Anda di halaman 1dari 21

Kopi

Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini.

Mitos

Ada cerita menarik berkaitan dengan sejarah kopi. Konon, Raja Gustaff II (1594-1632) dari Swedia pernah menjatuhkan hukuman kepada dua orang bersaudara kembar. Mereka dianggap bersalah dalam suatu tindak pidana yang dituduhkan kepada mereka. Untuk menentukan siapa yang bersalah, sang raja membuat aturan unik dan tak lazim. Salah seorang hanya diizinkan minum kopi selama hidupnya, sedangkan seorang lagi hanya boleh minum teh. Nah, siapa yang lebih dulu meninggal, dialah yang dianggap bersalah. Ternyata, yang meninggal duluan adalah peminum teh pada usia 83 tahun, meski sudah terlambat, dia ditetapkan sebagai yang bersalah. Sejak saat itulah, orang Swedia dan negaranegara di kawasan Skandinavia menjadi begitu maniak dan fanatik terhadap kopi. Mungkin mereka percaya dengan minum kopi, umur mereka bisa lebih panjang.

Sejarah
Kisah Raja Gustaff II dan aturan minum kopinya hanyalah salah satu kisah unik yang mewarnai perjalanan kopi. Di sejumlah tempat dan negara ada banyak legenda dan kisah mengenai kopi, meski kisah-kisah tersebut bercampur aduk antara mitos dan sejarah. Legenda paling masyhur dalam perjalanan kopi adalah kisah Kaldi dan temuan biji merah ajaibnya. Dalam satu kisah disebutkan, sekitar abad ke-3, hiduplah seorang penggembala kambing di Ethiopia bernama Kaldi. Kaldi dikenal sebagai penggembala yang baik dan sangat bertanggung jawab terhadap hewan yang diurusnya. Suatu hari, kambing-kambing tersebut tidak pulang dan Kaldi pun mencarinya. Ketika ditemukan, Kaldi melihat kelakuan aneh diperlihatkan oleh kambing-kambingnya, berloncatan riang gembira, seperti sedang mabuk. Tentu saja Kaldi heran dan mencari tahu apa gerangan yang menyebabkan kambing-kambing itu menari-nari? Kaldi kemudian tertarik oleh sekumpulan biji-biji berwarna merah mengilap yang ada di semak-semak dan dimakan oleh kambing-kambingnya. Dengan rasa ingin tahu, Kaldi pun mencoba memakan biji-biji tersebut. Sungguh ajaib, beberapa saat kemudian sang penggembala kambing itu menari-nari dengan riang, sama seperti kelakuan kambingkambingnya. Saat itu lewatlah seorang pria terpelajar asal kota. Pria bernama Aucuba itu merasa mengantuk, lelah, dan lapar. Aucuba kebetulan menyaksikan aksi gila Kaldi dan kambing-kambingnya. Saking laparnya, Aucuba pun mencoba makan biji merah yang dimakan Kaldi. Tak berapa lama, Aucuba merasa tubuhnya jadi segar, tenaganya pulih, rasa mengantuknya hilang, dan siap melanjutkan perjalanannya. Ia pun membawa beberapa biji merah ke kota dan mencampurnya dengan makanan lain. Ia juga menggunakan biji merah itu sebagai bahan pencampur bagi minuman para biarawan agar bisa tetap terjaga selama berdoa. Ia juga menyebarkan biji-biji merah yang ajaib itu ke kota dan biara lain. Aucuba pun jadi orang kaya. Sedangkan, kisah Kaldi dengan kambing-kambingnya tak ada kelanjutannya.

Peran Pedagang Arab

Terlepas dari berbagai legenda, mitos, dan klaim berbagai pihak, sejarah mencatat penanaman komersial kopi pertama kali dilakukan di Arab pada abad ke-15. Untuk jangka waktu yang lama, perdagangan komoditi yang berkelas tersebut dijaga dengan sangat ketat, para petani Arab berusaha dengan berbagai cara untuk menghentikan negara lain memperoleh biji kopi mereka yang berharga. Sejalan dengan waktu, biji kopi serta potongan tanaman tersebar ke daerah Aden, Mesir, Suriah, serta Turki di mana kopi terkenal sebagai anggur arab . Dari dunia Muslim, kopi menyebar ke Eropa, di mana minuman ini menjadi populer selama abad ke-17. Orang Belanda adalah yang pertama kali mengimpor kopi dalam skala besar ke Eropa dan pada suatu waktu menyelundupkan bijinya pada tahun 1690 karena tanaman atau biji mentahnya tidak diizinkan keluar kawasan Arab. Kemudian, berlanjut pada penanaman kopi di Jawa oleh orang Belanda. Kopi pun dengan cepat menyebar ke Eropa. Meski masyarakat Italia sudah mengenal kopi sejak abad ke-10, namun pembukaan kedai kopi pertama, Botega Delcafe di Italia, baru terjadi pada tahun 1645. Kedai kopi itu kemudian menjadi pusat pertemuan para cerdik pandai di negeri pizza tersebut. Di Kota London, coffee house pertama dibuka di George Yard di Lombat Sreet dan di Paris, kedai kopi dibuka pada tahun 1671 di Saint Germain Fair. Pada abad ke-18, misionaris (utusan), para pedagang serta kolonis memperkenalkan kopi pada Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Lingkungan alamnya yang alami terbukti merupakan tempat yang tepat untuk bertanam kopi sehingga kopi dapat tumbuh menyebar dengan cepat. Sedangkan di Amerika, kopi dijadikan minuman nasional di Amerika Serikat dan menjadi menu utama di meja-meja makan pagi. Ketika kopi mencapai kawasan koloni Amerika, pada awalnya tidak sesukses di Eropa karena dianggap kurang bisa menggantikan alkohol. Akan tetapi, selama Perang Revolusi, permintaan terhadap kopi meningkat cukup tinggi, sampai para penyalur harus membuka persediaan cadangan dan menaikkan harganya secara dramatis, sebagian hal ini didasari oleh menurunnya persediaan teh oleh para pedagang Inggris.

Minuman Terlarang Perjalanan kopi menjadi minuman yang paling digemari penduduk bumi memang tidak mulus. Ada masa-masa di mana kopi menjadi produk yang kehadirannya diharamkan. Pada tahun

1511, karena efek rangsangan yang ditimbulkan, dilarang penggunaannya oleh para imam konservatif dan ortodoks di majelis keagamaan di Mekah, Arab Saudi. Akan tetapi, karena popularitas minuman ini, larangan tersebut pada tahun 1524 dihilangkan atas perintah Sultan Selim I dari Kesultanan Utsmaniyah Turki. Di Kairo, Mesir, larangan yang serupa juga disahkan pada tahun 1532, di mana kedai kopi dan gudang kopi ditutup. Seabad kemudian, tepatnya pada tahun 1656, Wazir Kerajaan Usmaniyah mengeluarkan larangan untuk membuka kedai-kedai kopi. Bukan hanya melarang kopi, melainkan menghukum orang-orang yang minum kopi dengan hukuman cambuk pada pelanggaran pertama. Tetapi, bertahun-tahun kemudian, pelarangan minum kopi di Timur Tengah lambatlaun terkikis sehingga jika seorang suami melarang istrinya minum kopi, si istri tersebut bisa memakai alasan ini untuk meminta cerai. Di Italia, pendeta-pendeta melarang umatnya minum kopi dan menyatakan, minuman kopi itu dimasukkan sultan-sultan muslim untuk menggantikan anggur. Bukan hanya melarang, melainkan juga menghukum orang-orang yang minum kopi. Alasannya, kopi adalah komoditas politik kaum muslim dalam upaya menggeser popularitas anggur yang sejak lama sudah dikenal dan identik dengan kaum Katolik. Larangan juga diberlakukan di Rusia, meski lebih bersifat diskriminatif dan menjaga wibawa aristokrasi kopi. Karena dianggap bergengsi sebagai minuman, Raja Frederick Agung dari Rusia pada tahun 1777 hanya memperbolehkan kalangan atas atau kelas bangsawan saja untuk menunjukkan kearistokratan kopi.

Kopi di Indonesia
Pada awalnya, kopi di Indonesia berada di bawah pemerintah Belanda. Kopi diperkenalkan di Indonesia lewat Sri Lanka. Awalnya, pemerintah Belanda menanam kopi di daerah sekitar Batavia (Jakarta), Sukabumi, dan Bogor. Kopi juga ditanam di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra, dan Sulawesi. Pada permulaan abad ke-20 perkebunan kopi di Indonesia terserang hama yang hampir memusnahkan seluruh tanaman kopi. Pada saat itu, kopi juga ditanam di Timor dan Flores. Kedua pulau ini pada saat itu berada di bawah pemerintahan bangsa Portugis. Jenis kopi yang ditanam di sana juga adalah kopi arabika. Kopi ini tidak terserang hama.

Menurut situs wikipedia, pemerintah Belanda kemudian menanam kopi liberika untuk menanggulangi hama tersebut. Varietas ini tidak begitu lama populer dan juga terserang hama. Kopi liberika masih dapat ditemui di pulau Jawa, walau jarang ditanam sebagai bahan produksi komersial. Biji kopi liberika sedikit lebih besar dari biji kopi arabika dan kopi robusta. Bencana alam, Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan, semuanya mempunyai peranan penting bagi kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-20 perkebunan kopi berada di bawah kontrol pemerintahan Belanda. Infrastruktur dikembangkan untuk mempermudah perdagangan kopi. Sebelum Perang Dunia II di Jawa Tengah terdapat jalur rel kereta api yang digunakan untuk mengangkut kopi, gula, merica, teh, dan tembakau ke Semarang untuk kemudian diangkut dengan kapal laut. Kopi yang ditanam di Jawa Tengah umumnya adalah kopi arabika. Sedangkan, di Jawa Timur (Kayu Mas, Blewan, dan Jampit) umumnya adalah kopi robusta. Di daerah pegunungan dari Jember hingga Banyuwangi terdapat banyak perkebunan kopi arabika dan robusta. Kopi robusta tumbuh di daerah rendah, sedangkan kopi arabika tumbuh di daerah tinggi. Saat ini, kopi merupakan minuman ke-2 yang dikonsumsi di seluruh dunia, setelah air. Finlandia merupakan negara yang konsumsi per kapitanya paling tinggi, dengan rata-rata konsumsi per orang sekitar 1400 cangkir setiap tahunnya! Kopi merupakan komoditas nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi. Total 6,7 juta ton kopi diproduksi dalam kurun waktu 1998-2000 saja. FAO memperkirakan, pada tahun 2010, produksi kopi dunia akan mencapai 7 juta ton per tahun.

Biji kopi
Dari sekian banyak jenis biji kopi yang dijual di pasaran, hanya terdapat 2 jenis varietas utama, yaitu kopi arabika (Coffea arabica) dan robusta (Coffea robusta). Masing-masing jenis kopi ini memiliki keunikannya masing-masing dan pasarnya sendiri.

Biji kopi arbika, jenis kopi dengan cita rasa terbaik. Biji kopi arabika Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. Sebagian besar kopi yang ada dibuat dengan menggunakan biji kopi jenis ini. Kopi ini berasal dari Etiopia dan sekarang telah dibudidayakan di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India, dan Indonesia. Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau subtropis. Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-26 oC. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap.

Biji kopi robusta, jenis kopi kelas 2. Biji kopi robusta Kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898. Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak. Selain itu, cakupan daerah tumbuh kopi robusta lebih luas daripada kopi arabika yang harus ditumbuhkan pada ketinggian tertentu. Kopi robusta dapat ditumbuhkan dengan ketinggian 800 m di atas permuakaan laut. Selain itu, kopi jenis ini lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini menjadikan kopi robusta lebih murah.

Kopi robusta banyak ditumbuhkan di Afrika Barat, Afrika Tengah, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan.

Biji kopi luwak hasil fermentasi alami di perut hewan luwak. Kopi luwak Jenis kopi yang lain merupakan turunan atau subvarietas dari kopi arabika dan robusta. Biasanya disetiap daerah penghasil kopi memiliki keunikannya masing-masing dan menjadikannya sebagai suatu subvarietas. Salah satu jenis kopi lain yang terkenal adalah kopi luwak asli Indonesia. Kopi luwak merupakan kopi dengan harga jual tertinggi di dunia. Proses terbentuknya dan rasanya yang sangat unik menjadi alasan utama tingginya harga jual kopi jenis ini. Pada dasarnya, kopi ini merupakan kopi jenis arabika. Biji kopi ini kemudian dimakan oleh luwak atau sejenis musang. Akan tetapi, tidak semua bagian biji kopi ini dapat dicerna oleh hewan ini. Bagian dalam biji ini kemudian akan keluar bersama kotorannya Karena telah bertahan lama di dalam saluran pencernaan luwak, biji kopi ini telah mengalami fermentasi singkat oleh bakteri alami di dalam perutnya yang memberikan cita rasa tambahan yang unik.

Jenis-Jenis Minuman Kopi


Minuman kopi yang ada saat ini sangatlah beragam jenisnya. Masing-masing jenis kopi yang ada memiliki proses penyajian dan pengolahan yang unik. Berikut ini adalah beberapa contoh minuman kopi yang umum dijumpai :

Cappuccino.

Macchiato.

Kopi hitam, merupakan hasil ektraksi langsung dari perebusan biji kopi yang disajikan tanpa Kopi tubruk. Irish coffee. penambahan perisa apapun.

Espresso, merupakan kopi yang dibuat dengan mengekstraksi biji kopi menggunakan uap panas pada tekanan tinggi. Latte (coffee latte), merupakan sejenis kopi espresso yang ditambahkan susu dengan rasio antara susu dan kopi 3:1. Caf au lait, serupa dengan caffe latte tetapi menggunakan campuran kopi hitam. Caff macchiato, merupakan kopi espresso yang ditambahkan susu dengan rasio antara kopi dan susu 4:1. Cappuccino, merupakan kopi dengan penambahan susu, krim, dan serpihan cokelat. Dry cappuccino, merupakan cappuccino dengan sedikit krim dan tanpa susu. Frapp, merupakan espresso yang disajikan dingin. Kopi instan, berasal dari biji kopi yang dikeringkan dan digranulasi. Kopi Irlandia (irish coffee), merupakan kopi yang dicampur dengan wiski. Kopi tubruk, kopi asli Indonesia yang dibuat dengan memasak biji kopi bersama dengan gula. Melya, sejenis kopi dengan penambahan bubuk cokelat dan madu. Kopi moka, serupa dengan cappuccino dan latte, tetapi dengan penambahan sirup cokelat. Oleng, kopi khas Thailand yang dimasak dengan jagung, kacang kedelai, dan wijen.

Pembuatan Minuman Kopi


Kopi akan menjalani serangkaian proses pengolahan yang panjang dari biji kopi untuk menjadi minuman kopi. Berbagai metode pengolahan biji kopi telah dicoba untuk menghasilkan minuman kopi terbaik. Dalam hal ini, proses penanaman juga turut berperan dalam menciptakan cita rasa kopi yang baik.

Biji kopi siap panen dan bungan putihnya. Pemanenan dan pemisahan cangkang

Tanaman kopi selalu berdaun hijau sepanjang tahun dan berbunga putih. Bunga ini kemudian akan menghasilkan buah yang mirip dengan ceri terbungkus dengan cangkang yang keras. Hasil dari pembuahan di bunga inilah yang disebut dengan biji kopi. Pemanenan biji kopi biasanya dilakukan secara manual dengan tangan. Pada tahap selanjutnya, biji kopi yang telah dipanen ini akan dipisahkan cangkangnya. Terdapat dua metode yang umum dipakai, yaitu dengan pengeringan dan penggilingan dengan mesin. Pada kondisi daerah yang kering biasanya digunakan metode pengeringan langsung di bawah sinar matahari. Setelah kering maka cangkang biji kopi akan lebih mudah untuk dilepaskan. Di Indonesia, biji kopi dikeringkan hingga kadar air tersisa hanya 30-35% Metode lainnya adalah dengan menggunkan mesin. Sebelum digiling, biji kopi biasanya dicuci terlebih dahulu. Saat digiling dalam mesin, biji kopi juga mengalami fermentasi singkat. Metode penggilingan ini cenderung memberikan hasil yang lebih baik dari pada metode pengeringan langsung. Pemanggangan Setelah dipisahkan dari cangkangnya, biji kopi telah siap untuk masuk ke dalam proses pemanggangan. Proses ini secara langsung dapat meningatkan cita rasa dan warna dari biji kopi. Secara fisik, perubahan biji kopi terlihat dari pengeringan biji dan penurunan bobot secara keseluruhan. Pori-pori di sekeliling permukaan biji pun akan terlihat lebih jelas. Warna cokelat dari biji kopi juga akan terlihat memekat. Penggilingan Pada tahap selanjutnya, biji kopi yang telah kering digiling untuk memperbesar luas permukaan biji kopi. Dengan bertambah luasnya permukaan maka ekstraksi akan menjadi lebih efisien dan cepat. Penggilingan yang baik akan menghasilkan rasa, aroma, dan penampilan yang baik. Hasil penggilingan ini harus segera dimasukkan dalam wadah kedap udara agar tidak terjadi perubahan cita rasa kopi.

Pot vakum, salah satu alat yang dapat digunakan untuk merebus biji kopi Seni perebusan Perebusan merupakan langkah akhir dari pengolahan biji kopi hingga siap dikonsumsi. Untuk menciptakan minuman kopi yang bercita rasa tinggi, perebusan biji kopi harus dilakukan dengan baik dan sempurna. Terdapat banyak variabel dalam perebusan biji kopi, antara lain komposisi biji kopi dan air, ukuran partikel, suhu air yang dipakai, metode, dan waktu perebusan. Kesalahan kecil dalam perebusan kopi dapat menyebabkan penurunan cita rasa. {[fact}} Sebagai contoh, perebusan yang terlalu lama biasanya akan menimbulkan rasa kopi yang terlalu pahit. Oleh karena itu, bukanlah hal yang mudah untuk menyajikan kopi yang baik. Dekafeinasi Dekafeinasi atau penghilangan kafein termasuk ke dalam metode tambahan dari keseluruhan proses pengolahan kopi. Dekafeinasi banyak digunakan untuk mengurangi kadar kafein di dalam kopi agar rasanya tidak terlalu pahit. Selain itu, dekafeinasi juga digunakan untuk menekan efek samping dari aktivitas kafein di dalam tubuh. Kopi terdekafeinasi sering dikonsumsi oleh pecandu kopi agar tidak terjadi akumulasi kafein yang berlebihan di dalam tubuh. Proses dekafeinasi dapat dilakukan dengan melarutkan kafein dalam senyawa metilen klorida dan etil asetat.

Kandungan Kopi
Kandungan kopi didominasi oleh senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal yang memiliki sensasi rasa pahit. Adalah Friedrich Ferdinand Runge, kimiawan Jerman, yang mengidentifikasi senyawa ini pada 1819. Ia memberi nama kafein untuk senyawa yang bekerja menyerupai obat perangsang psikoaktif dan diuretik itu. Jika merujuk pada sejarah penemuan kopi, dapatlah dipahami mengapa penggembala Ethiopia dan kambing-kambingnya yang memakan kopi tiba-tiba menunjukkan atraksi aneh berupa gerakan enerjik dan riang gembira. Sebab, kafein merangsang sistem syaraf pusat, menghadirkan sensasi segar, penuh tenaga, dan menghilangkan kantuk untuk sementara.

Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid yang dikenal sebagai trimetilsantin dengan rumus molekul C8H10N4O2. Jumlah kandungan kafein dalam kopi adalah 1-1,5%, sedangkan pada teh 1-4,8%. Kafein bekerja dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel syaraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin Kandungan Kafein dalam Kopi Kopi memiliki kandungan kafein yang bervariasi. Kadarnya dipengaruhi oleh jenis biji kopi, pengolahan, dan cara penyajiannya. Dunia mengenal beberapa jenis varietas kopi dengan kadar kafein yang berbeda-beda. Kopi arabika misalnya, memiliki rata-rata 40-100 mg kandungan kafein dalam satu cangkir kopi. Jumlah ini sedikit lebih kecil dibanding kopi robusta. Berikut ini perbandingan kadar kafein pada beberapa jenis minuman kopi.
1. Kopi instan: 2,8 - 5,0%.

2. Kopi moka: 1,00%. 3. Kopi robusta: 1,48%. 4. Kopi arabika: 1.10 %. Pengolahan biji kopi berpengaruh pada kandungan kafeinnya. Hal ini tampak pada kopi jenis dark-roast yang diolah dengan metode pemanggangan. Pemanggangan menyebabkan banyak senyawa kafein yang rusak sehingga kadar kafeinnya lebih rendah dari jenis kopi lain. Fungsi Kafein Kafein dalam tubuh berperan untuk meningkatkan kerja psikomotorik. Kafein memberi efek rasa segar dan energi meningkat. Dalam tinjauan kimiawi, kafein mengandung molekul metabolit yaitu 1-3-7-asam trimetilurat, paraksantina, teofillina dan teobromina. Molekul tersebut memiliki kemampuan mengikat reseptor adenosine, nukleotida di dalam otak yang merespons rasa lelah. Itulah sebabnya mengapa kafein bisa menghilangkan rasa lelah.

Dampak selanjutnya adalah meningkatnya aktivitas otak dan terlepasnya hormon epinefrin. Hormon epinefrin mampu menaikkan kerja jantung, menambah tensi darah, melancarkan peredaran darah, dan mengeluarkan glukosa dari hati. Uniknya, otak mampu mengeluarkan kafein dengan cepat, berbeda dengan alkohol yang sulit terlepas sehingga mengganggu fungsi mental. Sebelumnya, banyak anggapan bahwa kopi (kafein) menimbulkan efek negatif berupa risiko kanker, diabetes melitus, insomnia, dan penyakit jantung. Namun, penelitian ilmiah justru menyatakan sebaliknya. Kandungan kafein kopi mengandung senyawa antioksidan dalam jumlah yang cukup banyak dan mampu menekan perkembangan sel kanker, menurunkan risiko terkena diabetes melitus, dan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin. Kopi juga terbukti mencegah risiko serangan jantung. Jangan Berlebihan Meskipun banyak manfaat kafein bagi tubuh, hendaknya kita membatasi konsumsi kopi dalam area aman. Sebab, sesuatu yang berlebihan pasti memiliki efek yang kurang baik. Penelitian medis menentukan batas aman konsumsi kafein adalah 100-150 mg per hari. Konsumsi yang melebihi ambang normal bisa menyebabkan intoksikasi kafeina, semacam mabuk kafein. Gejala yang terlihat pada kasus seperti ini adalah timbulnya rasa resah, risau, insomnia, dan sering buang air kecil. Pada kasus yang lebih serius, intoksikasi kafeina bisa menyebabkan kejang otot, pikiran kusut, kepanikan, denyut jantung terganggu, dan gejolak psikomotor. Jadi, pastikan Anda berada di area aman mengonsumsi kopi.

Keuntungan dan Kerugian Minum Kopi


Keuntungan kopi Dalam dunia kedokteran, kafein sering digunakan sebagai perangsang kerja jantung dan meningkatkan produksi urin. Dalam dosis yang rendah kafein dapat berfungsi sebagai bahan pembangkit stamina dan penghilang rasa sakit. Mekanisme kerja kafein dalam tubuh adalah

menyaingi fungsi adenosin (salah satu senyawa yang dalam sel otak bisa membuat orang cepat tertidur). Dimana kafein itu tidak memperlambat gerak sel-sel tubuh, melainkan kafein akan membalikkan semua kerja adenosin sehingga tubuh tidak lagi mengantuk, tetapi muncul perasaan segar, sedikit gembira, mata terbuka lebar, jantung berdetak lebih kencang, tekanan darah naik, otot-otot berkontraksi dan hati akan melepas gula ke aliran darah yang akan membentuk energi ekstra. Itulah sebabnya berbagai jenis minuman pembangkit stamina umumnya mengandung kafein sebagai bahan utamanya. Kerugian Kopi Selain manfaatnya untuk kesehatan ternyata kopi juga memiliki kerugian. Salah satunya adalah efek ketergantungan. Minum kopi ternyata dapat meningkatkan resiko terkena stroke. Sebuah penelitian yang dimuat dalam journal of neurology, neurosurgry and psychiatry tahun 2002 menyimpulkan bahwa minum lebih dari 5 gelas kopi perhari akan meningkatkan resiko terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah. Kafein juga dapat menyebabkan insomnia, mudah gugup, sakit kepala, merasa tegang dan cepat marah. Pada wanita hamil juga disarankan tidak mengkonsumsi kopi dan makanan yang mengandung kafein. Hal ini karena kafein dapat meningkatkan denyut jantung. Pada janin dapat menyerang plasenta dan masuk dalam sirkulasi darah janin. Dampak terburuknya, bisa menyebabkan keguguran.. Aman konsumsi kopi Jadi dalam jumlah yang wajar kafein dapat membantu pikiran, pekerjaan, dan pergaulan, tapi akan berubah menjadi racun bila dikonsumsi secara berlebihan. Jumlah yang tepat berbeda untuk tiap orang. Yang bisa dijadikan pedoman adalah bahwa sampai saat ini tidak ada penelitian yang menyebutkan efek2 negatif kafein terjadi bila dikonsumsi dengan dosis di bawah 300 miligram sehari. Bila 1 demitasse single-espresso mengandung sekitar 100 miligram kafein, berarti kita bisa minum sampai dengan 3 cangkir espresso sehari dengan aman tanpa terpengaruh efek negatif dari kafein. Kecanduan terhadap kafein diperkirakan jika mengkonsumsi lebih dari 600 mg kafein atau setara dengan 5-6 cangkir kopi perhari selama 815 hari berturut-turut. Sedangkan dosis yang dapat berakibat fatal bagi manusia adalah sekitar 10 gram kafein atau 20-50 cangkir perhari.

Produksi Kopi
Indonesia adalah produsen kopi keempat terbesar di dunia, dengan jumlah ekspor sebesar 300.000 ton pada tahun lalu. 75.000 ton diantaranya adalah kopi Arabika. Sembilan puluh persen dari kopi tersebut ditanam oleh petani kecil, diatas tanah seluas kurang dari satu hektar. Pada umumnya, kopi spesial Indonesia memiliki full body dan tingkat keasaman yang relatif rendah. Setiap kawasan dikenal dengan profil cupping nya yang khas, walaupun dalam satu wilayahpun masih dapat ditemukan keanekaragaman. Termasuk didalamnya:

Sumatra aroma yang kuat, dengan cita rasa kakao, tanah dan tembakau Java good, heavy body, dengan rasa akhir yang bertahan dan cita rasa herbal Bali lebih manis dari kopi Indonesia lainnya, dengan cita rasa kacang dan jeruk Sulawesi tingkat kemanisan dan body yang baik, dengan cita rasa rempah hangat Flores - heavy body, manis, cita rasa coklat dan tembakau Papua - heavy body, coklat, tanah, dan finish rempah

Aroma kopi Indonesia berbeda karena berbagai alasan. Variabel yang paling berpengaruh adalah jenis tanah, ketinggian permukaan tanah, varietas kopi, metode pengolahan dan penyimpanan. Kombinasi faktor-faktor alam dan manusia tersebut menghasilkan terroir khas untuk setiap jenis kopi. Jenis tanah: Jenis tanah di dataran tinggi Aceh, Bali, Papua dan Flores pada umumnya adalah tanah Andosol, sebuah istilah yang berasal dari kata-kata dalam bahasa Jepang, an (hitam) dan do (tanah). Tanah muda ini terbentuk dari bahan vulkanis yang sangat subur, dan mengandung unsur hara mikro yang penting. Di wilayah produksi Arabika di Jawa dan Lintong, jenis tanah disana adalah kombinasi Andosol dan Umbrisol. Umbrisol, sama seperti Brown Podzolic, adalah tanah vulkanis tua yang sangat kaya akan bahan-bahan organik.

Sulawesi adalah pulau tertua di rangkaian kepulauan Indonesia, yang memiliki batu-batuan di permukaan tanah yang berusia lebih dari 100 juta tahun. Selama ratusan abad tersebut, disana berkembang jenis tanah Lixisols, sama seperti jenis tanah Yellow-Red Podzolic yang ditemukan di wilayah produksi kopi. Jenis tanah tersebut kaya akan zat besi dan seringkali memiliki lapisan tanah liat dibawah permukaannya. Ketinggian tanah: Semua wilayah produksi Arabika di Indonesia berada dalam ketinggian yang ideal untuk kopi Arabika, yaitu antara 1.000 hingga 1.800 meter diatas permukaan laut. Pada umumnya, semakin tinggi daerah penanamannya, kopi tumbuh lebih lambat dan menghasilkan buah kopi yang lebih kecil, padat dan lebih beraroma.

Daerah Wamena di Papua: Daerah Moanemani di Papua: Daerah Tengah di Flores: Daerah Hinggaraja di Sulawesi: Daerah Kintamani di Bali: Dataran Tinggi Ijen di Jawa Tengah: Daerah Lintong di Sumatra: Daerah Aceh di Sumatra:

1,400 hingga 2,000 meter 1,400 hingga 1,700 meter 1,200 hingga 1,700 meter 1,000 hingga 1,700 meter 1,000 hingga 1,500 meter 1,300 hingga 1,500 meter 1,200 hingga 1,500 meter 1,110 hingga 1,300 meter

Varietas: Ada lebih dari 20 varietas Coffea arabica yang ditanam secara komersial di Indonesia. Varietas-varietas tersebut masuk dalam enam kategori utama: Typica ini adalah kultivar yang pertama kali diperkenalkan oleh Belanda ke Indonesia. Sebagian besar varietas Typica ini musnah pada akhir tahun 1800-an ketika Cofee Leaf Rust melanda Indonesia. Namun, varietas Bergandal dan Sidikalang dari kultivar Typica masih terdapat di Sumatra, Sulawesi dan Flores, terutama di dataran tinggi dan di wilayah-wilayah terpencil. Hibrido de Timor (HDT) Varietas, yang juga disebut sebagai Tim Tim, adalah hasil persilangan alamiah antara Arabika dan Robusta. Pertama kali dipanen di Timor Timur pada

tahun 1978, ditanam di Aceh pada tahun 1979, dan di Flores pada tahun 1980 dimana varietas ini sekarang disebut sebagai Churia. Linie S Kelompok varietas ini berasal dari India, yang dikembangkan dengan menggunakan kultivar Bourbon. Jenis yang paling umum adalah S-288 dan S-795, yang dapat ditemukan di Lintong, Aceh, Flores, Sulawesi, Papua, Bali dan Jawa. Lini Ethiopia: Termasuk dalam lini ini adalah Rambung dan Abyssinia, yang dibawa masuk ke Jawa pada tahun 1928. Sejak saat itu, jenis kopi ini juga diperkenalkan dan dikembangkan di Aceh. Varietas Ethiopia lainnya juga ditemukan di Sumatra dan Flores, dan disebut sebagai USDA, sesuai dengan nama proyek pemerintah Amerika yang membawa jenis tersebut masuk ke Indonesia pada tahun 1950-an. Caturra cultivars: Caturra adalah hasil mutasi kopi Bourbon, yang berasal dari Brazil. Lini Catimor Ini hasil persilangan Arabika dan Robusta yang terkenal memiliki aroma yang kurang baik. Namun, ada beberapa jenis Catimor, termasuk diantaranya yang disebut sebagai Ateng-Jaluk oleh para petani. Sebuah penelitian yang sedang berlangsung di Aceh menunjukkan adanya varietas Catimor hasil adaptasi lokal yang memiliki karakteristik cup yang unggul. Metode panen dan pengolahan: Semua kopi arabika Indonesia dipanen tanpa menggunakan mesin, baik yang ditanam oleh petani kecil atau oleh perkebunan ukuran menengah. Karena buah kopi tidak matang pada waktu yang bersamaan, petani harus melakukan panen sekali setiap sepuluh hari, dalam periode lima hingga enam bulan. Hal tersebut membuat petani dapat hanya memetik buah yang merah dan matang saja, untuk mendapatkan kualitas terbaik dalam penampilan, aroma, dan rasa. Bila panen dilakukan menggunakan mesin, buah yang belum matang benar akan menghasilkan aroma kopi yang tipis dan profil cupping yang keras. Setelah panen, kopi spesial Indonesia diolah dengan berbagai cara, dan masing-masing cara menambahkan aroma dan cita rasa tersendiri pada produk akhirnya. Pada umumnya, ciri-ciri tersebut meningkatkan kualitas kopi. Namun, pengolahan yang buruk dan tidak merata juga dapat menghasilkan aroma yang tidak sesuai dan kerusakan. Ada tiga metode pengolahan

utama yang digunakan metode kering, kupas basah (wet hulled / semi washed) dan pencucian penuh (washed). Sejumlah kecil petani di Sulawesi, Flores dan Bali menggunakan metode yang paling tradisional, yaitu pengolahan kering. Petani-petani tersebut mengeringkan biji kopi mereka hanya dengan menjemurnya di bawah sinar matahari. Metode tersebut menghasilkan aroma fruity, beragi atau sweet earthy pada biji kopi yang sudah kering. Setelah pengeringan, buah kopi kering tersebut dikupas, dengan menggunakan mesin untuk memisahkan kulit luar buah yang kering dan cangkang yang membungkus biji kopi. Sebagian besar petani di Sulawesi, Sumatra, Flores, dan Papua menggunakan proses unik yang disebut sebagai pengupasan basah atau wet-hulling (juga sering disebut sebagai semi washed). Menggunakan teknik ini, para petani mengupas kulit luar buah kopi dengan menggunakan mesin pengupas tradisional yang disebut luwak. Biji kopi, yang masih berselaput getah, kemudian disimpan hingga selama satu hari. Setelah masa penyimpanan, biji kopi dibersihkan dari getah dan kopi tersebut dikeringkan dan siap untuk dijual. Beberapa pabrik penggilingan besar, perkebunan dan koperasi tani di Sumatra, Jawa, Sulawesi dan Bali memproduksi kopi dengan menggunakan metode pencucian penuh. Pertama, buah kopi yang matang digiling untuk mengupas kulit luarnya. Kopi yang telah dikupas kemudian ditempatkan dalam tangki atau tong untuk difermentasi selama 24 hingga 36 jam. Setelah difermentasi, biji kopi dicuci dan ditebarkan untuk dikeringkan diatas lantai semen atau mejameja pengeringan. Setelah kering, cangkang atau pergamino menjadi mudah lepas dan rapuh. Kemudian, biji kopi dikupas dalam keadaan kering dan siap untuk disortir menggunakan mesin dan tangan sebelum dikemas dan diekspor. Setelah pengupasan, kopi kemudian disortir berdasarkan ukuran, berat dan warna, pertama menggunakan mesin dan kemudian menggunakan tangan. Terakhir, kopi dikemas dalam kemasan khusus bahan makanan berukuran 60 kilogram untuk ekspor. Sepanjang pelaksanaan proses, dilakukan cupping test untuk memastikan bahwa kopi tersebut memenuhi standar specialty grade. Setelah penyortiran, beberapa produsen menyimpan kopi mereka selama satu hingga tiga tahun sebelum dipasarkan. Proses ini mengembangkan aroma woody dan kayu manis, dengan karakter yang sangat ringan dan hangat. Biji yang berwarna hijau akan berubah menjadi kuning

tua hingga coklat. Roaster suka mengunakan kopi ini sebagai bagian dari racikan khusus, untuk saat Natal misalnya, dimana aroma kayu manis hangat sangat disukai. Beberapa perusahaan menghasilkan produk yang disebut sebagai Kopi Luwak, yang merupakan kopi yang sangat langka di dunia. Kopi Luwak diproses menggunakan cara yang unik, yaitu dengan menjadikannya sebagai makanan bagi hewan luwak, spesies lokal sejenis musang. Sistem pencernaan luwak akan mencerna lapisan buah. Setelah melalui sistem pencernaan hewan luwak tersebut, biji kopi dicuci dan disortir. Kopi yang dihasilkan bernilai tinggi karena kelangkaannya dan aroma yang berbeda.

Petani Sumatra di lahan pembibitannya

Petani di Papua dengan kopi yang ditanam dibawah pohon naungan

Petani kopi di Lintong, Sumatra

Pekerja perkebunan melakukan panen di Jawa

Menggunakan luwak di Toraja

Pengupasan kopi di Papua

Petani Batak menunjukkan kopinya yang sedang dijemur

Menyortir kopi di Papua

Menyortir kopi di Papua

Pengukuran kopi cara tradisional dengan menggunakan kayu untuk meratakan

Kopi Sumsel
Kopi Palembang Kopi Wong Kito, kopi yang berasal dari tanah Sriwijaya ini juga tidak kalah nikmatnya dengan kopi Sumatera lainnya dan memiliki citarasa yang juga khas. Perkebunan kopi di Sumatera Selatan memiliki luas sekitar 276 ribu hektare, artinya masih tergolong sedikit bila dibandingkan komoditas lainnya seperti karet dan kelapa sawit Sumatera selatan. Meski demikian dari luas areal perkebunan kopi yang ada saat ini sudah mampu menghasilkan sekitar 150 ribu ton per tahun atau 17 persen dari total jumlah produksi nasional. Daerah sentra produksi kopi Sumatera selatan antara lain di Pagaralam, Lahat, Muara Enim, Ogan Komering Ulu Timur, Musi Rawas dan sebagian di Kabupaten Musi Banyuasin serta Ogan Komering Ilir. Sebagian besar perkebunan kopi tersebut diusahakan oleh petani secara tradisional. ( 24 mei 2010) Kabupaten Lahat merupakan penghasil kopi terbesar di Sumatera Selatan (Sumsel) yang mencapai 150 ribu ton per tahun.

"Ada beberapa daerah yang memang merupakan penghasil kopi terbesar di Sumsel, meliputi Kabupaten MuaraEnim, Lahat, Pagaralam, dan Empat Lawang. Namun penghasil kopi terbanyak justru Kabupaten Lahat yang mencapai 150 ribu ton per tahunnya," kata Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) Sumsel, Jaya Utami, di Pagaralam, Senin. Menurut dia, kebanyakan tanaman kopi akan lebih mudah dikembangkan di daerah dataran tinggi, seperti di Kecamatan Kota Agung, Mulak, Jarai, Pajarbulan, Muara Payang, Tanjungtebad di Kabupaten Lahat. kopi. "Meskipun sekarang banyak petani pada empat daerah tersebut, sudah banyak beralih ke komoditas lain, seperti kakao, karet, sawit, dan lada tapi belum mampu menyaingi produksi kopi. Apalagi sekarang di Pagaralam dan Semende petani mulai mengembangkan kopi stek," kata dia pula. Dia menyatakan, cukup banyak kelebihan kopi hasil kawin silang tersebut, selain buahnya lebat dan masa panen juga bisa dilakukan setiap waktu. Produksi kopi juga meningkat kalau Sedangkan di Kabupaten Muaraenim, tiga kecamatan wilayah Semende dan Pagaralam serta Empat Lawang hampir merata banyak terdapat kebun

sebelumnya hanya 1 ton per hektare, kini bisa meningkat beberapa kali lipat, antara 3-4 ton per hektare. "Kita ketahui pembudidayaan kopi stek atau kawin tidak gampang dan perawatannya harus lebih intensif, termasuk memberikan pupuk. Kalau tidak, hanya sekali musim panen saja bisa langsung mati.

Hampir setiap batang bisa menghasilkan antara 2,5 hingga 3 kilogram, sedangkan kopi biasa 10 batang belum tentu bisa mencapai hasil tersebut," ujar dia. Namun hal yang perlu diperhatikan petani, lanjut dia, kalau mengelola kopi stek tidak mesti luas dan banyak jumlahnya, cukup 1.000 atau 1.500 batang. Kalau lebih, dikhawatirkan akan sulit melakukan perawatan dan biaya juga akan lebih besar sedangkan petani selalu terbentur keterbatasan modal. "Boleh kita buktikan ada petani yang memiliki kopi 6.000 hingga 12.000 batang, hasilnya hanya berkisar antara 1 hingga 2 ton saja per hektare. Sedangkan kopi stek yang hanya 1.000 batang, hasilnya bisa 3 hingga 4 ton per hektare. Pola inilah yang harus diubah petani kopi di tengah keterbatasan lahan dan persaingan dengan tanaman lainnya," kata dia lagi.

Anda mungkin juga menyukai