Anda di halaman 1dari 26

PENGOL.

AIR LIMBAH FISIK HP trans

IV. PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA FISIKA


(Roekmijati W. Soemantojo)

Beberapa jenis pengolahan limbah : 1. Secara fisik 2. Secara kimiawi 3. Secara hayati 4. Secara kimia-fisika 5. Lain-lain. Beberapa jenis pengolahan fisik : 1. Penyaringan (Screening) 2. Penghilangan padatan kasar (Grit removal) 3. Sedimenatsi 4. Flotasi 5. Hydroclone 6. Aerasi 7. Filtrasi 8. Balancing 9. Equalisasi 10. Pemisahan Minyak

4.1 Penyaringan (Screening)


Tujuan : memisahkan padatan / serpihan kasar Merupakan perlakuan paling awal. Penyaring yg sering digunakan u/ pengolahan limbah :
(Gambar 4.1 dan Gambar 6.3 Metcalf 1991 h.202) :

Gambar 4.1. Berbagai jenis saringan. (A.L.Downing)

a) Saringan deruji (bar screen) Digunakan untuk serpihan kasar Dipasang langsung pada saluran air limbah. b) Saringan statik (tangential / static screen) U/ limbah dgn energi potensial tinggi / tekanan cukup. Padatan bergulir ke bawah setelah bertumbukan dgn bidang penyaring, terkumpul dalam hopper. Jarak antara jeruji sekitar 0.03 0.25 cm. Tersedia di pasaran dengan : kapasitas 0.1 9.5 m3/menit, laju pembebanan 0.08 0.41 m3/(m2)(menit). Efektif u/ penyaring lumpur yg mengandung serat berperekat / berlemak. c) Saringan putar (rotary-drum screen) Berbentuk silinder Media saring : logam anti karat atau bahan sintetik Dua jenis saringan putar (sesuai cara masuk umpan): interior feed : masuk dari arah luar silinder, exterior feed : masuk dari arah dalam silinder: Lubang saringan : 0.03 1.9 cm, kecepatan putar 1 5 rpm Padatan yg menempel pd bag. silinder setelah tercelup limbah, terbebas dng penyemprotan saat padatan ada di atas d) Saringan getar (vibratory screen) Bentuk : - empat persegi panjang - lingkaran. Efektifitas : tgt pd kecepatan getaran. Luas permukaan yang diperlukan < saringan putar harga lebih ringan.
3

4.2. Penghilangan Padatan Kasar (Grit Removal)


Tujuan : penghilangan padatan kasar yg mudah mengendap (pasir, serpihan logam), agar tidak mengendap di tempat / alat lain shg dpt menyebabkan kerusakan pada alat dgn gerakan mekanis. Padatan kasar yang terendap diusahakan pemanfaatannya.

4.3. Sedimentasi
Tujuan : pemisahan padatan suatu suspensi dengan jalan pengendapan karena gaya gravitasi. Sedimentasi hampir pada setiap tahap pengolahan limbah : pengendapan kerikil, pasir dan lumpur (silt) pada tahap pengolahan awal, pengendapan padatan tersuspensi pada pengolahan primer (clarifier primer) pengendapan flok masa jazat renik dlm clarifier sekunder, padatan yg dikoagulasi secara kimiawa pada inplant treatment atau pengolahan tertsier. Tangki sedimentasi mampu : - mengendapkan TSS 60 %, mereduksi BOD 40 % pd limbah domestik - limbah industri tergantung pada jenis / sifat limbahnya.
4

Jenis tangki sedimentasi (sedimentation tank) : A.Berdasar bagian yang diutamakan : clarifier, apabila yang diutamakan cairannya thickener, apabila yang diutamakan padatannya. B. Berdasar bentuknya : - bulat - persegi panjang C. Berdasar bahannya : - beton : untuk kapasitas besar - baja : untuk kapasitas kecil. Perbandingan kelebihan dan kekurangan tangki sedimentasi bulat terhadap persegi panjang : Kelebihan : - lebih praktis - menghemat bahan - menghemat ruang. Kekurangan : - zona pengendapan efektif lebih kecil ( bulat : 60- 80 % , panjang : 85-90%) - sering terjadi short circuiting air limbah keluar tangki lebih cepat d.p. waktu detensi yg seharusnya

Dirancang sdmkn shg lumpur yg mengendap terdorong : - tangki bulat : dasar merendah ke tengah (dasar hopper) - tangki empat persegi panjang : pd sisi masukan dilengkapi scraper yg mendorong lumpur masuk ke hopper. - Sering dilengkapi skimmer, mendorong padatan mengambang. - Gambar 4.2 : skema tangki sedimentasi berbentuk bulat dan persegi panjang.

