Anda di halaman 1dari 2

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR STUDI KASUS DI RSUD DR. H. BOB BAZAAR SKM. M.

KES KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2012

Menurut Menteri Kesehatan (2007), berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (2001), penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia diantaranya BBLR 29%, asfiksia 27%, tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%, gangguan hematologik 6%, infeksi 5%, dan lain-lain 13%. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 33%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain yaitu berkisar antara 9% - 30%. Angka Kematian Bayi (AKB) di Propinsi Lampung masih tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup (Dinas kesehatan Provinsi Lampung, 2006 : 1). Penyebab kematian neonatal karena BBLR 29%, asfiksia 27%, masalah pemberian minum 10%, tetanus 10%, gangguan hematologi 6%, infeksi 5% dan lain-lain 13% (Rachmawaty, 2006 : 1). Berdasarkan hasil survey di Propinsi Lampung pada tahun 2007 yang mengalami insiden BBLR sebanyak 15,5%-17% dari kelahiran hidup 95% (Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2007). Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2007 adalah 41,25 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih diatas target dalam indikator Lampung Sehat Tahun 2008, yakni < 35 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2007 jumlah kematian bayi di Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 346 kasus. Jumlah ini meningkat pada tahun 2008 yaitu jumlah kematian bayi di Lampung Selatan sebanyak 385 kasus. Salah satu penyebabnya adalah kejadian BBLR sebesar 24,5% (Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan, 2008).

Hasil data rekapitulasi di RSUD Dr. H. Bob Bazaar, SKM. M.Kes tahun 2011 jumlah BBL tercatat sebesar 630 bayi, yang terdiri dari bayi lahir normal sebesar 558 (88,5%), bayi yang mengalami kejadian BBLR sebesar 43 (6,82%), asfiksia 3 (0,4%), sungsang 13 (2%), lintang 9 (1,4%) dan gemeli 4 (0,6%). Kejadian BBLR yang tinggi menunjukkan bahwa kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat itu masih rendah. Untuk itu diperlukan upaya untuk menurunkan angka kejadian BBLR agar kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat menjadi meningkat. Kejadian BBLR ini bisa dicegah bila kita mengetahui faktor-faktor penyebabnya (Elizawarda, 2003). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Dr. H. Bob Bazaar SKM. M. Kes Tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai