Anda di halaman 1dari 8

Jurnal

Elektro
PENS

www.jurnalpa.eepis-its.edu

Teknik Telekomunikasi
Vol.1, No.1, 2012

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya






1

Optimasi Penggunaan BTS Existing Di Wilayah Surabaya
Muntaqo Alfin Amanaf, Okkie Puspitorini, Nur Adi Siswandari
Program Studi D4 Teknik Telekomunikasi
Departemen Teknik Elektro
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Kampus PENS, Jalan Raya ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Tel: (031) 594 7280; Fax: (031) 594 6114
Email:alfin1111@gmail.com, okkie@eepis-its.edu, nuradi@eepis-its.edu
Abstrak
Semakin meningkatnya mobilitas manusia membuat kebutuhan akan komunikasi wireless dengan mudah kapanpun
dan dimanapun semakin meningkat. Oleh karena itu pembangunan BTS (Base Transceiver Station) oleh provider
semakin meningkat pula. Namun sekarang dengan adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan pembangunan
BTS membuat provider harus pintar-pintar dalam memaksimalkan coverage BTS yang sudah ada dalam mengcover
daerah-daerah yang diinginkan .Oleh karena itu pada penelitian kali ini mengoptimalkan penggunaan BTS yang sudah
existing agar tiap BTS dapat mengcover daerahnya dengan maksimal.
Dalam penelitian ini telah dilakukan pengukuran level daya BTS pada 7 Kecamatan di Surabaya Barat. Pengambilan
data dilakukan dengan metode drive test menggunakan sebuah telepon genggam sebagai penerima sinyal yang
terintegrasi dengan software TEMS. Data hasil pengukuran diolah menggunakan Matlab 7.7. Dari hasil pengolahan
data dapat diketahui pathloss dan coverage area dari BTS tersebut sehingga dari coverage area tersebut dapat
dilakukan optimasi arah antena dan tinggi antena beserta daya pemancar dari BTS existing di wilayah Surabaya Barat.
Pengoptimasian BTS Existing dengan mengubah arah antena serta menaikkan tinggi antena dan daya pemancar pada
BTS Existing di Wilayah Surabaya Barat dapat meningkatkan coverage area sebesar 19,34 % dari awalnya 56,55 %
menjadi 75,89 %.

Kata kunci: Optimasi,Drive Test,Coverage Area
1. Pendahuluan
Dalam perkembangan zaman yang modern membuat kebutuhan akan komunikasi wireless dengan mudah
kapanpun dan dimanapun semakin meningkat. Sehingga pembangunan BTS (Base Transceiver Station) oleh provider
semakin meningkat pula. Namun sekarang dengan adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan pembangunan
BTS membuat provider harus pintar-pintar dalam memaksimalkan coverage BTS yang sudah ada dalam mengcover
daerah-daerah yang belum tercover .Oleh karena itu pada penelitian kali ini mengoptimalkan penggunaan BTS yang
sudah existing agar tiap BTS dapat mengcover daerahnya dengan maksimal.
Pada Penelitian sebelumnya tentang coverage area oleh Howard H Xia [1] membahas tentang breakpoint yang
didefinisikan sebagai jarak terjauh dari antara pemancar dan penerima dimana pada breakpoint ini dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan,frekuensi ,tinggi antenna dan juga daya pemancar.
Jurnal Elektro PENS, Teknik Telekomunikasi, Vol.1, No.1, (2012)
2

Sedangkan pada penelitian ini akan dilakukan pengoptimalan BTS Existing GSM yang sudah ada berdasarkan
coverage area dan model propagasi urban,sub urban di wilayah Surabaya. Dimana hasil akhirnya
divisualisasikan pada peta elektronik. Peta tersebut terdiri atas lokasi menara BTS beserta cakupan areanya.
2. Pengambilan data (Pengukuran)
Pada penelitian ini menggunakan metode pengukuran level daya BTS dengan drive test. Level daya (dBm) yang
didapatkan fungsi jarak. Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pengukuran adalah:
2.1 Lokasi Pengukuran
Lokasi Pengukuran meliputi 7 BTS di wilayah Surabaya Barat yang mewakili setiap kecamatan yaitu BTS
Lakarsantri, BTS Sambikerep, BTS Tandes, BTS Sukomanunggal, BTS Asemrowo, BTS Benowo dan BTS Pakal.