Gambar 4.2. Tangki sedimentasi pada pengolahan primer


(Downing, 198. )..

Berbagai tahap / jenis sedimentasi (settling) :


1.

2.

3.

4.

Discrete settling atau setling bebas : Partikel dalam kondisi diskrit, tidak berflokulasi tak berubah walau mengalami tumbukan. Biasanya terjadi dalam suspensi encer. Flocculant settling : Partikel dalam keadaan berflokulasi ukuran partikel berubah, perubahan laju pengendapan. Hindered settling atau zone settling : terjadi dlm suspensi pekat, partikel saling berdekatan. Compression / consolidation settling : Pd bag. bawah tangki pengendap, suspensi amat pekat.

Perhitungan sederhana berdasar setling bebas.dgn asumsi : partikel tidak larut partikel bebas bergerak dalam medium suspensi, partikel cukup besar u/ mengendap pada laju yg layak. Partikel mengendap bila : gaya gravitasi (impelling force) yg menyebabkan pengendapan > gaya inertia & gaya viscous yg menyebabkan partikel cenderung tetap dalam bentuk suspensi (gaya : apung /bouyant, elektrostatis, turbulen, molekuler). Laju pengendapan partikel semula dipercepat sampai terjadi : drag force = impelling force,

terjadi pengendapan dengan laju tetap sebesar Vs. Butiran tersuspensi mengendap bersinambung dgn laju tetap relatif thdp larutan, selama dlm keadaan diskrit. Dalam praktek laju pengendapan tetap berubah karena : - terjadi penggabungan partikel ukuran, bentuk dan densitas partikel berubah laju pengendapan meningkat. - terjadi perubahan suhu / densitas cairan terjadi eddying yg mengganggu pengendapan padatan ikut terbawa keluar. Laju pengendapan partikel diskrit dalam fluida (vs) :
vs = 4 gd 3 Cd s l l

g d

: percepatan karena gravitasi : diameter butiran : densitas padatan : densitas cairan Cd : drag coeficient antara fluida dan butiran Cd berubah, tgt bilangan Reynold : Re = vd /
s l

Partikel kecil dan fluida tenang : Cd = 24/Re vs = (

l )(gd2)

/ 18

Pada Re = 1 1000 Cd = 18.5/Re0.6 Gaya inersia dan viskositas sangat berperan. Pada Re > 1000 viskositas kurang berpengaruh Hubungan Cd dan Re dapat dijumpai dalam buku-buku.
9

Sering dilakukan trial & error untuk mendapatkan vs Efisiensi tangki sedimentasi tgt banyak faktor : - sifat air limbah : ukuran partikel, berat jenis, viskositas, suhu - fluktuasi dan turbulensi aliran limbah - waktu detensi - laju limpahan (overflow rate) - kedalaman tangki - kondisi dinding bejana - disain masukan dan keluaran - sistem penghilangan lumpur - laju angin, suhu lingkungan. Perhitungan dlm praktek : - Didasarkan pada waktu ditensi /waktu tinggal dan laju limpahan. - Biasanya waktu tinggal sebesar 1 12 jam. - Kedalaman < 6 ft kurang praktis dalam pengoperasian karena sering terjadi scouring. Tangki yang dalam dapat menghindari scouring. - Sering ditambah flocculating agent untuk membantu pembentukan flok agar mudah terendapkan. (Lihat Bab V.2 tentang Koagulasi dan Flokulasi)

10

Waktu detensi atau waktu tinggal (t) : t = 24 V/Q, jam V : volume bejana, m3 Q : laju alir volumetris harian, m3/hari Makin besar waktu tinggalnya -> makin besar kesempatan partikel untuk mengendap. Laju limpahan (overflow rate, Vo) : Mengkaitkan laju alir horisontal dgn luas permukaan dasar. Perlu karena pengendapan dipengaruhi oleh : - gravitasi - laju alir horisontal. Vo = Q/A = (laju alir volumetris harian, m3/hari) / (luas dasar, m2) Satuan : m3/(m2)(hari) Makin kecil laju limpahan, makin luas permukaan dasar -> makin baik efisiensi pengendapan & pengurangan beban BOD. Laju limpahan pd pengolahan limbah domestik : - kolam sedimentasi primer : 200800gal/(sqft)(day) - kolam sedimentasi akhir :10003000gal/(sqft)(day) Berkaitan dgn persyaratan laju limpahan, sebaiknya kolam sedangkal mungkin, permukaan dasar seluas mungkin. Perlu diperhatikan disain bagian pemasukan dan pengeluaran, agar tidak terjadi gangguan arus.
11

Agar pemisahan padatan dan cairan dapat berlangsung dengan baik, pada sisi limpahan air limbah yg keluar dari tangki sedimentasi terdapat weir. Tangki sedimentasi berbentuk lingkaran : weir pada sekeliling lingkaran. Konstruksi bak pengendap harus sedemikian agar air limbah yang mengalir keluar melalui weir serata mungkin dan setipis mungkin agar entrainment sesedikit mungkin, dan efisiensi pemisahan tinggi. -> dikenal kriteria disain yang disebut dengan Beban Weir. Beban weir = Q / panjang weir, m3 / (m)(hari) Sedimentasi banyak dilakukan pada berbagai tahap pengolahan air limbah, misalnya : pengolahan primer (menghilangkan padatan tersuspensi) proses penyisihan logam proses hayati proses tersier. Sering ditambah senyawa kimia agar terjadi peoses koagulasi-flokulasi --> lebih cepat dan mudah pemisahannya. Lihat bahasan tentang Koagulasi-Flokulasi pada Bab.V.2. Pelajari : soal tentang sedimentasi pada Bab. IX.

12

4.4 Flotasi
Flotasi : proses yang mengubah bahan tersuspensi dan sebagian bahan koloidal, teremulsi dan terlarut, menjadi bahan yang mengambang (floating)

Dasar kerja : - Butiran kecil yg sulit mengendap dalam suspensi di flokulasikan dan diambangkan ke permukaan oleh gelembung udara di mana butiran tersuspensi melekat. - Floated agglomerated sludge dihilangkan dari permukaan secara berkesinambungan dengan cara skimming padatan mengambang dalam bentuk lumpur dapat ditiriskan dengan mudah. - Padatan mengambang diterima dalam tangki penerima sebelum ditiriskan beberapa jam, sehingga diperoleh cairan jernih dan lumpur yang memadat. Dalam proses flotasi seringkali digunakan coagulant aid. Lumpur hasil flotasi umumnya stabil dan tidak berbau, karena proses flotasi menggunakan udara, yang sekaligus berfungsi sbg penstabil lumpur krn terjadi proses oksidasi.

13

Jenis flotasi berdasar pengaturan tekanan : 1. Flotasi vakum : Limbah di aerasi dengan air diffuser atau mechanical beaters dideaerasi sebentar untuk menghilangkan gelembung besar masuk tangki vakum (+/- 9 in Hg) gelembung naik, terjadi flotasi. 2. Flotasi bertekanan : seperti di atas, tapi udara diinjeksikan pada limbah dalam keadaan bertekanan (+/- 30 40 psi) terbentuk gelembung udara bila limbah dikenakan tekanan atm. Jenis flotasi berdasar pembangkitan gelembung udara : 1. Flotasi dengan udara terdispersi (dispersed air flotation) Flotasi melalui pembentukan buih karena pengadukan kuat, misalnya gaya mekanis dari propeller, difusi melalui media poreus. 2. Flotasi dengan udara terlarut (dissolved air flotation). Flotasi terjadi dalam aliran tenang; gelembung udara timbul dari larutan super saturasi sehingga ukuran gelembung lebih kecil (+/- 80 ). Banyak dikerjakan dlm pengol. limbah, krn lebih efisien. Berlaku Hukum Henry : terdapat hubungan antara kelarutan gas dan tekanan total. c = k p, di mana : c : konsentrasi gas dalam larutan p : tekanan absolut di atas larutan ada pada kesetimbangan k : konstanta Henry

14

Kelarutan udara dalam air sangat dipengaruhi oleh suhu. Kriteria rancangan : - waktu detensi - laju limpahan. Waktu detensi dalam ruang flotasi menentukan efisiensi proses flotasi. Waktu detensi terutama tergantung pada laju kenaikan gelembung udara dalam air. --> Berlaku Hukum Stoke, terutama utk partikel < 130 v = k D, di mana : v : laju kenaikan gelembung udara (ft/menit) k : faktor konversi Stoke meliputi semua faktor yg mempengaruhi kenaikan / penurunan gelembung (densitas cairan, viskositas cairan, tak termasuk densitas padatan). D : diameter butiran

15

Keuntungan dan kerugian proses flotasi dibandingkan dengan proses sedimentasi dalam pengolahan limbah : A. Keuntungan : 1. Lemak dan padatan ringan naik ke atas, padatan yang berat mengedap di bagian bawah, sehingga kesemuanya dapat dihilangkan dalam satu unit. 2. Laju limpahan lebih besar dan waktu detensi lebih singkat, menyebabkan ukuran tangki lebih kecil, sehingga perlu ruang lebih kecil, biayanya lebih kecil. 3. Bau yang mengganggu dapat diminimumkan karena waktu detensi yang lebih pendek, dan adanya udara terlarut dalam keluaran limbah. 4. Di peroleh lumpur (scum / sludge) yang lebih tebal. B. Kerugian : 1. Seringkali efektivitasnya lebih kecil, tgt sifat limbah. 2. perlu tambahan alat. 3. Pada flotasi vakum perlu perhatian khusus kemungkinan terjadinya kebocoran 4. Perlu keterampilan lebih.

16

Gambar 4.3. Skema sistem flotasi udara terlarut tanpa daur ulang (dissolvedair flotation) tanpa daur ulang; (Metcalf 1991 Fig.6.21 p.244).

Gambar 4.3. Skema sistem flotasi udara terlarut tanpa daur ulang (dissolvedair flotation) dengan daur ulang (Metcalf 1991 Fig.6.21 p.244).

17

4.5 Ekualisasi limbah


Tujuan : Meminimumkan / mengendalikan fluktuasi sifat-sifat air limbah (volume, konsentrasi, atau keduanya) agar proses pengolahan air limbah dapat mencapai kondisi optimum. Fungsi dlm proses pengolahan limbah industri a.l. untuk : 1. Mengatasi fluktuasi beban organik agar tidak terjadi shock loading pada sistem hayati. 2. Pengendalian pH, agar kebutuhan bahan kimia untuk netralisasi dapat diminimumkan. 3. Mengatasi fluktuasi aliran dan mempermudah pengaturan pengumpanan bahan kimia dalam sistem proses pengolahan fisika dan kimia. 4. Menjaga agar pengumpanan ke pengolahan hayati tetap dapat berlangsung meskipun kegiatan produksi sedang berhenti. 5. Menghindari pemasukan bahan toksik konsentrasi tinggi ke dalam pengolahan hayati. 6. Mengendalikan pengeluaran beban air limbah ke badan air penerima. Jenis dan ukuran bejana ekualisasi tergantung pd : - Kuantitas air limbah - variabilitas aliran air limbah Makin besar kuantitas dan variabilitasnya, makin besar ukuran yang diperlukan.

18

Diperlukan pencampuran (mixing) agar : 1. Ekualisasi berlangsung baik 2. Menghindari pengendapan padatan. 3. Apabila dibantu dengan aerasi, dapat membantu terjadinya oksidasi senyawa tereduksi sehingga dapat menurunkan kadar BOD. Beberapa cara pencampuran : 1. Distribusi aliran pemasukan serta baffling. 2. Pencampuran dengan turbin 3. Diffused air aeration. 4. Pencampuran mekanis. Volume bejana untuk ekualisasi aliran dpt diperoleh dng jalan menggambar grafik aliran kumulatif terhadap waktu untuk periode waktu tertentu (24 jam). Volume yang diperlukan dilihat dari volume (~jarak) maksimum terhadap constant discharge line (lihat Eckenfelder 2000 Gbr. 3.5 h.70). Volume bejana ekualisasi juga dapat ditentukan berdasar konsentrasi maksimum keluaran yg sesuai dng keluaran yang diizinkan dari unit-unit pengolahan limbah berikutnya. Misalnya baku mutu untuk BOD = 50 mg/l, konsentrasi maksimum utk bejana ekualisasi dpt dihitung, ukuran bejana dapat ditentukan.

19

Gambar 4.4. Grafik aliran kumulatif terhadap waktu untuk periode waktu tertentu (24 jam) untuk menentukan volume bejana ekualisasi. Volume yang diperlukan merupakan jarak maksimum terhadap constant discharge line. (Eckenfelder 2000 fig.3.5 p.70).

Bila aliran limbah tak terlalu bervariasi dan distribusi aliran ~ normal, waktu retensi dpt dihitung berdasar rumus : t=
t t

(Si2) / 2 (Se2)

= waktu interval di mana sampel dikomposit t = waktu detensi, jam Si2 = variansi konsentrasi masukan air limbah = kuadrat deviasi standard 2 Se = variansi konsentrasi keluaran pada probabilitas tertentu (misalnya 99%)

20

Bila bejana ekualisasi diikuti proses dlm bejana berpengaduk sempurna, misalnya activated sludge/ aerated lagoon, volume bejana berikutnya diperhitungkan sbg bag. dr volume bejana ekualisasi yg diperlukan. Misalnya bila waktu retensi bejana aerasi yg diaduk sempurna 8 jam, dan waktu retensi bejana ekualisasi yang diperlukan 16 jam, maka waktu ekualisasi dalam bejana ekualisasi sebenarnya cukup 16 8 = 8 jam. Petterson & Menez : menghitung bejana ekualisasi bila baik aliran & konsentrasinya berubah. Asumsi : konsentrasi keluaran ~ konstan selama satu interval waktu sampling. Neraca masa : Ci Q T + Co V = C2 Q T + C2 V, Ci = kons. masuk bejana ekualisasi pd interval sampling T T = interval waktu sampling, misalnya 1 jam Q = laju alir rata-rata pada intervalsampling Co = kons. bejana ekualisasi pd awal interval sampling V = volume bejana C2= kons. bejana ekualisasi pd akhir interval sampling -> konsentrasi keluaran pd setiap interval waktu sampling :
C2 = C i T + C 0V / Q T +V /Q

Rentang konsentrasi keluaran dapat digunakan untuk menghitung rentang volume bejana ekualisasi.V.

21

Peaking Factor (PE) dapat dipergunakan untuk menghitung kekuatan dan aliran dari masukan limbah. PE dari masukan adalah rasio konsentrasi maksimum terhadap konsentrasi rata-rata. 4.6. Pemisahan minyak Dalam pemisah minyak, minyak bebas mengapung pada permukaan tangki, kemudian dipisahkan (skimmed). Beberapa jenis alat yang banyak dipakai : API (American Petroleum Institute) oil separator yang bagannya dapat dilihat pada Gambar 4.5 (Eckenfelder 2000 Fig. 3.29 p.104) dan kinerjanya dapat dilihat pada Tabel 4.1 (Eckenfelder 2000 Table 3.10 p.106). Kriteria disain yang disarankan adalah bahwa laju alir =< 2 ft/menit, rasio panjang terhadap lebar kolam >= 4 untuk menghindari dead spot, kedalaman >= 4 ft. Terdapat dua jenis plate separator, yaitu parallel plate dan corrugated plate separator (CPS).. Plate separator didisain untuk memisahkan minyak yang butirannya > 0.006 cm. Masalah yang terjadi pada CPS adalah turunnya efisiensi apabila beban minyak pada pemasukan terlalu besar, karena terjadinya gesekan (shear) dari butiran minyak dan reentrainment dari butiran minyak. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan cross-flow corrugated plate separator, di mana minyak yang yang telah terpisah naik ke permukaan lebih banyak ke arah yang melawan arah dari pada yang sejalan dengan arah aliran air limbah. (Lihat Gambar 4.6 dari Eckenfelder, 2000, Fig 3.34 p.108)

22

Minyak teremulsi harus dilakukan pemecahan emulsi lebih dahulu agar dapat dipisahkan sebagai minyak bebas seperti di atas. Pemecahan emulsi cukup kompleks, perlu penelitian laboratorium atau pilot scale lebih dahulu. Emulsi dapat dipecah dengan berbagai cara. Pemecahan menggunakan quick-breaking detergent yang membentuk emulsi tak stabil dalam waktu 5-60 menit dengan efisiensi sekitar 95-98 %. Emulsi dapat dipecah dengan asidifikasi, penambahan alum atau garam Fe, atau menggunakan polimer pemecah emulsi. Kerugian menggunakan alum atau garam Fe adalah banyaknya sludge yang terbentuk.

23

Gambar 4.5. API separator p.104)

(Eckenfelder 2000 Fig. 3.29

Tabel 4.1 Efisiensi beberapa jenis pemisah minyak (Eckenfelder 2000 Table 3.10 p.106)

24

Gambar 4.6 Cross-flow corrugated plate separator (Eckenfelder, 2000, Fig 3.34 p.108/ 1989,
fig.3.22, p.71)

Buku Acuan. 1. Eckenfelder. W Wesley Jr., Industrial Water Pollution Control, 3rd edition, McGraw Hill International Editions, 2000. 2. Eckenfelder. W Wesley Jr., Industrial Water Pollution Control, 2nd edition, McGraw Hill International Editions, 1989.

25

3. Metcalf & Edy Inc., Revised by George T & Frankin L B, Wastewater Engineering, 3rd edition, McGraw Hill International Editions, New York, 1991. Buku Tambahan. 1. Downing A.L., Treatment and Disposal of Industrial and Domestic Waste, Binnie & Partners, London, 1983.

26

Anda mungkin juga menyukai