Anda di halaman 1dari 10

Ketoconazole adalah suatu derivat imidazole-dioxolane sintetis yang memiliki aktivitas antimikotik yang poten terhadap dermatofit dan

ragi, misalnya Tricophyton Sp, Epidermophyton floccosum, Pityrosporum Sp, Candida Sp. Ketoconazole bekerja dengan menghambat enzim sitokrom jamur sehingga mengganggu sintesis ergosterol yang merupakan komponen penting dari membran sel jamur.

.: Indikasi :.

Infeksi pada kulit, rambut dan kuku (kecuali kuku kaki) yang disebabkan oleh dermatofit dan atau ragi (dermatofitosis, onikomikosis, Candida perionixis, pitiriasis versikolor, pitiriasis kapitis, infeksi pitirosporum, folikulitis, kandidosis kronik mukokutan), bila infeksi ini tidak dapat diobati secara topikal karena tempat lesi tidak di permukaan kulit atau kegagalan pada terapi topikal.

Infeksi ragi pada rongga pencernaan. Kandidosis vagina kronik dan kandidosis rekuren. Infeksi mikosis sistemik seperti kandidosis sistemik, parakokidioidomikosis, histoplasmosis, kokidioidomikosis, blastomikosis.

Pengobatan profilaksis pada pasien yang mekanisme pertahanan tubuhnya menurun (keturunan, disebabkan penyakit atau obat) yang berhubungan dengan meningkatnya risiko infeksi jamur.

Ketoconazole tidak berpenetrasi dengan baik ke dalam susunan saraf pusat. Oleh karena itu meningitis jamur jangan diobati dengan ketoconazole oral.

.: Kontra Indikasi :.

Penderita penyakit hati akut atau kronik. Hipersensitif terhadap ketoconazole atau salah satu komponen obat ini. Pada pemberian peroral, ketokonazole tidak boleh diberikan bersama-sama dengan terfenadine, astemizole, cisapride dan triazolam.

Wanita hamil.

.: Dosis :. Pengobatan kuratif : Dewasa

Infeksi kulit, gastrointestinal dan sistemik : 1 tablet (200 mg) sekali sehari pada waktu makan. Apabila tidak ada reaksi dengan dosis ini, dosis ditingkatkan menjadi 2 tablet (400 mg sehari).

Kandidosis vagina : 2 tablet (400 mg) sekali sehari pada waktu makan.

Anak-anak Tidak boleh digunakan untuk anak di bawah umur 2 tahun.


Anak dengan berat badan kurang dari 15 kg : 20 mg 3 kali sehari pada waktu makan. Anak dengan berat badan 15-30 kg : 100 mg sekali sehari pada waktu makan. Anak dengan berat badan lebih dari 30 kg : sama dengan dewasa.

Pada umumnya dosis diteruskan tanpa interupsi sampai minimal 1 minggu setelah semua gejala hilang dan sampai kultur pada media menjadi negatif. Pengobatan profilaksis : 1 tablet (200 mg) sekali sehari pada waktu makan. Lama pengobatan :

Kandidosis vagina : 5 hari Mikosis pada kulit yang disebabkan oleh dermatofit : kurang lebih 4 minggu. Pitiriasis versikolor : 10 hari. Mikosis mulut dan kulit yang disebabkan oleh kandida : 2

- 3 minggu

Infeksi jamur pada rambut : 1-2 bulan Infeksi jamur pada kuku : 3-6 bulan, bila belum ada perbaikan dapat dilanjutkan hingga 12 bulan. Lama terapi dipengaruhi juga dengan kecepatan pertumbuhan kuku, sampai kuku yang terinfeksi digantikan oleh kuku yang normal.

Kandidosis sistemik : 1-2 bulan Parakokidioidomikosis, histoplasmosis, kokidioidomikosis : lama pengobatan optimum 2-6 bulan.

.: Efek Samping :.

Dispepsia, mual, sakit perut dan diare. Sakit kepala, peningkatan enzim hati yang reversibel, gangguan haid, pusing, parestesia dan reaksi alergi.

Trombositopenia, alopesia, peningkatan tekanan intrakranial yang reversibel (seperti edema papil, bulging fontanel pada bayi).

Impotensi (sangat jarang). Ginekomastia dan oligospermia yang reversibel bila dosis yang diberikan lebih tinggi dari dosis terapi yang dianjurkan.

Hepatitis (kemungkinan besar idiosinkrasi) jarang terjadi (ditemukan pada 1/12.000 penderita).

Reversibel apabila pengobatan dihentikan pada waktunya.

.: Over Dosis :. Tidak ada tindakan yang khusus yang harus diberikan. Hanya tindakan suportif yang perlu dilakukan seperti bilas lambung.

.: Peringatan dan Perhatian :.

Penting memberikan penjelasan kepada pasien yang diterapi untuk jangka panjang mengenai gejala penyakit hati seperti letih tidak normal yang disertai dengan demam, urin berwarna gelap, tinja pucat atau ikterus.

Faktor yang meningkatkan risiko hepatitis : wanita berusia di atas 50 tahun, pernah menderita penyakit hati, diketahui mempunyai intoleransi dengan obat, pemberian jangka lama dan pemberian obat bersamaan dengan obat yang mempengaruhi fungsi hati. Tes fungsi hati dilakukan pada pengobatan dengan ketoconazole lebih dari 2 minggu. Apabila telah didiagnosis sebagai penyakit hati, pengobatan harus dihentikan.

Fungsi adrenal harus dimonitor pada pasien yang menderita insufisiensi adrenal dan pada pasien dengan keadaan stres yang panjang (pasien bedah besar, pasien perawatan intensif, dll).

Tidak boleh digunakan untuk anak di bawah umur 2 tahun. Jangan diberikan pada wanita hamil, kecuali kemungkinan manfaatnya lebih besar daripada risikonya pada janin.

Kemungkinan diekskresikan dalam air susu ibu, maka ibu yang diobati dengan ketoconazole dianjurkan untuk tidak menyusui.

.: Interaksi Obat :.

Pemberian bersama-sama dengan terfenadine dan astemizole. Absorpsi ketoconazole maksimal bila diberikan pada waktu makan. Absorpsinya terganggu kalau sekresi asam lambung berkurang, pada pasien yang diberi obat-obat penetral asam (antasida) harus diberikan 2 jam atau lebih setelah ketoconazole.

Pemberian bersama dengan rifampisin dapat menurunkan konsentrasi plasma kedua obat. Pemberian bersama dengan INH dapat menurunkan konsentrasi plasma ketoconazole, bila kombinasi ini digunakan, konsentrasi plasma harus dimonitor.

Nama & Struktur

: Mikonazol nitrat, 1-(2,4-dikloro-beta-(2,4-

Kimia - Sifat Fisikokimia

diklorobenzil)oksi)-fenetil)imidazol mononitrat Serbuk hablur, putih atau praktis putih, berbau lemah. Sangat sukar larut dalam air dan : isopropanol, sukar larut dalam etanol, kloroform, dan propilen glikol, agak sukar larut dalam metanol, larut dalam dimetilformamid, mudah larut dalam dimetilsulfoksida.

- Keterangan

:-

Golongan/Kelas Terapi Obat Topikal untuk Kulit Nama Dagang - Fungares - Mycorine - Zolagel Indikasi Infeksi topikal dermatofit dan jamur lain seperti kandida, tinea, dan Pityaris versicolor. Kandidiasis vagina Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Dua kali sehari, oleskan secukupnya, merata, pada kulit terinfeksi. Untuk mencegah kambuhan terapi dilanjutkan 10 hari sesudah gejala hilang, infeksi kuku dan ujung jari 1 kali sehari, oleskan secukupnya, bungkus rapat tidak berlubang, sesudah kuku terlepas, terapi diteruskan hingga tampak pertumbuhan kuku baru. Farmakologi - Godrem - Nilaozanoc - Daktarin - Micrem - Sporend - Moladerm - Zetazal

Absorpsi : topikal : sangat kecil. Stabilitas Penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup baik dan terhindar dari jangkauan anakanak, hindari panas, lemari pendingin dan cahaya. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap mikonazol dan komponen lain dalam sediaan. Efek Samping Iritasi lokal, sensitasi dan kontak dermatitis, eritema, rasa terbakar lemah Interaksi

- Dengan Obat Lain : -

- Dengan Makanan : -

Pengaruh

- Terhadap Kehamilan : -

- Terhadap Ibu Menyusui : -

- Terhadap Anak-anak : -

- Terhadap Hasil Laboratorium : -

Parameter Monitoring Bentuk Sediaan Krim 2%, Salep 2% Peringatan Hindari kontak dengan mata dan selaput mukosa Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus Kontak dengan mata dan selaput mukosa Informasi Pasien Pada saat pemakaian bersihkan terlebih dahulu kulit yang luka, bila perlu pakai sarung tangan bersih. Jauhkan dari jangkauan anak-anak, hindari panas, lemari pendingin dan cahaya, Jangan simpan di kamar mandi, dapur. Jangan menyimpan atau pakai ulang sisa obat yang lama. Mekanisme Aksi Inhibisi biosintesis ergosterol, merusak membran dinding sel jamur yang selanjutnya akan meningkatkan permeabilitas, sehingga menyebabkan hilangnya nutrisi sel.

Monitoring Penggunaan Obat

Pembahasan Pada praktikum kali ini, diakukan percobaan tentang dosis respon obat dan indeks terapi. Dosis adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita atau pasien dalam hal ini adalah hewan uji dalam satuan berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya (Unit Internasional) kecuali dinyatakan lain. Respon atau efek yang ditimbulkan dari suatu obat bergantung pada jumlah dosis yang diberikan. Apabila dosis yang diberikan lebih dari dosis terapi akan mengakibatkan overdosis dan bisa mengakibatkan kematian. Keamanan suatu obat dilihat dari range indeks terapinya. Indeks terapi adalah rasio antara dosis toksik dan dosis efektif atau menggambarkan keamanan relatif sebuah obat pada penggunaan biasa. Diperkirakan sebagai rasio LD50 (Dosis Lethal pada 50% kosis) terhadap ED50 (Dosis efektif pada 50% kasus). Sedangkan jendela terapeutik adalah kisaran konsentrasi plasma suatu obat yang akan menghasilkan respon atau jarak antara MEC dan MTC. Untuk mengetahiu indeks terapi suatu obat dengan memberikan tingkatan dosis/ dosis yang berbeda pada hewan uji. Dosis yang diberikan pada hewan uji tergantung berat badan hewan uji tersebut. Semakin besar berat hewan uji maka makin besar dosis yang diberikan. Karena dalam praktikum ini kita akan melihat nilai dari efek yang suatu obat berdasarkan dosis sehingga mencit (hewan uji) diberikan dosis dalam jumlah yang berbeda-beda. Pemberian obat dilakukan secara intravena yaitu disuntikan melalui ekor mencit. Dengan pemberian secara intravena diharapkan obat yang diberikan dapat diabsorbsi dengan cepat dan sempurna karena pemberian secara intravena, sehingga obat yang diinjeksikan akan langsung masuk ke pembuluh darah dan efek yang tibul akan semakin cepat. Hewan uji diamati apakah timbul efek atau tidak. Timbulnya efek ditandai dengan hilangnya righting reflex atau hilangnya reflek balik badan.

Semua mencit yang diberikan sedian dengan jumlah dosis tertentu memberikan efek kecuali hewan uji control karena hanya di injeksikan pembawa atau pelarut sedian yaitu dextron 5%. Obat yang digunakan adalah Propofol. Propofol merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena dan lebih dikenal dengan nama dagang Diprivan. Pertama kali digunakan dalam praktek anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi. Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum, pada pasien dewasa dan pasien anak anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin, glycerol dan minyak soybean, sedangkan pertumbuhan kuman dihambat oleh adanya asam etilendiamintetraasetat atau sulfat, hal tersebut sangat tergantung pada pabrik pembuat obatnya. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg). Di perkirakan efek primernya berlangsung di reseptor GABA A (Gamma Amino Butired Acid). Digunakan secara intravena dan bersifat lipofilik dimana 98% terikat protein plasma, eliminasi dari obat ini terjadi di hepar menjadi suatu metabolit tidak aktif, waktu paruh propofol diperkirakan berkisar antara 2 24 jam. Namun dalam kenyataanya di klinis jauh lebih pendek karena propofol didistribusikan secara cepat ke jaringan tepi. Dosis induksi cepat menyebabkan sedasi ( rata rata 30 45 detik ) dan kecepatan untuk pulih juga relatif singkat. Pemberian propofol pada mencit dilakuakn dalam konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 1,82 mg/mL 3.64 mg/mL 10 mg/mL. Pemilihan konsentrasi didasarkan pada jumlah maksimum dosis injeksi yang boleh diberikan ke seekor mencit. Semakin besar jumlah obat yang harus di injeksikan semakin besar pula konsetrasi obat yang digunakan. Pada dosis terkecil 1,25 mg/BB manusia semua mencit tertidur namun untuk melihat efek obat memerlukan waktu yang lama. Selain itu waktu tidur mencit pun relative singkat. Untuk dosis ini kami menggunakan konsentrasi sediaan yang kecil yaitu 1,82 mg/mL. Untuk dosis 2,5 mg/BB manusia kami menggunakan sedian dengan konsentrasi 3,64 mg/mL. Dosis 5 mg/BB manusia, 10 mg/BB manusia dan 20 mg/BB manusia digunakan konsetrasi 10 mg/mL namun tentu saja volume yang diberikan berbeda-beda. Efek yang ditimbukan pada setia dosis tentu saja berbeda-beda. Pada dosis pertama waktu tidur tikus cukup lama tetapi waktu bangunnya singkat. Untuk dosis kedua waktu tidur mencit lebih cepat dbandingkan dengan dosis pertama begitu pula dengan dosis selanjutnya. Namun waktu tidur mencit berbeda cukup jauh pada dosis yang sama selain itu pada

pemberian dosis paling besar yaitu 20 mg/BB manusia seharusnya ada mencit yang mati namun itu idak terjadi. Hal tersebut kemungkinan besar karena kesalahan dalam proses pemberian obat secara intravena melalui ekor mencit. Seharusnya menyuntikan di vena ekor tetapi malah masuk ke bagian jaringan ekor sehingga efek yang diharapkan tidak timbul. Pemberian obat secara intravena memang sedikit sulit bagi seorang pemula karena pemilihan tempat dan ketepatan dalam menyuntikan jarum sangat perlu diperhatikan. Keahlian seperti itu dibutuhkan pengalamman.

Kesimpulan 1. Besar dosis dan tempat pemberian obat atau rute pemberian obat yang diberikan mempengaruhi waktu efek yang di tunjukan setelah pemberian obat. 2. Propofol merupakan obat anatesi

Anda mungkin juga menyukai