Anda di halaman 1dari 34

BAB III STRATIGRAFI

3.1 Stratigrafi Regional Berdasarkan pembagian fisiografi oleh Van Bemmelen (1949), maka daerah penelitian merupakan bagian dari Rangkaian Pegunungan Serayu Utara. Rangkaian Pegunungan Serayu Utara merupakan suatu geosinklin yang kemudian menjadi tempat pengendapan sedimen-sedimen di atasnya.Pengisian ini diperkirakan dimulai pada Kala Eosen. Litostratigrafi telah disusun oleh peneliti-peneliti terdahulu antara lain Van Bemmelen (1949) dan Djuri (1996), yang telah menghasilkan Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, yang selanjutnya penulis gunakan sebagai kesebandingan stratigrafi regional daerah penelitian. Secara kronolgis tatanan Formasi yang menyusun wilayah Purwokerto dan Tegal dari tua ke muda (Tabel 3.1 dan 3.2) adalah sebagai berikut : 3.1.1 Formasi Pemali Formasi Pemali umumnya tersusun atas napal berwarna abu-abu muda dan abuabu kehijauan dengan sisipan batugamping pasiran, batupasir tufaan, dan batupasir

30

Mangger Horizon Kaliglagah Beds Kalibiuk Beds PLIOCENE Tapak Beds

Ligung series

Tabel 3.1 Stratigrafi Jawa Tengah terdahulu menurut Van Bemmelen (1949) Umur Central Java (North Serayu Range) Kala Western Part Central Part Eastern Part Young Volcanism Young volcanism Djembangan Linggopodo Beds Notopuro beds beds PLESTOCENE Gintung Beds Upper Damar beds Middle Damar beds Lower Damar beds Kalibiuk beds

Bodas series (neritic molasse facies)

Kapung Limestone

Kumbang Breccias

Bodas series (volcanic facies)

Late

Tjipluk beds

MIOCENEN

Middle

Halang Beds

Basal limestone horizon

Banjak beds

Lawak Beds Rambatan Beds Upper Pemali Beds Lower Pemali Beds

Penjantan beds Merawu beds Sigugur beds Lutut beds

Lower

31

Tabel 3.2 Kolom stratigrafi regional daerah Purwokerto dan Tegal M.Djuri (1996) UMUR PURWOKERTO DAN TEGAL K HOLOSEN ALUVIUM U BATUAN GUNUNG API SLAMET TAK A TERURAI PLISTOSEN R FORMASI LINGGOPODO T Anggota FORMASI E Batulempung GINTUNG R FORMASI FORMASI LIGUNG MENGGER FORMASI KALIGLAGAH FORMASI KAIBIUK Anggota Batugamping FORMASI TAPAK Anggota Breksi A K H I R T E N G A H A W A L OLIGOSEN

PLOSEN

FORMASI KUMBANG FORMASI HALANG

T E R S I E R

M I O S E N

FORMASI RAMBATAN FORMASI PEMALI

32

kasar. Umumnya merupakan urutan batulempung keabuan yang monoton dengan tebal mencapai 900meter. Berdasarkan fosil foraminifera plantonik dan bentonik, maka dapat diketahui bahwa Formasi ini berumur Miosen Tengah (Zona N10-N11), dengan lingkungan pengendapannya laut dangkal sampai laut terbuka.

3.1.2 Formasi Rambatan Formasi Rambatan umumnya tersusun atas serpih, napal dan batupasir gampingan.Napal selang-seling dengan batupasir gampingan berwarna abu-abu muda.Lapisan tipis kalsit banyak dijumpai tegak lurus bidang perlapisan dengan tebal mencapai 300 meter. Bagian bawah Formasi tersusun atas batupasir gampingan dan konglomerat, dan di beberapa tempat berganti menjadi napal dan serpih dalam suatu lapisan tipis.Bagian atas Formasi tersusun oleh lapisan kalsit yang berada di atas lapisan tipis dari batupasir gampingan dengan warna abu-abu terang dan kebiruan. Fosil foraminifera plantonik dijumpai pada napal, antara lain menunjukan umur Miosen Tengah. Dalam batuan yang sama juga dijumpai fosil Foraminifera bentonik yang menunjukan lingkungan pengendapan laut dangkal yang dipengaruhi oleh arus keruh.

33

3.1.3 Formasi Halang Formasi Halang tersusun atas perselingan batupasir, batulempung, tufa dan sisipan breksi.Bagian bawah batuan terdiri atas breksi dan napal dengan sisipan batupasir (tebal sekitar 5-10cm sampai 1m) serta napal dengan sisipan batulempung, tufa dan kalkarenit (tebal sekitar 5-30cm). Bagian atas dari Formasi ini didominasi oleh napal dan batupasir dengan sisipan tufa, batulempung dan batupasir konglomeratan. Di bagian ini lapisan tufa semakin banyak, sedangkan sisipan batupasir konlomeratan terdapat di bagian paling atas. Foraminifera plantonik banyak dijumpai pada napal, baik di bagian bawah maupun bagian atas Formasi ini. Umur Formasi Halang adalah Miosen Tengah sampai Pliosen Awal (N15-N18). Berdasarkan temuan foraminifera bentos disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan Formasi Halang adalah Batial Atas (200-1000m). Formasi Halang disimpulkan sebagai endapan turbidit. 3.1.4 Formasi Kumbang Formasi Kumbang tersusun atas breksi, lava andesit, dan tufa, di beberapa tempat terdapat breksi dan tufa pasiran.Tersingkap baik di Gn. Kumbang, sekitar 3km sebelah barat peta (Lembar Purwokerto dan Tegal) dengan ketebalan 2000m.Formasi Kumbang merupakan hasil aktivitas volkanisme pada kala Miosen Akhir.Bagian atas Formasi ini secara berangsur berubah menjadi batupasir marine, konglomerat dan breksi yang merupakan anggota dari Formasi Tapak.Bagian bawah Formasi ini, dimana

34

litologinya berupa breksi dengan komponen angular, memiliki kontak menjemari dengan Formasi Halang. 3.1.5 Formasi Tapak Formasi ini tersusun atas batupasir kasar berwarna kehijauan dan konglomerat, breksi andesit setempat-setempat.Pada bagian atas terdiri atas batupasir gampingan dan napal berwarna hijau yang mengandung moluska.Ketebalannya sekitar 500m.Pada beberapa tempat terdapat batugamping tak berlapis berwarna abu kekuningan dan juga breksi gunungapi dengan masa dasar batupasir tuffan dimana kedua litologi ini melensa di dalam Formasi Tapak dan dikenal dengan Anggota Batugamping dan Anggota Breksi Formasi Tapak. Pada napal banyak ditemukan foraminifera kecil plantonikyang menunjukkan umur Pliosen Awal (N19) berdasarkan Yudha (1982). Sedangkan fosil bentonik yang menunjukkan lingkungan pengendapan neritik dalam. 3.1.6 Formasi Kalibiuk Formasi ini diperkirakan diendapkan pada Kala Pliosen Tengah dan tersusun atas batulempung fosilan, napal, dan pada bagian atas dan bawah Formasi terdapat lensa batupasir. Pada bagian tengah Formasi ini tersusun atas batupasir kehijauan yang kaya akan moluska. Hadirnya moluska mengindikasikan bahwa Formasi ini termasuk fasies tidal, dan diperkirakan pula bahwa Formasi Kalibiuk ini bergabung secara lateral dengan Formasi Kaliglagah yang mengandung endapan continentaldan tidal. Hubungan dengan
35

Formasi Tapak yang berumur lebih tua adalah selaras.Lokasi tipe ada pada Kali Biuk di sekitar Bumiayu yang merupakan percabangan dari Kali Glagah. 3.1.7 Formasi Kaliglagah Formasi Kaliglagah diperkirakan diendapkan pada kala Pliosen Akhir.Pada bagian bawah Formasi ketebalannya sekitar 150m dengan litologi yang terdiri atas batulempung hitam, napal kehijauan, batupasir andesitic dan konglomerat.Pada posisi ketebalan batuan mencapai 200m di atasnya, litologi menjadi semakin kasar dan konglomerat mendominasi, sedangkan batulempung serta napal mulai

menghilang.Selain itu di beberapa tempat ditemui lignit yang melensa.Hubungan dengan Formasi Kalibiuk adalah selaras dengan kontak yang kurang jelas antara batugamping terumbu pada bagian atas Formasi Kalibiuk dengan sedimen klastik dari Formasi Kaliglagah.Lokasi tipe Formasi ini terdapat di Kaliglagah. Menurut S.Martodjojo (1984), mandala ini dicirikan oleh endapan aliran gravitasi yang kebanyakan berupa fragmen batuan beku dan sedimen, seperti: andesit, basalt, tufa dan batugamping. 3.1.8 Formasi Ligiung Formasi ini diperkirakan diendapkan pada kala Pliosen dan litologinya terdiri atas aglomerat andesit, breksi dan tuff abu-abu di beberapa tempat.Litologi penyusun ini tadinya dinamakan Anggota Atas Formasi Ligiung oleh Van Bemmelen (1949). Anggota Bawah Formasi Ligiung merupakan Anggota Lempung yang terdiri atas batulempung tuffaan, batupasir tuffaan silang siur dan konglomerat, pada sebagian tempat ditemukan

36

sisa tumbuhan dan batubara muda yang menunjukkan bahwa anggota ini diendapkan pada lingkungan non marine. Lokasi tipe dari Formasi ini terdapat pada Kali Ligiung. 3.1.9 Formasi Mengger Formasi ini diperkirakan diendapkan pada Kala Pleistosen Awal dan terdiri atas tuff abu2 muda dan batu pasir tuffaan sisipan konglomerat dan batupasir magnetit.Memiliki ketebalan sekitar 150m.Lokasi tipe berada di Gunung Mengger dekat Desa Cisaat 10km dari Bumiayu. 3.1.10 Formasi Gintung Formasi ini diendapkan pada Kala Pleistosen Tengah-Akhir dan terdiri atas konglomerat monomik dengan fragmen andesit, batupasir abu-abu kehijauan, batupasir abu-abu kehijauan, batulempung pasiran dan batulempung.Selain itu Formasi ini juga dicirikan oleh lapisan konkresi batupasir karbonatan dan beberapa konkresi kecil berwarna putih yang diisi oleh napal.Pada bagian atas dari Formasi ini terdapat interkalasi yang diisi oleh tuff putih.Lokasi tipe Formasi ini terdapat pada Kali Gintung dengan ketebalan total sekitar 800m.Hubungan dengan Formasi Mengger adalah selaras.Formasi Gintung dapat memiliki kesamaan dengan Formasi Damar bagian atas dari Zona Kendeng sebelah barat, dan dengan Formasi Kabuh bagian timur dan tengah Zona Kendeng, menurut Van Bemmelen (1949)

37

3.1.11 Formasi Linggopodo Formasi ini diendapkan pada Kala Pleistosen AKhir dan terdiri atas breksi gunungapi, tuff dan lahar, diduga merupakan hasil kegiatan Gunung Slamet Tua dan Gunung Cope, menurut Van Bemmelen (1949).Nama satuan ini diusulkan oleh Ter Haar (1935).Hubungan dengan Formasi diatasnya merupakan hubungan ketidakselarasan disconformity.Pada beberapa tempat Formasi ini ditutupi oleh produk volkanik Gunung Slamet yang berumur lebih muda. Litologi penyusun Formasi ini sangat mirip dengan litologi penyusun dari Formasi Kumbang, dan mungkin saja kedua Formasi ini merupakan produk dari gunung api yang sama. 3.1.12 Endapan Lahar Gunung Slamet Lahar dengan beberapa lapisan lava di bagian bawah, setengah mengeras, dengan bongkah batuan gunungapi bersusunan andesite-basalt, bergaris tengah 10-30cm, dihasilkan oleh Gunung Slamet tua, membentuk topografi hampir rata dan punggungan tajam di sepanjang tepi sungai. Sebarannya nmeliputi dataran rendah. 3.1.13 Endapan Aluvial Terdiri atas material-material lepas berupa kerikil, batupasir, lempung dan lainlain.Terendapkan sepanjang datarn banjir sungai-sungai besar.Juga endapan lempung hitam, berbau busuk hasil endapan rawa.Tebal 5m.Tersebar disepanjang Dataran Fluvial Jawa Tengah Utara.

38

3.2

Stratigrafi Daerah Penelitian Pembahasan dalam stratigrafi daerah penelitian, dilakukan dengan pembagian

satuan batuan yang didasarkan pada batuan penyusun utama dan karakteristik khusus masingmasing dari satuan batuan. Pengertian satuan batuan disini adalah satuan lithostratigrafi tidak resmi. Pengelompokkan satuansatuan batuan tersebut berdasarkan ciriciri litologi yang mendominasi dan posisi stratigrafinya yang nampak tersingkap di lapangan. Kadang kontak antara satuan batuan tidak jelas/tidak ditemukan di lapangan, antara lain dikarenakan tertutup soil yang merupakan hasil pelapukan yang intensif di daerah penelitian. Oleh karena itu, di dalam penarikan batasbatas satuan juga didukung terhadap keadaan topografi dan kedudukan perlapisan, sedangkan kedudukan stratigrafinya didasarkan pada kandungan fosil dan hukum superposisi. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengelompokkan satuan batuan di daerah penelitian secara berurutan dari yang berumur tua ke muda adalah sebagai berikut (Tabel 3.3) : (1) Satuan Batupasir Karbonatan dan (2) Satuan Batupasir selang seling Batulempung Karbonatan

39

Tabel 3.3 Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian Tanpa Skala

40 40

Pembahasan yang akan dikemukakan antara lain meliputi penyebaran dan ketebalan, jenis litologi, umur, lingkungan pengendapan, dan hubungan stratigrafi dengan satuan batuan yang lain berdasarkan data- data di lapangan serta hasil analisis laboratorium. Lingkungan pengendapan merupakan tempat endapan terkumpul yang

dikarakteristikkan oleh rangkaian unsur biologi, fisik dan kimia, hubungan dari parameter ini akan mengidentifikasikan lingkungan pada saat pengendapannya. Didalam penafsiran juga digunakan suatu model lingkungan pengendapan yang digunakan

sebagai dasar penafsiran untuk memahami lingkungan pengendapan pada lokasi penelitian. Dalam penentuan umur dan bathymetri satuan batuan digunakan dua metoda antara lain : hukum superposisi yang dikembangkan oleh Steno serta analisis fosil foraminifera plangtonik, menurut Blow (1969) dan bentonik berdasarkan kisaran kedalaman menurut Adi P. Kadar, dkk (1996) sedangkan untuk analisa lingkungan turbidit dipergunakan model kipas laut dari Walker (1978), dengan parameter mikroskopik dan megaskopik.

41

3.2.1 Satuan Batupasir Karbonatan Penamaan satuan ini berdasarkan litologi penyusun yang lebih dominan yang dijumpai di lapangan yaitu batupasir karbonatan, yang tersingkap dengan baik di bagian selatan daerah penelitian. a. Penyebaran dan ketebalan Satuan Batupasir Karbonatan ini memiliki penyebaran 25% dari seluruh luas daerah penelitian, yang menempati bagian timur laut dari daerah penelitian,yaitu meliputi Igir Kinanti, Kedungoleng, Karangbenda dan Karangasem, serta bagian selatan daerah penelitian, yang meliputi Igir Ajir, Cigugur, Logandeng, Cikokol dan Igir Ajir. Satuan ini cukup resisten,sehingga tersingkap dengan baik di bagian selatan daerah penelitian, terutama di daereh Igir Ajir, Cikokol dan Igir Naga Boga, namun tidak sedikit pula tersingkap dalam kondisi lapuk, terutama pada bagian timur daerah penelitian. Ketebalan satuan ini tidak dapat ditentukan karena merupakan satuan batuan tertua. Namun dari rekonstruksi penampang, diperkirakan tebal dari lapisan satuan batupasir karbonatan diperkirakan 285m (Tabel 3.4) b. Ciri Litologi Batupasir karbonatan merupakan litologi yang mendominasi satuan ini, dengan dijumpai sisipan batulempung secara setempat-setempat.

42

Tabel 3.4 Kolom Stratigrafi tanpa skala Satuan Batupasir Karbonatan

43 43

Bagian bawah satuan batupasir karbonatan dicirikan oleh batupasir massive dengan warna lapuknya berwarna cokelat kekuningan, dan dalam kondisi segar berwarna abu-abu kehitaman (Foto 3.1). Ukuran butir adalah sedang-kasar, bentuk butir menyudut hingga membulat tanggung, pemilahannya baik, fragmen berupa mineral kuarsa, feldspar, piroksen, oksida besi, dan mineral bijih yang tertanam dalam massa dasar lumpur karbonat dan mineral lempung, butiran sebagian saling bersinggungan (grainsupported), porositasnya baik, semennya karbonatan karena berekasi dengan HCl, dan kekompakannya sedang.

Foto 3.1 Foto kenampakan singkapan batupasir karbonatan pada Lokasi Pengamatan 30 (Timur Laut- Barat Daya)

44

Berdasarkan hasil analisa petrografi contoh batuan dari LP 3 mengklasifikasikan sebagai Feldspathic Wacke, berdasarkan Pettijohn (1975) pemerian lengkap dapat

dilihat pada lampiran petrografi. Memiliki struktur sedimen berupa laminasi sejajar (Foto 3.2), graded bedding dan terlihat struktur spheroidal weathering di beberapa lokasi pengamatan, seperti diperlihatkan pada LP 23 (Foto 3.3) Kenampakan singkapan yang mewakili satuan ini dapat dilihat pada salah satu lokasi pengamatan yaitu lokasi pengamatan 30 yang berada di daerah Cigugur (Foto 3.1) dan lokasi pengamatan 27 yang berada di daerah Igir Ajir (Foto 3.3).

Foto 3.2 Foto kenampakan struktur laminasi sejajar yang ditemukan pada batupasir karbonatan, yang dijumpai pada LP 24 daerah Igir Ajir .

45

Foto 3.3 Kenampakan struktur sedimen Spheroidal Weathering pada lokasi pengamatan 23 daerah Igir Ajir.

Bagian atas satuan batupasir karbonatan dicirikan oleh batupasir dalam kondisi lapuk berwarna cokelat keputihan, dan di beberapa tempat, dijumpai batupasir dalam kondisi lapuk berwarna cokelat kemerahan, karena mengalami oksidasi (Foto3.5). Ukuran butirnya sedang sampai halus, bentuk butir membulat tanggung, terpilah baik, fragmen mineral piroksen, kuarsa, dan feldspar berupa plagioklas, dan oksida besi serta mineral bijih yang tertanam dalam massa dasar, danmineral lempung sebagai massa dasarnya. fragmen sebagian besar mengambang dalam masa dasar (matrix supported), beberapa diantaranya saling bersinggungan (grainsupported), porositas cukup baik, semennya karbonatan, kekompakannya sedang-buruk. Berdasarkan hasil analisa petrografi contoh batuan pada LP 8, mengklasifikasikan sebagai Lithic Greywacke

46

berdasarkan Pettijohn (1975). Kenampakan singkapan yang mewakili bagian atas satuan ini diperlihatkan pada LP 6 dan LP 7 (Foto 3.4 dan Foto 3.5)

Foto 3.4 Kenampakan bagian atas satuan batupasir karbonatan yang dijumpai padalokasi pengamatan LP 6 daerah Kali Kebayan.

Foto 3.5 Singkapan batupasir karbonatan yang telah mengalami oksidasi yang dijumpai pada lokasi pengamatan LP 7, sebelah barat Karang Benda.
47

c. Umur
Dikarenakan tidak adanya data fosil planktonik dan bentonik pada analisa batuan terpilih dari LP 1, LP 9, dan LP 12 yang didapatkan pada satuan batuan ini,maka penulis melakukan kesebandingan dengan peneliti terdahulu bahwa satuan batupasir karbonatan ini terendapakan pada umur Miosen Tengah-Akhir, menurut Djuri (1996).

d. Lingkungan Pengendapan Dikarenakan tidak terdapatnya fosil bentonik pada analisa batuan terpilih pada satuan batuan ini, maka penentuan Lingkungan pengendapan berdasarkan ciri litologi megaskopis yang terlihat di lapangan, analisa petrografi maupun hasil interpretasi Berdasarkan ciri litologi di lapangan memperlihatkan batupasir mengandung unsur karbonatan (CaCO), yang identik dengan lingkungan pengendapan laut.Hasil analisa petrografi menunjukkan bahwa batupasir karbonatan sebagai Feldsphatic Wacke.Batupasir tak murni atau Feldspathic Wacke menunjukkan bahwa batuan ini diendapkan dalam suatu pengendapan yang cepat yang biasannya terjadi di slope.Sistem pengendapan yang cepat ini mengakibatkan adanya pencampuran antara fragmen kasar hingga halus (mud) dibuktikan dengan pemilihan yang buruk, fragmen batuan menyudut-menyudut tanggung, kemas yang didukung oleh matriks dengan kandungan mineral lempung >10% (Lampiran Petrografi). Berdasarkan analisa struktur sedimen pada daerah penelitian, pada lapisan batupasir (Foto 3.9) dijumpai adanya pengkasaran butiran ke atas (graded bedding) (Ta) dan laminasi sejajar (Tb). yang dapat digolongkan kedalam urutan Bouma
48

(1962)(Gambar 3.1).Urut-urutan struktur sedimen tersebut dalam Sikuen Bouma ini dikategorikan sebagai CT (Classical Turbidit) dalam sistem pengendapan kipas bawah laut Walker (1978).

Gambar 3.1 Mekanisme Pengendapan Turbidit urut-urutan Bouma (1962) pada satuan batupasir karbonatan

Berdasarkan analisa struktur sedimen di atas dan runtunan litologi pada satuan ini yang mengacu pada Walker (1978), maka satuan batupasir masifini diinterpretasikan sebagai sedimen yang diendapkan dalam lingkungan Chanelled suprafan lobes on mid fan (Gambar 3.2 dan Gambar 3.3).
49

Gambar 3.2 Model analisa lingkungan pengendapan berdasarkan Walker (1978)

Gambar 3.3 Model Interpretasi Lingkungan Pengendapan Batupasir Karbonatan pada suatukipas bawah laut (Walker,1978)

50

e. Hubungan Stratigrafi dan Kesebandingan

Satuan batupasir karbonatan merupakan satuan tertua pada daerah penelitian, sehingga hubungan dengan lapisan dibawahnya tidak diketahui. Hubungan stratigrafi satuan batupasir karbonatan dengan satuan batupasir selang-seling batulempung karbonatan di atasnya adalah selaras. Berdasarkan ciri-ciri litologi, umur, serta posisi stratigrafi maka satuan batupasir karbonatan ini dapat disebandingkan dengan FormasiRambatan, menurut Djuri (1996) .

3.2.2 Satuan Batupasir selang-seling Batulempung Karbonatan Penamaan satuan ini berdasarkan pada litologi yang mendominasi yaitu batupasir yang diselingi oleh batulempung (Tabel 3.5). Pada umumnya singkapan pada satuan batupasir selang-seling batulempung mempunyai kenampakan segar hingga tak segar. Kontak antara satuan batuan di bawahnya tidak dapat diamati pada daerah penelitian,diperkirakan bagian bawah satuan ditandai oleh kedudukan selaras. a. Penyebaran dan ketebalan Satuan Batupasir selang-seling Batulempung Karbonatan ini memiliki

penyebaran satuan litologi yang terluas, yaitu sekitar 70% dari seluruh luas daerah penelitian, yang menempati bagian utara, bagian barat dan bagian tengah daerah

51

Tabel 3.5 Kolom Stratigrafi tanpa skala satuan batupasir selang-seling batulempung karbonatan Lingkungan Pengendapan Smooth Portion of Suprafan Lobes on Mid Fan. Neritik Luar

Satuan Batuan

TEBAL

UMUR

Litologi

Pemerian
Batupasir karbonatan berwarna abu- abu, dengan ukuran butir pasir halus sampai pasir sedang, memiliki pemilahan yang baik, bentuk buitr menyudut tanggung sampai membundar tanggung. Kemas berupa matrix supported, porositas sedang, dan kompak.terjadi penebalan pada lapisan batupasir karbonatan dengan ukuran hingga 25 50 cm.

Satuan Batupasir selang-seling batulempung karbonatan

Miosen Akhir ( N 17 - N 18 )

750 900 m

Batupasir karbonatan selang- seling batulempung karbonatan dengan ciri- ciri megaskopis secara megaskopis berwarna abuabu dengan ukuran butirnya pasir sangat halus sampai pasir sedang, memiliki pemilahan yang baik, bentuk butir yang menyudut tanggung sampai membundar tanggung, memiliki porositas sedang, kemasnya matrix supported, semennya karbonatan dengan ketebalan lapisan 10- 30 cm Batulempung karbonatan memiliki warna abuabu, porositas buruk,kemas mud-supported dengan semen karbonatan

Batupasir karbonatan berwarna abu- abu dengan ukuran butirnya pasir sangat halus sampai pasir sedang, memiliki pemilahan yang baik, bentuk butir yang menyudut tanggung sampai membundar tanggung, tersusun atas mineral kuarsa, piroksen, mineral bijih, dan gelas vulkanik sebagai fragmen, memiliki porositas sedang, kemasnya matrix supported, semennya karbonatan dengan ketebalan lapisan 5- 25 cm Batulempung karbonatan memiliki warna abuabu, porositas buruk,kemas mud-supported dengan semen karbonatan, memiliki ketebalan 520 cm

52

penelitian,yaitu meliputi daerah Cilancing, Mapag, Sokanandi, Kali Karangkrinjing, Bribis, Igir Depok, Tipar dan Soka. Satuan ini cukup resisten,sehingga tersingkap dengan baik di hampir seluruh daerah penyebaran dari satuan batuan ini, namun tidak sedikit pula tersingkap dalam kondisi lapuk, terutama pada bagian utara dari daerah penelitian.berdasarkan penampang geologi maka tebal dari satuan batuan ini adalah 750 meter. b. Ciri Litologi Penamaan Satuan batupasir karbonatan ini berdasarkan ciri umum batupasir karbonatan yang mendominasi dengan batupasir karbonatan selang- seling batulempung karbonatan pada bagian bawah dan berkembang menjadi batupasir karbonatan dengan sisipan batulempung karbonatan di bagian atas dan tengah. Pada bagian bawah diendapkan batupasir karbonatan selang-seling batulempung karbonatan (Foto 3.6) dicirikan oleh batupasir karbonatan berwarna abu-abu dengan ukuran butirnya pasir sangat halus sampai pasir sedang, memiliki pemilahan yang baik, bentuk butir yang menyudut tanggung sampai membundar tanggung, tersusun atas mineral kuarsa, piroksen, mineral bijih, dan gelas vulkanik sebagai fragmen, memiliki porositas sedang, kemasnya matrix supported, semennya karbonatan dengan ketebalan lapisan 5-25cm dan struktur sedimennya laminasi parallel yang terlihat pada LP 43 (Foto 3.7).

53

Batulempung karbonatan memiliki warna abu- abu, porositas buruk,kemas mudsupported dengan semen karbonatan, memiliki ketebalan 5-20cm. Berdasarkan hasil analisa petrografi contoh batuan terpilih dari LP 28 mengklasifikasikan sebagai Lithic Greywacke, berdasarkan Pettijohn (1975), pemerian secara lengkap dapat dilihat pada lampiran petrografi.

Foto 3.6 Singkapan batupasir selang-seling batulempung karbonatan pada lokasi pengamatan LP 43.

54

Foto 3.7 Struktur sedimen laminasi sejajar yang dijumpai pada lokasi pengamatan 43.

Bagian Tengah Satuan Batupasir selang-seling batulempung karbonatan ini dicirikan oleh batupasir berwarna abu- abu dengan ukuran butirnya pasir sangat halus sampai pasir sedang, memiliki pemilahan yang baik, bentuk butir yang menyudut tanggung sampai membundar tanggung, memiliki porositas sedang, kemasnya matrix supported, semennya karbonatan dengan ketebalan lapisan 10-50cm dan struktur sedimennya laminasi parallel yang terlihat pada LP 54 (Foto 3.9). Batulempung karbonatan memiliki warna abu- abu, porositas buruk,kemas mud-supported dengan semen karbonatan dengan ketebalan dari batulempung ini adalah 15-20cm. Kenampakan bagian tengah satuan batupasir selang-seling batulempung karbonatan ditunjukkan oleh lokasi pengamatan 53, daerah Renggong. (Foto 3.8)

55

Foto 3.8 Singkapan batupasir selang-seling batulempung karbonatan yang mewakili bagian tengah dari satuan pada LP 53.

Foto 3.9 Struktur sedimen laminasi sejajar pada batupasir karbonatan yang dijumpai pada LP 54.

56

Pada bagian atas dari satuan batupasir selang-seling batulempung karbonatan, terjadi penebalan pada lapisan batupasir karbonatan (Foto 3.10), dengan ukuran hingga 2550cm. Batupasir karbonatan berwarna abu-abu, dengan ukuran butir pasir halus sampai pasir sedang, memiliki pemilahan yang baik, bentuk buitr menyudut tanggung sampai membundar tanggung. Kemas berupa matrix supported, porositas sedang, dan kompak. Memiliki struktur sedimen laminasi parallel, laminasi bergelombang (Foto 3.11). Batulempung karbonatan memiliki warna abu-abu, porositas buruk,kemas mudsupported dengan semen karbonatan dengan ketebalan dari batulempung ini adalah 510cm.

Foto 3.10 Singkapan batupasir selang-seling batulempung karbonatan pada lokasi pengamatan 14 daerah Kali Pemali.

