Anda di halaman 1dari 14

Referat

FLU BABI (H1N1)


Oleh: Vellyana Gustika Pembimbing: Dr. Ali Hanafiah, Sp.P

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD GUNUNG JATI CIREBON JANUARI 2011

FLU BABI (H1NI)

I. PENDAHULUAN Flu babi (swine flu) adalah penyakit saluran pernapasan akut pada babi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Penyakit ini menyebabkan tingkat morbiditas yang tinggi tetapi memiliki tingkat mortalitas yang rendah. Virus flu babi dapat berjangkit dalam suatu populasi babi sepanjang tahun, namun kebanyakan penyebarannya terjadi pada musim gugur dan musim dingin (Rehan, 2009). Flu babi pertama kali dikenal tahun 1918 dimana terjadi wabah penyakit influenza secara pandemik pada manusia yang menyebabkan 21 juta orang meninggal dunia. Pada tahun yang sama dilaporkan terjadi wabah penyakit pada babi di Amerika tengah bagian utara yang memiliki kesamaan gejala klinis dan patologi dengan influenza pada manusia. Karena kejadian penyakit ini muncul bersamaan dengan penyakit epidemik pada manusia, maka penyakit tersebut dikenal sebagai flu pada babi. Pada awal tahun 1976 di Amerika Serikat ditemukan virus influenza babi yang dapat diisolasi dari manusia dan terungkap bahwa manusia dapat terinfeksi dan menderita penyakit pernapasan akut apabila berhubungan dengan babi yang sakit (Syafriati, 2009). II. FLU H1N1 PADA MANUSIA Flu babi pada manusia merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus influenza. Kasus flu babi dilaporkan menimpa wanita umur 32 tahun pada tahun 1988, wanita ini dirawat di rumah sakit akibat pneumonia dan 8 hari kemudian meninggal. Dari hasil pemeriksaan ditemukan virus influenza pathogen yang secara antigenik berhubungan dengan virus influenza babi (Syafriati, 2009). Pada Juni 2009, World Health Organization (WHO) mencatat lebih dari 94.000 orang terjangkit virus H1N1 yang tersebar di 100 negara, 429 diantaranya meninggal

dunia. Pandemi virus ini pertama kali terjadi di Mexico pada Maret 2009 dan di Amerika Serikat pada April 2009 (Riyanto, 2009). Masuknya virus flu babi di Indonesia terjadi setelah merebaknya kasus avian influenza (AI) pada unggas yang disebabkan virus H5N1 sejak bulan Agustus tahun 2003, yang didahului dengan dilaporkannya influenza pada itik. Virus AI kemudian menyerang kelompok unggas lain dan juga menular ke babi (Syafriati, 2009). Tabel 1. Data Kasus H1N1 di Indonesia
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Propinsi DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Selatan Kep. Riau Sumatera Selatan Sumatera Utara Kalimantan Timur Sulawesi Selatan Jambi DIY Jogjakarta Sulawesi Utara Bali TOTAL Konfirm 170 87 42 6 25 11 3 1 9 4 2 1 5 4 28 Meninggal 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 171 87 42 6 25 11 3 1 9 4 2 1 5 4 28 398

III. ETIOLOGI

Penyebab penyakit flu babi ini adalah virus influenza tipe A yang termasuk family Orthomyxoviridae. Ukuran virus tersebut berdiameter 80-120 nm. Selain influenza A, terdapat virus influenza B dan C yang juga sudah diisolasi dari babi. Sedangkan 2 tipe virus pada manusia adalah influenza A dan B, kedua tipe ini diketahui sangat progresif dalam perubahan antigenik. Pergeseran antigenik ini berhubungan dengan sifat penularan secara pandemik dan keganasan penyakit. Ketiga virus tersebut mempunyai RNA dengan sumbu protein dan permukaannya diselubungi antigen haemagglutinin dan enzim neuroamidase. Peranan haemagglutinin adalah sebagai alat melekatnya virion pada sel sehingga terjadi aglutinasi sel darah merah, sedangkan neuroamidase bertanggung jawab terhadap elusi, terlepasnya virus dari sel darah merah dan melepaskan virus dari sel yang terinfeksi. Antibodi terhadap haemagglutinin dan neuroamidase berperan dalam mencegah infeksi oleh virus yang sama. Virus influenza tidak dapat tahan lebih dari 2 minggu di luar sel kecuali pada kondisi dingin. Virus sangat sensitif terhadap panas, detergen, kekeringan dan disinfektan (Syafriati, 2009). Virus flu babi klasik (virus influenza H1N1 tipe A) pertama kali diisolasi dari babi pada tahun 1930. Seperti virus influenza lainnya, virus flu babi berubah secara konstan. Babi dapat terinfeksi oleh flu burung atau flu manusia. Saat virus influenza spesies lain menginfeksi babi, virus tersebut mampu bertukar gen dan membentuk virus baru dari gabungan virus flu burung dan / atau virus flu manusia dan babi. Selama bertahun-tahun variasi virus flu yang bermacam-macam telah terbentuk. Saat ini terdapat empat subtype virus influenza tipe A yang berhasil diisolasi dari babi yaitu H1N1, H1N2, H3N2, dan H3N1. Namun kebanyakan virus yang dapat diisolasi dari babi adalah virus H1N1 (Rehan, 2009).

Gambar 1. Virus H1N1 Pada bulan April 2009, dideteksi virus baru pada manusia di Amerika serikat yaitu virus novel H1N1. WHO dan Center for Disease Control and Prevantion (CDC) mengganggap virus ini serupa dengan virus H1N1 yang telah diketahui sebelumnya. Virus novel H1N1 memiliki 2 gen dari virus babi di Eropa dan Asia, serta gen flu pada burung dan manusia. Para peneliti menamakannya virus quadruple reassortance (terbentuk dari empat jenis virus) (Salaam, 2009). IV. PATOGENESIS Penyebaran virus H1N1 sama dengan penyebaran flu musiman. Penularan flu babi dapat terjadi dalam 2 cara (Syamsi, 2009): 1. Melaui kontak dengan babi yang terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi dengan virus flu babi 2. Melalui kontak dengan orang yang menderita flu babi, sama seperti flu musiman. Penyebarab influenza menyebar terutama melalui batuk atau bersin dari orang yang terinfeksi. Orang yang menderita flu babi menurut para ahli akan tetap menularkan penyakitnya sampai hari ke tujuh. Jika sampai hari ke tujuh ternyata penyakitnya

belum membaik maka dianggap orang tersebut masih dapat menularkan penyakitnya sampai gejala flu itu benar-benar hilang. Anak-anak pada khususnya balita memiliki potensi waktu penularan yang lebih panjang. Flu babi belum diketahui dapat menular ke manusia melalui konsumsi daging babi atau produk babi yang diolah dan di masak dengan benar. Virus flu babi dapat dimatikan dengan memasak daging babi hingga mencapai temperature internal 70o. Pada penyakit flu babi, virus masuk melalui saluran pernapasan atas melalui udara. Virus menempel pada trakea dan bronkus kemudian berkembang secara cepat yaitu dari 2 jam dalam sel epitel bronkus hingga 24 jam setelah terinfeksi. Hampir semua sel terinfeksi virus dan menimbulkan eksudat pada bronkus. Infeksi dapat mereda pada hari ke 9. Lesi akibat infeksi sekunder dapat terjadi pada paru-paru karena aliran eksudat yang berlebihan pada bronkus dan lesi akan menghilang tanpa menimbulkan kerusakan (Syafriati, 2009). V. DEFINISI KASUS FLU H1N1 Kasus flu H1N1 dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu (Ditjen Pelayanan Medik, 2009):
1. Kasus suspek

Kasus suspek adalah seseorang dengan gejala infeksi pernafasan akut (demam 38C) mulai dari yang ringan sampai dengan pneumonia, ditambah salah satu keadaan di bawah ini : Dalam 7 hari sebelum sakit, pernah kontak dengan kasus konfirmasi flu H1N1 Dalam 7 hari sebelum sakit pernah berkunjung ke area yang terdapat 1 atau lebih kasus konfirmasi flu H1N1

