Anda di halaman 1dari 21

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.

O4/MEN/III/2007 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi perlu disusun suatu pedoman pelayanan publik di lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi; bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut pada butir a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 3682); Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4279); Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2000 Tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur Pemerintah Kepada Masyarakat; Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63/KEP/M.PAN/07/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik; Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER.20/M.PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik; Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER.14/MEN/VII/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER-24/MEN/XII/2005 tentang Perubahan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER-14/MEN/VII/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja

b.

Mengingat:

1.

2.

3. 4. 5. 6. 7.

8.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.06/MEN/III/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi jo Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: Kep-137/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

Memperhatikan : Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: SE/10/KEP/M.PAN/07/2003 tentang Prioritas Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik; MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Pengertian Pasal 1 Dalam Pedoman Pelayanan Publik ini yang dimaksud dengan : a. Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Penyelenggara pelayanan publik adalah Departemen dan/atau unit kerja Eselon I di lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi; c. Unit pelaksana pelayanan publik adalah unit kerja di lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang secara langsung memberikan pelayanan publik; d. Penanggung jawab penyelenggaraan pelayanan publik adalah pejabat Eselon I yang membawahi unit penyelenggara pelayanan publik yang bersangkutan; e. Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah lain atau badan yang menerima pelayanan publik dari Departemen.

f. g.

h.

i.

j. k. l. m.

Rencana Strategis Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut RSP3 adalah dokumen perencanaan pelayanan publik di lingkungan Departemen untuk jangka waktu 5 (lima) tahun; Rencana Kinerja Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut RKTP3 adalah dokumen rencana kinerja pelayanan publik di lingkungan Departemen untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang memuat sasaran yang ingin dicapai, program, kegiatan serta indikator kinerja dan rencana capaiannya; Biaya pelayanan publik adalah segala biaya (dengan nama atau sebutan apapun) sebagai imbal jasa atas pemberian pelayanan publik yang besaran dan tata cara pembayarannya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; Akuntabilitas biaya adalah kewajiban unit yang bertugas mengelola keuangan/Bank yang ditunjuk Pemerintah untuk menerima pembayaran dari penerima pelayanan publik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; Pengaduan adalah setiap laporan dari pihak manapun terhadap ketidakpuasan penyelenggaraan Pelayanan publik; Menteri adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Departemen adalah Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Bagian Kedua Maksud, Tujuan dan Sasaran Pasal 2

Pedoman Pelayanan Publik dimaksudkan sebagai dasar/acuan bagi seluruh penyelenggara pelayanan publik di lingkungan Departemen, baik di pusat maupun di daerah (UPTP) sesuai dengan kewenangan yang- telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 3 Pedoman Pelayanan Publik bertujuan : a. untuk mewujudkan penyelenggaraan pelayanan publik yang prima sesuai dengan harapan dan kebutuhan baik bagi pemberi maupun penerima pelayanan; b. memberikan informasi kepada publik tentang ketentuan pokok penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh unit-unit kerja di lingkungan Departemen. Pasal 4 Pedoman Pelayanan Publik mempunyai sasaran:

a. b. c.

terwujudnya peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan Departemen baik di tingkat pusat maupun daerah; terhindarnya kesalahan prosedur dalam penyelenggaraan pelayanan publik; terwujudnya pemberdayaan masyarakat melalui informasi dan transparansi kinerja Departemen. BAB II ASAS DAN PRINSIP PELAYANAN PUBLIK Bagian Pertama Asas Pelayanan Publik Pasal 5

Pelayanan Publik diselenggarakan berdasarkan asas: a. transparansi, yaitu bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. b. akuntabilitas, yaitu dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. profesionalitas, yaitu pelayanan publik diselenggarakan dengan profesional dan didukung oleh pelaksana yang kompeten (memiliki pengetahuan, keahlian/keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan). d. kondisional, yaitu sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas. e. partisipatif, yaitu mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. f. kesamaan hak, yaitu tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan, dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi. g. keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu bahwa pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing Pihak. Bagian Kedua Prinsip Pelayanan Publik Pasal 6 Prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan Departemen adalah : a. Kesederhanaan dalam prosedur pelayanan publik atau tidak

b.

