dan 1 persen pada wanita. Keadaan ini paling sering ditemukan pada daerah perkotaan yang miskin dan diantara penduduk yang berpindah-pindah dalam daerah tersebut. Onset gangguan adalah sebelum usia 15 tahun. Anak perempuanh biasanya memiliki gejala sebelum pubertas dan anak laki-laki bahkan lebih awal. Gejala klinis Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali menunjukkan kesan luar yang normal dan bahkan hangat dan mengambil muka. Tetapi riwayat penyakitnya menemukan
23

banyak daerah fungsi kehidupan yang mengalami gangguan. Membohong, membolos, melarikan diri dari rumah, mencuri, berkelahi, penyalahgunaan zat dan aktivitas ilegal adalah pengalaman tipikal yang dilaporkan pasien sejak masa anak-anak. Pasien gangguan kepribadian antisosial tidak menunjukkan adanya kecemasan atau depresi yang mungkin sangat tidak sesuai dengan situasi mereka dan penjelasan mereka sendiri tentang perilaku antisosial menyebabkannya terasa tidak masuk akal. Namun demikian, isi mental pasien mengungkapkan sama sekali tidak ada waham dan tanda lain pikiran irasional. Mereka sangat manipulatif dan seringkali mampu berbicara dengan orang lain untuk berperan serta dalam skema yang melibatkan cara mudah untuk mendapatkan uang atau untuk mencapai ketenaran, yang akhirnya dapat menyebabkan kerugian finansial atau penghinaan sosial atau keduanya bagi mereka yang tidak berhati-hati. Pasien gangguan kepribadian antisosial tidak menceritakan kebenaran dan tidak dapat dipercaya untuk menjalankan suatu tugas atau terlibat dalam standar moralitas yang konvensional. Promiskuitas, penyiksaan pasangan, penyiksaan anaka, mengendarai sambil mabuk adalah peristiwa yang sering ditemukan dalam kehidupan pasien. Suatu temuan yang jelas adalah tidak adanya penyesalan akan tindakan tersebut; yaitu pasien tampak tidak menyadarinya. Kriteria Diagnostik Gangguan Kelpribadian Anti Sosial A. Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang terjadi sejak usia 45 tahun , seperti yang ditunjukkan oleh tiga ( atau lebih ) berikut : 1. Gagal untuk mematuhi norma sosial dengan menghormati perilaku sesuai hukum seperti yang ditunjukkan dengan berulang kali melakukan tindakan yang menjadi dasar penahanan. 2. Ketidakjujuran, seperti yang ditunjukkan oleh berulang kali berbohong, menggunakan nama samaran, atau menipu orang lain untuk mendapatkan keuntungan atau menipu orang lain untuk mendapatkan keuntungan atau kesenangan pribadi. 3. Impulsivitas atau tidak dapat merencanakan masa depan 4. Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan oleh perkelahian fisik atau penyerangan yang berulang. 5. Secara sembrono mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain. 6. Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti ditunjukkan oleh kegagalan berulang kali untuk mempertahankan perilaku kerja atau menghormati kewajiban
24

financial.
7. Tidak adanya penyesalan, seperti yang ditunjukkan oleh acuh tak acuh terhadap

atau mencari-cari alasan telah disakiti, dianiaya, atau dicuri oleh orang lain B. Individu sekurang-kurangnya berusia 18 tahun. C. Terdapat tanda-tanda gangguan konduksi dengan onset sebelum usia 15 tahun. D. Terjadinya perilaku antisosial tidak semata-mata selama perjalanan skizofrenia atau suatu episode manik. Diagnosa Banding - Gangguan kepribadian antisosial dapat dibedakan dari perilaku illegal dimana gangguan kepribadian antisocial melibatkan banyak bidang dalam kehidupan seseorang.
- Dalam mendiagnosis gangguan kepribadian

antisosial,

klinisi

harus

mempertimbangkan efek yang mengganggu dari status sosioekonomi, latar belakang kultural, dan jenis kelamin pada manifestasinya, selain itu diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak diperlukan jika retardasi mental, skizofrenia, atau mania dapat menjelaskan gejala. Terapi Psikoterapi : Jika pasien merasa bahwa mereka berada diantara teman-teman

sebayanya, tidak adanya motivasi mereka untuk berubah bisa menghilang, kemungkinan karena hal itulah kelompok yang menolong diri sendiri (selfhelp group) akan lebih berguna dibandingkan di penjara dalam menghilangkan gangguan. Tetapi, ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi perilaku merusak pada pasien. Dan untuk mengatasi rasa takut pasien terhadap keintiman, ahliterapi harus menggagalkan usaha pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan orang lain. - Farmakoterapi : digunakan untuk menghadapi gejala yang diperkirakan akan timbul seperti kecemasan, penyerangan, dan depresi. Tetapi, karena pasien seringkali merupakan penyalahgunaan zat, obat harus digunakan secara bijaksana. Jika pasien menunjukkan buktibukti adanya gangguan defisitatensi hiperaktivitas, psikostimulan, seperti methylphenidate (Ritalin), mungkin digunakan. Harus dilakukan usaha untuk mengubah metabolisme
25

katekolamin dengan obat-obatan dan untuk mengendalikan perilaku impulsif dengan obat antiepileptik, khususnya jika bentuk gelombang abnormal ditemukan pada EEG.

Gangguan Kepribadian Ambang Pasien gangguan kepribadian ambang berada pada perbatasan antara neurosis dan psikosis dan ditandai oleh afek, mood, perilaku, hubungan objek, dan cinta dari yang sangat tidak stabil. Pasien gangguan kepribadian ambang hampir selalu tampak berada dalam keadaan krisis. Pergeseran mood sering dijumpai. Pasien dapat bersifat argumentatif pada suatu waktu dan terdepresi pada waktu selanjutnya dan selanjutnya mengeluh tidak memiliki perasaan pada waktu lainnya. Gangguan ini lebih banyak terdapat pada wanita dibandingkan laki-laki dan berdasarkan penelitian biologis ditemukan pada keluarga dimana ada yang memiliki gangguan yang sama. Perilaku pasien gangguan kepribadian ambang sangat tidak bisa diramalkan; sebagai akibatnya mereka jarang mencapai tingkat kemampuan mereka. Sifatmenyakitkan dari kehidupan mereka dicerminkan oleh tindakan merusak diri sendiri yang berulang, misalnya dengan mengiris pergelangan tangannya sendiri atau melakukan tindakan mutilasi diri lainnya untuk mendapatkan bantuan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan, atau untuk menumpulkan mereka sendiri dari afek yang melanda. Karena mereka merasakan ketergantungan dan permusuhan, pasien gangguan kepribadian ambang memiliki hubungan interpersonal yang tidak baik. Mereka dapat bergantung pada orang lain yang dekat dengan mereka, dan mereka dapat mengekspresikan banyak kemarahan pada teman dekatnya jika mengalami frustasi. Dilihat dari pendekatan kognitif-behavioral, orang yang mengalami gangguan ini evaluasi dirinya selalau negatif, kurang percaya diri dalam mengambil keputusan, motivasi rendah dan tidak mampu mencari tujuan jangka panjang (Martaniah, 1999 : 73)

Epidemiologi Tidak ada penelitian prevalensi yang tersedia, tetapi gangguan kepribadian ambang diperkirakan ada pada kira-kira 1 sampai 2 persen populasi dan dua kali lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki. Gejala klinis Pasien gangguan kepribadian ambang hampir selalu tampak berada dalam keadaan krisis.
26

