Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN HIFEMA A. Definisi Hifema adalah adanya darah di dalam kamera anterior (Smeltzer,2001).

Hifema atau adanya darah dalam bilik mata depan dapat terjadi karena trauma tumpul (Sidarta,1998). Bila pasien duduk hifema akan terlihat mengumpul di bagian bawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Darah dalam cairan aqueus humor dapat membentuk lapisan yang terlihat. Jenis trauma ini tidak perlu menyebabkan perforasi bola mata. B. Etiologi Hifema biasanya disebabkan trauma pada mata, yang menimbulkan perdarahan atau perforasi (Douglas, 2002). Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker mungkin juga bisa menyebabkan perdarahan pada bilik depan mata. Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okuli anterior. Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak dalam kamera anterior, mengotori permukaan dalam kornea. C. Tanda dan Gejala D. Pandangan mata kabur E. Penglihatan sangat menurun F. Kadang kadang terlihat iridoplegia & iridodialisis G. Pasien mengeluh sakit atau nyeri H. Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme I. Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra J. Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen

K. Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan L. Pupil tetap dilatasi (midriasis) M. Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma. N. Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea O. Kenaikan TIO (glukoma sekunder ) P. Sukar melihat dekat Q. Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil R. Anisokor pupil S. Penglihatan ganda (iridodialisis) T. Patofofiologi / Pathways Terlampir U. Pemeriksaan Diagnostik V. Kartu mata snellen (tes ketajaman pengelihatan) : mungkin terganggu akibat kerusakan kornea, aqueus humor, iris dan retina. W. Lapang pengelihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh patologi vaskuler okuler,glukoma. X. Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler ( TIO ) normal 1225mmHg. Y. Tes provokatif : digunakan untuk menentukan adanya glukoma bila TIO normal atau meningkat ringan. Z. Pemerikasaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, edema retine, bentuk pupil dan kornea. AA.Darah lengkap, laju sedimentasi LED : menunjukkan anemia sistemik/infeksi. BB. Tes toleransi glokosa : menentukan adanya /kontrol diabetes. CC. Penatalaksanaan Medis

DD.Pasien tetap istirahat ditempat tidur (4-7 hari ) sampai hifema diserap. EE. Diberi tetes mata antibiotika pada mata yang sakit dan diberi bebat tekan. FF. Pasien tidur dengan posisi kepala miring 60 diberi koagulasi. GG.Kenaikan TIO diobati dengan penghambat anhidrase karbonat. (asetasolamida). HH.Di beri tetes mata steroid dan siklopegik selama 5 hari. II. Pada anak-anak yang gelisah diberi obat penenang JJ. Parasentesis tindakan atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan bila ada tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang. KK.Asam aminokaproat oral untuk bekuan darah. LL. Evakuasi bedah jika TIO lebih 35 mmHg selama 7 hari atau lebih 50 mmH selama 5 hari. MM. Vitrektomi dilakukan bila terdapat bekuan sentral dan lavase kamar anterior. NN.Viskoelastik dilakukan dengan membuat insisi pada bagian limbus.

OO.

Pengkajian a. Pandangan kabur atau ganda b. Penglihatan silau c. Penglihatan berkurang atau tidak ada d. Kesukaran melihat dekat e. Kelelahan dan ketegangan mata f. Nyeri g. Peningkatan air mata (epifora)

PP.Data subyektif

QQ.

Data obyektif a. Tanda-tanda vital b. Drainase c. Hemoragi d. Anisokor pupil e. Pupil tidak bereaksi terhdap sinar f. Perubahan kelopak mata, edema, kekakuan, kemerahan g. Ketajaman penglihatan h. Pembengkakan kelopak mata i. Edema kornea kontusio orbita kelopak mata

RR.

Kondisi / penyakit yang menyertai a. Diabetes melitus b. Masalah-masalah sinus c. Hipertensi d. Glaukoma e. Penyakit, trauma atau tumr yang berhubungan dengan serebral f. Robekan retina g. Penyakit autoimun

SS. Pembedahan atau penyakit sebelumnya a. Pembedahan atau penanganan mata b. Trauma kepala atau muka c. Koma hipertensi d. Degenerasi retina e. Ketergantungan zat TT. Riwayat keluarga a. Glaukoma b. Diabetes melitus c. Katarak d. Pigmentosa retinitis

UU.

Riwayat sosial a. Bahaya pekerjaan atau rekreasi b. Kewaspadaan keamanan yang digunakan c. Ketergantungan obat atau alkohol d. Kerja fisik yang berat

VV.

