Anda di halaman 1dari 7

off line lah UJIAN TENGAH SEMESTER MANAJEMEN PELAYANAN KONSELING DI SEKOLAH

Dosen Pembina : Drs. Asmdir Ilyas, M.Pd, Kons

Oleh : BOBBY NANDA PUTRA 18028 / 2010

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

1. Jelaskan 5 alasan mengapa guru pembimbing perlu mengenal/memahami manjemen konseling sekolah! Keberhasilan pelayanan bimbingan dan koseling di sekolah tidak mungkin tercapai dengan baik, apabila pelaksanaan bimbingan dan konseling tidak dikelola secara baik. Pegelolaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan suatu yang essensial, apabila para pengelola dan pelaksana pendidikan menginginkan setiap siswa berkembang secara optimal. Disamping itu keterlaksanaan program bimbinagn konseling di sekolah tidak dapat dipisahkan dari kemampuan guru pembimbing untuk menyusun program kerja yang jelas, kemampuan untuk membina kerjasama yang baik dengan personel sekolah lainnya, serta tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Setiap kegiatan layanan yang dikerjakan membutuhkan pengelolaan dan perencanaan yang matang. Perencanaan yang matang dituangkan dalam sebuah program layanan yang rasioanal, ojektif sesuai dengan situasi dan kondisi dan menjaminnya terpenuhinya kebutuhan (Riska Ahmad. 2002 : 77) Nantinya saat berada di lapangan atau si sekolah, guru pembimbing tentunya akan melaksanakan berbagai macam kegiatan konseling yang diselenggarakan dengan melibatkan banyak orang maupun pihak, artinya untuk menyelenggarakan berbagai macam kegiatan konseling tersebut, guru pembimbing tidak akan bisa bekerja atau melaksanakan kegiatan konseling di sekolah tanpa

bantuan dari pihak lain di sekolah. Mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah dengan berbagai bidang yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing, guru mata pelajaran, wali kelas kelas, personil administrasi, perlu dikelola serta perlu dilakukan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi manjemen merupakan suatu ilmu juag seni untuk membuat orang lain mau dan bersedia bekerja untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan bersama. Menurut Riska Ahmad (2002: 1 di sekolah guru pembimbing perlu dapat membentuk oragnisasi tersendiri yang dikordinir oleh seorang guru pembimbing dengan kualifikasi tertentu yang biasanya disebut dengan koorditor BK. Setiap koordinator perlu mengetahui kekuatan yang ada pada organisasi, termasuk sumber daya yang dimiliki. Disamping itu sebagian dari organisasi sekolah juga perlu dilakukan kegiatan manajemen yang perlu diarahkan bagi tercapaianya tujuan organisasi sekolah. Pengelolaan layanan bimbingn konseling di sekolah yang baik dan terarah memungkinkan para petugas dapat bekerja secara efektif dan efisien dan siswa akan mendapatkan pelayanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh baik dalam hal kesempatan maupun dalam jenis layanan yang diperlukan. Kita lihat saja dari tujuan konseling adalah tercapainya kehidupan efektif sehari-hari bagi siswa. Jika siswa mengalami masalah pada kehidupannya dan mengganggu kehidupan efektifnya sehari-hari misalnya mengganggu akitivitas pencapaian belajar siswa di sekolah, guru pembimbing akan mencoba memeberikan layanan konseling agar permasalahan siswa tersebut bisa dientaskan. Untuk mengentaskan permasalahan ini tentunya guru pembimbing memerlukan kerja sama dan koordinasi dengan pihak lain seperti wali kelas atau pihak-pihak sekolah lainnya yang bisa membantu proses pengentasan masalah siswa. Senada dengan hal tersebut menurut Husaini Usman (200 ada beberapa tujuan mengapa guru pembimbing perlu mengenal/memahami manajemen konseling di sekolah : a. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. b. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan makhluk mulia. c. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. d. Teratasinya masalah mutu pendidikan . e. Tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manejemen pendidikan. Jika guru pembimbing suadah mengenal dan memahai manajemen konseling di sekolah nantinya guru pembimbing akan mampu melaksanakan segala kegiatan konseling dengan baik, bermanfaat, bermakna, bagi semua pihak sekolah terutama siswa sekolah. 2. Jelaskan mengapa studi kelayakan (need asesment) perlu dilakukan guru bimbingan dan konseling di sekolah? Serta jelaskan bagaimana langkah-langkah penyusunan program bimbingan konseling di sekolah? Studi kelayakan merupakan seperangkat kegiatan dalam mengumpulkan berbagai informasi tentang hal-hal yang dibutuhkan untuk penyusunan program bimbingan konseling di sekolah, dengan adanya studi kelayakan ini, kesimpulan dan saran-saran yang disajikan pada saat akhir studi digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan program bimbingan konseling yang perlu dikembangkan di sekolah. Dalam studi kelayakan ini ada beberapa pertimbangan seperti sarana dan prasaran yang bisa diamati, pegendalian pelaksanaan program dan pembiayaan kegiatan secara keseluruhan yang menunjang pelaksanaan program bimbingan konselinng, nantinya dari penggalian dari aspek-aspek tersebut, dapat diambil beberapa kemungkinan yang akan diambil

sebagai ksimpulan : a. Suatu kegiatan dapat dikatakan sangat layak untuk dilaksanakan. b. Suau kegiatan layak untuk dilaksanakan. c. Suatu kegitan kurang layak dilaksanakan. d. Suatu kegiatan tidak layak dilaksanakan. Riska Ahmad (2002: 93) juga mengungkapkan persiapan studi kelayakan antara lain : a. Aplikasi intrumentasi bimbingan konseling seperti angket, wawancara, AUM terhadap siswa asuh. b. Berdiskusi dengan sisa, guru pembimbing, guru lain, coordinator BK, dan kepala sekolah. c. Memperhatikan kebijakan sekolah dan situasi sekolah, lingakungan dan masyarakat.

Menurut Miller (dalam Soetjipto dan Raflis Kosasi. 1994 : 87) Langkah-langkah penyusunan program bimbingan konseling di sekolah adalah sebagai berikut : 1. Tahap persiapan Langkah ini dilakukan melalui survai untuk menginterventarisasi tujuan, kebutuhan dan kemampuan sekolah, serta kesiapan sekolah yang bersangkutan untuk melaksanakan program bimbingan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan langkah-langkah awal pelaksanaan program. 2. Pertemuan-pertemuan pemulaan dengan para konselor yang telah ditujukan oleh pimpinan sekolah. Tujuan pertemuan ini untuk menyamakan pemikiran tentang perlunya program bimbingan, serta merumuskan arah program yang akan disusun. 3. Pembentukkan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan konseling. Panitia ini bertugas merumuskan tujuan program bimbingan yang akan disusun, mempersiapkan bagan organisasi dari program bimbingan tersebut dan membuat kerangka dasar dari program bimbingan yang akan disusun. 4. Pembentukkan panitia penyelenggara program. Panitia ini bertugas mempersiapkan program tes, mempersiapkan dan melaksanakan system pencatatan dan melatih para pelaksana program bimbingan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dari langkah-langkah tersebut tentunya diharapkan segalan program kegiatan bimbigan konseling di sekolah dapat berjalan dan dilaksanakan dengan baik. Disamping rumusan tentang langkah-langkah penyusunan program bimbingan di atas, menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi (1994 : 87-8 ada langkah-langkah sederhana penyusunan program bimbingan, yaitu : a. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan bimbingan. Pada saat kegiatan ini dapat dilakukan pertemuan-pertemuan dengan personel sekolah lainnya guna mendapatkan masukkan (input) mengenai berbagai hal yang perlu ditangani oleh konselor. b. Setelah data terkumpul perlu dilakukan penetuan urutan orioritas kegiatan yang akan dilakukan dan sekaligus menyusun konsep program bmbingan yan akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Dalam kegiatan ini juga ditentukan personalia yang akan melaksanakan program kegiatan itu serta sasaran dari program tersebut. c. Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah bila perlu dengan mengundang personel sekolah untuk memperoleh balikan guna penyempurnaan program tersebut.

d. Penyempurnaan konsep program yang dibahas bersama kepala sekolah. e. Pelaksanaan program yang telah direncanakan. f. Setelah program dilaksanakan, perlu diadakan evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bilaman ada bagian-bagian yang tidak terlaksana dan seterusnya dicari factor penyebabnya. g. Dari hasil evaluasi program tersebut kemudian dilakukan penyempurnaan (revisi) untuk program berikutnya. 3. Jelaskan bagaimana prosedur penerapan POAC oleh masing-masing personil pengelola program bimbingan konseling di sekolah beserta contohnya! 4. Kemukakan beberapa issue dan masalah berkaitan dengan manajemen konseling di sekolah beserta contoh! Banyaknya pandangan-pandangan miring dan kurang baik terhadap BK karena masih ada beberapa oknum yang beranggapan bahwa bimbingan konseling bisa dilakukan oleh berbagai kalangan dari latar belakang pendidikan. Padahal untuk dan berbagai kemudahan bagi terkaksananya pelayanan menjalani dan melaksanakan kegiatan dan layanan bimbingan dan konseling dibutuhkan seorang yang benar-nenar bersal dari latr belakang pendidikan bimbingan konseling dan lebih bagusnya lagi lulusan pendidikan profesi konselor. Banyaknya terjadi kesalahpahaman yang sering dijumpai terutama berkaiatan dengan manajemen bimbingan konseling di sekolah antara lain : (Prayitno dan Erman Amti. 1994 : 125 ) a. Bimbingan konseling bekerja sendiri Pelayanan bimbingan konseling bukanlah proses yang terisolasi, melainkan proses yang bekerja sendiri sarat dengan unsur budaya, social, dan lingkungan. Oleh karenanya pelayanan bimbingan konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor perlu bekerja dengan oaring-orang yang diharapkan dapat membantu dan menanggulangi masalah yang sedang dihadapi klien. Contohnya di sekolah, masalah-masalah yang dihadapi siswa tidak berdiri sendiri. Masalah itu sering terkait dengan guru, orang tua, dan pihak-pihak lain terkait pula dengan berbagai unsure lingkungan rumah, sekolah, dan masyrakat sekitarnya. Leh sebaba itu penanggulangannnya tidak dapat dilakukan sendiri oleh konselor saja. Dalam hal ini peranan guru, orang tua dan pihakpihak lain sering kali menentukan. Konselor harus pandai menjaling hubungan kerja sama yang saling mengerti dan saling menunjang demi terbantunya siswa yang mengalamimaslah tersebut. Disamping itu konselor juga harus pula memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dada dapat diadakan untuk kepentingan pemecahan masalah siswa. b. Konselor harus aktif sedangkan pihak lain pasif Sesuai dengan asas kegiatan, disamping konselor yang bertindak sebagai pusat penggerak bimbingan dan konseling, pihak lain pun terutama klien harus secara langsung aktif terlibat dalam proses tersebut. Pihak-pihak lain hendaknya tidk membiarkan konselor bekerja sendiri, hendaknya mereka membantu kelancaran usaha pelayanan. Pada dasarnya kegiatan layanan bimbingan koseling adalah usaha bersama, jika hanya konselor yang bekerja maka hasilnya akan kurang mantap, tersendat-sendat , atau bahkan tidak iap siswa yang berjalan sama sekali. c. Konselor dianggap sebagai polisi sekolah Anggapan konselor sebagai polisi sekolah yang harus menegakan kedisiplinan dengan sanksisanksi yang keras. Biasanya setiap siswa yang melanggar aturan dan membuat keonaran akan langsung dikirim kepada guru pembimbing untuk diberikan sanksi atau hanya sekedar diberikan nasehat. Guru pembimbing terkadang dituntut untuk mencari bukti-bukti atau berusaha dengan

cara yang keras agar siswa mengakui kesalahannya. Contohnya guru pembimbing ditugasi agar siswa mengungkapkan kesalahannya bahwa dia bolos pada saat jam pelajaran sedang berlangsung. 5. Jelaskan mekanisime pengelolaan manajemen konseling di sekolah berdasarkan sturktur organisasi sekolah? Pelayanan bimbingan konseling di sekolah tidak mungkin tercapai apabila pihak lain pelaksanaan bimbingan dan konseling tidak dikelola secara baik. Pegelolaan layanan bimbingan konseling yang baik dan terarah memungkinkan para petugas dapat bekerja secara efektif dan efisien. Dengan pengelolaan bimbingan konseling yang baik dan terarah, setiap bimbingan dapa mengahayati perannya masing-masing dan mengetahui pula bagaimana dan dimana mereka perlu bertindak dan peran petugas bimbingan dapat mengahayati pengalaman yang berguna bagi pengembangan diri sendiri dan kemampuan siswa yang di bimbing. Menurut Prayitno (dalam Riska Ahmad dan Marwisni Hasan. 2002 : 79) pengelolaan layanan bimbingan konseling meliputi organisasi, para pelaksana., pengorganisasian, pelaporan, dan pengawasan. Semua kegiatan ini dituangkan dalam suatu program yang jelas dan terarah karena pengeloalaan kegiatan bimbingan konseling yang jelas dan terarah dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada siswa sehingga dapat berkembang secara optimal. Layanan bimbingan konseling merupakan bagian yang terintegrasi dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah yaitu kepala sekolah, guru, wali kelas, dan petugas lainnya. Semua personel sekolah terkait dalam dalam pelaksanaan program bimbingan. Kegiatan bimbingan mencakup banyak aspek dan saling kait-mengait, sehingga tidak memungkinkan jika layanan bimbingan konseling hanya menjadi tanggung jawab konselor saja. Berikut adalah peran-peran personel sekolah dalam pelaksanaan program bimbingan konseling di sekolah : (Soejipto dan Raflis Kosasi. 1994: 95) a. Kepala sekolah 1) Membuat rencana atau program sekolah secara menyeluruh. 2) Mendelegasikan tanggung jawab tertentu dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. 3) Mengawasi pelaksanaan program. 4) Mempertanggung jawabkan program tersebut baik ke dalam (sekolah) maupun ke luar (masyarakat). 5) Mengadakan hubungan dengan lembaga-lembaga di luar sekolah dalam rangka kerja sama pelaksanaan bimbingan. 6) Mengkoordinasikan kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan lainnya. b. Konselor sekolah 1) Menyusun program bimbingan dan konseling bersama kepala sekolah. 2) Memberikan garis-garis kebijaksanaan umum mengenai kegiatan bimbingan konseling. 3) Bertanggung jawab terhadap jalannya program. 4) Mengkoordinasikan laporan kegiatan kepada kepala sekolah. 5) Memberikan laporan kegiatan kepada kepala sekolah. 6) Membantu siswa untuk memahami dan mengadakan penyesuaian kepada diri sendiri, lingkungan sekolah, dan lingkungan social yang makin lama makin berkembang. 7) Menerima dan mengklasifikasikan informasi pendidikan dan informasi lainnya yang diperoleh dan menyimpannya sehingga menjadi catatan kumulatif siswa.

Menganalisis dan menafsirkan data siswa untuk menetapkan suatu rencana tindakan positif terhadap siswa. 9) Menyelenggarakan pertemuan staf. 10) Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling individual. 11) Memberikan informasi pendidikan dan jabatan kepada siswa-siswa dan menafsirkannya untuk keperluan pendidikan dan jabatan. 12) Mengadakan konsultasi dengan instansi-instansi yang berhubungan dengan program bimbingan konseling dan memimpin usaha survai dalam masyrakat sekitar sekolah untuk mengetahui lapangan-lapangan kerja yang terbuka. 13) Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman atau kegiataan ko-kurikuler yang sesuai dengan minat, bakat, sifat, dan kebutuhannya. 14) Membantu guru menyusun pengalaman belajar dan membuat penyesuaian metode mengajar yang sesuai dengan dan dapat memenuhi sifat masalah masing-masing siswa. 15) Mengadakan penelaahan lanjutan terhadap siswa yang putus sekolah serta melakukan usaha penilaian lain yang berhubungan dengan program bimbingan secara tetap. 16) Mengadakan konsultasi dengan orang tua siswa dan mengadakan kunjungan rumah. 17) Menyelenggarakan pembicaraan kasus. 1 Mengadakan wawancara program latihan bagi para petugas bimbingan. 19) Menyelenggarakan program latihan bagi para petugas bimbingan. 20) Melakukan alih tangan maslah siswa kepada lemabaga atau ahli lain yang lebih berwenang. c. Guru wali kelas 1) Mengumpulkan data tentang siswa. 2) Menyelenggarakan bimbingan kelompok. 3) Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa. 4) Mengawasi kegiatan sehari-hari. 5) Mengobservasi kegiatan siswa di rumah. 6) Mengadakan kegiatan orientasi. 7) Memberikan penerangan. Mengatur dan menempatkan siswa. 9) Memantau hubungan social siswa denga individu lainnya dari berbagai segi, frekuensi pergaulan, intensitas pergaulan dan popularitas pergaulannya. 10) Bekerjasama dengan konselor dalam membuat sosiometri dan sosiogram. 11) Bekerjasama dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan kesehatan psikologis oleh tim ahli. 12) Mengidentifikasi siswa yang memerlukan bantuan. 13) Ikut serta atau menyelenggarakan sendiri pertemuan kasus. d. Guru mata pelajaran 1) Turut serta akitif dalam memabantu melaksanakan kegiatan program bimbingan koseling. 2) Memberikan informasi tentang siswa kepada staf bimbingan dan konseling. 3) Memberikanan layanan instruksional atau pengajaran. 4) Berpartisipasi dalam pertemuan kasus. 5) Memberikan informasi kepada siswa. 6) Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa. 7) Menilai hasil kemajuan belajar siswa.

Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa. 9) Bekerjasama dengan konselor dalam pengumpuln data siswa dalam usaha untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa. 10) Membantu memecahkan masalah siswa. 11) Mengrimkan masalah siswa yang tidak dapat diselesaikannya kepada konselor. 12) Mengidentifikasi, menyalurkan dan membina bakat. e. Petugas administrasi 1) Mengisi kartu pribadi siswa. 2) Menyimpan catatan-catatan dan data lainnya. 3) Menyelesaikan laporan dan pengumpulan data tentang siswa. 4) Mengirim dan menerima surat panggilan dan pemberitahuan. 5) Menyiapkan alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data siswa, seperti angket, observasi, wawancara, riwayat hidup, sosiometri dan sosiogram, kunjungan rumah, panggilan orang tua, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan psikologis. 6. Jelaskan persyaratan yang perlu dipenuhi dalam pengelolaan manajemen konseling di sekolah!

Anda mungkin juga menyukai