Pergeseran mood sering dijumpai. Pasien dapat bersikap argumentatif pada suatu waktu dan terdepresi pada waktu selanjutnya dan selanjutnya mengeluh tidak memiliki perasaan pada waktu yang lainnya. Pasien mungkin memiliki episode psikiatrik singkat (disebut mikropsikotik), bukannya serangan psikotik yang sepenuhnya dan gejala psikotik pada pasien ganggguan kepribadian ambang hampir selalu terbatas, cepat atau meragukan. Sifat menyakitkan dari kehidupan mereka dicerminkan oleh tindakan merusak diri sendiri yang berulang. Pasien tersebut mungkin mengiris pergelangan tangannya sendiri dan melakukan tindakan mutilasi diri lainnya untuk mendapatkan bantuan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan atau untuk menumpulkan mereka sendiri dari afek yang melanda. Karena mereka merasakan ketergantungan dan permusuhan, pasien gangguan kepribadian ambang memiliki hubungan interpersonal yang rusuh. Secara fungsional, pasien gangguan kepribadian ambang mengacaukan hubungan mereka sekarang ini dengan memasukkan setiap orang dalam kategori baik atau jahat. Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Ambang Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek, dan impulsivitas yang jelas pada dewasa awal dan ditemukan dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut : 1. Usaha mati-matian untuk menghindari ketinggalan yang nyata atau khayalan. Catatan tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi dari yang ditemukan dalam criteria 5. 2. Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan kuat yang ditandai oleh perubahan antara ekstrim-ekstrim idealisasi dan devaluasi. 3. Gangguan identitas : citra diri atau perasaan diri sendiri yang tidak stabil secara jelas dan persisten 4. lmpulsivitas pada sekurangnya dua bidang yang potensial membahayakan diri sendiri (misalnya: berbelanja, seks, penyalahgunaan zat, ngebut gila-gilaan, pesta makan). Catatan : tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang ditemukan dalam criteria 5. 5. Perilaku, isyarat, atau ancaman bunuh diri yang berulang kali, atau perilaku mutilasi diri. 6. Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas mood yang jelas (misalnya, disforia episodik kuat, iritabilitas atau kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam dan
27

jarang lebih dari beberapa hari). 7. Perasaan kosong yang kronis. 8. Kemarahan yang kuat dan tidak pada tempatnya atau kesulitan dalam mengendalikan kemarahan (misalnya, sering menunjukkan temper, marah terus menerus, perkelahian fisik berulang kali). 9. Ide paranoid yang transien dan berhubungan dengan stress, atau gejala disosiatif yang parah.

Diagnosis Banding Pembedaan dari skizofrenia dilakukan berdasarkan tidak adanya episode psikotik, gangguan pikiran, atau tanda skizofrenia klasik lainnya yang berkepanjangan yang dimiliki pasien ambang. Pasien gangguan kepribadian skizotipal menunjukkan pikiran yang sangat aneh, gagasan yang aneh, dan gagasan menyangkut diri sendiri yang rekuren. Pasien gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan yang ekstrim. Pada umumnya, pasien gangguan kepribadian ambang menunjukkan perasaan kekosongan yang kronis, impulsivitas, mutilasi diri, episode psikotik singkat, usaha bunuh diri manipulatif, dan biasanya keterlibatan yang menuntut dalam hubungan erat.7 Perjalanan penyakit dan prognosis Gangguan ini cukup stabil di mana pasien mengalami sedikit perubahan dengan berjalannya waktu. Penelitian longitudinal tidak menunjukkan perkembangan ke arah skizofrenia, tetapi pasien memiliki insidensi tinggi untuk mengalami episode gangguan depresif berat. Diagnosis biasanya dibuat sebelum usia 40 tahun, jika pasien berusaha mengambil pilihan pekerjaan, perkawinan dan pilihan lain dan tidak mampu mengatasi stadium normal siklus kehidupan tersebut. Terapi - Psikoterapi : Pendekatan berorientasi realitas lebih efektif dibandingkan interpretasi bawah sadar secara mendalam. Terapi perilaku digunakan pada pasien gangguan kepribadian ambang untuk mengendalikan impuls dan ledakan kemarahan dan untuk menurunkan kepekaan terhadap kritik dan penolakan. Latihan keterampilan sosial, khususnya dengan videotape, membantu pasien untuk melihat bagaimana tindakan mereka
28

mempengaruhi orang lain dan dengan demikian untuk meningkatkan perilaku interpersonal mereka. Farmakoterapi : antidepresan memperbaiki mood yang terdepresi yang sering ditemukan pada pasien. MAOI adalah efektif dalam memodulasi perilaku impulsif pada beberapa pasien. Benzodiazepin, khususnya alprazolam, membantu kecemasan dan depresi, tetapi beberapa pasien menunjukkan disinhibisi dengan kelas obat tersebut. Antikonvulsan seperti karbamazepin, padat meningkatkan fungsi global pada beberapa pasien. Obat serotonergik, seperti fluoxetine, adalah membantu pada beberapa kasus.

Gangguan Kepribadian Histrionik Gangguan kepribadian histrionik dutandai oleh perilaku yang bermacam-macam, dramatik, ekstovert pada orang yang meluap-luap dan emosional. Tetapi, menyertai penampilan mereka yang flamboyan, seringkali terdapat ketidakmampuan untuk mempertahankan hubungan yang mendalam dan berlangsung lama. Pasien dengan gangguan kepribadian hitrionik menunjukkan perilaku mencari perhatian yang tinggi. Mereka cenderung memperbesar pikiran dan perasaan mereka, membuat segalanya terdengar lebih penting dibandingkan kenyataannya.Perilaku menggoda sering ditemukan baik pada pria maupun wanita. Pada kenyataannya, pasien histrionik mungkin memiliki disfungsi psikoseksual; wanita mungkin anorgasmik dan pria cenderung mengalami impotent. Mereka mungkin bahwa melakukan impuls seksual mereka untuk menentramkan diri mereka bahwa mereka menarik bagi jenis kelamin yang lain. Kebutuhan mereka akan ketentraman tidak ada habisnya. Tetapi, hubungan mereka cenderung dangkal dan pasien dapat gagal lagi tapi asyik dengan diri sendiri dan berubah-ubah (Kaplan & Saddock, 1997 : 20). Ditinjau dari teori psikoanalisa, gangguan ini dapat muncul karena adanya parental seductiveness khususnya ayah terhadap anak perempuan. Orang tua yang mengatakan bahwa seks adalah sesuatu yang kotor tapi tidak sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan dimana perilaku menunjukkan bahwa seks itu adalah hal yang menyenangkan dan diinginkan (Nida Al Hasanat, 2004 : 20). Epidemiologi Menurut DSM-IV data yang terbatas dari penelitian populasi umum menyatakan suatu prevalensi gangguan kepribadian histrionik kira-kira 2 sampai 3 %. Angka kira-kira 10
29

sampai 15% telah dilaporkan pada lingkungan kesehatan mental rawat inap dan rawat jalan jika pemeriksaan terstruktur digunakan. Keadaan ini lebih sering didiagnosis pada wanita dibandingkan laki-laki. Gejala klinis Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik menunjukkan perilaku mencari perhatian yang tinggi. Pada kenyataannya, pasien histrionik mungkin memiliki disfungsi psikoseksual: wanita mungkin anorgasmik dan laki-laki mungkin impoten. Pertahanan utama pasien dengan gangguan kepribadian histrionik adalah represi dan disosiasi.7 Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Histrionik Pola pervasif emosionalitas dan mencari perhatian yang berlebihan, dimulai pada masa dewasa muda dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima ( atau lebih ) berikut : 1. Tidak merasa nyaman dalam situasi dimana ia tidak merupakan pusat perhatian. 2. Interaksi dengan orang lain sering ditandai oleh godaan seksual yang tidak pada tempatnya atau perilaku provokatif. 3. Menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan ekspresi emosi yang dangkal. 4. Secara terus menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian kepada dirinya. 5. Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak memiliki perincian. 6. Menunjukkan dramitasi diri, teatrikal, dan ekspresi emosi yang berlebihan. 7. Mudah disugesti, yaitu mudah dipengaruhi oleh orang lain atau situasi. 8. Menganggap hubungan menjadi lebih intim ketimbang keadaan sebenarnya.

Diagnosis Banding Perbedaan antara gangguan kepribadian histrionik dan gangguan kepribadian ambang adalah sukar. Pada gangguan kepribadian ambang, usaha bunuh diri, difusi identitas dan episode psikotik singkat adalah lebih sering. Walaupun kedua kondisi dapat didiagnosis pada pasien yang sama, klinisi harus memisahkan keduanya. Gangguan somatisasi sindroma Briquet dapat terjadi bersama-sama dengan gangguan kepribadian histrionik.
30

Pasien dengan gangguan psikotik singkat dan gangguan disosiatif mungkin perlu mendapatkan diagnosis penyerta gangguan kepribadian histrionik.

Perjalanan penyakit dan prognosis Dengan bertambahnya usia, pasien dengan gangguan kepribadian histrionik cenderung menunjukkan gejala yang lebih sedikit, tetapi, karena mereka tidak memiliki energi yang sama dengan yang dimilikinya saat masih muda. Pasien adalah pencari sensasi da mungkin mengalami masalah dengan hukum, penyalahgunaan zat dan bertindak kepada siapa saja.7 Terapi - Psikoterapi : Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari perasaan mereka yang sesungguhnya; dengan demikian penjelasan dalam (inner feeling) mereka adalah suatu proses yang penting. Psikoterapi berorientasi psikoanalisis, baik dalam kelompok atau individual, adalah terapi yang terpilih untuk gangguan kepribadian histrionik.
-

Farmakoterapi : dapat ditambahkan jika gejala adalah menjadi sasarannya seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik, obat antiansietas untuk kecernasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi.

Gangguan Kepribadian Narsistik Orang dengan kepribadian narsistik ditandai oleh meningkatnya rasa kepentingan dan perasaan kebesaran yang unik. Mereka menganggap dirinya sebagai orang yang khusus dan penting. Mereka menanggapi kritik secara buruk dan mungkin menjadi marah sekali jika ada orang yang berani mengkritik mereka, atau merekamungkin tampak sama sekali acuh tak acuh terhadap kritik. Yang mencolok adalah perasaan akan kebesaran nama mereka. Persahabatan mereka rapuh dan mereka dapat menyebabkan orang lain marah karena mereka menolak mematuhi aturan perilaku konvensional. Mereka tidak mampu menunjukkan empati, dan mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka sendiri. Pasien memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi. Kesulitan interpersonal, penolakan, kehilangan dan masalah pekerjaan adalah stress-stress yang sering dihasilkan oleh orang narsistik karena perilakunya. Stress-stress yang tidak mampu dihadapi oleh mereka. Menurut
31

pandangan psikoanalitik tradisonal, gangguan histrionok dan narsistik merupakan variensi histeria. Dan bila dilihat dari sudut pandang psikoanalisis yang kognitif, kedua gangguan ini (gangguan histrionok dan gangguan narsistik) adalah akibat dari ketidakmampuan memfokuskan diri pada yang detail atau yang khusus, jadi dalam memahami situasi dan problem dilakukan secara global (Martaniah, 1999 : 76). Epidemiologi Menurut DSM IV, perkiraan prevalensi gangguan kepribadian narsistik terentang antara 2 sampai 16 persen dalam populasi klinis dan kurang dari 1 persen dalam populasi umum. Gejala klinis Orang dengan gangguan kepribadian narsistik mungkin memiliki perasaan kebesaran akan kepentingan dirinya. Mereka menganggap dirinya sendiri sebagai orang khusus dan mengharapkan terapi yang khusus. Mereka tidak mampu menunjukkan empati dan mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka sendiri.pasien sering memanfaatkan orang lain. Pasien memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi.

Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Narsistik (3) Pola perfsif kebesaran (dalam khayalan atau perilaku), membutuhkan kebanggaan, dan tidak ada empati, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut : 1. Memiliki rasa kepentingan diri yang besar (misalnya melebih-lebihkan bakat dan kemampuannya, mengharap untuk dikenal sebagai seorang yang hebat tapi tidak sepadan). 2. Preokupasi dengan khayalan akan keberhasilan, kekuatan, kecerdasan, kecantikan, atau cinta ideal yang tidak terbatas. 3. Yakin bahwa ia adalah khusus dan unik dan dapat dimengerti hanya oleh atau harus berhubungan dengan orang lain (atau institusi) yang khusus atau memiliki status tinggi. 4. Membutuhkan kebanggaan yang berlebihan 5. Memiliki perasaan bernama besar, yaitu harapan yang tidak beralasan akan perlakuan khusus atau kepatuhan otomatis sesuai harapannya.
32

6. Eksploatif secara interpersonal, yaitu mengambil keuntungan dari orang lain untuk mencapai tujuannya sendiri. 7. Tidak memiliki tempat, tidak mau mengenali atau mengetahui perasaan dan kebutuhan orang lain. 8. Sering cemburu terhadap orang lain dan merasa orang lain juga cemburu kepada dirinya. 9. Mcmperlihatkan kesombongan, sikap congkak dan sombong. Diagnosis Banding Gangguan kepribadian ambang, histrionik dan antisosial sering ditemukan bersamasama dengan gangguan kepribadian narsistik, yang berarti bahwa diagnosis banding adalah sukar. Pasien dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki kecemasan yang lebih keci daripada pasien dengan gangguan kepribadian ambang dan kehidupan mereka cenderung kurang kacau. Usaha bunuh diri juga lebih mungkin berhubungan dengan pasien gangguan kepribadian ambang dibandingkan pasien gangguan kepribadian narsistik. Pasien gangguan kepribadian antisosial memberikan riwayat perilaku impulsif, seringkali disertai dengan penyalahgunaan alkohol atau zat lain, hal tersebut seringkali menyebabkan mereka mendapatkan masalah dengan hukum.
-

Dan pasien gangguan kepribadian histrionic menunjukkan ciri-ciri eksibisionisme dap manipulativitas interpersonal yang mirip dengan pasien gangguan kepribadian narsitik.

Perjalanan penyakit dan prognosis Gangguan kepribadian narsistik adalah kronis dan sukar untuk diobati. Pasien dengan gangguan harus secara terus menerus berhadapan dengan aliran narsisme mereka yang diakibatkan oleh perilaku mereka sendiri atau dari pengalaman hidup. Terapi :
-

Psikoterapi : Mengobati gangguan kepribadian narsistik sukar, karena pasien harus meninggalkan narsismenya jika ingin mendapatkan kemajuan. Dokter psikiatric seperti otto kernberg dan Heinz kohut menganjurkan pemakaian pendekatan psikoanalitik untuk mendapatkan perubahan, tetapi banyak penelitian yang diperlukan untuk mengabsahkan diagnosis dan untuk menentukan terapi yang terbaik.
33

Farmakoterapi : lithium telah digunakan pada pasien yang memiliki pergeseran mood sebagai bagian dari gambaran klinis. Karena pasien gangguan kepribadian narsistik mentoleransi penolakan secara buruk dan rentan terhadap depresi, suatu anti depresan mungkin juga digunakan.

Gangguan Kepribadian Menghindar Orang dengan gangguan kepribadian menghindar menunjukkan kepekaan yang ekstrim terhadap penolakan, yang dapat menyebabkan penarikan diri dari kehidupan sosial. Sebenarnya mereka tidak asosial karena menunjukkan keinginan yang kuat untuk berteman tetapi mereka malu; mereka memerlukan jaminan yang kuat dan penerimaan tanpa kritik yang tidak lazim. Orang dengan gangguan ini menginginkan hubungan dengan orang lain yang hangat dan aman tapi membenarkan penghindaran mereka untuk membentuk persahabatan kerena perasaan ketakutan mereka akan penolakan. Mereka mudah sekali keliru dalam mengartikan komentar orang lain, seringkali komentar dari orang lain dianggap sebagai suatu penghinaan atau ejekan. Pada umumnya sifat dari orang dengan gangguan kepribadian menghindar adalah seorang yang pemalu. Menurut teori kognitif-behavioral, pasien sangat sensitive terhadap penolakan karena adanya pengalaman masa kanak-kanak, misalnya : karena mendapat kritik yang pedas dari orang tua (Martaniah, 1999 : 77).

Epidemiologi Prevalensi gangguan kepribadian menghindar adalah 1 sampai 10 persen; seperti yang didefinisikan, gangguan ini sering dijumpai. Tidak ada informasi tentang rasio jenis kelamin dan pola familial.7 Gejala klinis Hipersensitivitas terhadap penolakan oleh orang lain adalah gambaran klinis inti dari gangguan kepribadian menghindar. Orang dengan gangguan menginginkan hubungan dengan orang lain yang hangat dan aman tetapi membenarkan penghindaran mereka untuk membentuk persahabatan karena perasaan ketakutan mereka akan penolakan. Saat berbicara dengan seseorang, mereka mengekspresikan ketidakpastian dan tidak memiliki kepercayaan diri dan
34

mungkin berbicara dalam cara yang merendahkan diri sendiri. Orang dengan gangguan biasanya tidak mau memasuki persahabatan kecuali mereka diberikan jaminan yang kuat secara tidak biasanya akan penerimaan tanpa kritik. Sebagai akibatnya, mereka seringkali tidak memiliki teman dekat atau teman kepercayaan. Pada umumnya, sifat kepribadian dasar mereka adalah malu-malu. Kriteria Diagnostik Gangguan kepribadian Menghindar. Pola perfasiv hambatan sosial, perasaan tidak cakap, dan kepekaan berlebihan terhadap penilaian negatif, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai koteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mengindari aktivitas pekerjaan yang memerlukan kontak interpersonal yang Tidak mau terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disenangi. Menunjukkan keterbatasan dalam hubungan intim karena rasa takut dipermalukan Preokupasi dengan sedang dikritik atau ditolak dalam situasi sosial Terhambat dalam situasi interpersonal yang baru karena perasaan tidak ada kuat Memandang diri sendiri tidak layak secara sosial karena merasa dirinya tidak Tidak biasanya enggan untuk mengambil resiko pribadi atau melakukan aktivitas

bermakna karena takut akan kritik, celaan dan penolakan.

atau ditertawai

menarik atau lebih rendah dari orang lain. baru karena dapat membuktikan penghinaan

Diagnosis Banding - Pasien gangguan kepribadian menghindar menginginkan interaksi sosial, dibandingkan dengan pasien gangguan kepribadian skizoid yang ingin sendirian. - Pasien gangguan kepribadian menghindar adalah tidak menuntut, tidak mudah marah, atau tidak dapat diramalkan seperti pasien gangguan kepribadian ambang dan histrionic
- Gangguan kepribadian menghindar dan gangguan kepribadian dependen adalah serupa.

Pasien gangguan kepribadian dependen dianggap memiliki ketakutan yang lebih tinggi akan penelantaran atau tidak dicintai dibandingkan pasien gangguan kepribadian menghindar, tetapi gambaran klinisnya mungkin tidak dapat dibedakan.7
35

Perjalanan penyakit dan prognosis Banyak pasien gangguan menghindar mampu untuk berfungsi, asalkan mereka dalam lingkungan yang terlindungi. Penghindaran fobik adalah sering ditemukan, dan pasien gangguan kepribadian menghindar mungkin memberikan riwayat fobia sosial atau berkembang menjdai fobia sosial selama perjalanan penyakitnya.7 Terapi : Psikoterapi : Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia untuk melakukan

apa yang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan, penolakan dan kegagalan. Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk berlatih keterampilan sosial yang baru di luar terapi, karena kegagalan dapat memperberat harga diri pasien yang telah buruk. Terapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan mereka terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Melatih ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk meningkatkan harga diri mereka. Farmakoterapi : Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta, seperti atenolol (Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, khususnya jika mereka menghadapi situasi yang menakutkan.

Gangguan Kepribadian Dependen Orang dengan gangguan kepribadian dependen, menempatkan kebutuhan mereka sendiri dibawah kebutuhan orang lain. Meminta orang lain untuk mengambil tanggung jawab untuk masalah besar dalam kehidupan mereka, tidak memiliki kepercayaan diri dan mungkin mengalami rasa tidak nyaman yang kuat jika sedang sendirian lebih dari suatu periode yang singkat. Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dan lebih sering terjadi pada anak yang lebih kecil jika dibandingkan yang lebih tua. Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh ketergantungan yang pervasif dan perilaku patuh. Orang dengan gangguan ini tidak mampu untuk mengambil keputusan tanpa nasehat dan pertimbangan yang banyak dari orang lain. Pesimisme, keraguan diri, pasivitas, dan ketakutan untuk
36

mengekspresikan perasaan seksual dan agresif menandai perilaku gangguan kepribadian dependen (Kaplan & Saddock, 1997 : 263-264). Menurut teori psikodinamika, gangguan ini timbul karena adanya regresi atau fiksasi pada masa oral karena orang tua yang sangat melindungi atau orang tua yang mengabaikan kebutuhan tergantung. Pendekatan kognitifbehavioral mengemukakan bahwa penyebabnya adalah karena kurang asertif dan kecemasan dalam membuat keputusan (Martaniah, 1999 : 77).

Epidemiologi Gangguan kepribadian dependen adalah lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki. Satu penelitian mendiagnosis 2,5% dari semua gangguan kepribadian masuk dalam kategori tersebut. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak kecil dibandingkan anak yang lebih besar. Gejala klinis Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh pola ketergantungan yang pervasif dan perilaku patuh. Orang dengan gangguan tidak mampu untuk mengambil keputusan tanpa nasihat dan penentraman yang banyak dari orang lain. Pasien gangguan kepribadian dependen menghindari posisi tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta untuk memegang peran kepemimpinan. Mereka lebih senang tunduk. Jika mereka sendiria, mereka merasa sukar untuk menekuni tugas tetapi merasa mudah melakukan tugas tersebut untuk orang lain. Orang dengan gangguan tidak senang sendirian. Mereka mencari orang lain pada siapa mereka dapat menggantung dan hubungan mereka dengan demikian dikacaukan oleh kebutuhan mereka untuk melekat dengan orang lain. Pesimisme, keraguan diri, pasivitas da ketakutan untuk mengekspresikan perasaan seksual dan agresif menandai perilaku pasien gangguan kepribadian dependen. Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Dependen Kebutuhan yang perpasiv dan berlebihan untuk diasuh, yang menyebarkan perilaku tunduk dan menggantung dan rasa takut akan perpisahan, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut : 1. Memiliki kesulitan dalam mengambil keputusan setiap hari tanpa sejumlah besar
37

nasehat dan penenteraman dari orang lain. 2. 3. 4. Membutuhkan orang lain untuk menerima tanggung jawab dalam sebagian besar bidang utama kehidupannya. Memiliki kesulitan dalam mengekspresikan ketidaksetujuan pada orang lain. Catatan : tidak termasuk rasa takut yang realistic akan ganti rugi. Memiliki kesulitan dalam memulai proyek atau melakukan hal dengan dirinya sendiri (karena tidak memiliki keyakinan diri dalam pertimbangan atau kemampuan ketimbang tidak memiliki motivasi atau energi ) 5. 6. 7. 8. Berusaha berlebihan untuk mendapatkan asuhan dan dukungan dari orang lain, sampai pada titik secara sukarela melakukan hal yang tidak meyenangkan. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena timbulnya rasa takut tidak mampu merawat diri sendiri. Segera mencari hubungan dengan orang lain sebagai sumber pengasuhan dan dukungan jika hubungan dekatnya berakhir. Secara tidak realistic terpreokupasi dengan rasa takut ditinggal untuk merawat dirinya sendiri.

Diagnosis Banding - Ketergantungan adalah faktor yang menonjol pada pasien gangguan kepribadian histrionic dan ambang, tetapi pasien gangguan kepribadian dependen biasanya memiliki hubungan jangka panjang dengan orang pada siapa mereka tergantung, bukannya pada sejumlah orang, dan mereka tidak cenderung manipulatif Pasien gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal mungkin tidak dapat dibedakan dari pasien gangguan kepribadian menghindar.
- Perilaku ketergantungan dapat terjadi pada pasien dengan agoraphobia, tetapi pasiep

agorafobik cenderung memiliki tingkat kecemasan yang jelas atau bahkan panik.

Perjalanan penyakit dan prognosis Terdapat kecendrungan untuk mengganggu fungsi pekerjaan, karena pasien memiliki ketidakmampuan untuk bertindak secara mandiri dan tanpa pengawasan dari dekat. Hubungan sosial adalah terbatas pada siapa orang dapat tergantung dan banyak yang menderita penyiksaan mental atau fisik karena mereka tidak dapat menegaskan dirinya sendiri. Mereka berada dalam risiko mengalami gangguan depresif berat jika mereka mengalami kehilangan
38

orang pada siapa mereka tergantung. Tetapi, prognosis dengan pengobatan adalah cukup baik. Terapi : Psikoterapi : Terapi gangguan kepribadian dependen seringkali berhasil, yaitu dengan

proses kognitif-behavioral, dengan menciptakan kemandirian pada pasien, melatih ketegasan dan menumbuhkan rasa percaya diri. Terapi perilaku, terapi keluarga dan terapi kelompok semuanya telah digunakan dengan keberhasilan pada banyak kasus. - Farmakoterapi : telah digunakan untuk mengatasi gejala spesifik seperti kecemasan dan depresi, yang sering merupakan gambaran penyerta gangguan kepribadian dependen. Pasien tersebut yang mengalami serangan panik atau yang memiliki tingkat kecemasan perpisahan yang tingga mungkin tertolong oleh imipramine ( Tofranil ). Benzodiazepine dan obat serotonergik juga telah berguna. Jika depresi atau gejala menarik diri pada pasien berespon terhadap psikostimulan, obat tersebut digunakan.

Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif ditandai oleh penyempitan emosional, ketertiban, kekerasan hati, sikap keras kepala dan kebimbangan. Gangguan ini sering terjadi pada pria dan sering pada anak tertua. Orang dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif memiliki keasyikan dengan keteraturan, kebersihan, perincian dan pencapaian kesempurnaan. Biasanya orang tersebut resmi dan serius dan seringkali tidak memiliki rasa humor. Mereka memaksakan aturan supaya diikuti secara kaku dan tidak mampu untuk mentoleransi apa yang dirasakannya sebagai pelanggaran. Karena takut mereka melakukan kesalahan, mereka mengalami kebimbangan dan berpikir dalam waktu yang lama untuk mengambil suatu keputusan. Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif dapat bekerja dengan baik dalam posisi yang membutuhkan pekerjaan metodologis, deduktif atau terperinci. Tetapi mereka rentan terhadap perubahan yang tidak diharapkan. Dilihat dari teori kognitif-behavioral, pasien gangguan ini mempunyai perhatian yang tidak realistic mengenai perfeksitas dan penolakan terhadap kesalahan. Kalau gagal dalam mencapai perfeksitas, ia menganggap dirinya tidak berharga (Martaniah, 1999 : 79). Epidemiologi

39

Prevalensi gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah tidak diketahui. Keadaan ini lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita dan didiagnosis paling sering pada anak yang tertua. Pasien seringkali memiliki latar belakang yang ditandai oleh disiplin yang keras. Freud menghipotesiskan bahwa gangguan kepribadian ini adalah berhubungan dengan kesulitan pada stadium anal dari perkembangan psikoseksual, biasanya di sekitar usia 2 tahun. Tetapi, pada berbagai penelitian teori tersebut belum disahkan. Gejala klinis Orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif memiliki keasikan dengan aturan, peraturan, ketertiban, kebersihan, perincian dan pencapaian kesempurnaan. Keterampilan interpersonal pasien gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah terbatas. Mereka mengasingkan orang lain, tidak mampu untuk berkompromi dan memaksakan supaya orang lain tunduk kepada mereka. Tetapi mereka mudah memaafkan mereka yang dipandangnya sebagai lebih berkuasa dibandingkan dirinya dan memenuhi keinginan mereka dalam cara penguasa. Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif (3) Pola pervasif preokupasi dengan urutan, perfeksionisme, dan pengendalian mental dan interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut : 1. Terpreokupasi dengan perincian, aturan, daftar, urutan, susunan atau jadwal sampai tingkat dimana aktivitas sesama hilang. 2. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas misalnya, tidak mampu menyelesaikan suatu proyek karena tidak memenuhi standarnya sendiri yang terlalu ketat. 3. Secara berlebihan setia kepada pekerjaan dan produktivitas sampai mengabaikan aktivitas waktu luang dan persahabatan (tidak disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang besar) 4. Terlalu berhati-hati, teliti, dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas, etika atau nilai-nilai (tidak disebabkan oleh identifikasi kultural atau religius) 5. Tidak mampu membuang benda-benda yang usang atau tidak berguna walaupun tidak memiliki nilai sentimental.
40

6. Enggan untuk mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan orang lain kecuali mereka tunduk dengan tepat caranya mengerjakan hal 7. Memiliki gaya belanja yang kikir baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, uang dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk rencana dimasa depan. 8. Menunjukkan kekacauan dan keras kepala.

Diagnosis Banding Jika ditemukan obsesi atau kompulsi yang rekuren, gangguan obsesifkompulsif harus ditulis dalam aksis l. kemungkinan pembedaan yang paling sukar adalah antara pasien rawat jalan dengan sifat obsesif-kompulsif dan pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. Diagnosis gangguan kepribadian bermakna dalam efektivitas pekerjaan atau sosialnya. Pada beberapa kasus, gangguan delusional terjadi bersama-sama dengan gangguan kepribadian dan harus dicatat. Perjalanan penyakit dan prognosis Perjalanan gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah bervariasi dan tidak dapat diramalkan. Dari waktu ke waktu, obsesi atau kompulsi dapat berkembang dalam perjalanan gangguan kepribadian. Beberapa remaja dengan gangguan kepribadian obsesi kompulsif berkembang menjadi orang dewasa yang hangat, terbuka dan ramah; tetapi orang lain, gangguan dapat mengawali skizofreniaatau gangguan depresif berat. Terapi : Psikoterapi : Tidak seperti gangguan kepribadian lainnya, pasien gangguan kepribadian obsesif-kompulsif seringkali tahu bahwa mereka sakit dan mencari pengobatan atas kemauan sendiri. Asosiasi bebas dan terapi yang tidak terlalu mengarahkan sangat dihargai oleh pasien gangguan ini. Terapi kelompok dan terapi perilaku biasanya memberikan manfaat tertentu. Pada kedua konteks, mudah untuk memutuskan pasien ditengah-tengah interaksi atau penjelasan maladaptive mereka. Melengkapi perilaku kebiasaan mereka mencegah meningkatkan kecemasan pasien dan menyebabkan mereka mudah mempelajari strategi baru. - Farmakoterapi : Clonazepam (klonopin) adalah suatu benzodiazepine dengan antikonvulsan, pemakaian obat ini telah menurunkan gejala pada pasien dengan
41

gangguan kepribadian obsesif-kompulsif parah. Apakah obat ini digunakan pada gangguan kepribadian adalah tidak diketahui. Clomipramine (anafranil) dan obat serotonergik tertentu seperti fluoxetine mungkin berguna jika tanda dan gejala obsesifkompulsif timbul.

Gangguan Kepribadian Yang Tidak Ditentukan Katagori ini adalah untuk gangguan-gangguan fungsi kepribadian yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian spesifik. Contohnya adalah adanya ciriciri lebih dari satu gangguan kepribadian spesitik yang tidak memenuhi kriteria lengkap untuk salah satu gangguan kepribadian (kepribadian campuran) tetapi bersama-sama menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam satu atau lebih fungsi penting (misalnya, sosial atau pekerjaan). Kategori ini juga dapat digunakan jika klinis menganggap bahwa suatu gangguan kepribadian spesifik yang tidak dimasukkan kedalam klasifikasi ini adalah sesuai. Contohnya adalah gangguan kepribadian pasif-agresif dan gangguan kepribadian depresif.

Gangguan Kepribadian Pasif - Agresif Orang dengan gangguan kepribadian pasif-agresif ditandai oleh obstruksionisme (senang menghalang-halangi), menunda-nunda, sikap keras kepala dan tidak efisien. Perilaku tersebut adalah manifestasi dari agresi yang mendasari, yang diekspresikan secara pasif. Pasien gangguan kepribadian pasif-agresif secara karakteristik adalah suka menunda-nunda, tidak menerima permintaan untuk kinerja yang optimal, tidak bersedia meminta maaf, dan cenderung untuk mencarikesalahan pada diri orang lain walaupun pada orang tempat mereka bergantung; tetapi mereka menolak untuk melepaskan mereka sendiri dari hubunganketergantungan. Mereka biasanya tidak memiliki ketegasan tentang kebutuhan dan harapan mereka. Orang dengan gangguan ini tidak memiliki kepercayaan padadiri sendiri dan biasanya pesimistik akan masa depan (Kaplan & Saddock, 1997 : 268).Mereka memendam rasa amarah dan permusushan yang diekspresikan dengan cara tidak langsung tapi menggunakan cara yang
42

menyakitkan. Tidak sensitive terhadap kritik dan selalu menganggap dirinya benar. Dari sudut kognitif-behavioral, pasif-agresif berkembang dari kepercayaan bahwa ekspresi terbuka dan kemarahan adalah berbahaya. Menuntut orang lain harus tahu apa yang diinginkan, tanpa ia memintanya (Martaniah 1999 : 79).

Epidemiologi Tidak ada data yang tersedia tentang epidemiologi gangguan, termasuk rasio jenis kelamin, pola familial dan prevalensi (Kaplan, 1997). Gambaran klinis Karakteristik pasien gangguan kepribadian pasif agresif adalah: 1. Menunda-nunda, tidak menerima permintaan untuk kinerja yang optimal, meminta maaf untuk keterlambatan dan mencari kesalahan pada diri orang lain pada siapa mereka tergantung, mereka menolak untuk melepaskan diri mereka sendiri dari ketergantungan. 2. Tidak memeiliki ketegasan dan tidak lansung tentang kebutuhan dan harapan mereka. 3. Tidak dapat menjawab pertanyaan yang diperlukan tentang apa yang diharapakan oleh mereka dan mungkinmenjadi cemas bila dipaksa untuk melakukannya. 4. Berusaha untuk memanipulasi dirinya sendiri kedalam posisi tergantung, tetapi prilaku mereka yang pasif dan merendahkan diri sering kali dialami orang lain sebagai hukuman atau manipulasi (Kaplan, 1997). Kriteria Riset Gangguan Kepribadian Pasif- Agresif A. Pola perpasif sikap negatifistik dan resistensi pasif terhadap tuntutan akan kinerja yang adekuat , dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut: 1. Secara pasif menolak memenuhi tugas sosial dan pekerjaan rutin. 2. Mengeluh tidak dimengerti dan tidak dihargai oleh orang lain. 3. Cemberut dan argumentative 4. Tanpa alasan mengkritik dan mencemooh atasan 5. Menunjukkan rasa cemburu dan kebencian terhadap mereka yang tampaknya lebih
43

beruntung. 6. Suara yang diperkeras dan keluhan terus-menerus atas ketidak beruntungan dirinya 7. Berganti-ganti antara tantangan permusuhan dan perasaan dosa

B. Tidak terjadi semata-mata selama episode depresif berat dan tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan distimik Diagnosis Banding Gangguan kepribadian pasif-agresif perlu dibedakan dari gangguan kepribadian histrionik dan ambang. Tetapi pasien gangguan kepribadian pasif-agresif adalah dramatik, afektif dan agresif secara terbuka dibandingkan dengan pasien gangguan kepribadian histrionik dan ambang. Perjalanan penyakit dan prognosis Dalam suatu penelitian follow up terhadap 100 orang pasien rawat inap yang rata-rata berusia 11 tahun, Ivor small menemukan bahwa gangguan kepribadian pasif-agresif merupakan diagnosis utama pada 54 orang di antara mereka, 18 orang juga penyalahguna alkohol dan 30 orang secara klinis di cap sebagai terdepresi.

Terapi - Psikoterapi : pasien gangguan kepribadian pasif-agresif yang mendapatkan psikoterapi suportif memiliki hasil yang baik. Tetapi psikoterapi untuk pasien dengan gangguan kepribadian pasif-agresif memiliki banyak kekurangan, dalam memenuhi kebutuhan pasien seringkali mendukung patologi mereka, tetapi menolak permintaan mereka adalah menolak mereka. Klinisi harus mengobati kecendrungan bunuh diri terhadap tiap ekspresi kemarahan yang tersembunyi dan bukan sebagai orang yang akan mengobati kehilangan obyek pada gangguan depresif berat. - Farmakoterapi : antidepresan harus diresepkan hanya jika ada indikasi klinis depresi dan kemungkinan bunuh diri. Beberapa pasien berespon terhadap benzodiazepine dan psikostimulan, tergantung pada keadaan klinis.

44

Gangguan Kepribadian Depresif Orang dengan gangguan kepribadian depresif adalah orang yang pesimistik, anhedonik, terikat pada kewajiban, meragukan diri sendiri dan tidak gembira secara kronis. Penyebab gangguan kepribadian depresif tidak diketahui, tetapi faktor yang terlibat dalam gangguan distimik dan gangguan depresif berat mungkin bekerja. Teori psikologis melihat adanya kehilangan pada awal kehidupan, pengasuhan orang tua yang buruk, superego yang menghukum, dan perasaan ekstrim. Deskripsi klasik tentang kepribadian depresif diajukan tahun 1963 oleh Arthur Noyes dan Laurence Kolb, “Mereka merasakan kegembiraan kehidupan yang normal tapi hanya sedikit, dan cenderung kesepian dan serius, bermuram durja, patuh, pesimistik dan rendah diri. Mereka rentan untuk mengekspresikan penyesalan dan perasaan ketidakberdayaan dan putus asa. Mereka seringkali teliti, perfeksionistik, sangat berhati-hati, asyik dengan pekerjaan, merasa bertanggung jawab dengan tajam, dan mudah berkecil hati di kondisi yang baru. Mereka ketakutan akan celaan, cenderung menderita dalam kesepian dan kemungkinan mudah menangis, walaupun biasanya tidak di hadapan orang lain. Suatu kecenderungan untuk merasa ragu-ragu, tidak dapat mengambil keputusan dan berhatihati menghianati perasaan ketidakamanan yang melekat. Terdapat 7 kelompok sifat depresif : (1) tenang introvert, pasif, tidak sombong; (2) bermuram durja, pesimistik, serius, dan tidak dapat merasakan kegembiraan; (3) mengkritik diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, dan menghina diri sendiri; (4) bersifat ragu-ragu, kritik orang lain, sukar untuk memaafkan; (5) berhati-hati, bertanggung jawab dan disiplin diri; (6) memikirkan hal yang sedih dan merasa cemas; (7) asyik dengan peristiwa negatif, perasaantidak berdaya dan kelemahan pribadi (Kaplan & Saddock, 1997 : 270).

Epidemiologi Berdasarkan prevalensi gangguan depresif pada populasi keseluruhan, gangguan kepribadian depresif tampaknya sering, terjadi sama banyak pada laki-laki dan perempuan dan terjadi pada keluarga dimana gangguan depresif ditemukan (Kaplan, 1997). Gambaran Klinis Deskripsi gangguan kepribadian depresif oleh H.Akiskal menggambarkan kelompok sifat depresif adalah :
45

1. Tenang, introvert, pasif tidak sombong. 2. Bermuram durja, pesimistik, serius, dan tidak dapat merasakan kegembiraan. 3. Mengkritik diri sendiri, menyalahkan diri sendiri dan menghina diri sendiri. 4. Bersifat ragu-ragu, kritik orang lain , sukar untuk memaafkan. 5. Berhati-hati, bertanggung jawab dan disiplin diri 6. Memikirkan hal sedih dan pasien merasa cemas 7. Asyik dengan peristiwa negatif, perasaan tidak berdaya dan kelemahan pribadi. Diagnosis Banding Gangguan distimik adalah gangguan mood yang ditandai oleh fluktuasi besar dalam mood dibandingkan yang ditemukan pada gangguan kepribadian depresif. Gangguan kepribadian adalah kronis dan seumur hidup, sedangkan gangguan distimik adalah episodic, dapat terjadi pada setiap waktu, dan biasanya memiliki stressor pencetus. Kepribadian depresif dapat dianggap sebagai s p ek t r u m kondisi afektif dimana gangguan distimik dan gangguan depresif memiliki varian yang lebih parah. Pasien gangguan kepribadian menghindar adalah introvert dan tergantung tetapi cenderung lebih merasa cemas daripada depresi, dibandingkan orang dengan kepribadian depresif.