c. d. e. f.

g. h. i. j.

berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan. Kejelasan : 1) persyaratan teknis dan administratif, 2) unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan, 3) rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran. kepastian waktu dalam pelaksanaan pelayanan publik diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. akurasi dalam produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. keamanan dalam proses dan produk pelayanan publik dapat memberikan rasa aman dan kepastian hukum. tanggung jawab pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan (pengaduan) atau persoalan yang timbul dalam pelaksanaan pelayanan publik. Kelengkapan sarana dan prasarana, meliputi tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai, termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika. kemudahan akses dalam mencapai tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika. kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, dalam memberikan pelayanan yaitu bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas. kenyamanan dalam lingkungan pelayanan, tertib, teratur, indah dan sehat, serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan yang memadai, antara lain: ruang tunggu yang nyaman, toilet, tempat ibadah, parkir dan lain-lain yang bersih dan rapi. BAB III RUANG LINGKUP DAN JENIS PELAYANAN PUBLIK Bagian Pertama Ruang Lingkup Pasal 7

Ruang lingkup pelayanan publik di lingkungan Departemen dikelompokkan sesuai dengan unit kerja Eselon I, yang meliputi : a. Sekretariat Jenderal; b. Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas; c. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri; d. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri; e. Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan;

f. g. h. i. j.

Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan; Pembinaan Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi; Pembinaan Pengembangan Masyaraknt Kawasan Transmigrasi; Inspektorat Jenderal; Penelitian, Pengembangan, dan Informasi; Bagian Kedua Jenis Pelayanan Pasal 8

Jenis pelayanan publik di lingkungan Departemen sebagaimana tersebut dalam lampiran I Peraturan Menteri ini. BAB IV PERENCANAAN DAN KELEMBAGAAN Bagian Pertama Perencanaan Pasal 9 (1) (2) Unit kerja penyelenggara pelayanan publik wajib menyusun RSP3 untuk lima tahunan dan RKTP3 untuk setiap tahun anggaran. RSP3 sebagaimana tersebut ayat (1) memuat: a. visi; b. misi; c. tujuan; d. sasaran; e. strategi; f. program dan kegiatan; g. standar pelayanan; h. prosedur pelayanan; i. pengawasan dan evaluasi. RKTP3 sebagaimana tersebut ayat (1) memuat: a. program; b. sasaran dan indikator sasaran; c. kegiatan dan indikator kinerja kegiatan; d. rencana pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan; e. rencana kerja pengawasan dan evaluasi. Contoh formulir dan cara pengisian RSP3 dan RKTP3 sebagaimana tersebut dalam lampiran II Peraturan Menteri ini. Pasal 10 (1) RSP3 dan RKTP3 unit kerja penyelenggara pelayanan publik

(3)

(4)

(2)

sebagaimana tersebut pasal 9 ayat (1) disampaikan kepada pejabat Eselon I sebagai penanggung jawab, yang selanjutnya menyampaikan kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal. RSP3 dan RKTP3 yang mempakan bagian dari Rencana Strategis dan Rencana Kerja Tahunan Unit Kerja Eselon I disampaikan pada awal tahun pertama untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Bagian Kedua Kelembagaan Pasal 11

Lembaga penyelenggara pelayanan publik, di lingkungan Departemen adalah melekat dengan kelembagaan struktural sesuai dengan organisasi dan tata kerja Departemen. BAB V PELAKSANAAN Bagian Pertama Pola Penyelenggaraan Pelayanan Publik Pasal 12 (1) Penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan Departemen dapat menggunakan pola: a. fungsional; b. terpusat; c. terpadu; d. gugus tugas. Penyelenggaraan pelayanaan publik dengan pola fungsional sebagaimana tersebut ayat (1) dimaksudkan suatu pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya. Penyelenggaraan pelayanaan publik dengan pola terpusat sebagaimana tersebut ayat (1) dimaksudkan suatu pelayanan publik yang diberikan secara tunggal oleh penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari penyelenggara pelayanan terkait lain yang bersangkutan. Penyelenggaraan pelayanaan publik dengan pola terpadu sebagaimana tersebut ayat (1) dimaksudkan suatu pelayanan publik yang meliputi : a. pelayanan publik terpadu satu atap yaitu pola pelayanan yang diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa pintu; b. pelayanan publik terpadu satu pintu yaitu pola pelayanan yang

(2)

(3)

(4)

(5)

diselenggarakan pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu. Penyelenggaraan pelayanaan publik dengan pola gugus tugas sebagaimana tersebut ayat (1) dimaksudkan suatu pelayanan publik dimana petugas pelayanan publik secara perorangan atau dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada unit pemberi pelayanan dan lokasi pemberian pelayanan tertentu. Bagian Kedua Standar Pelayanan Publik Pasal 13

(1) (2)

Standar pelayanan publik merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib dilaksanakan oleh aparat pelaksana pelayanan publik dan penerima pelayanan. Standar pelayanan publik di lingkungan Departemen sebagaimana tersebut dalam lampiran I Peraturan Menteri ini merupakan kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini. Bagian Ketiga Prosedur dan Persyaratan Pelayanan Publik Pasal 14

(1) (2)

(3) (4)

Setiap penyelenggara pelayanan publik wajib menyusun prosedur pelayanan yang dilengkapi dengan bagan alir (Flow Chart) yang diletakkan dalam area pelayanan. Prosedur pelayanan merupakan rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu pelayanan. Prosedur pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (1) harus sederhana (simple) mudah dipahami, mudah didapat dan mudah dilaksanakan. Penerima pelayanan publik dapat ditolak permohonannya apabila penerima pelayanan publik tidak memenuhi prosedur dan persyaratan sebagaimana tersebut pada kolom 3 dan 4 dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini. Pasal 15

(1)

Bagan alir sebagaimana tersebut pasal 14 ayat (1) merupakan kelengkapan suatu prosedur yang berfungsi sebagai : a. petunjuk kerja bagi pemberi pelayanan; b. informasi bagi penerima pelayanan;

c.

(2)

media publikasi secara terbuka pada semua unit kerja pelayanan mengenai prosedur pelayanan kepada penerima pelayanan; d. pendorong terwujudnya sistem dan mekanisme kerja yang efektifdan efisien; e. pengendali (control) dan acuan bagi masyarakat dan aparat pengawasan untuk melakukan penilaian/pemeriksaan terhadap konsistensi pelaksanaan kerja. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bagan alir sebagaimana dimaksud Pasal 14 ayat (1) yaitu: a. mampu memberikan penjelasan dan gambaran proses pelayanan, petugas/pejabat yang bertanggung jawab untuk setiap tahap pelayanan, unit kerja terkait, waktu, dan dokumen yang diperlukan, mulai dari penerimaan berkas permohonan sampai dengan selesainya proses pelayanan; b. menggunakan model atau bentuk simbol yang menarik dan mudah dipahami; c. ukuran disesuaikan dengan luas ruangan, ditulis dengan huruf cetak dan mudah dibaca dalam jarak pandang minimal 3 meter dari si pembaca; d. diletakkan pada tempat yang strategis, mudah dilihat dan tidak mengganggu aktivitas lainnya. Bagian Keempat Biaya Pelayanan Publik Pasal 16

(1) (2)

(3) (4)

(5)

Pada prinsipnya biaya pemberian pelayanan publik di lingkungan Departemen diupayakan tidak membebani penerima pelayanan. Apabila pelayanan publik dengan pertimbangan tertentu mengharuskan adanya penetapan biaya, maka biaya yang dibebankan kepada penerima pelayanan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. tingkat kemampuan dan daya beli masyarakat; b. nilai/harga yang berlaku atas barang dan atau jasa; c. rincian biaya harus jelas untuk jenis pelayanan publik yang memerlukan tindakan seperti penelitian, pemeriksaan, pengukuran dan pengujian; Biaya/tarif untuk setiap pelayanan publik diusulkan dan ditetapkan melalui mekanisme dan persyaratan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Besaran dan rincian biaya pelayanan publik harus diinformasikan secara jelas dan diletakkan di dekat loket pelayanan, ditulis dengan huruf cetak dan dapat dibaca dalam jarak pandang minimum 3 (tiga) meter atau disesuaikan dengan kondisi ruangan. Transparansi mengenai biaya dilakukan dengan mengurangi semaksimal mungkin pertemuan secara personal antara penerima

(6)

(7)

pelayanan dengan pemberi pelayanan. Unit pemberi pelayanan tidak menerima pembayaran secara langsung dari penerima pelayanan, karena pembayaran harus diterima oleh unit yang bertugas mengelola keuangan/Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah. Setiap pembayaran yang ditarik dari masyarakat harus disertai dengan tanda bukti resmi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan. Bagian Kelima Pejabat/Petugas Pemberi Pelayanan Pasal 17

(1)

(2)

(3)

Petugas/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan pelayanan dan/atau menyelesaikan keluhan/sengketa sesuai kewenangannya harus ditetapkan secara formal berdasarkan Surat Keputusan/Surat Penugasan dari pejabat yang berwenang. Pejabat/petugas yang bertanggung jawab memberikan pelayanan dan atau menyelesaikan keluhan/sengketa sebagaimana tersebut ayat (1) diwajibkan memakai tanda pengenal dan papan nama di meja/tempat kerja petugas. Pejabat/petugas yang memberikan pelayanan dan menyelesaikan keluhan/sengketa wajib menciptakan citra positif terhadap penerima pelayanan dengan memenuhi kriteria : a. aspek psikologi dan komunikasi serta perilaku melayani; b. memiliki empati terhadap penerima pelayanan, dan dapat mengubah keluhan penerima pelayanan menjadi senyuman; c. mampu menyelaraskan cara peyampaian layanan melalui nada, tekanan dan kecepatan suara, sikap tubuh, mimik dan pandangan mata; d. mengenal siapa dan apa yang menjadi kebutuhan penerima pelayanan; e. selalu berada di tempat yang ditentukan pada waktu dan jam pelayanan. Bagian Keenam Pelayanan Khusus dan Pelayanan Eksekutif Pasal 18

(1) (2)

Pelayanan khusus merupakan pelayanan bagi penyandang cacat, lanjut usia wanita hamil dan balita. Pelayanan eksekutif merupakan pelayanan publik yang diselenggarakan secara khusus dengan ketentuan seimbang dengan biaya yang dikeluarkan dan tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan.

(3)

(4)

Penyelenggara pelayanan wajib mengupayakan tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan serta memberikan akses khusus berupa kemudahan mendapatkan pelayanan bagi penyandang cacat, lanjut usia, wanita hamil dan balita. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan Departemen tidak diatur pelayanan eksekutif dengan biaya khusus. Bagian Ketujuh Informasi Pelayanan Pasal 19

(1)

(2)

Untuk memenuhi kebutuhan informasi pelayanan kepada masyarakat setiap unit pelayanan di lingkungan Departemen wajib mempublikasikan mengenai standar pelayanan publik, janji, motto dan lokasi pelayanan, serta pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pelayanan tersebut. Publikasi dan atau sosialisasi tersebut dapat dilakukan melalui media massa cetak, media massa elektronik, media gambar dan atau penyuluhan secara langsung kepada masyarakat. BAB VI PENGENDALIAN Bagian Pertama Pengawasan Pasal 20

Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik, dilakukan melalui : a. pengawasan melekat yaitu pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. pengawasan fungsional yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. pengawasan masyarakat yaitu pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat berupa laporan dan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan dan kelemahan atau pemborosan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Pasal 21 (1) (2) Dalam penyelenggaraan pelayanan publik Menteri wajib melakukan pengawasan pelaksanaan pelayanan publik di lingkungan Departemen. Pimpinan unit kerja penyelenggara pelayanan publik sebagai pelaksana

(3)

pengawasan melekat secara berjenjang wajib mengadakan monitoring, pengawasan dan evaluasi secara berkala terhadap penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan Departemen secara reguler dan hasilnya dilaporkan kepada Menteri selaku pimpinan tertinggi dan penanggung jawab penyelenggara pelayanan publik melalui Sekretaris Jenderal. Inspektorat Jenderal Departemen sebagai unit pengawasan fungsional mempunyai kewajiban melakukan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan pelayanan publik sesuai dengan Rencana Kerja Pengawasan yang dikoordinasikan dengan aparat pengawasan lainnya, dan hasil dari pengawasan disampaikan kepada Menteri dengan tembusan kepada penanggung jawab penyelenggaraan pelayanan publik. Pasal 22

Selain pengawasan interen di lingkungan Departemen maka pengawasan dapat dari masyarakat dalam bentuk laporan, pengaduan ataupun informasi yang diberikan oleh masyarakat baik perorangan atau badan hukum atau organisasi masyarakat lainnya tentang adanya penyimpangan dan kelemahan serta peningkatan kualitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Bagian Kedua Akuntabilitas Pelayanan Publik Pasal 23 (1) Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan dalam bentuk akuntabilitas pelayanan publik, baik kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan atau kepada instansi pemerintah lainnya yang kompeten sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Akuntabilitas pelayanan publik adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan pelayanan publik baik kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 24 (1) Pertanggungjawaban penyelenggaraan pelayanan publik meliputi: a. Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Publik; b. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Publik; c. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik merupakan kewajiban pemberi pelayanan untuk memberikan pelayanan sesuai standar atau Janji Pelayanan Publik yang telah ditetapkan.

(2)

(2)

(3)

(4)

Akuntabilitas biaya merupakan kewajiban unit yang bertugas mengelola keuangan melalui Bank yang ditunjuk Pemerintah apabila penyelenggara pelayanan menerima pembayaran dari penerima pelayanan publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas produk merupakan kewajiban pemberi pelayanan untuk memberikan layanan/produk yang berkualitas sesuai dengan standar International Standard Organizatiton (ISO)atau Standar Nasional Indonesia (SNI). Pasal 25

(1)

(2)

(3)

Pelaksanaan pertanggungjawaban dengan sistem akuntabilitas Kinerja Pelayanan Publik sebagaimana tersebut Pasal 24 ayat (2) melalui proses yang dilakukan : a. dengan tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan (termasuk kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-undangan) dan kedisiplinan; b. sesuai dengan standar atau Janji Pelayanan Publik yang telah ditetapkan; c. secara terbuka baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah, dan apabila terjadi penyimpangan dalam hal pencapaian standar harus dilakukan upaya perbaikan; d. penerima pelayanan apabila adanya akibat penyimpangan yang terkait dengan pencapaian kinerja pelayanan publik dengan memberikan kompensasi. Pelaksanaan akuntabilitas biaya pelayanan publik sebagaimana tersebut Pasal 24 ayat (3) dilakukan: a. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan; b. oleh Petugas/Pejabat yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan/Surat Penugasan dari Pejabat yang berwenang. Pelaksanaan akuntabilitas produk pelayanan publik sebagaimana tersebut Pasal 24 ayat (4), dilakukan sesuai dengan: a. persyaratan teknis dan administratif yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan; b. prosedur dan mekanisme kerja yang sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan; c. produk pelayanan diterima dengan benar, tepat dan sah. Bagian Ketiga Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Pasal 26 (1) (2) (3) (4) (5) Pimpinan penyelenggara pelayanan publik wajib secara berkala mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja penyelenggaraan pelayanan di lingkungan instansinya masing-masing; Kegiatan evaluasi atau penilaian kinerja ini dilakukan secara rutin dan berkelanjutan yang hasilnya dilaporkan secara berkala kepada pimpinan tertinggi penyelenggara pelayanan publik; Penyelenggara pelayanan publik yang hasil kinerjanya mempunyai nilai baik perlu diberikan penghargaan untuk memberikan motivasi agar lebih meningkatkan pelayanan; Untuk penyelenggara pelayanan publik yang kinerjanya dinilai belum sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat, perlu terus dilakukan upaya peningkatan; Dalam melakukan evaluasi kinerja pelayanan publik digunakan standar evaluasi kinerja dengan indikator yang jelas dan terukur sesuai ketentuan yang berlaku. Pasal 27 Tindak lanjut basil pengawasan, akuntabilitas dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan publik wajib dipergunakan sebagai bahan: a. menumbuhkan motivasi aparatur pemerintah untuk berkompetensi dan berprestasi pada unit/kantor pelayanan publik dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan melalui perbaikan dan inovasi pelayanan yang berkelanjutan; b. mewujudkan kualitas pelayanan publik yang prima, transparan dan akuntabel dengan melakukan upaya-upaya perbaikan sistem dan prosedur penyelenggaraan pelayanan publik melalui mekanisme penyelesaian pengaduan/complaint pelayanan publik yang transparan, terkoordinasi, terarah dan tepat sasaran, sehingga dapat diselesaikan dengan tuntas dan menyeluruh; c. menyusun dan melaksanakan deregulasi/debirokratisasi di sektor pelayanan publik dengan mengidentifikasi masalah-masalah di bidang pelayanan publik, baik yang disampaikan langsung oleh masyarakat maupun melalui media massa, sehingga tercipta hubungan yang baik antara masyarakat yang menerima pelayanan dengan pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik; d. memberikan sanksi bagi aparat pelayanan publik yang melakukan pelanggaran dan penyalahgunaan wewenang; e. memberikan penghargaan bagi aparat/unit pelayanan publik yang telah melakukan tugasnya dengan sangat baik. Bagian Keempat Pengaduan dan Sengketa

Pasal 28 (1) Untuk memperoleh umpan balik dari masyarakat atas pelayanan yang diberikan Departemen, perlu disediakan akses kepada masyarakat untuk memberikan informasi, saran/pendapat/ tanggapan, complaint/pengaduan dalam bentuk kotak pengaduan, kotak pos, atau satuan tugas penerima pengaduan yang berfungsi menerima dan menyelesaikan pengaduan masyarakat. Setiap orang yang menyampaikan pengaduan, baik secara tertulis maupun secara langsung kepada pejabat/petugas penerima pengaduan diberi surat/formulir tanda bukti pengaduan. Pada surat/formulir tanda bukti pengaduan disebutkan nama dan jabatan pejabat/petugas yang berwenang untuk menyelesaikan masalah/pengaduan tersebut dan jangka waktu penyelesaian. Pasal 29 (1) (2) Setiap pimpinan unit kerja penyelenggara pelayanan publik wajib menyelesaikan setiap laporan atau pengaduan masyarakat mengenai ketidakpuasan dalam pemberian pelayanan sesuai kewenangannya. Dalam menyelesaikan pengaduan masyarakat, pimpinan unit kerja penyelenggara pelayanan publik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. prioritas penyelesaian pengaduan; b. penentuan pejabat yang menyelesaikan pengaduan; c. prosedur penyelesaian pengaduan; d. rekomendasi penyelesaian pengaduan; e. pemantauan dan evaluasi penyelesaian pengaduan; f. pelaporan proses dan hasil penyelesaian pengaduan kepada pimpinan; g. penyampaian hasil penyelesaian pengaduan kepada yang mengadukan; h. dokumentasi penyelesaian pengaduan. Pasal 30 (1) (2) Sengketa dalam pelayanan publik merupakan pengaduan terhadap pelayanan publik yang tidak dapat diselesaikan oleh unit penyelenggara pelayanan publik. Dalam hal pengaduan tidak dapat diselesaikan oleh unit kerja penyelenggara pelayanan publik yang bersangkutan dan terjadi sengketa, maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui pengadilan, arbitrase atau upaya-upaya lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mekanisme penyelesaian sengketa melalui beberapa tahapan yaitu tahap pertama, kedua dan ketiga.

(2) (3)

(3)

(4)

(5)

Penyelesaian sengketa pada tahap pertama melalui atasan dari pejabat unit kerja penyelenggara pelayanan dan apabila pihak pengadu tidak puas dapat mengajukan banding ke Komisi Nasional/Daerah Ombudsman sebagai penyelesaian sengketa tahap kedua. Penyelesaian sengketa pada tahap ketiga melalui Pengadilan Tata Usaha Negara. BAB VII PENUTUP Pasal 31

(1) (2)

Peraturan Menteri ini wajib dijadikan pedoman bagi semua unit/satuan kerja yang menyelenggarakan pelayanan publik di lingkungan Departemen. Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelayanan publik di lingkungan Departemen yang tidak sesuai dengan ketentuan ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 32

Peraturan Menteri ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal: 21 Maret 2007 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, Ttd. ERMAN SUPARNO LAMPIRAN I : Nomor Tentang : : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi PER.04/MEN/III/2007 Pedoman Pelayanan Publik di Lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Format Penyusunan 1. Rencana Strategi Penyelenggaraan Pelayanan Publik (RSP3)

2.

Rencana Kerja Tahunan Pelaksanaan Pelayanan Publik (RKTP3)

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Ttd. Erman Suparno

Contoh Formulir dan Cara Pengisian 1.a. Rencana Strategis Penyelenggaraan Pelayanan Publik (RSP3) Rencana Strategis Penyelenggaraan Pelayanan Publik (RSP3) Tahun .... s/d ....

Unit Pelayanan Unit Kerja Eselon I: Visi Misi Motto Janji Pelayanan

: : : : :

---------------------------------------------------------------Sasaran Strategi (Cara Mencapai Tujuan Tujuan dan Sasaran) Standar Prosedur ---------------------------------------------Uraian Indikator Kebijakan Program dan Pelayanan Pelayanan Kegiatan ---------------------------------------------------------------1 2 3 4 5 6 7 ----------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------b. Cara Pengisian : Ditulis dengan periode tahun Rencana Strategis. Misal : 2006-2010 : Ditulis dengan nama unit pelayanan yang menyusun rencana strategis. Unit eselon I yang membawahi Unit Pelayanan : Ditulis dengan visi unit pelayanan yang menyusun. Sebagai contoh untuk Biro Organisasi dan Kepegawaian : "Peningkatan kualitas dan pendayagunaan SDM serta pengembangan organisasi dan tatalaksana untuk mewujudkan pelayanan prima". : Ditulis misi unit pelayanan penyusun. Sebagai contoh pada Biro Organisasi dan Kepegawaian : Mendorong terwujudnya Pendayagunaan Aparatur melalui peningkatan pembinaan di bidang kelembagaan dan tatalaksana, kepegawaian, Akuntabilitas dan Pelayanan Publik di Lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan transmigrasi. : Ditulis motto unit pelayanan publik penyusun dalam menyelenggarakan pelayanan Janji dari unit pelayanan dalam melaksanakan pelayanan prima kepada penerima pelayanan. : Ditulis uraian tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka merealisasikan visi dan misi. Sebagai contoh pada Biro Organisasi dan Kepegawaian: "Mewujudkan organisasi, tatalaksana, personil dan akuntabilitas kinerja yang efektif dan efisien" : a. Ditulis sasaran dari tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka merealisasikan misi. b. Rumusan sasaran merupakan upaya mengkonkritkan dari rumusan tujuan. Sesuatu yang akan dicapai dalam rumusan sasaran harus sudah jelas indikator pencapaiannya dan

Tahun Unit Pelayanan Unit Kerja Eselon I : Visi

Misi

Motto Janji Pelayanan Kolom 1 :

Kolom 2

Kolom 3

Kolom 4

Kolom 5

Kolom 6

diproyeksikan akan dapat dicapai dalam waktu kurang dari 3 (tiga) tahun. c. Sebagai contoh pada Biro Organisasi dan Kepegawaian: mewujudkan Aparatur yang baik di lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sehingga mampu mendukung pencapaian visi dan misi Departemen. a. Ditulis indikator sasaran yang telah ditetapkan/diidentifikasi untuk diwujudkan. b. Indikator ini dapat berupa keluaran (outputs) atau hasil (outcomes) dan setiap sasaran dapat lebih dari satu indikator Sebagai contoh indikator hasil pada Biro Perencanaan: Sinkronisasi dan keterpaduan dalam penyusunan rencana, program dan anggaran serta evaluasi dan pelaksanaan program di lingkungan Departemen. Ditulis uraian mengenai kebijakan dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan unit kerja. Sebagai contoh pada Biro Organisasi dan Kepegawaian: Kebijakan di bidang Organisasi : 1. Pembinaan Organisasi/Kelembagaan Depnakertrans. 2. Fasilitasi Pembinaan Organisasi/ Kelembagaan Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian di Daerah. Ditulis nama program yang akan dilaksanakan oleh unit kerja sesuai dengan kebijakan yang melingkupinya. Program dimaksud ditetapkan sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Sebagai contoh pada Ditjen PPTKLN: Kebijakan memperluas dan mengembangkan kesempatan kerja melalui program : a. penyusunan perencanaan tenaga kerja dan penyebarluasan informasi pasar kerja; b. penyusunan mekanisme pengiriman tenaga kerja ke Luar Negeri. Ditulis pelayanan standar apa yang akan dilakukan oleh unit pelayanan dalam memberikan suatu pelayanan kepada penerima

Kolom 7

pelayanan. Ditulis prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan oleh penerima pelayanan untuk mendapatkan jenis pelayanan yang diinginkan.

2.a.Rencana Kinerja Tahunan Pelaksanaan Pelayanan Publik (RKTP3) Rencana Kinerja Tahunan Pelaksannan Pelayanan Pubiik (RKTP3) Tahun ...... Unit Pelayanan : ------------------------------------------------------------------------Sasaran Kegiatan Uraian Indikator Rencana Uraian Indikator Satuan Rencana Tingkat Program Kinerja Tingkat Ket Capaian Capaian (target) ------------------------------------------------------------------------1 2 3 4 5 6 7 8 9 -------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------

b.

Cara Pengisian : : : Ditulis dengan periode tahun Rencana Kinerja. Misal : Tahun 2006 Ditulis dengan nama unit pelayanan yang menyusun Rencana Kinerja Tahunan. Ditulis uraian sasaran yang telah direncanakan dan ditetapkan untuk tahun yang bersangkutan, sebagaimana telah dicantumkan pada dokumen Renstra unit pelayanan pada kolom 2. Ditulis indikator sasaran yang mengindikasikan tercapainya sasaran, sebagaimana telah dicantumkan pada dokumen Renstra unit pelayanan pada kolom 3. Ditulis rencana tingkat capaian (target) masing-masing indikator sasaran sebagaimana tertulis pada kolom 2, yang ditetapkan secara realistis sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Tahun Unit Pelayanan Kolom I

Kolom 2 Kolom 3

: :

Kolom 4

Kolom 5 Kolom 6

: :

Kolom 7 Kolom 8

: :

Kolom 9

masing-masing unit pelayanan. Ditulis nama program yang akan dilaksanakan dalam tahun yang bersangkutan, sesuai dengan sasaran yang akan dicapai dalam tahun yang bersangkutan. Program dimaksud sebagaimana telah ditetapkan dalam dokumen Renstra. Ditulis nama kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun yang bersangkutan sesuai dengan program sebagaimana ditulis pada kolom 4. Ditulis uraian indikator kinerja kegiatan berdasarkan kelompok masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak. Misal : Diklat TOT Widyaiswara Masukan : Dana, SDM Keluaran : Jumlah lulusan TOT Widyaiswara Hasil : Tingkat pengetahuan widyaiswara Manfaat : Ketersediaan widyaiswara dengan kompetensi yang memadai Dampak :Peningkatan kualitas pembinaan diklat SDM Aparatur. Ditulis satuan dari setiap indikator kinerja kegiatan Misal : Rupiah, orang, presentase, set, dll. Ditulis rencana tingkat capaian (target) dari masing-masing indikator kinerja kegiatan (kolom 6) pada tahun yang bersangkutan. Misal : Dikiat TOT Widyaiswara. Masukan :Dana Rp. 375 Jt, SDM 150 Widyaiswara, 5 Penyelenggara, dan 40 Pengajar. Keluaran:150 orang lulusan TOT Widyaiswara Hasil :80% (target hasil diklat TOT, misainya didasarkan pada sistem skoring). Ditulis hal-hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan sasaran, kebijakan, program, dan kegiatan.

Lampiran Berupa Tabel Lihat Fisik

Anda mungkin juga menyukai