Anda di halaman 1dari 6

BENTUKLAHAN SEBAGAI UNSUR LINGKUNGAN DAN KAITANNYA DENGAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG

I Gede Sugiyanta
Tulisan ini Dipublikasikan pada Jurnal Manajemen dan Kualitas Lingkungan Pusat Studi Lingkungan Lembaga Penelitian Universitas Lampung Vol. 2 No. 1 November 2002.

ABSTRACT The objective of this research is to know the landuse must be attention of land form us environment aspect. Geomorphological approach used in this research, landform as analysis unit. To discribe of landform and land use on Panjang District was interpretated of black white panchromatic aerial photographs scale 1 : 10.000. to make type of landuse and landform. The result shows that the dryland cultivation land use on landform of denudasional hilly and foot slope hilly, midle to strong erosion was happened, especially on areas with slope more than 15%, As the result of erosion in rainy season, on lowland area (aluvial plain) the flood with high sediment load was happened. PENDAHULUAN Bentuk lahan atau Iandform adalah bentukan alam di permukaan bumi khususnya di daratan yang terjadi karena proses pembentukan tertentu dan melalui serangkaian evolusi tertentu pula (Marsoedi, 1996). Sukmantalya (1995), menjelaskan bahwa bentuk lahan merupakan suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alami, memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuk lahan tersebut terdapat. Lebih lanjut Gunadi (1991). mengemukakan bahwa berkaitan dengan data bentuk-lahan, tanah, hidrologi, dan sebagainya, dapat merumuskan altematif-altematif dan strategi pengembangan guna perencanaan penggunaan lahan. Sedangkan (Way 1973 dalam Zuidam, 1979), bahwa bentuk lahan adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-proses alami yang mempunyai susunan tertentu dan julat karakteristik fisik dan visual di mana bentuk lahan itu terbentuk Verstappen (1983), mengemukakan bahwa ada beberapa t'aktor geomorfologi mayor yang berpengaruh dalam pengembangan lahan yaitu bentuk lahan, proses geomorfologis, dan kondisi tanah. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa bentuklahan mencakup kemiringan lahan, proses geomorfologi; mencakup banjir, tanah longsor, dan bahaya dari proses alam yang merugikan, sedangkan mengenai kondisi tanah, antara lain mencakup kedalaman batuan daii pelapukan material. Karakteristik geomorfologis dalam hal ini bentuk lahan/medan memberikan informasi yang dapat menentukan dalam penggunaan lahan suatu daerah tertentu. Oleh karena itu bentuk lahan haruslah menjadi perhatian yang serius dalam rangka penggunaan lahan pada suatu daerah, guna mewujudkan penggunaan lahan yang dapat memberikan rasa nyaman, lepas dari ancaman bencana. Berdasarkan beberapa kutipan yang telah dikemukakan di atas, ternyata bentuk lahan merupakan salah satu unsur lingkungan yang perlu diperhitungkan dalam merencanakan penggunaan lahan. Bentuk lahan sebagai salah satu unsur lingkungan fisik, memberikan corak yang tertentu pada penggunaan lahan serta terkadang membawa dampak yang serius sebagai akibat dari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan bentuk lahan yang ada. Karena penggunaan lahan yang kurang memperhatikan kondisi bentuk lahan, apalagi kemiringan lereng pada bentuk lahan tersebut besar, maka sangat mungkin akan menjadi pemicu terjadinya longsoran, erosi, dan berbagi bahaya lain dapat mengancam kehidupan manusia.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung, karena wilayah Kecamatan Panjang merupakan salah satu kecamatan di Kota Bandar Lampung yang mempunyai relief bergelombang dan datar hingga berbukit, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan geomorfologi yaitu pendekatan dengan bentuk lahan sebagai aspek utama untuk analisis dalam kajian terapan Thomburry (1954) dalam Haryoko (1999). Aspek utama yang dimaksud adalah morfologi (morfometri dan morfografi). Cakupan kajian geomorfologi secara lengkap adalah bentuk lahan, proses, genesis dan lingkungan dengan demikian bentuk lahan sebagai obyek geomorfologi, akan berkaitan dengan lingkungan fisik, sehingga bentuk lahan dapat dijadikan kerangka dasar untuk melakukan klasifikasi bentanglahan dengan memiliki ciri yang mirip. Penelitian ini lebih menekankan pada bentuk lahan beserta kemiringan lereng. Bahan dan meteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto udara pankromatik hitam putih wilayah Kecamatan Panjang sekala 1 : 10.000 tahun 1996, dalam rangka memperoleh informasi tentang bentuk lahan dan penggunaan lahan di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung. Sedangkan kerja lapangan dilakukan untuk menguji kebenaran obyek yang diperoleh dari hasil interpretasi foto udara, pengujian koordinat geografis di lapangan menggunakan Ground Positioning System (GPS). Analisis data pemetaan dalam memperoleh luas distribusi jenis bentuk lahan dan penggunaan lahan di Kecamatan Panjang menggunakan sistem informasi geografis/Geographical Information System (GIS). HASIL DAN PEMBAHSAN a. Letak dan Luas Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung. Kecamatan Panjang berdasarkan lintang dan bujur terletak pada 525'6" - 530'17"LS dan 10517'27"-10520'51" BT (Peta Topografi Lembar Tanjung Karang dan Tanjung Agung skala 1 : 50.000, 1975), dengan luas daerah seluruhnya 2.716 ha. Kecamatan Panjang ketinggiannya bervariasi yaitu mulai dari 2 - 512 m dari permukaan air laut, terendah ada di daerah dataran pantai dan tertinggi ada di Bukit Balau, penduduk setempat sering menyebutnya dengan Gunung Balau. Wilayah Kecamatan Panjang keadaan medannya bergelombaug, mulai berupa dataran pantai sampai pada daerah perbukitan denudasional. b. Bentuk lahan Daerah Penelitian Proses geomorfologi yang merupakan proses alami yang berlangsung di permukaan bumi. Perubahan bentuk permukaan bumi tersebut, menghasilkan bentukan pada permukaan bumi yang berbeda satu dengan yang lainnya, dengan demikian akan mempunyai susunan dan julat karakteristik fisikal dan visual yang berbeda pula. Perbedaan tersebut secara jelas dapat diidentifikasi melalui karakteristik relief/morfologi, struktur/litologi, dan proses-proses, geomorfologi. Pada dasarnya dalam menjelaskan karakteristik bentuk lahan suatu daerah adalah melakukan klasifikasi unit bentuklahan (relief orde ketiga) yaitu merupakan usaha menggolongkan benluk-bentuk yang terdapat di permukaan buini atas dasar karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing golongan bentuk permukaan bumi (Joyosuhano, 1985). K.arakter tersebut terutama didasarkan pada karakteristik konfigurasi permukaan (relief), karakteristik struktur geologi atau jenis batuan, dan karakteristik proses-proses yang mengakibatkan terjadinya bentuk lahan tersebut. Berdasarkan ketiga hal tersebut, dapat dilakukan penentuan unit bentuk lahan di daerah penelitian. Unit bentuk lahan dapat dikenali dan dirunut dari interpretasi foto udara. Melalui pengenalan batas-batas unit bentuklahan, dapat ditentukan lebih cepat dibandingkan dengan penentuan secara langsung di lapangan. Hasil interpretasi foto udara pankromatik hitam putih, skala 1 : 10.000 dan pengamatan di lapangan, temyata daerah penelitian, terdiri dari 2 bentuk lahan berdasarkan bentukan asal (genetiknya),

dan 4 satuan bentuk lahan. Adapun genetik dan sat"un bentuk lahan tersebut, seperti tersaji dalam Tabel 1 pada halaman berikut. Tabel 1 Satuan Bentuklahan Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung
Bentukan Asal Fluvial Denudasional Satuan Bentuklahan Dataran Aluvial Pantai Perbukitan denudasional Lereng kaki perbukitan Dataran antar perbukitan Jumlah M1 D1 D2 D3 Simbol Ha 554,2 1.066,9 681.8 412,6 2.716 Luas % 20,4 39,3 25,1 15,2 100

Sumber: Analisis GIS, interpretasi FU Pan H/P th. 1996 dan Peta Topografi

Penggunaan Lahan Secara umum penggunaan lahan di Kecamatan Panjang diperoleh dari hasil interpretasi foto udara skala I : 10.000 tahun 1996 dapat di kelompokan menjadi 7 jenis penggunaan lahan, seperti dalam Tabel 2. Tabel 2. Penggunaan Lahan di Kecamatan Panjang Tahun 1996
No 1 2 3 4 5 6 7 Penggunaan Ha Permukiman Tegalan Hutan Campuran Industri Perdagangan Pelabuhan (Panjang, Srensem, Tarahan) Reklamasi Jumlah 550 1.442 468 167 16 64 9 2.716 Luas % 20,2 53,1 17,2 6,1 0,6 2,4 0,4 100

Sumber: interpretasi FU skala 1 : 10.000th. . 1996

Penggunaan lahan di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung pada masing-masing bentuk lahan atau satuan bentuk lahan, dapat dikemukakan dalam Tabel3. Tabel 3. Bentuklahan dan Penggunaan Lahan Kecamatan Panjang Kota Bandr Lampung
Bentuklahan Denudasional Satuan Bentuklahan Perbukitan Denudasi-onal (D1) Lerengkaki Perbukitan (D2) Kelas Leren g II III III III II II II II I I I I I I I I I Penggunan Lahan Luas % Keterangan

Dataran antar perbukitan (D3) Fluvial Dataran Aluvial Pantai

Tegalan Tegalan Hutan Campuran Permukiman Tegalan Permukiman Tegalan Hutan Campuran Industri Permukiman Tegalan Industri Tegalan Permukiman Reklamasi Perdagangan Pelabuhan

88 497,6 434,5 46,8 35 133,1 480,3 33,5 51,8 47,1 313,7 80,2 62,4 323,0 9,0 16,0 63,0

3,3 18,3 15,9 1,7 1,2 5,1 17,6 1,1 1,9 1,7 11,6 2,8 2,3 12,1 0,3 0,6 64,0

Erosi ringan Erosi Kuat Erisi sedang Erosi ringan Erosi sedang Erosi sedang Sedimen Sediman Pada beberapa daerah yg digunakan untuk permukiman tegalan, & perdagangan terka-dang meng-alami kebanjiran, daerah yg dekat dengan sungai terdapat endapan yang cukup banyak

Jumlah

Sumber: Hasil interpretasi Fu & cek lapangan Ket: I= < 8%, II = 8 15%, dan III = > 15%

Penggunaan lahan pada satuan bentuk lahan perbukitan denudasional Satuan bentuk lahan perbukitan denudasional terdapat di bagian tengah wilayah Kecamatan Panjang terbetang dari Utara ke Selatan. Perbukitan denudasional mempunyai kemiringan bervariasi dari 15% hingga ada yang 90%, ketinggiannya bervariasi antara 100 215 meter dari permukaan air laut. Luas satuan bentuk lahan ini adalah 1.066,9 ha atau 39,1% dari luas keseluruhan dari Kecamatan Panjang. Pada saat ini, satuan bentuk lahan perbukitan denudasional mengalami proses erosi sedang sampai kuat terutama pada penggunaan lahan untuk tegalan. Erosi terjadi sebagai akibat dari pengolahan lahan yang kurang bijaksana, misalnya tanpa membuat sengkedan {terassering). Bentuk lahan perbukiian. denudasional dengan lereng yang cukup besar sebaiknya penggunaannya diarahkan pada konservasi lahan, sehingga proses erosi secara lebih besar dapat dihindari. Penggunaan lahan pada bentuk lahan ini sedikit banyak memberikan dampak pada erosi yang terjadi dengan ditandai adanya jumlah alur yang ada. Di samping terjadi proses erosi secara alami terdapat pula perombakan permukaan secara antropogenis yang seringkali memberikan dampak yang lebih cepat dibanding dengan proses alami. Penggunaan lahan pada satuan bentuk lahan lereng kaki perbukitan Satuan bentuk lahan lereng kaki perbukitan merupakan bentuk lahan peralihan atau lanjutan dari satuan bentuk lahan dataran pantai ke satuan bentuk lahan perbukitan dengan kemiringan lereng yang bervariasi dari 8 hingga 15%. Luas bentuk lahan lereng kaki perbukitan yang ada di K-ecamatan Panjang adalah 681.9 ha (25,1%) dari luas wilayah Kecamatan Panjang. Material batuan yang ada di satuan bentuk lahan ini adalah batuan breksi dan endapan matrial gunung api tua, yang sekarang sudah tidak tampak adanya tanda-tanda tersebut apalagi kenampakan struktural. Penggunaan lahan yang ada, sebagian besar berupa tegalan dan sebagian kecil telah dimanfaatkan untuk permukiman. Pada daerah yang penggunaannya untuk tegalan mengalami erosi sedang sarnpai ringan, karena terjadi sebagai akibat dari pengolahan lahan yang kurang baik, sehingga pada musim hujan turun erosi terjadi. Penggunaan lahan pada satuan bentuk lahan ini terutama pada lahan dengan kemiringan lereng yang cukup besar, sebaiknya tidak untuk permukiman ataupun tegalan, karena pengunaannya untuk tegalan, pengolahan lahan yang kurang hati-hati dapat memicu tercadinya erosi yang lebih besar, sehingga merupakan ancaman bagi penduduk yang menempatinya seperti bahaya longsor dan sebagainya. Penggunaan lahan pada satuan bentuk lahan dataran antar perbukitan. Satuan bentuk lahan dataran antar perbukitan luasnya 412,6 ha atau 15,2% dari luas Kecamatan Panjang, merupakan dataran yang berada di antara perbukitan, bukit-bukit yang ada dapat dikatakan sebagai bukit sisa dari adanya proses geomorfik dalam hal ini erosi oleh air, hal ini diperkuat bahwa matrial permukaan pada satuan bentuk lahan ini tersusun atas pasir, lanau dan lempung. K-eadaan topografi datar sampai hampir datar dengan kemiringan lereng dari satuan bentuk lahan ini tidak lebih dari 3%. Satuan bentuklahan dataran antar perbukitan ini terjadi sebagai akibat dari proses sedimentasi pada masa lampau. Rombakan lereng juga perna terjadi, yang terbukti bahwa bentuklahan ini dikelilingi oleh pebukitan rendah-rendah sebagai bukit sisa dengan ketinggian yang relatih rendah. Kedalaman tanahnya bervariasi dari 20 sampai 90 cm, air tanahnya berkisar dari 8 - 11 m dari permukaan tanah. Keadaan air tanah secara tampak kasat mata tidak baik, kerena pada saat penelitian ini dilakukannya kelihatan keruh atau tidak bening. Penggunaan lahan pada satuan bentuklahan dataran antar perbukitan adalah sebagian besar berupa tegalan, dan sebagian kecil digunakan untuk industri dan permukiman. Pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan lebih besar, karena mempunyai potensi terjadi erosi, sebaiknya dilakukan juga usaha peng-hijauan dan memberikan perlakukan pen'golahan tanah yang sebaik mungkin, misalnya dengan mengoiah dengan membuat petak-petak seperti pengolahan lahan untuk sawah guna menghindari kemungkinan erosi yang lebih lanjut.

Penggunaan lahan pada satuan bentuklahan dataran aluvial pantai. Satuan bentuk lahan dataran aluvial pantai di Kecamatan Panjang K.ota Bandar Lampung ini terdapat di sepanjang pantai, berupa dataran sempit yang memanjang dengan lebar yang bervariasi yaitu 0,5 - 1,2 km membentuk dataran aluvial pantai yang luasnya 554,4 Ha atau hanya 20,4%. Material pembentuknya lebih banyak berupa pasir halus, lanau lempungan. Proses yang terjadi adalah sedimentasi dari matrial hasil rombakan lereng perbukitan yang ada di belakangnya yang terbentang hampir sejajar dan memanjang pantai. Reliefnya adalah datar dengan kemiringan tidak lebih atau kurang dari 3%. Penggunaan lahan di satuan bentuklahan ini sebagian besar untuk permukiman yang padat, teruiama di daerah yang dekat dengan pusat perdagangan atau pertokoan dan Pelabuhan Panjang. Kecuali penggunaan untuk permukiman, juga untuk pelabuhan, perdagangan, industri serta sedikit terdapat tegalan yang .sebenarnya merupakan lahan kosong yang dipersiapkan untuk keperluan lain seperti untuk pengembangan industri atau penggunaan yang lain. Banjir terjadi terjadi terutama pada musim hujan merupakan respon dan sebagai akibat dari penggunaan ruang yang tidak tertata, pengolahan lahan yang kurang baik. Adapun mengenai daerahdaerah yang mengalami banjir di Kecamatan Panjang ini, didukung oleh hasil penelitian (Asyik, Badar, Saputro, dan Teneko: 1994) bahwa banjir terjadi di beberapa kelurahan seperti Kelurahan Pidada, Kelurahan Way Lunik. Kelurahan Panjang Selatan, dan Kelurahan Panjang Utara, dimana semua kelurahan-kelurahan yang terkena banjir terdapat pada bentuk lahan dataran aluvial pantai. Daerah yang dekat dengan aliran sungai dan parit-parit terdapat endapan meterial yang terkadang dimanfaatkan oleh penduduk untuk maierial bagunan, karena sebagian besar endapan berupa bahan pasir. SIMPULAN DANSARAN Di Kecamatan Panjang jika dilihat dari bentukan asal terdapat dua jenis bentuklahan, sedangkan berdasarkan satuan bentuk lahan terdapat 4 satuan bentuklahan. Dari ke empat satuan bentuklahan yang ada, yang dapat digunakan sebagai permukiman yang baik adalah dataran aluvial pantai, dataran antar perbukitan. Sedangkan pada bentuk lahan yang lain lebih banyak penggunaan untuk tegalan. Pada bentuk lahan perbukitan denudasional dengan penggunaan lahan sebagai tegalan dan tanpa memperhatikan pengolahan tanah yang baik dan benar, dapat memicu erosi. Hal ini terbukti Kecamatan Panjang sering terjadi banjir yang disertai muatan sedimen yang cukup besar dan terkadang setelah banjir sedimen berupa pasir sering dimanfaatkan oleh penduduk untuk material bangunan. Adanya sedimen pasir, yang yang dimanfaatkan oleh penduduk setelah terjadi banjir, hal ini menunjukkan bahwa erosi di bagian perbukitan terjadi dengan cukup besar. Adapun saran yang dapat diberikan melalui penenitian ini adalah agar pada daerah-daearah dengan bentuk lahan perbukitan denudasional dan lereng kaki perbukitan dengan kemirirgan lereng yang lebih dari 15% sebaiknya penggunaan lahan dijadikan kawasan penyangga dan dan konservasi lahan untuk menghindari erosi yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, (1999), Bandar Lampung Dulam Angka, Bandar Lampung: BPS. Asyik. Buchori, M Badar, KW Saputro, dan SB.Tanekko, (1994). Identifikasi Penyebab Banjir dan Dampak Banjir di Kotamadya Bandar Lampung, (Jurnal Pengambangan Lahan Kering). Bandar Lampung: Universitas Lampung. Haryoko, Andianto, (1999). Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi Dalam Evaluasi Lahan Untuk Permukiman Di Kecamatan Muntilan Jawa Tengah. (Tesis). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Mangga, S. Andi, S. Gafoer, T. Suwarti, dan Amiruddin, (1988), Geologi Lembar Tanjungkarang, Sumatera, (Laporan), Bandung: Proyek Pemetaan dan Interpretasi Foto Udara Bidang Pemetaan Geologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Marsoedi Ds (Editors), (1996), Pedoman Klasifikasi Land form, Bogor: Centre For Soil and Agroclimate Research. Sukmantalya K. I Nyoman. (1995). Pengenalan Secara Tinjau GeomorjologidanTerapannya Melalui SurveiPenginderaan Jauh Untuk InterpretasiSumberdaya Lahan.Bakosurtanal. Sutanto. (1986).Pengideraan Jauh. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sutikno.(1982).Peranan Geomorfologi Dalam Aspek-Aspek Keteknikan, (Makalah Seminar Geografi II IGEGAMA), Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. van Zuidam. R.A dan F.I. van Zuidam Concelado, 1979. Terrain Analysis and Classification Using Aerial Photographs, Intyernastional Institute for Aerial Survey and Earth Science (ITC) 350, Boulevard Al Ennsched, The Netherlands. Verstappen, M.Th., (1983), Applied Geomorphology, Geomorphological Surveys for Environmental Development, Amsterdam: Elsiever Science Publishing Comp.

Anda mungkin juga menyukai