Perjalanan penyakit dan prognosis Orang dengan gangguan kepribadian depresif mungkin berada dalam resiko yang tinggi untuk mengalami gangguan distimik dan gangguan depresif berat (Kaplan, 1997). Terapi - Psikoterapi : merupakan pengobatan terpilih untuk gangguan kepribadian depresif. Pasien berespon terhadap psikoterapi berorientasi tilikan, dan arena tes realitas pasien adalah baik, mereka mampu menggali tilikan kedalam psikodinamika penyakitnya dan memahami efeknya pada hubungan interpersonal mereka. Terapi kognitif membantu pasien mengerti manifestasi kognitif dari perasaan rendah diri dan pesimisme mereka. Jenis psikoterapi lain yang berguna adalah psikoterapi kelompok dan terapi interpersonal.
46

- Psikofarmakologi : pemakaian medikasi anti depresan, khususnya obat serotonerik tertentu seperti setraline (Zoloft), 50mg sehari. Beberapa pasien berespon terhadap dosis kecil psikostimulan, seperti amfetamin, 5-10 mg sehari. Pada semua kasus, obat psikofarmakologis harus dikombinasikan dengan psikoterapi untuk mencapai efek yang maksimal. Gangguan kepribadian sadomasokistik Gangguan ini bukan merupakan diagnosis resmi dalam DSM IV atau spendiksnya, tetapi dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian yang tidak diklasifikasikan. Sadisme (berasal dari nama seorang penulis di abad ke-18 yaitu Marquis de Sade, yang menulis tentang orang yang mengalami kenikmatan seksual saat menyiksa orang lain) adalah keinginan untuk menyebabkan rasa sakit pada orang lain baik secara penyiksaan seksual atau fisik atau penyiksaan psikologi pada umumnya. Sigmund Freud percaya bahwa pasien sadisme untuk mencegah kecemasan kastrasi dan mampu untuk melakukan kepada orang lain apa yang mereka takutkan akan terjadi pada diri mereka. Sedangkan masokisme (nama mengikuti Leopold von Sacher-Masoch, seorang penulis novel yang berasal dari Austria abad ke-19) adalah pencapaian pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri. Pada umumnya, yang dinamakan penderita masokisme moral mencari penghinaan dan kegagalan, bukannya sakit fisik. Menurut Sigmund Freud, kemampuan penderita masokisme untuk mencapai orgasme terganggu oleh kecemasan dan perasaan bersalah tentang seks dan perasaan tersebut dihilangkan oleh penderitaan dan hukuman pada diri mereka sendiri. Pengamatan klinis menyatakan bahwa elemen perilaku sadisme dan masokisme biasanya ditemukan pada orang yang sama. Terapi Psikoterapi. Terapi psikoanalisis efektif pada beberapa kasus. Sebagai hasil terapi, pasien menjadi menyadari bahwa kebutuhan menghukum diri sendiri adalah sekunder akibat perasaan bersalah bawah sadar yang berlebihan dan juga menjadi mengenali impuls agresif mereka yang terepressi, yang berasal dari masa anak-anak awal. Gangguan kepribadian sadistik Orang dengan kepribadian sadistik menunjukkan pola kekejaman yang perpasif, merendahkan
47

dan prilaku agresif, yang dimulai sejak masa anak-anak awal dan diarahkan kepada orang lain. Kekejaman atau kekerasan fisik digunakan untuk menyebabkan sakit pada orang lain dan bukan untuk mencapai tujuan lain. Orang dengan gangguan ini kemungkinan menghina atau merendahkan orang dihadapan orang lain dan biasanya telah mengancam atau menghukumorang lain dengan kasar yang tidak lazimnya, terutama anak-anak (Kaplan, 1997). Pada PPDGJ III termasuk F 65.5 yaitu suatu preferensi terhadap aktivitas seksual yang meliputi pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan. Jika individu lebih suka menjadi resepien dari peransangan demikian, maka disebut masokisme, jika sebagai pelaku disebut sadisme, baik sadisme maupun masokisme. Stimulasi sadomasokistik berderajat ringan biasanya digunakan untuk

meningkatkanaktivitas seksual yang sebetulnya normal. Kategori ini hanya digunakan apabila aktivitas sadomakistik merupakan sumber ransangan yang terpenting untuk pemuasan seksual Perubahan Kepribadian karena kondisi medis umum Perubahan kepribadian karena kondisi medis umum ditandai perubahan yang jelas pada gaya dan sifat kepribadian dan tingkat fungsi sebelumnya. Pasien harus menunjukkan buktibukti faktor organik penyebab sebelum onset perubahn kepribadian (Kaplan, 1997). Etiologi Kerusakan struktural pada otak biasanya penyebab perubahan kepribadian Trauma kepala merupakan penyebab yang paling sering. Neoplasma serebral dan kerusakan pembuluh darah, khususnya lobus temporalis dan frontalis, juga merupakan penyebab yang sering. Kondisi ini tersering disertai dengan perubahan kepribadian (Kaplan, 1997). Diagnosis dan gambaran klinis Ditemukan pperubahan kepribadian dari pola prilaku sebelumnya atau suatu eksaserbasi karakteristik kepribadian sebelumnya. Gangguan pengendalian ekspresi emosi dan impuls adalah gambaran yang utama. Secara karakteristik emosi labil dan dangkal walaupun euforia dan apati menonjol, walaupun euforia dan apati mungkin menonjol (Kaplan, 1997). Hal yang berhubungan dengan cedera laobus frontali (sindroma lobus frontalis) adalah

48

ketidakacuhan dan apati yang menonjol, yang ditandai oleh tidak adanya perhatian terhadap peristiwa di lingkungan dekatnya. Ekspresi impuls mungkin dimanifestasikan dengan gurauan yang tidak sesuai, cara yang kasar, pendekatan seksual yang tidak pada tempatnya dan tindakan anti sosial yang menyebabkan konflik dengan hukum. Orang dengan epilepsi lobus temporalis secara karakteristik menunjukkan tidak memiliki rasa humor, hipergrafia, hiperreligius,dan agresivitas yang nyata selama kejang (Kaplan, 1997). Orang dengan perubahan kepribadian karena kondisi medis umum memiliki sensorium yang jernih. Gangguan ringan pada fungsi kognitif tidak menyebabkan perburukan intelektual. Diagnosis harus di curigai pada pasien yang menunjukkan perubahan yang nyata dalam prilaku atau kepribadian termasuk labilitas emosional dan gangguan kepribadian impuls, yang tidak memiliki riwayat mental dan yang perubahan kepribadiannya terjadi secara tiba-tiba atau selama periode yang relatif singkat (Kaplan, 1997). Diagnosis banding Demensia adalah melibatkan pemburukan global pada intelektual dan kapasitas prilaku. Pada pemburukan mulai mencakup daya ingat yang penting dan defisit kognitif, diagnosis diubah dari gangguan kepribadian karena kondisi medis umum ke demensia (Kaplan, 1997).

Perjalanan Penyakit dan Prognosis Perjalanan penyakit dan prognosis perubahna kepribadian karena kondisi medis umum tergantung pada penyebabnya. Jika gangguan terjadi akibat gangguan struktural otak, gangguan cenderung menetap. Gangguan mungkin terjadi setelah suatu peride koma dan derilium pada kasus trauma kepala atau gangguan pembuluh darah. Perubahan kepribadian dapat berkembang menjadi demensia pada kasus tumor otak, skelrosis multipel dan penyakit hutington. Peruhan karena intoksikasi kronik kronik, penyaki medis atau terapi obat (seperti levodopa pada kasus Parkinson) (Kaplan, 1997). Terapi Penatalaksanaan gangguan perubahan kepribadian melibatkan terapi kondisis organik dasar jiak kondisi itu dapat diobati. Terapi psikofarmakologis untuk gejala spesifik mungkin di
49

indikasikan pada beberapa kasus seperti Imipramin dan fluxetin untuk depresi. Pasien dengan gangguan kognitif yang parah atau pengendalian prilaku yang melemah mungkin memerlukan konseling untuk membantu menghindari kesulitan dalam pekerjaan atau mencegah keadaan memalukan sosial. Intinya adalah dukungan keluarga pasien (Kaplan, 1997). Perubahan Kepribadian selamanya setelah pengalaman menakutkan dan setelah penyakit Psikiatrik. Perubahan kepribadian selamanya setelah pengalaman menakutkan Menurut PPDGJ III adalah perubahan kepribadian harus berlansung lama dan muncul sebagai gambaran yang tidak fleksibel maladaptif yang menjurus kepada kegagalan dalam fungsi interpersonal, sosial dan pekerjaan. Biasanya perubahan kepribadian harus dipastikan berdasarkan keterangan yang dapat diandalkan. Untuk menegakkan diagnosis adalah esensial untuk memastikan gambaran yang tidak tampak sebelumnya, seperti: sikap bermusuhan dan tidak percaya menghadapi dunia Penarikan diri dari masyarakat Perasaan kosong dan putus asa Perasaan terpojok yang kronis seperti terancam terus menerus Keterasingan