2.2 Set Up Pengukuran

Gambar 1 . Set up pengukuran
Gambar 1 menunjukkan pengaturan media alat ukur. Peralatan-peralatan yang dipakai dalam pengukuran adalah:
1. Handphone dengan Tems Pocket didalamnya
2. GPS (Global Positioning System)
3. Laptop yang telah terinstal Software TEMS Investigation
4. Kabel data penghubung handphone dengan laptop
5. Inverter dan terminal
6. Mobil sebagai media pergerakan
Pastikan semua handset telah tersambung Laptop sebelum pengukuran dimulai. Pengukuran dilakukan dalam
keadaan MS idle, yaitu mengukur kualitas sinyal yang diterima MS dalam keadaan standby (tidak melakukan
panggilan keluar).

2.3 Parameter Pengukuran
Parameter yang digunakan pada penelitian adalah daya terima fungsi jarak. Daya yang dimaksud disini adalah
daya terukur di sisi penerima menggunakan software TEMS, sedangakan jarak adalah jarak antara BTS dan MS.

2.4 Skenario Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan mengukur level daya yang diterima Mobile Station (MS) yang bergerak
mengelilingi, mendekati dan menjauhi BTS dari jarak 100 meter sampai dengan 2 km dengan jarak antar titik sejauh
100 meter. Jarak pengukuran diperoleh berdasarkan posisi lintang bujur dari GPS sedangkan jumlah sample data
diambil berdasarkan pada jarak 100 m sampai 2 Km dari BTS Existing dengan step 100 m seperti pada gambar 2.
Parameter yang diperlukan dalam pengukuran adalah level daya fungsi jarak dengan sample pengukuran sebanyak 3 ,
Sedangkan jaringan yang dipakai yaitu GSM.












Gambar 2. Skenario Pengukuran
Jurnal Elektro PENS, Teknik Telekomunikasi, Vol.1, No.1, 2012
3

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
-110
-100
-90
-80
-70
-60
-50
-40
jarak (meter)
d
a
y
a
(
d
B
m
)
Daya Terima Rata-Rata


Lakarsantri
Sambi Kerep
Tandes
2.5 Data Hasil Pengukuran
Data hasil pengukuran diperoleh dari drive test. Data ini merupakan keluaran dari software TEMS dalam bentuk
log-file. Gambar 3a merupakan contoh hasil pengukuran yang ditampilkan oleh TEMS. File log-file dikonversi ke tab-
file. Kemudian tab-file ini dibuka menggunakan software map info untuk mengetahui nilai daya terima di setiap titik
pengukuran (jarak), seperti Gambar 3b.















(a) (b)

Gambar 3. Hasil Pengukuran (a) Pada TEMS dan (b) Mapinfo

Berdasarkan data level daya terima, kemudian dicari nilai level daya terima rata-rata fungsi jarak dengan menjumlah
data seluruh sampel dan dibagi dengan jumlah sampel. Regresi daya rata-rata yang menunjukkan pola penurunan level
daya pada masing-masing BTS ditunjukkan Gambar 4.














Gambar 4. Grafik Daya Terima Rata-Rata

Berdasarkan Gambar 4, daya terima semakin turun sesuai dengan bertambahnya jarak pengukuran. Nilai penurunan
hampir linear untuk BTS Sambikerep dan Tandes sedangkan untuk BTS Lakarsantri mengalami penurunan lebih
lambat pada jarak 100m sampai 800m.

2.6 Pengolahan Data
Dari data hasil pengukuran berupa level daya terima rata-rata fungsi jarak kemudian dilakukan pengolahan data
untuk mendapatkan beberapa parameter yang penting untuk proses pengoptimasian yaitu pathloss , pathloss eksponen
dan radius sel.
Pada penelitian ini digunakan model propagasi Cost 231-Hatta untuk menghitung nilai pathloss (L) fungsi jarak
(d) setiap daerah pengukuran. Penggunaan model ini dikarenakan frekuensi (fc) dari BTS yang diukur yaitu BTS
provider 3 menggunakan frekuensi 1875 MHz sehingga model Cost 231-Hatta ini yang memenuhi syarat. Model Cost
231-Hatta memiliki parameter tinggi antena (ht) BTS 30m 200m serta tinggi antena MS (hr) 1m - 10m. Persamaan
Cost 231-Hatta dapat diringkas sesuai Persamaan (1)[2].

