Anda di halaman 1dari 81

1

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berfungsi sebagai tempat
untuk tumbuhnya tanaman. Tanaman dapat tumbuh ditanah dipengaruhi oleh
kesuburan tanah. Kesuburan tanah yaitu kemampuan tanah untuk
menyediakan unsur hara yang menyangkut kualitas hara, ketrersediaan dan
upaya untuk menahan hara dari pencucian. Kesuburan tanah dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor seperti tekstur tanah, struktur tanah, ketersediaan air
dalam tanah, unsur hara makro dan mikro, adanya organisme dalam tanah,
reaksi tanah (ph tanah), kapasitas pertukaran kation, tipe klei.
Kata tanah (soil) berasal dari bahasa Perancis kuno yang merupakan
turunan dari bahasa Latin solum yang berarti lantai atau dasar. Pada
umumnya tanah berarti bagian permukaan terpisah dari bumi dan bulan
sebagaimana dibedakan dari batuan yang padat. Bagi petani, tanah merupakan
medium tempat tanaman budidaya tumbuh. Beberapa pengertian tanah antara
lain :
1. Tanah sebagai pijakan bumi, tanah merupakan landasan yang mendukung
kegiatan dan tempat tinggal.
2. Tanah sebagai media untuk pertumbuhan tanaman, klasifikasi tanah
berdasarkan kemampuan tanah untuk memberikan hasil pertanian.
3. Tanah sebagai mantel batuan yang lapuk atau disebut juga sebagai
regolith.
4. Tanah sebagai campuran bahan, konsep tanah sebagai campuran bahan
berguna dalam membahas tanah sebagai bahan teknik, tanah sebagai
sistem tiga fase dan tanah sebagai produk buatan produk.
5. Tanah sebagai tubuh yang terorganiasasi, horizon tanah adalah lapisan
yang kira-kira sejajar dengan permukaan bumi yang merupakan produk
evolusi dan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan horizon yang
berdekatan.
1
2

Berbagai aktivitas makhluk hidup tidak terlepas dari yang namanya
tanah. Tanah berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan semua
sisi kehidupan mulai dari tempat tumbuhan hidup, hewan mencari makan
sampai tempat bagi manusia untuk melakukan berbagai aktivitas. Manusia
tergantung pada tanah dan tanahpun juga bergantung pada campur tangan
manusia. Tanah yang baik akan memberikan manfaat bagi manusia
sedangkan tanah akan menjadi tidak bermanfaat apabila tidak diolah dengan
baik dan benar oleh manusia.
Tanah yang subur mempunyai sifat kimia, biologi dan fisika yang
seimbang sehingga dapat mendukung untuk pertumbuhan tanaman. Tekstur
tanah yang merupakan perbandingan antara pasir, debu dan lempung dalam
suatu massa tanah akan mempengaruhi mengikatan unsur hara. Unsur hara
dalam tanah ada unsur hara makro primer meliputi nitrogen, fosfor dan
kalium, untuk unsur hara makro sekunder meliputi Ca, Mg dan S, serta unsur
hara mikro Cu, Zn, Mo, B, Cl. Unsur hara essensial tersebut dugunakan
tanaman untuk pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Tanah kekurangan
unsur-unsur tersebut maka dapat ditambahkan pupuk sebagai suplai unsur
hara tersebut. Penambahan pupuk urea yang dapat mensuplai nitrogen,
penambahan pupuk TSP dapat mensuplai unsur fosfor. Tanaman kekurangan
unsur hara tertentu maka tanaman akan menunjukkan gejala karena
kekurangan unsur tersebut. Namun jika unsur hara mikro terdapat anyak
didalam tanah maka dapat menyebabkan keracunan pada tanaman.
Kesuburan tanah juga ditentukan organisme yang ada didalam tanah.
Misalnya saja bakteri Rhizobium yang dapat mengikat N, keberadaan cacing
tanah yang membentuk rongga-rongga dalam tanah sebagai tempat
tersedianya udara dalam tanah yang dapat berpengaruh pada kesuburan tanah.
Adanya air didalam tanah juga mempngaruhi kesuburan tanah, jika tanah
kurang air maka tanah tersebut kurang subur.

3

B. Tujuan
Praktikum kesuburan tanah ini dilaksanakan dengan maksud dan tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sifat fisika pada suatu tanah.
2. Untuk mengetahui sifat kimia pada suatu tanah.
3. Untuk mengetahui tentang pengaruh pemberian pupuk kepada tanaman
kacang tanah dan jagung pada tanah.
4. Untuk mengetahui gejala kekahatan unsur N, P, dan K pada tanaman
kacang tanah dan jagung.
5. Untuk mengetahui tentang pengaruh pemberian legin terhadap tanaman
kacang tanah dan pemberian mikoriza pada tanaman jagung.
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Kesuburan Tanah pada semester ini dilaksanakan pada dua tempat
yang berbeda, yaitu :
1. Analisis Kimia dan Fisika Tanah
Hari, Tanggal : Senin-Selasa 30 April-1 Mei 2012
Tempat : Laboratorium Kimia Tanah FP UNS
Waktu : 08.00-selesai
2. Omision Test
Hari, Tanggal : Rabu, 23 Mei 2012
Tempat : Rumah Kaca
Waktu : 12.00- selesai
4

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah Entisol
Entisols adalah tanah yang belum berkembang dan banyak dijumpai
pada tanah dengan bahan induk yang sangat beragam, baik dari jenis, sifat
maupun asalnya. Beberapa contoh Entisols antara lain berupa tanah yang
berkembang dari bahan aluvial muda berlapis tipis. Tanah yang berkembang
di atas batuan beku dengan solum dangkal atau tanah yang berkembang pada
kondisi yang sangat basah atau sangat kering (Munir, 1995).
Di Indonesia tanah Entisol banyak diusahakan untuk areal persawahan
baik sawah teknis maupun tadah hujan pada daerah dataran rendah. Tanah ini
mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap
erosi dan kandungan hara tersediakan rendah. Potensi tanah yang berasal dari
abu vulkan ini kaya akan hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan
dipercepat bila terdapat cukup aktivitas bahan organik sebagai penyedia
asam-asam organik (Hardjowigeno, 1992).
Entisol (ent berasal dari kata recent) adalah tanah mineral yang tidak
memiliki horison-horison pedogenik yang mencirikan Entisol. Dicirikan oleh
bahan mineral tanah yang belum membentuk horizon diagnostik yang nyata
karena pelapukan baru diawali atau bahan induk yang sukar larut seperti pasir
kuarsa, atau terbentuk batuan keras yang larutnya lambat seperti batu
gamping, atau topografi sangat miring sehingga kecepatan erosi melebihi
pembentukan horison pedogenik (Darmawijaya, 1990).
Lahan pasir umumnya berupa bahan marginal yang belum dapat
dimanfaatkkansecara optimal untuk pertanian. Hal ini dikarenakan
ketidakmampuan tanah pasir untuk menahan air. Tanah tersebut termasuk
alfisol, tanah muda yang belum berkembang baik dengan struktur lepas-lepas
dan belum membentuk agregat sehingga sangat peka terhadap erosi. Tanah
alfisol juga kurang liat, mempunyai porositas rendah dan zat haranya juga
rendah (Triwahyuningsih, 1997).
4
5

Penggunaan bahan organik diharapkan mampu memperbaiki sifat fisik
dan kimia tanah Entisol sehingga menunjang pertumbuhan tanaman yang
lebih baik. Penelitian perubahan sifat-sifat tanah setelah beberapa kali
dilakukan sistem pertanian organik perlu dilakukan untuk mengetahui
manfaat sistem ini terhadap perbaikan sifat tanah untuk menjamin
keberlanjutan penggunaan selanjutnya. Pupuk kimiawi buatan memasok hara
tertentu berupa senyawa anorganik berkonsentrasi tinggi dan mudah larut.
Pemberian berulang kali dapat membahayakan flora dan fauna tanah alami,
mendatangkan ketimpangan hara dalam tanah, dan dengan sistem pengelolaan
hara yang biasa dilakukan waktu ini dapat menyebabkan pencemaran
bekalan-bekalan air, khususnya air tanah (Sapei, 2008).
B. Tanah Inceptisol
Pembentukan solum tanah Inceptisol yang terdapat di dataran rendah
umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang
terbentuk tipis. Warna tanah Inceptisol beraneka ragam tergantung dari jenis
bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna
coklat kemerahmerahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam
mengandung bahan organik yang tinggi (Resman, 2006).
Inceptisol menunjukkan tanah yang belum matang (immature) dengan
perkembangan profil yang lebih lemah dibandingkan dengan tanah matang,
dan masih menyerupai sifat bahan induknya (karena inceptisol berasal dari
kata inceptum yang artinya permulaan). Beberapa faktor yang mempengaruhi
pembentukan inceptisol adalah bahan induk, banyak mengandung abu
vulkan, posisi dalam landscape yang ekstrim yaitu daerah curam atau lebah,
permukaan geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah belum
lanjut. Pemanfaatan tanah di bidang pertanian adalah sangat beragam.
Inceptisol yang bermasalah adalah dari great group sulfaquept, yang sangat
masam. Masalah fiksasi P dapat terjadi pada suborder andept yang banyak
mengandung alofan (Ronny, 2008).

6

Di Indonesia tanah Entisol banyak diusahakan untuk areal persawahan
baik sawah teknis maupun tadah hujan pada daerah dataran rendah. Tanah ini
mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap
erosi dan kandungan hara tersediakan rendah. Potensi tanah yang berasal dari
abu vulkan ini kaya akan hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan
dipercepat bila terdapat cukup aktivitas bahan organik sebagai penyedia
asam-asam organik (Tan, 1992).
Penggunaan bahan organik diharapkan mampu memperbaiki sifat fisik
dan kimia tanah Entisol sehingga menunjang pertumbuhan tanaman yang
lebih baik. Penelitian perubahan sifat-sifat tanah setelah beberapa kali
dilakukan sistem pertanian organik perlu dilakukan untuk mengetahui
manfaat sistem ini terhadap perbaikan sifat tanah untuk menjamin
keberlanjutan penggunaan selanjutnya. Pupuk kimiawi buatan memasok hara
tertentu berupa senyawa anorganik berkonsentrasi tinggi dan mudah larut.
Pemberian berulang kali dapat membahayakan flora dan fauna tanah alami,
mendatangkan ketimpangan hara dalam tanah, dan dengan sistem pengelolaan
hara yang biasa dilakukan waktu ini dapat menyebabkan pencemaran
bekalan-bekalan air, khususnya air tanah (Sapei, 2008).
Proses pedogenesis yang mempercepat proses pembentukan tanah
Inceptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat, hidrolisis mineral
primer menjadi formasi lempung, pelepasan sesquioksida, akumulasi bahan
organik dan yang paling utama adalah proses pelapukan, sedangkan proses
pedogenesis yang menghambat pembentukan tanah Inceptisol adalah
pelapukan batuan dasar menjadi bahan induk Inceptisol adalah tanah yang
belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih lemah
dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai sifat
bahan induknya (Hardjowigeno, 1993).



7

C. Tanah Alfisol
Alfisol mempunyai karakteristik sebagai hasil translokasi lempung
silikat tanpa merusak basa berlebihan dan tanpa dominasi proses kearah
terbentuknya molic epipedon, sehingga menggabungkan epipedon ochric,
umbric dan atau argillic dengan tersedianya basa sedang sampai banyak
dalam tanah. Karena mengandung air dan basa pada umumnya tanah ini
digunakan secara intensif tetapi problema pengolahan tanah sangat umum.
Dalam typical alfisol terdapat penetrasi dangkal C organik, akumulasi
lempung yang nyata pada kedalaman sekitar 60 cm, dan tingkat kejenuhan
basa yang tinggi di seluruh profil tanah (Darmawijaya, 1990).
Tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi di horison B
(Horison argilik) dibedakan menjadi Afisol (pelapukan belum lanjut) dan
Ultisol (pelapukan lanjut). Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim
sedang, tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama
di tempat-tempat dengan tingkat pelapukan sedang. Alfisol ditemukan di
daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan Alfisol di Iowa
memerlukan waktu 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat untuk
membentuk horison argilik. Alfisol terbentuk di bawah tegakan hutan
berdaun lebar (Anonim
a
, 2008).
Alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivine, tufa, dan
lahar. Alfisol merupakan ordo yang dicirikan oleh adanya horison agrilik
yang mempunyai kejenuhan basa tinggi. Urutan proses tanah meliputi
pencucian karbonat, pencucian besi, pemebntukkan epippedon echtic (horison
A), pembentukkan horison alibik dan pengendapan argilik (Munir, 1995).
Bentuk dan sifat pergerakan serta redistribusi fosfor telah menjadi
bahan pada banyak penelitian dalam Alfisol dan tanah-tanah lainnya. Hal ini
utamanya diakibatkan oleh peranan fosfor dalam hara tanaman. Translokasi
fosfor dalam Albaqualfs dan menemukan adanya penimbunan P dari tanah-
tanah sekitarnya yang tergolong Aquoll. Dengan meningkatnya
perkembangan profil kalsium-P berkurang dalam profil yang terlapuk
sementara Fe-P meningkat. Horison-horison dengan liat maksimum
8

umumnya mengandung total P yang minimal yang menunjukkan bahwa liat
tidak efektif dalam mengikat P (Lopulisa, 2004).
Alfisol terbentuk dari bahan induk yang mengandung karbonat dan
tidak lebih tua dari pleistosin. Di daerah dingin hampir semuanya berasal dari
bahan induk berkapur yang masih muda. Di daerah basah bahan induk
biasanya lebih tua daripada di daerah dingin. Alfisol merupakan tanah yang
subur, banyak digunakan untuk pertanian, rumput ternak, atau hutan. Tanah
ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, kapasitas tukar kation tinggi, cadangan
unsur hara tinggi (Hardjowigeno, 1993).
D. Tekstur Tanah
Pada suatu penelitian didapatkan bahwa tekstur tanah menunjukkan
tingkat kekasaran dan kehalusan tanah. Kasar-halus tersebut ditunjukkan
dengan kasar-halus butir-butir penyusunnya. Porositas tanah menunjukkan
semakin ke dalam jumlah pori-pori semakin kecil yang diakibatkan antara
lain oleh adanya pemadatan tanah. Pemadatan tanah disuatu daerah
merupakan akibat dari injakan oleh para penunjang. Adanya pori-pori yang
menurunkan jumlahnya, maka akan mengakibatkan kapasitas tanah
menampung air dn udara menurun (Pratiwi, 2007).
Tekstur tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang
paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil.
Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan
baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir seimbang.
Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir tanah
(semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang
air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit
diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah
jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan
cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah
dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan
unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini
mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara (Pipit, 2010).
9

Berdasarkan hasil pengukuran erosi di beberapa tempat oleh Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslittanak) menunjukkan bahwa pada
budidaya tanaman pangan semusim tanpa disertai konservasi tanah, besarnya
erosi berkisar antara 46 hingga 351 ton/ha/tahun. Nilai ini jauh melampaui
ambang batas erosi yaitu 5-15 ton/ha/tahun. Liat bersifat licin dan lekat
(sticky) jika basah dan akan membentuk gumpalan alami (clod) yang sangat
keras jika kering (Sukmana, 1996).
Tekstur tanah merupakan ukuran relatif partikel tanah yang mengacu pada
kehalusan atau kekasaran tanah. Tekstur adalah perbandingan relative pasir,
debu dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi kimia dan fisika
yang penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur, karena tekstur
ini menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi tersebut. Jenis-
jenis tanah digolongkan berdasarkan ukuran partikel. Partikel tanah mineral
dibagi menjadi kelompok-kelompok yang seluruhnya berdasarkan ukuran,
yaitu tanpa memperhatikan komposisi kimia, warna, bobot atau sifat-sifat lain
(Wuryatno, 2000).
Pelapukan dan pelepasan hara terlarut yang lebih cepat untuk
pertumbuhan tanaman dibandingkan pasir. Tanah dengan kapasitas tertinggi
atau terbesar untuk menahan air melawan tarikan gravitasi merupakan ciri
utama dari tanah liat. Pelapukan secara kimia pada permukaan batuan, pasir
dan partikel-partikel debu halus membentuk ion-ion yang berkombinasi untuk
membentuk partikel berukuran halus seukuran tanah liat (Setiawan, 2007).
E. Struktur Tanah
Kerapatan partikel (Berat Jenis) tanah mineral berkisar antara 2,60-
2,75g.cm-3. Rerata kerapatan partikel tanah adalah 2,65 (BJ kuarsa),
sedangkan bahan organik 1,4g.cm-3. Kerapatan partikel tanah bervariasi
tergantung pada kandungan bahan organik. Tanah lapisan olah yang
mengandung humus mempunyai BJ antara 2,40-2,65 g.cm-3. Kerapatan
lindak tanah (Berat Volume) bervariasi tergantung pada kandungan lengas
tanah. Dengan demikian, pengukuran BV tanah harus menentukan juga kadar
lengasnya. Kerapatan tanah tergantung pada kerapatan partikel dan ruang pori
10

tanah. Tanah mineral mempunyai kerapatan lindak 1,1-1,8 g.cm-3, biasanya
1,3-1,5 g.cm-3, kecuali tanah yang berkembang dari bahan induk abu
vulkanik dan kaya bahan amorf mempunyai BV <0,9 g.cm-3, tanah organik
(gambut) mempunyai BV sangat rendah (+- 0,15g.cm-3). Tanah lapisan
permukaan yang kaya bahan organik dan gembur mempunyai kerapatan
lindak yang lebih rendah daripada lapisan bawah yang lebih pejal dan
kandungan humus rendah (Sutanto, 2005)
Berdasarkan diagram ketersediaan air pada berbagai tekstur tanah dapat
dillihat bahwa makin halus tekstur tanah (liat) makin tinggi kadar air
kapasitas lapang maupun kadar air titik layu permanen. Selanjutnya kadar air
tersedia (selisih antara kadar air kapasitas lapang dan titik layu permanen)
terbanyak pada tekstur lempung berdebu. Hal ini disebabkan air yang ada
dalam tekstur sangat halus (liat) tidak semuanya dapat diambil oleh tanaman.
Tanah-tanah berpasir tidak dapat menyimpan banyak air seperti halnya tanah
liat, akan tetapi persen ketersediaan airnya lebih tinggi (Winarso, 2004).
Degradasi sifat fisik tanah pada umumnya disebabkan karena
memburuknya struktur tanah. Kerusakan struktur tanah diawali dengan
penurunan kestabilan agregat tanah sebagai akibat akibat dari pukulan air
hujan dan kekuatan limpasan permukaan. Penurunan kestabilan agregat tanah
berkaitan dengan penurunan kandungan bahan organik tanah, aktivitas
perakaran dan mikroorganisme tanah. Penurunan ketiga agen pengikat tanah
tersebut, selain menyebabkan agregat tanah relatif mudah pecah juga
menyebabkan terbentuknya kerak di permukaan tanah (soil crusting) yang
mempunyai sifat padat dan keras bila kering. Pada saat hujan turun, kerak
yang terbentuk di permukaan tanah juga menyebabkan penyumbatan pori
tanah. Akibat proses penyumbatan pori tanah ini, porositas tanah, disribusi
pori tanah, dan kemampuan tanah untuk mengalirkan air mengalami
penurunan dan limpasan permukaan akan meningkat. Sehingga upaya
perbaikan degradasi sifat fisik tanah mengarah terhadap perbaikan struktur
tersebut (Suprayogo et al., 2001).
11

Struktur tanah berhubungan dengan agregasi partikel utama tanah yaitu
pasir, debu dan tanah liat menjadi partikel senyawa atau kelompok partikel
utama yang dipisahkan dari agregat yang berdekatan dengan permukaan yang
lemah. Struktur memodifikasi pengaruh tekstur dalam hal hubungan
kelembaban dan udara, tersedianya hara tanaman, kegiatan jasad renik dan
pertumbuhan akar. Berdasarkan tipe struktur dan kepentingan tanah, agregat
tanah atau ped diklasifikasikan berdasarkan bentuk seperti bulat, seperti
piringan, seperti balok atau seperrti prisma. Ukuran makroskopis kebanyakan
ped mengakibatkan adanya ruangan interped yang jauh lebih besar dari yang
dapat terjadi diantara partikel-partikel pasir, debu dan tanah liat yang
berdekatan. Tiga kelompok bahan koloid yang penting seperti halnya materi
perekat dalam pembentukan agregat, yaitu mineral tanah liat, oksida-oksida
koloid dari besi dan mangan, koloid materi organik termasuk getah jasad
renik (Gardner, 1995).
Agregasi : agregat sebaiknya tersusun dengan distribusi ukuran yang
seimbang dan mempunyai kemantapan agregat yang tinggi atau tidak mudah
tercerai-berai. Permeabilitas yang dikehendaki adalah kondisi struktur yang
dapat mengembangkan tanaman, kapasitas infiltrasi besar, kapasitas perlokasi
sedang dan pertukaran udara cukup. Kekohesifan tanah berubah-ubah sesuai
dengan kandungan lengas, kekohesifan yang dikehendaki adalah kondisi
struktur yang menjamin tingkat kelengasan yang dibutuhkan tanaman dalam
kurun waktu yang lama. Tanah bersifat rapuh tapi tanah tidak terlalu longgar,
bongkah tanah memiliki kekohesifan tinggi terhadap perusakan oleh air
(Anonim, 2006).
F. Lengas Tanah
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air(moisture)
yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah
dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air
dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil
moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air
tanah(soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan
12

kedap air, (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu
yang berada ditanah bagian dalam (Handayani, 2009).
Di Indonesia banyak tanah marginal yang berkandungan pasir tinggi
seperti tanah vulkan berpasir kasar dan tanah berpasir pantai. Tanah berpasir
seperti itu memiliki struktur yang jelek, berbutir tunggal lepas, berat
volumenya tinggi, serta kemampuan menyerap dan menyimpan air rendah
sehingga kurang mendukung dalam usaha bercocok tanam. Disamping itu,
tanah jenis ini peka terhadap pelindian unsur-unsur hara dan peka terhadap
erosi air maupun angin. Dalam kaitannya dengan daya menyimpan air, tanah
berpasir memiliki daya pengikatan terhadap lengas tanah yang relatif kecil
karena permukaan kontak antartanah pasiran ini didominasi oleh pori-pori
mikro. Oleh karena itu, air yang jatuh ke tanah jenis ini akan segera
mengalami perlokasi dalam air kapiler akan mudah lepas karena evaporasi
(Mukhid, 2007).
Bahan organik dalam tanah dapat didefinisikan sebagai sisa-sisa
tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari
organisme yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Didalam tanah, bahan
organik bisa berfungsi dan memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah
sehingga ada sebagian ahli menyatakan bahwa bahan organik di dalam tanah
memiliki fungsi yang tak tergantikan. Bahan organik dapat mempengaruhi
pH, KPK dan KB (Sutanto, 2005).
Air dalam tanah berdasarkan jumlah dan keadaannya dibagi menjadi
air adhesi, air higroskopis, air kapiler yang meliputi kapasitas lapangan dan
titk layu permanen, air gravitasi dan air tanah. Air adhesi adalah selaput tipis
yang meliputi partikel-partikel tanah diikat oleh ikatan yang sangat kuat oleh
gaya adhesi (khususnya) dan kohesi, air ini bukan merupakan cairan,
jumlahnya paling sedikit dan tidak tersedia bagi tanaman. Air higroskopis
juga bukan cairan yang merupakan selaput tipis yang menyelimuti agregat
tanah (Moesa, 1996).
Air kapiler dibagi menjadi dua, kapasitas lapangan yaitu keadaan air
dalam tanah sesudah air gravitasi turun sama sekali, keadaan air ini tersedia
13

bagi tanaman dalam jumlah paling banyak sehingga pori makro terisi udara
dan pori mikro terisi air, kekuatan menahan air ini adalah sebesar pF 2,54.
Sedangak keadaan kedua dari air kapiler adalah titk layu permanen atau
disebut juga koefisien layu, merupakan kandungan air tanah paling sedikit,
akar tanaman tidak mampu menyerapnya sehingga tanaman mulai layu
kemudian mati, air ini ditahan oleh tanah dengan pF 4,2 atau 15 atm
(Soeprapto, 1992).
G. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah ditakrifkan sebagai bentuk kerja kakas (force) fisik
adhesi dan kohesi partikel-partikel tanah pada berbagai tingkat kelengasan
bentuk kerja tersebut tercermin antara lain ketahanan tanah terhadap gaya
tekanan, gaya gravitasi, dan tarikan kecenderungan massa tanah untuk
melekat satu dengan yang lain atau terhadap benda lain. Dua faktor utama
yang mempengaruhi konsistensi tanah, yakni kondisi kelengasan tanah
(kering, lembab, basah) dan tekstur tanah (terutama kandungan lempung).
Konsistensi tanah penting untuk menentukan cara pengolahan tanah yang
baik, juga penting bagi penetrasi akar tanaman di lapisan bawah dan
kemempuan tanah menyimpan lengas (Sutanto, 2005)
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi
butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain.
Keadaan tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang akan
mengubah bentuk. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya
pencangkulan, pembajakan dan penggaruan. Tanah-tanah yang memiliki
konsistensi tanah yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada
alat pengolah tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga
kondisi, yaitu: basah, lembab dan kering (Harjowigeno, 1992).
Agregat tanah yang membentuk tanah juga berpengaruh dekat dengan
konsistensi. Tingkat pemisahan agregat tanah ditentukan oleh ukuran (berat)
agregat yang pecah menjadi mikro agregat dan menyebar menjadi partikel
primer. Adanya polimer dalam tanah dapat mengkondisikan tanah dengan
14

peningkatan struktur tanah dan juga stabilitasagregat (agregat stability)
(Strainberg, 1992).
Konsistensi tanah adalah resistensi tanah terhadap deformasi atau
kepecahan dan ditentukan oleh sifat-sifat kohesif dan adhesif seluruh massa
tanah (basah, lembab dan kering). Suatu tanah mungkin lengket bila basah,
kenyal bila lembab dan keras bila kering. Perekatan (cementation) juga
merupakan tipe konsistensi dan disebabkan oleh bahan perekat seperti
kalsium karbonat, silika atau oksida-oksida besi dan aluminium, dipengaruhi
oleh kandungan air. Salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan
ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang
menggambarkan bekerjanya gaya adhesi dan kohesi adalah konsistensi tanah
(Sapei, 2008).
Batas gulung (BG) atau batas menggolek yaitu kadar lengas tanah yang
memungkinkan tanah dapat digulung-gulung menjadi batangan kecil
berdiameter 0,5 mm yang mulai retak-retak dan pecah (batas plastisitas
terendah). Pengertian dari batas lekat (BL) atau batas melekat adalah kadar
lengas tanah yang mulai tidak melekat pada alat. Sedangkan batas berubah
warna (BBW) adalah kadar lengas tanah pada titik perubahan warna tanah
yang lebih terang. Diantara batas-batas tersebut terdapat nilai kisaran yang
berupa indeks plastisitas (IP) yaitu selisih dari batas cair dengan batas gulung,
jangka olah (JO) yang merupakan selisih antara batas lekat dengan batas
gulung. Nilai PAM (persediaan air maksimum) merupakan selisih dari batas
cair dengan batas berubah warna, sedangkan nilai surplus diperoleh dari
pengurangan batas lekat dengan batas cair (Anonim, 2005).
H. pH Tanah
Kemasaman (pH) tanah secara sederhana merupakan ukuran aktivitas
H
+
dan dinyataka sebagai loh
10
(konsenntrasi H
+
). Secara praktikal ukuran
logaritma akrivitas atau konsentrasi H
+
ini berarti setiap perubhan satu unit
pH tanah berarti terjadi perubahan 10 kali dari jumlah kemasaman atau
kebasaan. Pada tanah yang mempunyai pH 6,0 berarti tanah tersebut
15

mampunyai H
+
aktif sebanyak 10 kali dibandingkan dengan tanah yang
mempunyai pH 7,0 (Winarso, 2004).
Reaksi tanah diukur dan ditulis dengan pH, sama dengan loh (H+),
berkisar antara 10-1 sampai 10-12 mol/liter. Makin tinggi konsentrasi ion H
makin rendah log(H+) atau pH tanah, dan makin asam reaksi tanah. Pada
umumnya, keasaman tanah dibedakan atas asam, netral, dan basa. Ion H+
dihasilkan oleh kelompok oraganik yang dibedakan atas kelompok karboksil
R-COOH dan kelompok fenol R-OH, H2CO3, hidrat Al3+, oksidasi senyawa
S atau penggunaan pupuk yang bereaksi asam (superpospat, amunium sulfat)
(Sutanto, 2005).
Penentuan PH tanah dapat ditentukan secara kalorimetrik dan
elektrometrik baik dilaboratorium ataupun dilapangan. Elektrik reaksi tanah
ditentukan antara lain dengan PH meter Backman, sedangkan kalorimetrik
dapat ditentukan dengan suatu alat atau menggunakan kertas PH, pasta PH
dan larutan universal. Penentuan car terakhir umumnya lebih murah tetapi
peka terhadap pengaruh dari luar. Pada prinsipnya dikerjakan dengan
membandingkan warna larutan tanah dengan warna larutan standart dari
kertas, pasta dan larutan indikator universal (Darmawijaya, 1990).
Keasaman dan kebasaan tanah bisa diukur berdasarkan pH. Tanah
masam adalah tanah yang mempunyai pH kurang dari 7. Sedang pH
sebetulnya adalah 1-14, tetapi tanah-tanah pertanian pada umumnya ber- pH
4,5-9. Tanah bersifat basa biasanya karena kebanyakan kapur, tetapi kalau pH
sudah mencapai 8,3 penambahan kapur tidak akan menaikkannya lagi,
kecuali bila terdapat unsur K agak banyak. Dengan mengubah pH tanah, kita
dapat mempengaruhi ketersediaan zat hara yang siap diserap tanaman dalam
tanah, karena beberapa zat hara lebih mudah larut dalam keadaan asam dan
beberapa lainnya dalam keadaan basa (Chalid, 2005).
Baik keasaman (acidity) dan salinitas (salinity) keduanya sangat
berpengaruh pada tersedianya atau tidak tersedianya hara tanaman. Dalam hal
ini pH tanah yaitu suatu ukuran aktivitas ion hidrogen dalam larutan air tanah
dan dipakai sebagai ukuran bagi keasaman tanah. Kebanyakan tanaman dapat
16

tumbuh pada pH yang bergerak antara angka 5,0 sampai 8,0
(Kartasapoetra, 2005).
I. Kapasitas Pertukaran Kation
Kation-kation yang diikat atau diadsorbsi oleh koloid tanah dapat
diganti oleh kation-kation lain, proses ini disebut pertukaran kation. Sebagai
contoh Ca
+2
dapat diganti oleh K
+
dan/atau H
+
demikian juga sebaliknya.
Jumlah total kation di dalam tanah yang dapat dipertukarkan disebut kapasitas
tukar kation (KTK), atau dapat didefinisikan bahwa, Kapasitas Tukar Kation
(KTK) adalah kapasitas atau kemampuan tanah menjerap dan melepaskan
kation yang dinyatakan sebagai total kation yang dapat dipertukarkan per 100
gram tanah yang dinyatakan dalam satuan m.e [m.e/100 g atau m.e (%) atau
dalam satuan internasionalnya Cmol
c
/kg] (Winarso, 2004).
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu
menjerap dan menyadiakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK
rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa Ca, Mg,
K, Na (kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi
bila didominasi oleh kation asam, Al, H (kejenuhan basa renda0 dapat
mengurangi kesuburan tanah. Karena unsur-unsur hara terdapat dalam
kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang
tercuci oleh air (Sarwono, 2007).
Kapasitas pertukaran kation adalah jumlah muatan negatif tanah baik
yang bersumber dari permukaan koloid anorganik (liat) maupun koloid
organik (humus) yang merupakan situs pertukaran kation-kation. Kadar
bahan organik tanah tinggi pada lapisan atas tanah dan menurun dengan
bertambahnya kedalaman tanah sehingga mempengaruhi nilai KTK pada
profil tanah. KTK mempengaruhi reksi tanah (pH) dalam tanah
(Kurnia, 2000).
Kapasitas pertukaran kation atau KPK merupakan jumlah kation yang
dapat diprtukarkan tiap 100 gram tanah. KPK dapat didefinisikan sebagai
kemampuan tanah untuk mengikat dan melepas kation-kation yang ada dalam
17

tanah, partikel tanah yang aktif dalam pengikatan ion adalah partikel
lempung. Satuan hasil pengukuran KPK adalah milliequivalen kation dalam
100 gram tanah (me/100g) atau centimolekul positif dalam kilogram
(cmol(+)/kg) (Anonim, 2000).
Kapasitas Tukar Kation tanah adalah jumlah muatan negatif tanah baik
yang bersumber dari permukaan koloid anorganik (liat) muatan koloid
organik (humus) yang merupakan situs pertukaran kation-kation. Kation
adalah ion bermuatan positif seperti Ca
++
, Mg
+
, K
+
, Na
+
, H
+
, Al
3+
dan
sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut dalam air tanah
atau dijerap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation (dalam
miliekuivalen) yang dapat diserap oleh tanah persatuan berat tanah (biasanya
per 100 gram) dinamakan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Kation-kation
yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh air gravitasi,
tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat di dalam larutan tanah
(Foth, 1991).
J. Bahan Organik
Bahan organik tanah dapat didefinisikan sebagai sisa-sisa tanaman dan
hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari baik masih
hidup maupun mati. Di dalam tanah dapat berfungsi atau dapat memperbaiki
baik pada sifat kimia, fisika, maupun biologi tanah, sehingga ada sebagian
ahli mengatakan bahwa bahan organik di dalam tanah mempunyai fungsi
yang tidak tergantikan. Penambahan bahan organik ke dalam tanah lebih kuat
pengaruhnya ke arah perbaikan sifat-sifat tanah, dan bukan khususnya untuk
meningkatkan unsur hara di dalam tanah (Winarso, 2004).
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan
organik halus atau humus. Humus terdiri dari bahan organik halus berasal
dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang
dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan
mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten
(tidak mudah hancur) berwarna hitam atau coklat dan mempunyai daya
menahan air dan unsur hara yang tinggi. Tingginya daya menahan
18

(menyimpan) unsur hara adalah akibat tingginya kapasitas tukar kation dari
humus, karena humus mempunyai beberapa gugus yang aktif terutama gugus
karboksil (Sarwono, 2007).
Bahan organik yang sudah melapuk dan bersatu dengan tanah, dan
bahan organik yang masih kelihatan wujud aslinya yang disebut juga sebagai
seresah atau sisa tanaman. Tinggi rendahnya bahan organik tanah dapat
ditandai dari warna tanah. Tanah yang tinggi kandungan bahan organiknya
biasanya berwarna hitam. Tanah ini relatif subur dibandingkan tanah yang
berwarna pucat (Ruijter dan Agus, 2009).
Bahan organik tanah meliputi organisme hidup dalam tanah termasuk
flora, fauna dan mikroorganisme dalam tanah, senyawa turunan dari organism
yaitu setelah organism mati dan mengalami dekomposisi, bahan yang telah
mengalami humifikasi (humus) dan bahan yang resisten atau tidak
terhumifikasi. Bahan organik mempunyai beberapa fungsi-fungsi yang
berperan penting dalam penentuan tingkat kesuburan tanah, antara lain
sebagai granulator yaitu untuk mempercepat dalam proses pembentukan
tanah, bahan organik setelah mengalami dekomposisi akan mengeluarkan
senyawa-senyawa diantaranya humus yang dapat merekatkan partikel tanah
satu dengan yang lain membentuk struktur (Soeprapto, 1999).
Pengaruh terhadap sifat-sifat fisika tanah, bahan organik mendorong
peningkatan daya menahan air tanah dan mempertinggi jumlah air yang
tersedia untuk kehidupan tumbuhan. Humus adalah kata yang digunakan bila
berhubungan dengan bahan organik yang telah mengalami perombakan
secara ekstensif dan tanah sampai perubahan jauh. Satu dari ciri-cir yang khas
dan sangat penting dari humus adalah kandungan nitrogennya yang biasanya
bervariasi dari 3 sampai 6 %, konsentrasi nitrogennya mungkin sering lebih
rendah atau lebih tinggi. Kandungan karbon umumnya kurang variasi dan
diperkirakan menjadi 58 persen. (Foth, 1991).
K. N, P dan K pada Tanah dan Tanaman
Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensial (keberadaannya mutlak
ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman), dan
19

dibutuhkan dalam jumlah banyak sehingga disebut unsur hara makro.
Tanaman mengandung cukup N akan menunjukkan warna daun hijau tua
yang artinya kadar klorofil dalam daun tinggi. Pigmen hijau dalam klorofil
menyerap energy matahari sangat penting dalam aktivitas awal fotosintesis.
Klorofil membantu pembentukan gula sederhana dari unsure C, H, dan O
selanjutnya dari gula tersebut dikonversi ke bentuk senyawa-senyawa lain
yang selanjutnya akan menetukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Winarso, 2004)
Faktor yang mempengaruhi tersedianyan P untuk tanaman yang penting
adalah pH tanah, karena P mudah difiksasi maka pemberian pupuk P sebainya
jangan disebar tetapi diberikan dalam larikan agar kontak dengan tanah
sedikit mungkin sehingga fiksasi dapat dikurangi. Gejala kekurangan P yaitu
pertumbuhan terhambat (kerdil) karena pembelahan sel terganggu, daun-daun
menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun, terlihat jelas pada tanaman
yang masih muda, tongkol jagung menjadi tidak sempurna dan kecil-kecil
(Sarwono, 2007).
Unsur N, P, dan K adalah unsur esensial yang dimana tidak dapat
digantikan oleh unsur lain. Dan jika kekurangan unsur ini dapat menganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk menambah kesediaan
unsur-unsur ini dalam tanah dapat dilakukan dengan jalan pemupukan dengan
pupuk-pupuk yang memiliki atau mengandung unsur-unsur ini baik N, P, dan
K. Besarnya N, P, dan K dalam tanah di pengaruhi oleh beberapa faktor salah
satunya adalah pH tanah. (Sudarsono, 2004).
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari suatu lahan bila ditanami
tanaman, kita harus tahu sampai sejauh mana kesuburan tanahnya. Dengan
mengetahui kesuburan tanahnya tersebut maka kita dapat menentukan dosis
pupuk yang dibutuhkan bagi tanaman yang ditanam. Kalsium dijumpai pada
tiap-tiap sel tanaman, kebanyakan unsur ini dijumpai dalam tanaman sebagai
kalsium pektat pada dinding sel-sel daun dan batang. Sehingga kalsium akan
memperkuat bagian-bagian ini. Kalsium begitu kuat menyatu dengan dinding
sel, sehingga ia tidak dapat dipindahkan dari sel-sel tua untuk membentuk sel-
20

sel baru. Tanaman yang kekurangan kalsium tumbuh kerdil karena sel-sel
yang baru kecil-kecil dan jumlahnya sedikit, dan mempunyai batang lemah,
karena dinding-dinding selnya tipis tidak setebal dengan dinding sel normal.
Kalsium relatif tidak mobil di dalam tanaman, oleh karena itu tidak
ditranslokasikan dari bagian-bagian tua ke bagian yang lebih muda
(Anonim, 2010).
Kandungan P sangat rendah, baik tanah yang berasal dari batu pasir
maupun batuliat. Akan tetapi kandungan K menunjukkan ada perbedaan yang
nyata antara tanah dari batu pasir dibandingkan dengan tanah dari batuliat.
Tanah dari batupasir dicirikan oleh kandungan K sangat rendah, sedangkan
tanah dari batu liat menunjukkan kandungan K tinggi (Nursyamsi, 2004).
L. Omission Test
Meningkatnya kandungan klorofil daun sehingga fotosintesis tanaman
juga akan meningkat, semakin meningkat aktivitas fotosintesis, maka serapan
hara juga akan semakin meningkat, demikian juga yang terjadi pada serapan
K dan P. Selain itu pemberantasan hama dan penyakit juga perlu diperhatikan
selain pemberian pupuk. Agar pemberantasan hama/penyakit dapat berhasil,
maka perlu dipelajari masing-masing kelompok hama/penyakit tersebut.
Terutama cara penyebaran, cara merusaknya, gejala-gejala serta prosentase
kerusakan yang ditimbulkan, kemudian baru dilaksanakan (Barrow, 1993).
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia
yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama
di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber
pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia
(misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai
pangan pokok (Anonim, 2007).
Usaha Percobaan untuk mengetahui gejala kekahatan suatu tanaman
terhadap suatu unsur hara dapat dilakukan dengan metode element missing
test atau omission test. Metode ini akan memperlakukan pemberian unsur
hara terhadap tanaman dengan mengurangi salah satu unsur hara sehingga
tanaman tersebut kekurangan dan menunjukkan gejala kekahatah akibat unsur
21

hara tersebut tidak terpenuhi bagi pertumbuhan tanaman
(Sulaeman et al, 2005).
Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan
ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat
tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan
bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung
kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural.
Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai
penghasil bahan farmasi (Koesmaryono, 1998).
Ketersediaan unsur hara tidak tidak saja dalam jumlah dan bentuknya,
melainkan keberadaan unsur hara lain juga bisa mempengaruhi ketersediaan
suatu unsur bagi tanaman. Umumnya tanaman akan menyerap unsur hara
secara optimal pada kisaran pH netral, karena semua unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman tersedia dalam kondisi cukup. Kondisi tersebut
tidak berakibat pada ketimpangan hara-hara di dalam tanah, artinya kondisi
netral menggambarkan tidak ada suatu unsur hara yang terkandung sangat
besar dan unsur hara lainnya menjadi lebih kecil (Foth, 1998).
M. Legin
Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terjadi interaksi antara
pemberian legin dan varietas kecuali terhadap jumlah bintil akar tanaman.
Pemberian legin berpengaruh terhadap peningkatan variabel pertumbuhan,
komponen hasil dan produksi tanaman. Peningkatan jumlah bintil akar
tanaman kedelai akibat pemberian legin memberikan peningkatan
pertumbuhan dan produksi tanaman akibat meningkatnya fiksasi N dari udara
oleh bakteri Rhizobium (Nyoman, 2010).
Legin adalah Inokulum Rhizobium yang mengandung bakteri
Rhizobium untuk inokulasi (menulari) tanaman legum. Legin singkatan dari
Legume Inoculant (Legume Inoculum). Bakteri Rhizobium adalah bakteri
yang dapat bersimbiosis dengan tanaman legum, membentuk bintil akar, dan
menambat nitrogen dari udara sehingga mampu mencukupi kebutuhan
nitrogen tanaman sekurang-kurangnya sebesar 75 % (Ngadiman, 2011).
22

Manfaat mikroba tanah dalam usaha pertanian belum disadari
sepenuhnya, bahkan sering diposisikan sebagai komponen habitat yang
merugikan. Pandangan umum terhadap mikroba lebih terfokus secara selektif
pada mikroba patogen yang menimbulkan penyakit pada tanaman. Padahal
sebagian besar spesies mikroba merupakan mikroflora yang bermanfaat,
kecuali beberapa jenis spesifik yang dapat menyebabkan penyakit pada
tanaman (Sparling, 1998).
Fungi berperan penting dalam proses dekomposisi bahan organik untuk
semua jenis tanah. Fungi toleran pada kondisi tanah yang asam, yang
membuatnya penting pada tanah-tanah hutan masam. Sisa-sisa pohon di hutan
merupakan sumber bahan makanan yang berlimpah bagi fungi tertentu
mempunyai peran dalam perombakan lignin (Foth 1991).
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara
adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah pertanian umumnya
memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh). Namun, unsur hara P ini
sedikit/tidak tersedia bagi tanaman karena terikat pada mineral liat tanah. Di
sinilah peranan mikroba pelarut P, mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari
mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang
mampu melarutkan P, antara lain Aspergillus sp, Penicillium sp,
Pseudomonas sp, dan Bacillus megatherium. Mikroba yang berkemampuan
tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan
K (Isroi 2008).
N. Mikoriza
Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur
dan akar tanaman (Brundrett, 1991). Hampir pada semua jenis tanaman
terdapat bentuk simbiosis ini. Umumya mikoriza dibedakan dalam tiga
kelompok , yaitu: endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada
jenis tanaman pertanian), ektomikoriza (pada jenis tanaman kehutanan), dan
ektendomikoriza (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007). Peranan FMA
dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman telah banyak
dilaporkan dan dari hasil penelitian belakangan ini banyak laporan yang
23

memuat aplikasi dan usaha produksi inokulan FMA yang diusahakan secara
komersil (Dewi, 2007).
Jamur mikoriza vasikular-arbuskular (MVA) adalah kelompok
endomikoriza yang mampu menginveksi hampir semua tanaman pertanian,
bersifat endosimbion obligat aerob, memperoleh karbohidrat dari tanaman
inang dan membantu pertumbuhan inang dengan meningkatkan penyerapan
hara, terutama fosfor. Infeksi mikoriza pada tanaman legum mempunyai arti
penting karena pembentukan bintil akar dan penambatan N simbiotik oleh
Rhizobium memerlukan pasokan P dalam jumlah yang cukup
(Marscher, 1995).
Fungi mikoriza arbuskula dapat berasosiasi dengan hampir 90% jenis
tanaman dimana tiap jenis tanaman dapat juga berasosiasi dengan satu atau
lebih jenis FMA. Tetapi tidak semua jenis tumbuhan dapat memberikan
respon pertumbuhan positif terhadap inokulasi FMA. Konsep ketergantungan
tanaman akan FMA adalah relatif dimana tanaman tergantung pada
keberadaan FMA untuk mencapai pertumbuhannya. Tanaman yang
mempunyai ketergantungan yang tinggi pada keberadaan FMA, biasanya
akan menunjukkan pertumbuhan yang nyata terhadap inokulasi FMA, dan
sebaliknya tidak dapat tumbuh sempurna tanpa adanya asosiasi dengan FMA
(Setiadi, 2001)
Tanaman yang mempunyai mikoriza cenderung lebih tahan terhadap
kekeringan dibandingkan dengan tanaman yang tidak mempunyai mikoriza.
Rusaknya jaringan kortek akibat kekeringan dan matinya akar tidak permanen
pengaruhnya pada akar yang bermikoriza. Setelah periode kekurangan air,
akar yang bermikoriza akan cepat kembali normal. Hal ini disebabkan karena
hifa jamur mampu menyerap air yang ada pada pori-pori tanah saat akar
tanaman tidak mampu lagi menyerap air (Dewi, 2007).
Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji juga
cocok untuk perkecambahan spora mikoriza. Demikian pula kindisi edafik yang
dapat mendorong pertumbuhan akar juga sesuai untuk perkembangan hifa. Fungi
mikoriza memasuki lapisan epidermis akar yang selanjutnya tumbuh menuju
24

korteks. Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari
korteks melalui epidermis. Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus
berlangsung sampai tidak memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi
jamur mikoriza, hifa eksternal berfungsi mendukung fungsi reproduksi serta
untuk transportasi karbon serta hara lainnya kedalam spora, selain fungsinya
untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah untuk digunakan oleh tanaman
(Pujianto, 2001).
25

III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
A. Analisis Tekstur Tanah
1. Alat
a. Neraca analitik ketelitian 2 desimal
b. Mesin pengaduk khusus dengan piala logam
c. Silinder sedimentasi atau gelas ukur 500 ml
d. Pengaduk khusus suspensi
e. Alat hidrometer tanah tipe 152 H
f. Timer atau stopwatch
2. Bahan
a. Contoh tanah kering angin (ctka) lolos 2 mm
b. Larutan pendispersi natrium pirofosfat (Na4P2O7 . 10 H2O) 4%
3. Cara Kerja
a. Menimbang kurang lebih 25 g ctka halus < 2 mm dalam gelas piala
100 ml, kemudian menambahkan 10 ml larutan pendispersi pirifosfat.
b. Memindahkan ke dalam piala logam dan mengencerkannya dengan air
bebas ion sampai 200 ml.
c. Mengaduk dengan mesin pengaduk kecepatan tinggi selama 5 menit.
d. Setelah 5 menit, pindahkan larutan ke dalam gelas ukur 500 ml
(melakukan pembilasan), mengencerkannya dengan air bebas ion
sampai 500 ml, kemudian mengaduknya dengan pengaduk khusus dan
dibiarkan semalam.
1) Catatan : bila mesin pengaduk tidak tersedia, timbang contoh ke
dalam botol kocok, kemudian menambahkan larutan pendispersi
dan kocok dengan mesin kocok selama 1 malam, kemudian
pindahkan seluruh suspensi ke dalam gelas ukur 500 ml dan cara
kerja yang sama
2) Dengan cara yang sama, tetapi tanpa contoh, membuat penetapan
blangko

25
26

Pengukuran fraksi campuran debu + klei
e. Keesokan harinya, mengaduk setiap suspensi tanah dalam gelas ukur
selama 30 detik dengan pengaduk.
f. Menyiapkan stopwatch untuk pengukuran fraksi campuran debu dan
klei.
g. Mengocok suspensi hingga homogen dengan pengaduk (cukup 20
detik), kemudian memasukkan hidrometer tanah ke dalam suspensi
dengan perlahan dan hati-hati.
h. Mencatat angka skala hidrometer yang berimpit dengan permukaan
suspensi, tepat setelah 40 detik (pembacaan 1). Angka tersebut adalah
jumlah gram fraksi campuran debu dan lempung dalam 1 liter
suspensi.
i. Mengukur larutan blangko untuk koreksi suhu fraksi debu dan klei.
Pengukuran fraksi klei
j. Membiarkan suspensi selama 2 jam agar diperoleh suspensi klei
kemudian mengukurnya dengan alat hidrometer.
k. Mencatat angka skala hidrometer yang berimpit dengan permukaan
(pembacaan 2). Angka tersebut adalah jumlah gram fraksi klei dalam
1 liter suspensi. Mengukur larutan blangko untuk dikoreksi suhu
fraksi klei.
Perhitungan
Pasir (%) % 100
)]
100
25
( - )
25
[(
]
2
) (
-
100
25
-
25
[
=
C
fk
A-a C
fk

Debu (%) % 100
)]
100
25
( - )
25
[(
]
2
[ - ]
2
) - (
[
=
C
f k
B-b a A

Klei (%) % 100
)]
100
25
( - )
25
[(
) (

=
C
fk
b B

27

Keterangan :
A = fraksi campuran debu klei (g/l)
a = blangko pada pembacaan 1
B = fraksi klei (g/l)
b = blangko pada pembacaan 2
C = persen bahan organic (% C-organik x 1,724)
fk = faktor koreksi kadar air
) % 100 (
100
s kadarlenga
=

2 = faktor konveksi kadar suspensi dari g/l ke
ml
g
500

25 = berat ctka 25 gr
100 = faktor konversi ke %
B. Analisis Struktur Tanah
1. Bobot Volume (BV)/ Bulk Density
a. Alat
1) Cawan pemanas
2) Lampu Bunsen
3) Pipet ukur
4) Benang
5) Timbangan analitik
6) Termometer
b. Bahan
1) Tanah bongkah asli (ring sampel)
2) Air
3) Lilin
c. Cara kerja
1) Mengikat bongkah tanah dengan benang dan menimbangnya (a g).
2) Mencairkan lilin sampai suhu lilin 60C, kemudian mencelupkan
tanah dalam cairan lilin sampai terbungkus sempurna.
3) Menimbang tanah berlilin (b g).
4) Mengisi tabung ukur sampai volume tertentu (p cc).
28

5) Memasukkan tanah berlilin ke dalam tabung.
6) Mencatat volume air setelah tanah dimasukkan (q cc).
Bobot Volume
) ( ) ( 87 , 0 [ ) 100 (
87
a b p q x x KL
xa
+
=
2. Bobot Jenis (BJ)/ Particle Density
a. Alat
1) Piknometer
2) Termometer
3) Timbangan analitik
4) Kawat pengaduk
5) Corong kaca
6) Tabel BJ
7) Tissu
b. Bahan
1) Ctka 2 mm
2) Aquadest
c. Cara kerja
1) Mengambil piknometer kosong dan kering kemudian menimbang
beserta tutupnya (a g).
2) Mengisi piknometer dengan aquadest sampai penuh kemudian
menutupnya hingga ada aquadest yang keluar dan mengeringkan
aquadest yang menempel pada bagian luar piknometer dengan
tissu dan menimbangnya (b g).
3) Mengukur suhu dengan termometer dan menentukan BJ-nya
dengan melihat tabel BJ sesuai suhu yang diukur (BJ1).
4) Membuang air dan membersihkannya hingga kering kemudian
mengisi piknometer dengan tanah kurang lebih 5 gram dan
memasang tutupnya serta menimbangnya (c g).
5) Mengisi piknometer yang telah ditimbang dengan aquadest hingga
separuh volume.
29

6) Mengaduknya sampai tidak ada gelembung udara dan
membiarkan semalam dalam keadaan piknometer tertutup
sumbatnya.
7) Membuang gelembungnya lalu mengisi piknometer dengan
aquadest sampai penuh dan menimbangnya (d g).
8) Mengukur suhu dengan termometer dan menentukan BJ-nya
sesuaitabel (BJ2).
Bobot Jenis (BJ) =
)] ( 2 ) ( 2 )[ 100 (
2 1 ) ( 100
c d x BJ a b x BJ KL
xBJ xBJ a c x
+


3. Porositas
% 100 1 x
BJ
BV
n
|
.
|

\
|
=

C. Analisis Lengas Tanah
1. Lengas Tanah Kering Angin
a. Alat
1) Botol timbang
2) Oven
3) Eksikator
4) Penimbang
b. Bahan
1) Bongkahan
2) Contoh tanah kering angin (ctka) 0,5 mm dan 0,2 mm
c. Cara kerja
1) Botol penimbang dan tutupnya ke dalam oven selama 30 menit
kemudian mendinginkannya ke dalam eksikator dan menimbang
botol penimbang dengan tutupnya (a g).
2) Memasukkan ctka kurang lebih 2/3 tinggi botol penimbang lalu
menimbangnya (b g) dan masing-masing ctka dilakukan 2 kali
ulangan.
3) Memasukkan ke dalam oven dengan keadaan terbuka bersuhu
105
0
C selama 4 jam.
30

4) Mendinginkan botol penimbang dan isinya pada eksikator dalam
keadaan tertutup, kemudian melakukan penimbangan setelah
dingin (c g).
5) Melakukan perhitungan kadar lengas.
Perhitungan:
Kadar Lengas Tanah = % 100
a c
c b
-
-

2. Kapasitas Lapangan
a. Alat
1) Botol semprong
2) Kain kassa
3) Statif
4) Gelas piala
b. Bahan
1) Ctka 2 mm
c. Cara kerja
1) Membungkus atau menyumbat salah satu ujung botol dengan kain
kassa.
2) Memasukkan ctka ke dalam botol semprong dengan bagian yang
tertutup kain kassa sebagai dasarnya.
3) Memasang botol semprong pada statif dan diatur seperlunya.
4) Merendam selama kurang lebih 48 jam.
5) Mengangkat semprong dan membiarkan air menetes sampai tetes
terakhir (air sudah tidak ada yang menetes).
6) Mengambil contoh tanahnya yang berada pada 1/3 bagian tengah
semprong, mengukur kadar lengasnya sebanyak 2 kali ulangan.
3. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum)
a. Alat
1) Cawan tembaga yang dasarnya berlubang
2) Mortir porselin
3) Saringan 2 mm
31

4) Timbangan analitik
5) Spatel
6) Oven
7) Eksikator
8) Gelas arloji
9) Kertas saring
10) Petridish
b. Bahan
1) Ctka 2 mm
2) Aquadest
c. Cara kerja
1) Menggerus ctka menjadi butir primer dan menyaringnya menjadi
2 mm.
2) Mengambil cawan berlubang yang dasarnya diberi kertas saring
yang sudah dibasahi.
3) Menimbang dengan gelas arloji sebagai alasnya (a g).
4) Memasukkan ctka yang telah digerus dalam cawan tembaga
kurang lebih 1/3nya lalu diketuk-ketukkan, menambahkan lagi
ctka 2/3 lalu diketuk-ketukkan lagi, kemudian menambahkan lagi
ctka sampai penuh, mengetuknya lagi dan meratakannya.
5) Memasukkan cawan tersebut ke dalam perendam kemudian diisi
air sampai permukaan air mencapai kurang lebih tinggi dinding
cawan, perendaman 12 jam (setelah direndam permukaan tanah
akan cembung minimal rata/ mendatar).
6) Mengangkat cawan dan membersihkan sisi luarnya lalu meratakan
tanah setinggi cawan dengan diperes secara hati-hati dan
menimbangnya dengan diberi gelas arloji (b g).
7) Memasukkan ke dalam oven bersuhu 105C selama 4 jam, lubang
pembuangan air pada oven harus terbuka.
8) Memasukkan ke dalam eksikator kemudian menimbang dengan
diberi gelas arloji (c g).
32

9) Membuang tanah, membersihkan cawan dan kertas saring
kemudian menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji (d g).
10) Menghitung kadar lengasnya.
Kadar lengas maksimum tanah = % 100
) (
) ( ) (
x
d c
d c a b



D. Analisis Konsistensi Tanah
1. Alat
a. Botol timbang
b. Colet
c. Botol pemancar
d. Eksikator
e. Cassa grande
f. Cawan penguap
g. Oven
h. Timbangan analitik
i. Spatel
j. Lempeng kaca
k. Papan kayu
2. Bahan
a. Ctka 0,5 mm
b. Aquadest
3. Cara Kerja
a. Batas Cair (BC)
1) Membuat pasta tanah dengan cara mencampur ctka 0,5 mm
dengan air pada cawan penguap.
2) Mengambil pasta tanah secukupnya dan memasukkannya ke
dalam cassa grande dan meratakan dengan colet setebal 1 cm, lalu
membelah pasta tanah dengan spatel dalam keadaan tegak lurus
sampai pada dasar cawan.
3) Mengatur tinggi rendah cawan cassa grande pada meja
penumpunya, kemudian memutar alat cassa grande dengan
33

kecepatan 2x per detik dan menghitung jumlah ketukan hingga
pasta bertemu sepanjang 1-2 cm.
4) Mengulangi sebanyak 4 kali (2x untuk >10-<25 ketukan dan 2x
untuk >25-<45 ketukan).
5) Mengambil tiap pasta tanah hasil ketuk dan menganalisis KL-nya.
6) Mencari log ketukan kemudian dianalisis dengan regresi (nilai
BC=KL pada ketukan 25).
b. Batas Lekat (BL)
1) Membuat gumpalan dengan pasta tanah sebesar bola pingpong.
2) Menusuk gumpalan dengan spatel sedalam 2,5 cm dengan
kecepatan 0,5 detik.
3) Bila tanah menempel 1/3 batas spatel (kurang dari 8 mm) maka
tanah disekitar tusukan diambil dan menganalisis KL-nya.
4) Melakukan ulangan sebanyak 2 kali.
c. Batas Gulung (BG)
1) Menggiling-giling pasta tanah di atas lempeng kaca hingga
terbentuk silindris (3 mm) dan mulai retak-retak. Bila belum retak-
retak menambah sedikit tanah lalu menggilingnya lagi.
2) Menghitung kadar lengas tanah tersebut dengan analisis lengas.
3) Mengulang sekali lagi sebagai duplo.
d. Batas Berubah Warna (BBW)
1) Meratakan pasta tanah pada kayu membentuk elips dengan
ketinggian pada bagian tengah kurang lebih 3 mm dan makin ke
tepi makin tipis.
2) Membiarkan semalam dan setelah ada beda warna diambil
tanahnya selebar 1 cm (warna terang dan gelap) untuk dianalisis
KL-nya.



34

E. Analisis pH Tanah
1. Alat
a. Flakon
b. Pengaduk kaca
c. pH meter
d. Timbangan
2. Bahan
a. Ctka 0,5 mm sebanyak 10 gram
b. Reagen H
2
O (pH aktual), KCI (pH potensial), dan NaF (analisis
alofan), dengan perbandingan 1 : 2,5.
3. Cara kerja
a. Menimbang ctka sebanyak 5 gram dan memasukkan kedalam dua
buah flakon.
b. Menambahkan aquadest 12,5 cc untuk analisa pH H2O, 12,5 cc KCI
untuk pH KCI, dan 12,5 cc NaF untuk pH NaF.
c. Mengaduk masing-masing hingga homogen selama 5 menit.
d. Mendiamkannya selama 30 menit kemudian diukur.
F. Analisis Pertukaran Kation
1. Alat
a. Erlenmeyer
b. Alat penggojog
c. Kertas saring
d. Corong
e. Pipet ukur
f. Labu destilasi
g. Destilator
h. Biuret dan statif
i. Timbangan



35

2. Bahan
a. Ctka 0,5 mm
b. NH
4
COOH 1 N
c. Alkohol 95 %
d. NaCl 10 %
e. NaOH 45%
f. HCl 0,1%
g. H
3
BO
3
2%
h. Indikator campuran (BCG dan MR)
i. Aquadest
j. Butir Zn
3. Cara kerja
a. Menimbang ctka 0,5 mm 10 g.
b. Memasukkan dalam erlenmeyer, menambahkan amonium asetat dan
menggojog selama 30 menit kemudian menyaring.
c. Mencuci dengan amonium asetat 8 kali masing-masing 10 cc.
d. Filtrat disisihkan (jangan dibuang) untuk penentuan KB dan ctka
dicuci lagi dengan alkohol 10 cc sebanyak 5 kali kemudian filtrat
dibuang.
e. Mencucinya dengan NaCl 10% 10 cc sebanyak 8 kali dan
memindahkan filtrat ke dalam tabung destilasi.
f. Mengencerkan dengan aquadest sampai volume 150 cc.
g. Menambahkan 5 cc NaOH 45% dan 2 butir Zn.
h. Melakukan destilasi dengan penampung 10 cc H
3
BO
3
2% dan
menambahkan 2 tetes indikator campuran.
i. Menunggu hasil destilasi sampai volume 40 cc.
j. Menitrasi dengan 0,1 N HCl sampai warna kehijauan.
k. Mencatat cc HCl yang habis untuk titrasi.
KPK = /kg ) ( cmol 100 x
h Berat tana
N.HCI x HCI cc
+


36

G. Analisis Bahan Organik Tanah
1. Alat
a. Labu takar 50 ml
b. Gelas piala 50 ml
c. Gelas ukur 25 ml
d. Pipet drop
e. Pipet ukur
2. Bahan
a. Ctka 0,5 mm
b. K
2
Cr
2
O
7
1 N
c. H
2
SO
4
pekat
d. H
3
PO
4
85%
e. FeSO
4
1 N
f. Indikator DPA
g. Aquadest
3. Cara kerja
a. Menimbang ctka 0,5 mm 0,5 gram dan memasukkan ke dalam labu
takar 50 ml.
b. Menambahkan 10 ml K
2
Cr
2
O
7
1 N.
c. Menambahkan dengan hati-hati lewat dinding 10 cc H
2
SO
4
pekat
setetes demi setetes. Hingga menjadi berwarna jingga. Apabilawarna
menjadi kehijauan menambah K
2
Cr
2
O
7
dan H
2
SO
4
kembali dengan
volume diketahui (melakukan dengan cara yang sama terhadap
blangko).
d. Menggojog dengan memutar dan mendatar selama 1 menit lalu
mendiamkannya selama 30 menit.
e. Menambahkan 5 ml H
3
PO
4
85% dan mengencerkannya dengan
aquadest hingga volume 50 ml. Kemudian menggojog sampai
homogen.
37

f. Mengambil 5 ml larutan bening dan menambahkan 15 ml aquadest
serta indikator DPA sebanyak 2 tetes, kemudian menggojognya bolak-
balik sampai homogen.
g. Menitrasi dengan FeSO 1 N hingga warna hijau cerah.
Perhitungan:
Kadar C = % 100
77
100
10
) ( tan
100
100
3 4 ) (

+

mg ah berat
KL
nFeSO B -A

Kadar bahan organik kadarC =
58
100

B = Blanko
A = Baku
KL = Kadar lengas
H. Analisis Kadar N, P, dan K pada Tanah
1. N total tanah
a. Alat
1) Gelas arloji
2) Timbangan analitik
3) Tabung Kjeldahl
4) Erlenmeyer
5) Biuret
6) Labu destilasi
b. Bahan
1) Contoh tanah kering angin diameter 0,5 mm 1 gr.
2) H
2
SO
4
pekat
3) CuSO
4
dan K
2
SO
4
(perbandingan 20 : 1)
4) Aquadest
5) H
2
SO
4
0,1 N atau H
2
BO
3
10%
6) Indikator methyl red
7) NaOH 0,1 N atau HCl 0,1 N
8) Butir Zn
38

c. Cara kerja
1) Destruksi
a) Menimbang tanah kering angin diameter 0,5 mm 0,5 gram.
b) Memasukkan ke tabung Kjeldahl dan menambahkan 6 ml
H
2
SO
4
pekat.
c) Menambahkan campuran serbuk K
2
SO
4
dan CuSO
4
1 sendok
kecil (1 gram).
d) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap
hilang dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak
berwarna.
2) Destilasi
a) Setelah larutan dalam tabung Kjeldahl dingin, menambahkan
aquadest 30 ml dan menuangkan ke dalam tabung destilasi
(tanah tidak ikut) dan menambahkan 2 butir Zn dan 20 ml
NaOH pekat.
b) Membuat larutan penampung 10 ml (sudah tersedia yaitu
campuran dari H
2
SO
4
0,1 N atau H
3
BO
3
1% dan
menambahkan 2 tetes metyl red pada erlenmeyer.
c) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml.
3) Titrasi
a) Mengambil larutan penampung hasil destilasi 10 ml dan
melakukan titrasi pada larutan dalam gelas piala, dengan HCl
0,1 N sampai warna hampir hilang/ kuning bening.
b) Melakukan prosedur diatas untuk blanko.
c) Menghitung nilai N total tanah.
Perhitungan:
N total tanah
| |
% 100
) ( tanah
100
100
4 14

+

=
mg berat
KL
l NaOHatauHC N A B


39

2. P tersedia tanah
a. Alat
1) Gelas ukur
2) Timbangan analitik
3) Tabung reaksi
4) Corong
5) Kertas Whatman
6) Erlenmeyer
7) Pipet
8) Spektrofotometer
b. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) Larutan 0,025 N HCl
3) Larutan NH
4
F 0,03 N
4) Amonium Molibdat
5) Larutan SnCl
2

6) Larutan standard P
c. Cara kerja
1) Mengencerkan larutan standar P
2) Menimbang 0,5 gram tanah kering angin kemudian
memasukkannya ke dalam flakon.
3) Menambahkan 7 ml larutan Bray l (0,025 N HCl + 0,03 N NH
4
F),
lalu menggojognya selama 1 menit.
4) Menyaring dengan kertas whatman sampai jernih.
5) Mengambil 2 ml filtrat dan menambah 5 ml aquadest.
6) Menambah 2 ml ammonium molybdat hingga homogen.
7) Menambah 1 ml SnCl2 dan menggojognya.
8) Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660
nm.


40

Perhitungan:
) (
100
100
35
g Tanah berat
KL
Tanah larutan P ppm
ppmP

=

3. K tersedia tanah
a. Alat
1) Gelas ukur
2) Gelas reaksi
3) Timbangan analitik
4) Kertas saring
5) Corong
6) Flamefotometer
b. Bahan
1) Ctka 0,5 mm 2,5 gr
2) Lithium Khlorida LiCl
2
0,05 N
3) Amonium asetat 1 N pH 7
c. Cara kerja
1) Menimbang contoh tanah 2,5 gram.
2) Menambah ammonium asetat 25 ml dan menggojognya selama 30
menit.
3) Menyaring ekstrak dan mengambil 5 ml.
4) Menambah 5 ml LiCl
2
dan menjadikan volume 50 ml dengan
aquadest.
5) Menembak dengan flamefotometer.
Perhitungan:
% 100
) ( Tanah
100
100
1000
50
5
50
Tanah larutan K
tanah tersedia

+

=
gr berat
KL
ppm
K


41

I. Pengamatan Omission Test dan Inokulum Bakteri
1. Alat
a. Polibag
b. label
2. Bahan
a. Tanah lolos 5mm
b. Pupuk urea
c. Pupuk SP-36
d. Pupuk KCL
3. Cara Kerja
1. Persiapan (dilakukan oleh coass)
a. Tanah dikeringkan pada tempat yang terlindungi dari sinar
matahari langsung.
b. Tanah diayak dengan ukuran 5mm
c. Tanah ditimbang masing-masing + 3-5 kg sebanyak perlakuan
dan ulangan (24), dengan tanah entisol Colomadu/Boyolali (S1)
dan tanah alfisol Jumantono (S2)
d. Label disiapkan, dimasukkan dalam plastik agak tidak basah
e. Pupuk disiapkan untuk perlakuan sebagai berikut
1) T1 : Tanaman kacang tanah
2) T2 : Tanaman jagung
3) L0 : Tanpa diberi legin
4) L1 : Diberi legin
5) L2 : Diberi mikoriza
6) M0 : Tanpa diberi pupuk anorganik
7) M1 : Urea 100kg/ha, SP-36 50kg/ha, dan KCl 25kg/ha
8) M2 : SP-36 50kg/ha dan KCl 25 kg/ha
9) M3 : Urea 100 kg/ha dan KCl 25 kg/ha
10) M4 : Urea 100 kg/ha dan SP-36 50 kg/ha

42

f. Tanah pasir, pupuk mikro hara, dan pupuk perlakuan dicampur,
sehingga diperoleh interaksi perlakuan sebagai berikut:
T1L0M0 T1M0L1 T1L0M2 T1L0M3 T1L0M4
T1L1M0 T1L1M1 T1L1M2 T1L1M3 T1L1M4
T2L0M0 T2L0M1 T2L0M2 T2L0M3 T2L0M4
T2L2M3
g. Benih jagung dimasukkan kedalam setiap polybag dan
menyirami polybag dengan air hingga kapasitas lapang
h. Kondisi polybag harus dijaga agar tetap pada kapasitas lapang
2. Pengamatan (dilakukan oleh praktikan)
a. Setelah + 30-40 hari setelah tanam (fase vegetatif maksimal),
tanaman diamati khususnya pada bagian daun dan batangnya
untuk mengetahui gejala kekurangan unsur hara
b. Mangamati juga tinggi tanaman pada masing-masing perlakuan
serta perakarannya (pada tanaman kacang diamati jumlah bintil
akar dan pada tanaman jagung diamatai perakarannya)
c. Mambandingkan data-data yang diperoleh antara satu perlakuan
dengan perlakuan lain.


43

IV. HASIL PENGAMATAN
A. Analisis Tekstur Tanah
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.1. Hasil Pengamatan Tekstur Tanah
Ctka
(mm)
A B
C
(%)
A b Fk %debu % klei
%pasir
Lolos 2 16 11 0,77 0 0 0,975 9,82 21,61
68,57
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
A: fraksi campuran debu-klei
a : blangko pada pembacaan 1
B : fraksi lempung (g/l)
B : blangko pada pembacaan 2
C : persen bahan organic
2. Analisis Hasil Pengamatan
Fk =
s kadarlenga % 100
100
+

=
( )% 53 , 2 100
% 100
+

=
53 , 102
100

= 0,975
C = % C-organik 1,724
= 0,447 1,724
= 0,7706
a. Tanah kering 105C =
fk
25

=
975 , 0
25

= 25,64
43
44

b. Bahan Organik =
100
25C

=
100
7706 , 0 25

= 0,193
c. Pasir+Debu+Lempung =
fk
25
100
25C

=
25,64-0,193

=25,547
d. % pasir = % 100
100
25 25
2
) (
100
) 25 ( 25

|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|
(



C
f k
a A C
f k

=
| |
| |
% 100
19 , 0 64 , 25
8 19 , 0 64 , 25



= % 100
45 , 25
45 , 17

= 68,57%
e. % debu =
( )
% 100
100
25 25
2 2
) (

|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|
(

C
f k
b B a A

= % 100
19 , 0 64 , 25
5 , 5 8


= % 100
45 , 25
5 , 2

= 9,82%
45

f. % klei =
( )
% 100
100
25 25
2

|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|
(


C
f k
b B

= % 100
19 , 0 64 , 25
5 , 5


= % 100
45 , 25
5 , 5

= 21,61%
g. Jumlah fraksi = % pasir + % debu + % klei
= 68,57% + 9,82% + 21,61%
= 100%
B. Analisis Struktur Tanah
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.2.1. Hasil Pengamatan Berat Volume
Tanah a B P q
Tanah 1 1,562 1,796 10 12
Tanah 2 1,160 1,243 10 11

Tabel 4.2.2. Hasil Pengamatan Berat Jenis
Tanah a B C d BJ1 BJ2
Tanah 15,767 41,042 20,774 43.849 0,9957 0,9965
Sumber: Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
a. Perhitungan Berat Volume


( ) ( ) ( )



( ) ( ) ( )

( )

( )



46





( ) ( ) ( )

( )

( )




47

b. Perhitungan Berat Jenis

( )
( ) ( ) ( )


( )
( ) ( ) ( )




C. Analisis Lengas Tanah
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.3.1. Hasil Pengamatan Lengas Tanah Kering Angin
No. a b c
1. Bongkah A
Bongkah B
57,513
51,608
67,150
71,993
61,284
65,444
2. 2mm A
2mm B
54,406
54,825
65,232
65,766
64,930
64,575
3. Lolos 2mm A
Lolos 2mm B
18,649
17,801
23,172
24,585
23,057
24,423
4. 0,5mm A
0,5mm B
55,393
57,230
68,752
68,621
66,830
67,337
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 4.3.2. Hasil Pengamatan Kapasitas Lapang
No. a b c
1. Lolos 2mm A 52,477 63,020 60,615
2. Lolos 2mm B 53,596 63,704 61,475
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 4.3.3. Hasil Pengamatan Kapasitas Maksimum
No. Tanah A b c d
1. Tanah 2mm 49,134 105,857 79,560 47,478
Sumber: Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
a. Lengas Tanah Kering Angin

( )
( )

1) Bongkah

( )
( )


48



( )
( )



2) 2mm

( )
( )




( )
( )




3) Lolos 2mm

( )
( )




( )
( )





49

4) 0,5mm

( )
( )




( )
( )




b. Analisis Kapasitas Lapang

( )
( )




( )
( )





c. Kapasitas Maksimum

( ) ( )
( )


( ) ( )
( )


( )



50


D. Konsistensi Tanah
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.4.1. Batas Cair
No. Tanah a b c
1. Tanah A 54,179 63,235 56,326
2. Tanah B 54,486 56,327 55,471
3. Tanah C 53,042 55,407 54,562
4. Tanah D 52,231 54,781 54,621
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 4.4.2. Batas Lekat
No. Tanah a b c
1. Tanah A 60,505 62,241 61,931
2. Tanah B 59,240 60,815 59,476
Sember: Laporan Sementara
Tabel 4.4.3. Batas Gulung
No. Tanah a b c
1. Tanah A 54,635 56,505 55,769
2. Tanah B 52,807 56,546 54,705
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 4.4.4. Batas Berubah Warna
No. Tanah A B C
1. Tanah A 56,443 66,275 64,227
2. Tanah B 50,730 61,023 58,743
3. Tanah C 55,108 68,544 65,285
4. Tanah D 55,161 69,294 66,395
Sumber: Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Penamatan
a. Batas Cair

( )
( )




( )
( )



51


( )
( )




( )
( )



b. Batas Lekat

( )
( )




( )
( )



c. Batas Gulung

( )
( )




( )
( )



d. Batas Berubah Warna

( )
( )




( )
( )

52




( )
( )




( )
( )




E. Analisis pH Tanah
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.5.1. pH Tanah
No. Larutan pH
1. KCl 4,130
2. H2O 5,232
Sumber: Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
a. pH KCl 4,13
b. pH H2O 5,232
F. Analisis Pertukaran Kation
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.6.1. Kapasitas Pertukaran Kation
No. Berat Tanah Cc HCl N HCl
1. 10 3 1
Sumber: Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan



()

()


()

53


G. Analisis Bahan Organik
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Bahan Organik
Ctka
(mm)
A (ml)
B
(ml)
n FeSO
4

Berat
Tanah
(mg)
KL
(%)
0,5 1,6 1,7 0,5 500 14,754
Sumber : Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan

( )



( )



H. Kadar N, P, K pada Tanah
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.8.1. Kadar N pada Tanah
Ctka
(mm)
A B N NaOH
Berat
Tanah (mg)
KL
(%)
0,5 10 0 0,1 500 14,754
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 4.8. 2. Kadar P pada Tanah
Ctka
(mm)
Berat
Tanah
(g)
A B r KL (%)
Hasil
Tembakan
(X)
0,5
0,5 0,634 0,367 0,771 14,754 0,457
Sumber: Laporan Semantara

54

Tabel 4.8.3. P Standar
No. X Y
1. 0 0
2. 0,1 0,562
3. 0,2 0,655
4. 0,4 0,783
5. 0,6 0,823
6. 0,8 0,855
7. 1 0,865
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 4.8.4. Kadar K pada Tanah
Ctka
(mm)
Berat
Tanah (g)
a B c KL (%)
Hasil
Tembakan
(X)
0,5
2,5 0,231 0,012 0,986 14,754 0,61
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 4.8.5. K Standar
No. X Y
1. 0 0
2. 2,5 0,56
3. 5 1,14
4. 7,5 1,50
5. 10 2,20
Sumber: Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
a. Kadar N dalam tanah

( )


()


( )





55

b. Kadar P dalam tanah


()






Gambar 1. Grafik P Standar
c. Kadar K dalam tanah


()




0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0 0.1 0.2 0.4 0.6 0.8
y

x
P Standar
56


Gambar 2. Grafik K Standar
I. Omission Test
Tabel. 4.9.1 Omission Test
No/
kel
Perlakuan Tinggi
tanaman
(cm)
Panjang
Akar (cm)
Jumlah
daun
Kenampakan Visual Gambar
1 T1L0M0 25 28 30 a. Daun tidak kering tapi
menguning dari tepi
b. Daun dewasa kuning
c. Daun tua kering dan
coklat
d. Daun muda hijau layu
e. Pangkal batang ungu
Karena kontrol maka
unsur hara yang diserap
hanya yang di tanah

2 T1L1M0 21 31 32 a. Daun tua kering
b. Daun muda hijau layu
c. Daun bercak putih
d. Bintil akar banyak
e. Pertumbuhan kurang

3 T2L0M0 52,5 48,5 11 a. Daun tua berwarna
keunguan
b. Ujung daun berwarna
coklat

4 T1L0M1 29 36 33 a. Daun hijau layu, tidak
kering
b. Daun tua kering coklat
c. Cabang dekat daun
kuning
d. Pangkal batang hijau
kekuningan
e. Kahat air

0
0.56
1.14 1.15
2.2
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 2.5 5 7.5 10
K Standar
57

5 T1L1M1 28 32 6 a. Daun dan batang kering
dan menguning

6 T2L0M1 60 39 9 a. Daun tua mengering
b. Daun muda hijau
kekuningan,ada warna
ungu di pangkal daun
c. Daun menggulung, ruas
batang warna ungu

7 T1L0M2 27 25,6 a. Daun bawah
menguning, mongering,
dan rontok.
b. Tulang-tulang dan muda
tampak pucat.
c. Tepi daun hangus dan
daun menggulung ke
bawah.
d. 11 buah bintil akar.

8 T1L0M3 29 15,5 a. Kering, terdapat bekas-
bekas bintik kuning
pada daun, baik di
tengah, maupun di
pinggir.
b. Daun tua yang berada di
dasar tangkai berwarna
kuning terang.
c. Daun tampak bercak-
bercak kotor (merah
coklat).

9 T1L1M1 22 13 a. Daun bawah terlihat
menguning.
b. Daun atas pada tepinya
hangus dan
menggulung ke bawah

10 T1L1M2 32,5 3 a. Daun berwarna kuning
dan merah kecoklatan.
b. Tepi kuncup daun
mengalami klorosis

58

11 T2L0M2 55 55 a. Daun sebagian kuning
kecoklatan, dibagian
permukaan daun dan
batangnya,
b. Warna daun hijau
kekuningan, di bagian
permukaan daun dan
batangnya,
c. Ujung daun berwarna
kuning/ kekahatan
tanaman terletak pada
ujungdaun, sebagian
daun kuning
kecoklatan, dibagian
permukaan daun dan
batangnya.

12 T2L0M3 48,5 13 6 a. Terdapat warna ungu
pada daun yang kering
(kahat P)
b. Daun yang mati
berwarna coklat, pada
daun yang sehat
terdapat bercak putih di
tengah (kahat K) dan
menguning pada tepi
daun (kahat N)
c. Batang berwarna hijau
13 T1L0M4 - - - a. Tanaman mati pada saat
perkecambahan,
sehingga daun dan akar
tidak tumbuh melainkan
masih dalam bentuk
kecambah.
b. Semua bagian berwarna
gelap dan kering.

14 T1L1M4 18,5 9,5 20 a. Tanaman masih hidup
tetapi bagian daun
bawah kering.
b. Daun kuning menyebar
dari tepi ke dalam.
Tanaman kerdil.
c. Kahat N, berwarna
kuning, kerdil,
pertumbuhan terhambat,
daun sempit, pendek
dan tegak, daun tua
menguning.
d. Kahat P, kerdil

15 T2L0M4 49 70 9 a. 2 Daun ujungnya
menguning (Harkat N).
b. 1 Daun kering di ujung
disertai menguning di
tepi daun (Harkat N).
c. 5 Daun mengalami
nekrosis pada bagian
daun yang tua/ daun
bawah (Harkat N).
d. Warna daun ungu
(Harkat P).
e. Batang normal. Akar
kering (tidak berair).
f. Akar panjang dan
banyak cabang, rambut
akar banyak.

59

16 T1L0M0 8,5 3 6 a. Kerdil,
b. Akar berwarna cokelat
dan pendek,
c. Batang berwarna coklat,
daun berwarna cokelat
gosong,
d. Bentuk akarnya sudah
agak rusak karena
kurangnya unsur hara
pada tanah,
e. Batang juga berwarna
cokelat karena
kurangnya K pada
tanaman

17 T1L0M0 18,5 21 24 a. Tanaman layu,
b. Sebagian daun
berwarna kuning dan
yang lainnya berwarna
hijau pucat karena tidak
diberi pupuk organik.
c. Kemudian meskipun
diberi legin, pada akar
tanman tersebut tidak
ditemukan adanya bintil
akar.



18 T2L0M0 34 12 6 a. Daun Kering (Karena
tanaman kekurangan
air,)




19 T1L0M1 25 8 19 a. Sebagian daun kering,
b. Tidak ada bintil akar,
c. Daun dibagian batang
bawah menguning





20 L1M1L1 23,4 30 27 a. Daun bagian bawah
kering.
b. Nampak warna coklat
pada bagian tepi daun
c. Bintil akar berjumlah =
5 yang bewarna
kekuningan
d. Ada daun yang
bergelombang dari tepi
daun ke tengah.
e. Warna hijau daun
memudar

60

21 T2L0M1 43 47 5 a. Tanaman tinggi, akar
panjang karena subur.
b. Daun coklat, kering
katena kekurangan air.
c. Daun warna ungu
kerena kahat P.

22 T1L0M2

31 31 52 a. Daun: Menguning pada
pinggirnya
b. Batang tanaman: kuat
c. Terdapat bintil akar
yang semakin banyak di
dekat tanaman,
berjumlah 42

23 T1L1M2

21,5 24,5 21 a. Jumlah daun 21 buah.
b. Daun terdapat garis
kuning pada salah satu
tepi daun. Ini berarti
tanaman kekurangan
unsur K

24 T2L2M2 35 45 9 a. Daun berwarna pucat
mengering dan
menggulung
menandakan bahwa
kekurangan zat N

25 T1L0M3

22 21,5 28 a. Tanaman kerdil.
b. Pada daun terdapat
bercak-bercak kuning.
c. Batang Tanaman kuat.
d. Terdapat bintil-bintil
akar sebanyak 10 buah.
e. Jumlah daun pada
tanaman sebanyak 28
helai.

26 T1L1M3 20 48 27 a. Ujung daun berwarna
kuning dan sangat
kering, bagian yang
mengering tersebut
berasal dari pinggir
daun .
b. Warna daun hijau pucat,
dan warna batang hijau
kecokltan.
c. Terdapat 10 buah bintil
akar
61

27 T2L0M3 48 28 8 a. Daun ujungnya
berwarna kuning
kering.
b. Helai daun keunguan
c. Batang berwarna
keunguan
d. Akar serabut dan
berwarna putih

28 T1L0M4 35 42 a. Daun berwarna
kekuningan karena
kekahatan N
b. Tulang daun nampak
jelas
c. Bintil akar berjumlah
25
d. Terdapat bunga


29 T1L1M4 41,5 40 a. Daun hijau
b. Tulang daun hijau
c. Batang coklat
d. Batang berbulu
terserang kutu daun.
e. Muncul biji kacang
tanah
f. Jumlah bintil akar 51.

30 T2L0M4 51 60 a. Daun mengering
b. Terdapat daun yang
berwarna berubah
menguning dan ada
yang masih hijau
c. Akar serabut tidak ada
bintil akar


31 T1M0L0 343,5 40 a. Daun berwarna hijau
b. Bintil akar 40
c. Terdapat bunga
dibagian kacang bawah
pada pangkat batang


32 T1L1M0 38,5 46 46 a. Daun tertua kekuningan
dari dari daun bagian
bawah, lalu disusul
daun bagian atas.
b. Bintil pada akar banyak.
c. Batang kuat tetapi
bengkok.
d. Timbul bercak putih
pada daun.
e. Tepi daun
bergelombang
f. Daun melengkung
keluar.

62

33 T2L0M0 45,5 39,8 6 a. Daun Hijau Pucat
b. Daun menggulung
kedalam
c. Akar serabut
d. Jumlah akar sedang
e. Ujung Daun
Kekuningan
f. Bercak putih di Pangkal
daun

34 T1L0M0 23 89 23 a. Daun tua kuning tua
dari tepi ke tengah
b. Daun terdapat bercak
putih dan coklat di
tengah
c. Daun berkerut kedalam
d. Bintil akar sedikit
e. Batang tegak
f. Akar banyak
g. Pertumbuhan kerdil
35 T1L1M1 24,5 51 32 a. Daun tua kering,
b. Daun ada bercak putih,
c. Bintil akar banyak,
d. Daun tua ada yang
kekuningan dari tengah
ke tepi,
e. Daun tua ada yang
kekuningan dari tepi ke
tengah

36 T2L1M1 59 76 4 a. Daun hijau kekuningan
b. Daun menggulung ke
dalam
c. Akar serabut
d. Jumlah akar banyak
e. Kekuningan dari tepi ke
tengah
f. Daun bagian bawah
kering
g. Daun kering pada
ujung-ujungnya

37 T1L0M2 27 38 34 a. Ujung daun berwarna
kekuningan,
b. Gejala menyerang pada
daun muda,
c. Daun layu dan
mengeriting

38 T1L1M2 30 41 22 a. Mengering, mati

63

39 T1L0M3

3 50 24

40 T2L0M1 46 7 6 a. Ungu pada pinggiran
daun

41 T1L1M3 38 50 18 a. 2 lembar daun berwarna
kuning




64

V. PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Tekstur Tanah
Pada praktikum kesuburan tanah ini menggunakan tanal alfisols
yang dari Jumantono. Tanah alfisol merupakan morfologi yang khas
dari Alfosol dicirikan oleh horizon eluviasi dan iluviasi yang jelas,
yang mana horizon permukaan umumnya berwarna terang karena
dipengaruhi oleh beberapa jenis mineral seperti kuarsa yang dapat
mempengaruhi warna tanah Alfisol lebih terang.
Tekstur tanah adalah perbandingan antara partikel tanah yang
berupa pasir, debu dan klei dalam satu masa tanah. Tekstur tanah
dapat dihitung secara kuantitatif yang pada umumnya dinyatakan
dalam persentase (%). Tekstur tanah merupakan sifat fisika tanah
yang sulit berubah karena pembentukan fraksi tanah dipengaruhi oleh
bahan induk, organisme, topografi, iklim dan waktu. Fraksi pasir
tanah berukuran antara 0,05-2mm, fraksi debu berukuran 0,002-
0,05mm dan fraksi klei berukuran kurang dari 0,002mm. Menurut
Brady (1974) tekstur tanah yang kasar memiliki kapasitas mengikat
air yang rendah, ruang-ruang antar letak partikel-partikelnya longgar
sehingga kemampuan dalam meneruskan air cepat, aliran udara dari
dan ke partikel-partikel berlangsung baik dan pengolahan terhadap
lapisan tanah yang berpasir dapat dilakukan dengan ringan.
Metode yang digunakan pada saat praktikum untuk analisis
tekstur tanah secara kuantitatif merupakan metode hidrometer. Metode
ini didasarkan atas perbedaan kecepatan jatuh partikel-partikel di
dalam air, kecepatan jatuhnya dalam pengendapan berbanding lurus
dengan ukuran. Gaya yang bekerja atau mempengaruhi hydrometer
adalah gaya kinetik, gaya gravitasi dan gaya tekan. Dalam metode ini
diperlukan adanya pembuatan blangko yang dibaca dua kali, yaitu
pembacaan pertama pada pengukuran fraksi campuran debu dan
64
65

lempung dan pada pembacaan kedua yang diperoleh dari pengukuran
fraksi lempung.
Dari hasil analisis tekstur tanah secara kuantitatif diperoleh hasil
bahwa kandungan pasir, lempung dan debu dari tanah entisol adalah
sebagai berikut pasir sebesar 68,75 %, lempung sebesar 21,61 % dan
debu sebesar 9,82 %. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa tanah
entisol bertekstur kasar. Besarnya persentase pasir yang tinggi pada
tanah entisol dapat dijelaskan sebagai berikut : entisol dicirikan oleh
bahan mineral tanah yang belum membentuk horison diagnostik yang
nyata karena pelapukan baru diawali atau bahan induk yang sukar
larut seperti pasir kuarsa, atau terbentuk batuan keras yang larutnya
lambat seperti batu gamping, atau topografi sangat miring sehingga
kecepatan erosi melebihi pembentukan horison pedogenik. Menurut
Brady (1974) tekstur tanah yang kasar memiliki kapasitas mengikat
air yang rendah, ruang-ruang antar letak partikel-partikelnya longgar
sehingga kemampuan dalam meneruskan air cepat, aliran udara dari
dan ke partikel-partikel berlangsung baik dan pengolahan terhadap
lapisan tanah yang berpasir dapat dilakukan dengan ringan.
2. Analisis Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan ikatan antar partikel-partikel primer
tanah yang membentuk suatu susunan gumpalan yang disebabakan
adanya perekat. Struktur tanah berperan dalam ketersediaan air dalam
tanah, perombakan materi organiak dalam tanah, suhu tanah, penetrasi
perakaran tanaman dan aktivitas organisme dalam tanah. Ikatan antar
partikel primer tanah yang membentuk suatu kelompok disebut
dengan agregat.
Dalam analisis struktur tanah ini yang dianalisis adalah bobot
jenis (BJ) dan bobot volume (BV). Bobot jenis adalah bobot bagian
padat dibagi dengan volume bagian padat dari tanah. Pada biasanya
nialai bobot jenis berkisar dari 2,6-2,7mg/cm3. Sedangkan berat
volume adalah berat bagian padat atau sehari-hari disebut dg berat
65
66

tanah kering dibagi dg volume total, termasuk volume butir-butir
padat dan volume ruang pori. Nilai berat volum lebih kecil dari pada
berja jenis tanah yaitu pada tanag geluh/klei pada umumnya
0,5mg/cm3 dan pada tanah pasiran pada umumnya 1,6mg/cm3.
Faktor-faktor yg mempengaruhi Berat Volume (BV) adalah
pengolahan tanah, bahan organik, pemadatan, tekstu, struktur,
kandungan air. Nilai ini banyak dipergunakan untuk penghitungan :
kebutuhan air irigasi, pemupukan, pengolahan tanah.
Pada praktikum kali ini nilai BJ dan BV kecil karena
dipengaruhi nilai kapasitas lapang yang kemungkinan salah
perhitungan, selainitu juga waktu pengovenan ada kendala mati lampu
jadi pengovenan berhenti saat mati lampu. Pada saat praktikum
terkadang terjadi kesalahan-kesalahan yang disebabkan dengan kurang
telitinya dalam melaksanakan praktikum tersebut. Secara teori dan
hasil pratikum sering kali ditemukan perbedaan-perbedaan yang
signifikan karena kurang teliti dan hati-hati dalam melaksanakan
praktikum.
Nilai berat jenis (BJ) dan berat volume (BV) yang tinggi dapat
disebabkan karena tanah masih didominasi fraksi pasir yang belum
menunjukkan perkembangan tanah lebih lanjut, dan juga pori-pori
tanah yang longgar akibat dominasi pori makro, selain itu penyebab
lain adalah kandungan bahan organik di dalam tanah. Dimana semakin
tinggi bahan organik tanah maka nilai BJ akan cenderung menurun
dan begitu sebaliknya, semakin sedikit bahan organic tanah maka nilai
BJ akan meningkat.
Penentuan struktur tanah dapat dilakukan dengan mengetahui
porositas total tanah. Porositas merupakan persentasi volume pori-pori
total yang ada dalam tanah terhadap volume total bongkah tanah. Nilai
porositas dihitung dengan menggunakan BV (berat volume) yang
diperoleh dari berat tanah/ volume tanah yang teragregasi dan BJ
67

(berat jenis) yang diperoleh dari berat tanah/volume tanah yang tidak
teragregasi.
3. Analisis Lengas Tanah
Kadar lengas adalah kandungan uap air yang terdapat pada pori
tanah. Dalam praktek keseharian antara pengertian lengas tanah
adalah air dalam bentuk campuran antara gas dan cair. Faktor-faktor
kandungan lengas dalam tanah dipengaruhi oleh analisis iklim,
kandungan bahan organik, dan bahan penutup tanah (organik maupun
anorganik). Didalam bidang pertanian, pemahaman tentang kadar
lengas sangat penting karena lewat proses pengaturan lengas ini akan
dikontrol juga serapan hara dan pernapasan akar-akar tanaman. Dari
kadar lengas juga dapat diketahui kapasitas lengas maksimum suatu
tanah. anfaatnya adalah dapat digunakan untuk menduga kehilangan
air selama pengairan dan daya simpan lengas juga dapat diketahui.
anah dipanaskan pada suhu sehingga bobot sebelum dan
sesudah akan berubah. al ini disebabkan pada suhu terjadi
reaksi endotermik yang menyebabkan hilangnya molekul air yang
disebut dehiroksilasi. Kehilangan air dan gugus hiroksil menyebabkan
hilangnya bobot mineral.
Kadar lengas terdiri dari lengas higrokopis, lengas gravitasi dan
lengas kapiler. Kadar lengas tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu sifat tanah, faktor tumbuh dan dan iklim. Faktor sifat tanah yang
berpengaruh terhadap kadar lengas antara lain tekstur, struktur dan
bahan organik. Diameter dari partikel tanah pun berpengaruh terhadap
besarnya kadar lengas, yaitu semakin kecil diameter partikel tanah
semakin besar kadar lengasnya.
Pada Alfisol, nilai KL tidak sesuai dengan teori. Teori
mengatakan KL 0,5 mm>bongkah>lolos 2mm> 2 mm karena bongkah
mengandung fraksi 0,5 mm dan 2 mm jadi seharusnya KL bongkah
lebih besar dari 2mm. Tanah alfisols bertekstur banyak lempungnya
jadi maka luas permukaannya luas dan jika luar permukaan tanahnya
68

luas maka kapasiatas untuk menahan airnya tinggi. Kapasitas
maksimum tanah ini sangat tinggi, berdasar pengamatan kapasitas
maksimumnya 76,806%. Kemampuan menahan airnya tinggi berarti
tanah ini subur. Tanah ini juga bisa dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian karena kemampuan untuk menah airnya tinggi.
Kadar lengas berbagai jenis tanah dapat berbeda dengan teori
disebabkan oleh faktor relief yang berpengaruh pada kecepatan tanah
dalam kehilangan lengasnya. Selain itu disebabkan oleh faktor curah
hujan yang berhubungan dengan evaporasi yang membuat tanah
mengalami deficit kadar lengas maupun surplus dan juga dipengaruhi
faktor kandungan bahan organik dan lempung berperan dalam
penyimpanan air. Tanah yang memiliki kadar lengas tinggi baik
digunakan sebagai lahan pertanian. Sedangkan tanah yang memiliki
kadar lengas rendah untuk mengatasinya digunakan musia untuk
mengurangi penguapan, sehingga kadar lengasnya dapat
dipertahankan.
Manfaat mengetahui kandungan lengas tanah dalam bidang
pertanian adalah lengas berperan sangat penting dalam proses genesa
tanah. Kelangsungan hidup tanaman dan renik tanah. Setiap reaksi
kimia dan fisika yang terjadi di dalam tanah hampir selalu melibatkan
air sebagai pelarut garam-garam mineral. Senyawa asam dan basa,
serta ion-ion dan gugus-gugus organik maupun anorganik. Manfaat
lain dari perhitungan kadar lengas ini dalam bidang pertanian antara
lain, pengetahuan kadar lengas tanah digunakan untuk menduga
kebutuhan air untuk persawahan, menduga kebutuhan air selama
proses irigasi dan mengetahui kemampuan suatu jenis tanah mengenai
daya simpan lengas atau airnya. Hal ini juga digunakan dalam
perhitungan nilai perbandingan dispersi(NPD). Selain itu digunakan
untuk mengetahui daya tahan tanah terhadap erosi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar lengas adalah pengaruh
temperatur terhadap sifat-sifat tanah lebih kecil dibandingkan curah
69

hujan (lengas), karena sebagian energi digunakan untuk evaporasi dan
transpirasi. Jadi pengaruh temperatur berpengaruh terhadap kegiatan
perombakan bahan organik serta laju reaksi pelapukan kimia. Iklim
merupakan faktor yang mempengaruhi kadar lengas tanah. Curah
hujan dan temperatur merupakan anasir iklim yang berpengaruh pada
kandungan kadar lengas tanah. Faktor topografi berpengaruh pada
kandungan lengas tanah dalam mempercepat kehilangan lengas atau
sebaliknya, yaitu mengawetkannya.Dalam percobaan kadar lengas ini
menggunakan metode gravimetris, karena metode ini dipraktekkan.
Selain itu biayanya juga murah dan waktunya yang digunakan relatif
cepat, sebab gravimetris mempunyai prinsip kerja yang sederhana,
yaitu pengukuran selisih berat lengas antara sebelum dan sesudah
dikeringkan. Berat tanah sebelum dikeringkan akan lebih besar
daripada sesudah dikeringkan.

70

4. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah pada saat memperoleh
gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan gaya kohesi dan gya
adhesi dengan berbagai kelembaban tanah. Tanah memperoleh
tekanan dari luar akan menunjukan konsistensi berupa menggelincir,
kegemburan, keliatan dan kelekatan. Konsistensi tanah
mempengaruhu tekstur tanah, kadar bahan organik dalam tanah, dan
juga mempengaruhi kelengasan tanah.
Pada saat praktikum di laboratorium, konsistensi tanh ditetapkan
secara kuantitatif berdasarkan angka Atterberg. Tetapan konsistensi
tanah meliputi batas cair, batas lekat, batas gulung dan batas berubah
warna. Batas cair (BC) adalah kandungan lengas tanah pada saat tanah
menjadi bersifat setengah mencair atau mulai menggelincir akibat
bekerjanya gaya-gaya yang tidak mempu mempertahankan bentuk
asalnya.Nilai perhitungan lengas tanah batas cair ini sangat tinggi
hasinya karena kandungan air dalam tanahnya juga tinggi.
Batas lekat (BL) adalah kandungan lengas tanah pada saat mula
melekat pada benda asing. Nilai lengas tanah pada batas lekat ini lebih
kecil dari pada nilai batas cair karena kandengan air lebih sedikit dan
tanah tidak dlam kindisi cairnamun sudah dalam kondisi lekat. Batas
gulung adlahkandungan lengas pada saat tanah mulai mevubah dari
gembur menjadi konsistensi plastis. Pada perhitungan batas gulung
praktikum ini terjadi kesalahn karena menunjukkan kadar lengas yang
lebih dari 100%. Batas berubah warna adalah keadaan lengas tanah
tepat pada saat terjadi perubahan warna dari gelam menjadi terang.
Dalam praktikum ini ada 4 perubahan warna yang diamati. Kadar
lengasnya paling tinggi yatu 32%. Menurut Buckman (1992), pada
saat kondisi berubah warna biasanya tanah dalam kondisi mulai kritis
terhadap air, maka jika terdapat tanaman yang tumbuh di atasnya
perlu adanya penambahan air. Penambahan air maksimal merupakan
jumlah air yang dapat ditampung oleh tanah dan jumlah ini tidak
71

semuanya dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tanaman, karena itu
semua tanaman peka terhadap kelebihan air.
5. Analisis pH Tanah
pH merupakan indikator reaksi yang terjadi di dalam tanah.
Nilai pH merupakan pengukuran hasil dari pelepasan fraksi-fraksi
tanah ketika diberikan larutan tertentu. Ph merupakan derajad
kesaman dan kebasaan pada tanah. Ph depengaruhi oleh kandungan
bahan organik tanah. Ph merupakan salah satu sift kimia tanah yang
sangat penting kerena sangat berpengaru pada kesuburan tanah. Pada
tanah organik pH yang baik untuk pertumbuhan tanaman yaitu 5,5 dan
pada tanah mineral ph yang baik itu 6,5.
Pada praktikum ini tanah diberikan larutan KCl yang merupakan
pH potensial dan H
2
O yang merupkan pH aktual. Pada praktikum ini
pH tanah alfisols yang memakai KCl 4,13 dan yang menggunakan pH
H
2
O hasilnya 5,23. pH H
2
O lebih besar nilainya daripada pH KCl
karena KCl merupakan indikator pH terikat dan H
2
O akan terurai jika
dikocok, maka ion H
+
akan larut dalam tanah bercampur dengan
koloid tanah.
Pada tanah alfisols bersifat masam karena adanya horison
pencucian sehingga kation basa yang ada didalam tanah tercuci. Pada
tanah alfisols kandungan besinya sangat tinggi sehingga tanah ini
berwarna merah terang. Kandunga besi yang tinggi itu menyebabkan
kemasaman pada tanah. pH tanah dipengaruhi oleh kadar bahan
organik, pada tanh organik lebih masam, adanya hujan asam yang
menyebabkan tanah menjadi masam.
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat penting, sebab
terdapat beberapa hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara. pH
tanah sangat besar pengaruhnya terhadap tersedianya beberapa unsur
penting dan juga terhadap kelarutan unsur tertentu yang merupakan
racun bagi tumbuhan. Menurut Hanafiah (2007) pH optimum untuk
ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena semua unsur
72

hara makro tersedia secara maksimum sedangkan unsur hara mikro
tidak maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan terjadi toksisitas
unsur mikro tertekan.
Terdapat dua jenis reaksi tanah atau kemasaman tanah, yakni
reaksi tanah aktif (aktual) dan potensial. Reaksi tanah aktif (aktual)
ialah yang diukurny konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas dalam
larutan tanah. Reaksi tanah inilah yang diukur pada pemakaiannya
sehari-hari. Reaksi tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen
dapat tukar baik yang terjerap oleh kompleks koloid tanah maupun
yang terdapat dalam larutan. Pada praktikum kali ini untuk analisis pH
tanah menggunakan metode elektrometrik. Metode elektrometrik yaitu
metode yang menggunakan pH meter sebagai alat untuk mengetahui
pH tanah. Pada praktikum ini ada 2 macam pH yang akan diketahui,
yaitu pH H
2
O merupakan pH aktual pada tanah dan pH KCl adalah pH
potensial dalam tanah. pH H
2
O pada tanah Alfisol dalam praktikum
ini sebesar 5,232 dan pH KCl sebesar 4,130. Dari hasil pengukuran
dengan pH meter ini dapat diketahui bahwa pH H
2
O lebih besar
daripada pH KCl. Hal ini disebabkan karena pada larutan KCl terdapat
ion Cl
-
yang terikat oleh ion Ca
2+
yang terdapat pada tanah sehingga
pada larutan tersebut memiliki pH yang lebih rendah dari larutan H
2
O
yang melepaskan ion OH
-
.
pH tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
ketersediaam unsur hara, bahan organik, kapasitas pertukaran kation
dan kejenuhan basa. pH tanah juga dipengaruhi oleh warna tanah itu
sendiri. Semakin gelap warna tanah maka tanah itu semakin basa.
Umumnya tanah entisol memiliki warna hitam dengan pH mencapai
6,0-8,2. Tanah yang kaya akan kapur kebanyakan hitam, sedang
tanah-tanah yang berwarna kelabu biasanya bersifat asam
(Anonim,2009).

73

6. Analisis Pertukaran Kation Tanah
Kapasitas pertukaran kation tanah (KPK) adalah jumlah total
kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid yang
bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KPK adaalah
miliequivalen kation dalan 100 gram tanah (me/100gr) atau centimeter
positif dalam kilogram (cmol(+)/kg). Kation-kation dalam tanah bersal
dari pemupukan, pelapukan mineral tanah dan bahan organik tanah,
pelapukan meneral lempung, dan berasal juga dari air.
Kapasitas pertukaran kation tanah dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya semakin halus tekstur tanahnya maka milai KPK
tinggi, ketidak seragaman klei dan humus merupakan faktor penting
dalam kesuburan tanah, presentase kejenuhan basa, pada prinsipnya
semakin tinggi pH maka KPK juga semakin tinggi, dan semakin
banyak bahan organik maka KPK semakin tinggi.
Pada tanah alfisol ini tekstur tanah yang mendominasi adalah
pasiran, dimana tekstur pasiran memiliki daya pertukaran kation yang
rendah. Kapasitas pertukaran kation juga dipengaruhi oleh bahan
organik, yaitu semakin tinggi kadar bahan organik maka kapasitas
pertukaran kation tanah juga semakin besar. KPK yang tinggi juga
mempengaruhi kadar lengas dan kandungan hara tanah, semakin
tinggi KPK maka kadar lengas tanah juga tinggi,begitu juga dengan
kandungan hara dalam tanah yang juga ikut meningkat. Faktor yang
mempengaruhi kejenuhan basa antara lain pH, pengapuran tanah dan
curah hujan. Jika pH tinggi, kejenuhan basa juga tinggi. Dan semakin
besar pengapuran tanah menyebabkan semakin besar pula kejenuhan
basa. Ini disebabkan karena dalam pengapuran tanah ini banyak
terdapat Mg . Umumnya jenuh akan basa terutama Mg makin dalam
makin alkalis. Hal ini menyebabkan gerakan air dan keadaan aerasi
buruk. Mengenai kandungan basanya, jenis tanah ini mengandung
unsur-unsur Mg tinggi, bahkan dalam beberapa keadaan dapat pula
terbentuk konkresi kapur dan akumulasi kapur lunak.
74

7. Analisis bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari hewan dan
tumbuhan yang mati dan diuraikan oleh organisme dalam tanah.
Kandungan bahan organik dalam tanah pada umumnya hanya 3-5%
didalam tanah. Bhana organik akan mempengarusi sifat warna tanah
yang menjadikan warna tanah gelap. Jika bahan organiknya sampai
5% maka tanah tersebut subur karena kandungan bahan organiknya
tinggi.
Bahan organik tanah merupakan senyawa karbon yang
mencakup bagian-bagian yang hidup di dalam tanah yang meliputi
mikroorganisme tanah, sisa-sisa tanaman dan hewan yang berada
dalam berbagai tahap dekomposisi, serta humus sebagai produk akhir
dekomposisi yang relatif stabil. Kandungan bahan organik dalam
tanah sangat beragam. Bahan organik merupakan salah satu
komponen pokok dalam tanah karena merupakan sumber sekaligus
penyangga bagi kesuburan tanah. Bahan organik yang terkandung
dalam tanah kurang lebih 3-5 % dari berat tanah dalam top soil tanah
mineral yang terwakili (Buckman, 1982).
Fungsi penting bahan organik antara lain memperbaiki struktur
tanah dan daya simpan air, mensuplai nitrat, sulfat, dan asam organik
untuk menghancurkan material, mensuplai nutrisi, meningkatkan KPK
dan daya ikat hara, serta sebagai sumber karbon, mineral, dan energi
bagi organisme.
Pada tanah alfisols yang merha banyak mengandung besi ini
kandungan bahan organiknya rendah tidak lebih dari 2%,. Fungsi
penting bahan organik antara lain memperbaiki struktur tanah dan
daya simpan air, mensuplai nitrat, sulfat, dan asam organik untuk
menghancurkan material, mensuplai nutrisi, meningkatkan KPK dan
daya ikat hara, serta sebagai sumber karbon, mineral, dan energi bagi
organisme.

75

8. Kadar N, P, dan K dalam tanah
N, P, dan K merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah yang banyak. Unsur hara N didalam tanah
hanya sedikit padahal tanaman membutuhkan N dalam jumlah yang
banyak. N diudara lebih dari 78% namun tidak dapat dimanfaatkan
oleh tanaman secara langsung. Nitrogen didalam tanah berasal dari
bahan organik tanah, pupuk, air hujan dan N dari udara yang diikat
oleh mikrobia. Nitrogen dalam tanah dapat diserap tanaman dalam
bentuk NO
3
-
dan NH
3
+
. N anorganik dalam tanah yang berasal dari
pupuk anorganik pada umumnya pupuk buatan mudah tercuci dan
menguap jika tidak langsung dimnfaatkan oleh tanaman. Sedangkan
kalau N organik yang berasal dari dekomposisi bahan organik selalu
tersedia sedidit demi sedikit namun secara terus-menerus.
Fosfor didalam tanah nilainya lebih kecil dibandingkan nitrogen.
Fosfor (P) lebih cenderung bereaksi dengan komponen lain dan tidak
larut sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. P organik didalam
tanah berasal dari bahan organik seperti sisa tanaman dan kotoran
hewan. P anorganik didalam tanah bersumber dari pupuk, mineralisasi
P organik dan mineral tanah. P dapat dimanfaatkan oleh tanaman
dalam bentuk H
2
PO
4
-
dan HPO
4
2-
, keberadaan keduanya seimbang
dalam tanah pada pH 7,22. Jadi jika ditanah alfisols yang pHnya
rendah maka kandungan P dalam tanah juga rendah.
Kalium (K) merupakan salah satu unsur hara makro. Kandungan
K pada tanah tropik basah rendah karena mineral yang mengandung K
rendah, curah hujan tinggi dan suhu tinggi akan mempercepat
pelepasan K dan pemcucian K. Kalium dalam tanah dapat bersumber
dari pupuk-pupuk K, batuan dan mineral K yang terlapuk dan juga
bersal dari mineral lempung. Ketersediaan K dalam tanah dipengaruhi
oleh macam mineral liat, KPK, kapasitas fiksasi K, K di dalam lapisan
bawah dan kedalaman perakaran, kelembaban tanah, aerasi,
temperatur tanah, pH tanah, dan pengolahan tanah.
76

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi
oleh adanya unsur hara-unsur hara utama yang tersedia bagi tanaman.
Penyediaan unsur hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman
terutama N, P dan K adalah melalui pemberian pupuk anorganik.
Pupuk organik mengandung persentase unsur hara yang tinggi dan
diserap tanaman dalam waktu yang singkat.
Ketersediaan unsur hara merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Faktor lainnya adalah
pemilihan bibit unggul, pengolahan tanah, pengairan, pemupukan dan
proteksi tanaman terhadap hama dan penyakit pengganggu. Bibit
unggul adalah bibit yang berpotensi memberikan hasil yang maksimal.
Dengan penggunaan bibit unggul, diharapkan hasil produksinya dapat
memberikan keuntungan yang besar. Pengolahan tanah mempengaruhi
sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang akan menjadi media tumbuh
tanaman.
9. Omission Test
Tanaman memerlukan unsur hara untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur
lain dan apabila tidak tersedia, maka kegiatan metabolism akan
terganggu atau bahkan terhenti. Tanaman yang kekurangan suatu hara
akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik
yang biasa disebut gejala kekahatan. Gejala ini akan hilang apabila
hara tanaman ditambahakan ke dalam tanah atau diberikan lewat daun.
Pada perlakuan PK unsur yang dikurangi adalah N. Pemupukan
N akan menaikkan produksi tanaman, kadar selulosa dan kadar
protein. Gejala kekurangan N yaitu pertumbuhan lambat/kerdil, daun
hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat
menguning dan mati. Tanaman jagung dengan perlakuan NK unsur
yang dikurangi adalah unsur P. Unsur P berperan dalam mempercepat
masaknya buah biji tanaman, terutama pada tanaman serealia.
Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan
77

tanaman menjadi kecil dan warma daun menjadi lebih gelap. Pada
tanaman jagung, disamping menjadi kurang baik pertumbuhannya,
warna daun juga menjadi purple (keunguan) dan kecoklatan serta
pembentukan antosianin terhambat. Pada perlakuan pupuk NP unsur
yang dikurangi adalah unsur K. fungsi K adalah untuk pengembangan
sel dan pengaturan tekanan osmosis. Gejala pada tanaman yang
mengalami kekurangan unsur hara K adalah batang dan daun menjadi
lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan
sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada
pucuk daun.
B. Komperehensif
Pada praktikum kali ini diperoleh data mengenai kadar lengas
tanah, kadar lengas kering angin, kapasitas lapang, kapasitas maksimum,
tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, pH tanah, bahan organik,
kapasitas pertukaran kation, serta kadar N, P dan K. Seluruh sifat tanah
itu memiliki hubungan satu sama lain. Tekstur tanah berkaitan erat
dengan struktur tanah dan kandungan bahan organik. Semakin kasar
tekstur tanah maka nilai porositas tanah semakin kecil. Namun, dalam
praktikum kali ini didapat bahwa tekstur tanah alfisol yang didominasi
pasir memiliki nilai porositas yang tinggi. Hal ini karena tanah juga
dipengaruhi oleh bahan organik, bahan organik berfungsi sebagai perekat
partikel tanah. Struktur tanah berkaitan dengan perombakan material
organik, dan aktivitas biota dalam tanah. Apabila struktur tanah semakin
remah maka materi-materi organik dalam tanah akan semakin mudah
terombak.
Pada praktikum struktur tanah diperoleh hasil bahwa bobot jenis
lebih besar daripada bobot volume sehingga termasuk dalam nilai tanah
geluh atau lempung. Kadar lengas dari suatu tanah dipengaruhi oleh
tekstur tanah. Apabila tekstur tanah semakin kasar maka kadar lengas
semakin kecil. Hal ini karena tekstur yang halus maka partikel tanah juga
semakin kecil sehingga makin kecil susunan partikel tanah maka
78

kemampuan mengikat air juga semakin besar. Apabila tanah tersebut
memiliki tekstur halus maka tanah tersebut akan mampu lebih banyak
menahan air gravitasi sehingga tanah memiliki kapasitas lapang yang
besar. Dalam praktikum kali ini ditemukan bahwa tekstur tanah alfisol
kasar, tetapi memiliki kadar lengas yang besar. Hal ini disebabkan karena
kandungan bahan organik tanah alfisol sedang, bahan organik memiliki
kemampuan mengikat air dalam pori-pori tanah sehingga dengan adanya
kandungan air yang banyak diikat maka kapasitas lapang akan lebih
besar. Apabila struktur tanah semakin remah maka kemampuan mengikat
antar partikel juga semakin besar sehingga kapasitas lapang juga akan
semakin besar.
Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah pada saat memperoleh
gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi
(tarik-menarik antar partikel) dan adhesi (tarik-menrik antara partikel dan
air) dengan berbagai kelembaban tanah. Konsistensi tanah berhubungan
dengan kadar lengas, dan tekstur tanah. Apabila kadar lengas kering
angin semakin besar maka air yang masih diserap oleh tanaman juga
semakin banyak, hal ini menunjukkan bahwa konsistensi tanah tersebut
tergolong tanah basah atau lembab.
Pada sifat pH tanah banyak sifat yang mempengaruhi antara lain
kapasitas pertukaran kation. Apabila kapasitas pertukaran kation semakin
besar maka pH tanah juga akan meningkat karena akan semakin banyak
ion-ion yang akan dijerap oleh tanah. Pada praktikum ini diperoleh pH
H
2
O sebesar 5,232. pH yang baik untuk tanaman adalah pH yang netral
yaitu sekitar 7 karena pada keadaan netral kandungan asam dan basa
seimbang. pH tanah mempengaruhi tersedianya unsur-unsur tertentu
dalam tanah. Beberapa unsur esensial cenderung untuk kurang tersedia,
jika pH naik dari 5,0 sampai 7,5 atau 8,0; misalnya besi, mangan dan
seng. Dengan keadaan demikian, kebanyakan tumbuhan dapat
mengabsorpsi dengan tidak mengalami banyak kesulitan.
79

Bahan organik merupakan salah satu komponen yang penting
dalam perkembangan suatu tanah dan berpengaruh pada tingkat
kesuburan suatu tanaman. Bahan organik dari tanah akan meningkat
seiring dengan meningkatnya mikroorganisme dalam tanah.
Mikroorganiseme berperan dalam dekomposisi bahan organik.
Mikroorganisme paling banyak terdapat di lapisan tanah bagian atas
karena di lapisan tanah atas sinar matahari masih sangat kuat diserap oleh
tanah.
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) dipengaruhi oleh adanya
beberapa sifat tanah antara lain pH tanah, dan kejenuhan basa. Suatu
tanah yang memiliki nilai pH yang tinggi maka nilai Kapasitas
Pertukaran Kation juga akan semakin tinggi. Sebaliknya apabila pH
tanah mengalami penurunan maka Kapasitas Pertukaran Kation juga
semakin menurun. Dari hasil praktikum diperoleh data bahwa tanah
alfisol memiliki Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) yang sedang artinya
tanah tersebut cukup baik digunakan untuk budidaya tanaman.


80

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan Praktikum Kesuburan Tanah yang telah dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tanah Alfisol mengandung pasir sebesar 68,75%, lempung sebesar
21,61% dan debu sebesar 9,82%.
2. Tanah Alfisol memiliki bobot volume sebesar 0,5 gr/cm
3
dan bobot jenis
sebesar 0,629 gr/cm
3
. Sehingga tanah Entisol memiliki nilai porositas
75,4%.
3. Kadar lengas kering angin rata-rata untuk tanah bongkah sebesar 101,4%.
4. Kadar lengas kering angin rata-rata untuk tanah 0,5 mm adalah 14,754%.
5. Kadar lengas kering angin rata-rata untuk tanah 2 mm sebesar 7,627%.
6. Tanah Alfisol memiliki kapasitas lapang sebesar 29,56%.
7. Tanah Alfisol memiliki kapasitas air maksimum sebesar 76,806%.
8. Tanah Alfisol batas lekat memiliki KL rata-rata sebesar sebesar 38%.
9. Tanah Alfisol batas gulung memiliki KL rata-rata sebesar 145,9%.
10. Tanah Alfisol batas berubah warna memiliki KL rata-rata sebesar 29,8%,
dan menurut Balitanah (2006) batas berubah warna tersebut tergolong
tinggi.
11. Pada tanah Alfisol memiliki kandungan pH H
2
O sebesar 5,232 dan pH
KCl sebesar 4,130 sehingga tergolong agak masam-netral.
12. Pada tanah Alfisol memiliki KPK sebesar 3 cmol(+)/kg.
13. Pada tanah Alfisol memiliki kadar C organik sebesar 0,477% yang
tergolong rendah.
14. N total pada tanah Alfisol sebesar 12,873%, P tersedia sebesar 52,78 dan
K tersedia sebesar 3,218.
15. Tinggi tanaman jagung pada tanah entisol lebih tinggi pada tanah alfisol.
16. Gejala kekurangan N yaitu pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau
kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat
menguning dan mati.
80
81

17. Kekurangan unsur P pada tanaman jagung menyebabkan pertumbuhannya
kurang baik, warna daun juga menjadi purple (keunguan) dan kecoklatan
serta pembentukan antosianin terhambat.
18. Gejala pada tanaman yang mengalami kekurangan unsur hara K adalah
batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap
kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering,
timbul bercak coklat pada pucuk daun.
B. Saran
Berdasarkan pengamatan yang telah diperoleh maka tanah Entisol ini
kurang subur untuk kegiatan pertanaman. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki kesuburan tanah Entisol perlu penanganan dan pengolahan yang
lebih lanjut, misalnya dengan penambahan bahan organik dan pemupukan ke
dalam tanah. Diharapkan dengan usaha-usaha perbaikan tersebut kesuburan
tanah dapat meningkat, sehingga dapat menghasilkan hasil yang berkualitas
dan berkuantitas tinggi.
Untuk proses berjalannya praktikum Kesuburan Tanah ini diharapkan
persediaan segala alat peralatan dan pendukung praktikum lebih diperhatikan
sehingga pratikum dapat berjalan dengan lancar. Kurangnya alat-alat
mengakibatkan praktikum terganggu karena harus antri untuk menggunakan
alat yang terbatas tersebut. Jadwal praktikum, pengumpulan dan
pengembalian draft maupun laporan hendaknya lebih ditata ulang agar
praktikan dapat mengantisipasinya.

Anda mungkin juga menyukai