Perubahan kepribadian ini harus sudah ada selama minimal 2 tahun dan harus tidak disebabkan oleh gangguan kepribadian yang sebelumnya ada atau karena suatu gangguan jiwa selain gangguan stres pasca trauma. Perubahan Kepribadian Selamanya Setelah Penyakit psikiatrik Menurut PPDGJ III adalah perubahan kepribadian yang berlansung lama dan tampil sebagai pola yang tidak fleksibel dan maladaptif dalam fungsi dan pengalamannya, yang mengarah kepada problem yang berkepanjangan dalam fungsi interpersonel, sosial atau pekerjaan dan penderitaan subjektif. Tidak boleh ada tanda bahwa sebelumnya sudah ada gangguan kepribadian yang menjelaskan terjadinya perubahan kepribadian itu dan diagnosis tidak boleh
50

berdasarkan suatu gejala residual gangguan jiwa sebelumnya.Perubahan kepribadian berkembang mengikuti penyembuhan klinis suatu gangguan jiwa yang harus telah dialami sebagai sangat menekan secara emosional dan mengahancurkan citra diri pasien. Sikap atau reaksi orang lain terhadap pasien sesudah penyakit itu adalah penting dalam menentukan dan memperkuat persepsi pasien terhadap derajat stres. Tipe perubahan kepribadian ini tidak dapat dimengerti sepenuhnya tanpa mempertimbangkan pengalaman emosional yang subjektif dan kepribadian sebelumnya, penyesuaian dirinya dan kerentanan khasnya. Tanda diagnostik harus mencakup gambaran klinis sebagai berikut: 1. sikap ketergantungan dan sikap menuntut dari orang lain yang berlebihan 2. tuduhan bahwa dirinya berubah atau cacat oleh karena penyakit, menjurus ketidakmampuan membentuk dan memperthakan hubungan pribadi yang dekat dan terpercaya serta isolasi sosial. 3. Pasif, minat berkurang dan menurunya keterlibatan dalam aktivitas rekreasi. 4. Selalu menegeluh sakit, yang mungkin disertai dengan keluhan hipokondrik dan prilaku sakit 5. Disforia atau suasana peraan yang labil, yang tidak disebabkan oleh adanya gangguan jiwa saat ini atau gangguan jiwa sebelumnya dengan gejala afektif residual 6. Hendaya yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan dibandingkan dengan keadaan sebelum sakit. 7. Manifestasi tersebut diatas harus sudah ada selama kurun waktu 2 tahun atau lebih Perubahan bukan terjadi karena kerusakan otak berat. Adanya diagnosis skizofrenia sebelumnya tidak meningkirkan kemungkinan diagnosis ini.

51

BAB III PENUTUP

52

Dari uraian di atas maka dapat dismpulkan bahwa siapa saja berpotensi untuk mengalami gangguan kepribadian. Karena gangguan kepribadian tidak saja disebabkan oleh faktor genetika (dapat diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh faktor temperamental, faktor biologis (hormon, neurotransmitter dan elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik (yaitu adanya fiksasi pada salah satu tahap di masa perkembangan psikoseksual dan juga tergantung dari mekanisme pertahanan ego orang yang bersangkutan). Dalam DSM-IV, gangguan kepribadian dibagi menjadi tiga kelompok dan masingmasing kelompok terdapat beberapa gangguan kepribadian dengan karakteristik yang khas dan berbeda-beda satu sama lain. Hampir semua gangguan kepribadian dapat disembuhkan baik melalui psikoterapi (terapi kejiwaan) maupun farmakoterapi (terapi obat-obatan), dengan teknik penyembuhan yang berbeda-beda untuk masing-masing gangguan kepribadian.

53

DAFTAR PUSTAKA

1. Evi Kristiyarini. Kecendrungan gangguan kepribadian pada remaja dan dewasa awal di

Desa

Sedeng

Pacitan.

2009.

http://gdl.itb.ac.id/gdl.php?

mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2003-evikristiy-270&q=Health
2. Psikologi Kepribadian. http://www.slideshare.net/bocahbancar/psikologi-kepribadian

3. David, A Tomb. Buku Saku Psikiatri, Alih bahasa Martina Wiwie S Nasrun. Ed 6. Jakarta. EGC. 2003
4. Gangguan

Kepribadian.

2010.

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-

tentang/gangguan-kepribadian 5. Castillo, Heather.2003. Personality disorder; Temperament or Trauma. Jessica Kingsley Publisher. London. 6. Maslim, Rusdi, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III, Jakarta 7. Kaplan & Saddock, 1997, Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Edisi ke-7, jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta. 8. Nida UI Hasanat, 2004, Print out Personality Disorder, Yogyakarta. 9. Sri Mulyani Martaniah, MA, Prof. Dr. 1999, Handout Psikologi Abnormal, Yogyakarta.

54

55

Anda mungkin juga menyukai

  • Pleuritis TB Diagnosis
    Pleuritis TB Diagnosis
    Dokumen8 halaman
    Pleuritis TB Diagnosis
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Purifikasi Protein
    Purifikasi Protein
    Dokumen46 halaman
    Purifikasi Protein
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen15 halaman
    Vertigo
    Sigit Nugroho
    100% (1)
  • Antigen Untuk Produksi Vaksin
    Antigen Untuk Produksi Vaksin
    Dokumen17 halaman
    Antigen Untuk Produksi Vaksin
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Parasitic Helminth Infections
    Parasitic Helminth Infections
    Dokumen15 halaman
    Parasitic Helminth Infections
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Imunopatologi Virus
    Imunopatologi Virus
    Dokumen24 halaman
    Imunopatologi Virus
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • KERANGKA Konsep
    KERANGKA Konsep
    Dokumen2 halaman
    KERANGKA Konsep
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Antigen Untuk Produksi Vaksin
    Antigen Untuk Produksi Vaksin
    Dokumen17 halaman
    Antigen Untuk Produksi Vaksin
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Laporan TDL Mikrobiologi
    Laporan TDL Mikrobiologi
    Dokumen16 halaman
    Laporan TDL Mikrobiologi
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Sitokin
    Sitokin
    Dokumen18 halaman
    Sitokin
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Sitokin
    Sitokin
    Dokumen28 halaman
    Sitokin
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • DETEKSI PARASIT
    DETEKSI PARASIT
    Dokumen2 halaman
    DETEKSI PARASIT
    Rahma Larasati Syaheeda
    0% (1)
  • Imunopatologi Virus
    Imunopatologi Virus
    Dokumen24 halaman
    Imunopatologi Virus
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Kasus Biostatistik
    Kasus Biostatistik
    Dokumen11 halaman
    Kasus Biostatistik
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantaar
    Kata Pengantaar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantaar
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Edit Saraf
    Edit Saraf
    Dokumen6 halaman
    Edit Saraf
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Edit Psikiatri
    Edit Psikiatri
    Dokumen2 halaman
    Edit Psikiatri
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Keterampilan Osce
    Keterampilan Osce
    Dokumen19 halaman
    Keterampilan Osce
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Soal Saraf
    Soal Saraf
    Dokumen9 halaman
    Soal Saraf
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka
    Dokumen47 halaman
    Tinjauan Pustaka
    Rahma Larasati Syaheeda
    100% (1)
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen2 halaman
    Latar Belakang
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Edit Ikm
    Edit Ikm
    Dokumen8 halaman
    Edit Ikm
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Metabolik
    Sindrom Metabolik
    Dokumen9 halaman
    Sindrom Metabolik
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Dalam Kehamilan
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Dokumen8 halaman
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Klasifikasi Otitis Media
    Klasifikasi Otitis Media
    Dokumen52 halaman
    Klasifikasi Otitis Media
    Dhenni Hartopo
    100% (2)
  • SINUSITIS
    SINUSITIS
    Dokumen27 halaman
    SINUSITIS
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Telinga Luar
    Telinga Luar
    Dokumen10 halaman
    Telinga Luar
    ryo_benji
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Dalam Kehamilan
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Dokumen10 halaman
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Ghonorrheae
    Ghonorrheae
    Dokumen2 halaman
    Ghonorrheae
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat