Anda di halaman 1dari 5

METODE PEMBELAJARAN DALAM STUDENTCENTERED LEARNING (SCL)

3 06 2011

5 Votes

Sumber: Unit Pengembangan Materi dan Proses pembelajaran di Perguruan Tinggi, DIKTI 2005 (http://www.cintyasantosa.cz.cc/) Pada edisi sebelumnya telah dipaparkan konsep SCL (Student-Centered Learning). Sudah dipaparkan pula manfaat konkrit jika kita menerapkan SCL. Tapi terkadang masih muncul juga pertanyaan mengapa pendekatan pembelajaran SCL diperlukan? SCL diperlukan karena konsekuensi penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), proses pembelajaran yang sesuai dengan SCL. SCL juga diperlukan untuk mengantisipasi dan mengakomodasi perubahan dalam bidang sosial, politik, ekonomi, teknologi dan lingkungan, yang menyebabkan informasi dalam buku teks dan artikel-artikel yang ditulis lebih cepat kadaluarsa. Selain itu, di masa mendatang, dunia kerja membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan baik, yang mampu bekerja sama dalam tim, memiliki kemampuan memecahkan masalah secara efektif, mampu memproses dan memanfaatkan informasi, serta mampu memanfaatkan teknologi secara efektif dalam pasar global, dalam rangka meningkatkan produktivitas. Oleh sebab itu, proses pembelajaran harus difokuskan pada pemberdayaan dan peningkatan kemampuan mahasiswa dalam berbagai aspek ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Mahasiswa sebagai subyek pembelajaran, yang perlu diarahkan untuk belajar secara aktif membangun pengetahuan dan keterampilannya dengan cara bekerjasama dan berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait. Untuk dapat menerapkan konsep ini, dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode seperti small group discussion, simulation, case study, discovery learning (DL), self directed (learning (SDL), cooperative learning (CL), collaborative learning (CBL), contextual instruction (CI), project based learning (PJBL) dan Problem based learning an Inquiry (PBL). Untuk dapat menerapkan SCL ini dengan baik, sebelumnya kita akan bahas satu-persatu metode-metode tersebut. a. Small Group Discussion Diskusi merupakan salah satu elemen belajar secara aktif dan merupakan bagian dari banyak model pembelajaran SCL yang lain, seperti CL, CbL, PBL dan lain-lain. Di dalam kelas, kita dapat meminta para mahasiswa untuk membuat kelompok kecil (misalnya 5 10 orang)

untuk mendikusikan bahan yang dapat diberikan oleh dosen ataupu bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota kelompok tersebut. Metode ini dapat digunakan ketika akan menggali ide, menyimpulkan poin penting, mengakses tingkat skill dan pengetahuan mahasiswa, mengkaji kembali topik di kelas sebelumnya, membandingkan teori, isu dan interprestasi, dapat juga untuk menyelesaikan masalah. Apa yang akan di dapat oleh mahasiswa, ketika metode ini diterapkan di kelas? Mahasiswa akan belajar untuk menjadi pendengar yang baik, bekerjasama untuk tugas bersama, memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif, menghormati perbedaan pendapat, mendukung pendapat dengan bukti, serta menghargai sudut pandang yang bervariasi. b. Simulation Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Misalnya simulasi sebagai seorang manajer atau pemimpin, mahasiswa diminta untuk membuat perusahaan fiktif, kemudian di minta untuk berperan sebagai manajer atau pemimpin dalam perusahaan tersebut. Simulasi ini dapat berbentuk permainan peran (role playing). Permainan-permainan simulasi dan lain-lain. Apa manfaat dari model ini? Simulasi ini dapat mengubah cara pandang (mindset) mahasiswa dengan jalan: mempraktekkan kemampuan umum (dalam komunikasi verbal dan nonverbal), mempraktekkan kemampuan khusus mempraktekkan kemampuan tim, mengembangkan kemamapuan menyelesaikan masalah, mengembangkan kemampuan empati dan lain-lain. c. Discovery Learning (DL) DL adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri. Metode ini dapat dilakukan misalnya dengan memberikan tugas kepada mahasiswa untuk memperoleh bahan ajar dari sumber-sumber yang dapat diperoleh melalui internet atau melalui buku, Koran, majalah dan lain sebagainya. d. Self Directed Learning (SDL) SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa sendiri. Mahasiswa sendiri yang merencanakan, melaksanakan dan menilai sendiri terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan. Peran dosen dalam metode ini hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan individu mahasiswa tersebut.

Manfaat dari metode ini adalah menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri. Individu mhasiswa didorong untuk bertanggung jawab terhdapa semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya. Untuk dapat menerapkan metode ini, sebelumnya kita harus dapat memenuhi asumsi bahwa kemampuan mahasiswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri. e. Cooperative Learning (CL) CL merupakan metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri dari atas beberapa orang mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. Metode ini sangat terstruktur, karena pembentukan kelompok, materi yang dibahas, langkahlangkah diskusi serta produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya ditentukan dan dikontrol oleh dosen. Mahasiswa hanya mengikuti prosedur diskusi yang dirancang oleh dosen. CL bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah kebiasaan belajar aktif pada diri mahasiswa, rasa tanggungjawab individu dan kelompok mahasiswa, kemampuan dan ketrampilan bekerjasama antar mahasiswa, dan keterampilan sosial mahasiswa. f. Collaborative Learning (CbL) CbL adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerja sama antar mahasiswa yang didasarkan pada consensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari dosen dan bersifat open ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan melalui consensus bersama antar anggota kelompok. g. Contextual Instruction (CI) CI adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi mata kuliah dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku kerja professional atau manajerial, entrepreneur, maupun investor. Contoh: apabila kompetensi yang dituntut matakuliah adalah mahasiswa dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses transaksi jual beli, maka dalam pembelajarannya, selain konsep transaksi ini dibahas dalam kelas, juga diberikan contoh dan mendiskusikannya. Mahasiswa juga diberi tugas dan kesempatan untuk terjun langsung di pusat-pusat perdagangan untuk mengamati secara langsung proses transaksi jual beli tersebut, atau bahkan terlibat langsung sebagai salah satu pelakunya, sebagai pembeli misalnya. h. Project-based Learning (PjBL) PjBL adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang

dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati i. Problem-based Learning/Inquiry (PBL/I) PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah an mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Pada umumnya, terdapat empat langkah yang perlu dilakukan mahassiwa dalam PBL/I, yaitu: a. Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi yang dituntut mata kuliah, dari dosennya. b. Melakukan pencarian data dan infromasi yang relevan untuk memecahkan masalah c. Menata data dan mengaitkan data dengan masalah d. Menganalisis strategi pemecahan masalah. Sekarang, kita sudah mendapatkan sedikit gambaran mengenai metode-metode pembelajaran dalam SCL, selanjutnya kita dapat mengembangkan ide kita masing-masing untuk dapat menerapkan metode-metode tersebut di dalam kelas perkuliahan yang kita ampu. Tentu saja tidak semua metode-metode tersebut dapat kita terapkan, tergantung juga pada mata kuliah yang kita ajarkan. Namun demikian kita dapat menerapkan metode tersebut sesuai dengan mata kuliah yang kita ajarkan. Diharapkan juga setelah mencoba menggunakan salah satu metode-metode di atas kita dapat mengevaluasi hasil sebelum dan sesudah. Apakah terdapat perubahan dalam hal penilaian mahasiswa terhadap dosen, penilaian dosen terhadap mahasiswa, ataupun sikap mahasiswa dalam menerima perkuliahan di kelas. Jika Bapak/Ibu dosen sudah menerapkan salah satu atau beberapa metode di atas, kemudian mengevaluasi dan mendapatkan suatu kemajuan atau keberhasilan, diharapkan dapat membagikan atau mensharingkan pengalamannya kepada dosen-dosen lain, siapa tahu kita mendapat insight dalam memajukan metode pembelajaran di kelas.
Apakah dengan pembelajaran penemuan ( discovery learning ) murid-murid akan terbantu???? Metode pembelajaran penemuan adalah pembelajaran dimana murid menyusun pemahaman sendiri. Murid harus mencari tahu sendiri pelajaran yang akan dipelajarinya ,tidak dbantu oleh guru. Karena dengan begitu murid akan terdorong untuk berpikir sendiri dan menemukan cara menyusun dan mendapatkan pengetahuan. Serta memupuk rasa ingin tahu mereka. Pembelajaran penemuan ini sangat efektif dalam pelajaran sains. Kebanyakan pendekatan pembelajarn penemuan yang digunakan disekolah dewasa ini, tapi tidak menggunakan pembelajaran penemuan yang murni. Dalam pembelajaran penemuan yang murni, murid didorong untuk belajar sendiri dan diberikan sedikit instruksi, bahkan tidak sama sekali diberikan. Belajar sendiri itu tidak selalu bermanfaat bagi banyak murid. Apalagi saat murid diberikan materi, terus dia dibiarkan untuk belajar sendiri dengan materi itu, itu akan menyebabkan

murid mendapatkan solusi yang salah dan strategi yang tidak efisien untuk menemukan informasi. Bahkan ada murid yang menemukan pengetahuan sama sekali.

Jadi, pembelajaran penemuan itu kurang membantu murid untuk mendapatkan pengetahuan yang bagus. Apalagi murid yang kurang mampu dalam berpikir dan malas belajar, maka dia akan ketinggalan jauh sekali dari pengetahuan. Tapi, untuk menggunakan metode pembelajaran penemuan ini perlu dilakukan perbaikan untuk metode ini yaitu dengan pembelajaran penemuan dengan bimbingan ( guided discovery learning ). Dimana murid didorong untuk menyusun sendiri pemahamannya, tetapi juga dibantu dengan pertanyaan dan pengarahan dari guru. sumber: Santrock J. W. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua

Anda mungkin juga menyukai