Jurnal Elektro PENS, Teknik Telekomunikasi, Vol.1, No.1, (2012)
4

L = F + B . log( J) E + 0 (1)
Dimana,B = 44,9 6 ,55 . log( t) , E = 3,2[ log ( 11,75r) ]
2
4,9 ;F= [ 46,3 + 33,9 . log( c) ] 13,82 . log( t)
dan G = 3 JB ( urbon) Jon 0 = 0 JB ( suburbon) .
Perhitungan pathloss exponen digunakan untuk menentukan tipe daerah dari BTS yaitu rural, sub urban atau
urban. Untuk menghitung nilai pathloss eksponen menggunakan persamaan Free space loss PI
FS
(dB) pada jarak
referensi d0 (m) diberikan oleh Persamaan (2) [3].


PI

FS
( d0) = 20log
10
[
4nd0
x


(2)

dimana PI

FS
(d
0
) adalah nilai pathloss di d
0
(d
0
=100m) dan adalah panjang gelombang (m). Rata-rata path loss
melalui jarak d(m) ditentukan menggunakan model eksponen path loss pada Persamaan (3).

PI

( JB) = PI

( J0) + 10 n l og
10
(
d
d0
) (3)

dimana n adalah nilai pathloss exponent [5].
Perhitungan cakupan area sebenarnya menghitung jari-jari sel BTS. Metode yang digunakan adalah metode
breakpoint Metode ini menampilkan perpotongan antara two ray model (persamaan (4)) , regresi linear dan free space
loss.

Pr = Pt [
x
4n

1
1
cxp( ]kr1) + ( o)
1
2
exp ( ]kr2)
2
(4)

Dimana, panjang gelombang (m), r1 pancaran langsung dari Tx ke Rx (m), r2 jarak pancaran dari Tx ke titik pantul
pada tanah (m), k =
2 n
x
dan koefisien refleksi yang tergantung pada besar sudut datang () yang dapat dihitung
menggunakan Persamaan (5).

( ) =
cos-

- sIn
2

cos+

- sIn
2

(5)
dengan =90- dan =1/
r
untuk polarisasi vertical, =1 untuk polarisasi horizontal, konstanta dielektrik relatifnya
bernilai
r
=15-j60, dimana untuk konduktivitas permukaan tanah () adalah 0,005 mho/m. Pathloss saat keadaan
free space ditunjukan dengan persamaan FSI = 32,45 + 20 l og + 20 l og J.

2.7 Optimasi Coverage area BTS
Optimasi dimaksudkan untuk menyediakan jaringan terbaik menggunakan spectrum yang tersedia dengan efisien
dan memungkinkan. Analisa masalah dalam mengoptimasi dapat dilakukan dengan cara [6]:
Menemukan dan mengkoreksi masalah yang ada setelah implementasi site dan integrasi.
Merapatkan kriteria kualitas jaringan yang disetujui dalam kontrak.
Optimasi akan dilanjutkan dan mempelajari proses dari peningkatan semua kualitas jaringan.
Setelah melakukan analisa permasalah jaringan maka dilakukan solusi permasalahan dengan rekomendasi sebagai
berikut :
Menyarankan Site Baru atau penambahan sector dengan sebelum dan setelah plot jangkauan
Menaikkan Power Pemancar
Menyarankan penggantian arah Antenna / Azimuth
Menyarankan penggantian tinggi Antenna Hasil
3. Hasil
Hasil dari pengolahan data berupa nilai pathloss di setiap BTS yang mencerminkan kondisi lingkungan BTS
berada, nilai eksponen yang menunjukkan tipe daerah masing-masing BTS dan radius sel yang menunjukkan jarak
terjauh BTS dapat menjangkau MS.

3.1 Pathloss
Pathhloss diperoleh dari hasilpengukuran level daya terima. Hasil perhitugan pathloss ditunjukkan oleh Gambar
5.

Jurnal Elektro PENS, Teknik Telekomunikasi, Vol.1, No.1, 2012
5

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
130
140
150
160
170
180
190
jarak(km)
lo
s
s
(
d
B
)
Pathloss Wilayah Surabaya Barat


Pakal
Tandes
Sambikerep
















Gambar 5. Pathloss

Untuk BTS di wilayah Surabaya Barat diamati pada BTS Pakal, Tandes dan Sambikerep. Berdasarkan Gambar
5, nilai pathloss ketiga BTS memiliki kenaikan yang hampir sama. Pada jarak 100m, BTS Pakal memiliki regresi
pathloss terrendah yakni PL= 140 dB, diikuti Sambikerep, PL=141 dB, dan BTS Tandes dengan PL= 144 dB. Dari
hasil ini pathloss rata-rata pada jarak 100m di wilayah Surabaya Barat sebesar 141 dB

3.2 Perhitungan Pathloss Eksponen
Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan (2) dan (3) diperoleh nilai pathloss exponent (n) daerah urban
dengan range nilai n dari 2,7 sampai 3,5. Sedangkan untuk daerah suburban terdapat tiga BTS dengan range 2 sampai
2.7.
Tabel 1. Pathloss Eksponen Setiap BTS di Surabaya Barat
Nama BTS Nilai Eksponen Tipe daerah
Sambikerep 3,0 urban
Tandes 2.8 urban
Suko Manunggal 2.7 urban
Asem Rowo 2.8 urban
Lakarsantri 2.2 sub urban
Benowo 2.2 sub urban
Pakal 2.2 sub urban

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa BTS di Surabaya Barat terbagi atas daerah urban untuk BTS Sambikerep,
Tandes, Sukomanunggal, dan Asem Rowo sedangkan BTS Lakarsantri, Benowo dan Pakal termasuk suburban.
Dengan nilai pathloss eksponen terendah pada BTS Lakarsantri,Pakal dan Benowo sedangkan Pathloss exponen
tertinggi terjadi pada BTS Sambikerep.

3.3 Coverage Area
Coverage area diperoleh dari persamaan (4) dan (5) yang menghasilkan nilai jarak pemancar dan penerima
terjauh yang didapat dari perpotongan grafik daya terima, regresi linear dan free space loss. Coverage Area BTS
Lakarsantri yang merupakan perpotongan 3 komponen ditujukkan Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Breakponit BTS Lakarsantri
10
0
10
1
10
2
10
3
10
4
-140
-120
-100
-80
-60
-40
-20


X: 2554
Y: -104.8
Skala Logaritmik Jarak (meter)
L
e
v
e
l
D
a
y
a

T
e
r
im
a

(
d
B
m
)
Grafik Breakpoint
daya terima
regresi linier
free space loss
Jurnal Elektro PENS, Teknik Telekomunikasi, Vol.1, No.1, (2012)
6

Pada tabel 2 menunjukkan coverage area yang merupakan jarak terjauh setiap BTS di Surabaya Barat.
Tabel 2. Jarak Jangkau Terjauh antara BTS dan MS di Surabaya Barat
Nama BTS Jarak terjauh (m)
Sambikerep 2112
Tandes 2230
Suko Manunggal 2160
Asem Rowo 2404
Lakarsantri 2554
Benowo 2930
Pakal 3232

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa setiap BTS memiliki coverage area yang berbeda. Coverage Area BTS di
Surabaya Barat berada pada range 2112 sampai 3232 meter. Tipe daerah dimana BTS berada sangat berpengaruh pada
coverage area BTS tersebut, seperti pada BTS tipe suburban seperti Lakarsantri , Benowo dan Pakal mempunyai
jarak jangkau yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak jangkau BTS urban.

3.4 Optimasi BTS Existing
Setelah mengolah data hasil drive test dapat diketahui coverage area BTS Existing. Dengan melihat luasan
coverage area dapat ditentukan optimasi coverage area BTS existing dengan mengubah arah dan ketinggian antena.
Dalam mengubah ketinggian antena bertujuan untuk meningkatkan coverage area dengan menggunakan grafik break
point. Alur pengoptimasian BTS dapat dilihat pada gambar 7 berikut.




Gambar 7 . Diagram sistem optimasi coverage area BTS Existing
4. Diskusi
Setelah mendapatkan coverage area dari perhitungan breakpoint maka dapat di plot data BTS existing pada
mapinfo dengan kondisi 3 sektoral sesuai data BTS Existing[4]. Dari visualisasi coverage area pada mapinfo dapat
dianalisa dengan melihat luasan coverage area dapat ditentukan optimalisasi Coverage area BTS existing dengan
mengubah arah dan tinggi antena beserta daya pemancar [6].














(a) (b)
Gambar 8. Coverage BTS di Surabaya Barat (a) Sebelum dan (b) Sesudah Optimasi arah antena

Sebagai contoh pada gambar 8 diatas ini terdapat overlapping pemancaran arah antena pada BTS Pakal sektor 1
dengan arah antena 60
0
terhadap pemancaran arah antena BTS Benowo sektor 1 dengan arah antena 10 . Sedangkan
pada daerah Benowo terdapat area yang tidak tercover oleh BTS.
Kondisi diatas adalah salah satu contoh kondisi BTS existing di Surabaya Barat. Untuk mengoptimalkan kondisi
tersebut dilakukan perubahan arah antena pada arah BTS Pakal sektor 1 dari 60
0
menjadi 40
0
dan BTS Benowo sektor
1 dari 100
0
menjadi 42
0
serta BTS Benowo sektor 2 dari 190
0
menjadi 127
0
Dengan melihat pemetaan coverage area,perubahan arah antena dilakukan pada BTS Pakal,BTS Benowo,BTS
Tandes,BTS Asemrowo dan BTS Lakarsantri. Dimana detail perubahan arah tiap sektor dari tiap BTS dapat dilihat
pada tabel 3 dibawah ini.
Menganalisa
Coverage area
BTS Existing


Penentuan optimasi
BTS Existing

-Arah Antenna
-Ketinggian Antena
-Daya Pemancar
Jurnal Elektro PENS, Teknik Telekomunikasi, Vol.1, No.1, 2012
7


Tabel 3 Perubahan arah antena existing Surabaya Barat
NamaBTS
Arah antena (Sektor 1,Sektor 2,Sektor 3)
Keterangan
Existing(
0
) Optimasi(
0
)
Sambikerep 60,180,280
60,180,280
Ketiga sektor tetap
Tandes 90,180,300 70,190,350 Hanya sektor 1 di ubah
Sukomanunggal 60,180,300
60,180,300
Ketiga sektor tetap
Asemrowo 60,180,300
40,120,327.50
Ketiga sektor diubah
Benowo 10,190,300
42,127,300
Hanya sektor 3 tetap
Pakal 60,180,300
40,180,300
Hanya sektor 1 di ubah
Lakarsantri 60,180,300
100,180,290
Hanya sektor 2 tetap

Dalam pengoptimasian arah antena BTS ini tidaklah mudah karena pada BTS di surabaya Barat ini jarak antar
BTS ini bervariasi sehingga sulit dipungkiri dalam pengoptimasian arah antena ini blank spot antar BTS masih banyak
terjadi tetapi disini coverage area dari BTS tersebut setelah dioptimasi lebih luas coverage areanya dibandingkan
dengan luas coverage area sebelum optimasi, ini dapat dilihat coverage area BTS Existing sebesar 56,55 % dengan
mengubah arah antena BTS membuat coverage area dari BTS naik menjadi 63,87 %
Setelah melakukan optimasi arah antena BTS Existing ternyata ada ditemukan blank spot yang tidak dapat diatasi
hanya dengan mengubah arah antena saja, perlu dilakukan peningkatan jangkauan coverage area dari BTS tertentu
dengan mengubah ketinggian antena dan daya pemancar. Dari data BTS Existing diperoleh bahwa rata-rata tinggi
antena BTS di Surabaya adalah 30 m dengan tinggi antena maksimal adalah 50 m,sehingga pada penelitian ini hanya
dilakukan optimasi tinggi antena dengan ketinggian maksimal adalah 50 m[4].
Sedangkan level daya pemancar berdasarkan data BTS Existing adalah 53 dBm [8] sehingga pada penelitian ini
level daya pemancar dapat dinaikkan menjadi 55 dBm yang merupakan level daya pemancar maksimal sesuai dengan
peraturan GSM 05.05 [7].Perubahan tinggi Antena dan daya pemancar secara detail dapat dilihat pada tabel 4
dibawah ini.
Tabel 4. Optimasi daya pemancar dan Tinggi Antena di Surabaya Barat
Nama BTS
Existing Optimasi
Keterangan
Daya pancar
,Pt(dBm)
Tinggi
Antena,Ht(m)
Daya pancar
,Pt(dBm)
Tinggi
Antena ,Ht
(m)
Pakal 53 50 55 50 Pt diubah,Ht tetap
Benowo 53 30 55 50 Pt,Ht diubah
Tandes 53 30 55 50 Pt,Ht diubah
Asemrowo 53 30 55 50 Pt,Ht diubah
Lakarsantri 53 30 55 50 Pt,Ht diubah
Sambikerep 53 45 55 50 Pt,Ht diubah
Sukomanunggal 53 30 55 50 Pt,Ht diubah

Dari optimasi tinggi antena dan daya pemancar diatas membuat jarak jangkau terjauh BTS tersebut menjadi
bertambah . Dalam menghitung jarak jangkauan terjauh / breakpoint ini menggunakan persamaan (4) dan (5). Adapun
hasil perhitungan jarak jangkau terjauh BTS di Surabaya Barat seperti pada tabel 5 dibawah ini

Tabel 5. Peningkatan Jarak jangkau terjauh di Surabaya Barat
Nama BTS
Jarak Jangkau Terjauh (km)
Existing Setelah Optimasi
Asem Rowo 2.404 2.69
Benowo 2.93 3.224
Lakarsantri 2.554 2.688
Pakal 3.232 3.489
Sambikerep 2.112 2.332
Suko Manunggal 2.16 2.605
Tandes 2.23 2.47
Jurnal Elektro PENS, Teknik Telekomunikasi, Vol.1, No.1, (2012)
8

Dengan meningkatnya jarak jangkau terjauh hasil dari optimasi tinngi antenna dan daya pemancar maka
coverage areanya naik menjadi 75,89 %. Dimana perbandingan coverage area sebelum dan sesudah optimasi dapat
dilihat pada tabel 6 dibawah ini.
Tabel 6 .Hasil optimasi coverage BTS di Surabaya Barat
Existing
Optimasi Arah
Antena
Optimasi Tinggi Antena
dan Daya Pemancar
Coverage area 56.55 % 63.87% 75.89 %

Dari hasil menaikkan tinggi antena dan level daya pemancar ini diketahui bahwa terjadi peningkatan luas cakupan
area sebesar 19,34 % dari luas awal sebesar 56,55% menjadi 75,89 %. Visualisasi coverage area BTS sebelum dan
sesudah Optimasi ditampilkan pada sebuah website dengan pemetaannya pada peta google map yang terintegrasi
dengan database kml coverage area. Sebagai contoh coverage BTS sebelum optimasi ditunjukkan oleh Gambar 9a












(a) (b)
Gambar 9. Coverage BTS di Surabaya Barat (a) Existing dan (b) Sesudah Optimasi

Pada gambar 9 Warna hijau tua menunjukkan daya terima paling besar yaitu di atas -70 dBm, sedangkan warna hijau
muda menunjukkan daya terima antara -71dBm sampai -80 dBm, warna kuning menunjukkan daya terima antara -
81dBm sampai -90 dBm serta warna merah menunjukkan daya terima lebih kecil dari -91 dBm. Coverage area BTS
setelah optimasi ditunjukkan oleh Gambar 9b.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan yang dilakukan di Surabaya Barat, terdapat 4 BTS yang termasuk
daerah urban dengan nilai pathloss exponent antara 2,8 sampai 3 sedangkan 3 BTS termasuk suburban dengan
nilai n 2,2 .
Pengoptimasian BTS existing dengan mengubah arah antena beserta menaikkan tinggi antena dan daya
pemancar dapat meningkatkan cakupan area sebesar 19,34 % dari coverage existingnya di Surabaya Barat.
Ucapan terima kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Okkie Puspitorini , Nur Adi Siswandari, dan semua anggota dari RG-
EMC yang telah membimbing dan memberikan saran yang bermanfaat pada penelitian ini.
Referensi
[1] Howard H Xia,Henry L Bertony ,Radio Propagation Characteristics for Line-of-Sight Microcelluler and
Personal Communication,1993.
[2] Dr. S. A. Mawjoud, Evaluation of Power Budget and Cell Coverage Range in Cellular GSM System, 2008.
[3] Xiaoying Wang, Tao Long, Yee Hui Lee, Automated Cell Planning Based on Propagation Loss
[4] HCPT-NSN PerforMap2G Database CW47
[5] Rapaport Theodore S., Wireless Communication Principle & Practice, IEEE Press, pp 71-131, 1996.
[6] John Wiley& Son.,Fundamental of Cellular Network Planning & Optimizationpp 22-54,2004
[7] ETSI Recommandation GSM05.05,Radio Transmission and Reception October 1993.

Anda mungkin juga menyukai