Anda di halaman 1dari 4

Hasil Diskusi Medium Teori Politik Internasional Kelompok 5 / Cut Nyak Dien Anggota Diskusi: 1. Franz Adityatama 2.

Gebyar Lintang N. 3. Bagyani Widi Kurniasari 4. Gusti Hening Pustikaputra 5. Resha Ayu Putri Belinawati 6. Bisma Putra Sampurna 7. Herlambang Aditya Dewa 8. Natalia Imas Kristi N. 9. Nindya Anis Arum S. 10. Fatih Wicaksono

Diskusi mengenai pemikiran Thucydides di medium 5 atau Cut Nyak Dien diawali dengan dimulai dengan diajukannya tiga pertanyaan pemantik oleh koordinator medium. Koordinator berupaya untuk memancing partisipasi aktif dari pesera dengan memberikan komentar dan pandangannya terhadap pertanyaan yang diajukan oleh koordinator diskusi. Pertanyaan pertama: Salah satu buah pemikiran Thucydides adalah konsepsi mengenai 'Fear is the Source of Power', bagaimana posisi anda mengenai pemikiran Thucydides ini? Apakah anda setuju bahwa ketakutan adalah sumber dari power ataukah tidak? Jelaskan pendapat anda! Secara umum, semua anggota diskusi menyatakan persetujuannya dengan konsepsi Fear is the Source of Power. Ketakutan merupakan suatu sumber atau alasan bagi negara untuk mengembangkan kekuatannya. Insting/naluri setiap makhluk hidup yang ada adalah untuk tetap bertahan hidup atau tetap diakui keberadaannya. Rasa takut dan terancam yang timbul akibat adanya kekuatan lain yang sewaktu-waktu bisa menyerang membuat negara aktor akan berupaya sekuat tenanganya

mengembangkan kekuatan yang dimilikinya agar ia merasa aman. Dalam hal ini setiap negara memiliki ketakutan yang sama dalam menjaga eksistensi dan kedaulatannya. Tanpa adanya ancaman, individu ataupun aktor lain seperti negara tidak akan berpikir mengenai pertahanan diri dengan mengumpulkan kekuatan yang mereka miliki, namun mereka akan lebih memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan hidup mereka sendiri, bagaimana mereka akan bertahan hidup.

Pada dasarnya hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena sudah merupakan human nature, dimana menurut Thucydides terdapat kecenderungan bahwa The Powerful rule the weak, that one must rule whatever one can dan the other will rule you if you do not rule over them. Untuk bertahan hidup, yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan kekuatan kita agar tidak dijajah oleh aktor lain. Namun, perlu diingat bahwa ketakutan itu sendiri memiliki potensi untuk menimbulkan permasalahan, seperti yang pernah terjadi pada masa perang dingin, dimana terjadi perlombaan pengembangan senjata berdasarka ketakutan akan satu pihak memiliki teknologi mendahului pihak lain. Dalam konteks tersebut, power yang bersumber dari ketakutan dapat dikatakan cenderung tidak bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan menimbulkan persaingan terus-menerus hingga salah satu pihak menyerah atau mundur dari persaingan tersebut.

Pertanyaan Kedua: Tiga poin yang bisa dicatat dari pemikiran Thucydides adalah masalah power, balance of power, dan security dilemma. Setujukah anda jika dikatakan bahwa ketiga hal di atas masih relevan dengan kondisi politik internasional kontemporer? Seperti sifat dasar manusia, setiap negara cenderung ingin menguasai negara lain dan mementingkan diri sendiri. Sehingga konsep mengenai ketiga poin diatas saat ini masih digunakan oleh negara-negara meskipun mengalami beberapa perubahan makna tertentu. Ketiga poin tersebut dalam kenyataannya tetap dapat digunakan untuk menjelaskan beberapa fenomena kontemporer yang terjadi dalam HI. Power saat ini bukan hanya berkaitan dengan kekuatan militer dan politik, karena di era yang semakin modern faktor-faktor seperti ekonomi dan unsur-unsur budaya mampu sedikit banyak memberikan pengaruh signifikan bagi diplomasi. Meskipun definisi dari power sendiri sudah meluas, namun esensi dari prinsip 'balance of power' serta 'security dilemma' masih dapat dikatakan relevan pada perkembangan hubungan internasional yang modern. Balance of power masih menjadi prinsip yang dianut banyak negara pada saat ini, karena berbagai pihak ingin memastikan bahwa posisi dan kedaulatan negara mereka aman dari kekuatan lain yang lebih besar sebab memiliki kekuatan yang sama besarnya sehingga kemungkinan penyerangan secara

fisik (perang) menjadi kecil sebab akan sama-sama membawa kerusakan yang merugikan kedua belah pihak sama besarnya. Konsep security dilemma pun masih sangat umum ditemui pada saat ini, sebab ketakutan akan power negara lain merupakan sifat dasar manusia sehingga membuat kewaspadaan harus terus dijaga.

Pertanyaan Ketiga: Apakah anda setuju dengan pemikiran Thucydides secara umum? jika tidak, apa kritik anda terhadap pemikiran Thucydides? Walaupun pemikiran Thucydides masih relevan dengan ilmu HI kontemporer, namun thucydides sendiri menurut kami terlalu pesimis dan skeptis memandang dunia sehingga seakan-akan tidak ada lagi harapan bagi manusia untuk bisa hidup secara damai. Akan menjadi hal yang menyedihkan bagi dunia kedepannya, apabila pandangan kita terhadap berbagai tindakan negara lain sebagai hal yang negatif. Sehingga kemudian, dalam penerapannya pemikiran-pemikiran Thucydides harus mendapatkan penyesuaian-penyesuain tertentu. Hal yang perlu menjadi penyesuaian adalah bagaimana mengimplementasikan konsep Thucydides dengan situasi kontemporer saat ini, dimana negara perlu adanya power dan balance of power dengan cara-cara yang non tradisional dan lebih kreatif serta kooperatif satu sama lain. Misalnya, untuk mengimbangi kekuatan Amerika Serikat, dengan konsep balance of power, negara lain tidak perlu saling menyerang dan menaklukan wilayah Amerika, namun konsepsi balance of power yang disesuaikan dengan situasi saat ini ialah melalui Soft Power, seperti yang dilakukan oleh China dan Korea melalui industri ekonomi dan film. Dengan adanya kreativitas maka negara-negara tetap dapat menggunakan konsep Thucydides dengan lebih melihat konteks politik internasional dan dapat mengimbangi power Amerika melalui cara-cara yang lebih humanis dan tetap menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.

Pertanyaan keempat Menurut teman-teman apa kritik terbesar dari pemikiran Thucydides? Hal-hal apa saja yang menurut teman-teman tidak bisa terjawab dari pemikiran skeptis tersebut?

Kritik terbesarnya adalah tentang ketiadaan moral itu sendiri. Jika dipandang dari sudut pandang realis maka perdamaian sejati tidak akan mungkin diwujudkan. Karena Thucydides memandang manusia sebagai makhluk yang haus kekuasaan dan haus darah sehingga kemudian perang akan jadi jawaban terakhir dari setiap permasalahan yang ada. Adanya pandangan tersebut seakan mengatakan bahwa perdamaian sangat sulit untuk dicapai dan seakan tidak mungkin ada. Quotenya yang paling menonjol adalah "we know that there can never be any solid friendship between individuals, or union between communities that is worth the name, unless the parties be persuaded of each others honesty," dan "Now the only sure basis of an alliance is for each party to be equally afraid of the other." Selain itu Thucydides juga tidak memikirkan kemungkinan untuk melakukan kerjasama "demi keuntungan yang lebih besar" sebab menurutnya basis manusia untuk menjalin hubungan dengan manusia lain semata adalah ketakutan (fear) dan tidak ada hal lain yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai