Anda di halaman 1dari 32

TUGAS INDIVIDU PANCASILA SEBAGAI DASAR FILSAFAT NEGARA

OLEH : LAILY FANDIANTY NINGSIH 105070301111002 GIZI A1.1

MATA KULIAH PANCASILA JURUSAN GIZI KESEHATAN FKUB MALANG 2010 PANCASILA SEBAGAI DASAR FILSAFAT NEGARA

Latar Belakang Kehidupan rakyat Indonesia sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah kehidupan sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat yang sejajar dengan bangsa, Negara dan budaya manapun di dunia modern. Bangsa Indonesia sungguh sungguh secara sadar dengan cita karsa, kepercayaan diri, wawasan kebangsaan dan kebanggaan nasional bergaul (bersahabat, bekerjasama) dengan antar bangsa (internasional) untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social bagi seluruh umat di dunia.

Artinya, bangsa Indonesia memelihara dan menggembangkan budaya dan peradaban bagi kesejahteraan umat manusia. Inilah amanat yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 45, sebagai amanat bangsa, cita karsa rakyat Indonesia yang bersumber dari ajaran dasar Negara (filsafat Negara) Pancasila sebagai terumus di dalam UUD 45. Karenanya kewajiban kita semua warganegara untuk menegakkan filsafat Pancasila dan UUD 45. Menegakkan filsafat Pancasila sebagai dasar Negara RI sebagaimana dimaksudkan UUD 45, bagaimana melaksanakannya secara murni dan konsekuen merupakan cita cita rakyat Indonesia yang diamanatkan PPKI kepada para pemimpin dan penjabat Negara, istimewa generasi penerus yang mengelola Negara Proklamasi, kemudian dikembangkan dan diteruskan dalam tema perjuangan Orde Baru. Meskipun sejak menjelang reformasi awal 1998, pemerintah Orde Baru dianggap gagal melaksanakan amanat itu, namun dari beberapa bidang kehidupan kenegaraan prinsip konstitusional sangat melembaga. Artinya, sikap dan budaya berbangsa dan bernegara berpedoman kepada ketentuan normative konstitusional tetap ditegakkan. 1 Jadi, hanya dengan keunggulan (SDM berkualitas) termasuk keunggulan iptek, modal, system nasional bahkan juga kesatuan dan integritas yang utuh: rukun bersatu, senasib dan secita cita, InsyaAllah akan mampu mengantarkan bangsa Indonesia mewujudkan cita cita nasional sebagai terumus di dalam pembukaan UUD 45. Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar

Dr. Mohammad Noor Syam, 2000, Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia Wawasan SosioKultural, Filosofis dan konstitusional, Hal 123-124

menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

Rumusan Masalah 1. Apa landasan filosofis Pancasila? 2. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara? 3. Apa perbedaan filsafat Pancasila dengan filsafat filsafat lainnya? 4. Bagaimanakah penegakkan filsafat pancasila (dasar Negara) Republik Indonesia?

Pembahasan Landasan Filosofis Pancasila a. Definisi Pancasila Kata Pancasila berasal dari kata Sansakerta (Agama Buddha) yaitu untuk mencapai Nirwana diperlukan 5 Dasar/Ajaran, yaitu 1. 2. Jangan mencabut nyawa makhluk hidup/Dilarang membunuh. Jangan mengambil barang orang lain/Dilarang mencuri

3. 4. 5.

Jangan berhubungan kelamin/Dilarang berjinah Jangan berkata palsu/Dilarang berbohong/berdusta. Jangan mjnum yang menghilangkan pikiran/Dilarang minuman keras. Diadaptasi oleh orang jawa menjadi 5 M = Madat/Mabok, Maling/Nyuri,

Madon/Awewe, Maen/Judi, Mateni/Bunuh.

Pengertian Pancasila Secara Etimologis Perkataan Pancasil mula-mula terdapat dalam perpustakaan Buddha yaitu dalam Kitab Tripitaka dimana dalam ajaran buddha tersebut terdapat suatu ajaran moral untuk mencapai nirwana/surga melalui Pancasila.

Pengertian secara Historis Pada tanggal 01 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa teks mengenai rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara . Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, kemudian keesokan harinya 18 Agustus 1945 disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya dimana didalamnya terdapat rumusan 5 Prinsip sebagai Dasar Negara yang duberi nama Pancasila. Sejak saat itulah Pancasila menjadi Bahasa Indonesia yang umum. Jadi walaupun pada Alinea 4 Pembukaan UUD 45 tidak termuat istilah Pancasila namun yang dimaksud dasar Negara RI adalah disebut istilah Pancasila hal ini

didaarkan

interprestasi

(penjabaran)

historis

terutama

dalam

rangka

pembentukan Rumusan Dasar Negara.

Pengertian Pancasila Secara Termitologis Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara RI untuk melengkapai alat2 Perlengkapan Negara PPKI mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 dan berhasil mengesahkan UUD 45 dimana didalam bagian Pembukaan yang terdiri dari 4 Alinea didalamnya tercantum rumusan Pancasila. Rumusan Pancasila tersebut secara Konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara RI yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh Rakyat Indonesia Pancasila Berbentuk: 1. 2. Hirarkis (berjenjang); Piramid.

A. Pancasila menurut Mr. Moh Yamin adalah yang disampaikan di dalam sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 isinya sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Prikebangsaan; Prikemanusiaan; Priketuhanan; Prikerakyatan;

5.

Kesejahteraan Rakyat

B. Pancasila menurut Ir. Soekarno yang disampaikan pada tangal 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPKI, sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Nasionalisme/Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme/Prikemanusiaan; Mufakat/Demokrasi; Kesejahteraan Sosial; Ketuhanan yang berkebudayaan; Presiden Soekarno mengusulkan ke-5 Sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila yaitu: 1. 2. 3. Sosio Nasional : Nasionalisme dan Internasionalisme; Sosio Demokrasi : Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat; Ketuhanan YME. Dan masih menurut Ir. Soekarno Trisila masih dapat diperas lagi menjadi Ekasila atau Satusila yang intinya adalah Gotong Royong.

C. Pancasila menurut Piagam Jakarta yang disahkan pada tanggal 22 Juni 1945 rumusannya sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya; 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3. Persatuan Indonesia; 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan;

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia; Kesimpulan dari bermacam-macam pengertian pancasila tersebut yang sah dan benar secara Konstitusional adalah pancasila yang tercantum dalam Pembukaan Uud 45, hal ini diperkuat dengan adanya ketetapan MPRS NO.XXI/MPRS/1966 dan Inpres No. 12 tanggal 13 April 1968 yang menegaskan bahwa pengucapan, penulisan dan Rumusan Pancasila Dasar Negara RI yang sah dan benar adalah sebagai mana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.2

b. Definisi Filsafat Secara etimologis istilah filsafat atau dalam bahasa Inggrisnya philosophi adalah berasal dari bahsa Yunani philosophia yang secara lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan kata philosophia tersebut berakar pada kata philos (pilia, cinta) dan sophia (kearifan). Berdasarkan pengertian

bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti
2

wisdom atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta tersebut maka mempelajari filsafat

kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata

berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos. 3 Pengetahuan bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang mencintai pengetahuan bijaksana, karena itu yang mencarinya adalah oreang yang mencintai kebenaran. Tentang mencintai kebenaran adalah karakteristik dari setiap filosof dari dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari kebijaksanaan itu, filosof mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya (merenung). Hasil filsafat (berpikir sedalam-dalamnya) disebut filsafat atau falsafah. Filsafat sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan. Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah sebagai berikut: Socrates (469-399 s.M.) Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahgia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan

2
3

Notonegoro, 1980, Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila Jarmanto, 1982, Pancasila Suatu Tinjauan Aspek Historis dan Sosio-Politis, Hal 127.

menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninajauan diri atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif Plato (472 347 s. M.) Dalam karya tulisnya Republik Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini

kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.4 Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut: Pertama : Filasafat sebagai Produk mencakup pengertian
a. Pengertian filsafat yang mencakup arti arti filsafat sebagai jenis

pengetahuan, ilmu, konsep dari para filsuf pada zaman dahulu, teori, system atau pandangan tertentu, yang merupakan hasil dari proses berfilsafat dan yang mempunyai ciri cirri tertentu. b. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas filsafat. Filsafat dalam pengertian jenis ini mempunyai cirri cirri khas tertentu sebagai suatu hasil kegiatan berfilsafat dan pada

Drs. Achmad Fauzi DH, dkk, 1983, Pancasila Ditinjau dari Segi Historis, Segi Yuridis Konstitusional dan Segi Filosofis, Hal 177-178

umumnya proses pemecahan persoalan filsafat ini diselesaikan dengan kegiatan berfilsafat (dalam pengertian filsafat sebagai proses yang dinamis). Kedua : Filsafat sebagai suatu proses mencakup pengertian Filasafat yang diartikan sebagai bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objek permasalahannya. Dalam pengertian ini filsafat merupakan suatu system pengetahuan yang bersifat dinamis. Filsafat dalam pengertian in tidak lagi hanya merupakan sekumpulan dogma yang hanya diyakiniditekuni dan dipahami sebagai suatu system nilai tertentu, tetapi lebih merupakan suatu aktivitas berfilsafat, suatu proses yang dinamis dan menggunakan suatu cara dan metode tersendiri.5 Objek Filsafat 1. Objek Material filsafat Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di oandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak. Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :

Prof. Dr. H. Kaelan, M.S., Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Hal 8

a.

Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.

b.

Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).

2. Objek Formal filsafat Yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot. Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.6 Sistematika Filsafat

AXIOLOGY Makna dan sumber nilai, wujud, jenis, tingkat, sifat nilai; hakikat nilai: manusia, materia, etika, estetika, politika, budaya, agama, posthumous dan Tuhan . . . (Allah Maha Pencipta) EPISTEMOLOGY PHILOSOPHY Makna dan sumber pengetahuan, proses, syarat terbentuknya pengetahuan, validitas, batas dan hakikat pengetahuan; meliputi: semantika, matematika, gramatika, logika, rhetorika,

Drs. Achmad Fauzi DH,dkk,. . . .op cit, Hal 180

meta-teori, philosophy of science, Wissenschaftslehre . . . ONTOLOGY Makna dan sumber ada; proses, jenis, sifat dan tingkat ada: ada umum, terbatas, manusia, kosmologia; Ada tidak terbatas, ADA mutlak . . . metafisika, posthumous.7

Cabang cabang Filsafat Berikut ini pengertian ari cabang-cabang filsafat yang utama: Logika, adala cabang filsafat yang menyelildiki lurus tidaknya

pemikran kita. Lapamngan dalam logika adlah asa-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Dengan mempelajari logika diharapkan dapat menerapkan asas bernalar sehingga dapat menaarik kesimpulan dengan tepat. Epistemologi, adlah bagian filasfat yang membicarakan tentang

terjadinya pengetauan, sumber pengetahuan, asla mula pengetahuan, batasbatas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan. Etika, adlah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku

atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk. keindahan


-

Estetika, adlah cabang filsafat yang membicarakan tentang

Metafisika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang

yang ada atau membicarakan sesuatu di sebalik yang tampak. Persoalan

Ibid, Halaman 191

metafisis di bedakan menjadi tiga yaitu ontologi, kosmologi dan antropologi.8

Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapatlah kita temukan dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan negara Indonesia seperti di bawah ini : 1. Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara Dalam Pidato Tanggal 1 Juni

1945 Oleh Ir. Soekarno Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk pertamakalinya mengusulkan falsafah negara Indonesia dengan perumusan dan tata urutannya sebagai berikut : v v v v v 2. Kebangsaan Indonesia. Internasionalisme atau Prikemanusiaan. Mufakat atau Demokrasi. Kesejahteraan sosial. Ketuhanan. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Naskah Politik Yang

Bersejarah (Piagam Jakarta Tanggal 22 Juni 1945)

Drs. A. W. Widjaja, 1991, Pedoman Pokok Pokok dan Materi Perkuliahan Pancasila pada Perguruan Tinggi, Hal 120-121

Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) yang Istilah Jepangnya Dokuritsu Jumbi Cosakai, telah membentuk beberapa panitia kerja yaitu : a. Panitia Perumus terdiri atas 9 orang tokoh, pada tanggal 22 Juni 1945, telah berhasil menyusun sebuah naskah politik yang sangat bersejarah dengan nama Piagam Jakarta, selanjutnya pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah itulah yang ditetapkan sebagai naskah rancangan Pembukaan UUD 1945. b. Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno yang kemudian membentuk Panitia Kecil Perancang UUD yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo, Panitia ini berhasil menyusun suatu rancangan UUD-RI. c. Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta. d. Panitia Pembelaan Tanah Air, yang diketuai oleh Abikusno Tjokrosujoso. Untuk pertama kalinya falsafah Pancasila sebagai falsafah negara dicantumkan autentik tertulis di dalam alinea IV dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut : v Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya. v v Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan / perwakilan. v 3. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945

Sesudah BPPK (Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan) merampungkan tugasnya dengan baik, maka dibubarkan dan pada tanggal 9 Agustus 1945,

sebagai penggantinya dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada tanggal 17 Agustus 1945, dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno di Pengangsaan Timur 56 Jakarta yang disaksikan oleh PPKI tersebut. Keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidangnya yang pertama dengan mengambil keputusan penting : a. b. c. Mensahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945. Mensahkan dan menetapkan UUD 1945. Memilih dan mengangkat Ketua dan Wakil Ketua PPKI yaitu Ir.

Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, masing-masing sebagai Presiden RI dan Wakil Presiden RI. Tugas pekerjaan Presiden RI untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah badan yaitu KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dan pada tanggal 19 Agustus 1945 PPKI memutuskan, Pembagian wilayah Indonesia ke dalam 8 propinsi dan setiap propinsi dibagi dalam karesidenan-karesidenan. Juga menetapkan pembentukan Departemen-departemen Pemerintahan. Dalam Pembukaan UUD Proklamasi 1945 alinea IV yang disahkan oleh PPPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 itulah Pancasila dicantumkan secara resmi,

autentik dan sah menurut hukum sebagai dasar falsafah negara RI, dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut : v v Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan / perwakilan. v 4. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah Konstitusi

RIS 1949 Bertempat di Kota Den Haag (Netherland / Belanda) mulai tanggal 23 Agustus sampai dengan tanggal 2 September 1949 diadakan KMB (Konferensi Meja Bundar). Adapun delegasi RI dipimpin oleH Drs. Mohammad Hatta, delegasi BFO (Bijeenkomstvoor Federale Overleg) dipimpin oleh Sutan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda dipimpin oleh Van Marseveen. Sebagai tujuan diadakannya KMB itu ialah untuk menyelesaikan persengketaan antara Indonesia dengan Belanda secepatnya dengan cara yang adil dan pengakuan akan kedaulatan yang penuh, nyata dan tanpa syarat kepada RIS (Republik Indonesia Serikat). Salah satu hasil keputusan pokok dan penting dari KMB itu, ialah bahwa pihak Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali oleh Kerajaan Belanda dengan waktu selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.

Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 di Amsterdam Belanda, Ratu Yuliana menandatangani Piagam Pengakuan Kedaulatan Negara RIS. Pada waktu yang sama dengan KMB di Kota Den Haag, di Kota Scheveningen (Netherland) disusun pula Konstitusi RIS yang mulai berlaku pada tanggal 27 Desember 1949. Walaupun bentuk negara Indonesia telah berubah dari negara Kesatuan RI menjadi negara serikat RIS dan Konstitusi RIS telah disusun di negeri Belanda jauh dari tanah air kita, namun demikian Pancasila tetap tercantum sebagai dasar falsafah negara di dalam Mukadimah pada alinea IV Konstitusi RIS 1949, dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut : v v v v v 5. Ketuhanan Yang Maha Esa. Prikemanusiaan. Kebangsaan. Kerakyatan. Keadilan Sosial. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah UUD

Sementara RI (UUDS-RI 1950) Sejak Proklamasi Kemerdekaannya, bangsa Indonesia menghendaki bentuk negara kesatuan (unitarisme) oleh karena bentuk negara serikat (federalisme) tidaklah sesuai dengan cita-cita kebangsaan dan jiwa proklamasi. Demikianlah semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap membara dan meluap, sebagai hasil gemblengan para pemimpin Indonesia sejak

lahirnya Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, kemudian dikristalisasikan dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa. Oleh karena itu pengakuan kedaulatan negara RIS menimbulkan pergolakan-pergolakan di negara-negara bagian RIS untuk bersatu dalam bentuk negara kesatuan RI sesuai dengan Proklamasi Kemerdekaan RI. Sesuai KOnstitusi, negara federal RIS terdiri atas 16 negara bagian. Akibat pergolakan yang semakin gencar menuntut bergabung kembali pada negara kesatuan Indonesia, maka sampai pada tanggal 5 April 1950 negara federasi RIS, tinggal 3 (tiga) negara lagi yaitu : 1. 2. 3. RI Yogyakarta. Negara Sumatera Timur (NST). Negara Indonesia Timur (NIT). Negara federasi RIS tidak sampai setahun usianya, oleh karena terhitung mulai tanggal 17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyampaikan Naskah Piagam, pernyataan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berarti pembubaran Negara Federal RIS (Republik Indonesia Serikat).

Pada saat itu pula panitia yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo mengubah konstitusi RIS 1949 (196 Pasal) menjadi UUD RIS 1950 (147 Pasal).

Perubahan bentuk negara dan konstitusi RIS tidak mempengaruhi dasar falsafah Pancasila, sehingga tetap tercantum dalam Mukadimah UUDS-RI 1950, alinea IV dengan perumusan dan tata urutan yang sama dalam Mukadimah Konstitusi RIS yaitu : v v v v v 6. Ketuhanan Yang Maha Esa. Prikemanusiaan. Kebangsaan. Kerakyatan. Keadilan Sosial. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945

Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan Umum untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante yang akan menyusun UUD baru. Pada akhir tahun 1955 diadakan pemilihan umum pertama di Indonesia dan Konstituante yang dibentuk mulai bersidang pada tanggal 10 November 1956. Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan selanjutnya. Konstituante gagal membentuk suatu UUD yang baru sebagai pengganti UUDS 1950. Dengan kegagalan konstituante tersebut, maka pada tanggal 5 Juli 1950 Presiden RI mengeluarkan sebuah Dekrit yang pada pokoknya berisi pernyatan :

a. b. c. d.

Pembubaran Konstuante. Berlakunya kembali UUD 1945. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950. Akan dibentuknya dalam waktu singkat MPRS dan DPAS.

Dengan berlakunya kembali UUD 1945, secara yuridis, Pancasila tetap menjadi dasar falsafah negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV dengan perumusan dan tata urutan seperti berikut : v v v v Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/perwakilan. v Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan instruksi Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 1968, tertanggal 13 April 1968, perihal : Penegasan tata urutan/rumusan Pancasila yang resmi, yang harus digunakan baik dalam penulisan, pembacaan maupun pengucapan seharihari. Instruksi ini ditujukan kepada : Semua Menteri Negara dan Pimpinan Lembaga / Badan Pemerintah lainnya. Tujuan dari pada Instruksi ini adalah sebagai penegasan dari suatu keadaan yang telah berlaku menurut hukum, oleh karena sesuai dengan asas hukum

positif (Ius Contitutum) UUD 1945 adalah konstitusi Indonesia yang berlaku sekarang. Dengan demikian secara yuridis formal perumusan Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang harus digunakan, walaupun sebenarnya tidak ada Instruksi Presiden RI No. 12/1968 tersebut. 9

a. Rumusan Pancasila (Pokok Pokok Ajaran Pancasila)

Sistem filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang memiliki identitas dan integritas keunggulan universal sebagai sistem filsafat theisme-religious. Sistem filsafat demikian memancarkan keunggulan karena sesuai dengan potensi kodrati martabat kepribadian manusia yang dianugerahi integritas-kerokhanian yang memancarkan akal dan budinurani; yang potensial mengembangkan budaya dan peradaban: sebagai subyek budaya (termasuk subyek hukum dan subyek dalam negara) dan subyek moral. Dapat disarikan dalam skema berikut: T

SK AS P SM SB

Notonegoro, . . . .loc cit

Penjelasan ringkas: 1. T = Abstraksi makna dan nilai Tuhan Yang Maha Esa, yang kita

yakini sebagai Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha Berdaulat, Maha Pengatur dan Maha Pengayom semesta dalam kodrat kekuasaan Maha Pencipta. Kesemestaan berkembang dalam harmoni dan kesejahteraan berkat pengayoman abadi Yang Maha Berdaulat melalui ikatan fungsional-integral-universal (imperatif, mutlak) dalam tatanan hukum: a. hukum alam yang bersifat obyektif, fisis, kausalitas, mutlak, abadi,

dan universal; b. hukum moral yang bersifat obyektif-subyektif, psiko-fisis,

sosial-subyektif, mutlak, teleologis,

abadi dan universal ---tercermin dalam

budinurani dan kesadaran keagamaan---. 2. AS = Alam Semesta, makro-kosmos yang meliputi realitas

eksistensial-fenomenal dan tidak terbatas dalam keberadaan ruang dan waktu sebagai prakondisi dan wahana kehidupan semua makhluk (flora, fauna, manusia dsb); misalnya: cahaya dan panas matahari, udara, air, tanah (untuk pemukiman dan cocok-tanam), tambang (berbagai zat tambang dalam bumi: mineral, gas, logam, permata), flora dan fauna. Semua potensi dan realitas kesemestaan menentukan keberadaan semua yang ada dan hidup di dalam alam semesta, sebagai prawahana kehidupan (yang dikembangkan manusia menjadi wujud budaya dan peradaban, termasuk ipteks). AS berkembang dan bernilai bagi kehidupan semesta, termasuk sebagai maha sumber ipteks yang terpadu dalam hukum alam, integral-fungsional-universal.

3.

SM = Subyek Manusia sebagai umat manusia keseluruhan di dalam

alam semesta. Subyek manusia dengan potensi, harkat-martabatnya mengemban amanat Ketuhanan (keberagamaan), kebudayaan dan peradaban berwujud kesadaran hak asasi manusia (HAM) dan kewajiban asasi manusia (KAM). Penghayatan dan pengamalan manusia atas HAM secara normatif berlangsung dalam asas keseimbangan HAM dan KAM dalam antar hubungan sesama, dengan negara, budaya, dengan alam semesta dan kehadapan Tuhan Maha Pencipta. Potensi kepribadian manusia berkembang dalam asas teleologis (motivasi luhur, cita-karsa) untuk menegakkan cinta-kasih dan kebajikan. Pribadi manusia berkembang (berketurunan, berkarya, berkebajikan) sebagai pancaran keunggulan dan kemuliaan martabat kepribadian manusia. 4. SB = Sistem Budaya, sebagai prestasi cipta-karya manusia, wahana

komunikasi, perwujudan potensi dan martabat kepribadian manusia, berpuncak sebagai peradaban dan moral! Sistem budaya warisan sosio-budaya: lokal, nasional dan universal menjadi bahan/isi pembinaan (kependidikan) manusia masa depan melalui

kependididikan dan ipteks. Sistem budaya merupakan wujud cita dan citra martabat manusia; sekaligus menampilkan kualitas kesejahteraan umat manusia. Sistem budaya memberikan fasilitas dan kemudahan baik dalam komunikasi (mulai: bahasa, sampai transportasi, komunikasi, informasi) maupun ipteks yang supra canggih, pancaran keunggulan dan kemuliaan martabat kepribadian manusia .

5.

SK = Sistem Kenegaraan sebagai perwujudan dan prestasi

perjuangan dan cita nasional; wujud kemerdekaan dan kedaulatan bangsa; pusat kesetiaan dan kebanggaan nasional warganegara. Sistem kenegaraan sebagai pusat dan puncak kelembagaan dan

kepemimpinan nasional, pusat kesetiaan dan pengabdian warga negara. SK sebagai pengelola kesejahteraan rakyat warga negara; penegak kedaulatan dan keadilan; dan pusat kelembagaan kepemimpinan nasional dalam fungsi pengayom rakyat warga negara. SK berkembang dalam kejayaan berkat integritas manusia waganegara dengan menegakkan kemerdekaan, kedaulatan, keadilan demi kesejahteraan dan perdamaian antar bangsa. 6. P = Pribadi, subyek manusia mandiri yang keberadaan dan

perkembangannya di dalam dan untuk antarhubungan kondisional-fungsional semua komponen horizontal (cermati garis diagonal: antar AS SM SB SK) antar semua eksistensi sebagai nampak dalam antarhubungan P- garis diagonal horizontal, dan vertikal. Pribadi sebagai subyek mandiri berkembang (berketurunan, berkarya, berkebajikan) dengan asas teleologis (vertikal), menuju ideal-self (cita-pribadi) dengan motivasi cita-karsa keseimbangan hak asasi dan kewajiban asasi demi cinta-kasih, keadilan dan kebajikan; sebagai pancaran nilai dan martabat kerokhanian manusia yang unggul, agung dan mulia. Pribadi manusia berkembang berkat cinta dalam (wujud) keluarga dan berketurunan; berkarya dan berbakti kepada sesama (pengabdian kepada bangsa negara): sosial kultural dan moral. . . yang dijiwai kesadaran theisme-religious. Sebagai integritas kepribadian manusia P berkembang secara kualitatif dalam makna integritas martabat kepribadiannya dengan khidmat mengabdi dan

