Sekapur Sirih, Kaderisasi dan Disorientasi, Halaman 2 Sikap, Dari PPMI Sumatera Barat ke OPPM Kairo , Halaman 3 Laporan Khusus, Tindak Kriminal dan Kondisi Sosial Mesir Pascarevolusi Halaman 45 Laporan Utama, Kelanjutan Pembangunan Asrama, Halaman 6-7 Kometar Peristiwa, Haji Umroh Masisir Terganjal Hukum, Halaman 8 Opini, Haji Umroh Masisir dalam Pandangan Fikih, Halaman 9 Sastra, Cerita Terakhir, Halaman 10 Sastra, Janji Kelabu, Halaman 11 Bahasa, Pena Bulu De Sade, Halaman 12 Seputar Kita, Back to Campus Show, Awali Tahun Ajaran Baru, Halaman 13 Dinamika, Layakkah Menjadi Alumni Al-Azhar?, Halaman 14 Dinamika, Silahkan Pilih!, Halaman 15 Selamat Membaca! Santai dan penting dibaca Tajam tanpa melukai Kritis tanpa menelanjangi
TROBOSAN ADVERSITING
Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya tanpa menghilangkan makna dan tujuan.
Sekapur Sirih
Layaknya kanvas kosong yang menunggu untuk diberi warna, tak heran biasanya mereka tidak bisa menolak untuk disibukkan di berbagai acara. Dan hampir di setiap organisasi mereka akan sibuk dalam kepanitiaan acara yang semakin menenggelamkan mereka dalam kesibukan organisasi. Kaderisasi memang sebuah permasalahan yang cukup serius. Beberapa organisasi, kecil maupun besar mengalami permasalahan yang sama, kurangnya sumber daya manusia. Beberapa organisasi bahkan sempat mati suri karena ketiadaan generasi penerus. Bahkan untuk lembaga sepenting DKKM pun tidak ada kaderisasi di dalamnya. Kata kaderisasi layaknya buah simalakama. Para senior berusaha keras agar organisasi yang ia urus berjalan dengan lancar, namun itu berarti mengorbankan semangat para mahasiswa baru dalam menuntut ilmu untuk ikut andil di dalamnya. Atau membiarkan para mahasiswa baru untuk berkarya tanpa terganggu organisasi, yang berarti organisasi yang mereka urus akan kekurangan SDM yang memadai. Beberapa waktu yang lalu PPMI mengadakan acara Coffee Break yang bertempat di Limas. Sebuah acara yang merupakan bincang-bincang antara PPMI bersama para ketua senat dan ketua kekeluargaan. Salah satu keputusan yang disepakati dalam acara itu adalah tidak boleh bagi sebuah organisasi untuk melibatkan para mahasiswa baru dalam dewan pengurus ataupun dalam kepanitiaan acara keorganisasian. Semoga saja kesepakatan ini benar-benar bisa berjalan agar semangat para mahasiswa itu tidak cepat luntur karena organisasi, dan organisasi bisa mencari jalan lain agar bisa dijadikan solusi. Tidak dipungkiri, kami pun mendapatkan masalah yang sama, kurangnya sumber daya manusia yang membuat kinerja kami akhirakhir ini berkurang. Namun meski begitu, kami tetap selalu berusaha untuk menghadirkan ulasan berita yang tajam namun tidak melukai kepada para pembaca. Untuk Laporan Utama kami mengangkat berita tentang perkembangan pembangunan asrama yang telah dimulai sejak Februari kemarin. Menjelaskan seluk beluk pembangunan asrama itu dan kondisi terakhir asrama saat ini. Untuk Laporan Khusus kami mencoba menghadirkan ulasan tentang keamanan Mesir pascarevolusi, ditambah dengan beberapa tindak kejahatan yang menimpa beberapa rekan Masisir selama bulan Ramadhan kemarin. Sekaligus memberikan harapan Masisir kepada DKKM yang baru saja mendapatkan SK baru dari Presiden PPMI. Kamipun sedikit mengangkat tentang birokrasi visa haji dan umroh untuk Masisir, menjelaskan proses sekaligus kendala yang dihadapi oleh Masisir yang menyebabkan sulitnya birokrasi umroh pada tahun ini. Kami selalu menerima saran maupun kritik dari para pembaca sekalian, yang hal itu menandakan bahwa keberadaan media-media mahasiswa seperti kami masih dibutuhkan di kalangan masisir, bukan sebagai alas makan, atau pemenuh ruangan, namun benar-benar sebagai media penyalur aspirasi, smart power yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Selamat membaca! []
Pendiri: Syarifuddin Abdullah, Tabrani Sabirin Pimpinan Umum: Faznir Syam Harefa. Pimpinan Redaksi: Tsabit Qodami. Pimpinan Perusahaan: Reni Dwi Jayanti. Sekretaris: Sirojul Khikam,. Dewan Redaksi: Kadarisman, Abdul Majid, Ahmad Farros El-Halimy, Muslihun Maksum, Habib Rahman Haqiqi, Ulfiya Nur Faiqoh. Redaktur Pelaksana: Siti Rahma. Reportase: Mohamad Bakri, Memen Maimanah Mukhtar, Nurul Ulfa, Beri Prima, Reni Dwi Jayanti, Shally Fandhu Femilianda, Sun Fan Ulum Fiy, Tata Letak: Fahmi Hasan, Lukman Hakim. Editor: Zulfahani Hasyim, Ahmad Maimun. Pembantu Umum: Keluarga TROBOSAN. Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cairo-Egypt. Telepon: 22609228 E-mail: terobosanmasisir@yahoo.com. Facebook : Terobosan Masisir. Untuk pemasangan Iklan dan Layanan Pelanggan silakan menghubungi nomor telpon : 0109427876 (Tsabit) atau 01122217176 (Fahmi)
02
Sikap
03
Laporan Khusus
04
Laporan Khusus
mah yang sudah terjaga mengetahui gelagat dari pencuri itu lalu mengejar mereka. Dari dua orang pencuri, hanya satu orang yang dapat tertangkap. Beberapa handphone yang sempat diambil pun didapatkan dan dijadikan barang bukti. Namun kejadian tidak berhenti sampai di situ. Kawanan preman yang diduga sebagai kawan -kawan si pencuri datang dengan membawa sejumlah senjata dan bom molotov. Kericuhan tidak dapat dihindarkan sampai akhirnya para penghuni rumah memutuskan untuk melepas pencuri yang tertangkap setelah bernegosiasi dengan kawanan preman yang bersedia mengembalikan beberapa barang meski tidak sepenuhnya. Beberapa rekan Rumah Budaya Akar sempat mengubungi pihak KBRI, DKKM, dan polisi, namun seperti tidak ada respon dan hanya Pak Samsir yang datang ke TKP. Dan dari kejadian ini Rumah Budaya Akar mengalami kerugian materil sekitar 1500 LE dan rekan Cohan yang luka di bagian pelipisnya. Kejadian kriminal selanjutnya terjadi di kawasan Tub Ramli tepat di rumah rekan Ahmad Hujaj Nurrohim pada tanggal 15 Agustus 2012. Hujaj menuturkan tentang kejadian yang menimpa rumahnya, Jadi saat itu jam 3 sore habis dzuhur sebelum ashar tiba-tiba ada orang mengetuk pintu "tok tok tok tok". Terus saya lihat saya kira dia itu tukang listrik karena memang sudah masanya bayar listrik kan. Nah setelah saya buka, dia langsung masuk dan menusukkan sebilah pisau, pisau dapur itu yang agak panjang. Untung kebiasaan saya adalah membukakan pintu dari belakang pintu. Jadi, saya otomatis nggak kena. Dalam percobaan perampokan ini pelaku berusaha masuk namun mendapat perlawanan dari Hujaj. Hujaj pun memanggil kawan-kawannya yang kebetulan sedang istirahat siang. Karena melihat banyak orang datang pelaku percobaan perampokan ini pun kabur tanpa meninggalkan kerugian fisik dan materi. Saya melawannya dan saya berhasil memegang tangannnya. Saya dorongdorongan dan akhirnya pisau mengarah kepada perutnya. Kita sama kuatnya saat itu tapi saya balikkan arah pisau ke perutnya. Belum kena perutnya, dia lari. Papar Hujaj kepada reporter TROBOSAN. Tiga hari berselang kejadian lebih besar lagi terjadi di kawasan Mutsallas. Kali ini kasus perampokan menimpa dua rekanita kita bernama Rina dan Novita. Saat itu pukul 07.00 pagi Rina dan Novita sedang terlelap tidur di rumah mereka yang berlokasi di musallas. Mereka disekap dan diikat kedua tangan dan kakinya, karena melakukan beberapa perlawanan. Salah satu di antara mereka pun sedikit mengalami luka goresan pada wajahnya. Dan mengalami kerugian 3 handphone, 2 laptop, 1 hardisk internal. Pada akhir Ramadhan, sekitar jam setengah satu malam terjadi penusukan di Gami, korban adalah salah satu warga fosgama yang sedang bejalan bersama seorang teman dan ternyata di tengah jalan dijegal oleh orang Mesir dan akhirnya mendapatkan tusukan di leher dan goresan di tangan, karena pada saat itu handphone korban berdering dan pelaku berniat untuk mengambil handphone tersebut. Dari beberapa kasus yang tercatat di atas, kawasan Hay Al-Ashir menjadi red zone dalam hal terjadinya tidak kriminalitas. Kawasan yang banyak dihuni warga asing di Mesir ini adalah kawasan paling rawan di Kairo. Dengan kondisi lingkungan berstatus suburban ditambah penduduk asing yang banyak kawasan ini menjadi target operasi bagi banyak kawanan penjahat di Mesir. Dan warga asing dari Asia Tenggara menjadi target utama dalam tidak kriminal ini karena dianggap memiliki kondisi ekonomi yang relatif lebih baik dibanding penduduk suburban yang berasal dari pribumi maupun penduduk kulit hitam. Di Hay Al-Ashir sendiri Syuq Sayarat dan Bawabah 3 menjadi zona paling bahaya pada jeda waktu antara jam 10 malam sampai jam 8 pagi. Pada jam-jam ini Syuq Sayarat dan Bawabah 3 memang relatif sepi. Dan modus operandi yang paling sering terjadi di kawasan ini adalah penodongan (untuk pejalan kaki) dan pencurian (untuk rumah). Wilayah Tub Ramli dan Musallas menjadi kawasan paling bahaya nomor dua dengan modus operandi perampokan, pembobolan rumah, dan pencurian. Sementara kawasan Gamik berada di nomor urut tiga dengan mencatat hanya ada satu kasus dalam satu bulannya dengan modus operandi penodongan. TROBOSAN mencoba memberi sedikit analisa tentang fenomena keamanan ini. Setidaknya ada 3 faktor yang melatarbelakangi fenomena ini. 3 faktor tersebut adalah: 1. Kondisi Mesir pasca Revolusi. Kondisi Mesir pasca Revolusi memang sangatlah memprihatinkan mulai dari lawless akibat pegurangan jumlah personil polisi dan perangkat hukum yang diyakini sebagai bagian dari rezim yang tergulingkan hingga buruknya kondisi kesejahteraan rakyat Mesir yang mendesak mereka melakukan apa saja untuk bertahan hidup. Dari kondisi yang kompleks seperti ini wajar rasanya kondisi keamanan memburuk. 2. Kesenjangan sosial yang terjadi di antara penduduk kawasan suburban seperti Hay Al-Asyir. Kawasan Hay Al-Asyir dihuni oleh berbagai macam etnis, mulai dari pribumi, kulit hitam, Asia Tenggara, Cina, Rusia, dan beberapa etnis lainnya. Mereka datang dari budaya dan kondisi sosial yang berbedabeda, termasuk kondisi ekonomi. Dari sinilah gesekan-gesekan sosial terjadi tanpa bisa dielakkan, termasuk tindak kriminalitas. 3. Kurangnya pengawasan, pertolongan pertama pada kejadian, dan tindakana preventif yang mungkin dilakukan oleh Masisir, KBRI, DKKM, dan pihak keamanan Mesir. Ini adalah faktor penting dari munculnya fenomena tindak kriminal yang menimpa WNI. Bagaimana tidak? Kita yang mempunyai populasi yang cukup besar di Hay Al-Ashir seharusnya mempunyai sistem keamanan yang mandiri yang tidak bergantung pada sistem keamanan Mesir yang sedang limbung. Kita juga harus peduli pada setiap kejadian dan korban. Kurangnya pengawasan itu juga ditandai dengan tidak adanya data yang falid untuk setiap kejadian dari pihak DKKM. Memang DKKM tidak memiliki wewenang penuh atas keamanan Masisir layaknya polisi atau keamanan lingkungan, namun setidaknya DKKM memiliki data yang falid dari setiap kejadian agar dapat diolah dan dipelajari kemungkinan kejahatan terbesar menurut waktu, tempat, kerugian dan modus operandi. Setelah kita mempelajari peta persentase tindak kriminal dan modus operandinya, maka kita bisa melakukan usaha-usaha pencegahan untuk menghindari terjadinya tindak kriminal yang lain. [] (Bakrie, Memen, Zulfa)
05
Image: merdeka.com
Laporan Utama
06
Doc. TROBOSAN
Laporan Utama
oleh mahasiswa Indonesia, namun juga diisi oleh mahasiswa yang berasal dari negara lain sebagaimana asrama Bu`uts di Abbasiyah. Namun karena Indonesia turut membantu dalam pemberian dana maka Indonesia berhak untuk meminta jatah khusus bagi para mahasiswa Indonesia. Asrama ini masih diperuntukkan bagi para mahasiswa terlebih dahulu, akan dibangun secara bertahap dan kemudian rencananya akan dibangun juga asrama untuk mahasiswi. Pihaknya lebih jauh menuturkan bahwa karena Sumatera Utara adalah provinsi yang pertama kali memberikan dana bantuan, maka akan diberikan jatah khusus bagi para mahasiswa yang berasal dari sana, dan sisanya barulah dipilih sesuai dengan kriteria yang akan disusun nanti. Salah seorang mahasiswa yang diwawancarai oleh TROBOSAN, M. Yusuf Hasibuan, Lc. menyebutkan bahwa pihak KBRI pernah menjanjikan jatah 50% asrama kepada mahasiswa yang berasal dari Sumatera Utara, hal itu karena pemerintah daerah Sumatera Utara adalah satu-satunya Pemda yang telah mengucurkan bantuannya. Namun di pihak lain Bapak Sangidu tidak menyebutkan bahwa jatah penghuni asrama itu diberikan 50% kepada mahasiswa Sumatera Utara, dalam artian dari seluruh gedung yang dibangun terdapat jatah setengahnya untuk mahasiswa Sumatera Utara. Pihaknya memberikan perhitungan jika misalkan satu buah gedung menghabiskan dana sebesar 7 milyar, dan Pemda SUMUT memberikan dana sebesar 5 milyar, maka bisa diperkirakan jatah yang akan didapatkan oleh para mahasiswa Sumatera Utara tersebut tidak akan lebih dari satu bangunan tersebut. Bahkan pihaknya mengatakan bahwa bisa saja tidak disediakan jatah bagi para mahasiswa yang berasal dari daerah yang mana pemerintah daerahnya tidak ikut berpartisipasi dalam pembangunan ini. Keadaan terakhir yang dipantau TROBOSAN, Jum`at (12/10), lahan yang telah direncanakan sebagai tempat pembangunan asrama masihlah berupa lahan kosong, dan belum terlihat adanya alat berat ataupun bahan bangunan. Kami hanya menemukan tumpukan-tumpukan batu yang tersusun membentuk pola denah bangunan dan dihubungkan dengan garisgaris putih. Beberapa jejak alat berat menandakan bahwa proses pembangunan saat ini baru memasuki tahap pengukuran dan perataan tanah. Lokasi yang direncanakan itu relatif strategis, mengingat jarak yang tidak terlalu jauh dari jalan raya, terletak di dekat lapangan bola, dan berada dalam komplek kampus Al-Azhar yang bisa ditempuh dengan jalan kaki. Beberapa Negara lain juga diberitakan ingin membangun asrama di tempat itu, namun pihak Indonesia telah terlebih dahulu memberikan dana dan memilih tempat itu. Beberapa mahasiswa menaruh harapan besar pada proyek pembangunan asrama ini, salah seorang mahasiswi lain yang kami temui, Ima Hikmawati menuturkan bahwa pembangunan asrama ini sangatlah penting, terlebih lagi untuk para mahasiswi, melihat berbagai macam kegiatan yang terkadang diadakan hingga malam hari, dan keamanan Mesir yang sampai saat ini belum Tumpukan batu dan garis putih sebagai patokan bangunan. stabil.
Doc. TROBOSAN
44 Milyar
Jumlah anggaran yang dibutuhkan
19 Milyar
Jumlah dana tersedia, berasal dari anggaran Kementrian Agama dan Pemerintah Daerah Sumatera Utara
25 Milyar
Kekurangan anggaran yang akan diajukan ke Kementrian Perumahan Rakyat
18 Bulan
Rencana lama proses pembangunan
4 Gedung, 1 Dapur
Pembangunan Asrama tahap awal.
Seorang mahasiswa lain, sebut saja Sofwan mengeluhkan ketidak jelasan berita tentang proyek pembangunan asrama ini. Ia telah mendengar rencana pembangunan asrama ini sejak pertama kali ia tiba di negeri ini pada empat tahun yang lalu, namun hingga tahun ini ketika ia telah jadi mahasiswa tingkat akhir, proses pembangunan asrama ini belum juga selesai. Para mahasiswa mengharapkan keterbukaan pihak KBRI dalam masalah ini agar tidak ada simpang siur dan saling curiga antara pihak mahasiswa dan para staff KBRI. [] (Faznir, Hikam)
07
Komentar Peristiwa
08
Opini
09
Sastra
Oleh: Imron Rosyidi Muhammad* Entah dari mana aku harus memulainya. Tapi, baiklah. Akan aku coba perlahan-lahan menceritakan apa yang hendak ingin ku sampaikan. Aku harap kau tidak mual kemudian muntah-muntah lantaran ceritaku yang berada ditanganmu ini sangat buruk. Sebelum aku bercerita, satu hal yang aku minta. Setelah kau mendapatkan ceritaku ini, kau bebas menganggapku cerita murahan tak bermutu. Namun, aku tidak akan rela kau memaki dan mencaci lalu membuang ceritaku ini ke tong sampah sebelum kau tuntas membacanya. Karena, seburuk apapun ceritaku ini, menurutku, kau tak berhak untuk membuangku ke tempat sampah tanpa membacanya terlebih dahulu. Meskipun sebenarnya, di sanalah kuburanku. Maaf, terlalu banyak meminta, membuatku lupa mengenalkan siapa diriku sebenarnya. Okay, aku adalah media informasi Masisir. Kau pasti tahu apa itu MASISIR. Ya! Sebuah komunitas masyarakat Indonesia yang ada di Mesir. Dan konon, maknanya sudah dipersempit lagi menjadi komunitas pelajar saja. Entahlah, aku tak mau ambil pusing masalah definisi MASISIR tersebut. Agar kau dan aku lebih akrab, kau boleh menyebutku buletin. Perlu kau ketahui, tepat sekarang ini, aku bercerita dalam keadaan sekarat. Aku hampir mati. Mati secara majasi dan mati dalam makna sebenarnya. Hilang dalam kehidupan. Kala aku mengingat bagaimana aku diciptakan dan berjaya, kesedihanku semakin dalam menikam. Pedihnya meraung-raung. Dan itu sangat menakutkan. Seperti kesedihan seorang ibu melihat anak balitanya tertabrak truck tronton. Mengenaskan bukan? Ibarat seorang pedagang, aku pernah sampai pada puncak kekayaanku. Namun dalam kurun waktu yang sebentar semuanya habis tanpa bekas. Begitulah nasibku. Dulu kehadiranku pernah ditunggu-tunggu dan dinanti-nanti. Itu adalah masa indahku. Namun sayang. Semua hanyalah masa lalu. Dan tak ada pada zaman sekarang ini. Zaman di mana Iphone dan BlackBerry menjadi raja. Awal kematianku dimulai sejak Facebook menjadi candu bagi MASISIR. Tak perlu heran. Semua sudah tahu, hampir mayoritas masisir terbius racun internet. Hari-harinya hanya diisi dengan berfatamorgana dalam dunia maya. Chating adalah kesehariannya. Browsing kesanakemari tak jelas, sudah menjadi tradisi tak terelakan. Sudah menjadi rahasia umum dan dianggap lumrah. Tahukah engkau, dulu ketika aku masih berjaya, aku tersenyum melihat aktivis-aktivis yang berjuang suka rela untuk membuatku tetap hidup. Mereka mengadakan rapat untuk menentukan tema besar yang akan dimuat dalam diriku ini. Kemudian, bermodalkan buku tulis, ballpoint dan alat perekam suara, mereka bergerilya mencari sumber-sumber informasi. Seperti seekor singa yang berburu di tengah kelaparanya. Lapar akan informasi. Uang? Mereka tak mengharapkannya. Seperser pun mereka tak mendapatkannya. Sekali lagi, mereka suka rela mempertahankan hidupku. Aku harap kau tak bertanya kemana mereka sekarang. Itu membuatku sedih semakin dalam lagi. Aku sendiri tidak tahu pasti kemana mereka pergi. Ada yang bilang sebagian dari mereka sudah terjangkit virus Facebook. Sebagian lagi, aku dengar sudah mati tenggelam dalam lautan asmara. Ahh, sebenarnya, aku merasa sedikit mual ketika mendengar kata asmara. Dan yang paling membuatku terkejut, aku mendengar kabar bahwa para ksatria yang mempertahankanku untuk hidup dulu itu, kini sudah mulai sibuk mencari uang. Seharusnya, aku tak perlu terkejut. Toh, memang benar kata orang-orang, uang nyaris dapat membeli apapu. Jangankan idealisme, kesetiaan, wanita, bahkan harga diri bisa dibeli dengan mudah. Hidup memang keras. Aku tak menyalahkan mereka yang meninggalkanku demi mencari uang. Karena memang begitulah hidup. Harus ada yang ditinggalkan demi sesuatu yang lebih berharga. Uang. Sedang aku? Aku tak menjanjikan apapun kepada mereka. Aku hanya menawarkan sebuah pengalaman untuk mereka. Memang aku tak dapat memberi mereka kebutuhan materi. Namun, dalam bidang wawasan, ilmu, pengalaman dan halhal yang bersiifat jurnalistik, aku memiliki peran tersendiri dalam hal tersebut. Sekali lagi. Aku tidak menyalahkan mereka yang meninggalkanku, atau mereka yang mencampakkanku di jalan-jalan kotor berdebu sampai pemungut sampah datang memungutku. Aku tidak menyalahkan mereka. Sama sekali tidak. Aku hanya prihatin pada nasibku yang selalu berakhir di tempat sampah. Melebur bersama sisa-sia makanan yang membusuk dan pembalut wanita yang menjijikkan. Terkadang dalam sakitku yang parah ini, aku teringat pada konsumen informasi yang dengan setia menunggu jadwal terbitku. Membeliku dan membaca menu berita yang aku sajikan. Mulai dari berita keamanan MASISIR sebagai menu hangat musim dingin, perjalanan kepengurusan PPMI sebagai menu tetap, bahkan gosipgosip lembaga tertinggi Indonesia di Mesir KBRI, Sebagai menu sepesial yang aku hidangkan di setiap terbit. Tidak lupa karya-karya MASISIR yang menjadi tambahan suplemen. Dan kini, pelanggan setiaku itu satu demi satu hilang. Bulan demi bulan, mereka semakin sedikit. Sepertinya mereka sudah mulai bosan menyantapku. Mereka beralih mengkonsumsi berita cepat saji. Bolehlah kita menyebutnya fastfood. Sebagaimana fastfood sebenarnya. Menarik dilihat. Lebih enak. Namun sedikit gizinya. Pun begitu dengan Fastfood yang aku maksud tadi. Dibuat secara cepat tanpa bumbu informasi yang mendalam. Tak ada daftar sumber berita. Semua hanya gosip dari mulut ke mulut. Kau tahu di mana tempat menjual fastfood tersebut itu? Facebook. Ya lagilagi Facebook. Oh.. Tidak. Jangan menuduhku anti-Facebook. Seperti orang-orang yang menyebut diri mereka beriman
Cerita Terakhir
10
Sastra
menuduh Ozzy Osbourne sebagai antiChrist. Aku tak membenci jejaring sosial yang ditemukan Mark Zuckerberk yang kini telah menjadi milyoner muda itu. Demi tinta di tubuhku aku tak membencinya. Dulu, hampir setiap 2 minggu sekali aku terbit dan menyebar di rumah-rumah MASISIR. Berbagai perlakuan berbeda aku terima. Seperti ceritaku tadi, ada yang membacaku sungguh-sungguh. Ada yang membeliku hanya lantaran kasihan kepada aktivis yang menjualku door to door layaknya gerilyawan komunis menyebarkan ajarannya. Dan tak sedikit pula yang menolak untuk menukarkan uang Le 1-nya dengan diriku. Aku tidak menghakimi mereka sebagai orang pelit. Menurutku mereka hanya berpikir tak ada gunaya membeliku. Berita murahan. Oh ya, aku lupa satu hal. Aku sedikit membenci anak kecil. Mungkin kau akan bertanya, mengapa ada anak kecil dalam ceritaku? aku kira kau pasti tahu bahwa dari sekian ribu MASISIR banyak yang memiliki balita. Bagiku, anak kecil itu adalah pembunuh sadis. Datang menghampariku dengan ballpoint tergenggam ditangan. Bagai pembunuh berdarah dingin memegang pisau dan kemudian menancapkannya tepat di dadaku mencorat-coret ke kanan dan ke kiri hingga tulisanku tak tampak lagi. Bahkan kadang sampai aku terkoyak sobek tak beraturan. Ironisnya, bapak-ibunya yang MASISIR dan yang pelajar itu tak merasa risih sedikitpun. Padahal mereka belum juga membacaku. Jangankan risih, mereka malah tertawa melihat kelucuan anaknya. Lucu? Bagiku itu bukan sesuatu yang lucu. Itu adalah pembunuhan terganas. Dalam keadaan seperti itu, aku merasa amat tak berguna. Lebih baik aku tak pernah diciptakan kalau begitu halnya. Baiklah. Sekarang, kau boleh menjadikanku sebagai alas panci agar tak menodai karpetmu. Atau, kau boleh membuangku. Satu hal saja yang tak boleh kau lakukan; menyerahkanku kepada anak kecil. Aku tak mau seperti tumpukan ikan asin di depan kucing yang kelaparan. Dan sekarang aku benar-benar selesai. Aku harap ini bukan cerita terakhirku. Aku masih ingin bercerita lagi. Semoga!
Janji Kelabu
Oleh: Wahyuni Nch Aku dipangku pewayangan mesra Membutakanku dengan paradigma keabadian Beremang cahaya lilin mengandung karsa kasih sayang Sesaat ia meredup, merangkulku dengan dawai cinta Dan kau menggelandangku ke dunia asing berpawai asmara Ku akui .. Dunia itu menyilaukanku dengan keglamoran Tertutup jujur oleh gelap bayang Pancabuta berdinding emas, syurga terpampang Janggal ku dapat.. Satu rumah kecil putih kusam tak ber atap Dipintunya berdiri puluhan orang terengap -engap Dikepalanya gagak hitam menghinggap. Sungguh wajah2 pucat kian muram, penuh ketakutan Ku tanyaimu, "apa gerangan ?" "Itu sebuah pemula keabadian" jawabmu berbalik dan tersenyum membelakangiku. Menggelagak kesal sejenak berhambur heran Kudapati linangan air mata darah, berisak sesenggukan Gelisahku bercampur haru Disambar gugup disambi pilu Aku mendengar api bergumam Menari-nari mengitari mereka hingga terbakar lantas menghilang Kutelan ludah sembari mengelus dada Baku bercangkang api pun tergenggam "Apa ini? Inikah janjimu?" Dan kaupun mentertawakanku, "keparat!!!" Teriakku. Angin mulai berhembus kencang, bumi tergoncang dan langitpun bergoyang Aku terkoyak,,, aku terkoyak,,, Tertatih aku dibelantara mayat-mayat bisu Teresot aku tagih solekan janji kelabu Lunglai rantas terinjak Aku terkoyak,,, Terkapar sakit yang mendesak memuncak Barah bernanah darah dikacak Lantas gagak hitam terdengar bersiuul... Kaupun terbahak,
TO ING T B S
Suatu hari To dan Ing sedang ngobrol sambil ngashab. Mereka berdua tengah terlihat begitu serius berbincang-bincang. To : Akhir-akhir ini ane pusing ni Ing. Masisir bikin puyeng aktifitas kita ni Ing. Ing : Wah ente pusing kenapa bro? Perasaan hidup ente enjoy-enjoy aja. To : Payah ah ente. Sebagai aktifis kita perlu pusing dong ngelihat sengkarut yang ada di Masisir ini. Ing : Busyett...Gaya ente aktifis ya sekarang? Okelah kalo gitu. Gini-gini ane juga aktifis bro. Trus ente mau ngapain kalo lihat Masisir udah kacau kaya gini? To : Ya ane mau berjuang membangun komunitas yang progresif pastinya. Jangan sampe dah aktifitasnya mencerminkan kegiatan yang nggak bermutu. Ing : Haishhh... Udah kaya calon yang maju debat kandidat ketua PPMI aja bahasa ente. Trus yang progresif tu yang kaya apa? To : Ya yang mencerminkan kegiatan mahasiswa. Kaya belajar bareng, diskusi dan ya begitu-begitu. Ing : Wah kamu benar-benar hidup bervisi tajam. Kaya pisau dapur. Akakakak. To : Udah malam ni, kita balik yuk? Eh Ing besok pinjem baju ya? Ane belum nyuci sebulan ni. Hahaha, Ing : Hayah, bilangnya aktifis sejati. Nyuci aja males. klowor luuu!!! Kalo mau minjem, boleh deh. Asal lu bayarin empat manggo gue. To : Kamprettttttt!!!!! []
11
Bahasa
12
Seputar Kita
yang terlibat, dan juga proposal dari Rbithah al-`lamiyah li Khirrj alAzhar. Ia pun melanjutkan bahwa sebenarnya masih ada satu rentetan acara yaitu pagelaran seni, yang direncanakan akan menampilkan berbagai macam kebudayaan dari berbagai bangsa. Salah satu penampilan yang telah disiapkan oleh wakil dari Indonesia adalah Tari Nusantara dan Orkestra yang terdiri dari berbagai macam alat musik dan Image: facebook.com/nurul.chasanah. membawakan beberapa lagu daerah dari Indonesia. Namun keputusan setelah sebelumnya ditinggalkan kurang terkait masalah pelaksanaan kegiatan ini lebih selama tiga bulan. masih berada di pihak dekan kuliah. Ketika diwawancarai oleh TROBODiharapkan dengan adanya SAN, Nurul Chasanah selaku ketua kegiatan tersebut semakin memotivasi Wihdah menuturkan bahwa kegiatan ini mahasiswi dalam menuntut ilmu demi merupakan kerjasama antar keputrian bekal masa depan kelak, mengenal budaya tadhamun Asean, yang terdiri dari Indoneantar bangsa, menambah kecintaan mahasia, Malaysia, Thailand dan Singapura. siswi terhadap kampus, serta mempunyai Rentetan kegiatan ini membutuhkan angmakna yang berarti dan amalan ibadah garan sebesar 9.254 LE. yang berasal dari yang senantiasa mendapat ridho Allah iuran tiap negara masing-masing sebesar Swt. Amin!. tutur mahasiswi Jurusan Fil200 LE., proposal ke tiap kedutaan negara safat tingkat 4 ini. []
tentu kita dapat meraba apakah warga masisir masuk dalam lingkaran wajib haji atau masih berada diluarnya. Penting untuk digaris bawahi bahwa kemampuan dalam bidang financial diatas adalah si calon haji/umroh punya kemampuan sendiri untuk membiayai perjalanan pulang pergi dari dan menuju mekah, dengan kata lain si calon haji membiayainya dari kocek sendiri tanpa meminta kepada orang lain. Bagi yang punya utang harus melunasi utang-utangnya dulu. Bagi yang sudah ngebet banget nikah maka ia wajib mendahulukan nikahnya, dan masih banyak lagi furu fikih yang lahir dari pembahasan syarat-syarat diatas. Dan yang harus diperhatikan sekali adalah kewajiban untuk taat kepada aturan pihak yang berwenang dan tidak menempuh jalur belakang atau jalan yang berliku, apalagi sampai memberikan pungli pada preman untuk sekedar mendapatkan visa. Karena hal-hal semacam ini akan menghambat diterima atau tidaknya ibadah haji/umroh kita. Hal terahir yang akan kita bahas adalah tentang status sah dan tidaknya ibadah haji/umroh masisir beserta kemabrurannya. Telah disinggung diatas bahwa antara kewajiban melaksanakan ibadah haji/umroh dan status sah tidaknya ibadah yang dilakukan tidak ada talazum diantara keduanya. Walhasil, orang yang tidak berkewajiban haji akan tetapi bersikeras melaksanakannya akan mendapatkan status haji/umroh yang sah asalkan manasiknya telah dijalankan dengan sempurna. Hal ini sama persis dengan sholat yang dilakukan dengan sempurna akan tetapi si musholi memakai pakaian yang dighosob dari temannya. Sholat orang tersebut sah akan tetapi di satu sisi mendatangkan dosa. Hal ini juga berlaku dalam ibadah haji. Contoh mudah dari kasus ini adalah haji takholuf alias haji mbonek. Jika si calon haji melaksanakan ritual ibadah haji dengan sempurna maka hajinya sah, akan tetapi dilihat dari sudut pandang hukum taklify si calon haji melanggar perjanjian dengan pihak travel dan melanggar aturan hukum Negara. Lantas haji yang semacam itu apakah masih kita hukumi haji yang mabrur? *Penulis adalah anggota Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PCI NU Mesir,
13
Dinamika
14
Dinamika
Oleh: Romal Mujaddedi Ahda* Sungguh nikmat hidup di Mesir, kau dan aku diperkenalkan dengan manusiamanusia yang beraneka ragam isi kepalanya. Sungguh nikmat hidup di Mesir, semua kecenderungan bisa terpuaskan sampai kepada batas yang kau dan aku tentukan sendiri, tak peduli kecenderungan itu semulia Yusuf atau sebusuk Firaun. Sungguh nikmat hidup di Mesir, buku-buku bermutu bisa didapat dengan harga murah. Hidup di Mesir nikmat tiada tara, tak ada yang mengatur: tidak itu orangtua, tidak itu pengurus asrama, tidak itu senior, tidak itu dosen. Apa kubilang, nikmat bukan hidup di Mesir? Di Mesir kau dan aku bisa hadir di kuliah-kuliah yang dipaparkan oleh sarjana -sarjana terbaik di dunia Islam, tak usah lagi kau tanya keilmuan mereka. Kalau kau dan aku serius jadi anak kampus, kuberitahu: akan banyak yang menaruh segan pada kau dan aku, karena orang-orang kira kau dan aku benar-benar menang atas malas yang menjangkiti banyak orang-orang di sini (iya, orang-orang itu. Ah, tak usahlah kau tunjuk-tunjuk). Agak konyol, padahal dulu di pesantren tiap hari kita berangkat sekolah, mengaji dan diskusi. Sesampai di sini, tiba-tiba itu semua jadi kegiatan orang -orang antik. Tapi kau juga tak perlu heran, ada pula yang akan memandang kau dan aku sinis sambil berbisik-bisik menyebut kita sarjana muqarrar dan lain sebagainya (iya, masih mereka yang tadi kubicarakan. Ah, sudah kubilang tak usah kau tunjuktunjuk). Tapi, ah, tak usah kau pedulikan, kalau niatmu kuliah ya sudah, kau purapura tuli saja pada ocehan mereka. Kau suka ilmu tapi tak suka kuliah? tak jadi soal, kau dan aku bisa duduk bersama para pecinta ilmu di serambi masjid tua alAzhar, di sana kau dan aku bisa mereguk pengetahuan dari para pesohor itu. Bukan main, Mufti Negara mengajar di situ. Atau barangkali kau tahu ulama muda Usamah Sayyid al-Azhari? Ia juga mengajar di situ. Pernah kau dengar pakar Nahwu dan Balaghah Syaikh Fathi Hijazi? Betul, beliau yang men-tahqiq tafsir al-Kassyaf dan Bughyah al-Idhah, kau bisa timba ilmunya tiap sabtu siang di ruang utama masjid itu. Atau barangkali kau pecinta Hadis? Biar kutemani kau berkenalan dengan bapak tua berjas itu. Ya, yang itu, Dr. Yusri, ia juga mengajar di Azhar Sabtu pagi. Bukan main bukan? Atau kau suka diskusi? Biar kuantar kau ke kelompok-kelompok kajian. Kau mau diskusi apa? Fikih? Pemikiran? Falak? Sastra? Bahasa Arab? Politik? Kau sebut saja yang kau mau, nanti kucarikan yang cocok. Tapi kalau kau dan aku sudah tak lagi bernafsu dengan ilmu ini ilmu itu, tak lagi suka dangan syaikh ini atau dosen anu, kajian ini kajian itu, tak jadi soal, masih banyak yang ditawarkan Mesir buat kita. Percayalah, tak akan bosan kau di sini. Misalnya, kau dan aku bisa bergabung organisasi. Bukan, ia bukan organisasi OSIS pesantren yang dulu kau ikuti, di sini mereka punya trias politika yang alamak rumitnya jangan kau tanya. Tapi tak apalah, kalaulah hobimu memang hal-hal seperti AD-ART, program kerja, rapat-rapat, kepanitiaan ini itu, atau sekedar biar bisa sering ketemu mbak-mbak cantik itu, apa boleh buat, bisalah kau kuantar, kau sebut saja organisasi macam apa: kau mau sayap ormas, almamater, kedaerahan, atau senat mahasiswa? Biar nanti kukenalkan dengan orang-orangnya. Tapi kuberitahu, karena kau masih baru, kau tak boleh jadi pegurus atau panitia, kau cuma boleh jadi anggota, karena semua organisasi sepakat buat tidak menjadikan mahasiswa baru macam kau ini terlalu sibuk dengan yang selain kuliah. Paling tidak itu yang kudengar dari presiden (ya, presiden!) orang-orang negeri kita di sini. Kau tahu, organisasi-organisasi punya acara-acara yang menarik, tidak cuma kajian, mereka juga mengadakan silaturahim bulanan, makan-makan bareng bulanan, jalan-jalan bareng tahunan, olahraga bareng semesteran, dan masih banyak yang lainnya (sepanjang masih bisa dilakukan bareng). Atau kau mau klub olahraaga? Sepakbola, basket, voli, pencak silat, nunchaku.. ah, lelah aku menyebutnya, begini saja: selama itu masih olahraga, aku dan kau bisa cari perkumpulannya di sini. Kalau tak ada? Ah, kau dan aku buat saja sendiri, siapa pula yang mau peduli? Uang-uang kita, waktuwaktu kita. Kalau kelak kau dan aku juga bosan dengan itu, kau dan aku bisa mencari uang. Kudengar orang-orang itu bisa mengantongi ribuan pound dalam sebulan. Kau tahu, kau dan aku bisa bergaya bak selebriti dengan uang sebanyak itu, barang apapun (sepanjang ia masih dijual) bisa kita beli. Berguna atau tidak? Yang kuperhatikan hal semacam itu tak perlu diambil pusing, yang penting keren. Kalau kau benar-benar tak tertarik dengan semua yang kusebut, apa boleh buat, begini saja, kau habiskan waktumu di depan komputermu. Biar kutunjukkan situs -situs pengunduhan film-film aneka jenis (ya, kau mau jenis apa?), atau kau suka game? Kuberi tahu kau rahasia ini: dari dulu aku curiga gamer-gamer terbaik dunia itu sebenarnya ada di antara kawan-kawan kita senegara, karena coba kau bayangkan: tiap dua-tiga bulan ada saja yang mengadakan lomba video game (biasanya bebarengan dengan lomba gaple, scrabble, poker, catur Tekken dan Zuma.. ah, tunggu, Tekken dan Zuma itu juga game). Tidaktidak, aku tak bercanda, kau tunggu saja beberapa minggu lagi. Sebenarnya tak enak aku, kutunjukkan kau pada semua ini. Ah, tapi setelah kupikir -pikir, cepat atau lambat kau akan bertemu juga dengan semua yang kubilang. Kau dan aku boleh memilih, tapi pada akhirnya kau dan aku yang bertanggung jawab dengan pilihan itu. Ah, maksudku kau ya kau, aku ya aku. Kita seperti akrab memang, tapi tak bisa aku menanggung buah pilihanmu. *Penulis adalah Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Bahasa Arab tahun 2012-2013
Silahkan Pilih
Image: figadvertising.com
15
16