57

Foto 3.11 Struktur sedimen laminasi sejajar dan laminasi bergelombang yang dijumpai pada lokasi pengamatan 15 daerah Kali Cilancing.

c. Umur Penentuan umur dari satuan batupasir karbonatan ditentukan berdasarkan kandungan fosil Foramnifera planktonik pada batulempung karbonatan.Berdasarkan klasifikasi Zonasi Blow (1969) hasil analisi mikropaleontologi pada beberapa sampel batuan yang mewakili bagian bawah, tengah dan atas memiliki fosil Foramnifera planktonik yang dominan yaitu : Orbulina universa, Globigerinoides trilobus, Sphaerodinella subdehiscens, Globorotalia plesiotumida, Globorotalia tumida,

Globigerina venezuelana, maka disimpulkan bawah kisaran umur satuan batuan batupasir karbonatan adalah N16-N18 atau pada Miosen AkhirPliosen Awal (Tabel 3.5)

58

Tabel 3.5 Kisaran umur satuan batupasir karbonatan selang-seling batulempung karbonatan

d. Lingkungan Pengendapan Lingkungan pengendapan satuan batupasir selang-seling batulempung ditentukan berdasarkan beberapa data baik yang terlihat di lapangan, analisa laboratorium maupun hasil interpretasi, antara lain : Analisa mikropaleontologi berdasarkan Zona Indikator Lingkungan

Pengendapan Purba di Cekungan Kutai, oleh Adi P. Kadar, dkk (1996), dijumpai foraminifera bentonik antara lain :Dentalina, Cycamminata trullisata, Asterorotalia sp, Nodosaria sp, Cassidulina, Valvulina sp, Bolivina sp, dan Bolivina vadescens. (Tabel 3.6)

59

Tabel 3.6 Lingkungan pengendapan satuan batupasir selang- seling batu lempung karbonatan

Berdasarkan ciri megaskopis di lapangan memperlihatkan bahwa satuan ini terdiri batupasir dan batulempung. Dimana ukuran butir batupasir yang relatif sedanghalus, bentuk butir membundar tanggungmenyudut tanggung, dengan pemilahan yang sedang - baik menandakan satuan ini diendapkan jauh dari sumbernya dengan arus yang tidak terlalu kuat.Ditemukannya batulempung menunjukkan adanya perubahan arus yang lebih tenang. Hasil pengamatan ciri litologi pada runtunan satuan ini diketahui bahwa

perselingan batupasir dan batulempung yang dapat digolongkan kedalam urutan Bouma (1962), struktur sedimen yang ada meliputi laminasi bergelombang (Tc), laminasi sejajar (Tb) dan graded bedding dan batupasir masif (Ta) (Gambar3.4). Urut-urutan struktur sedimen dalam Sikuen Bouma ini dikategorikan sebagai CT (Classical Turbidit) dalam sistem pengendapan kipas bawah laut, menurut Walker (1978).

60

61

Gambar 3.4 Urut-urutan Bouma 1962 pada satuan batupasir selang-seling batulempung karbonatan

61

Berdasarkan ciri litologi satuan ini dimana pada bagian atas satuan ditemukan batupasir yang tebal (massive) yang identik dengan fasies turbidit MS (Massive Sandstone) menurut Walker (1978), lalu dilanjutkan semakin ke bawah satuan dijumpai perselingan batupasir dan batulempung yang identik dengan fasies turbidit CT (Classical Turbidit) menurut Walker (1978). Urutan litologi ini bila disebandingkan dengan model progradasi kipas bawah laut Walker (1978) terletak pada Smooth Portion of Suprafan Lobes on Mid Fan Channel (Gambar3.5). Berdasarkan data-data diatas maka

disimpulkan bahwa satuan batupasir selang-seling batu lempung karbonatan ini diendapkan di lingkungan laut outer neritik, dengan mekanisme turbidit tepatnya di Smooth Portion of Suprafan Lobes on Mid Fan, dengan karakteristik penebalan ke bagian atas lapisan satuan batuan, dengan asosiasi classical turbidite, dalam sikuen progradasi atas sudah terdapat massive sandstone. e. Hubungan Stratigrafi dan Kesebandingan Hubungan stratigrafi satuan batupasir selang-seling batulempung karbonatan dengan lapisan dibawahnya adalah selaras. Berdasarkan ciri-ciri litologi, umur, serta posisi stratigrafi maka satuan batupasir selang-seling batulempung karbonatan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Halang, menurut Djuri, dkk(1996).

62

Bagian batupasir laut

bawahatas selang-seling

satuan

batulempung turbidit

karbonatan diendapkan di lingkungan dengan mekanisme tepatnya diendapkan di lingkungan laut dengan mekanisme turbidit tepatnya pada Smooth Portion of Suprafan Lobes on Mid Fan.

Gambar 3.5 Lokasi pengendapan satuan batupasir selang-seling batulempung karbonatan.

63

Anda mungkin juga menyukai