Diagnosa Keperawatan

WW. Nyeri berhubungan dengan terpajannya reseptor nyeri sekunder trauma tumpul Tujuan Kriteria hasil : rasa nyeri berkurang :

a. Pasien mendemonstrasikan pengetahuan pengontrolan nyeri b. Pasien mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang tidak terganggu Intervensi c. Kaji tipe, intensitas dan lokasi nyeri d. Gunakan tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgetik e. Pertahankan tirah baring dengan posisi tegak atau posisi kepala 60 f. Lakukan bebat mata pada bagian yang sakit g. Berikan kompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan h. Berikan sedasi untuk meminimalkan aktivitas i. j. Berikan analgetik dan kortikosteroid Berikan gosok punggung, perubahan posisi untuk meningkatkan kenyamanan k. Bantu ajarkan teknik relaksasi XX. Resiko terjadi komplikasi dan perdarahan ulang berhubungan dengan : tidak terjadi perdarahan ulang

patologi vaskuler okuler Tujuan

Kriteria hasil a. b. c.

Perdarahan utama segera berhenti dan dapat diserap kembali Jumlah darah dalam kamera okuli anterior tidak bertambah Tidak terjadi obstruksi pada jaringan trabekular Intervensi : a. Kaji jumlah perdarahan pada okuli anterior b. Mata diperiksa untuk melihat adanya perdarahan sekunder dan kenaikan TIO c. Pertahankan tirah baring dan pemberian sedasi untuk minimal aktivitas d. Posisikan pasien tetap dalam posisi tegak diam e. Berikan balut tekan pada mata yang sakit dan lakukan penggantian balutan f. Beri koagulansia dan antibiotika g. Evakuasi perdarahan dengan parasentesis h. Berikan anhidrase karbonat (asetasolamide) untuk atasi kenaikan TIO YY.Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan penglihatan Tujuan Kriteria hasil : pasien mampu beradaptasi dengan perubahan :

d. Pasien menerima dan mengatasi sesuai dengan keterbatasan penglihatan e. Menggunakan penglihatan yang ada atau indra lainnya secara adekuat Intervensi : f. g. Perkenalkan pasien dengan lingkungan sekitarnya Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera yang lain h. Bantu pasien untuk beradaptasi menggunakan indera lainnya yang tidak mengalami trauma i. j. k. l. Kunjungi dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan menghilangkan ansietas Anjurkan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran Libatkan orang terdekat dalam perawatan dan aktivitas Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang

ZZ.Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan ketajaman penglihatan Tujuan Kriteria hasil ansietas b. Pasien mendemonstrasikan pemahaman proses penyakit Intervensi : c. Kaji tingkat ansietas pasien d. Diskusikan metode penanganan ansietas e. Dorong mengungkapkan ansietas f. Pertahankan limgkungan yang tenang g. Berikan dukungan emosional h. Tempatkan seluruh barang-barang yang dibutuhkan dalam jarak yang dapat dijangkau i. j. Pastikan bahwa bantuan terhadap aktivitas sehari-hari akan ada Bantu atau ajarkan teknik relaksasi, nafas dalam, meditasi : ansietas dapat teratasi :

a. Pasien mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk mengurangi

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan proses penyakit Tujuan penyakitnya Kriteria hasil a. b. c. d. : Pasien memahami instruksi pengobatan Pasien memverbalisasikan gejala-gejala untuk dilaporkan Intervensi : Beritahu pasien tentang penyakit yang diderita Ajarkan perawatan diri selama sakit e. Ajarkan prosedur penetesan obat tetes mata dan penggantian balutan pada pasien dan keluarga f. Diskusikan gejala-gejala terjadinya perdarahan ulang dan keniakan TIO : pasien memiliki pengetahuan yang cukup mengenai

DAFTAR PUSTAKA 1. Vaughan, Dale. Oftalmologi Umum. Alih bahasa Jan Tambajong dan Brahm U. Ed. 14. Jakarta : Widya Medika ; 2000. 2. Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1998. 3. Tucker, Susan Martin et al. Standar Perawatan Pasien : proses keperawatan, diagnosis dan evaluasi. Alih bahasa Yasmin Asih dkk. Ed. 5. Jakarta : Egc ; 1998 4. Darling, Vera H & Thorpe Margaret R. Perawatan Mata. Yogyakarta : Penerbit Andi; 1995. 5. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001. 6. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999 7. Douglas, Raymond S. Hifema. Departement of Ophthalmology, UCLA Menical Center, Los Angeles, CA. 2002

Anda mungkin juga menyukai