2. Kasus Probable Sesorang dengan gejala di atas disertai dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif terhadap influenza A tetapi tidak dapat diketahui subtypenya dengan menggunakan reagen influenza musiman, atau seseorang yang meninggal karena penyakit infeksi saluran nafas akut yang tidak diketahui penyebabnya dan berhubungan secara epidemiologi ( kontak dalam 7 hari sebelum onset ) dengan kasus suspek dan konfirmasi. 3. Kasus Konfirmasi Seseorang dengan gejala di atas sudah dikonfirmasi laboratorium Flu H1N1 dengan pemeriksaan satu atau lebih test dibawah ini : a. Pemeriksaan PCR (+) b. Kultur Virus c. Peningkatan 4 kali antibody spesifik Flu H1N1 dengan Netralisasi tes. VI. FAKTOR RESIKO Faktor resiko seseorang terinfeksi virus H1N1 adalah 1. Kontak langsung ( 2 meter ) seperti merawat, berbicara, bersentuhan dgn pasien suspek, propbable, dan konfirmasi H1N1 2. Orang yang bepergian ke daerah endemis flu H1N1 (Ditjen Pelayanan Medik, 2009) VII. GEJALA KLINIS Gejala virus H1N1 pada manusia mirip dengan flu musiman,seperti:

Demam tinggi (suhu 37,8 C) Batuk

Pilek Nyeri Tenggorokan Nyeri sendi Diare dan Muntah-muntah atau gangguan saluran cerna Tidak nafsu makan, letargi

Berdasarkan tanda-tanda klinis H1N1 dibagi menjadi : 1. Kriteria ringan : Tanpa gejala Demam tanpa sesak Batuk pilek, tanpa pneumonia Tidak ada komorbid ( Misalnya : Asma, Diabetes Mellitus, PPOK, Obesitas, Kurang gizi ) Usia Muda -> terapi untuk kriteria ringan adalah rawat jalan dengan pengawasan 2. Kriteria Sedang : Gejala ringan dengan komorbid Sesak nafas Pneumonia Usia Tua dan Bayi Hamil Keluhan mengganggu : Diare, muntah-muntah -> terapi untuk kriteria sedang adalah rawat di ruang isolasi 3. Kriteri berat : Pneumonia berat Gagal Nafas Sepsis

Syok Kesadaran Menurun ARDS ( Aspirasi Respiratory Deseases Syndrom ) Kegagalan Multi organ -> terapi untuk kriteria berat adalah rawat di ICU VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu: 1. Umum : Laboratorium :Darah rutin ( hemoglobin, leukosit, trombosit, dan hitung jenis lekosit ) Pemeriksaan apusan ( aspirasi atau bilasan nasofaring dan hidung) Pemeriksaan kimia darah : albumin, globulin, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, dan analisa gas darah Pemeriksaan Radiologi : PA dan Lateral Pemeriksaan CT Scan thorak ( bila diperlukan ) 2. Khusus : Pemeriksaan virologi : untuk diagnosis konfirmasi H1N1 - Real time ( RT ) PCR - Kultur virus - Peningkatan 4 x antibodi speifik H1N1 dgn netralisasi test (Ditjen Pelayanan Medik, 2009)

IX. DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding pada flu H1N1 adalah: 1. Flu musiman 2. Flu burung 3. Deman dengue 4. Infeksi paru yang disebabkan oleh virus lain, bakteri atau jamur 5. Demam tipoid 6. HIV dengan infeksi sekunder 7. Tuberkulosis paru (Ditjen Pelayanan Medik, 2009) X. TERAPI Terapi pada flu H1N1 dibedakan berdasarkan pembagian klinis yaitu: - Kriteri ringan : terapi simptomatis dan edukasi pasien untuk istirahat di rumah - Kriteria sedang : Rawat isolasi diberi Oseltamivir 2 x 75 mg - Kriteria berat : rawat ICU Oseltamivir 2 x 75 mg Bila ada infeksi sekunder diberi antibiotika spektrum luas Penatalaksanaan sepsis, apabila ditemukan sepsis

10

Penyulit pada penanganan flu H1N1 antara lain : - Gagal Nafas - Sepsis - Gagal Multi Organ - Pneumotoraks XI. PENCEGAHAN Virus flu babi H1N1 sangat berbeda dengan virus influenza biasa pada manusia, maka vaksin untuk flu musiman pada manusia tidak akan memberi perlindungan terhadap virus flu babi H1N1. Anggota masyarakat hendaknya mematuhi tindakan pencegahan berikut: Jaga kebersihan tangan dan cuci tangan dengan benar. Pencuci tangan

berbahan dasar alkohol juga efektif apabila tangan tidak tampak kotor. Hindari menyentuh mulut, hidung dan mata Segera cuci tangan dengan sabun cair jika tangan kotor karena terkena

sekresi pernapasan, misalnya setelah bersin atau batuk

Tutup hidung dan mulut bila bersin dan batuk Hindari pergi ke tempat berventilasi buruk. Kenakan masker penutup hidung dan mulut bila muncul gejala penyakit

pernapasan dan demam Menjaga dengan seksama kesehatan diri dan lingkungan sangat diperlukan bagi pencegahan flu babi. Kementrian Kesehatan mengingatkan mereka yang berpergian untuk waspada terhadap perkembangan terkini wabah flu babi ketika merencanakan perjalanan. Seseorang yang berpergian ke daerah endemik harus menggunakan
11

masker penutup hidung dan mulut serta pencuci tangan berbahan dasar alkohol yang memadai dan melaksanakan tindakan pencegahan berikut: Selama perjalanan: menjaga kesehatan diri, mencuci tangan dengan baik

dan menggunakan pencuci tangan berbahan dasar alkohol dan menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi flu H1N1.

Sebelum kembali: menghindari berpergian dengan pesawat terbang jika

timbul gejala seperti influenza. Kenakan masker dan diharap mendatangi pusat pelayanan medis setempat. Setelah pulang: hindari berpergian ke tempat dengan ventilasi buruk dan

segera mendatangi pusat pelayanan medis bila terdapat gejala seperti influenza. XII. KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENANGANAN FLU BABI DI INDONESIA Pemerintah menetapkan delapan langkah antisipasi menghadapi flu babi yang mematikan. Langkah antisipasi yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tersebut bertujuan mencegah masuknya virus H1N1 ke Indonesia. Langkah antisipasi ini diumumkan oleh Menteri Kesehatan Dr. Siti Fadillah Supari, Sp.JP dengan melibatkkan Departemen Perhubungan dan Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Delapan langkah tersebut adalah (Fajri, 2010): 1. Mengoperasikan alat pendeteksi suhu tubuh di 10 bandara internasional. Deteksi ditujukan pada penumpang yang baru dating dari perjalanan luar negeri, khususnya Singapura, Amerika Utara, Meksiko dan Selandia Baru. 2. Kepada warga yang hendak ke luar negeri, diberikan panduan prosedur menghindari kemungkinan tertular virus flu babi.

12

3. Melakukan pemantauan penyakit influenza di 100 titik dan 15 RS seIndonesia 4. Revitalisasi 100 RS rujukan flu burung dan pelatihan ulang kepada tenaga medis yang ada. 5. Penelitian virus H1N1 di semua laboratorium yang sebelumnya didesain untuk meneliti virus H5N1. 6. Simulasi penanggulangan endemic influenza secara luas. Simulasi pernah dilakukan di Bali dan Makasar 7. Pengadaan obat Tamiflu yang dilaporkan mampu menanggulangi virus H1N1. Tamiflu adalah obat yang dibuat untuk penanggulangan flu burung. 8. Penyebaran informasi secara luas pada masyarakat mengenai tata cara mengenalidan menghindari flu babi.

DAFTAR PUSTAKA

13

Dirjen Bina Pelayanan Medik.2009.Kebijakan Nasional Ditjen Bina Yanmed Dalam Penanganan Influenza A Baru (H1N1) di Rumah Sakit. Fajri, Muhammad, 2010. Sekelumit tentang flu burung dan flu babi, mengapa kita takut dan perlu mencegahnya?. www.vhajrie27.wordpress.com. Diaskses tanggal 27 Januari 2010. Rehan, Akhmad Arief Syah. Kenali Flu Babi dan Diri Anda. www. techniquestips. com. diakses tanggal 18 Januari 2011. Riyanto, Harun. 2009. Swine Flu atau Flu Babi. Gemari Edisi 103/Tahun X/Agustus 2009. Salaam, Tiaji. 2009. The Influenza 2009 Pandemic: US responses to Global Human Cases. www.crs.gov. diakses tanggal 18 Januari 2011. Syafriati, Tatty. 2009. Mengenal Prnyakit Influenza Babi. www.scrib.com. Diakses tanggal 18 Januari 2011.

14

Anda mungkin juga menyukai