menuju (asas teleologis) Maha Pencipta, Maha Pengayom demi tanggungjawab moral manusia sebagai penunaian amanat kewajiban asasi manusia. Pribadi dengan harkat-martabat kepribadiannya memelihara antarhubungan harmonis dengan semua eksistensi horizontal berdasarkan wawasan vertikal (theisme- religious). Artinya, antarhubungan pribadi manusia dengan alam, sesama, budaya dan dengan kenegaraan dijiwai kesadaran tanggung jawab dan kewajiban moral Ketuhanan-keagamaan. Asas demikian mengandung makna bahwa filsafat Pancasila memancarkan identitas dan integritas moral theismereligious (sila I).10 Perbedaan Filsafat Pancasila dengan Filsafat Filsafat Lainnya a. Aliran Aliran Filsafat 1. Aliran Materialisme 2. Aliran Idealisme 3. Aliran Realisme 4. Filsafat Islam a. Ya'qub bin Isaq Alkindi b. Abu Hamid Muhammad Al Ghozali c. Abu Al Wahid Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Rosyid b. Perbedaan Filsafat Pancasila dengan Filsafat Filsafat Lainnya

10

Dr. Mohammad Noor Syam, . . . .op cit, Hal 128-129

Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia pada hakikatnya suatu nilai-nilai yang bersifat sistematik fundamental dan menyeluruh. Maka sila-sila Pancasila merupakan suatua kesatuan yang bulat dan utuh, hierarkis dan sistematis. Dalam inilah maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Konsekuensinya kelima sila bukan terpisahpisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan memiliki esensi serta makna yang utuh. Selain itu Pancasil adalah suatu sistem filsafat, maksudnya yaitu suatu keseluruhan sistem harus memenuhi lima persyaratan sebagai berikut : 1. Merupakan satu kesatuan, 2. Merupakan tata yang konsisten dan koherens, tidak memandang konktradiksi, 3. Ada kaitan antara bagian satu dengan lainnya, 4. Ada kerjasama yang serasi dan seimbang, 5. Segala sesuatunya mengabdi kepada tujuan bersama yaitu tujuan yang satu. Secara Filosofis, Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar epistimologis sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat yang lainnya, misalnya materilisme liberalisme, pragmatisme, idealisme dan paham lain filsafat di dunia.11

Menegakkan Filsafat Pancasila (Dasar Negara) Republik Indonesia

11

Slamet Sutrisno, 1986, Pancasila sebagai Metode, Hal 27

a. Rasional (Alasan) bahwa Pancasila adalah Sistem Filasafat 1) Secara material-substansial dan intrinsik nilai Pancasila adalah filosofis; misal hakikat Kemanusiaan yang adil dan beradab, apalagi Ketuhanan Yang Maha Esa adalah metafisis/filosofis. 2) Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia prakemerdekaan nilai Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan. 3) Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila dalah dasar negara (filsafat negara) RI. 4) Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan bangsa dan budaya manapun. Karenanya, wajar bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain (Cina, India, Arab, Eropa) mewarisi sistem filsafat dalam budayanya. Jadi, Pancasila adalah filsafat yang diwarisi dalam budaya Indonesia.
5) Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika

budaya; filsafat Pancasila akan berkembang secara konsepsional, kaya konsepsional dan kepustakaan secara kuantitas dan kualitas. Filsafat Pancasila merupakan bagian dari khasanah dan filsafat yang ada dalam kepustakaan dan peradaban modern.
12

b. Sistem Filsafat Pancasila sebagai Sistem Ideologi Nasional Terjabar dalam sistem kenegaraan Pancasila yang melembaga dalam NKRI berdasarkan Pancasila - UUD 45, dengan berbagai fungsi sistem nasional
12

Dr. Mohammad Noor Syam, . . . .op cit, Hal 126-127

---sebagai jabaran dan fungsionalisasi sistem filsafat dan atau sistem ideologi nasional (Pancasila), yang secara konsepsional mendesak untuk dikembangkan dalam rangka ketahanan ideologi dan ketahanan nasional untuk menghadapi tantangan neo-liberalisme, neo-ultraimperialisme yang makin dinamis dalam era globalisasi-liberalisasi, dan postmodernisme. Dinamika demikian digerakkan sebagai rekayasa politik global dari negara adidaya yang berjuang merebut supremasi politik melalui issue: atas nama HAM (individualisme, liberalisme dan liberalisasi), ekonomi liberal (privatisasi, ekonomi pasar) yang pada gilirannya melahirkan supremasi ekonomi (= neo-ultraimperialisme) bangsabangsa berkembang (under develop, developing countries) melalui berbagai investasi multi national corporations, dan "fatwa IMF" dalam upaya mengatasi krisis ekonomi negara-negara ketiga (belahan selatan). 13 c. Pembudayaan Filsafat dan Ideologi Pancasila Ajaran filsafat Pancasila memancarkan keunggulan sistem filsafat dan kultural NKRI; melengkapi keunggulan natural dan (potensial) SDM Indonesia. Integritas keunggulan ini ditegakkan dalam sistem kenegaraan Pancasila secara konstitusional berdasarkan UUD Proklamasi (yang juga memancarkan keunggulan konstitusional); sebagai terpancar dari nilai fundamental: 1.
2. 3. 4.

NKRI sebagai negara kesatuan berbentuk republik; NKRI menegakkan sistem kedaulatan rakyat (demokrasi); NKRI menegakkan sistem negara hukum (Rechtsstaat); NKRI adalah negara bangsa (nation state: sebagai jabaran wawasan

nasional dan wawasan nusantara); dan


13

Drs. A. W, . . . .op cit, Hal 125

5.

NKRI menegakkan asas kekeluargaan (yang menjiwai dan

melandasi: wawasan nasional, dan wawasan nusantara). yang ditegakkan dalam N-sistem nasional. Sistem kenegaraan NKRI demikian mengalami degradasi filosofis-ideologis dan konstitusional mulai era reformasi; karena visi-misi reformasi cenderung mempraktekkan: demokrasi liberal, ekonomi liberal; bermuara kepada praktek negara federal, bahkan anarchismeyang mengancam integritas NKRI dan wawasan nasional Indonesia. Keprihatinan demikian terus mengupayakan pelurusan reformasi, supaya bangsa dan NKRI tidak terjerumus ke dalam kebangkrutan dan cengkeraman neo-imperialisme yang terus meningkat dalam era postmodernisme.14

Kesimpulan

Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Pengertiannya dapat dibagi menjadi beberapa, yaitu: a) Pengertian Pancasila secara etimologi b) Pengertian Pancasila secara historis c) Pengertian Pancasila secara Termitologis

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata yaitu philos dan shopia yang berarti cinta kearifan.

14

Dr. Mohammad Noor Syam, . . . .op cit, Hal 130

Sistematika filasat terdiri dari : axiology, epistemology dan ontology. Pokok pokok ajaran Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang memiliki identitas dan integritas keunggulan universal sebagai sistem filsafat theisme-religious.

Ada beberapa alasan Pancasila sebagai system filsafat Pembudayaan filsafat dan ideology Pancasila telah diupayakan dan diperbarui pada era Reformasi.

Saran Sebaiknya kita sebagai warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di tanah air Indonesia, hendaknya mengetahui tentang Pancasila sebagai dasar filosofis Negara. Sehingga kita dapat membudayakan dan memperbarui penegakkan filsafat Pancasila di Indonesia.

Daftar Pustaka Fauzi, Achmad dkk, 1983, Pancasila Ditinjau dari Segi Historis, Segi Yuridis Konstitusional dan Segi Filosofis, Malang: Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya Malang. Jarmanto, 1982, Pancasila Suatu Tinjauan Aspek Historis dan Sosio-Politis,

Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Kaelan, dan Achmad Zubaidi, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Paradigma Yogyakarta.

Notonegoro, 1980, Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Jakarta: Pantjoran Tujuh. Sutrisno, Slamet, 1986, Yogyakarta. Syam, Mohammad Noor, 2000, Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia Wawasan Sosio-Kultural, Filosofis dan Konstitusional, Malang: Pancasila sebagai Metode, Yogyakarta: Liberty

Laboratorium Pancasila Universitas Negeri Malang. Widjaja, 1991, Pedoman Pokok Pokok dan Materi Perkuliahan Pancasila pada Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademika Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai